Laporan Kasus
Laporan Kasus
Laporan Kasus
Oleh:
Putri Oktaria , S. Ked
NIM 712019087
Pembimbing:
dr. Irma Yanti, Sp. S
i
HALAMAN PENGESAHAN
Telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan
Kepaniteraan Klinik di SMF Ilmu Penyakit Saraf Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang
Palembang, Desember
2020
Pembimbing
ii
iii
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, saya bisa menyelesaikan laporan kasus ini. Penulisan laporan
kasus ini dilakukan dalam rangka memenuhi syarat dalam mengikuti kegiatan
Kepaniteraan Klinik di SMF Ilmu Penyakit Saraf Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Saya
menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
kepaniteraan klinik sampai pada penyusunan laporan kasus ini, sangatlah sulit
bagi saya untuk menyelesaikan laporan kasus ini. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terima kasih kepada:
1) dr. Irma Yanti, Sp.S., selaku pembimbing yang telah menyediakan waktu,
tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan laporan
kasus ini;
2) Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan
material dan moral; dan
3) Rekan sejawat serta semua pihak yang telah banyak membantu saya dalam
menyelesaikan laporan kasus ini.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan kasus ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii
KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH..........................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................iv
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 43
v
BAB I
STATUS PENDERITA NEUROLOGI
1.1 Identitas
Nama : Tn. A
Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : Laki- laki
Alamat : Jln. KH. Bhalki. Banten IV. Kecamatan Seberang ULU II
Agama : Islam
MRS Tanggal : 28 Desember 2020
No. RM : 48.57.17
1.2 Anamnesa
Alloanamnesis (Tanggal 28 Desember 2020)
Tn. A usia 40 tahun mengeluh mengalami kelemahan sisi tubuh sebelah
kanan sejak 3 minggu yang lalu yang makin memberat. Pasien mengeluh
adanya sakit kepala, tidak adanya mual dan muntah. Pasien juga mengeluh
ada pandangan kabur dan gelap terjadi secara perlahan-lahan, terdapatnya
didapatkan adanya gangguan sensabilitas disisi yang lemah, mulut mengot
serta bicara pelo.
1
2
Status Internus
Jantung : BJ I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Paru-paru : Vesikuler (+/+), normal, ronchi (-/-), wheezing (-/-)
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Anggota Gerak : Akral hangat, pucat (-), edema (-), CRT <2 detik
Genitalia : Tidak diperiksa
Status Psikiatrikus
Sikap : Kooperatif
Perhatian : Tidak ada
Ekspresi Muka : Wajar
Kontak Psikis : Ada
Status Neurologikus
A. Kepala
Bentuk : Brachiocephali
Ukuran : Normocephali
Simetris : Simetris
Hematom : Tidak ada
Fraktur : Tidak ada
Tumor : Tidak ada
Pembuluh darah : Pelebaran (-)
B. Leher
Sikap : Lurus
Torticolis : Tidak ada
Kaku kuduk : Tidak ada
Deformitas : Tidak ada
Tumor : Tidak ada
Pembuluh darah : Pelebaran (-)
3
C. Saraf-saraf Otak
1. Nervus Olfaktorius
Kanan Kiri
Penciuman Belum dapat diperiksa Belum dapat diperiksa
Anosmia Belum dapat diperiksa Belum dapat diperiksa
Hyposmia Belum dapat diperiksa Belum dapat diperiksa
Parosmia Belum dapat diperiksa Belum dapat diperiksa
2. Nervus Opticus
Kanan Kiri
Visus Belum dapat diperiksa Belum dapat diperiksa
Campus Visi Belum dapat diperiksa Belum dapat diperiksa
Kanan Kiri
Anopsia Belum dapat diperiksa Belum dapat diperiksa
Hemianopsia Belum dapat diperiksa Belum dapat diperiksa
Fundus Oculli
Papil Edema Belum dapat diperiksa Belum dapat diperiksa
