M1 Mengenal Hukum Bisnis

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

SQ3R

(SURVEY-QUESTIONS-READ-RECITE-REVIEW)
1. Survey
a) Judul BMP : Hukum Bisnis
b) Nama penulis BMP : Nindyo Pramono
c) Jumlah SKS : 2 SKS
d) Jumlah Modul : 6 Modul
e) Judul Modul : Mengenal Hukum Bisnis
f) Jumlah Halaman : 37 Halaman
g) Judul-judul kegiatan belajar pada modul yang akan dibaca:
 Mengenal tentang Hukum
 Mengenal Hukum Bisnis
2. Question
Informasi yang diharapkan akan diperoleh dari membaca modul
1. Apa pengertian hukum?
2. Bagaimana klasifikasi hukum?
3. Apa saja subjek hukum?
4. Apa saja objek hukum?
5. Bagaimana sistematika KUH Perdata?
6. Bagaimana sistematika KUHD?
7. Apakah hukum bisnis?

3. Read
(Membaca keseluruhan isi modul dengan: Menggaris bawahi kata/kalimat penting
untuk diingat/dibahas, Menstabilo kata/kalimat, Membuat catatan kecilpada modul
atau pada lembar kerja ini)
 Manusia adalah zoon politikon atau makhluk social
 manusia di dalam masyarakat memerlukan perlindungan kepentingan.
Perlindungan kepentingan itu tercapai dengan terciptanya peraturan hidup yang
menentukan bagaimana manusia harus bertingkah laku dalam masyarakat agar
tidak merugikan orang lain dan dirinya sendiri. Peraturan untuk berperilaku atau
bersikap dalam kehidupan bersama ini disebut norma atau kaidah sosial. Salah
satu dari kaidah sosial yang ada di dalam masyarakat adalah kaidah hukum.
 Hukum pada umumnya yang dimaksudkan adalah keseluruhan kumpulan
peraturan-peraturan atau kaidah-kaidah dalam suatu kehidupan bersama,
keseluruhan peraturan tentang tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan
bersama, yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi.
 Hukum sebagai kumpulan peraturan atau kaidah mempunyai isi yang bersifat
umum dan normatif, umum karena berlaku bagi setiap orang dan normatif karena
menentukan apa yang seyogianya dilakukan, apa yang tidak boleh dilakukan atau
harus dilakukan serta menentukan bagaimana caranya melaksanakan kepatuhan
pada kaidah-kaidah.
 Setiap hubungan hukum yang diciptakan oleh hukum selalu mempunyai dua segi
yang di satu pihak berisi hak, sedang di pihak lain berisi kewajiban. Tidak ada
hak tanpa kewajiban, sebaliknya tidak ada kewajiban tanpa hak.
 Hak itu memberi kenikmatan dan keleluasaan kepada individu dalam
melaksanakannya, sedangkan kewajiban merupakan pembatasan dan beban,
sehingga yang menonjol ialah segi aktif dalam hubungan hukum itu, yaitu hak.
 Hak dan kewajiban bukanlah merupakan kumpulan peraturan atau kaidah,
melainkan perimbangan kekuasaan dalam bentuk hak individual di satu pihak yang
tercermin pada kewajiban pada pihak lawan.
 Kalau hukum itu sifatnya umum (berlaku bagi setiap orang), maka hak dan
kewajiban itu sifatnya individual (melekat pada individu).
 Tujuan pokok dari hukum adalah menciptakan tatanan masyarakat yang tertib,
menciptakan ketertiban dan keseimbangan.
 Dalam mencapai tujuannya tersebut hukum bertugas membagi hak dan kewajiban
antarperorangan di dalam masyarakat, membagi wewenang dan mengatur cara
memecahkan masalah hukum serta memelihara kepastian hukum.
 Dalam literatur dikenal beberapa teori tentang tujuan hukum, yaitu
1. Teori Etis : hukum semata-mata bertujuan keadilan. Dengan kata lain hukum
bertujuan merealisir atau mewujudkan keadilan. Hakikat keadilan adalah
penilaian terhadap suatu perlakuan atau tindakan dengan mengkajinya dengan
suatu norma yang menurut pandangan subjektif melebihi norma-norma lain.
Aristoteles membedakan adanya dua macam keadilan yaitu:
a. justitia distributiva (menuntut bahwa setiap orang mendapat apa yang
menjadi hak atau jatahnya). Justitia distributiva merupakan tugas
