Embrio Hewan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

Heraldus Ivo A. N.

H1041191075

Resume Spermatogenesis, Oogenesis dan Organ Reproduksi Betina pada


Ikan, Amfibi, Reptil, Burung dan Mamal

A. Spermatogenesis

Spermatogenesis adalah proses perkembangan sel spermatogonium menjadi


spermatozoa. Secara umum proses ini dibagi 3 fase, yaitu multifikasi mitotik,
spermasitogenesis dan spermiogenesis. Aktivitas mitosis sel germinal primordial
dimulai pada usia pubertas dan menghasilkan spermatogonium (Aritonang, 2016).

Spermasitogenesis

Dimulai dengan proliferasi spermatogonia asal yang disebut


spermatogonium tipe A yang berinti lonjong dan nukleus di pinggir, menjadi
spermatogonium tipe B yang berinti bundar dan bernukleus agak di tengah.
Spermatogonium tipe B inilah yang akan berkembang menjadi spermatosit I
(primer). Spermatosit I berada di lapisan kedua tubulus ke arah lumen. Pada setiap
spermatogonium, salah satu dari pasangan kromosom membawa informasi
genetik yang menentukan seks dari turunan terakhir. Pasangan ini terdiri dari satu
kromosom “X” dan kromosom “Y” (Tortora & Derrickson, 2006).

Meiosis

Spermatosit I hasil spermasitogenesis ini kemudian menjauh dari lamina


basalis dan sitoplasmanya semakin banyak. Spermatosit I mengalami meiosis I,
sehingga terbentuk spermatosit II. Spermatosit II ini kemudian mengalami meiosis
II untuk membentuk spermatid. Pada meisosis I, spermatosit I mengalami subfase
leptoten, zigoten, pakiten, diploten, dan diakinesis dari profase, disusul
metaphase, anaphase, dan telofase. Pada meiosis II, ia juga menempuh profase,
metaphase, anaphase, dan telofase. Cytokinesis pada meiosis I dan II tidak
membagi sel benih secara lengkap namun terpisah oleh interseluler bridge.
Melalui jembatan ini, berlangsung komunikasi antar sel bertetangga. Meiosis I
menghasilkan spermatosit II yang berinti lebih gelap yang kemudian mengalami
meiosis II untuk membentuk spermatid yang berinti lonjong runcing, mempunyai
ekor halus dan pendek dalam sitoplasmanya (Tortora & Derrickson, 2006).

Spermiogenesis
Fase akhir dari spermatogenesis adalah spermiogenesis, yang ditandai oleh
perubahan dan perkembangan struktur spermatid. Spermatid yang merupakan sel
bundar kemudian mengalami pemanjangan menjadi spermatozoa setelah
menyelesaikan fase spermiogenesis. Selama spermiogenesis spermatid mengalami
kondensasi kromatin, pembentukan struktur nucleus sel, pembentukan flagellum,
dan ekspulsi sebagian besar sitoplasma. Selain itu pada fase spermiogenesis, 85%
histon dari nucleus diganti dengan protamin yang memungkinkan pengemasan
DNA secara ketat, sehingga tidak mudah diserang oleh oksidan. Penggantian
histon oleh protamin membutuhkan pemecahan sementara spermatozoa yang
diinduksi oleh enzim topoisomerase II dan akan ditutup kembali oleh enzim yang
sama. Kelainan pada pengemasan DNA akibat defisiensi protamin dapat
menyebabkan DNA rentan dari serangan oksidatif sehingga DNA mengalami
fragmentasi (Taufiqurrachman, 2012).

Secara umum spermiogenesis dibagi menjadi 4 fase yaitu: fase golgi, cap,
acrosomal, dan maturasi. Fase golgi ditandai oleh kemunculan gelembung
acrosom yang diikuti oleh pembentukan ukuran craniocaudal yang simetris. Fase
cap ditandai oleh pemanjangan spermatid dan perkembangan acrosom yang
meliputi separoh sampai duapertiga bagian cranial spermatid. Dalam fase
acrosomal, nucleus sel mengalami kondensasi dan sel menjalani pemanjangan.
Sebagian besar histon hilang selama kondensasi dan terjadi penurunan transkripsi
gen (Taufiqurrachman, 2012).