Papil atrofi Belum dapat diperiksa Belum dapat diperiksa
Perdarahan retina Belum dapat diperiksa Belum dapat diperiksa
4. Nervus Trigeminus
Motorik
Kanan Kiri
Menggigit Belum dapat diperiksa Belum dapat diperiksa
Trismus Belum dapat diperiksa Belum dapat diperiksa
Refleks kornea Belum dapat diperiksa Belum dapat diperiksa
Sensorik
Kanan Kiri
Dahi Normal Normal
Pipi Normal Normal
Dagu Normal Normal
5. Nervus Facialis
Motorik
Kanan Kiri
Mengerutkan dahi Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Menutup mata Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Menunjukkan gigi Tidak ada kelainan Sudut mulut tertinggal
Lipatan nasolabialis Tidak simetris Tidak simetris
Bentuk muka Tidak simetris Tidak simetris
Istirahat Tidak simetris Miring ke kiri
Berbicara/bersiul Tidak simetris Miring ke kiri
Sensorik
Kanan Kiri
2/3 depan lidah Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Otonom
Kanan Kiri
Salivasi Normal Normal
Lakrimasi Normal Normal
Chvostek’s sign Tidak ada Tidak ada
6. Nervus Cochlearis
Kanan Kiri
Suara bisikan Belum dapat diperiksa Belum dapat diperiksa
5
8. Nervus Accesorius
Kanan Kiri
Mengangkat bahu Belum dapat diperiksa Belum dapat diperiksa
Memutar kepala Belum dapat diperiksa Belum dapat diperiksa
9. Nervus Hypoglossus
Kanan Kiri
Menjulurkan lidah Deviasi lidah ke kiri
Fasikulasi Tidak ada Tidak ada
Atrofi papil Tidak ada Tidak ada
Disartria Sulit untuk berbicara
D. Columna Vertebralis
Kyphosis : Tidak ada
Scoliosis : Tidak ada
Lordosis : Tidak ada
Gibbus : Tidak ada
Deformitas : Tidak ada
Tumor : Tidak ada
Meningocele: Tidak ada
Hematoma : Tidak ada
Nyeri Ketok : Tidak ada
6
Refleks Fisiologis
KPR Meningkat Normal
APR Meningkat Normal
Refleks Patologis
Babinsky Positif Negatif
Chaddock Negatif Negatif
Oppenheim Negatif Negatif
Gordon Negatif Negatif
Schaeffer Negatif Negatif
Rossolimo Negatif Negatif
Mendel Bechtereyev Negatif Negatif
Refleks kulit perut
Atas Normal
Tengah Normal
Bawah Normal
Tropik Eutrofi Eutrofi
Sensorik
Terdapat gangguan sensorik pada lengan kanan dan tungkai kanan berupa
hemianestesia.
F. Gambar
7
Refleks patologis
Refleks patologis babinski
babinski
I. Gerakan Abnormal
Tremor : Tidak ada
Chorea : Tidak ada
Athetosis : Tidak ada
Ballismus : Tidak ada
Dystoni : Tidak ada
Myoclonic : Tidak ada
J. Fungsi Vegetatif
Miksi : Abnormal (menggunakan alat bantu kateter urine)
Defekasi : Normal
Ereksi : Tidak diperiksa
K. Fungsi Luhur
Afasia motorik : Tidak ada
Afasia sensorik : Ada gangguan
Afasia nominal : Tidak ada
Apraksia : Tidak ada
Agrafia : Tidak ada
Alexia : Tidak ada
SSS = 0 + 0 + 2 + 8 – 0 – 12
9
SSS = - 2
Catatan :
Interpretasi:
Penurunan kesadaran (-), Nyeri kepala (+), Refleks babinski (+)
Interpretasi stroke perdarahan intraserebral
1.4 Ringkasan
Tn. A usia 40 tahun mengeluh mengalami kelemahan sisi tubuh sebelah
kanan sejak 3 minggu yang lalu yang makin memberat. Pasien mengeluh
adanya sakit kepala, tidak adanya mual dan muntah. Pasien juga mengeluh
ada pandangan kabur dan gelap terjadi secara perlahan-lahan, terdapatnya
didapatkan adanya gangguan sensabilitas disisi yang lemah, mulut mengot
serta bicara pelo
10
Pemeriksaan Fisik
Status Presens
Kesadaran : E4M6V3
Gizi : Tidak diketahui
Suhu Badan : 36,7ºC
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 24 x/menit
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Berat Badan : Tidak diketahui
Tinggi Badan : Tidak diketahui
Pemeriksaan Neurologis :
Hemiparesis dextra tipe spastik + parese N. VII dan N. XII sinistra tipe
sentral.
Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan Non Farmakologi
- Stabilisasi pasien dengan tindakan (airway,breathing,circulation)
- Pemberian Oksigen 2-4 liter/menit
- Elevasi kepala 30o
- Pemeriksaan CT scan kepala tanpa kontras
- Pemeriksaan EEG
11
- Bed rest
- Diet bubur biasa rendah garam
B. Penatalaksaan Farmakologi
- IVFD NaCl 0,9 % gtt 20 x/menit
- injeksi Citicoline 2 x 500 mg (IV)
- Injeksi Omeprazole 1 x 1 vial (IV)
- Aspilet tab 2x160 mg
- Pemberian insulin untuk mengatasi hiperglikemia
- Pemasangan kateter urin
- Pemeriksaan CT Scan Kepala dan pungsi lumbal
Prognosa
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad Functionam : dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : dubia ad bonam
Kesimpulan Diagnosis
14
15
2.2 Hemiparese
Hemiparese adalah kelemahan otot-otot lengan dan tungkai pada satu sisi.
Pada hemiparese terjadi kelemahan sebagian anggota tubuh dan lebih ringan
daripada hemiplegi. Penyebab tersering hemiparesis pada orang dewasa yaitu
infark serebral atau perdarahan . Hemiparase yang terjadi memberikan
gambaran bahwa adanya kelainan atau lesi sepanjang traktus piramidalis.
Lesi ini dapat disebabkan oleh berkurangnya suplai darah, kerusakan
jaringan oleh trauma atau infeksi, ataupun penekanan langsung dan tidak
langsung oleh massa hematoma, abses, dan tumor. Hal tersebut selanjutnya
akan mengakibatkan adanya gangguan pada traktus kortikospinalis yang
bertanggung jawab pada otot-otot anggota gerak atas dan bawah.
19
Suatu lesi yang melibatkan korteks serebri, seperti pada tumor, infark,
atau cedera traumatic, menyebabkan kelemahan sebagian tubuh sisi
kontralateral. Hemiparesis yang terlihat pada wajah dan tangan (kelemahan
brakhiofasial) lebih sering terjadi dibandingkan di daerah lain karena bagian
tubuh tersebut memiliki area representasi kortikal yang luas. 3
Lesi setingkat pedunkulus serebri, seperti proses vaskular, perdarahan,
atau tumor, menimbulkan hemiparesis spastik kontralateral yang dapat
disertai oleh kelumpuhan nervus okulomotorius ipsilateral. Lesi pons yang
melibatkan traktus piramidalis (tumor, iskemia batang otak, perdarahan)
menyebabkan hemiparesis kontralateral atau mungkin bilateral. Lesi pada
pyramid medulla (biasanya akibat tumor) dapat merusak serabut-serabut
traktus piramidalis secara terisolasi, karena serabut-serabut nonpiramidal
terletak lebih ke dorsal pada tingkat ini. Akibatnya, dapat terjadi
hemiparesis flasid kontralateral. Kelemahan tidak bersifat total (paresis,
bukan plegia), karena jaras desendens lain tidak terganggu.3
20
2.3 Stroke
2.2.1 Definisi
Stroke adalah gejala dan atau tanda gangguan fungsi otak fokal
maupun global yang terjadi tiba-tiba dan berlangsung progresif atau
menetap atau berakhir dengan kematian tanpa penyebab lain selain
gangguan vaskular, tanpa didahului trauma atau infeksi.4
Menurut WHO (World Health Organisation) stroke adalah adanya
tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak
fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam
atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang
jelas selain vaskuler.5
Stroke dapat diklasifikasikan berdasarkan patologi anatomi dan
penyebabnya yakni stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke iskemik
adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak yang disebabkan
kurangnya aliran darah ke otak sehingga mengganggu kebutuhan darah dan
oksigen di jaringan otak. Stroke hemoragik disebabkan oleh perdarahan ke
dalam jaringan otak (intraserebrum atau hematom intraserebrum) atau
perdarahan kedalam ruang subaraknoid, yaitu ruang sempit antara
permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak (hemoragia
subaraknoid). 6,7
2.2.2 Epidemiologi
Angka kejadian stroke sebesar 10% dari seluruh kematian di dunia
merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah penyakit jantung koroner
(13%) dan kanker (12%) di negara-negara maju. Prevalensi stroke bervariasi
di berbagai belahan dunia. Prevalensi stroke di Amerika Serikat adalah
sekitar 7 juta (3,0%), sedangkan di Cina prevalensi stroke berkisar antara
1,8% (pedesaan) dan 9,4% (perkotaan). Di seluruh dunia, Cina merupakan
negara dengan tingkat kematian cukup tinggi akibat stroke (19,9% dari
seluruh kematian di Cina), bersama dengan Afrika dan Amerika Utara.
