12 Juni 2024 Penelitian
12 Juni 2024 Penelitian
12 Juni 2024 Penelitian
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) adalah institusi pelayanan kesehatan yang
dioperasikan oleh pemerintah daerah.. RSUD berfokus pada penyediaan layanan kesehatan
yang berkualitas kepada masyarakat dan memiliki aspek sosial dan ekonomi yang penting
dalam operasionalnya. Sebagai bagian dari struktur pemerintahan, RSUD bertanggung jawab
atas pelaporan dan akuntabilitas, baik keuangan maupun lainnya, kepada pemerintah daerah
Jumlah rumah sakit di Indonesia terus bertambah, meningkat rata-rata 8,2% sejak tahun
2018.Berdasarkan data terkini, Saat ini, terdapat sebanyak 3.072 rumah sakit di Indonesia,
yang mencakup rumah sakit milik pemerintah dan swasta. Hal ini menunjukkan bahwa
persaingan dalam industri kesehatan menjadi semakin ketat karena masyarakat dapat memilih
dari berbagai layanan kesehatan dan menjadi lebih selektif dalam pengambilan keputusan.
Untuk memenuhi tuntutan tersebut, rumah sakit harus terus berupaya meningkatkan kualitas
layanan yang diberikannya. Hal ini penting untuk memenuhi harapan dan harapan masyarakat
yang semakin meningkat. Rumah Sakit terus berupaya untuk terus meningkatkan mutu
pelayanannya agar dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada pelanggan yang
Rumah sakit memainkan peran yang sangat penting dalam bidang kedokteran dan
perkembangan ilmu kedokteran. Tujuan utama rumah sakit adalah menyediakan layanan
1
kesehatan berkualitas tinggi dan terjangkau bagi masyarakat, dengan fokus meningkatkan
kesehatan masyarakat secara menyeluruh. Misi utama rumah sakit meliputi pemberian
layanan medis yang efektif dan efisien, berfokus pada penyembuhan dan pemulihan, serta
keseluruhan.. Hal ini mencakup rujukan pasien untuk memastikan pasien menerima
perawatan yang tepat berdasarkan kebutuhan mereka. (Ulandari dan Wazidi, 2018).
Sebagai penyedia layanan kesehatan, rumah sakit memerlukan kinerja optimal dari
lingkungan kerja. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi yang efektif untuk meningkatkan
kinerja pegawai rumah sakit.. Peningkatan kinerja pegawai sangat penting untuk menjaga
kualitas pelayanan medis kepada pasien untuk mencapai hal tersebut, Rumah sakit perlu
merancang dan menerapkan strategi yang tepat untuk meningkatkan kinerja karyawan
Dengan kemajuan teknologi, persaingan antara rumah sakit pemerintah dan swasta
menjadi semakin ketat Selain memperluas fasilitas medis untuk memenuhi harapan pasien,
manajemen rumah sakit juga fokus pada peningkatan mutu pelayanan dan peningkatan citra
fasilitas medis. Citra positif memberikan rumah sakit reputasi yang baik dan keunggulan
kompetitif. Citra positif meningkatkan kepuasan pasien, kualitas layanan, loyalitas, serta
keinginan pasien untuk kembali. Di sisi lain, citra yang buruk berdampak negatif terhadap
baik di tingkat lokal maupun global. Akibatnya, masyarakat menjadi lebih selektif dalam
2
pertimbangan yang diperoleh melalui berbagai jenis media sebagai dasar dalam memutuskan
Kinerja yang tidak efisien dapat berdampak negatif pada bisnis Anda, termasuk
merujuk pada kegiatan dan langkah yang dijalankan untuk mencapai tujuan dan target
masyarakat akan pelayanan yang lebih berkualitas, Bertambahnya jumlah rumah sakit swasta
merupakan sebuah tantangan bagi rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah. Oleh sebab itu,
RSUD perlu meningkatkan kinerjanya untuk bersaing di pasar dan menangkap peluang
Dalam konteks ini, peningkatan dan peningkatan kinerja dapat dicapai melalui proses
manajemen kinerja. Manajemen kinerja merupakan suatu proses yang bertujuan untuk
meningkatkan kinerja suatu organisasi. Namun perlu diingat bahwa ada beberapa faktor lain
yang dapat dijadikan indikator untuk menilai Mutu pelayanan rumah sakit. Oleh sebab itu
itu, perlu adanya evaluasi kinerja yang komprehensif dan strategi yang efektif untuk
meningkatkan kinerja pegawai dan kualitas layanan kesehatan yang diberikan (Listiani,
2011).
Kepercayaan yang dimiliki oleh pasien atau pelanggan merupakan hasil dari
pemahaman dan kesimpulan yang mereka ambil tentang manfaat layanan yang diberikan oleh
rumah sakit. Penting untuk rumah sakit untuk memastikan bahwa Data mengenai layanan
yang disediakan dapat disampaikan dengan nyaman dan aman. Jika hal ini dilakukan dengan
efektif, maka akan membentuk rasa kepercayaan dan kepuasan pada para pengguna jasa,
yang kemudian akan mendorong mereka untuk kembali dan terus menggunakan layanan yang
3
disediakan oleh rumah sakit tersebut karena tingginya tingkat kepercayaan (Engkur & Nia,
2019).
