277-Article Text-760-1-10-20181127

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

AGROTECHBIZ Vol. 04 No.

01 Januari 2017 ISSN 2355-195X

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT SECARA GRAFTING


TERHADAP POSISI ENTRES DAN BEBERAPA VARIETAS MANGGA GARIFTA
(MANGIFERA INDICA L.)

Agus Edi Setiyono 1, Mohammad Munir 2


1
Staf Pengajar
Fakultas Pertanian Universitas Panca Marga,
2
mahasiswa

(diterima: 23.11.2016, direvisi: 01.12.2016)

Abstrak
Mangga merupakan jenis buah tropis yang digemari oleh masyarakat di dunia dan menjadi komoditas
perdagangan antar negara. Mangga dikenal sebagai The Best Loved-Tropical Fruit. Komoditas
hortikultura, khususnya buah-buahan salah satunya buah mangga mempunyai prospek baik bila
dikembangkan secara intensif dan dalam skala agribisnis. Untuk itu penyediaan varietas unggul mangga
diarahkan untuk memenuhi perubahan selera konsumen yang mulai menyukai warna buah merah untuk
buah segar. Di samping varietas-varietas untuk memenuhi kebutuhan produk olahan sebagai
diversifikasi produk mangga selaras dengan perkembangan industri olahan yang berkembang pesat.
Dalam usaha penyediaan bibit yang baik, banyak digunakan batang bawah terutama varietas madu. Selain
batang bawah, batang atas juga perlu diperhatikan sehingga nantinya akan diperoleh tanaman mangga
yang sesuai dengan selera konsumen. Dari beberapa cara perbanyakan tanaman mangga yang paling
mudah dan banyak dilakukan orang sekarang ini adalah okulasi dan grafting.
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui pengaruh posisi entres terhadap pertumbuhan bibit
mangga garifta secara grafting. 2) Mengetahui pengaruh varietas terhadap pertumbuhan bibit mangga
garifta secara grafting. 3) Mengetahui pengaruh interaksi antara posisi entres dan varietas terhadap
keberhasilan penyambungan pada mangga garifta.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) secara Faktorial dengan 2 faktor
yaitu posisi entres sebanyak 2 taraf perlakuan dan varietas sebanyak 3 taraf perlakuan serta dengan 4
ulangan. Apabila hasil uji F menunjukkan pengaruh yang nyata, maka analisis akan dilanjutkan dengan
Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%.
Kesimpulan hasil penelitian antara lain: 1) Perlakuan P1 (posisi entres bagian ujung) memberikan
hasil yang baik pada rerata panjang tunas dan rerata jumlah daun. 2) Perlakuan V1 (varietas mangga
Garifta Merah) memberikan hasil yang baik pada rerata panjang tunas, rerata jumlah daun dan rerata
prosentase bibit jadi. 3) Interaksi P1V1 (posisi entres bagian ujung dan varietas mangga Garifta Merah)
memberikan hasil yang baik pada rerata saat muncul tunas, rerata panjang tunas, dan rerata jumlah daun.

Kata Kunci: Posisi Entres, Varietas Mangga Garifta, Grafting.

perhatian, yaitu sejak tahun 1995 hingga 1997, produksi


PENDAHULUAN mangga Indonesia meningkat, tetapi ekspor pada tahun
Keadaan produksi ataupun produktivitas, dan kualitas yang sama mengalami penurunan tajam. Pada tahun 1997
mangga Indonesia masih rendah, padahal kita produksi mangga Indonesia mencapai 1.206.050 ton
mempunyai koleksi plasma nutfah terbesar No. 2 di dunia (11,20% dari total produksi buah nasional) sementara
setelah India. Kebun koleksi plasma nutfah terletak di ekspor mangga hanya sebesar 74,995 ton (0,048% dari
kebun percobaan daerah Cukorgondang Pasuruan. total ekspor buah nasional). Di lain pihak impor buah-
Penyebabnya antara lain adalah bentuk kultur budidaya buahan dalam tahun yang sama justru mengalami
yang bersifat tanaman pekarangan varietas atau kultivar peningkatan (Anonymous, 1998). Hal tersebut
aneka ragam, bibit kurang bermutu, dan pemeliharaan menunjukkan bahwa peran mangga dalam ekspor buah
kurang intensif (Rukmana, 1997). secara nasional makin turun. Hal ini disebabkan oleh
Disamping itu jika diamati laju perkembangan kualitas mangga Indonesia tidak mampu bersaing di pasar
mangga, maka dijumpai kasus yang perlu memperoleh global, atau konsumen jenuh dengan varietas yang ada,
17
Respon Pertumbuhan Bibit Secara Grafting terhadap … Munir, M.; Setiyono, A.E.

