Makalah Studi Agama - Agama

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH STUDI AGAMA – AGAMA

“ISLAM DAN AGAMA”


Dosen Pengampu : Drs. Dahrun Sajadi, MA

Di susun oleh :
Talitha Salsabila (1120190019)
Farhan Firmansyah (1120190039)
Salman Al Ghifari (1120190050)

KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM AS - SYAFI’IYAH
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Islam dan Agama” ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Drs. Dahrun
Sajadi, MA pada mata kuliah Studi Agama – Agama. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang studi islam dan agama bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Dahrun Sajadi, MA selaku dosen mata
kuliah Studi Agama – Agama yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Bekasi, 03 April 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui
nabi Muhammad Saw. Sumber ajarannya meliputi berbagai segi dari kehidupan manusia
berupa al-Qur’an dan Hadits dan merupakan bagian pilar penting kajian islam sekaligus
pijakan dan pegangan dalam mengakses wacana pemikiran dan membumikan praktik
penghambaan kepada Tuhan, baik yang bersifat teologis maupun humanistis.
Pendidikan secara komunal merupakan penolong utama bagi manusia untuk menjalani
kehidupan ini yang sekaligus membedakan eksistensi dengan hewan. Tanpa pendidikan,
maka manusia sekarang ini  tidak akan berbeda dengan keadaan pendahulunya pada era
purbakala sedangkan pendidikan islam berusaha mengantarkan manusia mencapai
keseimbangan pribadi secara menyeluruh,melahirkan manusia-manusia yang bermutu
dan dapat merasakan ketenangan hidup jika di bandingkan dengan kehidupan yang para
pendahulunya. Pendidikan islam (Dirasah Islamiyah) secara harfiah adalah kajian
tentang hal-hal yang berkaitan dengan keislaman dan sebagai pranata sosial juga sangat
terikat dengan pandangan islam tentang hakekat keberadaan (eksistensi)manusia. Oleh
karena itu, pendidikan islam juga berupaya untuk menumbuhkan pemahaman dan
kesadaran bahwa manusia itu sama di depan ilahi  yang membedakan hal tersebut ialah
kadar ketakwaan sebagai bentuk perbedaan secara kualitatif.

Islam secara harfiyah berasal dari bahasa arab yang berarti selamat, sentosa, dan damai.
Dari kata salima diubah bentuk menjadi bentuk aslama yang artinya berserah diri.
Berpijak pada arti tersebut maka kajian islam mengarah pada tiga hal :

Pertama : Islam yang mengarah pada ketundukan atau berserah diri kepada Tuhan satu-
satunya sumber otoritas yang serba mutlak. Keadaan ini membawa pada timbulnya
pemahaman terhadap orang yang tidak patuh dan tunduk sebagai wujud dari penolakan
terhadap fitrah dirinya sendiri.
Kedua : Islam dapat dimaknai suatu pengarahan kepada keselamatan dunia dan akhirat
karena ajaran islam pada hakikatnya membina dan membimbing manusia untuk berbuat
kebajikan dan menjauhi semua larangan dalam kehidupan dunia maupun kehidupan
akhirat.

Ketiga : Islam bermuara pada kedamaian. Manusia merupakan salah satu unsur yang
hidup dan diciptakan dari sumber yakni thin melalui seorang ayah dan ibu sehingga
manusia harus berdampingan dan harmonis dengan manusia yang lain, makhluk yang lain
bahkan berdampingan dengan alam raya.