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Pirngadi Medan, yang terletak di Jalan
Professor HM. Yamin Sh No.47, Sei Kera Hilir II, Medan Perjuangan, Medan Timur, Kota
standar profesionalisme yang tinggi. Mereka juga berkomitmen untuk menyediakan tenaga
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas tinggi, patuh terhadap etika, moralitas,
peraturan hukum, serta menjalankan tugas dengan disiplin sesuai sumpah jabatan. Selain itu,
rumah sakit ini secara aktif berpartisipasi dalam program-program pemerintah di sektor
kesehatan untuk mencapai kondisi kesehatan masyarakat yang optimal (Profil RSUD Dr.
Pirngadi 2021).
Rumah Sakit (RS) Pirngadi Medan yang dinilai minim dengan menggunakan indikator Bed
Occupancy Rate (BOR) yang hanya mencapai 40%. Hal ini dianggap sebagai bukti bahwa
manajemen RS dinilai memiliki kinerja yang buruk dan kurang mampu mengelola rumah
sakit dengan baik. Ketua Komisi II, Sudari ST, bersama anggota komisi Janses Simbolon,
menyampaikan bahwa mereka sangat menyayangkan fakta bahwa BOR di RS Pirngadi hanya
40%, sementara RS lain hampir setiap hari penuh bahkan harus menolak pasien untuk
rawatan. Hal ini terjadi meskipun program UHC sudah diberlakukan sejak 1 Desember 2022
Aspek penting dalam meningkatkan mutu layanan rumah sakit adalah efisiensi
penggunaan tempat tidur, terutama di ruang rawat inap.Jumlah tempat tidur yang digunakan
untuk perawatan rawat inap mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap efisiensi
pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Efisiensi pemanfaatan tempat tidur diukur dengan
4
indikator kinerja rumah sakit seperti: Bed occupancy rate (BOR), rata-rata lama menginap
(AvLOS), internal turnover rate (TOI), dan bed turnover rate (BTO). BOR menunjukkan
persentase tempat tidur yang terisi, AvLOS menunjukkan waktu rata-rata pasien dirawat,
TOI menunjukkan waktu rata-rata tempat tidur kosong, dan BTO mengukur produktivitas
tempat tidur. Kriteria optimal keempat parameter tersebut adalah BOR 75% hingga 85%,
AvLOS 3 hingga 12 hari, TOI 1 hingga 3 hari, dan BTO sekitar 30 (Sitanggang &
Yunengsih 2022).
Pirngadi dengan menggunakan data sekunder Rumah Sakit, didapat bahwa pada tahun 2021,
Tingkat penggunaan tempat tidur (Bed Occupancy Ratio, BOR) di RSUD Dr. Pirngadi
Medan mencapai 21,98%, sementara pada tahun 2022 meningkat menjadi 29,35%. Namun,
data tersebut masih jauh dari standar yang diinginkan menurut informasi yang diterbitkan
oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2016, yang mengindikasikan
bahwa BOR yang ideal berada dalam kisaran 75% - 85%. Penyebab Penurunan BOR di
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan tersebut diakibatkan oleh kinerja
Peneliti juga melakukan observasi melalui ulasan Google pada situs web Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan. Dalam ulasan tersebut, rating rumah sakit adalah
3.4. Beberapa ulasan dari pasien menyatakan ketidakpuasan terhadap pelayanan dan fasilitas
yang diberikan oleh rumah sakit, baik dalam layanan rawat jalan maupun rawat inap. Hal ini
memiliki dampak yang signifikan pada citra rumah sakit, karena ulasan negatif dapat
merusak reputasi rumah sakit di mata pasien dan masyarakat umum yang mencari layanan
kesehatan. Terlebih lagi, ulasan tersebut seringkali tidak mendapat tanggapan atau umpan
balik dari pihak rumah sakit selama bertahun-tahun. Ulasan negatif ini dapat menyebabkan
5
penurunan jumlah pasien dan membuat calon pasien merasa ragu untuk memilih rumah sakit
tersebut sebagai tempat pengobatan. Sebagai hasilnya, pasien dan masyarakat cenderung
menghindari rumah sakit dengan ulasan buruk dan mencari alternatif lain yang dinilai lebih
Peneliti juga melakukan wawancara dengan tiga Fasilitas Kesehatan (Faskes) yang
merupakan salah satu tempat yang dapat merujuk pasien ke RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan,
yaitu puskesmas Glugur Darat, puskesmas Helvetia, dan Klinik Azizi. Hasil wawancara
menunjukkan bahwa semua petugas menyatakan bahwa setiap pasien yang direkomendasikan
untuk dirujuk ke RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan seringkali merasa keberatan dengan
proses pelayanan, dan lambatnya respons petugas dalam menanggapi keluhan pasien. Petugas
Faskes juga menjelaskan bahwa mereka tidak dapat memaksa pasien untuk tetap merujuk
pasien ke rumah sakit tersebut karena hal tersebut merupakan salah satu hak pasien, di mana
pasien memiliki kebebasan untuk memilih layanan kesehatan sesuai dengan keinginannya.
wawancara juga dilakukan kepada salah satu pihak manajemen Rumah Sakit dalam
hal peningkatan kerja yang sudah dilakukan beberapa upaya dalam hal peningkatan kinerja
rumah sakit tersebut salah satu nya dengan perbaikan kinerja organisasi yaitu : 1).
Peningkatan kompetensi Sumber Daya Manusia Rumah Sakit. 2). Perbaikan Mutu Pelayanan
Rumah Sakit. 3). Kolaborasi yang baik dengan jejaring kerja. 4). Keterbukaan informasi
kesehatan dan ilmu kesehatan. 5). Pasien meningkat disebabkan tingkat kepercayaan
masyarakat untuk berobat meningkat Selain itu, berbagai strategi lain juga telah dilakukan,
prosedur untuk layanan medis dan administrasi. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan
6
untuk meningkatkan kinerja, namun hasil yang optimal belum tercapai pada RSUD Dr.