yaitu Arumanis atau Gadung. Dengan demikian bagian dasar berlubang, ukuran tinggi 20 cm dan
preferensi konsumen sedang berubah. Untuk itu perlu diameter 12,5 cm.
menawarkan varietas alternatif, agar segmen pasar yang Batang bawah yang digunakan adalah varietas
jenuh tersebut bergerak kembali. mangga madu-225 yang telah ditanam di polybag
Grafting adalah teknik menyatukan pucuk yang yang berumur kurang lebih 4 bulan, batang bawah
berfungsi sebagai calon batang atas dengan calon batang yang digunakan tersebut mempunyai diameter batang
bawah, sehingga dapat diperoleh batang baru yang antara 0,5 cm - 0,7 cm.
memiliki sifat-sifat unggul. Tujuan teknik ini yaitu Penyediaan batang atas yang diguanakan adalah
untuk mendapatkan bibit tanaman buah yang unggul, sebagai entres dari varietas mangga Garifta Merah,
memperbaiki bagian-bagian tanaman yang rusak atau Garifta Orange dan Garifta Gading. Batang atas dipilih
terserang hama dan penyakit, membantu proses dari ranting yang baik, diameter batang disesuaikan
pertumbuhan tanaman dan memperoleh buah kombinasi dengan batang, bentuknya lurus panjang sekitar 15 cm.
(Anonymous, 1990). Perompesan dilakukan dengan cara membuang
seluruh daun pada cabang yang akan dijadikan batang
atas.
METODOLOGI Batang bawah yang ada di polybag akan disambung
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Banjarsari bila sudah mencapai sebesar pensil. Cara penyabungan
Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo dengan menggunakan model sambung celah, pelaksanaan
tanah alluvial yang berada pada ketinggian ± 5 meter di penyambungan dilakukan setelah entres didefoliasi.
atas permukaan laut. Penelitian ini dilakukan selama Pengikatan penyambungan menggunakan kantong plastik
bulan Februari sampai Juli 2015. es yang lentur dengan cara dimulai dari bawah keatas
Bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini antara kemudian sisa plastik ditutupkan pada entres, tujuan
lain: entres varietas mangga Garifta Merah, varietas untuk menjaga kelembababan bibit hasil sambungan.
mangga Garifta Orange, varietas mangga Garifta Gading, Selama pembibitan pemeliharaan sambungan agar
batang bawah varietas Madu-225, tanah, polybag, dan diperoleh keberhasilan yang baik, maka dilakukan
plastik pembungkus. pemeliharaan antara lain pemberian air, pemupukan dan
Sedangkan alat yang dipergunakan dalam penelitian pengenalian hama penyakit.
ini antara lain: pisau okulasi, gunting stek, alat tulis Parameter pengamatan dalam penelitian ini antara
dan peralatan lain yang mendukung dalam pelaksanaan. lain:
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak 1. Saat muncul tunas
Kelompok (RAK) secara Faktorial dengan 2 faktor yaitu Dilakukan pengamatan saat muncul tunas dimulai
posisi entres sebanyak 2 (dua) taraf perlakuan dan pada hari ke 14 HSG sampai 21 HSG.
varietas sebanyak 3 taraf perlakuan serta dengan 4 2. Panjang tunas (cm)
ulangan. Diukur dari pangkal tunas sampai dengan titik
Adapun faktor yang diteliti adalah: tumbuh dan setiap sambungan hanya dipelihara 1
Faktor posisi entres (P) yang terdiri dari 3 (tiga) taraf tunas. Dilakukan pengamatan pada hari ke 21, 28, 35,
perlakuan, yaitu: 42, 49, 56, dan 63 HSG
P1 = Posisi entres bagian ujung. 3. Jumlah daun bibit (helai)
P2 = Posisi entres bagian pangkal. Diamati untuk daun yang telah membuka. Dilakukan
Faktor varietas (V) yang terdiri dari 3 taraf perlakuan, pengamatan pada hari ke 21, 28, 35, 42, 49, 56, dan
yaitu: 63 HSG
V1 = Varietas mangga Garifta Merah 4. Prosentase Entres yang Dorman (PED)
V2 = Varietas mangga Garifta Orange Yaitu entres yang masih hijau tetapi belum pecah
V3 = Varietas mangga Garifta Gading tunas. Dilakukan pengamatan pada akhir penelitian
Apabila hasil uji F menunjukkan pengaruh yang nyata, yakni 63 HSG
maka analisis akan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata PED = [[A – (b+c)] / A] x 100%
Terkecil (BNT) pada taraf 5% (Sastrosupadi, 2000). 5. Prosentase Entres yang Mati (PEM)
Persiapan dimulai dengan mengemburkan tanah, Yaitu entres yang sudah mati atau tidak dapat
kemudian dicampur dengan pasir dan pupuk kandang tumbuh. Dilakukan pengamatan pada akhir penelitian
dengan perbandingan 1:1:1. Kemudian media yang yakni 63 HSG
sudah dicampur itu dimasukkkan kedalam polybag yang PEM = [[A – (a+c)] / A] x 100%