B. Oogenesis
Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam ovarium.
Oogenesis terjadi melalui 3 tahapan yaitu proliferasi, pertumbuhan dan
pematangan. Pada tahap proliferasi terjadi pembelahan mitosis pada sel primordial
yang terdapat pada membran basal ovarium yang menghasilkan oogonium. Pada
fase perkembangan fetus dimulai perbelahan meiosis I dimana oogonium
membelah menjadi oosit primer dan polar bodi (badan kutub I). Pada tahap ini
oosit disebut berada pada tahap germinal vesicle (GV) yang ditandai dengan
membran inti yang jelas. Setelah kelahiran, terjadi lanjutan pembelahan meiosis I
dimana oosit primer membelah menjadi oosit sekunder dan polar bodi II. Pada
tahap ini oosit ada pada tahap germinal vesicle breakdown (GVBD) yang ditandai
dengan pecahnya membran inti. Pembelahan meiosis I ini terhenti setelah hewan
mencapai pubertas. Setelah pubertas terjadi pembelahan meiosis II sampai oosit
mencapai tahap metaphase I (M I) sebelum diovulasikan dan saat diovulasikan
oosit berada pada fase metaphase II (M II) dan siap untuk difertilisasi oleh
spermatozoa. Pembelahan meiosis II terhenti setelah terjadi fertilisasi dan oosit
menyatu dengan inti sperma membentuk zygote (Hafez and Hafez, 2000).

C. Organ Reproduksi Betina

Ikan

Gonad betina (ovarium) berfungsi menghasilkan sel telur (ovum). Ovarium


ikan terletak memanjang di dalam rongga perut dan digantung pada bagian atas
rongga perut oleh jaringan pengikat mesovarium. Ovarium umumnya sepasang
yang masing-masing berada di kiri dan kanan antara gelembung renang dan usus.
Ovarium ikan banyak mengandung bentukan semacam kantong yang disebut
follicle. Ovarium ikan yang masih muda berwarna putih jernih, kelabu, kemerah-
merahan atau kehijau- hijauan pada saat belum matang. Jika ikan sudah mencapai
dewasa warna ovarium tersebut berubah menjadi warna kuning telur. Tekstur
ovarium ikan air tawar beragam sesuai tingkat perkembangannya, pada usia
juvenil berbentuk granular halus dan pada usia dewasa berbentuk granular. Folikel
terdiri atas beberapa tahap perkembangan yaitu primordial, primer, berkembang,
pembentukan kuning telur (vitellated) dan atresia. Lapisan folikel terdiri atas
lapisan dalam yaitu lapisan granulosa dan lapisan luar atau sel teka. Di antara
lapisan luar oosit dan lapisan granulosa dipisahkan oleh lapisan yang disebut zona
radiata. Pada ikan air tawar kumpulan folikel ditempatkan pada kantung bersekat-
sekat yang merupakan jaringan pendukung, selain merupakan jaringan pembuluh
darah dan stroma. Folikel mulai sebagai oogonia, yang secara periodik dihasilkan
dalam epitel germinal. Oogonium terdiri atas sel-sel yang mulai matang
membentuk dan menghasilkan oosit. Sel-sel epitel kecil membentuk satu lapisan
yang mengelilingi oogonium, tumbuh sebagai oosit berkembang dan dipisahkan
oleh kapsul hialin secara bertahap menebal, bertanggung jawab untuk memberi
makan sel telur dan mensekresi kuningnya (Sary, 2017).