Insiden stroke di seluruh dunia sebesar 15 juta orang setiap tahunnya,
21
2.2.4 Klasifikasi
Stroke dapat dibagi menjadi dua kategori utama yaitu, stroke hemoragik dan
stroke iskemik (stroke non hemoragik). 12,13
A. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik merupakan 15-20% dari semua stroke, dapat terjadi apabila
lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke
dalam ruang subaraknoid atau langsung ke dalam jaringan otak. Stroke hemoragik
juga dapat disebabkan karena pemakaian kokain atau amfetamin, karena zat-zat
ini dapat menyebabkan hipertensi berat dan perdarahan intraserebrum atau
subaraknoid.12
Stroke hemoragik dapat dibagi menjadi dua subtipe, yaitu perdarahan
intraserebral (PIS) yaitu perdarahan yang langsung ke jaringan otak atau disebut
juga sebagai perdarahan parenkim otak, dan perdarahan subaraknoid (PSA) yang
terjadi di ruangan subarachnoid (antara arachnoid dan piameter). 12
Sekitar 80-85% stroke adalah stroke iskemik, yang terjadi akibat abstruksi
atau bekuan di satu sisi lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Obstruksi dapat
disebabkan oleh bekuan (trombus) yang terbentuk di dalam suatu pembuluh otak
atau pembuluh organ distal. Pada trombus vaskular distal, bekuan dapat terlepas,
atau mungkin terbentuk di dalam suatu organ seperti jantung, dan kemudian
dibawa melalui sistem arteri ke otak sebagai suatu emboli. Sumbatan pada arteri
carotis interna sering sebagai penyebab stroke pada lansia, yang sering mengalami
pembentukan plak aterosklerotik di pembuluh darah sehingga terjadi penyempitan
25
Stroke Lakunar
Infark lakunar merupakan infark yang terjadi setelah oklusi aterotromborik
atau hialin-lipid salah satu dari cabang-cabang penetrans sirkulus Wilisi, arteria
serebri media, atau arteria vertebralis dan basilaris. Teradapat 4 sindrom lakunar:
hemiparesis motorik murni akibat infark di kapsula interna posterior, hemiparesis
motorik murni akibat infark pars anterior kapsula interna, stroke sensorik murni
kibat infark talamus, dan hemiparesis ataksik atau disartria serta gerakan tangan
atau lengan yang canggung akibat infark pons basal. 12
Stroke Embolik
Asal stroke embolik dapat suatu arteri distal atau jantung (stroke
kardioembolik). Trombus mural jantung merupakan sumber tersering: infark
miokardium, fibrilasi atrium, penyakit katup jantung, katup jantung buatan, dan
kardiomiopati iskemik. Stroke yang terjadi akibat embolus biasanya
menimbulkan defisit neurologik mendadak dengan efek maksimum sejak awitan
penyakit, biasanya serangan terjadi saat pasien beraktivitas. 12
Stroke Kriptogenik
Stroke kriptogenik adalah stroke iskemik akibat sumbatan mendadak
pembuluh intrakranial besar tetapi tanpa penyebab yang jelas. Namun, sebagian
besar stroke yang kausanya tidak jelas pada pasien yang profil klinisnya tidak
dapat dibedakan dari mereka yang mengidap aterotrombosis. 12
Berdasarkan kausal
a. Trombosis
Gambaran defisit neurologis dapat memberat dalam 24 jam pertama atau
lebih
b. Emboli
Gambaran defisit neurologi pertama kali muncul sangat berat, biasanya
serang timbul saat beraktifitas.12
28
b. Berdasarkan Kausal
Stroke Trombotik
Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada
pembuluh darah di otak. Trombotik dapat terjadi pada pembuluh
darah yang besar dan pembuluh darah yang kecil. Pada pembuluh
darah besar trombotik terjadi akibat aterosklerosis yang diikuti oleh
terbentuknya gumpalan darah yang cepat. Selain itu, trombotik juga
diakibatkan oleh tingginya kadar kolesterol jahat atau Low Density
Lipoprotein (LDL). Sedangkan pada pembuluh darah kecil,
30
Stroke Emboli
Stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung
atau lapisan lemak yang lepas. Sehingga, terjadi penyumbatan
pembuluh darah yang mengakibatkan darah tidak bisa mengaliri
oksigen dan nutrisi ke otak. Sekitar 20-30% penyebab stroke adalah
emboli, emboli dapat berasal dari jantung, arteri besar dan pembuluh
darah vena. Satu dari 6 stroke iskemik (15%) disebabkan oleh
kardioemboli. Frekuensi terjadinya tipe emboli yang berbeda variasi
tergantung dari umur penderita, emboli yang berasal dari katup
jantung rematik terdapat pada usia muda, emboli yang berasal dari
atherosclerosis lebih banyak ditemukan pada usia tua.
