Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada TN - Al Dengan ST Elevasi Miokard Infark Di Ruang Igd Rs Pupuk Kaltim Bontang

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA TN.

AL
DENGAN ST ELEVASI MIOKARD INFARK DI RUANG IGD
RS PUPUK KALTIM BONTANG

DiSUSUN OLEH KELOMPOK 3 :

1. Anis Sa’adah (P0722020001)


2. Dwi Aulia Oktariana (P0722020008)
3. Dewi Sri Handayani (P0722020007)
4. Jupriadi To’upa (P0722020017)
5. Keltywanasari (P0722020018)
6. Mukhtar (P0722020024)
7. Septi Rusmiani (P0722020029)
8. Susi Wulandari (P0722020034)
9. Juliana Hernisah (P0722020016)
10. Yusti Amelia (P0722020040)
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit jantung merupakan salah satu masalah kesehatan utama dan penyebab

nomor satu kematian di dunia. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2016

menyebutkan, lebih dari 17 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit jantung dan

pembuluh darah. Dari seluruh kematian di dunia, sebagian besar atau sekitar 8,7 juta

kematian disebabkan oleh karena penyakit jantung koroner (Suhayatra Putra, 2016). Hasil

riskesdas (Kementrian Kesehatan RI, 2018) menunjukkan bahwa sebesar 1,5% atau 15

dari 1.000 penduduk Indonesia menderita penyakit jantung koroner. Sedangkan jika

dilihat dari penyebab kematian tertinggi di Indonesia, menurut Survey Sample

Registration System tahun 2014 menunjukkan 12,9% kematian diakibatkan oleh penyakit

jantung koroner.

Infark miokard akut (IMA) merupakan bagian dari spektrum penyakit jantung

koroner yang terdiri atas angina pektoris tidak stabil, Non ST-Elevasi Miokard Infark

(NSTEMI), dan ST-Elevasi Miokard Infark (STEMI). STEMI adalah jenis yang terberat

dari kelompok penyakit jantung koroner yang memerlukan penanganan serius baik

sebelum maupun setelah serangan, penanganan dini menggunakan berbagai strategi

tindakan pada saat serangan sangat penting, namun upaya pengembalian fungsi jantung

juga memiliki makna yang sangat besar sebagai pencegahan serangan ulang yang dapat

berakibat lebih fatal. (Andrayani, 2016)

Penatalaksanaan STEMI dimulai sejak kontak medis pertama, baik untuk diagnosis

dan pengobatan. Penilaian klinis terhadap STEMI akan dilakukan dalam waktu 24 sampai
48 jam. Diagnosis STEMI perlu dibuat sesegera mungkin melalui perekaman dan

interpretasi EKG 12 sadapan, selambat-lambatnya 10 menit saat pasien tiba untuk

mendukung keberhasilan tata laksanan (PERKI, 2018). Peran perawat tentang tindakan

kegawatdaruratan di IGD pada pasien IMA memegang porsi besar dalam menentukan

keberhasilan pertolongan pertama. Disamping itu dibutuhkan juga sikap yang benar

dalam memberikan tindakan kegawatdaruratan pada pasien IMA (Sofyana, 2015).

Perawat sebagai salah satu anggota tim dalam tatanan keperawatan klinik sangat

berperan dalam melakukan pengkajian riwayat kesehatan secara teliti, mengidentifikasi

tanda dan gejala awal iskemia, memberikan intervensi dan implementasi keperawatan

yang cepat dan tepat sehingga akan mengembalikan aliran darah koroner dan mencegah

pasien dari komplikasi. Pengetahuan dan peran perawat dalam melakukan asuhan

keperawatan pada pasien STEMI secara lebih lanjut sangat penting dalam

mengidentifikasi dan melakukan perawatan pasien STEMI yang beresiko tinggi pada

kejadian kematian. Berkaitan dengan hal tersebut, maka penulis menyusun laporan studi

kasus tentang “Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Pada Pasien dengan STEMI di

Ruang IGD RSPKT Bontang”

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada pasien dengan STEMI di

Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD)?

1.3 Tujuan

1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami dam mampu melakukan asuhan keperawatan

kegawatdaruratan pada pasien dengan STEMI di instalasi gawat darurat melalui

pendekatan proses keperawatan.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa dapat memahami konsep dasar teori tentang penyakit STEMI meliputi

definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi Klinis, penatalaksanaan, pemeriksaan

penunjang, dan komplikasi.

b. Mahasiswa mampu membuat dan memahami WOC (Web Of Caution) tentang

penyakit STEMI.

c. Mahasiswa dapat memahami konsep dasar teori asuhan keperawatan

kegawatdaruratan pada pasien STEMI yang meliputi pengkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi dan implementasi keperawatan serta evaluasi.

d. Mahasiswa mampu melakukan tindakan asuhan keperawatan kegawatdaruratan

pada pasien dengan STEMI.

1.4 Manfaat

1. Teoritis

a. Hasil studi kasus ini diharapkan dapat menjadi gambaran dan acuan dalam

memberikan asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada pasien dengan STEMI.

b. Hasil studi kasus ini dapat menambah keilmuan dan memperkaya wawasan dalam

memberikan asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada pasien dengan STEMI.

c. Hasil studi kasus ini dapat menjadi salah satu rujukan untuk materi bahan ajar

tentang asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada pasien dengan STEMI.


2. Praktis

a. Hasil studi kasus ini dapat dijadikan masukan untuk profesi perawat dalam

mengaplikasikan asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada pasien STEMI, dan

sebagai modalitas bagi perawat untuk menyelesaikan problem dengan tetap

beracuan pada keterampilan dasar dan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

b. Hasil studi kasus ini dapat membantu meningkatkan derajat kesehatan pada klien

dengan STEMI.

c. Hasil studi kasus ini dapat menambah keluasan ilmu dan teknologi di bidang

keperawatan dan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam

mengembangkan dan meningkatkan mutu pendidikan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi pembuluh darah koroner

Gambar 2.1 Anatomi Pembuluh Darah Koroner 6

Pada gambar 2.1 dapat dilihat ada 2 arteri koroner utama yaitu arteri
koroner kanan dan kiri. Arteri koroner kiri, terbagi menjadi left anterior
descending artery dan circumflex artery, arteri - arteri ini mensuplai darah
ke ventrikel kiri dan atrium kiri jantung. Arteri koroner kanan, terbagi
menjadi right posterior descending artery dan acute marginal artery,
arteri - arteri ini mensuplai darah ke ventrikel kanan, atrium kanan jantung
dan sinoatrial node (sekelompok sel di dinding atrium kanan yang
mengatur laju irama jantung).6
Adapun tambahan 2 cabang arteri koroner utama yang mensuplai darah ke
otot jantung, yaitu:

1. Circumflex Artery

Circumlex artery adalah cabang dari arteri koroner kiri dan


mengelilingiotot jantung.Arteri ini mensuplai darah ke bagian
belakang jantung.