18
AGROTECHBIZ Vol. 04 No. 01 Januari 2017 ISSN 2355-195X

6. Prosentase Bibit Jadi (PBJ) Menurut Rukmana (1997) bahwa perbedaan tingkat
Yakni bibit yang berhasil dan tetap tumbuh kecepatan mata tunas pecah yang dialami oleh masing-
sampai akhir penelitian. Dilakukan pengamatan pada masing varietas Mangga Garifta diduga karena
akhir penelitian yakni 63 HSG. kemampuan tanaman yang berbeda untuk membentuk
PBJ = [[A – (a+b)] / A] x 100% pertautan sambungan yang berhubungan dengan jumlah
dan kecepatan pembentukan kalus.
Keterangan: Umur batang bawah yang mempengaruhi
A = total bibit di grafting pembentukan kalus dan penyatuan sambungan dari dalam
a = jumlah entres dorman yaitu melalui cadangan makanan, hormon dan protein
b = jumlah entres mati pada batang dan kekuatan akar dari batang bawah. Selain
c = jumlah bibit jadi itu faktor iklim juga berpengaruh terhadap kecepatan
mata tunas pecah.
Hormon tanaman dapat diartikan luas, baik yang
HASIL DAN PEMBAHASAN buatan maupun yang asli, serta yang mendorong ataupun
Saat Muncul Tunas yang menghambat pertumbuhan (Overbeek, 1950 dalam
Hasil analisa sidik ragam terhadap muncul tunas Kusumo, 1984).
menunjukkan bahwa faktor posisi entres (P) dan faktor Pada kadar rendah tertentu hormon/zat tumbuh akan
varietas (V) berpengaruh sangat nyata. Sedangkan mendorong pertumbuhan, sedangkan pada kadar yang
interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata pada lebih tinggi akan menghambat pertumbuhan, meracuni,
saat muncul tunas. Pada analisa muncul tunas bahkan mematikan tanaman (Kusumo,1984).
menunjukkan bahwa, perlakuan posisi entres bagian Auksin banyak disusun di jaringan meristem di dalam
ujung (P1) dan varietas mangga Garifta Merah (V1) ujung-ujung tanaman seperti pucuk, kuncup bunga, tunas
memiliki nilai yang paling kecil sehingga semakin cepat daun dan lain-lainnya lagi (Dwidjoseputro, 1990).
muncul tunas maka akan semakin cepat pula Kusumo (1984) menyatakan perakaran yang timbul pada
perkembangan tunas bibit mangga tersebut. Karena sambung pucuk disebabkan oleh dorongan auksin yang
proses pemunculan tunas yang lebih awal akan berasal dari tunas dan daun. Tunas yang sehat pada
mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan batang adalah sumber auksin dan merupakan faktor
tunas sehingga bibit jadi yang dihasilkan akan lebih baik. penting dalam perakaran.
Sesuai data di atas, maka perlakuan interaksi P1 Tempat sintesis utama auksin pada tanaman yaitu di
(posisi entres bagian ujung) dan V1 (varietas mangga daerah meristem apikal tunas ujung. IAA (Indole Acetic
Garifta Merah) memberikan hasil hari setelah grafting Acid) yang diproduksi di tunas ujung tersebut diangkut
(sambung pucuk) yang lebih singkat saat muncul ke bagian bawah dan berfungsi mendorong pemanjangan
tunas karena tingkat kecepatan muncul tunas akan sel batang. IAA mendorong pemanjangan sel batang
mempengaruhi pertumbuhan bibit mangga. Oleh karena hanya pada konsentrasi tertentu yaitu 0,9 g/l. Di atas
itu, dengan melaksanakan grafting pada sore hari maka konsentrasi tersebut IAA akan menghambat pemanjangan
bibit mendapatkan suhu udara yang optimum dan sel batang.
kebutuhan air yang sangat tercukupi. Pengaruh menghambat ini kemungkinan terjadi
karena konsentrasi IAA yang tinggi mengakibatkan
Tabel 1 Hasil Pengaruh Faktor Tunggal Rerata Saat Muncul tanaman mensintesis ZPT lain yaitu etilen yang
Tunas (HSG) akibat pengaruh posisi entres dan memberikan pengaruh berlawanan dengan IAA. Jumlah
varietas
kadar auksin yang terdapat pada organ sambung pucuk
Perlakuan Rerata saat muncul tunas (HSG) bervariasi. Pada sambungan yang memiliki kadar auksin
P1
lebih tinggi, lebih mampu menumbuhkan akar dan
67.00 a
menghasilkan persen hidup sambungan lebih tinggi
P2 74.33 b
daripada stek yang memiliki kadar yang rendah.
BNT 5% 4.75
Sebagaimana diketahui bahwa auksin adalah jenis
V1 68.00 a
hormon penumbuh yang dibuat oleh tanaman dan
V2 72.00 b
berfungsi sebagai katalisator dalam metabolisme dan
V3 72.00 b berperan sebagai penyebab perpanjangan sel (Alrasyid
BNT 5% 1.61 dan Widiarti, 1990). Fungsi utama dari hormon auksin
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada yaitu mempengaruhi pertambahan panjang batang,
kolom yang sama berbeda tidak nyata pada uji
BNT 5%. pertumbuhan, diferensiasi dan percabangan akar;

