S62390 Olivia Syalia
S62390 Olivia Syalia
S62390 Olivia Syalia
Email: [email protected]
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian operasional, kualitatif dengan permasalahan tingginya angka pasien
hilang, dimana pasien terebut tidak mendapatkan pelayanan, dan tidak bayar di RS.Ananda,
pasien tersebut akan menyebabkan kerugian yang sangat besar untuk rumah sakit. Penelitian ini
bertujuan menggambarkan cetak biru pelayanan pasien dalam mendapatkan pelayanan poli rawat
jalan, dan juga untuk mengetahui faktor yang menyebabkan pasien hilang.Hasil penelitian ini
adalah perbaikan desain cetak biru pasien rawat jalan yang diharapkan sebagai masukan kepada
pihak manajemen dalam penyusunan perbaikan guna meningkatkan mutu pelayanan.
Kata kunci:
Pelayananrawat jalan, desain cetak biru layanan, mutu pelayanan
ABSTRACT
Has been done operational, qualitative research the problems of the high number of patient lost,
which is the patient is not get the services, and not paid the services, so the patient can make huge
losses for hospital. This research is purpose to describe blueprint design outpatient services to get
the service in outpatient instalation, and to know the causes factor lost patient. The result of this
reaserch is suggestion to improvement the blueprints outpatient service design for management
preparation of improvement quality service.
Key words:
Outpatient service, blueprint service design, quality service
PENDAHULUAN
Kesehatan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat berarti dalam
Service design beberapa dekade terakhir, contohnya yaitu pada angka kematian
bayi turun dari 118 kematian per seribu kelahiran di tahun 1970 menjadi 35 di
tahun 2003, dan angka harapan hidup meningkat dari 48 tahun menjadi 66 tahun
pada periode yang sama. Perkembangan ini memperlihatkan dampak dari ekspansi
penyediaan fasilitas kesehatan publik di tahun 1970 dan 1980, serta dampak dari
program keluarga berencana. Meski demikian masih terdapat tantangan baru
sebagai akibat perubahan sosial dan ekonomi, salah satunya yaitu menurunnya
kondisi dan penggunaan fasilitas kesehatan publik serta kecenderungan penyedia
Sistem kesehatan di Indonesia banyak bergantung pada sektor swasta dan upaya
untuk meningkatkan kondisi kesehatan tidak akan berhasil jika mereka tidak
dilibatkan dalam proses ini. Dalam hal ini contohnya yaitu, lebih banyak orang
menggunakan fasilitas kesehatan sektor swasta untuk pelayanan kesehatan yang
penting dibandingkan fasilitas kesehatan pemerintah, seperti ketika bersalin
(kelahiran), anak menderita diare, infeksi pernapasan yang akut.Kecenderungan
ini terjadipula pada perilaku kaum miskin.Dengan ketergantungan terhadap
pelayanan kesehatan pihak swasta, Departemen Kesehatan dapat melindungi
pengguna jasa kesehatan tersebut dengan menjamin kualitas dan akuntabilitas
melalui intervensi di sisi permintaan (seperti dengan pemberian kupon kesehatan
untuk orang miskin dan asuransi kesehatan) dan melalui regulasi maupun lisensi
kesehatan (Indonesia Policy Briefe, worldbank.org).
Peta industri pelayanan kesehatan khususnya rumah sakit beberapa tahun terakhir
menunjukan trend perkembangan dan persaingan yang meningkat di
Indonesia.Rumah sakit baik pemerintah maupun swasta semakin banyak
bermunculan pada setiap daerah di Indonesia.Hal tersebut mengakibatkan
masyarakat semakin kritis dalam meilih pelayanan kesehatan yang bermutu
(Widyaningsih, dkk, 2010).
Pengelolaan rumah sakit yang efisien dan efektif menjadi kunci agar mampu
bertahan di era Jaminan Kesehatan Nasional saat ini. Itu yang harus dipersiapkan
rumah sakit swasta sebelum bergabung menjadi penyedia layanan kesehatan bagi
peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan.Menurut Ichsan Hanafi
dalam diskusi “Testimoni Fasilitas Kesehatan dalam Implementasi JKN”, walau
rumah sakit swasta tidak diwajibkan bekerja sama dengan BPJS Kesehatan,
sebaiknya rumah sakit swasta mulai mempertimbangkan untuk menjadi fasilitas
pemberi layanan (provider) bagi peserta BPJS Kesehatan. Saat ini tarif Indonesia
Case Based Groups (INA-CBGs) belum sesuai harapan, akan tetapi sepanjang
pengelola rumah sakit mampu mengelola dengan efisien dan efektif maka akan
bisa bertahan di era JKN saat ini (Kompas.com, 2015).
