Strukbar Rangkuman 2 Dayanara Hazrati 4183311016 PSPM e 2018

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 37

RANGKUMAN MATERI

Oleh :

Dayanara Hazrati

4183311016

Pendidikan Matematika E 2018

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
A. OPERASI BINER
Definisi A-1:
Misalkan S adalah suatu himpunan tak hampa, operasi biner * pada himpunan S adalah
suatu relasi yang memasangkan setiap pasangan berurutan (a,b) ∈ S x S ke c ∈ S.
Misalkan 𝜌 suatu operasi biner pada S, (a,b) ∈ S x S dengan 𝜌 (a,b) = c maka ditulis a*b = c
(Baca “a operasi b = c”). Tanda operasi kadang-kadang dengan tanda * (bintang); • (titik besar)
atau . (titik).

Contoh 1:
Operasi penjumlahan biasa (+) dan perkalian biasa (x) pada himpunan bilangan Real (R)
merupakan operasi biner.
 Penjumlahan
A = {r,s,t,u}
B = {t,u,v,w}
A + B = {r,s,v,w}
 Perkalian
P = {1,2,3}
Q = {a,b}
P x Q = {(1,a);(1,b);(2,a);(2,b);(3,a);(3,b)}

Contoh 2:
M2 ( R ) = Himpunan matriks ordo 2x2 dengan entri-entri bilangan Real, dengan operasi
penjumlahan dan perkalian matriks merupakan operasi biner.
1 2
𝐴=[ ]
3 4
5 6
𝐵=[ ]
7 8
1 2 5 6
A + B =[ ]+[ ]
3 4 7 8
1+5 2+6
=[ ]
3+7 4+8
6 8
=[ ]
10 12
1 2 5 6
A × B =[ ]×[ ]
3 4 7 8
1(5) + 2(7) 1(6) + 2(8)
=[ ]
3(5) + 4(7) 3(6) + 4(8)
5 + 14 6 + 16
=[ ]
15 + 28 18 + 32
19 22
=[ ]
43 50

Contoh 3:
R* : Himpunan bilangan Real kecuali 0
Dengan operasi penjumlahan biasa bukan merupakan operasi biner karena jika kita ambil 2
dan -2 ∈ R* maka hasil penjumlahan yaitu 2+(-2) = 0 ∉ R*
A = {-2}
B = {2}
A + B = {-2,2}
Tetapi jika penjumlahan himpunan hasil penjumlahannya yaitu {-2,2} ∈ R*

Contoh 4:
M (R): Himpunan semua matriks dengan entri-entri bilangan Real dengan operasi penjumlahan
matriks bukan merupakan operasi biner karena A + B tidak terdefinisi untuk matriks yang
berbeda ordonya.
2 4
𝐴=[ ]
6 8
1 2 3
𝐵=[ ]
4 5 6
2 4 1 2 3
A + B = [ ]+[ ]
6 8 4 5 6
2 4 1 2 3
[ ]≠[ ]
6 8 4 5 6
Karena ordo matriks tidak sama maka matriks A dan B tidak dapat dijumlahkan.

Contoh 5:
S Suatu himpunan tak kosong, didefinisikan suatu operasi biner pada S sebagai berikut:
x * y = x ∀ x,y ∈ S
Jika S terhingga, misalnya S = {m,n,o,p} maka operasi tersebut dapat disajikan pada table
cayley berikut:

Tabel 2.1. Menunjukkan Tabel Cayley pada himpunan S

* m n o p
m m m m m
n n n n n
o o o o o
p p p p p

Tabel diatas dinamakan daftar Cayley yang akan sering digunakan untuk selanjutnya.

Misalkan S = [-1,1] terhadap (S,*)


Tabel 2.2
Tabel Cayley S = [-1,1] terhadap (S,*)
* -1 1
-1 1 -1
1 -1 1

S bersifat tunggal dan tertutup terhadap operasi perkalian biasa * karena


-1 * -1 = 1 ∈ G
-1 * 1 = -1 ∈ G
1 * -1 = -1 ∈ G
1*1=1∈G

Definisi A-2:
Suatu operasi biner pada himpunan S dikatakan komutatif jika dan hanya jika berlaku : a *
b = b * a, ∀ a,b ∈ S
Contoh 1:
M2 (R) dengan operasi penjumlahan matriks merupakan operasi biner, operasi tersebut juga
memenuhi sifat komutatif.
1 2
𝐴=[ ]
3 4
5 6
𝐵=[ ]
7 8
1 2 5 6
A + B =[ ]+[ ]
3 4 7 8
1+5 2+6
=[ ]
3+7 4+8
6 8
=[ ]
10 12
5 6 1 2
B + A =[ ]+[ ]
7 8 3 4
5+1 6+2
=[ ]
7+3 8+4
6 8
=[ ]
10 12
Maka A + B = B + A