Ovarium Ikan Gabus : A. Fase mature, B. Fase Spawning

Amfibi

 Ovarium berjumlah sepasang, pada sebelah kranialnya dijumpai jaringan


lemak bermwarna kuning (korpus adiposum). Baik ovarium maupum
korpus adiposum berasal dari plica gametalis, masing-masing gonalis, dan
pars progonalis. Ovarium digantungkan oleh mesovarium.
 Saluran reproduksi, oviducts merupakan saluran yang berkelok-kelok.
Oviduk dimulai dengan bangunan yang mirip corong (infundibulum)
dengan lubangnya yang disebut oskum abdominal. Oviduk di sebelah
kaudal mengadakan pelebaran yang disebut ductus mesonefrus. Dan
akhirnya bermuara di kloaka.
Sistem reproduksi pada amphibi, pembuahannya terjadi secara eksternal
artinya penyatuan gamet jantan dan gamet betina terjadi di luar tubuh. Pada
pembuahan eksternal biasanya dibentuk ovum dalam jumlah besar, karena
kemungkinan terjadinya fertilisasi lebih kecil dari pada pembuahan secara
internal. Pada katak betina menghasilkan ovum yang banyak, kalau kita
membedah katak betina yang sedang bertelur, kita akan menjumpai bentukan
berwarna hitam yang hampir memenuhi rongga perutnya, itu merupakan ovarium
yang penuh berisi sel telur, jumlahnya mencapai ribuan. Pada katak betina juga
ditemukan semacam lekukan pada bagian leher, yang berfungsi sebagai tempat
”pegangan” bagi katak jantan ketika mengadakan fertilisasi. Hal ini diimbangi
oleh katak jantan dengan adanya struktur khusus pada kaki depannya, yaitu
berupa telapak yang lebih kasar. Fungsinya untuk erat katak betina ketika terjadi
fertilisasi (Purnamasari, 2017).

Aves

1. ovarium

Sistem reproduksi hewan betina secara umum terdiri atas dua ovari yang
terletak di sebelah kiri dan sebelah kanan, tetapi sistem reproduksi pada sebagian
aves hanya mempunyai satu ovari dan oviduk fungsional, yaitu ovari sebelah kiri.
Sebenarnya, semua jenis aves ketika memasuki fase embrional mempunyai ovari
dan oviduk sebelah kanan, namun distribusi sel-sel benih (germ cells) primordial
dalam ovarium menjadi asimetri pada hari keempat masa inkubasi dan pada hari
kesepuluh terjadi regenerasi ovari serta oviduk kanan yang diinisiasi oleh
substansi penghambat Mullerian. Aves yang sampai saat ini masih memliki ovari
dan oviduk sebelah kanan serta berkembang secara fungsional adalah
falconiformes dan kiwi, sedangkan burung gereja dan merpati sekitar 5%
populasinya memiliki ovari dan oviduk sebelah kanan yang juga
berkembangsecara fungsional meskipun dengan ukuran yang asimetris (Putra,
2013).

Ovarium tersusun atas corteks dan medula yang dikelilingi oleh sel epithel
permukaan (sel germinal). Medulla tersusun dari jaringan ikat fibroelastik yang
tidak teratur. Corteks ovarium mengandung folikel-folikel ovarium dan atau pada
saat perkembangan atau regresi. Jaringan corteks banyak mengandung fibroblas,
kolagen fiber, retikuler, vena, vena limfatik, dan otot polos (Yulianto, 1999).

Ovarium adalah tempat sintesis hormon steroid seksual, gametogenesis, dan


perkembangan serta pemasakan kuning telur atau yang disebut dengan folikel.
Biasanya bentuknya seperti buah anggur dan terletak pada rongga perut yang
berdekatan dengan ginjal kiri dan bergantung pada ligamentum mesoovarium.
Bagian yang terdapat pada ovarium ada dua, yaitu cortex pada bagian luar dan
medulla pada bagian dalam. Cortex mengandung folikel dan pada folikel terdapat
sel-sel telur. Jumlah sel telur dapat mencapailebih dari 12.000 buah. Namun, sel
telur yang mampu masak hanya beberapa buah saja (Putra, 2013).