Pirngadi Medan.
Peningkatan kinerja rumah sakit adalah serangkaian upaya yang dilakukan secara
sistematis untuk meningkatkan kualitas layanan, efisiensi operasional, dan kepuasan pasien.
Ini melibatkan perbaikan dalam berbagai aspek manajemen rumah sakit, termasuk
komunikasi antar bagian yang saling terkait dan sangat penting untuk mencapai efisiensi
operasional serta kepuasan pasien yang optimal. Untuk mencapai tujuan peningkatan kinerja,
rumah sakit perlu merancang dan melaksanakan strategi yang tepat untuk meningkatkan
kinerja pegawai.
Kepercayaan pasien atau pelanggan merupakan hasil dari pengetahuan yang dimiliki
oleh pasien dan kesimpulan yang mereka buat tentang manfaat dari layanan yang diberikan.
Penting bagi rumah sakit untuk memberikan kenyamanan dan keamanan dalam
menyampaikan informasi dalam layanan mereka. Jika hal ini dilakukan dengan baik oleh
rumah sakit, itu dapat membangun rasa kepercayaan dan kepuasan bagi pengguna jasa, yang
pada gilirannya dapat mendorong mereka untuk menggunakan kembali layanan rumah sakit
Rumusan Masalah
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi
Kota Medan mengalami Bed Occupancy Ratio (BOR) sebesar 28% pada tahun 2023,
sedangkan menurut data Kementerian Kesehatan RI tahun 2016, nilai ideal BOR seharusnya
berada dalam kisaran 75% - 85%. Situasi ini jelas tidak menguntungkan bagi rumah sakit,
dan jika dibiarkan terus menerus, dapat berdampak negatif pada kinerja rumah sakit di masa
depan. Ini menekankan pentingnya bagi rumah sakit untuk mencari cara meningkatkan nilai
7
a. Bagaimana citra dan kepercayaan masyarakat ( melibatkan petugas dan masyarakat
personal ,komersial , niat baik, dan integritas) ke RSUD Dr. Pirngadi Medan .
personal ,komersial , niat baik, dan integritas) dalam meningkatkan kinerja di RSUD
Tujuan Penelitian
( melibatkan petugas dan masyarakat yang ada di puskesmas dan klinik dalam hal
pengalaman , public, personal ,komersial , niat baik, dan integritas) ke RSUD Dr.
Pirngadi Medan
( melibatkan petugas dan masyarakat yang ada di puskesmas dan klinik dalam hal
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi semua
1. Bagi Manajemen Rumah Sakit : Memberikan informasi dan tambahan informasi dalam
8
2. Bagi tenaga Rumah Sakit untuk dapat melaksanakan pelayanan sesuai standart pelayanan
3. Bagi ilmu kesehatan masyarakat, hal ini merupakan langkah dalam mengembangkan
layanan kesehatan.
4. untuk peneliti selanjutnya bisa dijadikan refrensi tentang kajian peningkatan kinerja rumah
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
Rumah Sakit
oleh dokter, perawat, dan profesional kesehatan lainnya (Undang-undang RI No. 44 tahun
2009 )
Adapun tugas Rumah sakit itu memberikan layanan kesehatan individu secara menyeluruh
kesehatan yang komprehensif pada tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
9
4. Melaksanakan riset, pengembangan, serta evaluasi teknologi dalam sektor kesehatan
C, dan D. Perbedaan antara kelas-kelas ini terletak pada fasilitas dan dukungan medis, yang
menyebabkan variasi dalam kelengkapan fasilitas dan layanan di setiap rumah sakit
1. Rumah Sakit Tipe A adalah fasilitas kesehatan yang memiliki kapasitas untuk
dioperasikan oleh pemerintah. Rumah sakit ini ditetapkan sebagai pusat rujukan
tertinggi dalam sistem pelayanan kesehatan dan sering juga disebut sebagai rumah
sakit pusat..
2. Rumah Sakit Tipe B adalah fasilitas kesehatan yang memiliki kemampuan untuk
3. Rumah Sakit Tipe C adalah lembaga kesehatan yang mampu menyediakan layanan
kedokteran subspesialis yang terbatas. Rumah sakit ini menawarkan empat jenis
layanan spesialis, termasuk penyakit dalam, bedah, kesehatan anak, serta kebidanan
dan kandungan. Biasanya, rumah sakit kelas C dibangun di kota atau kabupaten
sebagai bagian dari fasilitas kesehatan tingkat dua yang menerima pasien yang dirujuk
dari fasilitas kesehatan tingkat pertama seperti puskesmas, poliklinik, atau dokter
swasta.
10
4. Rumah Sakit Kelas D adalah fasilitas kesehatan yang berfungsi sebagai rumah sakit
sakit kelas C di masa yang akan datang. Saat ini, rumah sakit tipe D hanya mampu
menyediakan layanan kedokteran umum dan kedokteran gigi. Mirip dengan rumah
sakit tipe C, rumah sakit tipe D juga menerima pasien yang dirujuk dari puskesmas.