Contoh 2:
Z+ : Himpunan bilangan bulat positif
Operasi * didefinisikan sebagai berikut :
a * b = a, ∀ a,b ∈ Z+
Operasi tersebut merupakan operasi biner tetapi tidak berlaku sifat komutatif, Misalnya : pilih
a = 5 dan b = 7 maka 5 * 7 = 5 sedangkan 7 * 5 = 7.
Jadi a * b ≠ b * a
1 2
𝐴=[ ]
3 4
5 6
𝐵=[ ]
7 8
1 2 5 6
A × B =[ ]×[ ]
3 4 7 8
1(5) + 2(7) 1(6) + 2(8)
=[ ]
3(5) + 4(7) 3(6) + 4(8)
5 + 14 6 + 16
=[ ]
15 + 28 18 + 32
19 22
=[ ]
43 50
5 6 1 2
B ×A =[ ]×[ ]
7 8 3 4
5(1) + 6(3) 5(2) + 6(4)
=[ ]
7(1) + 8(3) 7(2) + 8(4)
5 + 18 10 + 24
=[ ]
7 + 24 14 + 32
23 34
=[ ]
31 46

Definisi A-3
Suatu operasi biner pada himpunan S dikatakan assosiatif jika dan hanya jika berlaku: a *
(b*c) = (a*b) * c, ∀ a,b,c ∈ S.
Contoh 1 :
M2 ( R ) dengan operasi penjumlahan matriks memenuhi sifat assosiatif.
𝑎 𝑏
Ambil sembarang A,B,C ∈ M2 ( R ) dengan A = [ ];
𝑐 𝑑
𝑝 𝑞 𝑘 𝑙
B=[ ] dan C = [ ]
𝑟 𝑠 𝑚 𝑛
𝑎 𝑏 𝑝 𝑞 𝑘 𝑙
A + (B + C) =[ ]+ ([ ]+[ ])
𝑐 𝑑 𝑟 𝑠 𝑚 𝑛
𝑎 𝑏 𝑝+𝑘 𝑞+𝑙
=[ ]+([ ])
𝑐 𝑑 𝑟+𝑚 𝑠+𝑛
𝑎 + (𝑝 + 𝑘) 𝑏 + (𝑞 + 𝑙)
= [ ]a,b,c,d,p,q,r,s,k,l,m,n ∈ R berlaku sifat
𝑐 + (𝑟 + 𝑚) 𝑑 + (𝑠 + 𝑛)
assosiatif
(𝑎 + 𝑝) + 𝑘 (𝑏 + 𝑞) + 𝑙
=[ ]
(𝑐 + 𝑟) + 𝑚 (𝑑 + 𝑠) + 𝑛
𝑎 𝑏 𝑝 𝑞 𝑘 𝑙
=([ ]+ [ ])+[ ]
𝑐 𝑑 𝑟 𝑠 𝑚 𝑛
A + (B + C) = (A + B) + C (Terbukti)
B. GRUP
Defenisi B-1 :
Suatu grup yang disimbolkan (G,*) adalah sebuah himpunan tak kosong G terhadap sebuah
operasi biner “ * ” yang memenuhi 4 syarat berikut :
1. Tertutup
a * b ∈ G, ∀ a, b ∈ G
2. Asosiatif
a * (b * c) = (a * b) * c, ∀ a, b, c ∈ G
3. Identitas
∃ e ∈ G ɜ a * e = e * a, ∀ a ∈ G
4. Invers
∀ a ∈ G, ∃ 𝑎 −1 ∈ G ɜ a *𝑎−1 = 𝑎−1 * a = e
Keempat sifat tersebut dinamakan aksioma-aksioma grup.