pemerintah terhadap warganya, menentukan apa yang dapat dituntut oleh
warga masyarakat. justitia distributiva itu sifatnya proporsional.
b. justitia commutative (memberikan kepada setiap orang sama banyaknya)
justitia commutativa merupakan kewajiban setiap orang terhadap
sesamanya. Dalam hal ini yang dituntut adalah kesamaan. Sehingga yang
dikatakan adil adalah apabila setiap orang diperlakukan sama tanpa
memandang kedudukan dan sebagainya. commutativa merupakan urusan
hakim, sifatnya mutlak karena memperhatikan kesamaan.
2. Teori Utilitis : hukum ingin menjamin kebahagiaan yang terbesar bagi
manusia dalam jumlah yang sebanyak-banyaknya. Pada hakikatnya menurut
teori ini tujuan hukum adalah manfaat dalam menghasilkan kesenangan atau
kebahagiaan yang terbesar bagi jumlah orang yang terbanyak.
3. Teori Campuran : tujuan pokok dan pertama dari hukum adalah ketertiban.
Kebutuhan akan ketertiban ini merupakan syarat pokok bagi adanya suatu
masyarakat manusia yang teratur. Di samping ketertiban, tujuan lain dari
hukum adalah tercapainya keadilan yang berbeda- beda isi dan ukurannya
menurut masyarakat dan zamannya.
 KLASIFIKASI HUKUM
 Berdasarkan kriterium fungsi hukum dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Hukum Materiil: Hukum materiil terdiri dari peraturan-peraturan yang
memberikan hak dan membebani kewajiban-kewajiban. Setiap hari orang dapat
dikataka berhubungan dengan hukum materiil dalam memenuhi kebutuhannya,
contoh: belanja membeli sesuatu yang dibutuhkan dan diinginkan manusia.
2. Hukum Formil: hukum formillah yang menentukan bagaimana caranya
melaksanakan hukum materiil, artinya bagaimana caranya melakukan hak dan
kewajiban dalam hal ada sengketa atau pelanggaran hukum (hukum formil
merupakan aturan permainan hakim dalam memeriksa dan memutuskan
perkara di pengadilan), contoh: bagaimana menuntut pelunasan hutang.
 Dengan menggunakan saat berlakunya hukum sebagai kriterium hukum dibagi
menjadi 2 yaitu:
1. Ius Constitutum : hukum yang telah ditetapkan, artinya hukum yang sedang
berlaku sekarang di suatu tempat atau Negara (hukum positif).
2. Ius Constituendum: hukum yang masih harus ditetapkan, hukum yang akan
datang atau hukum yang dicita-citakan.
 Dari segi bentuk hukum dibagi menjadi hukum tidak tertulis (hukum kebiasaan)
dan hukum tertulis (hukum yang dituang dalam undang-undang)
 Dari segi isinya hukum dibagi menjadi:
1. Lex Generalis, yaitu hukum umum yang berlaku umum dan merupakan dasar
(terdapat di dalam BW).
2. Lex Spesialis: hukum khusus,yaitu yang menyimpang dari lex generalis
(terdapat di dalam KUHD).
3. Lex generalisasi merupakan dasar dari lex spesialis, hubungan tersebut
tertuang di dalam Pasal 1 KUHD.
 Pembagian klasifikasi yang sampai sekarang masih digunakan yaitu:
1. Hukum Publik yaitu hukum tata negara,hukum administrasi negara, hukum
pajak, dan hukum pidana
2. Hukum Perdata yaitu hukum dagang dan hukum adat, serta hukum Islam.
Hukum adat terdiri dari 3 unsur yaitu:
1. hukum tidak tertulis,
2. unsur keagamaan,
3. ketentuan unlegislatif/unstatutair.
 SUBJEK HUKUM
 Subjek hukum adalah pendukung hak dan kewajiban. Pendukung hak dan
kewajiban itu disebut orang. Dalam arti hukum, “orang” terdiri dari manusia
pribadi dan badan hukum. Manusia pribadi adalah subjek hukum dalam arti
biologis, sebagai gejala alam, sebagai makhluk budaya yang berakal, berperasaan,
dan berkehendak.
 Badan hukum adalah subjek hukum dalam arti yuridis, sebagai gejala dalam hidup
bermasyarakat, sebagai badan ciptaan manusia berdasarkan hukum, mempunyai
hak dan kewajiban seperti manusia pribadi.
 Secara prinsipiil badan hukum berbeda dengan manusia pribadi.