Efektifitas dan efisiensi merupakan salah satu dimensi mutu yang menjadi acuan
atau pedoman bagi perusahaan atau organisasi untuk memperoleh hasil yang
maksimal (Wijono,1999). Keadaan fisik fasilitas dan peralatan, administrasi
proses, kualifikasi, pengalaman dan pelatihan staf medis dan non medis, dan
akreditasi rumah sakit adalah masalah struktural yang mempengaruhi efektivitas
pelayanan rumah sakit.
RS. Ananda merupakan rumah sakit swasta tipe B dengan kepemilikan persero
(PT), yang mana pada pembahasan sebelumnya dinyatakan bahwa RS.Swasta saat
ini sudah semakin banyak dan masyarakat sudah semakin kritis dalam memilih
pelayanan kesehatan, sehingga peningkatan mutu pelayanan merupakan keharusan
dalam memberikan pelayanan terbaik untuk masyarakat.
TINJAUAN TEORITIS
Pengertian mutu menurut AV Feigenbaun yang dikutip oleh Wijono (2000),
secara umum menyebutkan bahwa mutu produk dan jasa didefinisiakn sebagai
seluruh gabungan karakteristik produk dan jasa dari pemasaran, rekayasa,
pembuatan, dan pemeliharaan yang membuat produk dan jasa yang digunakan
memenuhi harapan pelanggan. Berikut adalah pengertian mutu secara singkat
yang dianggap cukup penting seperti yang dikutip oleh Azwar (2010) adalah:
1. Mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang sedang
diamati
2. Mutu adalah sifat yang dimiliki oleh suatu program
3. Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri suatu barang jasa, yang
didalamnya terkandung sekaligus pengertian rasa aman atau oemenuhan
kebutuhan para pengguna
4. Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan
Mutu pelayanaan kesehatan sangat dipengaruhi oleh kualitas sarana fisik, jenis
tenaga yang tersedia, obat dan alat kesehatan, serta proses pemberian pelayanan.
Oleh karena itu, peningkatan mutu faktor-faktor tersebut termasuk sumber daya
manusia dan profesionalisme diperbolehkan agar pelayanan kesehatan yang
bermutu dan pemerataan pelayanan kesehatan dapat dinikmati oleh seluruh
lapisan masyarakat (Bustami, 2011). Mutu pelayanan kesehatan adalah derajat
dipenuhinya kebutuhan masyarakat atau perorangan terhadap asuhan kesehatan
yang sesuai dengan standar profesi yang baik dengan pemanfaatan sumber daya
secara wajar, efisien, efektif dalam keterbatasan kemampuan pemerintah dan
masyarakat, serta diselenggarakan secara aman dan memuaskan pelanggan sesuai
dengan norma dan etika yang baik (Azwar, 2010).
1. Kompetensi teknis
Kompetensi teknis berkaitan dengan keterampilan, kemampuan dan
penampilan dari petugas, manajer, dan staf pendukung dari sebuah
organisasi atau perusahaan. Kompetensi teknis berhubungan dengan
bagaimana cara petugas mengikuti standar pelayanan yang telah
ditetapkan sesuai parameter yang dapat dipertanggungjawabkan atau
diandalkan seperti ketepatan, ketahanan uji dan konsistensi.
Dari kedelapan dimensi mutu yang telah disebutkan diatas, terdapat beberapa
dimensi yang menjadi prioritas utama dalam pemenuhannya untuk meningkatkan
mutu jasa di institusi penyedia pelayanan kesehatan.Salah satunya adalah
efisiensi.Menurut Institute of Medicine, efisiensi adalah salah satu dari enam hal
yang dibutuhkan untuk mewujudkan sistem pelayanan kesehatan yang optimal
(Nur Majid, 2014).