Standar mutu layanan kesehatan merupakan suatu alat yang digunakan organisasi untuk
penyedia layanan pasien, dukungan layanan, dan manajemen layanan kesehatan, bertanggung
jawab untuk memenuhi tugas dan perannya masing-masing. Standar perawatan kesehatan
adalah pernyataan yang memastikan kualitas yang konsisten. Standar pelayanan medis
mencakup input, proses, dan output pelayanan medis ( Setyawa, & Supriyanto 2020)
teknis dapat mengakibatkan berbagai masalah, mulai dari penyimpangan kecil hingga
kesalahan fatal, yang menurunkan mutu pelayanan medis dan membahayakan jiwa
pasien.
layanan kesehatan tanpa terhalang oleh faktor geografis, sosial, ekonomi, organisasi,
atau bahasa. Akses geografis diukur dengan jarak, durasi perjalanan, biaya perjalanan,
jenis transportasi, dan hambatan fisik lainnya. Akses ekonomi terkait dengan
11
dengan penerimaan layanan kesehatan secara sosial atau nilai budaya, kepercayaan,
dan perilaku komunitas. Akses bahasa berarti dokter harus menggunakan bahasa atau
3. Efektivitas Layanan medis juga harus efektif, artinya mampu memperbaiki kondisi
perkembangan penyakit.
4. Efesiensi pada Penggunaan sumber daya medis yang wajar dan layanan medis yang
efisien dapat melayani pasien dengan lebih baik. Sumber daya medis sering kali
terbatas, sehingga efisiensi sangat penting. Layanan medis yang tidak efisien biasanya
tidak nyaman bagi pasien, memakan waktu lebih lama, mahal, dan membawa risiko
pasien harus mendapatkan layanan medis sesuai kebutuhannya. Ini juga mencakup
sistem rujukan, di mana pasien yang tidak dapat ditangani karena keterbatasan sumber
daya dapat dirujuk ke pusat pelayanan yang lebih kompeten. Riwayat penyakit pasien
harus terdokumentasi dengan lengkap, akurat, dan terkini sehingga layanan rujukan
6. Keamanan pada pelayanan medis menjamin bahwa layanan yang diberikan aman dan
sehat bagi pasien, pemberi layanan, dan masyarakat sekitar. Layanan medis
berkualitas tinggi harus aman dan tidak menyebabkan cedera, infeksi, efek samping,
12
8. Informasi Layanan kesehatan yang berkualitas harus mampu memberikan informasi
yang jelas tentang apa, siapa, kapan, di mana, dan bagaimana layanan medis
diberikan.
9. Ketepatan Waktu Pelayanan medis harus dilaksanakan dalam waktu dan cara yang
tepat agar tujuan pelayanan tercapai dengan baik. Pemberi layanan yang tepat
10. Hubungan Antar Manusia Hubungan interpersonal yang baik antara pemberi
layanan kesehatan dan pasien, sesama penyedia layanan, bawahan, rekan kerja, rumah
Hak dan kwajiban Rumah Sakit diatur dalam Pasal 61 Angka 7 Undang-Undang Nomor 11
masyarakat.
rumah sakit.
4. Berperan aktif dalam memberikan layanan kesehatan saat terjadi bencana sesuai
13
5. Menyediakan fasilitas dan layanan bagi masyarakat kurang mampu atau miskin.
6. Melaksanakan fungsi sosial, termasuk memberikan fasilitas layanan bagi pasien tidak
mampu/miskin, layanan gawat darurat tanpa uang muka, ambulans gratis, layanan
bagi korban bencana dan kejadian luar biasa, atau kegiatan bakti sosial untuk misi
kemanusiaan.
7. Menyusun, menerapkan, dan menjaga standar mutu layanan kesehatan di rumah sakit
9. Menyediakan fasilitas umum yang layak, termasuk sarana ibadah, parkir, ruang
lansia.
11. Menolak permintaan pasien yang bertentangan dengan standar profesi, etika, dan
12. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai hak dan kewajiban
pasien.
16. Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan, baik secara regional maupun
nasional.
17. Membuat daftar tenaga medis yang menjalankan praktik kedokteran atau kedokteran
14
19. Melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas rumah sakit dalam
melaksanakan tugas.
20. Menetapkan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan bebas rokok.
Sedangkan Kewajiban rumah sakit diatur dalam Pasal 30 Undang-Undang Nomor 44 Tahun
1. Menentukan jumlah, jenis, dan kualifikasi sumber daya manusia yang diperlukan
4. Menerima bantuan dari pihak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
8. Mendapatkan insentif pajak bagi rumah sakit publik dan rumah sakit yang ditetapkan
Dalam Pelayanan di rumah sakit mencakup layanan rawat iinap, rawat jalan, dan Instalasi
Gawat Darurat (IGD), yang masing-masing memiliki tujuan dan prinsip yang berbeda.( Rizky
15
1. Pelayanan Rawat Inap adalah layanan kesehatan di rumah sakit di mana pasien
pengobatan, keperawatan, dan rehabilitasi medis. Pasien yang datang ke IGD tidak
selalu memerlukan rawat inap; beberapa pasien dapat ditangani dan dipulangkan
secara berkala untuk memastikan bahwa kondisinya stabil dan tidak memburuk.
2. Rawat Jalan adalah layanan kesehatan di rumah sakit yang tidak memerlukan pasien
untuk menginap. Layanan ini digunakan untuk diagnosis, pengobatan, dan rehabilitasi
medis. Biasanya, layanan ini ditujukan untuk pasien yang membutuhkan tindakan
3. IGD adalah unit layanan kesehatan di rumah sakit yang menangani kasus darurat dan
berkala oleh tenaga medis yang kompeten, dan pemberian informasi serta penjelasan
Dirumah sakit Tenaga kesehatan yang ada di sebuah rumah sakit terdiri dari tenaga
individu yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan
16
Sedangkan asisten tenaga kesehatan adalah individu yang mengabdikan diri dalam
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan Pasal 11,
3. keperawatan, yang terdiri dari perawat vokasi, ners, dan ners spesialis.