2. Left anterior descending artery

Left anterior descending artery adalah cabang dari arteri koroner


kiri dan mensuplai darah ke bagian depan jantung.

2.2 Definisi Sindroma Koroner Akut

Sindroma koroner akut adalah gangguan aliran darah koroner parsial


hingga total ke miokard secara akut. Berbeda dengan angina pektoris
stabil (APS), gangguan aliran darah ke miokard pasa sindroma koroner
akut bukan disebabkan oleh penyempitan yang statis namun terutama
akibat pembentukan trombus dalam arteri koroner yang sifatnya dinamis.7

2.3 Epidemiologi Sindroma Koroner Akut

Berdasarkan diagnosis dokter, prevalensi penyakit jantung koroner


diIndonesia tahun 2013 sebesar 0,5% atau diperkirakan sekitar 883.447
orang, sedangkan berdasarkan diagnosis dokter/gejala sebesar 1,5% atau
diperkirakan sekitar
2.650.340 orang. Berdasarkan diagnosis dokter, estimasi jumlah penderita
penyakit jantung koroner terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Barat
sebanyak 160.812 orang (0,5%), sedangkan Provinsi Maluku Utara
memiliki jumlah penderita paling sedikit, yaitu sebanyak 1.436 orang
(0,2%). Berdasarkan diagnosis/gejala, estimasi jumlah penderita penyakit
jantung koroner terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Timur sebanyak
375.127 orang (1,3%).
Klasifikasi Sindroma Koroner Akut

Sindroma koroner akut (SKA) lebih lanjut dapat di klasifikasikan menjadi ST


- segment Elevation Myocardial Infract (STEMI) dan Non ST - segment
Elevation Myocardial Infract (NSTEMI);Unstable Angina (UA).8

2.4 Definisi STEMI

STEMI adalah sindroma yang didefinisikan oleh gejala karateristik dari


Iskemik miokard dimana pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG)
menunjukkan elevasi segmen ST dan keluarnya biomarker yang
merupakan hasil dari nekrosis miokard.5

2.5 Etiologi STEMI

Beberapa faktor yang dapat menimbulkan ST Elevation (STEMI) :5

1. penyempitan arteri koroner non sklerotik

2. penyempitan aterosklerotik

3. trombus

4. plak aterosklerotik

5. lambatnya aliran darah di daerah plak atau viserasi plak

6. peningkatan kebutuhab oksigen miokardium

7. penyempitan arteri oleh karena perlambatan jantung selama tidur

2.6 Faktor Risiko

Menurut American Heart Association’s factor resiko Sindroma Koroner


Akut (SKA) dibagi menjadi 2. Faktor risiko yang tidak dapat diubah
(nonmodifiable risk factor)seperti ; Umur, jenis kelamin, ras dan
keturunan. Sedangkan faktor risiko yang dapat diubah (modifiable risk
factor) seperti ; riwayat merokok, kolestrol, hipertensi, obesitas.5
2.7.1 Non modifiable risk factor

1. Usia

Risiko terjadinya penyakit arteri koroner meningkat dengan


bertambahnya umur, diatas 45 tahun pada pria dan diatas 55
tahun pada wanita. Dengan riwayat keluarga yang memiliki
penyakit jantung juga merupakan faktor risiko, termasuk
penyakit jantung pada ayah dan saudara pria yang didiagnosa
sebelum umur 55 tahun, dan pada ibu atau saudara perempuan
yang didiagnosa sebelum umur 65 tahun. 9

2. Jenis kelamin

Laki-laki memiliki risiko lebih tinggi dari pada


perempuan.Walaupun setelah menopause, tingkat kematian
perempuan akibat penyakit jantung meningkat, tapi tetap tidak
sebanyak tingkat kematian laki- laki akibat penyakit jantung.5

3. Ras/Suku

Insidensi kematian pada PJK pada orang Asia yang tinggal di


inggris lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk lokal,
sedangkan angka yang rendah terdapat pada ras Apro-Karibia.

2.7.2 Modifiable risk factor

1. Merokok

Peran rokok dalam PJK, antara lain menimbulkan


aterosklerosis, peningkatan trombogenesis dan vasokontriksi,
peningkatan tekanan darah, pemicu aritmia jantung,
meningkatkan kebutuhan oksigen jantung, dan penurunan
kapasitas pengangkutan oksigen. Merokok 20
batang rokok atau lebih dalam sehari bisa meningkatkan resiko
2-3 kali dibandingkan individu yang tidak merokok.Hal
tersebut dapat terjadi karena rokok mengandung nikotin dan
karbon monoksida yang dapat mengurangi HDL dalam darah
dan meningkatkan LDL dalam darah sehingga merusak
dinding arteri.11

2. Hipertensi

Hipertensi menyebabkan peningkatan afterload yang secara


tidak langsung akan meningkatkan beban kerja jantung.
Kondisi seperti ini akan memicu hipertropi ventrikel kiri
sebagai kompensasi dari meningkatnya afterload yang pada
akhirnya meningkatkan kebutuhan jantung. 12

3. Kolestrol LDL

Kolestrol merupakan prasyarat terjadi penyakit koroner pada


jantung. Kolestrol akan berakumulasi di lapisan intima dan
media pembuluh arteri koroner. Jika hal tersebut terus
berlangsung, maka akan terbentuk plak sehingga pembuluh
arteri koroner yang mengalami inflamasi atau terjadi
penumpukan lemak akan mengalami aterosklerosis. 13

4. Obesitas

Pada umumnya, obesitas cenderung meningkatkan kadar


kolestrol total dan trigliserida dan menurunkan kadar HDL.
Perubahan- perubahan ini meningkatkan risiko terjadinya
aterosklerosis.13
2.7 Patofisiologi

STEMI umumnya disebabkan penurunan atau berhentinya aliran darah


secara tiba-tiba akibat oklusi trombus pada arteri koroner yang sudah
mengalami arterosklerosis. Pada kebanyakan kasus, proses akut dimulai
dengan ruptur atau pecahnya plak aterotoma pembuluh darah koroner,
dimana trombus mulai timbul pada lokasi ruptur dan menyebabkan oklusi
arteri koroner, baik secara total atau parsial. Hal ini berkaitan dengan
perubahan komposisi plak atau penipisan fibrous cap yang menutupi plak
tersebut. Kejadian ini akan diikuti oleh proses agregasi trombosit dan
aktivasi jalur koagulasi. Faktor-faktor seperti usia, genetik, diet, merokok,
diabetes mellitus tipe II, hipertensi, dan inflamasi menyebabkan disfungsi
dan aktivasi endotelial. Pemaparan terhadap faktor-faktor di atas
menyebabkan injury bagi sel endotelial.Akibat disfungsi endotel, sel-sel
tidak dapat lagi memproduksi molekul vasoaktif seperti nitric
oxide.Pasokan oksigen yang berhenti selama kira-kira 20 menit dapat
menyebabkan nekrosis pada miokardium.14

Menurut American Heart Association, tipe plak atherosclerosis


diklasifikasikan dengan tampilan klinis dan histologi.