2. Oviduk

Oviduk memiliki sistem vaskularisasi yang baik dan dinding ototnya hampir
selalu bergerak selama proses pembentukan telur. Pada aves yang belum dewasa,
oviduk berukuran kecil, ukurannya akan meningkat ketika aves mulai produktif
dan besarnya selalu mengalami perubahan sejalan dengan aktivitasnya (Putra,
2013).
Mamalia

Pada umumnya ovarium terdapat dua buah, kanan dan kiri dan terletak di
dalam pelvis. Bentuk dan ukuran ovarium berbeda-beda menurut spesies dan fase
dari siklus birahi. Pada sapi, berbentuk oval dengan ukuran yang bervariasi
dengan panjang 1,3–5 cm, lebar 1,3–3,2 cm dan tebal 0,6–1,9 cm. Pada Domba
ovarium berbentuk lonjong dengan panjang berkisar 1,3–1,9 cm, sedangkan pada
kuda berbentuk ginjal dengan ukuran panjang 4,0–8,0 cm, lebar 3,0–6,0 cm dan
tebal 3,0–5,0 cm. Ovarium pada babi, berbentuk lonjong dengan bentukan seperti
setangkai buah anggur karena banyaknya folikel dan korpus luteum. Pada sapi
umumnya ovarium kanan agak lebih besar daripada ovarium kiri, hal ini
disebabkan karena secara fisiologik lebih aktif. Ovarium secara normal, terletak
pada perbatasan kranial ligamentum lata uteri pada lantai ventrolateral pelvis
dekat ke gerbang dalam pelvis. Ovarium terletak pada kantong yang dibentuk oleh
ligamen utero-ovarica dan mesovarium yang disebut sebagai bursa ovarii. Pada
umumnya ovarium bertaut pada mesovarium, sedangkan bagian ovarium yang
tidak bertaut pada mesovarium menonjol pada kavum abdomen dan pada
permukaan inilah folikel ovarium menonjol keluar (Lestari, 2014).
Ovarium terdiri dari bagian dalam yang disebut medulla dan bagian luar
yaitu cortex. Pada bagian medulla dari ovarium, terdiri dari jaringan ikat fibro
elastik yang tidak teratur, dan sistem saraf serta pembuluh darah dan limfe yang
memasuki ovarium melalui hilus (pertautan antara ovarium dan mesovarium).
Pada bagian cortex terdiri dari sel epitel berbentuk kubus yang disebut sebagai
epitel kecambah (germinal epithelium) yang pada waktu permulaan masa
perkembangan embrio berubah menjadi oosit primer. Jaringan ikat pada cortex
mengandung banyak fibroblast, beberapa kolagen dan serabut retikuler, buluh-
buluhdarah, lymfe, syaraf dan serabut-serabut otot polos. Suatu jaringan ikat yang
meliputi permukaan ovarium yang terdiri dari kapsul pengikat dari serat-serat
kolagen disebut sebagai tunika albugenia. Pemberian darah pada ovarium berasal
dari arteria ovarii, yang merupakan cabang dari arteria utero-ovarii. Sedangkan
inervasi saraf dilakukan oleh syaraf-syaraf autonom dari plexus ovarii yang
berasal dari plexus-plexus renalis dan aorticus (Lestari, 2014).

Ovarium mempunyai dua fungsi utama yaitu 1. Fungsi Reproduktif dalam


hal menghasilkan sel telur (ova) dan 2. Fungsi Endokrinologis dalam
menghasilkan hormon estrogen, Progesteron dan Relaxin. Dua komponen penting
yang terdapat pada ovarium yaitu folikel dan korpus luteum. Folikel pada ovarium
berasal dari epithel benih yang melapisi permukaan ovarium. Dalam mencapai ber
kembangannya, folikel melalui tingkatan-tingkatan perkembangan folikel primer,
sekunder, tersier (yang sedang bertumbuh) dan de Graaf (yang matang) (Lestari,
2014).