5. kefarmasian, yang terdiri dari tenaga vokasi farmasi, apoteker, dan apoteker spesialis.
kesehatan, tenaga promosi kesehatan dan ilmu perilaku, pembimbing kesehatan kerja,
7. kesehatan lingkungan, yang terdiri dari tenaga sanitasi lingkungan dan entomolog
kesehatan.
9. keterapian fisik, yang terdiri dari fisioterapis, terapis okupasional, terapis wicara, dan
akupunktur.
10. keteknisian medis, yang terdiri dari perekam medis dan informasi kesehatan, teknisi
17
11. teknik biomedika, yang terdiri dari radiografer, elektromedis, tenaga teknologi
12. kesehatan tradisional, yang terdiri dari tenaga kesehatan tradisional ramuan atau jamu,
interkontinental.
Setiap petugas kesehatan yang menjalankan praktik wajib memiliki Surat Tanda Registrasi
(STR) yang berlaku seumur hidup. STR merupakan bukti tertulis yang diberikan kepada
tenaga kesehatan yang telah diregistrasi dan diterbitkan oleh Konsil atas nama Menteri
Kinerja
Pengertian Kinerja
Kinerja adalah hasil yang dicapai oleh suatu organisasi, baik yang berorientasi pada
keuntungan (profit oriented) maupun yang tidak (non profit oriented), dalam periode waktu
tertentu sesuai dengan standar tertentu. Hasil ini dapat diukur dan mampu menggambarkan
kondisi perusahaan dari berbagai ukuran yang telah disepakati (Ainanur, & Tirtayas 2018).
suatu kegiatan atau program yang dibuat dalam sebuah kebijakan untuk mewujudkan sasaran,
tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam strategi organisasi tersebut. Oleh karena
itu, kinerja dapat disimpulkan sebagai hasil atau tingkat pencapaian yang diraih oleh individu
atau kelompok dalam organisasi, baik yang berorientasi pada keuntungan maupun yang tidak,
18
dalam rangka mewujudkan visi dan misi organisasi. Hal ini dituangkan melalui perencanaan
organisasi dan dicapai dalam periode waktu tertentu sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawab masing-masing, dengan tujuan untuk mencapai tujuan organisasi secara legal, tidak
Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja atau penilaian kinerja yang merupakan suatu alat manajemen yang
demikian, pengukuran atau penilaian kinerja organisasi menjadi landasan yang wajar bagi
Pengukuran kinerja merupakan evaluasi terhadap keberhasilan personel, tim, atau unit
organisasi dalam mencapai sasaran strategi yang telah ditetapkan sebelumnya, dengan
sejauh mana organisasi berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu,
kinerja menjadi aspek yang sangat penting yang perlu disampaikan kepada para pihak terkait.
Terdapat dua kategori faktor yang mempengaruhi kinerja secara keseluruhan, yaitu faktor
Faktor internal merupakan aspek-aspek yang berasal dari dalam diri pegawai, yang meliputi:
19
2. Kedisiplin kerja, yang mencakup kesadaran dan ketaatan seseorang terhadap
6. Motivasi pegawai, yaitu kemauan individu untuk memberikan usaha lebih dalam
Sementara itu, faktor eksternal adalah faktor-faktor yang mendukung kinerja pegawai dan
3. Di Lingkungan kerja, yang secara langsung memengaruhi rasa aman dan kinerja
optimal pegawai.
6. Sistem manajemen perusahaan, yang mencakup suatu prosedur yang diterapkan untuk
Produktivitas Kerja
20
Produktivitas kerja mengacu pada kemampuan individu atau kelompok dalam menghasilkan
produk, baik barang maupun jasa, dengan peningkatan kualitas dan kuantitas seiring
berjalannya waktu. faktor penting yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja adalah
Karyawan dengan kemampuan tinggi juga menghasilkan produk yang lebih baik,
tidak memuaskan.
yang lebih baik, terutama jika dikombinasikan dengan kemampuan yang tinggi
Produktivitas kerja di perusahaan dapat dicapai melalui pemenuhan tiga faktor berikut:
1. Produktivitas terkait dengan waktu: Ini berkaitan dengan jadwal kerja berdasarkan
mulai dan berhenti bekerja, kapan harus memulai kembali, dan kapan pekerjaan
21
berakhir. Penjadwalan waktu yang baik dapat mencegah pemborosan sumber daya
kerja juga melibatkan kondisi, iklim, dan suasana kerja yang baik, yang semuanya
3. Produktivitas terkait dengan sarana dan prasarana kerja: sangat dipengaruhi oleh
sarana dan prasarana yang tersedia di perusahaan. Pemanfaatan sarana dan prasarana
secara optimal dapat mencegah pemborosan dalam bentuk apapun, serta memastikan
bahwa fasilitas yang ada memiliki nilai guna dan masa pakai yang tinggi.
Indikator Kinerja
Indikator kinerja merujuk pada penilaian kinerja secara tidak langsung, yaitu hal-hal yang
hanya merupakan indikasi kinerja, sehingga bentuknya cenderung kualitatif atau tidak dapat
dihitung. Sebaliknya, ukuran kinerja (performance measure) adalah penilaian kinerja yang
lebih bersifat kuantitatif dan dapat dihitung. ( Kurnianto, K. 2018). menjelaskan lima indikator
kepentingan umum lainnya yang dimulai oleh pencapaian indikator kinerja dalam
suatu kegiatan.
