Tugas 2 MRP

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

JAWABAN NO 1

Jenis persediaan dalam perusahaan manufaktur adalah sebagai berikut:

1. Raw material atau bahan mentah. Dalam hal ini adalah sebuah bahan
utama yang dimana akan dibutuhkan oleh sebuah perusahaan manufaktur dalam
melakukan proses produksi untuk menjadi sebuah barang konsumsi yang dimana
akan dengan siap untuk dilakukan penjualan kembali.
2. Work in progress atau bahan setengah jadi. Pada saat sebelum ada
barang jadi, maka barang mentah akan haruslah dilakukan pengolahan untuk
menjadi sebuah barang setengah jadi. Dalam hal ini work in Progress merupakan
sebuah bentuk dari barang yang akan ada dalam sebuah bentuk dari proses
produksi dan juga akan dapat dilakukan pengolahan untuk satu maupun
beberapa kali hal.
3. Finished goods atau barang siap jual. Dalam hal ini adalah sebuah
barang yang dimana telah melalui berbagai macam bentuk dari proses produksi
dan pada akhirnya akan siap untuk dilakukan penjualan kepada pasar.

Tujuan perusahaan manufaktur adalah untuk melakukan pengelolaan dari bahan


baku untuk menjadi sebuah bentuk dari produk yang akan dapat dilakukan
penikmatan oleh pasar. Semakin luas pasar, maka akan semakin besar pula
benda yang akan diproduksi.

JAWABAN NO 2
Lead time mengacu pada waktu yang dibutuhkan atau direncanakan – antara awal dan penyelesaian
operasi atau proyek. Istilah ini biasanya digunakan dalam manajemen rantai pasokan, manajemen
proyek, dan bidang manufaktur.

Waktu yang lebih lama sering kali mengakibatkan inefisiensi dan pemborosan sumber daya, dan
perusahaan harus meninjau waktu pemrosesan mereka terhadap tolok ukur untuk mengidentifikasi
cara meningkatkan waktu tunggu mereka.

Mengurangi lead time meningkatkan produktivitas secara keseluruhan, menghasilkan pendapatan dan
keuntungan yang lebih tinggi.

Ada beberapa jenis Lead Time, tetapi ada empat jenis Lead Time utama untuk tujuan kita di
lingkungan manufaktur atau perakitan.

 Customer Lead Time – jumlah waktu yang dibutuhkan antara konfirmasi pesanan dan
pemenuhan pesanan (baik pengambilan atau pengiriman tergantung kesepakatan dengan
pelanggan).
 Material Lead Time – jumlah waktu yang diperlukan untuk melakukan pemesanan dengan
pemasok dan menerimanya, mulai dari pesanan yang dikonfirmasi hingga tersedia.
 Factory/Production Lead Time  – jumlah waktu yang diperlukan untuk membangun dan
mengirimkan produk jika semua bahan tersedia.
 Cumulative Lead Time – jumlah total waktu yang diperlukan dari pesanan yang dikonfirmasi
hingga pengiriman produk jika Anda harus memesan semua bahan (jika tidak ada yang
tersedia). Ini adalah penjumlahan Material Lead Time dan Factory/Production Lead Time.

Apa perbedaan antara Factory / Production Lead Time dan


Cycle Time?
Cycle time adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu siklus tindakan.
Penyelesaian tugas tertentu dari awal hingga akhir. Lebih khusus lagi itu adalah waktu terukur yang
menjelaskan seberapa sering suatu bagian diselesaikan oleh proses tertentu.

Sementara Factory / Production Lead Time adalah jumlah waktu yang diperlukan untuk membangun
dan mengirimkan produk jika semua bahan tersedia. Ini mencakup semua proses manufaktur, sub-
perakitan, dan perakitan yang memengaruhi kemampuan untuk mengolah bahan menjadi produk jadi.

Fungsi Lead Time pada Bisnis


Lead time merupakan faktor penting untuk kepuasan pelanggan. Biasanya pelanggan menginginkan
barang atau jasa secepat mungkin dengan sedikit usaha.

Untuk manufaktur dan pabrik, konsep Lead Time memiliki hubungan langsung dengan jumlah
inventaris yang ada di berbagai titik dalam keseluruhan rantai pasokan.