1. Tipe I (lesi awal)

Terdiri dari makrofag dan sel busa, berlaku pada dekade pertama
dan asimptomatik.

2. Tipe II (fatty streak)

Terdiri dari akumulasi lipid, berlaku pada dekade pertama, dan


asimptomatik.

3. Tipe III

Sedikit berbeda dari tipe II.Terdiri dari kumpulan lipid


ekstraseluler, berlaku pada dekade tiga dan asimptomatik.
4. Tipe IV (atheroma)
Intinya terdiri dari lipid ekstraseluler dan berlaku pada dekade
ketiga.Pada awalnya asimptomatik dan menjadi simptomatik.
5. Tipe V (fibroatheroma)
Berinti lipid dan terdapat lapisan fibrosis, atau beinti lipid
multiple dan lapisan fibrosis atau terdiri dari kalsifikasi terutama
atau fibrosis.Terdapat pertumbuhan otot polos dan
kolagen.Biasanya berlaku pada dekade keempat dan bisa
simptomatik atau asimptomatik.
6. Tipe VI (complicate lesion)
Adanya defek permukaan,hematoma-hemorrhage, dan trombus.
Biasanya berlaku pada dekade keempat dan bisa simptomatik atau
asimptomatik.12
Klasifikasi Universal Miokard Infark :
1. Tipe 1 (Infark miokard yang spontan)
Miokard Infark yang spontan dengan ruptur nya plak
ateroskelrosis, ulserasi, erosi attua pembedahan yang
menghasilkan intraluminal trombus salam satu atau lebih
pembuluh darah koroner yang mengarah ke penurunan aliran
darah mikardial atau terjadinya emboli trombus di distal.
2. Tipe 2 (Penyakit sekunder dari miokard infra yang menyebabkan
iskemik)
Dalam kasus infart miokard dyngan nekrosis dimana kondisi
selain penyakit jantung koroner berkontribusi ke tidak
seimbangan antara supla dan kebutuhan.Contoh : Disfungsi
endothelium koroner, emboli koroner, aritmia, anemia, gala
nafas, dll.
3. Tipe 3 (Miokard Infark yang menyebabkan kematian ketika ke
tidak adanya nilai biomarker)
4. Tipe 4a (Miokard Infark yang berkaitan dengan percutaneous
coronary intervention (PCI)
5. Tipe 4b (Miokard Infark yang berkaitan dengan stent thrombosis)
6. Tipe 5 (Miokard Infark yang berkaitan dengan coronary artery bypas
2.8 Diagnosa
2.9.1 Anamnesis
Diagnosa STEMI menjadi lebih kuat jika keluhan tersebut ditemukan pada
pasien dengan ada penyakit arterosklerosis non koroner, diketahui
mempunyai PJK dan atas dasar pernah mengalami infark miokard / bedah
pintas koroner / IKP, mempunyai faktor risiko ( umur, hipertensi,
merokok, dislipidemia, DM, riwayat PJK dini dalam keluarga ). Keluhan
pasien dengan iskemi dapat berupa nyeri dada yang tipikal seperti rasa
terbakar, tertekan atau berat pada daerah retrosternal, dan menjalar ke
lengan kiri, leher, rahang, area inters kapular, bahu atau epigastrium.
Keluhan ini dapat berlangsung intermiten atau persisten ( lebih dari 20
menit ). Keluhan sering disertai mual atau muntah, nyeri abdominal,
sesak napas, sinkop dan diaphoresis.15
2.9.2 Pemeriksaan Fisik
Pasien dengan gejala yang sedang berlangsung biasanya berbaring diam di
tempat tidur dan pucat dan mengeluarkan keringat.
Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai :
 Umum : kecemasan, sesak, keringat dingin, tekanan darah < 80 -
90 mmHg, HR : takikardia, RR meningkat, suhu
badan tinggi dalam 24 - 48 jam.
 Leher : normal atau sedikit peningkatan TVJ.
 Jantung : S1 lemah, S4 dan S3 gallop, keterlambatan
pengisian kapiler.
 Paru : mengi dan rongki bila terdapat gagal jantung.
 Ekstremitas : normal atau dingin.16

2.9.3 Elektrokardiografi

Diagnosis pada ST Elevation (STEMI) ditegakkam berdasarkan EKG


yaitu adanya elevasi segmen ST > 1 mm pada sadapan ekstremitas dan >
2 mm pada sadapan prekordial. Sebagian besar pasien dengan presentasi
awal elevasi segmen ST mengalami evolusi menjadi gelombang Q pada
EKG yang akhirnya
didiagnosis infark miokard gelombang Q. Jika obstruksi trombus tidak
total, obstruksi bersifat sementara atau ditemukan banyak kolateral,
biasanya tidak ditemukan elevasi segmen ST. Pasien tersebut biasanya
mengalami angina pektoris tak stabil atau NSTEMI.

Gelombag yang diukur EKG merupakan hasil dari pola kontraksi dan
relaksasi dari berbagai bagian jantung. Gelombang khusus yang terlihat
dalam EKG dinamakan dengan huruf, yaitu :

a)Gelombang P, berhubungan dengan kontraksi


atrium b)Gelombang QRS, berhubungan dengan
kontraksi ventrikel
c)Gelombang T dan U, gelombang yang mengikuti kontraksi ventrikel

Gelombang ST yang elevasi mencemirkan arteri di jantung tersumbat


dan mengalami ketebalan.17

Gambar 2.2 ST-Elevasi Miokard Infark 13

2.9.4 Biomarker

Pertanda (biomarker) kerusakan jantung yang dianjurkan untuk


diperiksa adalah creatinine kinase (CK-MB) dan troponin I/T dan
dilakukan secara serial. Troponin T harus digunakan sebagai penanda
optimal untuk pasien STEMI yang disertai kerusakan otot skeletal, karena
pada keadaan ini juga akan di ikuti peningkatan CK-MB.
a) CKMB : meningkat setelah 3 jam bila ada infark miokard dan
mencapai
puncak dalam 10-24 jam dan kembali normal dalam 2-4 hari.
Operasi jantung, miokarditis dan kardioversi elektrik dapat
meningkatkan CKMB.
b) Troponin T : enzim ini meningkat setelah 2 jam bila infark miokard
dan mencapai puncak dalam 10-24 jam dan masih dapat
dideteksi setelah 5-14 hari.
c) Pemeriksaan lainnya : mioglobin, creatinine kinase dan lactic
dehidrogenase. 4