19
Respon Pertumbuhan Bibit Secara Grafting terhadap … Munir, M.; Setiyono, A.E.

perkembangan buah; dominansi apikal; fototropisme dan Tabel 3 Hasil Pengaruh Faktor Interaksi Rerata Panjang Tunas
geotropisme. (cm) akibat pengaruh posisi entres dan varietas pada
Tempat dihasilkan auksin dan lokasinya pada umur 35, 42, 63 HSG
tumbuhan yaitu di meristem apikal tunas ujung, daun Rerata Panjang Tunas (cm)
Perlakuan
muda, embrio dalam biji. 35 HSG 42 HSG 63 HSG
P 1V1 4.75 b 6.54 c 13.21 c
Panjang Tunas
P 1V2 3.79 a 5.71 b 12.79 bc
Hasil analisa sidik ragam terhadap panjang tunas
P 1V3 3.79 a 5.42 ab 12.38 bc
menunjukkan bahwa faktor posisi entres (P) berpengaruh
sangat nyata saat bibit berumur 28, 35,42, 56, dan 63 P 2V1 3.63 a 5.29 ab 11.58 ab
HSG serta berpengaruh nyata saat bibit berumur 49 HSG. P 2V2 3.67 a 4.96 a 10.54 a
Sedangkan faktor varietas (V) berpengaruh sangat nyata P 2V3 3.58 a 5.21 ab 11.54 ab
saat bibit berumur 35, 42, 56, dan 63 HSG. Interaksi
BNT 5% 0.53 0.68 1.25
kedua perlakuan berpengaruh sangat nyata pada umur 35
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada
dan 42 HSG serta berpengaruh nyata pada umur 63 HSG.
kolom yang sama berbeda tidak nyata pada uji
Pada analisa rerata panjang tunas menunjukkan BNT 5%
bahwa, perlakuan posisi entres bagian ujung (P1) dan
varietas mangga Garifta Merah (V1) memiliki tunas yang Bertambahnya panjang tunas dipengaruhi oleh
lebih panjang pada saat bibit berumur 28, 49, dan 56 kandungan unsur hara dalam tanah yaitu Nitrogen (N)
HSG. Sedangkan untuk interaksi perlakuan posisi entres yang akan merangsang pertumbuhan tunas. Serta proses
dan varietas memberikan hasil terhadap panjang tunas fotosintesis yang berlangsung dengan baik karena
pada perlakuan posisi entres bagian ujung dan varietas mendapatkan cahaya matahari yang berkecukupan
mangga Garifta Merah (P1V1) saat bibit berumur 35, 42, sehingga posisi entres bagian ujung lebih cepat
63 HSG. Interaksi kedua perlakuan berpengaruh sangat mendapatkan cahaya matahari daripada posisi entres
nyata pada umur 35 dan 42 HSG serta berpengaruh nyata bagian pangkal. Sementara itu varietas mangga Garifta
pada umur 63 HSG. Merah lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan
Pada analisa rerata panjang tunas menunjukkan serta lebih cepat perkembangannya daripada varietas
bahwa, perlakuan posisi entres bagian ujung (P1) dan mangga Garifta Orange dan mangga Garifta Gading.
varietas mangga Garifta Merah (V1) memiliki tunas yang Menurut Tjitrosoepomo (2003) mengemukakan
lebih panjang pada saat bibit berumur 28, 49, dan 56 bahwa varietas yang mengalami peningkatan panjang
HSG. Sedangkan untuk interaksi perlakuan posisi entres tunas merupakan varietas yang cenderung dapat
dan varietas memberikan hasil terhadap panjang tunas beradaptasi dengan lingkungan yang ekstrim, karena
pada perlakuan posisi entres bagian ujung dan varietas intensitas cahaya matahari mempengaruhi berbagai
mangga Garifta Merah (P1V1) saat bibit berumur 35, 42, proses dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman
63 HSG. terutama adalah fotosintesis. Berkurangnya cahaya yang
diterima oleh tanaman akan dapat mempengaruhi
Tabel 2 Hasil Pengaruh Faktor Tunggal Rerata Panjang Tunas
(cm) akibat pengaruh posisi entres dan varietas pada pengurangan pertumbuhan akar, serta tanaman
umur 28, 49, 56 HSG menunjukkan gejala etiolasi.
Rerata Panjang Tunas (cm)
Peningkatan panjang tunas juga terjadi karena pada
Perlakuan masa pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh penyerapan
28 HSG 49 HSG 56 HSG
unsur hara dan air pada batang bawah. Pada fase ini
P1 9.78 a 34.39 a 43.39 b tanaman mangga yang telah disambung harus
P2 8.06 a 32.56 a 37.83 a mendapatkan cukup air untuk mempercepat terjadinya
BNT 5% 2.38 3.92 3.36 pertautan antara batang atas dan batang bawah.
V1 9.67 a 34.50 a 42.34 c Dari hasil pengukuran panjang tunas hasil sambungan
V2
terdapat perbedaan antar perlakuan varietas mangga ini
8.67 a 32.34 a 39.00 a
dapat dipengaruhi oleh varietas mangga itu sendiri,
V3 8.42 a 33.59 a 40.50 b
karena varietas mangga Garifta Merah (V1) memiliki
BNT 5% - - 1.14 karekteristik yang berbeda dengan 2 (dua) varietas
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada mangga yang lain. Pada beberapa varietas tanaman
kolom yang sama berbeda tidak nyata pada uji mengalami kesukaran dalam penyambungan karena tidak
BNT 5% terjadi pembentukan kalus atau pembentukan kalus tidak
sempurna. Prinsip dari pembentukan kalus ini adalah