Studi Islam tidak hanya didasarkan atas hasil pemikiran manusia dalam menuju
kemaslahatan umum tetapi juga pembentukan manusia sesuai dengan kodratnya yang
mencakup dimensi imanensi (horizontal) dan dimensi transendensi (vertikal) berupa
hubungan dan pertanggung jawabannya kepada Yang Maha Pencipta). Salah satu kunci
pokok keislaman adalah ajaran tauhid yang menunjukkan bahwa tidak ada
perhambaan/penyembahan kecuali kepada Allah SWT, bebas dari belenggu kebendaan
dan kerohanian. Penyimpangan agama, pada umumnya lebih merupakan akibat dari
ketidaksenangan karena perampasan otonominya untuk mensubordinasikan sesamanya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Islam dan Agama?
2. Apa ruang lingkup Islam dan Agama?
3. Apa sasaran penelitian agama?
4. Apa urgensi dan signifikansi studi agama – agama?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Islam dan Agama.
2. Untuk mengetahui ruang lingkup Islam dan Agama.
3. Untuk mengetahui sasaran penelitian agama.
4. Untuk mengetahui urgensi dan signifikasi studi agama – agama.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Islam dan Agama


 Islam

Islam berasal dari kata dalam bahasa Arab ―Aslama, yang bermakna ―berserah diri
atau tunduk (kepada Allah, Tuhan semesta alam). Penganut Islam (Muslim/Muslimat)
harus melakukan penyerahan diri dan penundukan diri kepada Allah, dengan
menyembah-Nya, menurut perintah-Nya, mengikuti petunjuknya dan menaati aturannya,
dan tidak boleh berpaling kepada yang lain.
Dalam sebagian Ayat al-Quran, kualitas Islam sebagai kepercayaan batin ditegaskan:
―Barangsiapa yang Allah kehendaki untuk memberi panduan kepadanya niscaya Dia
melapangkan dadanya kepada Islam‖. Ayat lain menghubungkan islām dan din (lazimnya
diterjemahkan sebagai ―agama‖ atau ―cara hidup): ―Hari ini Aku telah sempurnakan
bagi kamu agamamu (dīn) dan Aku telah cukupkan nikmat-Ku kepada kamu dan Aku
telah ridha Islam itu menjadi agama kamu‖.
Islam yang berarti ―berserah diri kepada Tuhan (‫هللا‬, Allāh), adalah Agama yang
mengimani hanya ada satu yang berhak disembah, yaitu Allah. Islam merupakan agama
terbesar kedua di dunia (dengan jamlah pengaqnut kira-kira 1.7 milyar) setelah agama
Kristen. Penganut Islam disebut ―muslim‖ bagi individu pria dan ―muslimah‖ bagi
individu wanita, yang berarti ―seorang yang tunduk kepada Allah, Tuhan semeste alam‖.
Islam mengajarkan bahwa Allah menurunkan Firman-Nya melalui Malaikat Jibril kepada
manusia pilihan-Nya, yakni nabi dan rasul-Nya; dan umat Islam meyakini dengan
sungguh-sungguh bahwa Nabi Muhammad adalah Rasul Allah terakhir yang diutus-Nya
ke dunia.

 Agama

Agama adalah sistem yang mengatur kepercayaan dan peribadatan Kepada Tuhan Yang
Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan budaya, dan pandangan dunia
yang menghubungkan manusia dengan tatanan kehidupan. Banyak agama memiliki
mitologi, simbol, dan sejarah suci yang dimaksudkan untuk menjelaskan makna hidup
yang menjelaskan asal-usul kehidupan atau alam semesta. Dari keyakinan mereka tentang
kosmos dan sifat manusia, orang memperoleh moralitas, etika, hukum agama atau gaya
hidup yang disukai. Menurut beberapa perkiraan, ada sekitar 4.200 agama di dunia.

Banyak agama yang mungkin telah mengorganisir perilaku, kependetaan, definisi tentang
apa yang merupakan kepatuhan atau keanggotaan, tempat-tempat suci, dan kitab suci.
Praktik agama juga dapat mencakup ritual, khotbah, peringatan atau pemujaan tuhan,
dewa atau dewi, pengorbanan, festival, pesta, trance, inisiasi, jasa penguburan, layanan
pernikahan, meditasi, doa, musik, seni, tari, masyarakat layanan atau aspek lain dari
kebudayaan manusia. Agama juga mungkin mengandung mitologi.

