Makalah Studi Agama - Agama
Makalah Studi Agama - Agama
Makalah Studi Agama - Agama
Di susun oleh :
Talitha Salsabila (1120190019)
Farhan Firmansyah (1120190039)
Salman Al Ghifari (1120190050)
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Islam dan Agama” ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Drs. Dahrun
Sajadi, MA pada mata kuliah Studi Agama – Agama. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang studi islam dan agama bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Dahrun Sajadi, MA selaku dosen mata
kuliah Studi Agama – Agama yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui
nabi Muhammad Saw. Sumber ajarannya meliputi berbagai segi dari kehidupan manusia
berupa al-Qur’an dan Hadits dan merupakan bagian pilar penting kajian islam sekaligus
pijakan dan pegangan dalam mengakses wacana pemikiran dan membumikan praktik
penghambaan kepada Tuhan, baik yang bersifat teologis maupun humanistis.
Pendidikan secara komunal merupakan penolong utama bagi manusia untuk menjalani
kehidupan ini yang sekaligus membedakan eksistensi dengan hewan. Tanpa pendidikan,
maka manusia sekarang ini tidak akan berbeda dengan keadaan pendahulunya pada era
purbakala sedangkan pendidikan islam berusaha mengantarkan manusia mencapai
keseimbangan pribadi secara menyeluruh,melahirkan manusia-manusia yang bermutu
dan dapat merasakan ketenangan hidup jika di bandingkan dengan kehidupan yang para
pendahulunya. Pendidikan islam (Dirasah Islamiyah) secara harfiah adalah kajian
tentang hal-hal yang berkaitan dengan keislaman dan sebagai pranata sosial juga sangat
terikat dengan pandangan islam tentang hakekat keberadaan (eksistensi)manusia. Oleh
karena itu, pendidikan islam juga berupaya untuk menumbuhkan pemahaman dan
kesadaran bahwa manusia itu sama di depan ilahi yang membedakan hal tersebut ialah
kadar ketakwaan sebagai bentuk perbedaan secara kualitatif.
Islam secara harfiyah berasal dari bahasa arab yang berarti selamat, sentosa, dan damai.
Dari kata salima diubah bentuk menjadi bentuk aslama yang artinya berserah diri.
Berpijak pada arti tersebut maka kajian islam mengarah pada tiga hal :
Pertama : Islam yang mengarah pada ketundukan atau berserah diri kepada Tuhan satu-
satunya sumber otoritas yang serba mutlak. Keadaan ini membawa pada timbulnya
pemahaman terhadap orang yang tidak patuh dan tunduk sebagai wujud dari penolakan
terhadap fitrah dirinya sendiri.
Kedua : Islam dapat dimaknai suatu pengarahan kepada keselamatan dunia dan akhirat
karena ajaran islam pada hakikatnya membina dan membimbing manusia untuk berbuat
kebajikan dan menjauhi semua larangan dalam kehidupan dunia maupun kehidupan
akhirat.
Ketiga : Islam bermuara pada kedamaian. Manusia merupakan salah satu unsur yang
hidup dan diciptakan dari sumber yakni thin melalui seorang ayah dan ibu sehingga
manusia harus berdampingan dan harmonis dengan manusia yang lain, makhluk yang lain
bahkan berdampingan dengan alam raya.
Studi Islam tidak hanya didasarkan atas hasil pemikiran manusia dalam menuju
kemaslahatan umum tetapi juga pembentukan manusia sesuai dengan kodratnya yang
mencakup dimensi imanensi (horizontal) dan dimensi transendensi (vertikal) berupa
hubungan dan pertanggung jawabannya kepada Yang Maha Pencipta). Salah satu kunci
pokok keislaman adalah ajaran tauhid yang menunjukkan bahwa tidak ada
perhambaan/penyembahan kecuali kepada Allah SWT, bebas dari belenggu kebendaan
dan kerohanian. Penyimpangan agama, pada umumnya lebih merupakan akibat dari
ketidaksenangan karena perampasan otonominya untuk mensubordinasikan sesamanya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Islam dan Agama?