20
AGROTECHBIZ Vol. 04 No. 01 Januari 2017 ISSN 2355-195X

karena adanya pemulihan dari sel-sel parenkim ke Tabel 5 Hasil Pengaruh Faktor Tunggal Rerata Jumlah Daun
permukaan luka potongan. Periode masa pertautan antara (helai) akibat pengaruh posisi entres dan varietas pada
batang atas dengan batang bawah dipengaruhi oleh umur 42 dan 63 HSG.
pembentukan jaringan kalus pada bagian pemotongan. Rerata Jumlah Daun (helai)
Perlakuan
Menurut Wattimena (1986) dalam Hanafi et. al. 42 HSG 63 HSG
(2011) menyatakan bahwa kalus merupakan sekumpulan P1 52.67 a 85.45 a
sel yang aktif mengadakan pembelahan sel dan
P2 52.00 a 84.00 a
pertambahan plasma sehingga dapat memperbesar dan
BNT 5% - 3.36
membentuk massa sel yang terorganisir. Terbentuknya
kalus pada bagian yang terluka tersebut disebabkan V1 54.50 c 91.34 c
adanya penumpukan hasil asimilasi pada bagian luka dari V2 49.17 a 75.00 a
kedua bagian batang tanaman yang masih menyimpan V3 53.33 b 87.84 b
cadangan asimilat dari tanaman induk sebelumnya. Maka BNT 5% 1.14 1.14
panjang tunas pada sambungan tanaman mangga setiap Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada
minggu mengalami peningkatan. kolom yang sama berbeda tidak nyata pada uji
BNT 5%
Jumlah Daun
Hasil analisa sidik ragam terhadap jumlah daun Tabel 6 Hasil Pengaruh Faktor Interaksi Rerata Jumlah Daun
menunjukkan bahwa faktor posisi entres (P) berpengaruh (helai) akibat pengaruh posisi entres dan varietas pada
sangat nyata saat bibit berumur 28 dan 56 HSG serta umur 49 dan 56 HSG.
berpengaruh nyata saat bibit berumur 35, 49, dan 63 Rerata Jumlah Daun (helai)
HSG. Sedangkan faktor varietas (V) berpengaruh sangat Perlakuan
nyata saat bibit berumur 28, 35, 42, 49, 56 dan 63 HSG 49 HSG 56 HSG
serta berpengaruh nyata saat bibit berumur 21 HSG. P 1V1 16.83 c 19.67 c
Interaksi kedua perlakuan berpengaruh sangat nyata pada
umur 56 HSG serta berpengaruh nyata pada umur 49 P 1V2 14.42 a 16.42 a
HSG. P 1V3 16.25 bc 18.67 bc
Pada analisa rerata jumlah daun menunjukkan
bahwa, perlakuan posisi entres bagian ujung (P1) dan P 2V1 16.33 bc 18.83 bc
varietas mangga Garifta Merah (V1) memiliki jumlah
P 2V2 14.50 ab 16.50 ab
daun yang lebih banyak pada saat bibit berumur 21, 28,
35, 42 dan 63 HSG. Sedangkan untuk interaksi P 2V3 15.75 b 18.58 b
perlakuan posisi entres dan varietas memberikan hasil
BNT 5% 0.81 0.68
terhadap panjang tunas pada perlakuan posisi entres
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada
bagian ujung dan varietas mangga Garifta Merah (P1V1)
kolom yang sama berbeda tidak nyata pada uji
saat bibit mangga berumur 49 dan 56 HSG.
BNT 5%

Tabel 4 Hasil Pengaruh Faktor Tunggal Rerata Jumlah Daun


Peningkatan jumlah daun dipengaruhi oleh
(helai) akibat pengaruh posisi entres dan varietas pada
umur 21, 28, 35 HSG. kandungan unsur hara dalam tanah akibat proses
Rerata Jumlah Daun (helai)
pemupukan. Sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan
Perlakuan vegetatif tanaman untuk memacu pertumbuhan daun saat
21 HSG 28 HSG 35 HSG
P1
melakukan proses fotosintesis. Kandungan unsur hara
13.11 a 22.78 a 37.33 a
yang ada dalam tanah dapat memacu proses
P2 12.11 a 21.33 a 35.78 a
perkembangan daun sehingga dalam waktu yang lama
BNT 5% - 2.70 3.36
jumlah daun juga akan semakin meningkat.
13.84 b 25.17 c 38.83 c
Faktor penting dalam pertumbuhan daun adalah unsur
V1V2 12.11 a 19.67 a 34.00 a
Nitrogen (N) yang berperan dalam pembentukan zat hijau
V3 12.34 a 21.34 b 36.84 b
daun atau mensintesis klorofil yang sangat penting di
BNT 5% 1.14 0.91 1.14
dalam proses fotosintesis. Sinar matahari yang ditangkap
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada
klorofil pada tanaman yang mempunyai hijau daun
kolom yang sama berbeda tidak nyata pada uji
merupakan energi dalam proses fotosintesis. Hasil
BNT 5%
fotosintesis ini menjadi bahan utama dalam pertumbuhan