2.9 Penatalaksanaan

2.10.1 Tindakan Umum dan Langkah Awal

1. Tirah baring.
2. Suplemen Oksigen harus diberikan segera bagi mereka dengan
saturasi oksigen < 95% atau mengalami distres respirasi. Suplemen
oksigen dapat diberikan pada semua pasien SKA dalam 6 jam
pertama, tanpa mempertimbangkan saturasi oksigen aspirin.
3. Nitrogliserin tablet sublingual bagi pasien dengan nyeri dada yang
masih berlangsung, jika nyeri dada tidak hilang bisa diulang sampai
3 kali.
4. Aspirin 160-320 mg diberikan segera pada pasien tanpa komplikasi.
5. Clopidogrel dengan dosis awal 300 mg.
6. Morfin sulfat 1-5 mg IV, dapat diulang 10-30 menit bagi pasien yang
tidak responsif. 11

2.10.2 Terapi Reperfusi

Terapi reperfusi pada IMA-ST dapat dilakukan dengan beberapa


upaya yaitu dengan intervensi koroner primer (IKP), pemberian
fibrinolitik dan juga rescue PCI. Terapi reperfusi wajib dalam 12 jam
pertama setelah awitan nyeri dada. Pilihan metode reperfusi STEMI
berupa terapi fibrinolitik.
Gambar 2.3 Terapi Reperfusi21

Jenis-jenis obat fibrinolitik adalah :

1. Streptokinase

Regimen 1,5 juta unit dilarutkan dalam 100 NaCl 0,9% atau
dekstrose 5% diberikan dalam 1 jam.Terapi dinyatakan berhasil bila
dijumpai VES (ventricular extrasystole) pada pantauan
elektrokardiografi yang menandakan lisisnya tromboemboli.

2. Tissue Plasminogen Activator (tPA)

Penggunaan tPA harus dipertimbangkan pada pasien-pasien


yang telah mendapatkan streptokinase dalam 2 tahun terakhir,
alergi terhadap streptokinase, hipotensi (TDS < 90 mmHg).
Dosisnya 15 mg IV bolus dilanjutkan 0,75 mg/kgBB selama 30
menit, kemudian 0,6 mg/kgBB
selama 60 menit. 18
2.10 Prognosis

Terdapat beberapa sistem dalam menentukan prognosis pasca


miokardium akut (IMA).Prognosis IMA dengan melihat derajat disfungsi
ventrikel kiri secara klinis dinilai menggunakan klasifikasi Killip.19

Tabel 2.1 Klasifikasi Killip

Tabel 2.2 TIMI Risk Score untuk Infark Miokard dengan


elevasi ST
BAB III

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN

Penilaian TRIAGE Gawat Darurat ( Dewasa )

Kategori triase : Medikal

Tanggal pemeriksaan : 16 November 2020

Jam pemeriksaan : 13.10 WITA

Penilaian Resiko Jatuh IGD

a. Apakah pasien tampak tidak seimbang/limbung ? Iya


b. Apakah pasien memegang pinggiran kursi atau meja atau benda lain sebagai penopang
saat akan duduk ? Iya
 Tidak beresiko (tidak ditemukan a dan b)

Kategori Pasien Dewasa


Pemeriksaan : Level 3 Gawat (30 menit)
Kesadaran : GCS >15
Jalan nafas : bebas
Pernafasan : RR : 26 x/menit
SpO2 95% tanpa o2 binasal
SpO2 98% dengan o2 binasal 3 lpm.
Sirkulasi : takhikardi : 120 x/menit
Sistolik > 180 : 184/83 mmHg
Gejala spesifik : nyeri sedang
No.RM :002033 Rujukan dari :datang sendiri

Tgl/bln/tahun :16/11/2020 Waktu :13.20 wita

A. Identitas TRIAGE
1. Nama :Tn. AL
2. Agama :Islam
3. Tanggallahir : Surabaya, 17-07-1957
4. Alamat :BTN Bontang
5. Status : Menikah
6. Pekerjaan : Swasta
7. TB/BB : 165 cm, BB:65 Kg
8. Jeniskelamin : Laki-laki
9. Label triage :kategori 3: 30 menit
10. Waktu visite : 13.15
11. Waktu kolaborasi : jam 14.20 wita konsul ke dokter sp.jantung
12. Waktu Referal : Tgl 16/11/20 jam 17.20
13. Diagnosa medis : STEMI
B. Primary Survey
1. General impression
a. Keluhan utama : Nyeri dada
b. Penyakit yang diderita : riwayat sakit Hipertensi
2. Mekanisme cidera : nyeri dada tembus punggung, menjalar kerahang dan
lengankiri. Nyeri seperti tertekan benda berat. Nyeri sejak 3 hariyanglalu tapi
hilang timbul. Nyeri memberat siang sebelum MRS dan terasa terus-menerus.
Skala nyeri (6): sedang. Pasien mengatakan cemas karena ibunya meninggal
dengan penyakit jantung. Pasien mengatakan ini serangan jantung pertama kali.
pasien mengatakan minum obat tidak teratur. Pasien sering bertanya apakah bisa
sembuh dan kapan, mengapa bisa sakit begini.
a. TD: 184/83 mmHg, RR: 26x/mnt, Nadi:120x/mnt, Suhu:35,5 C SpO2 : 98 %
dengan Oksigen nasal canule 3 lpm
b. Orientasi (tempat,waktu dan orang) : baik
3. Airway
a. Jalan nafas : Paten.
b. Obstruksi : (-)
c. Keluhan data lain : Thorak
Inspeksi :pergerakan dada simetris
Palpasi : massa (-)
Perkusi : sonor
Auskultasi Paru : vesikuler +/+, ronchi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung : S1 S2 Tunggal regular, murmur (-), gallop (-).
Masalahkeperawatan :tidak ada masalah
4. Breathing
a. Gerakan dada : Simetris
b. Iramanafas : cepat/takipnea
c. Pola nafas : reguler
d. Retraksi otot dada : ada
e. Sesak nafas : iya
f. Respirasi Rate : 26 x/mnt
g. Saturasi Oksigen : 98% ( Nasal canul O2 3 lpm)
Masalahkeperawatan : pola nafas tidak efektif:aktual
5. Circulation :
a. Nadi :teraba
b. Sianosis : tidak
c. CRT :>2 detik
d. Perdarahan : tidakada
e. Keluhan /data lain : akraldingin, suhu : 35,5C hasil AGD: Ph:7,44
PCO2: 24,7, PO2 : 85,9 BE; -2,1 HCO3:18, GDS: 124 mg/dl, Na : 124,
Kalium : 3,7, Chlorida : 102
f. Keluhan data lain: Gambaran EKG: ST Elevasi di lead II,III,
AVF.takikardia, ada palpitasi,ada keringat dingin, HR:120 x/mnt,
CKMB: 35, Trop T : 68, Akral dingin, ada mual,riwayat muntah tidak
ada,rontgen thorax : tidak tampak kelainan, besar cor normal.
Masalah keperawatan : Penuruan curah jantung : aktual
Masalahkeperawatan :gangguan keseimbangan cairan tidak ada masalah.