Cetak biru jasa sangat bermanfaat dalam tahap perancangan dan perancangan
ulang pada proses pengembangan jasa. Cetak biru jasa juga menggambarkan
secara simultan proses penyampaian jasa, titik kontak pelanggan (points of
customer contact ), peranan pelanggan, dan karyawan, dan elemen jasa yang
sifatnya visible bagi pelanggan. Dengan kata lain, cetak biru jasa menguraikan
atau memilah jasa ke dalam komponen-komponen logis dan menggambarkan
langkah-langkah atau tugas –tugas dalam proses jasa, cara melaksanakan tugas-
tugas tersebut, dan bukti jasa sebagaimana dialami pelanggan (Tjiptono, 2005).
Cetak biru layanan memberikan petunjuk yang jelas dalam pemberian layanan.
Cetak biru layanan biasanya dibuat secara kolaboratif oleh berbagai departemen
atau tim yanga ada pada pemberi layanan. Dengan melibatkan berbagai
departemen, seringkali memberikan pengaruh pada pemberian layanan karena
meningkatkan kesadaran bersama akan tanggung jawab masing-masing
departemen/ personil pemberi layanan. Terdapat lima komponen dari layanan
cetak biru, yaitu (Bitner, 2007):
Kelima wilayah tersebut dibedakan oleh tiga buah garis yaitu (Bitner, 2007) :
1. Garis interaksi (line of interaction), menunjukan adanya interaksi langsung
antara oelanggan dan perusahaann penyedia jasa
2. Garis batas pandang (line of visibility), adalah garis yang memisahkan
aktivitas-aktivitas pelayanan yang tidak terlihat oleh konsumen, sekaligus
memisahkan antara “ontsage” contact employee action dan “backstage”
contact employee action.
3. Garis interaksi internal (line of internal interaction), memisahkan
“backstage” contact employee dari aktivitas pendukung pelayanan lainnya.
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Data Sekunder
Pengambilan data sekunder sebagi pendukung latar belakang, peneliti
membandingkan kolom diagnosa kerja dimana pada kolom tersebut pasien
sudah diperiksa oleh dokter atau pasien sudah mendapatkan pelayanan,
kemudian peneliti membandingkan data pasien pada kolom kasir yang
mana jika pada kolom tersebut sudah terdapat tulisan “OK” maka
menandakan pasien tersebut sudah membayar di kasir. Semua data-data
yang diperoleh dari Ananda Hospital System (AHIS), yang berada di
instalasi pendaftaran dan rekam medis.
2. Data Primer
Pengambilan data primer yang dilakukan selama proses penelitian yaitu
dengan melakukan observasi atau pengamatan secara rinci kegiatan yang
dilakukan oleh pasien rawat jalan dari pasien tersebut mendaftar hingga
pulang. Peneliti melakukan observasi tertutup dimana peneliti mengamati
kegiatan pasien kemudian mencatat dari kejauhan tanpa adanya interaksi
dengan pasien.
2. Triangulasi teori
Membandingkan hasil observasi dan wawancara dengan teori-teori dari
literatur, peraturan perundang-undangan yang berlaku, standar pelayanan
minimal, standar akreditasi rumah sakit, dan atau hasil penelitian
sebelumnya.
Penyusunan Data
Pada penelitian ini, semua data yang diperoleh akan diseleksi dan disusun untuk
memastikan apakah data yang diperlukan sudah lengkap. Untuk metode CDMG,
semua hasil CDMG akan disusun dalam matriks CDMG.
Klasifikasi Data
Pada penelitian ini, data yang diperoleh akan dikelompokan atau digolongkan
berdasarkan kategori yang sudah ditentukan oleh peneliti.
Analisis Data
Analisa pada penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif berdasarkan
konten atau isi dari data yang diperoleh. Analisa data dari kegiatan observasi
pasien dikumpulkan dan diolah sesuai konten (content analysis) untuk
memperoleh gambaran yang umum dari perjalanan pasien rawat jalan, kemudian
divisualisasikan dalam bentuk peta perjalanan pasien rawat jalan. Data
pengalaman pasien rawat jalan yang tersedia, dianalisa dengan membandingkan
keadaan saat ini dengan keadaan yang ideal (Comparative Analysis) untuk
kemudian dijadikan pertimbangan tim dalam pembuatan cetak biru.
Data yang sudah diolah akan disajikan dalam bentuk narasi dan skema visual
mengenai gambaran perjalan pasien rawat jalan dengan menggunakan layanan
cetak biru.