Iskemik Hemoragik
Trombosis Emboli Intraserebral Subaraknoid
Sering Gejala mendadak Sering pada usia Penyebab
didahului Sering terjadi pada dekade 5-8 terbanyak pecahnya
dengan TIA waktu bergiat Tidak ada gejala aneurisma
Sering terjadi Umumnya prodormal yang Sering terjadi pada
pada waktu kesadaran bagus jelas. Kadang hanya dekade 3-5 dan 7
istirahat dan Sering terjadi pada berupa nyeri kepala Gejala prodormal
bangun pagi dekade 2-3 dan 7. hebat, mual, yaitu nyeri kepala
Biasanya Harus ada sumber muntah. hebat
kesadaran bagus emboli Sering terjadi waktu Kesadaran sering
Sering terjadi siang, waktu bergiat, terganggu
pada dekade 6-8 waktu emosi Rangsang meningeal
Sering disertai positif
penurunan
kesadaran
Hasil CT Scan: Hasil CT Scan:
hiperdens hiperdens
Apakah ada perilaku atau gaya hidup yang relevan (merokok, konsumsi
alkohol, diet, aktivitas fisik, obat-obatan seperti: kontrasepsi oral, obat
trombolitik, antikoagulan, amfetamin).2
B. Pemeriksaan Fisik
♦ Sistem pembuluh perifer. Lakukan asukultasi pada arteria karotis untuk
mencari adanya bising dan periksa tekanan darah di kedua lengan untuk
diperbandingkan.
♦ Jantung, lakukan pemeriksaan aukultasi jantung untuk mencari murmur
dan disritmia, serta EKG.
♦ Retina, lakukan pemeriksaan ada tidaknya cupping diskus optikus,
perdarahan retina, kelainan diabetes.
♦ Ekstremitas, lakukan evaluasi ada tidaknya sianosis dan infark sebagai
tanda-tanda embolus perifer.
♦ Pemeriksaan neurologik untuk mengetahui letak dan luasnya suatu
stroke.6
- Fungsi visual, dengan pemeriksaan lapang pandang dan tes
konfrontasi
- Pemeriksaan pupil dan refleks cahaya
- Pemeriksaan doll’s eye phenomenon (jika tidak ada kecurigaan
cedera leher)
- Sensasi, dengan memeriksa sensai kornea dan wajah terhadap
benda tajam
- Gerakan wajah mengikuti perintah atau sebagai respon terhadap
stimuli noxious (menggelitik hidung)
- Fungsi faring lingual, dengan mendengarkan dan mengevaluasi
cara bicara dan memeriksa mulut.
- Fungsi motorik dengan memeriksa gerakan pronator, kekuatan,
tonus, kekuatan gerakan jari tangan atau jari kaki.
- Fungsi sensoris, dengan cara memeriksa kemampuan pasien untuk
mendeteksi sensoris dengan jarum, rabaan, vibrasi, dan posisi
36
C. Pemeriksaan penunjang
Analisis laboratorium: urianalisi, HDL, LED, panel metabolik dasar
(Na, K, Cl, bikarbonat, glukosa, nitrogen urea darah, dan kreatinin),
profil lemak serum, dan serologi untuk sifilis.
Pemeriksaan sinar-X toraks untuk mendeteksi pembesaran jantung dan
infiltrat paru yang berkaitan dengan gagal jantung kongestif.
Pungsi lumbal untuk mendeteksi kemungkinan terdapt darah di LCS
pada stroke hemoragik, terutama pada perdarahan subaraknoid.
USG karotis untuk mendeteksi gangguan aliran darah karotis dan
kemungkinan memperbaiki kausa stroke.
CT-scan merupakan gold standard untuk diagnosis stroke. CT-scan
kepala untuk membedakan stroke perdarahan intraserebral atau stroke
infark.