2. Apa ruang lingkup Islam dan Agama?
3. Apa sasaran penelitian agama?
4. Apa urgensi dan signifikansi studi agama – agama?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Islam dan Agama.
2. Untuk mengetahui ruang lingkup Islam dan Agama.
3. Untuk mengetahui sasaran penelitian agama.
4. Untuk mengetahui urgensi dan signifikasi studi agama – agama.
BAB II
PEMBAHASAN
Islam berasal dari kata dalam bahasa Arab ―Aslama, yang bermakna ―berserah diri
atau tunduk (kepada Allah, Tuhan semesta alam). Penganut Islam (Muslim/Muslimat)
harus melakukan penyerahan diri dan penundukan diri kepada Allah, dengan
menyembah-Nya, menurut perintah-Nya, mengikuti petunjuknya dan menaati aturannya,
dan tidak boleh berpaling kepada yang lain.
Dalam sebagian Ayat al-Quran, kualitas Islam sebagai kepercayaan batin ditegaskan:
―Barangsiapa yang Allah kehendaki untuk memberi panduan kepadanya niscaya Dia
melapangkan dadanya kepada Islam‖. Ayat lain menghubungkan islām dan din (lazimnya
diterjemahkan sebagai ―agama‖ atau ―cara hidup): ―Hari ini Aku telah sempurnakan
bagi kamu agamamu (dīn) dan Aku telah cukupkan nikmat-Ku kepada kamu dan Aku
telah ridha Islam itu menjadi agama kamu‖.
Islam yang berarti ―berserah diri kepada Tuhan (هللا, Allāh), adalah Agama yang
mengimani hanya ada satu yang berhak disembah, yaitu Allah. Islam merupakan agama
terbesar kedua di dunia (dengan jamlah pengaqnut kira-kira 1.7 milyar) setelah agama
Kristen. Penganut Islam disebut ―muslim‖ bagi individu pria dan ―muslimah‖ bagi
individu wanita, yang berarti ―seorang yang tunduk kepada Allah, Tuhan semeste alam‖.
Islam mengajarkan bahwa Allah menurunkan Firman-Nya melalui Malaikat Jibril kepada
manusia pilihan-Nya, yakni nabi dan rasul-Nya; dan umat Islam meyakini dengan
sungguh-sungguh bahwa Nabi Muhammad adalah Rasul Allah terakhir yang diutus-Nya
ke dunia.
Agama
Agama adalah sistem yang mengatur kepercayaan dan peribadatan Kepada Tuhan Yang
Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan budaya, dan pandangan dunia
yang menghubungkan manusia dengan tatanan kehidupan. Banyak agama memiliki
mitologi, simbol, dan sejarah suci yang dimaksudkan untuk menjelaskan makna hidup
yang menjelaskan asal-usul kehidupan atau alam semesta. Dari keyakinan mereka tentang
kosmos dan sifat manusia, orang memperoleh moralitas, etika, hukum agama atau gaya
hidup yang disukai. Menurut beberapa perkiraan, ada sekitar 4.200 agama di dunia.
Banyak agama yang mungkin telah mengorganisir perilaku, kependetaan, definisi tentang
apa yang merupakan kepatuhan atau keanggotaan, tempat-tempat suci, dan kitab suci.
Praktik agama juga dapat mencakup ritual, khotbah, peringatan atau pemujaan tuhan,
dewa atau dewi, pengorbanan, festival, pesta, trance, inisiasi, jasa penguburan, layanan
pernikahan, meditasi, doa, musik, seni, tari, masyarakat layanan atau aspek lain dari
kebudayaan manusia. Agama juga mungkin mengandung mitologi.