Profil atau segmentasi pasien rawat jalan di RS.Ananda tahun 2015 dapat
disimpulkan pasien rawat jalan yang berpendidikan terakhir SMA/ sederajat
merupakan pasien terbanyak. Ibu rumah tangga merupakan jenis pekerjaan
terbanyak pasien yang melakukan pemeriksaan di RS.Ananda, kemudian di
tingkat pendapatan pasien terbanyak yaitu yang berpendapatan 2,5 – 5 juta
perbulan, lalu berdasarkan domisili, kecamatan Cakung yang paling banyak yang
melakukan pemeriksaan di RS.Ananda.
Berdasarkan hasil telaah data sekunder yang berasal dari Ananda Hospital System
(AHIS), dan membandingkan jumlah pasien yang mendaftar, mendapatkan
pelayanan, dan juga pasien yang membayar dapat diketahui jumlah pasien yang
tidak mendapatkan pelayanan (batal/ cancel). Berikut adalah data ketidaksesuaian
jumlah pasien tersebut:
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui penyebab pasien batal atau tidak
mendapatkan pelayanan, dari total seluruh pasien yang tidak mendapatkan
pelayanan, hanya 675 pasien saja yang terdapat keterangan pembatalan pasien.
Dapat diketahui bahwa alasan pemabatan paien terbanyak yaitu dikarenakan
dokter tidak jadi praktik (tiba-tiba), pasien tidak datang ke rumah sakit, dan pasien
tidak mau menunggu antrian.
Tabel 5 Sebaran Pasien Not Paid Pelayanan Per Poli Rawat Jalan
RS.Ananda Bekasi Bulan Agustus-Oktober Tahun 2015
Poli Agustus September Oktober Total
Poli Anak 18 19 16 53
Poli Bedah Orthopedi 3 4 4 11
Bedah Umum Poli 11 5 3 19
Poli Urologi Poli - - 1 1
Poli Gigi dan Mulut 19 24 33 76
Poli Jantung 12 11 11 34
Poli Kebidanan dan 65 40 24 129
Kandungan
Poli Kulit dan Kelamin - - 1 1
Poli Mata - - 5 5
Poli Paru - - 3 3
Poli Penyakit Dalam - - 21 21
Poli Syaraf - - 16 16
Poli THT - - 8 8
Poli Umum - - 4 4
Poli Jiwa 2 - - 2
Sumber: Ananda Hospital System Unit Rekam Medis RS.Ananda Tahun 2015
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa poli kebidanan dan kandungan,
kemudian poli gigi dan mulut, dan poli anak.merupakan poli yang jumlah pasien
tidak membayar pelayanan paling banyak
Pada alur pasien poli rawat jalan tersebut peneliti mengidentifikasi beberapa
potensi perbaikan yang menyebabkan pasien tidak mendapatkan pelayanan dan
pasien tidak membayar biaya pelayanan. Potensi tersebut dapat dilihat pada alur
pasien poli rawat jalan di bawah ini:
1. Poli kebidanan terpisah dari poli lainnya karena masih dalam tahap
pembangunan
Hal ini berhubungan dengan desain yang tidak sesuai antara pemberi
pelayanan dan penerima pelayanan, dimana jarak poli dan kasir cukup
jauh, kurangnya pengawaasan, dan banyak nya akses untuk meninggalkan
tempat pelayanan, peta poli kebidanan dan kandungan terlihat pada
gambar dibawah ini:
Menurut teori Lean, salah satu dimensi pemborosan (watse atau non-value
added). Delapan hal yang termasuk pemborosan adalah transportasi,
inventaris, gerakan yang berlebihan, waktu tunggu, proses yang
berlebihan, produksi yang berlebihan, produk yang tidak sesuai, desain
yang tidak sesuai, dan gagasan karyawan yang tidak dimanfaatkan
(Gasperz, 2007).
2. Menunggu antrian di poli rawat jalan
Penyebab selanjutnya yaitu waktu tunggu pasien dipoli rawat jalan,
berdasarkan data pada tabel 4 diketahui penyebab pasien rawat jalan batal
sebelum mendapatkan pelayanan. Berdasarkan data tersebut, dokter tidak
jadi praktek, dan pasien tidak datang merupakan angka tertinggi dari
seluruh alasan pasien batal.