6. Dissability
a. Kesadaran : sadar penuh, compos mentis
b. GCS : 15 (E4M6V5)
c. Lateralisasi : 3mm/3mm
d. Reflex cahaya : +/+
e. Kekuatanektermitas : normal 5/5 5/5
Masalahkeperawatan : gangguan perfusi jaringan serebral: tidak ada
masalah.
7. Eksposure
a. Keadaanluka : tidak ada
b. Luas luka : (-)
c. Skala nyeri : (6)
Keluhan : pasien tampak kesakitan,wajah meringis
Masalah keperawatan: nyeri : actual
Masalah keperawatan : infeksi : tidak ada masalah
8. Psikososial
Status psikologi : cemas
Hubungandengananggotakeluarga :baik
Masalah Keperawatan : Ansietas : actual

C. Secondary Survey
1. Keluhan :
 Pasien mengeluhnyeri dada kiri.
 Pasien mengatakan cemas, karena ini serangan jantung pertama kalinya
 Pasien sering bertanya tanya tentang penyakitnya.
 Pasien mengatakan 7 tahun yang lalu Ibu klien meninggal juga karena
penyakit jantung dan Hipertensi.
 Pasien mengatakan tidak rutin minum obat selama 1 tahun terakhir,kadang
minum kadang tidak minum, karena merasa sudah sembuh.
 Pasien sering bertanya apakah bisa sembuh dan kapan, mengapa bisa sakit
begini.

2. Riwayat alergi : (-)


3. Riwayat konsumsiobat: pasien minumobat Simvastatin 1x 20 mg, Amlodipine 1
x10 mg, bisoprolol 1 x 2,5 mg, tapi tidak rutin ( tidak teratur )
4. Riwayat penyakit sebelumnya: Hipertensi dan pasien mengatakan kontrol terakhir
ke poli jantung tahun 2019.
Masalah Keperawatan : Ketidakpatuhan : actual
FORMAT RESUME KASUS KEPERAWATAN

A. Biodata Klien
1. Nama : Tn. AL
2. Agama : Islam
3. Tanggallahir : Surabaya, 17-07-1957
4. Alamat : BTN Bontang
5. Status : Menikah
6. Pekerjaan : Swasta
7. TB/BB : 165 cm, BB:65 Kg
8. Jeniskelamin : Laki-laki
9. Suku : Jawa
10. Tgl MRS : 16 Nopember 2020
11. Tgl Pengkajian: 16 Nopember 2020
12. Diagnosa medis : STEMI
13. No Register : 00 20 33

B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Nyeri dada kiri.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan nyeri dada sejak 3 hari yang lalu,nyeri hilang timbul, nyeri memberat
siang hari area dada kiri tembus punggung, menjalar ke rahang dan lengan kiri. Nyeri seperti
tertekan benda berat. Nyeri terasa terus-menerus, akhirnya pasien diantar keluarga berobat ke
IGD RS PKT Bontang.Pola nafas sepontan dengan menggunakan bantuan oksigen nasal
kanul 3 lpm. Pasien tampak terus berbaring sambil memegang dada kirinya. Pasien
mengatakan cemas karena ibunya meninggal dengan penyakit jantung. Pasien mengatakan ini
serangan jantung pertamakali. Pasien sering bertanya tentang penyakitnya dan mengatakan
minum obat tidak teratur dalam 1 tahun terakhir. Pasien sering bertanya apakah bisa sembuh
dan kapan, mengapa bisa sakit begini.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mempunyai riwayat penyakit Hipertensi sejak sekitar 10 tahun yang lalu, selama ini
minum obat rutin, 1 tahun terakhir tidak teratur minum obat karena merasa sudah sembuh,
minum obat hanya jika ingat. Ini merupakan kejadian serangan jantung yang pertama kali.
Pasien mengatakan terakhir kontrol ke poli jantung tahun 2019.
DM disangkal, riwayat merokok disangkal, riwayat dislipidemia disangkal.
4. Riwayat Penyakit Dalam Keluarga
Ibu pasien meninggal 7 tahun yang lalu karena hipertensi dan sakit jantung.

C. Pengkajian ( Fokus pada masalah yang ditemukan )


a. Pasien mengeluh nyeri dada tembus punggung, menjalar ke rahang dan lengan kiri.
Nyeri seperti tertekan benda berat. Nyeri sejak 3 hari yang lalu tapi hilang timbul.
Nyeri memberat siang sebelum MRS dan terasa terus-menerus. Skala nyeri (6): sedang.
Sesak iya, nafas dengan menggunakan oksigen nasal kanul 3 lpm. Ada palpitasi, ada
keringat dingin, ada mual, tidak ada muntah. Pasien terus berbaring di tempat tidur
sambil memegang dada kirinya. Pasien sering bertanya apakah bisa sembuh dan kapan,
mengapa bisa sakit begini.

 Tanda - tanda vital:TD: 184/83 mmHg, RR: 26 x/mnt, Nadi:120x/mnt, Suhu: 35,5 C
SpO2 : 98 % dengan Oksigen nasal canule 3 lpm. Hasil Enzim jantung CKMB : 35
Trop T : 68
 Hasil AGD: Ph:7,44 PCO2: 24,7, PO2 : 85,9 BE; -2,1 HCO3:18, GDS: 124 mg/dl,
Natrium:124, Kalium: 3,7, Chlorida :102
 Gambaran EKG : ditemukan adanya segmen ST elevasi di lead II. III, AVF
Status Psikologis pasien : Cemas, pasien sering bertanya tanya tentang penyakitnya. Pasien
mengatakan ini serangan jantung pertama kalinya. Dahulu Ibu klien meninggal juga karena
penyakit jantung dan Hipertensi, klien mengatakan tidak teratur minum obat pada 1 tahun
terakhir. Pasien mengatakan terakhir kontrol ke poli jantung tahun 2019.
PRIORITAS MASALAH
1. Penurunan curah jantung b.d perubahan irama jantung (D.0008)
2. Pola nafas tidak efektif b.d penurunan energi (D.0005)
3. Nyeri akut b.d agen pencidera fisik fisiologis (iskemia) (D.0077)
4. Ansietas b.d kurang terpapar informasi (D.0080)
5. Ketidakpatuhan b.d program terapi kompleks atau lama (D.0114)