Jika lead time pelanggan kurang diperhatikan daripada Material Lead Times, Production Lead Times,
atau Cumulative Lead Times, ini akan mengakibatkan tertahannya inventaris dalam rantai pasokan di
beberapa atau semua titik.

Variasi dan ketidakkonsistenan akan sering memperparah masalah ini – hal itu akan menyebabkan
penyimpanan stok atau inventaris menambah risiko dalam rantai pasokan.

Bagaimana lead time memengaruhi Inventori?


Perusahaan yang menahan persediaan untuk digunakan dalam produksi sering menghadapi kasus
kehabisan stok ketika stok di tangan habis tanpa stok baru masuk.

Out of stock sering merepotkan, karena banyak pelanggan yang harus menungguagar  pesanan
dipenuhi, sekaligus meningkatkan biaya untuk perusahaan karena mungkin terpaksa untuk
menghentikan proses produksi.

Alasan tingginya biaya selama out of stock adalah karena karyawan dan mesin produksi akan diam
beberapa saat, sementara perusahaan terus mengeluarkan biaya utilitas seperti listrik, air, dan gas,
serta biaya overhead.

Kegagalan untuk mengisi stok sebagian besar disebabkan oleh penundaan lead time yang bervariasi di
antara pemasok. Beberapa penyebab umum penundaan lead time termasuk bencana alam, kesalahan
manusia, kekurangan bahan baku, sistem manajemen inventaris yang tidak efisien, dan faktor lainnya.
Perusahaan dapat mengurangi kehabisan stok dengan menggunakan software manajemen inventori
atau software akuntansi yang memiliki fitur inventori terlengkap  yang mengotomatiskan proses
pemesanan bahan.

Program tersebut menyimpan informasi pemasok untuk komponen tertentu, sehingga memudahkan
untuk memesan komponen tertentu ketika hampir habis. Pemesanan otomatis mengurangi lead time
dengan membuat permintaan inventaris cukup awal untuk menghindari kehabisan stok, sehingga
mengurangi waktu dan biaya pengiriman.

Untuk komponen yang paling penting, perusahaan dapat memelihara database pemasok cadangan
yang dapat memasok inventaris saat pemasok utama tidak tersedia atau kehabisan stok.

Komponen lead time


1. Waktu pemrosesan awal: Ini juga disebut sebagai waktu perencanaan, dan ini termasuk waktu
yang dibutuhkan untuk menerima permintaan untuk stok ulang, memahaminya dan membuat pesanan
pembelian (saat membeli barang), atau membuat pekerjaan dalam kasus sebuah perusahaan
manufaktur.

2. Waktu proses: Waktu proses adalah waktu yang dibutuhkan setelah menerima pesanan pembelian
untuk mengadakan atau memproduksi barang.

3. Waktu tunggu: Waktu yang dibutuhkan antara pengadaan barang yang diperlukan hingga saat
proses produksi dimulai.

4. Waktu penyimpanan: Waktu penyimpanan adalah jumlah waktu item tinggal di gudang atau
pabrik menunggu pengiriman.

5. Waktu pengangkutan: Waktu yang dibutuhkan barang yang diproduksi untuk berpindah dari
gudang / pabrik ke pelanggan.

6. Waktu inspeksi: Waktu yang dihabiskan oleh pelanggan untuk memeriksa produk untuk melihat
apakah memenuhi spesifikasi. Juga mengacu pada waktu yang diperlukan untuk menangani
ketidaksesuaian dengan permintaan pesanan.

Cara Mengurangi Lead Time pada Proses


Inventori
Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk mengurangi lead time pada
bisnis:

1.  Kurangi aktivitas yang tidak menambah nilai


Perusahaan harus melakukan pemetaan aliran nilai untuk mengidentifikasi aktivitas non-nilai tambah
yang memperpanjang lead time. Siapkan daftar aktivitas ini dan hapus aktivitas yang tidak dapat
dilakukan oleh perusahaan, dan pertahankan aktivitas yang memberikan dampak positif pada kualitas
produk.
2. Ubah metode pengiriman
Perusahaan juga dapat mengatur metode pengiriman alternatif yang lebih cepat daripada metode
pengiriman saat ini, atau yang menawarkan pengiriman lebih sering.