2. Keluaran (outputs): Manfaat yang dirasakan langsung oleh masyarakat dari suatu
keluaran, seperti tersedianya fasilitas yang dapat diakses atau dinikmati oleh publik.
kegiatan dalam jangka menengah. Outcomes mengukur sejauh mana setiap produk
22
4. Manfaat (benefits): Produk atau jasa (baik fisik maupun nonfisik) yang merupakan
hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan dan program berdasarkan masukan
yang digunakan.
5. Dampak (impacts): Segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dan
program dapat berjalan, atau untuk menghasilkan output, seperti sumber daya
rerata lamanya dirawat (Average Length of Stay / ALOS), angka kematian kasar (Gross
Death Rate / GDR), dan angka kematian netto (Net Death Rate / NDR) sebagai indikator
mutu pelayanan atau perawatan rumah sakit. Untuk mengukur kinerja efisiensi pelayanan,
digunakan indikator angka pemanfaatan tempat tidur (Bed Turn Over / BTO), interval
penggunaan tempat tidur (Turn Over Interval / TOI), serta ALOS. Namun, indikator-indikator
ini sangat umum dan tidak mencerminkan secara menyeluruh aktivitas di berbagai unit
pelayanan (unit bisnis) maupun unit-unit penunjang pelayanan di rumah sakit. (Menurut
Depkes RI (2005),
Citra
Pengertian Citra
Citra yang merupakan persepsi masyarakat tentang perusahaan atau produknya. Citra
mengenai suatu organisasi. Citra juga aset tidak berwujud yang berharga bagi perusahaan.
Citra positif memungkinkan perusahaan untuk meraih nilai reputasi dan keunggulan
23
kompetitif. Citra yang baik akan meningkatkan kepuasan pelanggan, kualitas layanan,
Citra rumah sakit mempengaruhi sikap dan perilaku pasien terhadap rumah sakit tersebut.
Oleh karena itu, memahami hubungan antara citra merek rumah sakit dan dampaknya
Citra juga merupakan apa yang dipikirkan konsumen terhadap produk, termasuk persepsi dan
sikap berdasarkan umpan balik dan rangsangan yang diterima perusahaan melalui panca
indera. Citra merupakan keyakinan, pemikiran, dan kesan seseorang terhadap sesuatu. Citra
Pentingnya citra membuat perusahaan rela mengeluarkan biaya dan tenaga ekstra untuk
mencapainya. Karna Citra adalah kumpulan keyakinan, ide, dan pesan yang dimiliki
seseorang terhadap suatu objek. Citra merupakan tujuan utama sekaligus reputasi dan prestasi
yang ingin dicapai oleh hubungan masyarakat (public relations). Meskipun demikian,
pengertian citra itu sendiri abstrak dan tidak dapat diukur. Citra dipengaruhi oleh banyak
faktor di luar kendali perusahaan. Citra mencakup nama baik perusahaan, reputasi, atau
keahlian yang sering mempengaruhi keputusan pembeli, terutama di sektor jasa dibandingkan
a. Citra perusahaan Serangkaian asosiasi yang dialami konsumen terhadap perusahaan yang
b. Citra pengguna Kumpulan asosiasi yang dimiliki konsumen dengan pengguna suatu
produk atau layanan. Gambar ini mencakup pengguna itu sendiri, gaya hidup atau
24
c. Citra Produk Kumpulan asosiasi yang dimiliki konsumen terhadap suatu produk. Gambar
ini mencakup fitur produk, manfaat bagi konsumen dan pengguna, serta jaminan yang
Peran Citra
termasuk periklanan, penjualan pribadi, dan komunikasi dari mulut ke mulut. Citra
efektif dan membuat pesan dari mulut ke mulut lebih mudah dipahami.
perusahaan: Kualitas teknis dan khususnya kualitas fungsional dilihat melalui saringan citra
ini. Jika citra perusahaan baik, maka citra tersebut berfungsi sebagai pelindung.
c. Citra merupakan hasil dari pengalaman dan harapan konsumen: Ketika konsumen
membangun harapan dan realitas dalam bentuk teknis dan fungsional sesuai dengan citra,
d. Citra memiliki pengaruh penting pada manajemen: Citra yang negatif dan tidak jelas
akan berdampak buruk pada kinerja karyawan dan hubungan dengan konsumen. Sebaliknya,
citra yang positif dan jelas, seperti citra organisasi yang sangat baik secara internal,
menyampaikan nilai-nilai yang jelas dan memperkuat sikap positif terhadap organisasi.
Atribut Citra
25
citra dilakukan dengan mengumpulkan persepsi mengenai sikap dan pendapat konsumen
terhadap dimensi tertentu. Atribut Citra diukur dapat melalui beberapa dimensi yang
mencerminkan atribut mencolok. Menurut Engel dan kawan-kawan, atribut citra dibagi
menjadi 4 kelompok penting:
a. Kriteria Evaluasi: Juga terdiri dari lokasi (jarak), lebar dan kedalaman, kisaran harga,
periklanan dan promosi, tenaga penjualan dan layanan.
b. Karakteristik : Juga terdiri dari lokasi, variasi, harga, promosi dan periklanan, tenaga
penjualan dan layanan.
Lokasi
Sifat dan kualitas keragaman
Harga
Iklan dan promosi
Personel penjualan
Atribut fisik
Pelayanan dan kepuasan pasca pembelian
Pada hal lain, munculnya opini umum membentuk suatu perencanaan dan penganggaran
strategis dari pihak nasabah. Perencanaan dan penganggaran strategis ini nantinya akan
menentukan persepsi atribut suatu perusahaan.