Kata agama kadang-kadang digunakan bergantian dengan iman, sistem kepercayaan atau
kadang-kadang mengatur tugas. Namun, dalam kata-kata Émile Durkheim, agama
berbeda dari keyakinan pribadi dalam bahwa itu adalah "sesuatu yang nyata sosial”.

Émile Durkheim juga mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang terpadu yang
terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci. Sebuah
jajak pendapat global 2012 melaporkan bahwa 59% dari populasi dunia adalah beragama,
dan 36% tidak beragama, termasuk 13% yang ateis, dengan penurunan 9 persen pada
keyakinan agama dari tahun 2005. Rata-rata, wanita lebih religius daripada laki-laki.
Beberapa orang mengikuti beberapa agama atau beberapa prinsip-prinsip agama pada
saat yang sama, terlepas dari apakah atau tidak prinsip-prinsip agama mereka mengikuti
tradisional yang memungkinkan untuk terjadi unsur sinkretisme.

 Islam dan Agama


Ada dua hal yang mendasar yang penting untuk dipahami dalam studi Islam adalah definisi
tentang Islam dan agama. Menurut M. Quraish Shihab sangat sulit untuk bisa merumuskan
definisi tentang agama, apalagi di dunia ini kita menemukan kenyataan bahwa agama amat
beragam. Persoalan yang menjadi topik pembicaraan apakah mau tak mau harus muncul, Apakah
agama yang masih relevan dengan kehidupan masa kini? Sebelum menjawab terlebih dahulu
dijawab: Apakah manusia dapat melepaskan diri dari agama? Islam harus dilihat dari perspektif
sejarah sebagai sesuatu yang selalu berubah, berkembang, dan selalu terus berkembang dari
generasi ke generasi dalam merespon realitas dan makna kehidupan ini. Sedangkan konsep
agama meliputi dua aspek, yaitu pengalaman dalam dan perilaku luar manusia. Pengalaman
dalam dan perilaku luar manusia itu saling terkait. Perilaku luar manusia secara umum
merupakan manifestasi dari pengalaman dalamnya, walaupun hal ini tidak berlaku mutlak.
Wilfred Cantwell Smith, sebagaimana dikutip Adams dalam mendefinisikan agama Islam,
berpendapat bahwa dalam agama terdapat aspek eksternal keagamaan, sosial dan historis agama
yang dapat diobservasi dalam masyarakat. Dengan pemahaman konseptual seperti ini, tujuan
studi agama adalah untuk memahami pengalaman pribadi dan perilaku nyata seseorang. Manusia
memiliki bermacam ragam kebutuhan batin maupun lahir tapi, kebutuhan manusia terbatas
karena kebutuhan tersebut juga dibutuhkan oleh manusia lainnya. Said Agil Husin Al-Munawar
berpendapat, bahwa golongan beragama berpegang kepada doktrin mutlak wahyu Tuhan yang
dijadikan sebagai landasan pertimbangan dalam cara berpikir, segala ucapan dan tindakan dari
sudut sosiologi akan dipandang terpuji jika mempertanggungjawabkan kebebasan berpikir dan
menghilangkan rasa takut dan bimbang dalam menghadap kehidupan, dan menghilangkan rasa
kebencian dan permusuhan dalam masyarakat.
Secara etimologis, Studi Agama Islam merupakan terjemahan dari bahasa Arab: Dirasah
Islamiyah. Di Barat disebut Islamic Studies, yang secara harfiyah adalah kajian tentang hal-hal
yang berkaitan dengan keislaman, sedangkan secara terminologis adalah kajian secara sistematis
dan terpadu untuk mengetahui, memakai dan menganalisis secara mendalam hal-hal yang
berkaitan dengan agama Islam, pokok-pokok ajaran Islam, sejarah Islam maupun realitas
pelaksanaannya dalam kehidupan Islam. Sumber ajaran yang mengambil berbagai aspek ialah
Al-Qur'an dan Hadits. Kedua sumber ini sebagai pijakan dan pegangan dalam mengakses wacana
pemikiran dan membumikan praktik penghambaan kepada Tuhan, baik bersifat teologis maupun
humanistis.Islam secara harfiyah berasal dari bahasa Arab yang mengandung arti selamat,
sentosa dan damai. Arti pokok Islam adalah ketundukan, keselamatan dan kedamaian.
Pengertian agama yang diangkat dari apa yang dipraktikkan oleh kaum penganutnya perlu
disikapi dengan kritis dan hati-hati. Berkenaan dengan ini Taufik Abdullah misalnya telah
mengkritik pendapat Durkheim tentang agama. Taufik Abdullah dalam hal ini mengatakan,
barangkali saya tidak perlu bertolak dari sini, pertama ia (Durkheim) sampai pada kesimpulan
tersebut karena ia hanya meneliti agama melalui tulisan-tulisan para pengembara misionaris dan
kehidupan keagamaan di suku-suku Aborigin di Australia yang diyakininya paling murni.
Sedangkan penelitian saya adalah pada agama yang bersifat universal. Kedua, Durkheim terlalu
sekuler bagi selera saya. Demikian Taufik Abdullah menilai. Durkheim misalnya mengatakan,
bahwa makin modern suatu masyarakat maka makin berfungsi solidaritas yang organik. Dalam
suasana ini agama telah kehilangan relevansinya, karena telah digantikan moralitas ilmiah.
Selanjutnya karena demikian banyaknya definisi tentang agama yang dikemukakan ahli, Harun
Nasution mengatakan bahwa dapat diberi definisi tentang agama sebagai berikut :
1) Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus
dipatuhi.
2) Pengakuan terhadapa adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia.
3) Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu
sumber yang berada di luar diri manusia yang mempengaruhi perbuatan manusia.
4) Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.
5) Suatu sistem tingkah laku yang berasal dari kekuatan ghaib.
6) Pengakuan adanya kewajiban-kewajiban diyakini bersumber pada suatu kekuatan gaib.
7) Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut
terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam al;am sekitar manusia.
8) Ajaran yang diwahyukan kepada manusia melalui seorang Rasul.