Pemasok mungkin lebih menyukai metode pengiriman yang lambat tetapi menghasilkan penghematan
biaya yang lebih banyak, yang dapat memengaruhi waktu tunggu. Bertransisi ke metode pengiriman
yang lebih fleksibel dapat mengurangilead time secara bertahap, meskipun mungkin dikenakan biaya
tambahan.

3. Cari sumber lokal


Jika bahan baku yang diimpor perusahaan tersedia secara lokal, perusahaan dapat beralih ke pemasok
lokal, asalkan tidak mengurangi kualitas produk. Membeli produk secara lokal, bukan dari pemasok
internasional, mengurangi lead time karena barang diangkut dalam jarak yang lebih pendek.

4. Integrasi vertikal
Integrasi vertikal mungkin melibatkan penggabungan proses dua pemasok atau proses produksi
perusahaan. Misalnya, di mana sebuah perusahaan memproduksi dan merakit komponen di lokasi
yang berjauhan, itu mungkin mengkonsolidasikan dua proses secara internal. Ini mengurangi waktu
pengangkutan komponen dari satu lokasi ke lokasi lain.

5. Otomatiskan prosesnya
Terkadang, penundaan lead time disebabkan oleh kesalahan manusia, ketika orang yang bertanggung
jawab untuk memesan penundaan stok baru menghubungi pemasok. Perusahaan dapat menggunakan
Vendor-Managed Inventory (VMI) atau sistem Vendor-Owned Inventory (VOI) untuk mengisi stok
secara otomatis saat hampir selesai.

Sistem seperti itu mengurangi lead time karena pemasok mendapat permintaan cukup awal sebelum
perusahaan mengalami kehabisan stock.

JAWABAN NO 3
Dalam menjalankan suatu bisnis, pasti terdapat risiko yang tidak dapat dihindari. Hal ini
merupakan hal wajar yang akan Anda alami ketika menjalankan suatu bisnis. Apalagi saat
ini perubahan dalam bisnis begitu cepat, misalnya saja saat ini sedang tren bisnis kopi
kekinian, namun mungkin tren ini hanya bertahan sampai 6 bulan ke depan dan setelah itu
ada tren bisnis baru yang lebih diminati konsumen.

Namun, jangan pernah jadikan masalah ini sebagai alasan Anda untuk ragu dalam
melangkah, justru disinilah tantangan bisnis yang harus Anda hadapi dengan strategi yang
tepat. Untuk mendapatkan strategi yang tepat, Anda harus mulai memahami risiko bisnis
yang mungkin terjadi dalam bisnis dan bagaimana solusi menghadapinya. Dengan
mengetahui konsep risiko dalam bisnis, Anda dapat lebih siap ketika melangkah dan
mengambil keputusan yang tepat. Di bawah ini, LIBERA akan menjelaskan beberapa jenis
risiko bisnis yang mungkin terjadi dan bagaimana solusi yang tepat untuk menghadapi risiko
tersebut.

 
Apa itu Risiko Bisnis?
Sebelum membahas lebih jauh mengenai jenis-jenis risiko bisnis, ada baiknya Anda
mengetahui terlebih dulu apa itu risiko bisnis? Secara umum, konsep risiko selalu dikaitkan
dengan konsekuensi yang muncul sebagai dampak adanya ketidakpastian, sehingga
memunculkan dampak yang merugikan bagi pebisnis. Namun sebaliknya, jika konsekuensi
ini dianggap menguntungkan, maka hal tersebut tidak dianggap sebagai risiko, namun
dianggap sebagai keuntungan.

Motivasi Mengambil Risiko Bisnis


Meski bisa memberikan dampak yang merugikan, pebisnis mau tidak mau tetap harus
mengambil risiko ini. Ada beberapa alasan yang mendorong pebisnis untuk mengambil
risiko, salah satunya adalah keinginan untuk mendapatkan keuntungan atau pengembalian
yang sepadan dengan pengorbanan yang dikeluarkannya. Umumnya, ketika seorang
pebisnis melakukan kegiatan yang berisiko dengan motivasi keuntungan, biasanya ia akan
mampu mengkalkulasi besarnya risiko yang dihadapi. Berdasarkan kalkulasi tersebutlah, ia
bisa menetapkan target keuntungan yang diinginkan.