Defenisi B-2 :
Suatu grup 〈G,∗〉 disebut abelian atau komutatif jika dan hanya jika berlaku a * b = b * a,
∀ a, b ∈ G.
Contoh :
G: Himpunan semua bilangan bulat, didefenisikan operasi * sebagai operasi penjumlahan biasa,
atau a * b = a + b, ∀ a, b ∈ G. Buktikan 〈𝐺,∗〉 merupakan grup komutatif.
Penyelesaian :
G ≠ ϕ (Dari definisi G bilangan bulat)

Aksioma 1 :
Ambil sembarang a, b ∈ G
a * b = a + b ∈ G (Sifat tertutup terpenuhi)

Aksioma 2 :
Ambil sembarang a, b, c ∈ G
a * (b * c) = a + (b + c)
= a + b + c (Sifat assosiatif penjumlahan pada bilangan bulat)
= (a + b) + c
= (a * b) * c (Definisi operasi *)
Terbukti sifat assosiatif terpenuhi.

Aksioma 3 :
Akan ditunjukkan ∃ e ∈ G ɜ ∀ a ∈ G berlaku a * e = e * a = a
Pilih e = 0 ∈ G, Ambil sembarang a ∈ G maka
a * e = a + 0 = a dan e * a = 0 + a = a
sehingga dipenuhi a * e = e * a = a
berarti ∃ e = 0 ɜ ∀ a ∈ G berlaku a * e = e * a = a
Artinya e = 0 elemen identitas

Aksioma 4 :
Akan ditunjukkan ∀ a ∈ G ∃ 𝑎−1 ∈ G ɜ a * 𝑎 −1 = 𝑎−1 * a = e
Ambil sembarang a ∈ G , pilih 𝑎−1 = -a ∈ G sehingga
a * 𝑎−1 = a + (-a) = 0 = e dan 𝑎−1 * a = -a + a = 0 = e
berarti ∀ a ∈ G ∃ 𝑎−1 = -a ∈ G ɜ a * 𝑎−1 = 𝑎−1 * a = e
Dengan dipenuhi keempat sifat yang merupakan aksioma grup maka terbuktilah bahwa
〈𝐺,∗〉 merupakan grup.

Ternyata 〈𝐺,∗〉 merupakan grup komutatif.


a * b = b * a, ∀ a, b ∈ G.
Ambil sembarang a, b ∈ G maka
a + b = b + a ( Sifat komutatif terpenuhi)

Teorema B-1:
Jika <G,*> suatu grup, maka ∀ a,b,c ϵ G berlaku:
a. Jika a * b = a * c maka b = c
b. Jika b * a = c * a maka b = c
Teorema diatas dinamakan juga hukum pengkanselan atau pembatalan.
Bukti:
Karena <G,*> grup dan a ϵ G maka a mempunyai invers, sebut inversnya 𝑎−1 . Dengan
mengoperasikan 𝑎−1 dari kiri pada a*b = a*c diperoleh 𝑎 −1 dari kiri pada a*b = a*c diperoleh
𝑎−1 * a * b = 𝑎−1 𝑎 * c
(𝑎−1 * a) * b = (𝑎−1 * a) * c (Sifat Assosiatif)
e*b=e*c
b = c
Bukti b dapat dilakukan seperti pada bagian a dengan mengoperasikan 𝑎−1 dari kanan.

Teorema B-2:
Elemen Identitas pada sembarang grup <G,*> adalah tunggal.
Bukti:
Andaikan terdapat dua elemen identitas pada G yaitu e dan f
e = elemen identitas berarti e * f = f (1)
f = elemen identitas berarti e * f = e (2)
Dari (1) dan (2) diperoleh e = e * f = f atau e = f
Dengan demikian terbukti bahwa elemen identitas tunggal.

Teorema B-3:
Elemen invers pada sembarang grup {G,*} adalah tunggal.
Bukti:
Misalkan G adalah grup, dan e ∈ G [e = identitas]
Ambil sembarang a ∈ G
Misalkan b1 dan b2 invers dari a
Akan dibuktikan b1 = b2
Perhatikan bahwa:
b1 adalah invers dari a→ b1a = ab1 = e [e = identitas]…(i)
b2 adalah invers dari a→ b2a = ab2 = e [e = identitas]…(ii)
dari (ii) diperoleh ab2 = e → b1(ab2) = b1 …(iii)
dari (i) diperoleh b1a = e → (b1a)b2 = b2 …(iv)
Karena diketahui G grup maka jelas G memenuhi sifat assosiatif sehingga dari (iii) dan (iv)
diperoleh bahwa:
b1 = b1(ab2) = (b1a)b2 = b2
Maka b1 = b2 dengan demikian unsur invers suatu grup adalah tunggal.