 Islam dan Agama Lain


Masjid Al-Aqsa di Al Haram Al-Sharif, Baitulmuqaddis, sebuah tapak suci bagi Islam dan
Agama Yahudi. Qubbat As-Sakhrah, juga di Al Haram Al Sharif. Muslim percaya Nabi
Muhammad SAW Isra dan Mi‘raj dari sini. Menurut doktrin Islam, Islam merupakan agama asal
manusia, diakui oleh Nabi Adam a.s. Pada suatu ketika, perpecahan berlaku, dan Allah mula
mengutuskan nabi-nabi untuk menyampaikan wahyu-Nya kepada manusia. Nabi Ibrahim a.s.,
Nabi Musa a.s., Nevi‘im dan Nabi Isa a.s., kesemuanya diakui sebagai Nabi, tapi Islam percaya
pesanan mereka dan teks Taurat dan Kitab Bible telah Tahrif oleh Orang Yahudi dan KrisThian.
Begitu juga, setiap kanak-kanak dilahirkan Muslim, tapi telah dibawa memeluk agama lain oleh
ibu bapa mereka yang tidak Islam.
Hukum Islam membahagikan bukan-Muslim kepada beberapa kategori, bergantung pada
hubungan mereka dengan negeri Islam. KrisThian dan Yahudi yang hidup di bawah
pemerintahan Islam dikenali sebagai Zimmi (―orang yang dilindungi‖). Menurut aturan ini,
keselamatan peribadi dan harta zimmi dijamin dengan syarat mereka membayar ufti (Jizyah)
kepada kerajaan Islam. Status ini turut diberikan kepada orang Majusi dan kadangkala orang
Hindu, tapi bukan kepada Ateisme atau Agnostisisme. Mereka yang hidup di tanah bukan-
Muslim (dar al-harb) dikenali sebagai harbi, dan sebaik memasuki pakatan dengan negeri
Muslim dikenali sebagai ahl al-ahd. Mereka yang menerima jaminan keselamatan semasa
tinggal buat sementara waktu di tanah Muslim dikenali sebagai ahl al-amān. Kedudukan mereka
adalah sama seperti zimmi kecuali mereka tidak perlu membayar jizyah. Orang yang bersetuju
gencatan senjata (ahl al-hudna) adalah yang tinggal di luar wilayah Muslim dan bersetuju untuk
menahan diri dari menyerang Muslim. Murtad dalam Islam ditegah, dan boleh dihukum bunuh.
Gerakan Alevi, Yazidi, Duruzi, Ahmadiyyah, Bábisme, Bahá‘í dan Barghawata sama ada
berpunca dari Islam atau berkongsi sebagian kepercayaan dengan Islam. Sebagian menganggap
diri mereka berbeda manakala yang lain menganggap masih bermazhab Islam walaupun
berkontroversi dalam sebagian kepercayaan mereka dengan Muslim aliran utama. Sikhisme,
diasaskan oleh Guru Nanak pada lewat abad ke-15 di Rantau Punjab, mengandungi aspek kedua-
dua Islam dan Hinduisme.