Rencana Tindakan
No Diagnosa Kep Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan
DX
1 Penurunan Setelah dilakukan Perawaatan jantung akut (I.02076)
curah jantung tindakan keperawatan 1.1 Identifikasi karakterisktik nyeri
b.d perubahan selama 1x24 jam dada (meliputi faktor pemicu dan
irama jantung diharapkan curah jantung pereda, kualitas,
(D.0008) meningkat (l.02008) lokasi,radius,skala dan frekuensi.)
ditandai dengan KH: 1.2 Monitor EKG 12 Sadapan untuk
 Palpitasi menurun perubahan ST dan T.
 Takikardia menurun 1.3 Monitor aritmia
 Gambaran EKG 1.4 Monitor elektrolit yang dapat
aritmia menurun meningkatkan risiko aritmia
 Dispnea menurun (mis.kalium,magnesium dan
 Tekanan darah kalsium).
membaik, CRT 1.5 Monitor enzim jantung (mis,ck,
membaik CKMB, Trop T)
1.6 Monitor saturasi oksigen
1.7 Pertahankan tirah baring minimal
12 jam
1.8 Pasang akses intravena
1.9 Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi ansietas/stress
1.10 Anjurkan segera melaporkan
nyeri dada
1.11 Anjurkan menghindari maneuver
valsava (mis.mengedan saat batuk
atau BAB)
1.12 Jelaskan tindakan yang dijalani
pasien
1.13 Kolaborasi pemberian antiplatelet
1.14 Kolaborasi pemberian antiangina
(nitrogliserin,beta bloker)
1.15 Kolaborasi pemberian obat untuk
mencegah maneuver valsava
(mis.pelunak tinja, antiemetic)
1.16 Kolaborasi pencegahan thrombus
dengan antikoagulan,jika perlu.
1.17 Kolaborasi pemeriksaan x-ray
dada.
2 Pola nafas Setelah dilakukan Pemantauan respirasi (I.0014)
tidak efektif b.d tindakan keperawatan 2.1 Monitor frekuensi,irama dan
penurunan selama 1x24 jam kedalaman upaya nafas.
energi (D.0005) diharapkan pola nafas 2.2 Monitor pola nafas
membaik (L.01004) 2.3 Lakukan palpasi kesimetrisan
ditandai dengan KH: ekspansi paru
 Dispnea menurun 2.4 Auskultasi bunyi nafas.
 Frekuensi nafas 2.5 Monitor saturasi oksigen
membaik 2.6 Monitor nilai AGD
 Penggunaan otot 2.7 Kolaborasi pemberian oksigen
bantu pernafasan sesuai dengan kebutuhan.
menurn

3 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Manajemen nyeri (I.08238)


agen pencidera tindakan keperawatan 3.1 Identifikasi
fisik fisiologis selama 1x24 jam lokasi,karakteristik,durrasi,frekuensi,k
(iskemia) diharapkan tingkat nyeri ualitas, intensitas nyeri.
(D.0077) menurun (L.08066) 3.2 identifikasi skala nyeri
ditandai dengan KH: 3.3 identifikasi respon nyeri non
 Keluhan nyeri verbal
menurun 3.4 identifikasi faktor yang
 Meringis menurun memperberat dan memperingan nyeri.
 Frekuensi nadi 3.5 Kontrol lingkungan yg
membaik memperberat rasa nyeri
 Pola nafas membaik 3.6 Anjurkan memonitor nyeri secara
 Tekanan darah mandiri
membaik 3.7 Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat.
3.8 Ajarkan tehnik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
3.9 Kolaborasi pemberian
analgetik,jika perlu.
4 Ansietas b.d Setelah dilakukan Reduksi ansietas (I.09314)
kurang terpapar tindakan keperawatan 4.1 Identifikasi kemampuan
informasi selama 1x24 jam mengambil keputusan
(D.0080) diharapkan tingkat 4.2 Monitor tanda-tanda ansietas
ansietas menurun (verbal atau non verbal)
(L.09093) ditandai 4.3 ciptakan suasan aterapeutik untuk
dengan KH: menumbuhkan kepercayaan
 Verbalisasi khawatir 4.4 jelaskan prosedur,termasuk sensai
akibat kondisi yang yg mungkin dialami
dihadapi menurun. 4.5 informasikan secra factual
 Palpitasi menurun. mengenai diagnosis, pengobatan, dan
 Frekuensi pernfasan prognosis.
menurun 4.6 anjurkan keluarga untuk tetap
 Frekuensi nadi bersama pasien.
menurun 4.7 anjurkan untuk mengungkapkan
 Tekanan darah perasaan.
menurun 4.8 latih tehnik relaksasi.
5 Ketidakpatuhan Setelah dilakukan Dukungan kepatuhan program
b.d program tindakan keperawatan pengobatan (I.12361)
terapi selama 1x24 jam 5.1 Identifikasi kapatuhan menjalani
kompleks atau diharapkan tingkat program pengobatan
lama (D.0114) kepatuhan meningkat 5.2 Buat komitmen menjalani
(L.12110) ditandai program pengobatan dengan
dengan KH: baik
 Verbalisasi mengikuti 5.3 Buat jadwal pendampingan
anjuran meningkat keluarga untuk bergantian
 Verbalisasi kemauan menemani pasien selama
memenuhi program menjalani pengobatan
perawtan atau 5.4 Diskusikan hal-hal yang dapat
pengobatan mendukung atau menghambat
 Perilaku mengikuti berjalannya program
program perawatan pengobatan.
/pengobatan membaik 5.5 Libatkan keluarga untuk
 Perilaku menjalankan mendukung program
anjuran membaik pengobatan yang dijalani.
 Tanda dan gejala 5.6 Informasikan program
penyakit membaik pengobatan yang harus dijalani
5.7 Informasikan manfaat yang akan
diperoleh jika teratur menjalani
program pengobatan
5.8 Anjurkan pasien dan keluarga
melakukan konsultasi ke
pelayanan kesehatan terdekat.

1. Diagnosa I(D.0008) Penurunan curah jantung b.d perubahan irama jantung


Data Subjektif:

- Pasien mengeluh nyeri dada, sesak, dan terasa berdebar-debar


- Pasien mengatakan nyeri dada tembus ke punggung sebelah kiri, menjalar ke rahang
dan lengan kiri
Data Objektif:

- Keadaan: umum sedang


- Kesadaran compos mentis (E4V5M6)
- Tekanan Darah= 184/83 mmHg
- Sesak napas RR= 26x/i
- Takikardia Nadi= 120 x/i
- Akraldingin, suhu= 35,5oC
- Gambaran EKG: ST elevasi di lead II, III, AVF :infark inferior.
WAKTU IMPLEMENTASI EVALUASI
Senin, 16 Perawatan jantung akut (I.02076) 1.1 Nyeri dada kiri menjalar
November 1.1Mengidentifikasi karakteristik nyeri kerahang dan lengan kiri, seperti
2020 dada tertindih benda berat, nyeri
dirasakan terus-menerus
Jam 14.20
1.2 Menganjurkan pasien untuk tirah 1.2 Pasien tirah baring posisisemi
baring fowler
13.30 1.3 Memasang akses intravena 1.3 Terpasang infus NaCl 0,9 % 5
tpm ditangan kanan.
13.50 1.4 Memonitor saturasi oksigen
1.4 Saturasi = 98%
14.30 1.5 Memberikan oksigen nasal kanul 3 1.5 Terpasang oksigen nasal kanul
liter/menit 3 liter/menit, RR= 26 x/I

14.45 1.6 Melakukan pemeriksaan EKG 12 1.6 Hasil EKG: gambaran ST


sadapan. Elevasi di lead II, III, AVF

13.30 1.7 Kolaborasi dalam memberikan 1.7 Nyeri dada berkurang namun
terapi ISDN 5mg/sublingual masih ada, skala nyeri 2-3.