Kata agama kadang-kadang digunakan bergantian dengan iman, sistem kepercayaan atau
kadang-kadang mengatur tugas. Namun, dalam kata-kata Émile Durkheim, agama
berbeda dari keyakinan pribadi dalam bahwa itu adalah "sesuatu yang nyata sosial”.
Émile Durkheim juga mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang terpadu yang
terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci. Sebuah
jajak pendapat global 2012 melaporkan bahwa 59% dari populasi dunia adalah beragama,
dan 36% tidak beragama, termasuk 13% yang ateis, dengan penurunan 9 persen pada
keyakinan agama dari tahun 2005. Rata-rata, wanita lebih religius daripada laki-laki.
Beberapa orang mengikuti beberapa agama atau beberapa prinsip-prinsip agama pada
saat yang sama, terlepas dari apakah atau tidak prinsip-prinsip agama mereka mengikuti
tradisional yang memungkinkan untuk terjadi unsur sinkretisme.
Ruang lingkup Islam yang merupakan produk sejarah misalnya tentang fiqh/mazhab,
tasawuf/sufi, filsafat/kalam, seni/arsitektur Islam, budaya/tradisi Islam. Dewasa ini terlihat
semakin tumbuh dan maraknya kesadaran dikalangan kaum muslim untuk lebih patuh kepada
ketentuan-ketentuan hukum Islam. Gejala ini untuk konteks Indonesia misalnya, terlihat pada
kebangkitan Jilbab, busana muslim, tuntunan pencantuman label halal-haram pada makanan,
penerapan sistem ekonomi dan perbankan Islam dan sebagainya. Bangunan pengetahuan kita
pada wilayah Islam tersebut adalah produk sejarah yang dapat dijadikan sasaran penelitian.
C. Sasaran Penelitian Agama
Suprayogo mengemukakan bahwa objek sasaran penelitian agama adalah ajaran dan
keberagaman. Ajaran adalah teks (tulisan atau lisan), yang menggambarkan doktrin teologis,
simbol, norma, dan etika yang harus dipahami, diyakini, disosialisasikan, diamalkan,
dilembagakan dalam kehidupan. Ajaran ini bisa berupa teks Al - Qur‘an, Hadits, pemikiran
para ulama. Sedangkan keberagamaan adalah fenomena sosial yang diakibatkan oleh agama.
Fenomena ini bisa berupa struktur sosial, pranata sosial, dan perilaku sosial.
Studi Islam meliputi dua hal, yaitu aspek sasaran keagamaan dan aspek sasaran keilmuan
berikut :
1) Aspek sasaran keagamaan. IAIN maupun perguruan tinggi agama sebagai lembaga
keagamaan, menuntut para pengelola dan civitas akademiknya untuk lebih
menonjolkan sikap pemihakan, idealitas, bahkan seringkali diwarnai pembelaan yang
bercorak apologis. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal berfungsi dalam
menyiapkan generasi penerus. Dalam menanamkan dan membina sikap toleransi.
2) Aspek sasaran keilmuan. Studi keilmuan memerlukan pendekatan yang kritis, analitis,
metodologis, empiris dan histories. Karena itu, konteks ilmu harus mencerminkan
ketidakberpihakan pada satu agama, tapi lebih mengarah pada kajian yang bersifat
obyektif. Dengan demikian, studi Islam sebagai aspek sasaran keilmuan
membutuhkan berbagai pendekatan.