26
Brand Image Rumah Sakit
Brand image rumah sakit merupakan suatu persepsi dan kepercayaan yang dipegang oleh
konsumen, mencerminkan asosiasi yang ada dalam ingatan mereka. Peningkatan citra rumah
sakit dapat dicapai melalui berbagai cara dan strategi, seperti meningkatkan kemampuan atau
kemajuan pelayanan, kemajuan dalam kecanggihan peralatan dan fasilitas medis, menjaga
kehandalan informasi dengan kecepatan dan ketepatan perolehan, serta mampu meningkatkan
Citra aset tak berwujud yang sangat berharga bagi perusahaan. Citra positif memungkinkan
rumah sakit untuk memperoleh reputasi yang baik dan keunggulan kompetitif (Porter dan
Claycomb, 1997 dalam Yunida, 2016). Menurut Istijanto (2005) yang dikutip dalam Yunida
(2016), rumah sakit dengan citra atau reputasi yang baik akan mendorong konsumen untuk
kerja karyawan, dan meningkatkan loyalitas pelanggan. Citra rumah sakit mempengaruhi
sikap dan perilaku pasien terhadap rumah sakit tersebut. Citra yang baik dapat meningkatkan
kesuksesan rumah sakit, sementara citra yang buruk dapat mengganggu kestabilan rumah
sakit.
faktor dalam citra merek (brand image) sangat mempengaruhi persepsi konsumen terhadap
suatu merek produk atau jasa. Faktor-faktor ini juga dapat menciptakan persepsi positif jika
ditingkatkan, sehingga citra produk dapat mendominasi pangsa pasar. Menurut Schiffman
dan Kanuk (2011), ada beberapa faktor yang membentuk citra merek, yaitu:
a. Kualitas atau mutu: Berhubungan dengan kualitas produk atau jasa yang ditawarkan oleh
27
kesepakatan yang terbentuk di masyarakat mengenai produk atau jasa yang digunakan atau
diminati oleh konsumen. c. Kegunaan atau manfaat: Berhubungan dengan fungsi produk
atau jasa yang bisa dimanfaatkan oleh konsumen. d. Pelayanan: Berhubungan dengan peran
atau potensi keuntungan dan kerugian yang mungkin dialami oleh konsumen. f. Harga:
Berhubungan dengan tinggi rendahnya atau banyak sedikitnya jumlah uang yang dikeluarkan
konsumen untuk suatu produk atau jasa, yang juga dapat mempengaruhi citra merek dalam
jangka panjang.
Menurut Sumarwan dan rekan-rekan (2010), citra seorang pelanggan terhadap sebuah merek
sebelumnya. Pengalaman ini membentuk keyakinan yang kuat tentang keandalan dan
2. Personal: Teman, kenalan, dan orang lain yang menggunakan merek tersebut saling
3. Publik: Merek dapat muncul di media massa atau dianalisis dalam laporan-laporan
4. Komersial: Iklan, display, kemasan, dan upaya pemasaran lainnya memiliki peran
penting dalam menyampaikan pesan tentang fitur-fitur dan citra merek kepada
konsumen.
Kepercayaan
Pengertian Kepercayaan
28
Secara konseptual, kepercayaan timbul ketika satu pihak memiliki keyakinan terhadap
integritas dan reliabilitas pihak lain. Kepercayaan merupakan kemauan untuk mempercayai
pihak lain yang telah dianggap dapat diandalkan. Ini mencerminkan kondisi psikologis di
mana seseorang bersedia menerima risiko atau kelemahan, didasarkan pada perilaku positif
Dimensi kepercayaan didefinisikan sebagai aspek dalam hubungan bisnis yang menentukan
sejauh mana seseorang merasa dapat mengandalkan pada kesesuaian janji yang diberikan
oleh pihak lain. Mengacu pada konsep dalam psikologi sosial dan pemasaran.
Kepercayaan merupakan variabel kunci dalam membentuk hubungan jangka panjang antara
dua pihak, yang berdampak pada kepuasan konsumen dan kepercayaan konsumen. Pelayanan
kesehatan perlu fokus pada memberikan layanan berkualitas yang menciptakan kepercayaan
dan terjadi melalui interaksi dan pengalaman antara kedua pihak. Pengalaman tersebut
29
Kepercayaan merupakan kesiapan seseorang untuk mempercayai pihak lain, didasarkan pada
harapan bahwa pihak lain tersebut akan melakukan tindakan yang penting bagi pihak yang
melainkan melalui serangkaian tahapan, dan ketika kepercayaan sudah terbentuk, maka akan
terdapat upaya untuk memperkuat hubungan kerjasama yang lebih baik ( McKnight, D. H.,
Choudhury, V., & Kacmar, C. 2002)
Ada tiga faktor yang membentuk kepercayaan seseorang terhadap orang lain:
penjual atau organisasi dalam memengaruhi dan mengelola area spesifik. Ini
memberikan kepuasan yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak. Meskipun
penjual mencari keuntungan maksimal, mereka juga memiliki perhatian yang besar
informasi kepada konsumen, kualitas produk yang dapat dipercaya, serta konsistensi
antara kata dan tindakan. Integrity dapat dilihat dari kewajaran, keandalan,
Landasan Teori
30
citra yang baik akan meningkatkan kepuasan suatu pelanggan, dimana kualitas pelayanan,
loyalitas, dan niat pembelian kembali Citra rumah sakit berdampak pada sikap dan perilaku
pasien terhadap rumah sakit serta untuk peningkatan kinerja rumah sakit ,Sumarwan, dkk
(2010), mengatakan citra seorang pelanggan tentang sebuah merek terbentuk dari empat jenis
keyakinan yang sudah terbentuk dengan baik tentang keandalan dan karakter sebuah merek.