15.30 1.8 Melakukan pengambilan darah 1.8 Hasil pemeriksaan:


vena untuk pemeriksaan laboratorium CKMB = 35, Troponin T = 68
GDS = 124 mg/dl
1.9 Melakukanpengambilan 1.9 Terpasang Oksigen nasal kanul
daraharteri, monitor elektrolit 3 liter/menit, hasil AGD:
1.10 Kolaborasidalam memberikan PH = 7,44 ; PCO2 = 24,7 ; PO2 ;
terapi: 85,9 BE : -2,1 HCO3 = 18, Na:
- Aspilet loading 320 mg per 124, K : 3,7, Cl : 102
oral 1.10 anti platelet diberikan loading
- Clopidogrel 300 mg per oral per oral
1.11 Hasil EKG: gambaran ST
1.11 Melakukan EKG 12 sadapan elevasi di lead II, III, AVF

2.12 Terpasang dower catheter


1.12 Melakukan pemasangan dower no.16, produksi urin kuning jernih
catheter 700 cc
1.17 gambaran x-ray tidak ada
1.17 Kolaborasi pemeriksaan x-ray kelainan.
dada.

2. Diagnosa II (D.0005) Pola nafas tidak efektif b.d penurunan energi


 DS: - Pasie nmengeluh Sesak, nyeri dada kiri,dan berdebar-debar
 DO: - Keadaan umum sedang
- Kesadaran Compos Mentis, GCS 15 (E4V5M6)
- Pola nafas takipnea
- Irama reguler
- Menggunakan otot bantu napas
- Tanda-tanda vital: Nadi=120 x/mnt, Suhu=35,5, TD=184/83, RR=26x/mnt
- hasil AGD: Ph:7,44 PCO2: 24,7, PO2 : 85,9BE; -2,1 HCO3:18, GDS: 124
mg/dl.
Hari/tanggal, Implementasi Evaluasi TTD
jam
Senin, 16 nov 2.1Memonitor frekuensi,irama 2.1 Tanda-tanda vital:
2020 dan kdalaman upaya nafas Nadi=120 x/mnt, Suhu=35,5,
15.30 TD=184/83, RR=26x/mnt,
Irama reguler
2.2 Memonitor pola nafas 2.2 pola nafas takipnea

2.3 Melakukan palpasi 2.3 palpasi dada kanan dan kiri


kesimetrisan ekspansi paru simetris
2.4 melakukan auskultasi 2.4 bunyi suara nafas
bunyi nafas. vesikuler, wheezing (-),ronchi
(-).
2.5 memonitor saturasi 2.5 saturasi 98%
oksigen
2.6 hasil AGD: Ph:7,44PCO2:
2.6 memonitor nilai AGD 24,7, PO2 : 85,9BE; -2,1
HCO3:18.
2.7 Kolaborasi: pemberian 2.7 pemberian oksigen nasal
oksigen sesuai keluhan kanul 3 lpm.

3. Diagnosa III (D0077) : Nyeri akut b/d Agenpenciderafisiologis (iskemia)


 DS: - Pasien mengeluh nyeri dada kiri tembus ke punggung, menjalar ke rahang dan
tangan kiri
- Pasien mengatakan nyeri seperti tertekan bendaberat
- Pasien mengatakan nyeriterasa terus menerus
- Pasien mengatakan nyeri timbul sejak 3 hari yang lalu
P: Sumbatan pembuluh darah,nyeri tidak berkurang dengan istirahat.
Q: sifatnya tumpul,Nyeri seperti tertekan benda berat, Nyeri terasa terus-menerus.
R :nyeri dada kiri tembus ke punggung, menjalar kerahang dan tangan kiri.
S: Nyeri skala 6.
T: nyeri terus menerus, >30 menit

 DO: - Keadaan umum sedang


- Kesadaran Compos Mentis, GCS 15 (E4V5M6)
- Skala nyerisedang (6),wajah meringis
Gambaran ECG: gambaran ST elevasidi lead II, III, AVF
- Trop T=68 CN=<14 pg/ml
- CKMB=35,43 CN=7,00-25,00 u/ml
- Nadi=120 x/mnt, Suhu=35,5, TD=184/83, RR=26x/mnt

Hari/tanggal, Implementasi Evaluasi TTD


jam
Senin, 16 nov Managemen Nyeri (I.08238)
2020 3.1 Mengidentifikasi nyeri
15.30 (lokasi,karakteristik,durasi 3.1 Nyeri di sebelah dada kiri
frekuensi, kualitas dan menjalar kerahang dan tangan
intensitas, pqrst). kiri.
P: Sumbatan pembuluh
3.2 Mengidentifikasi skala darah,nyeri tidak berkurang
nyeri dengan istirahat.
Q: sifatnya tumpul,
Nyeri seperti tertekan benda
berat, Nyeri terasa terus-
menerus.
R :nyeri dada kiri tembus ke
punggung, menjalarkerahang
dan tangankiri.
S: Nyeri skala 6.
T: nyeri terus menerus, >30
menit

3.2 Skala nyeri ringan (2-3)


setelah mendapat terapi anti
angina

3.3Mengidentifikasi respon 3.3 wajah pasien meringis


nyeri non verbal
3.4 Mengidentifikasi faktor 3.4 Pasien tidur semi fowler
yang memperberat dan
memperingan nyeri
3.5 Menjelaskan penyebab 3.5 Pasien mengerti penyebab
dan pemicu nyeri timbulnya nyeri

3.6 Mengajarkan teknik non 3.6.Pasien mengerti untuk


farmakologis untuk nafas dalam (teknik relaksasi)
mengurangi nyeri

3.7 Kolaborasi pemberian anti 3.7 Diberikan terapi anti


iskemia angina : ISDN 5 mg sublingual
( 2x ) selang 5 mnt
4. Diagnosa IV(D0080) : Ansietas b.d kurang terpapar informasi
Data Subyektif :
 Pasien mengatakan cemas tentang penyakitnya.
 Pasien mengatakan ini serangan jantung pertama kali
 Pasien mengatakan 7 tahun yang lalu Ibu pasien meninggal dengan penyakit
jantung
 Pasien mengeluh terasa berdebar-debar.
Data objektif:
 Pasien tampak cemas
 Tanda tanda vital:
Tekanan Darah= 184/83mmHg
RR= 26 x/i
Takikardia Nadi= 120x/i

Akral dingin, suhu=35,5oC

WAKTU IMPLEMENTASI EVALUASI

Reduksi ansietas ( I. 09314 )


Senin, 16
4.1 Mengkaji tanda-tanda ansietas 4.1 Pasien mengatakan khawatir
November
pada pasien. tentang penyakitnya, sering
2020
bertanya apakah bisa sembuh dan
Jam 14.20 kapan, mengapa bisa sakit begini.