21
Respon Pertumbuhan Bibit Secara Grafting terhadap … Munir, M.; Setiyono, A.E.

dan produksi tanaman. Selain meningkatkan laju proses perkecambahan. Dormansi dalam bibit mangga
fotosintesis, peningkatan cahaya matahari biasanya adalah keadaan dimana tunas itu tumbuh namun tidak
mempercepat pembungaan dan pembuahan. berkembang dengan baik sehingga pertumbuhan dan
Menurut Tjitrosoepomo (2003) menyatakan bahwa perkembangan tanamannya akan terhambat dan tidak
penurunan intensitas cahaya matahari akan dapat menghasilkan bibit yang sempurna.
memperpanjang masa pertumbuhan tanaman. Jika air Menurut Winarno, dkk. (1990) menerangkan bahwa
cukup maka pertumbuhan dan produksi bibit mangga tanaman yang menerima intensitas cahaya yang rendah
hampir seluruhnya ditentukan oleh suhu dan radiasi mengakibatkan panjang tunas cenderung lebih kecil, hal
matahari. Sehingga perbedaan pertumbuhan masing- ini disebabkan karena pembelahan sel pada tunas
masing perlakuan tergantung pada respon dari kedua terhambat sehingga terjadi perkembangan yang tidak baik
varietas tersebut menerima faktor penunjang dan akan menghambat proses perkembangan tanaman
pertumbuhan jumlah daun misalnya kecukupan unsur selanjutnya seperti tidak munculnya daun pada tanaman.
nitrogen dalam media tanam, kecukupan sinar matahari, Selain itu pada setiap varietas mangga memiliki
dan faktor biologis. penyesuaian atau toleransi yang berbeda terhadap
Ashari (1995) mengemukakan bahwa pertautan lingkungan sehingga perkembangan bibit mangga akan
antara batang atas dengan batang bawah melalui beberapa terlihat perbedannya pada setiap entres varietas yang
tahapan. Apabila dua jenis tanaman disambung maka digunakan sebagai batang atas penyambungan grafting.
pada daerah potongan dari masing-masing tanaman Musim dingin atau masa kering merupakan waktu
tersebut tumbuh sel-sel meristematis. Agar proses dimana tanaman beradaptasi menjadi dorman (penundaan
pertautan tersebut dapat berlanjut, kegiatan sel/jaringan pertumbuhan). ABA yang dihasilkan oleh kuncup
meristem antara daerah potongan harus terjadi kontak menghambat pembelahan sel pada jaringan meristem
untuk saling menjalin secara sempurna. Hal ini hanya apikal dan pada kambium pembuluh sehingga menunda
mungkin apabila kedua jenis tanaman cocok (kompatibel) pertumbuhan primer maupun sekunder. ABA juga
dan irisan luka rata, serta pengikatan sambungan tidak memberi sinyal pada kuncup untuk membentuk sisik
terlalu lemah dan tidak terlalu kuat, sehingga terjadi yang akan melindungi kuncup dari kondisi lingkungan
kerusakan/kematian jaringan. Semakin cepat terjadi yang tidak menguntungkan. Dinamai dengan asam
tautan antara batang atas dan batang bawah maka absisat karena diketahui bahwa ZPT ini menyebabkan
tanaman akan semakin cepat menyalurkan makanan yang absisi/rontoknya daun tumbuhan pada musim gugur.
digunakan untuk keperluan pembentukan jaringan Nama tersebut telah popular walaupun para peneliti
baru dan mempercepat pembentukan tunas baru. Pada tidak pernah membuktikan kalau ABA terlibat dalam
saat tunas sudah muncul maka daun juga akan cepat gugurnya daun (Alrasyid dan Widiarti, 1990).
tumbuh.
Prosentase Entres yang Mati (PEM)
Prosentase Entres yang Dorman (PED) Berikut ini adalah hasil perhitungan prosentase entres
Berikut ini adalah hasil perhitungan prosentase entres yang mati dari data hasil pengamatan yang diperoleh,
yang dorman dari data hasil pengamatan yang diperoleh, yakni:
yakni: PEM = [[A – (a+c)] / A] x 100%
PED = [[A – (b+c)] / A] x 100% = [[120 – (12 + 102)] / 120] x 100%
= [[120 – (6 + 102)] / 120] x 100% = 5%
= 10% Keterangan:
Keterangan: A = total bibit di grafting
A = total bibit di grafting a = jumlah entres dorman
a = jumlah entres dorman b = jumlah entres mati
b = jumlah entres mati c = jumlah bibit jadi
c = jumlah bibit jadi
Hasil analisa sidik ragam terhadap prosentase entres
Hasil analisa sidik ragam terhadap prosentase entres mati juga menunjukkan bahwa faktor posisi entres (P)
dorman menunjukkan bahwa faktor posisi entres (P) dan dan faktor varietas (V) serta interaksi kedua perlakuan
faktor varietas (V) serta interaksi kedua perlakuan (PxV) (PxV) berpengaruh tidak nyata pada bibit mangga.
berpengaruh tidak nyata pada bibit mangga. Bibit mangga yang telah mati dikarenakan adanya
Dormansi merupakan cara embrio biji serangan hama dan penyakit yang dapat menghentikan
mempertahankan diri dari keadaan lingkungan yang proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman
tidak menguntungkan, tetapi berakibat pada lambatnya tersebut. Salah satu hama yang ada di lapang pada bibit