Perbedaan
No
Manusia Pribadi Badan Hukum
1. makhluk hidup ciptaan Tuhan, badan ciptaan manusia pribadi
mempunyai akal,perasaan, berdasarkan hukum, dapat dibubarkan
kehendak, dan dapat mati, oleh pembentuknya.
2. mempunyai kelamin sehingga ia Tidak
dapat kawin, dapat
beranak,
3. dapat menjadi ahli waris, Tidak dapat.

 Pasal 2 KUH Perdata ditentukan bahwa pengakuan terhadap manusia pribadi


sebagai subjek hukum dapat dilakukan sejak ia masih di dalam kandungan ibunya,
asal ia dilahirkan hidup.
 Pasal 3 KUH Perdata dinyatakan bahwa tidak ada satu hukuman pun yang dapat
mengakibatkan kematian perdata atau kehilangan segala hak keperdataan.
 Badan hukum adalah subjek hukum ciptaan manusia pribadi berdasarkan hukum,
yang diberi hak dan kewajiban seperti manusia pribadi.
 Menurut ketentuan Pasal 1653 KUH Perdata ada tiga macam klasifikasi badan
hukum berdasarkan eksistensinya, yaitu
1. Badan hukum yang dibentuk oleh pemerintah, seperti badan-badan
pemerintahan, perusahaan-perusahaan negara. Badan hukum ini dibentuk
oleh pemerintah dengan undang-undang atau peraturan pemerintah.
2. Badan hukum yang diakui oleh pemerintah, seperti Perseroan Terbatas
dan Koperasi. Badan hukum ini mendapat Pengakuan oleh pemerintah karena
isi anggaran dasarnya tidak dilarang oleh undang- undang, tidak bertentangan
dengan ketertiban umum dan tidak bertentangan dengan kesusilaan. Pengakuan
tersebut diberikan oleh pemerintah dengan cara pengesahan anggaran dasarnya.
3. Badan hukum yang diperbolehkan atau untuk suatu tujuan tertentu yang
bersifat idiil, seperti Yayasan. diperbolehkan oleh karena tujuannya yang
bersifat idiil di bidang sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan dan
keagamaan.
 Ditinjau dari wewenang yang diberikan kepada badan hukum, maka badan
hukum itu dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu
1. badan hukum publik (kenegaraan), yaitu badan hukum yang dibentuk oleh
pemerintah dan diberi wewenang menurut hukum publik, seperti departemen,
provinsi, lembaga-lembaga negara dan sebagainya;
2. badan hukum privat (keperdataan), yaitu badan hukum yang dibentuk oleh
pemerintah maupun swasta dan diberi wewenang menurut hukum perdata,
seperti Perseroan Terbatas dan Koperasi.
 Ditinjau dari segi tujuan keperdataan yang hendak dicapai oleh badan hukum,
yaitu:
1. badan hukum yang bertujuan memperoleh laba, yaitu terdiri dari Perusahaan
Negara seperti Perusahaan Umum, Perusahaan Jawatan dan Perusahaan
Perseroan; serta Perusahaan Swasta yang terdiri dari Perseroan Terbatas;
2. badan hukum yang bertujuan memenuhi kesejahteraan para anggotanya, yaitu
Koperasi;
3. badan hukum yang bertujuan idiil di bidang sosial, pendidikan, ilmu
pengetahuan, kebudayaan dan keagamaan, yaitu Yayasan.
 Syarat pendirian badan hukum harus memenuhi:
1. Syarat formal: harus dibuat dengan akta Notaris
2. Syarat materiil yang harus dipenuhi berdasarkan doktrin adalah:
a. ada harta kekayaan sendiri;
b. ada tujuan tertentu;
c. ada kepentingan sendiri;
d. ada organisasi.
 Badan hukum itu harus mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai, baik
bersifat komersial maupun bersifat idiil. Badan hukum sebagai pendukung hak
dan kewajiban dapat melakukan sendiri usaha-usaha untuk mencapai tujuannya.
Selanjutnya badan hukum harus memiliki kepentingan sendiri, yaitu hak subjektif
yang timbul dari suatu peristiwa hukum dan yang dilindungi oleh hukum. Badan
hukum yang memiliki kepentingan sendiri dapat menuntut dan mempertahankan
kepentingannya itu terhadap pihak ketiga di dalam pergaulan hukum.
 Badan hukum adalah suatu kesatuan organisasi yang diciptakan manusia