4.2 menciptakan suasana terapeutik 4.2 Cemas berkurang


15.00 agar menumbuhkan kepercayaan
4.3 Menginformasikan kepada pasien 4.3 pasien kooperatif dan paham atas
secara faktual mengenai diagnosis, tindakan keperawatan yang diberikan
15.30 pengobatan dan prognosis .
4.4 Menganjurkan kepada pasien
untuk selalu mengungkapkan
16.00 4.4 pasien kooperatif dan paham
perasaan atau keluhan yang
dirasakan.
4.5 Menganjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien 4.5 keluarga selalu menemani pasien.

16.30
4.6 Mengajarkan ke pasien untuk 4.6 Pasien tampak nyaman dan cemas
tehnik relaksasi mengurangi cemas. berkurang.

17.00

5. Diagnosa V (D.0114) Ketidakpatuhan b.d program terapi kompleks atau lama


Data subjektif :
- Pasien mengatakan tidak rutin minum obat karena merasa sudah sembuh.
- Pasien mengatakan kontrol terakhir ke poli jantung tahun 2019.
-
Data Objektif :
- Pasien tidak minum obat secara teratur selama 1 tahun terakhir.

WAKTU IMPLEMENTASI EVALUASI TTD


Senin, 16 5.1 Melakukan Identifikasi kapatuhan 5.1 Pasien mengatakan tidak
November menjalani program pengobatan rutin minum obat karena
2020 merasa sudah sembuh.

5.6 pasien dan keluarga


5.6 menginformasikan program
kooperatif
pengobatan yang harus dijalani

5.7 Menginformasikan manfaat yang 5.7 pasien dan keluarga paham


akan diperoleh jika teratur menjalani tentang terapi pengobtan yang
program pengobatan dijalani.
5.8 Melibatkan keluarga
untuk 5.8 Keluarga pasien kooperatif
mendukung program pengobatan yang
dijalani.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Pada tahap pengkajian dilakukan metode wawancara, observasi Tn. AL usia 63 tahun
dengan diagnose STEMI, keluhan utama nyeri dada, riwayat penyakit hipertensi,
pasien mengatakan nyeri dada tembus punggung, menjalar kerahang dan lengankiri.
Nyeri seperti tertekan benda berat. Nyeri sejak 3 hariyanglalu tapi hilang timbul. Nyeri
memberat siang sebelum MRS dan terasa terus-menerus. Skala nyeri (6): sedang.
Pasien mengatakan cemas karena ibunya meninggal dengan penyakit jantung. Pasien
mengatakan ini serangan jantung pertama kali. pasien mengatakan minum obat tidak
teratur. Pasien sering bertanya apakah bisa sembuh dan kapan, mengapa bisa sakit
begini. TD: 184/83 mmHg, RR: 26x/mnt, Nadi:120x/mnt, Suhu:35,5 C SpO2 : 98 %
dengan Oksigen nasal canule 3 lpm.
2. Setelah dilakukan pengkajian dan analisa kasus muncul lima diagnose pada pasien
yaitu : penurunan curah jantung b/d perubahan irama jantung (D.0008), pola nafas
tidak efektif b/d penurunan energy (D.0005), nyeri akut b/d agen pencidera fisik
fisiologis (iskemia)(D.0077), Ansietas b/d kurang terpapar informasi (D.0080),
ketidakpatuhan b/d program terapi kompleks atau lama (D.0114).Semua diagnosa
teratasi dan teratasi sebagian.
3. Intervensi yang direncanakan pada kasus terdiri dari : diagnosa pertama penurunan
curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung terdapat 17 intervensi
keperawatan, diagnose kedua pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan
energy terdapat 7 intervensi keperawatan, diagnose ketiga nyeri akut berhubungan
dengan agen pencidera fisik fisiologis (iskemia) terdapat 9 intervensi keperawatan,
diagnosa keempat ansietas berhubungan kurang terpapar informasi terdapat 8
intervensi keperawatan, diagnose kelima ketidakpatuhan berhubungan dengan program
terapi kompleks atau lama terdapat 8 intervensi keperawatan.
4. Implementasi yang dilakukan sudah sesuai dengan intervensi yang di tetapkan, selain
itu ada faktor pendukung dari keluarga untuk bekerja sama sehingga implementasi
dapat dilaksanakan dengan baik
5. Hasil evaluasi keperawatan didapatkan bahwa diagnosa keperawatan penurunan curah
jantung berhubungan irama jantung cukup meningkat, pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan penurunan energi membaik, nyeri akut berhubungan dengan agen
pencidera fisiologis menurun,ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
menurun, ketidakpatuhan berhubungan dengan program terapi kompleks atau lama
meningkat.

4.2 Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dengan adanya studi kasus ini dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
bagi mahasiswa/I di kampus Politekhnik Kesehatan Kementrian Kesehatan
Samarinda Prodi D-VI Keperawatan Samarinda, khususnya pada keperawatan gawat
darurat terutama pada pembelajaran tentang asuhan keperawatan gawaat darurat.
2. Bagi rumah sakit
Diharapkan dengan adanya studi kasus ini, dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan
bahan evaluasi yang di perlukan dalam pemberian asuhan keperawatan di ruangan
khususnya di ruang IGD (instansi gawat darurat)
3. Bagi perawat
Diharapkan dengan adanya studi kasus ini, dapat dijadikan sebagai acuan untuk
meningkatkan mutu pemberian asuhan keperawatan pada kasus ST Elevasi Miokard
Infark.
DAFTAR PUSTAKA

Andrayani Lalewisnu. 2016. Exercise pada Pasien dengan ST Elevasi Miokard Infark
(STEMI). Jurnal Kesehatan Prima, Vol. 10, No. 2.

Indonesia, P. D. 2018. Pedoman Tata Laksana Sindrom Koroner Akut (Vol. I). Jakarta:
PERKI.

Kementrian Kesehatan RI, R. 2018. Laporan Nasional Riskesdas. Jakarta: Lembaga Penerbit
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI.(2018).Standar Intervensi Keperawatan IndonesiaI (1 st ed.).


Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan (1 st ed). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.

Tim pokja SIKI DPP PPNI.(2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I). Jakarta. :
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Suddarth, B. &. 2014. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 12. Jakarta: EGC.

Suhayatra Putra, E. F. (2016). Artikel Penelitian. (Gambaran Faktor Resiko dan Manajemen
Reperfusi Pasien IMA-EST di Bangsal Jantung RSup Dr. M. Djamil Padang).

Sofyana Merlyn Gischa. 2015. Peran Perawat dalam Menangani Pasien dengan Gangguan
IMA di IGD RSU Dr. Moewardi Surakarta. Bachelor Program in Nursing Sciena
Kusuma Husada Journal.

Anda mungkin juga menyukai