22
AGROTECHBIZ Vol. 04 No. 01 Januari 2017 ISSN 2355-195X

mangga adalah walang sangit yang dapat membuat Tabel 7 Hasil Pengaruh Faktor Tunggal Rerata Prosentase
daun mongering karena hama tersebut akan menghisap Bibit Jadi (%) akibat pengaruh posisi entres dan
zat hijau daun pada daun mangga. Penyakit yang sering varietas.
dijumpai pada bibit mangga disebabkan karena jamur dan Rerata Prosentase Bibit
Perlakuan
cendawan sehingga membuat warna daun menghitam dan Jadi (%)
akhirnya tanaman akan mati. P1 14.16 a
Menurut Rochiman (1983) menyatakan bahwa
meskipun serangan hama dan penyakit pada saat P2 14.16 a
pembibitan tanaman mangga sangat kecil, namun perlu BNT 5% -
adanya pengendalian hama dan penyakit saat tanaman V1 15.42 b
masih muda karena akan mengurangi jumlah bibit
mangga yang akan mati. V2 13.33 a
Menurut pendapat Hartmann dan Kester (1958) V3 13.74 ab
dalam Sukarmin et. al. (2009) bahwa kesiapan entres
BNT 5% 1.05
untuk disambungkan berkaitan dengan ukuran entres,
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada
yang menunjukkan kecukupan kandungan karbohidrat
kolom yang sama berbeda tidak nyata pada uji
sebagai cadangan makanan untuk pertumbuhan
BNT 5%
selanjutnya. Batang atas/entres yang besar mempunyai
cadangan karbohidrat lebih banyak dibanding entres yang Varietas mangga Garifta Merah (V1) memiliki
kecil. Cadangan makanan yang terbentuk dari proses prosentase yang lebih baik daripada perlakuan varietas
fotosintesis diperlukan untuk memacu inisiasi yang lainnya ini disebabkan oleh kemampuan beradaptasi
pembentukan kalus di daerah pertautan dan merangsang varietas mangga Garifta Merah lebih baik daripada
mata tunas/entres untuk pecah dan tumbuh. Ketuaan varietas mangga Garifta Orange dan mangga
entres mempengaruhi proses pertautan antara batang Garifta Gading. Serta bergantung dari sifat genetik
bawah dan batang atas. Entres yang terlalu tua/muda pada varietas mangga Garifta Merah.
menyebabkan proses pertautan kurang sempurna Menurut Rochiman, (1983) menyatakan bahwa
sehingga kambium pada daerah perbedaan susunan genetik merupakan salah satu
pertautan tidak berkembang dan tidak membentuk penyebab keragaman penampilan tanaman. Keragaman
jaringan yang normal. Faktor iklim seperti curah penampilan tanaman akibat susunan genetik selalu
hujan yang tinggi selama penyambungan juga dapat mungkin terjadi sekalipun bahan tanaman yang
menggagalkan pertautan antara batang bawah digunakan berasal dari jenis yang sama. Setiap varietas
dan batang atas karena mengakibatkan memiliki ciri dan sifat khusus yang berpengaruh satu
sambungan busuk. sama lain sehingga akan menunjukkan keragaman
penampilan.
Prosentase Bibit Jadi Bibit tanaman mangga yang telah jadi akan terus
Berikut ini adalah hasil perhitungan prosentase bibit berkembang sesuai dengan keadaan lingkungan
jadi dari data hasil pengamatan yang diperoleh, yakni: disekitarnya. Sehingga tetap perlu adanya pemeliharaan
PBJ = [[A – (a+b)] / A] x 100% bibit mangga yang telah jadi agar tidak layu dan mati.
= [[120 – (12 + 6)] / 120] x 100% Pemeliharaan tanaman salah satunya dengan menyiram
= 85% bibit mangga setiap hari agar kebutuhan air pada bibit
Keterangan: tercukupi sehingga bibit tanaman akan tetap sehat
A = total bibit di grafting sebelum nantinya akan dipindahkan ke lapang.
a = jumlah entres dorman Menurut Salisbury dan Ross (1992) menyatakan juga
b = jumlah entres mati bahwa tanaman pada kondisi cukup air (tekanan turgor)
c = jumlah bibit jadi tinggi, pertumbuhan sel berlangsung lebih baik, karena
status air (potensial air) dalam tanaman selalu bervariasi
Hasil analisa sidik ragam terhadap prosentase bibit dalam sehari. Sehingga jika suatu tanaman mendapatkan
jadi menunjukkan bahwa faktor varietas (V) berpengaruh air dalam jumlah yang cukup maka tanaman akan
nyata pada bibit mangga namun faktor posisi entres (P) berkembang dengan baik.
dan interaksi kedua perlakuan (P x V) berpengaruh tidak Jumlah sambungan jadi di akhir pengamatan ini
nyata pada bibit mangga. dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adalah
proses pembentukan pertautan batang atas dan batang