berdasarkan hukum, dan hanya dapat melakukan perbuatan hukum melalui alat
perlengkapannya. Alat perlengkapan yang dimaksud adalah pengurus dari badan
hukum tersebut yang mempunyai tugas dan kewenangan yang diatur di dalam
anggaran dasarnya. Dengan demikian badan hukum itu merupakan organisasi yang
teratur.
 tidak setiap orang diberikan kewenangan hukum penuh, oleh karena adanya
pembatasan-pembatasan khusus berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, misalnya untuk melangsungkan perkawinan, untuk bekerja dan
sebagainya.
 Ada golongan orang-orang tertentu yang dianggap tidak cakap melaksanakan
beberapa hak atau kewajiban yang disebut juga dengan istilah personae
miserabile.
 Mereka yang tidak cakap bertindak ini terdiri dari
 mereka yang belum cukup umur yaitu mereka yang belum mencapai
umur 21 tahun atau belum menikah (Pasal 330 BW jo. S 1931 No. 54 jo.
UUNo. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak).
 mereka yang diletakkan di bawah pengampuan (Pasal 446 dan 452
BW), khususnya mereka yang ditaruh di bawah pengampuan karena sakit
ingatan.
 seorang istri yang tunduk pada BW
Pasal 31 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
menentukan bahwa “hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak
dan kedudukan suami dalam kehidupan di rumah dan pergaulan hidup
bersama dalam masyarakat”. Dengan demikian pada saat sekarang ini
seorang istri cakap melakukan perbuatan hukum dalam lapangan hukum
harta kekayaan tanpa harus mendapat izin terlebih dahulu dari suaminya.
 OBJEK HUKUM
 Di dalam lalu lintas hukum,yang menjadi objek dalam setiap aktivitasnya adalah
benda (yang dalam bahasa Belanda disebut dengan istilah zaak).
 Menurut Pasal 499 KUH Perdata yang dimaksud dengan benda adalah setiap
barang dan hak yang dapat dikuasai dengan hak milik. Barang sifatnya berwujud,
sedangkan hak sifatnya tidak berwujud. Dalam literatur, zaak diterjemahkan
dengan benda yang meliputi barang berwujud dan barang tidak berwujud (hak).
 Dalam sistematika KUH Perdata mengenai benda diatur di dalam Buku II tentang
Benda
 Pengaturan tersebut meliputi pengertian benda, pembedaan macam-macam benda
dan hak-hak kebendaan.
 Pengaturan hukum benda menggunakan sistem tertutup, artinya orang tidak boleh
mengadakan hak-hak kebendaan selain dari yang sudah diatur dalam Undang-
undang.
 hukum benda yang diatur di dalam KUH Perdata itu bersifat pemaksa, artinya
harus dipatuhi, ditaati dan tidak boleh disimpangi dengan mengadakan ketentuan
baru mengenai hak-hak kebendaan.
 Selain diatur di dalam Buku II KUH Perdata, tentang benda juga diatur di dalam
peraturan perundang-undangan lain, yaitu:
1. Undang-undang No. 5 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok Agraria (UUPA),
beserta semua peraturan pelaksanaannya. UUPA ini mengatur tentang hak-hak
kebendaan yang berkenaan dengan bumi, air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya.
2. Undang-undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek. UU ini mengatur tentang
hak atas merek perusahaan dan perniagaan.
3. Undang-undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. UU ini mengatur
tentang hak cipta sebagai benda tidak berwujud, yang dapat dijadikan objek hak
milik.
 Benda itu sendiri dapat dibedakan macam-macamnya beserta arti pentingnya
sehubungan dengan perbuatan terhadap benda yang bersangkutan, sebagai berikut:
1. Benda Dapat Dibedakan Menjadi Benda Berwujud dan Benda Tidak Berwujud

4. Recite
Ceritakan atau ungkapkan apa yang sudah dibaca secara lisan maupun tertulis

5. Review
a) Pertanyaan apa yang sudah terjawab

b) Konsep apa yang sudah dipahami

c) Konsep apa yang belum dipahami

Anda mungkin juga menyukai