Angiografi serebrum untuk mendeteksi lesi ulseratif, stenosis, displasia
fibromuskular, fistula arteriovena, vaskulitis, dan pembentukan
trombus di pembuluh besar.
Transcranial Doppler (TCD) untuk menilai aliran darah kolateral dan
CBF total di aspek anterior dan posterior sirkulus Wilisi.12,13
37
D. Sistem Skoring
38
8) Migren hemiplegik
9) Ensefalitis atau abses otak
10) Cedera kepala
11) Lesi saraf perifer
12) Hypertensive encephalophaty
13) Multiple sclerosis
14) Penyakit Creutzfeldt-Jakob
15) Penyakit Wilson’s
2.7 Komplikasi
Pada pasien stroke yang berbaring lama dapat terjadi masalah fisik dan
emosional diantaranya:15
a. Bekuan darah (Trombosis)
Mudah terbentuk pada kaki yang lumpuh menyebabkan penimbunan
cairan, pembengkakan (edema) selain itu juga dapat menyebabkan embolisme
paru yaitu sebuah bekuan yang terbentuk dalam satu arteri yang mengalirkan
darah ke paru.
b. Dekubitus
Bagian tubuh yang sering mengalami memar adalah pinggul, pantat, sendi
kaki dan tumit. Bila memar ini tidak dirawat dengan baik maka akan terjadi
ulkus dekubitus dan infeksi.
c. Pneumonia
Pasien stroke tidak bisa batuk dan menelan dengan sempurna, hal ini
menyebabkan cairan terkumpul di paru-paru dan selanjutnya menimbulkan
pneumoni.
d. Atrofi dan kekakuan sendi (kontraktur)
Hal ini disebabkan karena kurang gerak dan immobilisasi.
e. Depresi dan kecemasan
Gangguan perasaan sering terjadi pada stroke dan menyebabkan reaksi
emosional dan fisik yang tidak diinginkan karena terjadi perubahan dan
kehilangan fungsi tubuh.15
40
2.8 Prognosis
Prognosis stroke adalah dubia. Prognosis stroke dapat dilihat dari 6 aspek
yakni: death, disease, disability, discomfort, dissatisfaction, dan destitution.
Keenam aspek prognosis tersebut terjadi pada stroke fase awal atau pasca
stroke. Untuk mencegah agar aspek tersebut tidak menjadi lebih buruk maka
semua penderita stroke akut harus dimonitor dengan hati-hati terhadap
keadaan umum, fungsi otak, EKG, saturasi oksigen, tekanan darah dan suhu
tubuh secara terus-menerus selama 24 jam setelah serangan stroke.15
Kehilangan fungsi yang terjadi setelah stroke sering digambarkan sebagai
impairments, disabilitas dan handicaps. Oleh WHO membuat batasan sebagai
berikut:15
1. Impairments: menggambarkan hilangnya fungsi fisiologis, psikologis dan
anatomis yang disebabkan stroke. Tindakan psikoterapi, fisioterapi, terapi
okupasional ditujukan untuk menetapkan kelainan ini.
2. Disabilitas adalah setiap hambatan, kehilangan kemampuan untuk berbuat
sesuatu yang seharusnya mampu dilakukan orang yang sehat seperti: tidak
bisa berjalan, menelan dan melihat akibat pengaruh stroke.
3. Handicaps adalah halangan atau gangguan pada seseorang penderita stroke
berperan sebagai manusia normal akibat “impairment” atau disability”
tersebut.15
Pada berbagai penelitian klinis, skala Barthel Index dan Modified Rankin
Scale umumnya digunakan untuk menilai outcome karena mudah digunakan,
pengukuran yang sensitif terhadap keparahan stroke dan memperlihatkan
interrater reliability.15
Skor Glasgow Coma Scale (GCS) yang lebih rendah dikaitkan dengan
prognosis yang lebih buruk dan tingkat kematian yang lebih tinggi. Volume
darah yang lebih besar saat presentasi juga dikaitkan dengan prognosis yang
lebih buruk. Pertumbuhan volume hematoma dikaitkan dengan hasil
fungsional yang lebih buruk dan peningkatan angka kematian. Skor
perdarahan intraserebral adalah instrumen yang paling umum digunakan
41
42
43
14. Aliah, A. et al., 2007. Kapita Selekta Neurologi 1st ed. Harsono, ed.,
Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.
15. Pudiastuti, RD. 2011. Penyakit Pemicu Stroke. Nuha Medika. Yogyakarta.