Selain itu, terdapat juga pebisnis yang mengambil risiko karena terpaksa. Misalnya
mengambil risiko karena kondisi yang sudah sangat mendesak. Di mana, pebisnis
mengambil risiko ini karena jika tidak diambil, maka kemungkinan terjadi hal yang lebih
buruk lebih besar.

Jenis-Jenis Risiko Bisnis & Solusinya


a. Risiko Pasar (Market Risk)
Teknologi yang terus berkembang membuat perubahan yang begitu cepat, terutama dalam
bisnis. Risiko bisnis yang pertama adalah risiko pasar yang diakibatkan karena perubahan
dalam pasar secara makro, di mana banyak pebisnis yang tidak mampu membendungnya.

Misalnya, ketika Anda menjalankan bisnis kopi kekinian dan Anda baru membuat menu
baru ‘Kopi Gula Aren’ yang saat itu sedang tren dan diminati banyak konsumen. Namun,
tiba-tiba, keluarlah menu baru yang menjadi kegemaran konsumen, misalnya ‘Kopi Regal’.
Padahal, saat itu Anda sudah membeli bahan untuk membuat Kopi Gula Aren yang cukup
banyak. Inilah hal yang merugikan Anda, di mana Anda memiliki stok bahan yang tinggi
namun tidak lagi dibutuhkan.

Solusinya adalah, Anda perlu memahami kondisi pasar dan kemungkinan yang akan terjadi
di masa depan. Mulailah dengan melakukan pendekatan personal dengan pelanggan Anda.
Misalnya ketika mereka datang, mintalah sedikit waktu untuk meminta pendapat serta saran
dari konsumen untuk inovasi produk selanjutnya.

b. Risiko Strategi
Risiko ini sangat berkaitan dengan strategi, di mana terjadi risiko atau ketidakpastian yang
diakibatkan dari kurang matangnya strategi dalam menjalankan bisnis. Strategi sangat
dibutuhkan dan dipersiapkan dengan matang dalam bisnis, atau terkadang strategi bisnis itu
harus dijalankan ketika ada persaingan yang mungkin mengancam bisnis kita. Misalnya
saja perusahaan ponsel bernama Nokia yang dulu sempat tren di segala kalangan, namun
setelah kedatangan sistem operasi terbaru yaitu Android, Nokia justru menggunakan sistem
operasi lain dan mengalami kerugian besar karena konsumen lebih memilih untuk
menggunakan Android. Contoh lainnya adalah Yahoo yang pada masa keemasannya pada
tahun 1990an seperti Google masa kini, di mana Yahoo terlalu fokus untuk
mengembangkan iklan banner namun tidak mengembangkan salah satu produknya yakni
mesin pencari sehingga pada akhirnya produk mesin pencari ini dikuasai oleh Google.

Solusinya, Anda harus mempersiapkan strategi apa yang mungkin akan dijalankan ketika
akan atau sedang memulai bisnis, agar nantinya bisnis bisa berjalan di jalur yang benar
sehingga dapat meminimalisir kerugian yang mungkin bisa ditimbulkan. Sebagai pebisnis,
Anda juga tidak boleh egois dan menganggap apa yang Anda pikirkan adalah benar, Anda
tetap harus memikirkan kondisi pasar yang ada dan berani untuk memilih strategi yang
mungkin tidak langsung mendatangkan profit, namun akan menghasilkan profit jangka
panjang ke depan.

c. Risiko Kredit
Risiko ini berlaku bagi Anda yang menjalankan bisnis dengan sistem pembayaran kredit,
seperti perusahaan pembiayaan. Di mana, Anda harus memahami risiko konsumen yang
tidak membayar hingga lunas setelah barang dikirim. Mungkin saja orang tersebut kabur,
bangkrut, meninggal dunia, dan sebagainya. Untuk menghindari risiko tersebut, Anda perlu
melakukan analisa terhadap debitur atau calon konsumen Anda, bagaimana kinerja
perusahaan itu, bagaimana karakter pemiliknya, kemampuannya untuk membayar, dan
sebagainya.