23
Respon Pertumbuhan Bibit Secara Grafting terhadap … Munir, M.; Setiyono, A.E.

bawah. Proses pebentukan pertautan sambungan dapat Anonymous, 1990. Perbanyakan Secara Grafting.
disamakan dengan penyembuhan luka, apabila pangkal Diunduh pada
sebuah tanaman dibelah, maka jaringan yangluka tersebut http://www.binasyifa.com/099/86/25/perbanyakan-
secara-grafting.htm (diakses tanggal 19 Januari 2015).
akan sembuh dengan jika luka tersebut diikat dengan
kuat. Keberhasilan penyambungan suatu tanaman , 1998. Pembibitan Tanaman
tergantung pada terbentuknya pertautan sambungan itu, Mangga. Diunduh pada
dimana sebagian besar disebabkan oleh adanya hubungan http://bibithijau.blogspot.com/2014/05/cara-
pembibitan-tanaman- mangga.html (diakses tanggal
kambium yang rapat dari kedua batang yang
19 Januari 2015).
disambungkan. Selain adanya pengikat yang erat akan
menahan bagian sambungan untuk tidak bergerak, Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta:
Penerbit UI Press.
sehingga kalus yang terbentuk akan semakin cepat
terbentuk dan terpadu dengan kuat. Jalinan kalus yang Dwijoseputro. 1990. Taksonomi Mangga Budidaya
kuat semakin menguatkan pertautan sambungan yang Indonesia dalam Praktik. J.Agron Indonesia.
terbentuk antara batang atas dan batang bawah (Ashari, Hanafi et al. (2011). Pengelolaan Usaha Pembibitan
1995). Tanaman Buah. Jakarta : Penebar Swadaya.
Kusumo. 1984. Dasar-dasar Pengetahuan Tentang Zat
Pengatur Tumbuh.Bandung: PT. Angkasa.
PENUTUP
Rochiman. 1983. Dasar Budidaya Mangga. Yogyakarta :
Kesimpulan Pustaka Baru Press.
Sesuai dengan hasil penelitian, maka terdapat
Rukmana, Rahmat. 1997. Budidaya Mangga. Yogyakarta
beberapa kesimpulan sebagai berikut: : Kanisius.
1. Terdapat pengaruh posisi entres terhadap
Salisbury dan Ross. 1992. Pengantar Budidaya Mangga.
pertumbuhan bibit mangga garifta secara grafting Yogyakarta : Kanisius
yaitu pada perlakuan P1 (posisi entres bagian ujung)
pada pengamatan saat muncul tunas dan panjang Sastrosupadi, Adji. 2000. Rancangan Percobaan
Praktis Bidang Pertanian.Yogyakarta : PT. Kanisius.
tunas.
2. Terdapat pengaruh varietas terhadap pertumbuhan Sukarmin, F. Ihsan, dan Endriyanto. 2009. Teknik
perbanyakan FI mangga dengan menggunakan
bibit mangga garifta secara grafting yaitu pada
batang bawah dewasa melalui sambung pucuk.
perlakuan V1 (varietas mangga Garifta Merah) pada Buletin Teknik Pertanian 14(2): 58-61
pengamatan saat muncul tunas, panjang tunas, jumlah
Tjitrosoepomo. 2003. Tanaman Mangga dan Teknik
daun dan hasil prosentase bibit jadi.
Budidayanya. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
3. Terdapat pengaruh interaksi antara posisi entres dan
varietas terhadap keberhasilan penyambungan pada Winarno, Heriyanto, dan Supomo. 1990.
Pembibitan Tanaman Mangga.Yogyakarta :
mangga garifta yaitu pada interaksi P1V1 (posisi
Kanisius.
entres bagian ujung dan varietas mangga Garifta
Merah) pada pengamatan panjang tunas dan jumlah
daun.

Saran
Dari hasil penelitian pada pengaruh posisi entres dapat
menghemat penggunaan entres lebih dari dua kali lipat
sehingga entres pada grafting tidak fokus pada
penggunaan bagian ujung ranting, jadi pada penelitian
selanjutnya perlu adanya hal terbaru pada percepatan
produksi buah.

DAFTAR PUSTAKA
Alrasyid dan Widiarti. 1990. Perbanyakan Tanman
dengan Biji, Setek, Cangkok, Sambung, Okulasi dan
Kultur Jaringan. Yogyakarta. Kanisius.

24

Anda mungkin juga menyukai