Reptil

 Ovarium berjumlah sepasang, berbentuk oval dengan bagian


permukaannya benjol-benjol. Letaknya tepat di bagian ventralkolumna
vertebralis.
 Saluran reproduksi, oviduk panjang dan bergelung. Bagian anterior
terbuka ke rongga selom sebagai ostium, sedang bagian posterior
bermuara di kloaka. Dinding bersifat glanduler, bagian anterior
menghasilkan albumin yang berfungsi untuk membungkus sel telur,kecuali
pada ular dan kadal. Bagian posterior sebagai shell gland akan
menghasilkan cangkang kapur (Purnamasari, 2013)

Kadal betina dikategorikan dewasa apabila di dalam rongga badannya


ditemukan adanya folikel yang berkembang dan berwarna krem / kekuningan
pada bagian ovariumnya dengan diameter lebih dari 2 mm dan/atau adanya telur
dalam saluran oviduknya dan atau adanya penebalan pada bagian oviduknya
(Mumpuni, 2011)

Pada hewan ovipar, telur yang telah terfertilisasi internal, kemudian akan
berada di luar tubuh induk betina, tumbuh dan menerima nutrisi dari kuning telur
(yolk) yang merupakan bagian dari telur. Reptile memproduksi telur yang kasar.
Fertilisasi terjadi di bagian oviduk, peristiwa fertilisasi terjadi pada saat
spermatozoa membuahi ovum di oviduk, yang berkembang menjafi zigot. Zigot
akan membelah secara mitosis, pada saat stadium 32 sel disebut morula, didalam
morula terdapat rongga yang disebut blastosel yang berisi cairan yang dikeluarkan
oviduk, bentuk ini dinamakan blastosit. Blastosit ini akan bergerak menuju uterus
untuk mengadakan implantasi (perlekatan dengan dinding uterus).

Aritonang, BNRS, 2016, Toksisitas Biofungisida yang Mengandung


Thrichoderma sp. terhadap Testis dan Proses Spermatogenesis Mencit (Mus
musculus), Jurnal Sains dan Teknologi Laboratorium Medik Vol. 1 No. 1

Hafez, ESE dan Hafez, B, 2000, Reproduction in farm animal, 7 Th Ed, South
Carolina, Lippincott Williams And Walkins

Lestari, TD, Ismudiono, 2014, Ilmu Reproduksi Ternak, Surabaya, Airlangga


University Press

Mumpuni, 2011, Dimorfisme Seksual, Reproduksi dan Mangsa Kadal Ekor


Panjang Takydromus sexlineatus Daudin, 1802 (Lacertilia :Lacertidae), Jurnal
Biologi Indonesia 7 (1): 121-131

Nugroho, RA, 2015, Reproduksi Perkembangan Hewan, Yogyakarta, Cahaya


Atma
Purnamasari, R, Santi, DR, 2017, Fisiologi Hewan, Surabaya, Penerbit: Program
Studi Arsitektur UIN Sunan Ampel

Putra, SVH, 2013, Perkembangan Ovarium Burung Puyuh (Coturnix-coturnix


Japonica) yang Diberi Variasi Warna Lampu Pencahayaan Selama 16 Jam,
Skripsi, Semarang, Jurusan Biologi FMIPA UNNES

Sary, R, Zainuddin, Rahmi, E, 2017, Struktur Histologis Gonad Ikan Gabus


(Channa striata) Betina, JIMVET. 01(3): 334-342

Taufiqurrachman, 2012, Can We Protect Spermatogenesis againts Testicular


Insult, Pertemuan Ilmiah Tahunan Persandi VI Pandi XX

Tortora and Derrickson, 2006, Principles of Anatomy and Physiology, 11th


edition, John Wiley and Sons Inc

Yulianto, Anggraeni, ES, Lestari, CI, Putri, K, 1999, Hormon GnRH untuk
Pendewasaan Kelamin Burung Merpati (Columbalivia), Buletin Penalaran
Mahasiswa UGM Vol. 6 No. 3

Anda mungkin juga menyukai