Selanjutnya, Anda juga perlu menentukan beberapa hal seperti berapa batas utang yang
dapat diberikan dan berapa lama maksimum jangka waktu kredit yang bisa Anda diberikan.

d. Risiko Operasional
Risiko ini biasanya akan lebih mengarah pada suatu kegagalan dalam mengelola
perusahaan yang berkaitan dengan kegiatan operasional sehari-hari. Hal ini mungkin saja
terjadi karena beberapa kegagalan teknis, seperti server error, human error, maupun proses
pada kegiatan operasional perusahaan yang tidak efisien. Dalam beberapa kasus, risiko
operasional biasanya memiliki lebih dari satu penyebab.

Misalnya, perusahaan Anda melakukan rekrutmen untuk bidang business development


sebanyak 5 orang, padahal setelah dijalani, diketahui bahwa sebenarnya kebutuhan
merekrut 5 orang ini karena adanya pekerjaan yang tidak efisien sehingga hanya dengan  3
orang saja sudah cukup. Tentunya ini dapat merugikan perusahaan dari segi materi dan
waktu, di mana perusahaan perlu memberikan gaji bagi karyawan tersebut dan perusahaan
juga meluangkan waktu yang cukup lama ketika proses rekrutmen.

e. Risiko Finansial
Risiko ini biasanya akan berdampak kepada finansial perusahaan dan mengacu secara
khusus terhadap arus kas masuk dan keluar yang memungkinkan terjadi kerugian finansial
perusahaan. Sebagai contoh, Anda memiliki perusahaan yang sebagian besar pemasukan
perusahaan berasal dari sejumlah klien besar yang melakukan proses pembayaran produk
dengan beberapa tahapan. Kemudian ketika tahap pelunasan, klien perusahaan Anda tidak
melakukan pembayaran sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Hal ini tentunya dapat
merusak arus kas Anda dan menimbulkan ketidakpastian kapan klien akan membayar
pelunasannya.

Contoh lain misalnya ketika perusahaan Anda memiliki banyak utang dan Anda harus
melunasinya dalam jangka pendek. Hal ini akan berpengaruh ke arus kas perusahaan
karena hutang ini perlu didahulukan untuk dibayar, terlebih jika ada bunga yang tinggi,
Solusinya adalah membuat sistem jual beli dengan ketentuan yang lebih aman, misalnya
pelunasan pembayaran hanya sebesar 5% dari total biaya tagihan dan diatur mengenai
denda bagi klien yang terlambat melakukan pembayaran. Selain itu, hindari utang apabila
bukan untuk keperluan mendesak.

f. Risiko Legal & Kepatuhan


Risiko legal biasanya timbul karena adanya tuntutan dari pihak lain karena adanya
pelanggaran hukum, misalnya terjadi pelanggaran hak cipta, mengingkari kesepakatan yang
telah tertulis dalam kontrak (wanprestasi), tidak mengikuti peraturan atau undang-undang
yang berlaku, dan lain sebagainya. Untuk menghindari risiko ini, Anda harus membuat
kontrak dan memahami isi di dalam kontrak dengan benar dan jelas sebelum
melakukan tanda tangan kontrak.

Selain itu, risiko kepatuhan juga berkaitan erat dengan risiko legal, di mana risiko ini timbul
karena adanya ketidakmampuan dalam memenuhi ketentuan atau peraturan perundang-
undangan. Misalnya pelanggaran di bidang ketenagakerjaan seperti pemberian gaji di
bawah UMR, di bidang Pajak, atau tidak memiliki izin usaha dalam menjalankan
bisnisnya.Di mana, jika Anda melakukan pelanggaran ini, Anda dapat dikenakan sanksi
bermacam-macam antara lain berupa teguran, denda, hingga pembekuan kegiatan usaha.

Karena itulah penting untuk memastikan risiko legal dan kepatuhan dapat Anda hindari. Di
mana, risikonya bukan lagi kerugian materi namun kerugian yang bisa menyebabkan bisnis
Anda dipaksa untuk tutup dan tidak beroperasi kembali. Selain itu, jika
mengabaikan pembuatan kontrak, Anda mungkin saja mengalami kerugian ketika klien
Anda tidak memenuhi kewajibannya, Anda tidak memiliki dasar untuk mengajukan klaim
ganti kerugian kepadanya karena tidak pernah ada kontrak yang dibuat antara Anda dan
klien.

Anda mungkin juga menyukai