2. Personal. Teman, kenalan, dan lainnya yang menggunakan suatu merek saling
menyampaikan kepercayaan akan atribut dan asosiasi merek. Dan 3. Publik. Merek bisa
muncul di media massa atau dianalis dalam laporan-laporan konsumen. begitu juga
Kompetensi (Competence).
Berdasarkan uraian di atas dapat dibuat skema sebagai kerangka teori dalam penelitian ini
Pengalaman
Personal 31
Public CITRA
Komersial
Peningkatan
Citra dan
Kepercayaan
Pasien
Kompetensi (Competence)
32
Kajian peningkatan kinerja rumah sakit melalu Perbaikan Citra dan kepercayaan
masyarakat di RSUD Dr. Pirngadi Medan dilakukan dengan melihat pengembangan pada
Perbaikan Citra dan kepercayaan masyarakat sebagain upaya meningkatkan kinerja RSUD
BAB 3
33
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini mengadopsi pendekatan kualitatif yang melibatkan Focus Group
Discussion (FGD) untuk menggali strategi meningkatkan kinerja Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Dr. Pirngadi Medan dengan memperbaiki citra dan meningkatkan kepercayaan
masyarakat. Pendekatan kualitatif ini diperkuat dengan triangulasi metode melalui observasi
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Penelitian ini dilaksanakan
Informan
Adapun Informan merupakan sumber data yang penting pada tahap ini untuk dapat
rumah sakit , informan dalam penelitian ini merupakan individu atau pihak yang terlibat
dalam penyusunan peningkatan kinerja di Rumah Sakit melalui perbaikan Citra dan
Adapun Jumlah informan pada penelitian ini sebanyak 28 orang yaitu 10 petugas
puskesmas dan 3 orang petugas klink yang merupakan faskes tingkat pertama dalam hal
merujuk pasien ke RSUD Dr. Pirngadi Medan serta 15 pasien yang ada di wilayah kerja
Sumber Data
34
sumber data yang dipilih pada peneliti terdiri dari data primer yaitu data asli yang
dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab penelitian secara khusus dan data sekunder dari
data yang bersumber dari catatan yang diambil dan biasanya data tersebut sudah
dikompilasikan terlebih dahulu oleh instansi atau pemilik data. Untuk menjaga keabsahan
yang didapat dari wawancara mendalam, pengkajian data dan observasi langsung
dilapangan
1. Data Primer
Data primer dapat didapat melalui Focus Group Discussion ( FGD ) dengan informan
terpilih . teknik pelaksanaan FGD dipilih dalam penelitian ini karena tujuan Focus Group
Discussion ( FGD ) adalah untuk mengeksplorasi masalah yang spesifik, yang berkaitan
dengan topic yang dibahas, teknik ini digunakan dengan tujuan untuk menghindari
pemaknaan yang salah dari peneliti terhadap permasalahan yang diteliti . Focus Group
intersubjektif yang sulit diberi makna sendiri oleh peneliti karna dihalangi oleh dorongan
subjektif peneliti.
persepsi dan pandangan peserta terhadap sesuatu ,tidak berusaha mencari consensus atau
mengambil keputusan mengenai tindakan apa yang akan di ambil . oleh karna itu dalam
35
FGD digunakan pertanyaan terbuka ( open ended ), yang memungkinkan peserta untuk
a. Wawancara
Metode wawancara ini dengan cara mengumpulkan data dimana peneliti mendapatkan
keterangan atau informasi secara lisan dari informan penelitian. Wawancara dilakukan
secara mendalam
Metode ini salah satu proses untuk melihat mengamati dan mencermati perilaku secara
sistematis untuk suatu tujuan tertentu. Observasi yang dilakukan pada penelitian
3. Dokumentasi
Metode ini merupakan pencatatan berbagai arsip dan dokumentasi yang berhubungan
data yang bersumber pada informasi yang telah diobservasi sebelumnya. Dokumentasi
tepat digunakan sebagai pengumpul data apabila informasi yang dikumpulkan bersumber
jenis instrumen penelitian ini berisi rangkaian pertanyaan yang akan direkam (recorder)
menggunakan alat rekam dari jawaban hasil pertanyaan berdasarkan pedoman wawancara
penelitian.
Metode Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan
data berlangsung, analisis data ini lebih mengandalkan aspek semantik dan kata-kata yang
36
berasal dari sumber informan terpilih dan Fokus Group Discussion ( FGD ) . Dalam
kegiatan analisis data terdiri atas tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu
reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Dimana direduksi akan
Dalam Mereduksi data berarti merangkum ,memilih hal- hal yang pokok ,
memfokuskan pada hal-hal yang penting ,dicari tema dan polanya. Dengan demikian
data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
2. Penyajian Data
Setelah data reduksi maka langkah selanjtnya Dengan menyajikan data maka akan
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami seperti penyajian yang dilakukan
bisa dalam bentuk uraian singkat ,bagan atau matriks ,hubungan antar katagori atau
kelompok katagori dan sejenisnya dengan menggunakan teks yang bersifat naratif
Ketiga langkah dalam analisis data kualitatif adalah penarikkan Kesimpulan dan
verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan
berubah bila tidak ditemukkan -bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pada tahap awal, di dukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
37
kembali kelapangan mengumpulkan data maka kesimpulan yang dikemukakan
38