Di kalangan para ahli masih terdapat perdebatan disekitar permasalahan apakah studi
Islam (agama) dapat dimasukkan ke dalam bidang ilmu pengetahuan, mengingat sifat dan
karakteristiknya antara ilmu pengetahuan dan agama berbeda. Pada dataran normativitas
studi Islam agaknya masih banyak terbebani oleh misi keagamaan yang bersifat
memihak, Romantis dan apologis, sehingga kadar muatan analisis, kritis, metodologis,
historis, empiris terutama dalam menelaah teks-teks atau naskah-naskah keagamaan
produk sejarah terdahulu kurang begitu ditonjolkan, kecuali dalam lingkungan para
peneliti tertentu yang masih sangat terbatas
Bagi umat Islam, mempelajari Islam mungkin untuk memantapkan keimanan dan
mengamalkan ajaran Islam, sedangkan bagi non muslim hanya sekedar diskursus ilmiah,
bahkan mungkin mencari kelemahan umat Islam dengan demikian tujuan sasaran studi
Islam adalah sebagai berikut :
Dalam pandangan Islam, sikap menghargai dan toleransi kepada pemeluk agama lain adalah
mutlak untuk dijalankan (Pluralitas). Tapi bukan berarti beranggapan bahwa semua agama
adalah sama (pluralisme), artinya tidak menganggap bahwa Tuhan yang Kami sembah adalah
Tuhan yang kalian sembah. Majelis Ulama Indonesia (MUI) menentang paham pluralisme
dalam agama Islam. Tapi, paham pluralisme ini banyak dijalankan dan kian disebarkan oleh
kalangan Muslim itu sendiri. Solusi Islam terhadap adanya pluralisme agama adalah dengan
mengakui perbedaan dan identitas agama masing-masing. Tapi solusi paham pluralisme
agama diorientasikan untuk menghilangkan konflik dan sekaligus menghilangkan perbedaan
dan identitas agama-agama yang ada. Durkheim tertarik kepada unsur-unsur solidaritas
masyarakat. Dia mencari prinsip yang mempertalikan anggota masyarakat. Email Durkhim
menyatakan agama mempunyai fungsi, agama bukan ilusi, tapi merupakan fakta sosial yang
dapat diidentifikasi dan mempunyai kepentingan sosial. Bagi Emile Durkhim, agama
memainkan peranan yang fungsional, karena agama adalah prinsip solidaritas masyarakat.
Dalam pandangan Amin Abdullah, agama pada saat ini tidak dapat didekati dan difahami
hanya lewat pendekatan teologis-normativ semata-mata, sebab ada pergeseran paradigma
dari pemahaman yang berkisar pada doktrin ke arah entitas sosiologis, dari diskursus esensi
ke arah eksistensi. Saat ini telah muncul apa yang disebut dengan istilah analitis kritis, yaitu
suatu usaha manusia untuk memperoleh pemahaman penghayatan imannya atau penghayatan
agamanya, suatu penafsiran atas sumber-sumber aslinya dan tradisinya dalam konteks
permasalahan masa kini., yaitu teologi yang bergerak antara dua kutub teks dan situasi, masa
lampau dan masa kini. Hal demikian mesti ada dalam setiap agama meskipun dalam bentuk
dan fungsinya yang berbeda-beda.
Dapatlah disimpulkan bahwa pengakuan tentang pluralismenya berada pada tataran sosial,
yakni bahwa secara sosiologis kita memiliki keimanan dan keyakinan masing-masing.
Persoalan kebenaran adalah persoalan dalam wilayah masing-masing agama sehingga
diperoleh pemahaman yang komprehensif tentang esensi beragama dan keberagaman dalam
masyarakat plural. Anwar Harjono menegaskan, Islam telah memasuki arena komunikasi
antara berbagai bangsa yang mempunyai kepercayaan, kebangsaan, dan kebudayaan yang
berbeda- beda dengan pemikiran terbuka tanpa perasaan curiga, Anwar Harjono
mengembangkan pendapatnya bahwa Islam tidak menyemai permusuhan daam berbagai
bangsa, dan Islam mengembangkan persaudaraan dan persamaan diantara manusia berbagai
bangsa.
Senada dengan pendapat di atas Mukti Ali menjelaskan bahwa ada beberapa pemikiran
diajukan orang untuk mencapai kerukunan dalam kehidupan beragama.
1. Sinkretisme, yaitu pendapat yang menyatakan bahwa semua agama adalah sama.
2. Reconception, yaitu menyelami dan meninjau kembali agama sendiri dalam
konfrontasi dengan agama-agama lain.