B. Ruang Lingkup Islam dan Agama

Ruang lingkup Islam yang merupakan produk sejarah misalnya tentang fiqh/mazhab,
tasawuf/sufi, filsafat/kalam, seni/arsitektur Islam, budaya/tradisi Islam. Dewasa ini terlihat
semakin tumbuh dan maraknya kesadaran dikalangan kaum muslim untuk lebih patuh kepada
ketentuan-ketentuan hukum Islam. Gejala ini untuk konteks Indonesia misalnya, terlihat pada
kebangkitan Jilbab, busana muslim, tuntunan pencantuman label halal-haram pada makanan,
penerapan sistem ekonomi dan perbankan Islam dan sebagainya. Bangunan pengetahuan kita
pada wilayah Islam tersebut adalah produk sejarah yang dapat dijadikan sasaran penelitian.
C. Sasaran Penelitian Agama

Suprayogo mengemukakan bahwa objek sasaran penelitian agama adalah ajaran dan
keberagaman. Ajaran adalah teks (tulisan atau lisan), yang menggambarkan doktrin teologis,
simbol, norma, dan etika yang harus dipahami, diyakini, disosialisasikan, diamalkan,
dilembagakan dalam kehidupan. Ajaran ini bisa berupa teks Al - Qur‘an, Hadits, pemikiran
para ulama. Sedangkan keberagamaan adalah fenomena sosial yang diakibatkan oleh agama.
Fenomena ini bisa berupa struktur sosial, pranata sosial, dan perilaku sosial.

Studi Islam meliputi dua hal, yaitu aspek sasaran keagamaan dan aspek sasaran keilmuan
berikut :

1) Aspek sasaran keagamaan. IAIN maupun perguruan tinggi agama sebagai lembaga
keagamaan, menuntut para pengelola dan civitas akademiknya untuk lebih
menonjolkan sikap pemihakan, idealitas, bahkan seringkali diwarnai pembelaan yang
bercorak apologis. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal berfungsi dalam
menyiapkan generasi penerus. Dalam menanamkan dan membina sikap toleransi.
2) Aspek sasaran keilmuan. Studi keilmuan memerlukan pendekatan yang kritis, analitis,
metodologis, empiris dan histories. Karena itu, konteks ilmu harus mencerminkan
ketidakberpihakan pada satu agama, tapi lebih mengarah pada kajian yang bersifat
obyektif. Dengan demikian, studi Islam sebagai aspek sasaran keilmuan
membutuhkan berbagai pendekatan.