3. Pasien Menuju Kasir
Dalam proses pasien menuju kasir ini, kemungkinan pasien untuk
meninggalkan pasien rumah sakit besar terjadi. Sama seperti di poli
kebidanan dan kandungan, pengawasan yang kurang oleh petugas, dan
terdapat banyak akses pasien untuk meninggalkan rumah sakit, berikut
adalah peta poli rawat jalan di gedung A RS.Ananda:
Gambar 5 Solusi Layaan Cetak Biru Perjalanan Pasien Rawat Jalan RS.Ananda
Pada alur proses pelayanan pendaftaran, peneliti memberikan solusi pelayanan sesuai hasil
CDMG yang berdasarkan komponen layanan cetak biru, juga berdasarkan teori pendukung,
yaitu:
1. Bukti Fisik
Pengadaan map khusus yang cukup terlihat, sehingga jika pasien keluar rumah sakit
maka menandakan pasien tersebut belum mebayar pelayanan.
2. Aksi Karyawan Yang Terlihat
1) Petugas menginformasikan bahwa dokter datang terlambat dan petugas
memberikan solusi lain kepada pasien
2) Petugas mengarahkan pasien untuk menuju kasir
3. Aksi Karyawan Yang Tidak Terlihat
1) Petugas/ dokter menekan OK di sistem
2) Petugas kasir memperhatikan sistem
3) Terdapat petugas yang mengawasi perjalanan pasien dari poli ke kasir
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian skripsi yang berjudul “Service Blueprints/ Cetak Biru Pelayanan
Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Ananda” ini yang meliputi observasi lapangan, dan
Consesnsus Decision Making Group, maka dapat disimpulkan:
1. Gambaran profil atau segmentasi pasien rawat jalan di RS.Ananda tahun 2015 dapat
disimpulkan bahwa termasuk kategori menengah kebawah dan berpendidikan
menengah, bertempat tinggal paling banyak di Cakung, dan profesi sebagai ibu rumah
tangga.
2. Berdasarkan hasil observasi dan CDMG kemungkinan terjadinya pasien hilang berada
di poli rawat jalan saat menunggu pelayanan dokter, dan saat pasien menuju kasir
untuk melakukan pemabayaran.
3. Berdasarkan hasil observasi dan CDMG penyebab pasien hilang di RS.Ananda adalah
sebagai berikut:
A. Provider
a) Dokter yang tidak ontime dalam memberikan pelayana
b) Dokter yang cancel pelayanan tiba-tiba
c) Kurangnya pengawasan oleh petugas yang dilakukan di poli rawat jalan
d) Desain dari poli kebidanan dan kandungan yang cukup jauh dari kasir
e) Akses pasien untuk meninggalkan pelayanan banyak karena akses pintu
keluar banyak dan kurang pengawasan
f) Map yang berisi berkas untuk pasien membayar ke kasir kurang eyecatching,
dan mudah dimasukan kedalam tas
g) Komunikasi antar petugas kurang efektif
B. Pasien
a) Pasien tidak ingin menunggu lama pelayanan, sehingga pasien membatalkan
pendaftaran
SARAN
Berdasarkan hasil observasi dan CDMG yang dilakukan penulis di RS.Ananda selama
menjalani aktivitas penelitian untuk penyusunan skripsi ini, berikut adalah saran yang
diberikan oleh peneliti untuk mengurangi atau menghilangkan pasien cancel dan not paid:
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Azrul. (1992). Menjaga Mutu Peelayanan Rawat Jalan. Majalah Kesehatan
Masyarakat Indonesia; No. 4
Gasperz, Vincent. (2007). Lean Sigma For Manufacturing and Service Industries. Jakarta:
PT. Gramedia
Bitner MJ, Morgan FN. (2007). Service Blueprinting: A Partical Tecnique for Service
Inovation. Arizona: Arizona State University
Evenson, Shelley. (2008). Design Thinking for Innovate Healthcare Service. Pittsburgh:
Carniege Mellon University
Gustianur, Rizki. (2015). Analisis Segmentasi Pasar Pada Instalasi Rawat Jalan Rumah
Sakit Ananda Tahun 2015. Skripsi. Depok: FKM UI
Hadianto, Yanwar. (2014). Desain Cetak Biru Layanan Bedah Elektif di Rumah Sakit
Pondok Indah. Tesis. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Ramdahan, Aditya. ( 2015, September 10). Pengelolaan Yang Efektif dan Efisien Jadi Kunci
Keberhasilan. November 9, 2015. http://print.kompas.com/baca
Stickdorn, Marc & Schneider, Jacob. (2011). This is Service Design Thinking::Basic-
Tools-Cases. Amsterdam: BIS Publisher