Bab 8 (Akuntansi Imbalan Pascakerja)
Bab 8 (Akuntansi Imbalan Pascakerja)
Bab 8 (Akuntansi Imbalan Pascakerja)
Disusun Oleh :
UNIVERSITAS WARMADEWA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
TAHUN 2020
1. Pendahuluan
Imbalan kerja merupakan komponen penting dari entitas biaya, khususnya pada sektor
jasa. IAS 19 dan PSAK 24 mengatur tentang perlakuan akuntansi dan pengungkapan
imbalan kerja untuk pekerja. Imbalan kerja yang diberikan oleh suatu entitas kepada pekerja
yang diatur tidak sebatas rencana pensiun saja, tapi juga meliputi upah, gaji, iuran jaminan
sosial, cuti sakit, cuti tahunan, pembagian laba dan bonus, sampai dengan imbalan terminasi
kontrak kerja. Pekerja yang dimaksud adalah karyawan tetap, tidak termasuk karyawan
kontrak. Suatu entitas harus mengakui tentang adanya liabilitas jika pekerja telah
memberikan jasanya dan berhak memperoleh imbalan kerja yang akan dibayarkan di masa
depan. Apabila suatu entitas telah menikmati manfaat ekonomis yang dihasilkan dari jasa
yang diberikan oleh pekerja yang berhak menerima imbalan kerja maka dapat dikatakan
suatu entitas harus mengakui imbalan kerja sebagai beban. Bab ini akan menjelaskan
bagaimana perlakuan akuntansi untuk imbalan kerja yang berpedoman pada PSAK 24 dan
IAS 19 terutama imbalan pascakerja. Selain itu, mengingat jumlah pekerja di Indonesia,
adalah elemen penting dalam elemen bangsa, maka peraturan pensiun dan ketenagakerjaan
mendapatkan perhatian khusus oleh pemerintah dengan menerbitkan seperangkat peraturan
mengenai Tenaga Kerja. Dalam Bab ini akan memperkenalkan beberapa peraturan Undang-
Undang yang berlaku di Indonesia.
A. Imbalan Pascakerja
Suatu entitas berkewajiban memberikan imbalan kepada pekerjanya sebagai
pengganti jasa yang telah pekerja berikan. Imbalan pascakerja adalah imbalan kerja
yang terutang setelah pekerja menyelesaikan kontrak kerja. Contoh aplikasi imbalan
pascakerja di Indonesia adalah program Jaminan Hari Tua (JHT) dari Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan. Pemberian imbalan pascakerja
diatur secara formal atau informal oleh program imbalan pascakerja suatu entitas,
dengan atau tanpa melibatkan pendirian suatu entitas terpisah untuk menerima iuran
dan membayar imbalan. Pada umunya, organisasi yang menerima iuran dan membayar
imbalan tersebut disebut dana pensiun. Berdasarkan Undang-Undang No. 11 tahun
1992 tentang Dana Pensiun, program pascakerja dilakukan dengan pemupukan dana
yang dikelola secara terpisah dari kekayaan pendiri, tidak diperkenankan membentuk
cadangan dalam perusahaan untuk pembayaran imbalan kerja. Hal ini dilakukan agar
dana yang dialokasikan untuk imbalan cukup untuk memenuhi pembayaran kepada
pekerja. Terdapat 2 jenis perusahaan dana pensiun yaitu:
1. Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) yaitu perusahaan dana pensiun yang khusus
didirikan untuk perusahaan pendiri atau mitra pendiri.
2. Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) yaitu dibentuk oleh bank atau perusahaan
asuransi jiwa dimana peserta karyawan dari berbagai perusahaan (multi pemberi kerja)
ataupun perorangan.
4. Penyajian
Penyajian saling hapus
Entitas wajib membedakan aset lancar dari aset tidak lancar serta liabilitas
jangka pendek dari liabilitas jangka panjang.
PSAK tidak menentukan apakah entitas membedakan aset lancar dan tidak
lancar serta liabilitas jangka pendek dan jangka panjang yang timbul dari
imbalan
pascakerja.
2. Pengukuran
Imbalan terminasi dapat dibayarkan sebagai jumlah sekaligus atau dibayarkan selama
suatu periode sebagai imbalan pensiun yang ditingkatkan atau pembayaran gaji yang
berkelanjutan selama suatu periode waktu. Pada saat program terminasi diumumkan,
akan sulit bagi entitas untuk menentukan berapa banyak pekerja yang membantu dari
penawaran. Dalam hal ini, entitas harus mengestimasi beban dan utang yang terkait.
Biaya terminasi harus dibebankan seluruhnya sebagaimana entitas sudah tidak
menerima imbalan jasa dari karyawan di masa yang akan datang. Jumlah pesangon
yang diberikan pada pekerja diukur saat pengakuan awal dan entitas mengukur dan
mengakui perubahan selanjutnya. Pengukuran jumlah pesangon dilakukan sesuai
dengan sifat imbalan tersebut. Jika pesangon merupakan peningkatan pada imbalan
pascakerja, maka entitas mengukur imbalan sesuai dengan persyaratan imbalan
pascakerja.