Di kalangan para ahli masih terdapat perdebatan disekitar permasalahan apakah studi
Islam (agama) dapat dimasukkan ke dalam bidang ilmu pengetahuan, mengingat sifat dan
karakteristiknya antara ilmu pengetahuan dan agama berbeda. Pada dataran normativitas
studi Islam agaknya masih banyak terbebani oleh misi keagamaan yang bersifat
memihak, Romantis dan apologis, sehingga kadar muatan analisis, kritis, metodologis,
historis, empiris terutama dalam menelaah teks-teks atau naskah-naskah keagamaan
produk sejarah terdahulu kurang begitu ditonjolkan, kecuali dalam lingkungan para
peneliti tertentu yang masih sangat terbatas

Bagi umat Islam, mempelajari Islam mungkin untuk memantapkan keimanan dan
mengamalkan ajaran Islam, sedangkan bagi non muslim hanya sekedar diskursus ilmiah,
bahkan mungkin mencari kelemahan umat Islam dengan demikian tujuan sasaran studi
Islam adalah sebagai berikut :

1) Untuk memahami dan mendalami serta membahas ajaran-ajaran Islam agar


mereka dapat melaksanakan dan mengamalkan secara benar, serta menjadikannya
sebagai pegangan dan pedoman hidup. Memahami dan mengkaji Islam
direfleksikan dalam konteks pemaknaan yang sebenarnya bahwa Islam adalah
agama yang mengarahkan pada pemeluknya sebagai hamba yang berdimensi
teologis, humanis, dan keselamatan di dunia dan akhirat. Dengan studi Islam,
diharapkan tujuan di atas dapat di tercapai.
2) Dalam memahami agama, Abuddin Nata menjelaskan bahwa pendekatan teologis
normativ lebih menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak dari
keyakinan bahwa wujud empirik dari suatu keagamaan diyakini suatu yang benar
dibandingkan dengan yang lainnya. Islam adalah nama suatu agama yang berasal
dari Allah, SWT. Nama Islam demikian itu memiliki perbedaan yang luar bisaa
dengan nama agama lainnya. Kata Islam tidak mempunyai hubungan dengan
orang tertentu atau dari golongan manusia atau dari suatu negri. Kata Islam adalah
nama yang diberikan oleh Tuhan sendiri.

D. Urgensi dan Signifikansi Studi Agama–Agama

Dalam pandangan Islam, sikap menghargai dan toleransi kepada pemeluk agama lain adalah
mutlak untuk dijalankan (Pluralitas). Tapi bukan berarti beranggapan bahwa semua agama
adalah sama (pluralisme), artinya tidak menganggap bahwa Tuhan yang Kami sembah adalah
Tuhan yang kalian sembah. Majelis Ulama Indonesia (MUI) menentang paham pluralisme
dalam agama Islam. Tapi, paham pluralisme ini banyak dijalankan dan kian disebarkan oleh
kalangan Muslim itu sendiri. Solusi Islam terhadap adanya pluralisme agama adalah dengan
mengakui perbedaan dan identitas agama masing-masing. Tapi solusi paham pluralisme
agama diorientasikan untuk menghilangkan konflik dan sekaligus menghilangkan perbedaan
dan identitas agama-agama yang ada. Durkheim tertarik kepada unsur-unsur solidaritas
masyarakat. Dia mencari prinsip yang mempertalikan anggota masyarakat. Email Durkhim
menyatakan agama mempunyai fungsi, agama bukan ilusi, tapi merupakan fakta sosial yang
dapat diidentifikasi dan mempunyai kepentingan sosial. Bagi Emile Durkhim, agama
memainkan peranan yang fungsional, karena agama adalah prinsip solidaritas masyarakat.

Dalam pandangan Amin Abdullah, agama pada saat ini tidak dapat didekati dan difahami
hanya lewat pendekatan teologis-normativ semata-mata, sebab ada pergeseran paradigma
dari pemahaman yang berkisar pada doktrin ke arah entitas sosiologis, dari diskursus esensi
ke arah eksistensi. Saat ini telah muncul apa yang disebut dengan istilah analitis kritis, yaitu
suatu usaha manusia untuk memperoleh pemahaman penghayatan imannya atau penghayatan
agamanya, suatu penafsiran atas sumber-sumber aslinya dan tradisinya dalam konteks
permasalahan masa kini., yaitu teologi yang bergerak antara dua kutub teks dan situasi, masa
lampau dan masa kini. Hal demikian mesti ada dalam setiap agama meskipun dalam bentuk
dan fungsinya yang berbeda-beda.