3. Sintesis, yaitu menciptakan suatu agama baru yang elemen-elemennya diambilkan
dari pelbagai agama, supaya dengan demikian tiap-tiap pemeluk agama merasa
bahwa sebagian dari ajaran agamanya telah terambil dalam agama sintesis
(campuran) itu.
4. PengganThian, yaitu mengakui bahwa agamanya sendiri itulah yang benar, sedang
agama-agama lain adalah salah; dan berusaha supaya orang-orang yang lain agama
masuk dalam agamanya.
5. Agree in disagreement (setuju dalam perbedaan), yaitu percaya bahwa agama yang
dipeluk itulah agama yang paling baik, dan mempersilahkan orang lain untuk
mempercayai bahwa agama yang dipeluknya adalah agama yang paling baik.
Diyakini bahwa antara satu agama dan agama lainnya, selain terdapat perbedaan, juga
terdapat persamaan.
Dari berbagai pandangan tentang pluralisme di atas penulis dapat mengklasifikasi ada tiga model
pluralisme.
1. Pandangan pluralisme yang masih menyisakan adanya absolutisme agama. Pandangan ini
dikemukakan Prof. Dr. H.M. Rasjidi dan M. Natsir.
2. Pandangan pluralisme liberal. Ini dikemukakan oleh Djohan Effendi, Nurcholish Madjid,
Abdurrahman Wahid.
3. Pandangan pluralisme yang menempati posisi antara absolutisme agama dan pluralisme
liberal. Pandangan ini masih memegang adanya hal-hal yang bersifat absolut yang tidak
dapat dipertemukan atau disamakan, tapi juga mengakui bahwa pluralisme itu tidak
hanya sekedar ada tapi juga harus diwujudkan dalam keterlibatan aktif dalam memahami
perbedaan dan persamaan. Ada sikap terbuka, menerima perbedaan, dan menghormati
kemajemukan agama, tapi ada loyalitas komitmen terhadap agama masing-masing.
Azzumardi Azra berkata, dalam agama mana pun konsepsi manusia tidaklah bersumber dari
pengetahuan, tapi dari kepercayaan pada suatu otoritas mutlak yang berbeda dari satu agama
dengan agama lainnya. Agama juga merupakan suatu realitas sosial, ia hidup dan
termanifestasikan di dalam masyarakat, di sini doktrin agama yang merupakan konsepsi tentang
realitas harus berhadapan dengan kenyataan adanya, dan bahkan keharusan atau sunnatullah
perubahan sosial dan keberagaman dalam masyarakat plural.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Islam berasal dari kata dalam bahasa Arab ―Aslama, yang bermakna ―berserah diri atau
tunduk (kepada Allah, Tuhan semesta alam). Penganut Islam (Muslim/Muslimat) harus
melakukan penyerahan diri dan penundukan diri kepada Allah, dengan menyembah-Nya,
menurut perintah-Nya, mengikuti petunjuknya dan menaati aturannya, dan tidak boleh
berpaling kepada yang lain. Sedangkan Agama adalah sistem yang mengatur kepercayaan
dan peribadatan Kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan
budaya, dan pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan kehidupan.
Dalam pandangan Islam, sikap menghargai dan toleransi kepada pemeluk agama lain adalah
mutlak untuk dijalankan (Pluralitas). Tapi bukan berarti beranggapan bahwa semua agama
adalah sama (pluralisme), artinya tidak menganggap bahwa Tuhan yang Kami sembah adalah
Tuhan yang kalian sembah.
Dapatlah disimpulkan bahwa pengakuan tentang pluralismenya berada pada tataran sosial,
yakni bahwa secara sosiologis kita memiliki keimanan dan keyakinan masing-masing.
Persoalan kebenaran adalah persoalan dalam wilayah masing-masing agama sehingga
diperoleh pemahaman yang komprehensif tentang esensi beragama dan keberagaman dalam
masyarakat plural.