Dapatlah disimpulkan bahwa pengakuan tentang pluralismenya berada pada tataran sosial,
yakni bahwa secara sosiologis kita memiliki keimanan dan keyakinan masing-masing.
Persoalan kebenaran adalah persoalan dalam wilayah masing-masing agama sehingga
diperoleh pemahaman yang komprehensif tentang esensi beragama dan keberagaman dalam
masyarakat plural. Anwar Harjono menegaskan, Islam telah memasuki arena komunikasi
antara berbagai bangsa yang mempunyai kepercayaan, kebangsaan, dan kebudayaan yang
berbeda- beda dengan pemikiran terbuka tanpa perasaan curiga, Anwar Harjono
mengembangkan pendapatnya bahwa Islam tidak menyemai permusuhan daam berbagai
bangsa, dan Islam mengembangkan persaudaraan dan persamaan diantara manusia berbagai
bangsa.

Senada dengan pendapat di atas Mukti Ali menjelaskan bahwa ada beberapa pemikiran
diajukan orang untuk mencapai kerukunan dalam kehidupan beragama.

1. Sinkretisme, yaitu pendapat yang menyatakan bahwa semua agama adalah sama.
2. Reconception, yaitu menyelami dan meninjau kembali agama sendiri dalam
konfrontasi dengan agama-agama lain.
3. Sintesis, yaitu menciptakan suatu agama baru yang elemen-elemennya diambilkan
dari pelbagai agama, supaya dengan demikian tiap-tiap pemeluk agama merasa
bahwa sebagian dari ajaran agamanya telah terambil dalam agama sintesis
(campuran) itu.
4. PengganThian, yaitu mengakui bahwa agamanya sendiri itulah yang benar, sedang
agama-agama lain adalah salah; dan berusaha supaya orang-orang yang lain agama
masuk dalam agamanya.
5. Agree in disagreement (setuju dalam perbedaan), yaitu percaya bahwa agama yang
dipeluk itulah agama yang paling baik, dan mempersilahkan orang lain untuk
mempercayai bahwa agama yang dipeluknya adalah agama yang paling baik.
Diyakini bahwa antara satu agama dan agama lainnya, selain terdapat perbedaan, juga
terdapat persamaan.

Koentjcoroningrat mengatakan, dikategorikan dalam bentuk wujud kebudayaan sebagai


kompleks ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya, yaitu
wujud ideal dari kebudayaan yang sifatnya abstrak, yang loksainya dalam alam pikir
‖manusia warga masyarakat. Taufik Abdullah mengatakan, bahwa sejak mula kelahiran
manusia sudah menghadirkan baku bantah. Bahkan baku bantah itu antara Tuhan
Pencipta dengan iblis, karena itu tidak mengherankan jika kita hasil budidaya manusia
sendiri yang dinamakan ilmu pengetahuan menimbulkan baku bantah., tentulah hal ini
terjadi antara manusia dengan manusia (sekurang-kurangnya sama-sama menggeluti ilmu
pengetahuan. Muhammad Abduh dalam Muhammad al-Bahiy dalam kritikannya
mengatakan apakah tidak terbetik di hati kita untuk kembali kepada pegangan kaum salaf
yang benar, kita tinggalkan segala bid‘ah dari orang–orang setelah mereka, sebab itu akan
mematikan kita bersama mereka. Syekh Muhammad Abduh telah menggoyahkan
fanatisme suatu mazhab untuk kembali kepada sumber agama Islam semula yakni Al -
Qur‘an dan Hadits. Sementara itu, Alwi Shihab menunjukkan dua komitmen penting
yang harus dipegang oleh dialog, yaitu sikap toleransi dan sikap pluralisme. Toleransi
adalah upaya untuk menahan diri agar potensi konflik dapat ditekan. Adapun yang
dimaksud dengan pluralisme adalah:

1. Tidak semata mengakui kenyataan adanya kemajemukan, tapi harus ada


keterlibatan aktif seluruh komponen masyarakat terhadap kenyataan
kemajemukan tersebut.
2. Harus dibedakan dengan kosmopolitanisme. Dalam kosmopolitanisme terdapat
aneka ragam agama, ras, bangsa secara berdampingan di suatu lokasi, tapi minim
interaksi positif antar penduduk, khususnya di bidang agama.
3. Tidak dapat disamakan dengan relativisme. Dalam relativisme agama, doktrin
agama apa pun harus dinyatakan benar, atau ―semua agama adalah sama. Dalam
paham pluralisme terdapat unsur relativisme, yakni unsur tidak mengklaim
kebenaran tunggal (monopoli) atas suatu kebenaran.
4. Pluralisme agama bukanlah sinkretisme, yakni menciptakan suatu agama baru
dengan memadukan unsur tertentu atau sebagian komponen ajaran dari beberapa
agama untuk dijadikan bagian integral dari agama baru tersebut.

Dari berbagai pandangan tentang pluralisme di atas penulis dapat mengklasifikasi ada tiga model
pluralisme.

1. Pandangan pluralisme yang masih menyisakan adanya absolutisme agama. Pandangan ini
dikemukakan Prof. Dr. H.M. Rasjidi dan M. Natsir.
2. Pandangan pluralisme liberal. Ini dikemukakan oleh Djohan Effendi, Nurcholish Madjid,
Abdurrahman Wahid.
3. Pandangan pluralisme yang menempati posisi antara absolutisme agama dan pluralisme
liberal. Pandangan ini masih memegang adanya hal-hal yang bersifat absolut yang tidak
dapat dipertemukan atau disamakan, tapi juga mengakui bahwa pluralisme itu tidak
hanya sekedar ada tapi juga harus diwujudkan dalam keterlibatan aktif dalam memahami
perbedaan dan persamaan. Ada sikap terbuka, menerima perbedaan, dan menghormati
kemajemukan agama, tapi ada loyalitas komitmen terhadap agama masing-masing.

Azzumardi Azra berkata, dalam agama mana pun konsepsi manusia tidaklah bersumber dari
pengetahuan, tapi dari kepercayaan pada suatu otoritas mutlak yang berbeda dari satu agama
dengan agama lainnya. Agama juga merupakan suatu realitas sosial, ia hidup dan
termanifestasikan di dalam masyarakat, di sini doktrin agama yang merupakan konsepsi tentang
realitas harus berhadapan dengan kenyataan adanya, dan bahkan keharusan atau sunnatullah
perubahan sosial dan keberagaman dalam masyarakat plural.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Islam berasal dari kata dalam bahasa Arab ―Aslama, yang bermakna ―berserah diri atau
tunduk (kepada Allah, Tuhan semesta alam). Penganut Islam (Muslim/Muslimat) harus
melakukan penyerahan diri dan penundukan diri kepada Allah, dengan menyembah-Nya,
menurut perintah-Nya, mengikuti petunjuknya dan menaati aturannya, dan tidak boleh
berpaling kepada yang lain. Sedangkan Agama adalah sistem yang mengatur kepercayaan
dan peribadatan Kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan
budaya, dan pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan kehidupan.

Dalam pandangan Islam, sikap menghargai dan toleransi kepada pemeluk agama lain adalah
mutlak untuk dijalankan (Pluralitas). Tapi bukan berarti beranggapan bahwa semua agama
adalah sama (pluralisme), artinya tidak menganggap bahwa Tuhan yang Kami sembah adalah
Tuhan yang kalian sembah.

Dapatlah disimpulkan bahwa pengakuan tentang pluralismenya berada pada tataran sosial,
yakni bahwa secara sosiologis kita memiliki keimanan dan keyakinan masing-masing.
Persoalan kebenaran adalah persoalan dalam wilayah masing-masing agama sehingga
diperoleh pemahaman yang komprehensif tentang esensi beragama dan keberagaman dalam
masyarakat plural.

Anda mungkin juga menyukai