Teorema B-4:
Jika 〈G,∗〉 suatu grup, maka ∀ a ∈ G berlaku (𝑎−1 )−1 = a
Bukti:
Ambil sembarang a ∈ G karena G grup maka 𝑎−1 ∈ G, selanjutnya karena 𝑎 −1 ∈ G maka 𝑎−1
memiliki invers, sebut (𝑎−1 )−1 . Dari definisi invers diperoleh 𝑎−1 ∗ (𝑎−1 )−1 = 𝑒 dan 𝑎−1 ∗ 𝑎 =
𝑒.
Dari kedua kesamaan tersebut diperolrh kesamaan baru yaitu 𝑎−1 ∗ (𝑎−1 )−1 = 𝑎−1 ∗ 𝑎 dengan
mengoperasikan a dari kiri dan pada kesamaan di atas diperoleh:
𝑎 ∗ 𝑎−1 ∗ (𝑎−1 )−1 = 𝑎 ∗ 𝑎−1 ∗ 𝑎
(𝑎 ∗ 𝑎 −1 ) ∗ (𝑎−1 )−1 = (𝑎 ∗ 𝑎−1 ) ∗ 𝑎 (Sifat assosiatif)
(𝑎−1 )−1 = 𝑎(Terbukti)

Teorema B-5:
Jika 〈G,∗〉 suatu grup maka ∀ a,b ∈ G berlaku (a*b)-1 = b-1a-1.
Bukti:
Misalkan G adalah grup
Ambil sembarang a,b ∈ G
Karena G grup maka ∃ e ∈ G [e = identitas]
Akan dibuktikan (𝑎 ∗ 𝑏)−1 = 𝑏 −1 ∗ 𝑎−1
Hal ini ekuivalen jika ditunjukkan (𝑎𝑏)(𝑏 −1 ∗ 𝑎−1 ) = (𝑏 −1 ∗ 𝑎−1 )(𝑎𝑏) = 𝑒

(i) (𝑎𝑏)(𝑏 −1 ∗ 𝑎−1 ) = 𝑒


= [(𝑎𝑏)(𝑏 −1 )]𝑎−1 [assosiatif]
= [𝑎(𝑏𝑏 −1 )]𝑎−1 [assosiatif]
= (𝑎𝑒)𝑎−1 [𝑏𝑏 −1 = 𝑒]
= 𝑎𝑎−1 [ae = a]
=e [𝑎𝑎 −1 = 𝑒]
(ii) (𝑏 −1 ∗ 𝑎−1 )(𝑎𝑏) = 𝑒
(𝑎𝑏)(𝑏 −1 ∗ 𝑎−1 ) = [(𝑏 −1 ∗ 𝑎−1 )𝑎]𝑏 [assosiatif]
= [[𝑏 −1 (𝑎−1 ∗ 𝑎)]𝑏 [assosiatif]
= (𝑏 −1 𝑒)𝑏 [𝑎𝑎 −1 = 𝑒]
= 𝑏𝑏 −1 [𝑏 −1 𝑒 = 𝑏 −1 ]
=e [𝑏𝑏 −1 = 𝑒]
(Terbukti)

Teorema B-6:
Jika 〈G,∗〉 suatu grup maka ∀ a,b ∈ G berlaku:
a. Persamaan a*x = b mempunyai jawaban tunggal
b. Persamaan y*a = b mempunyai jawaban tunggal
Bukti:
 Untuk bukti bagian a perlu ditunjukkan 2 hal yaitu:
1. Persamaan tersebut memiliki jawaban
2. Persamaan tersebut memiliki jawaban tunggal
Bagian 1:
Persamaan a*x = b dioperasikan dari kiri dengan a-1(invers) maka diperoleh:
a-1 * a * x = a-1 * b
(a-1 * a) * x = a-1 * b (Sifat assosiatif)
x = a-1 * b jadi x = a-1 * b (Terbukti)
Bagian 2:
Misalkan persamaan tersebut memiliki dua jawaban yaitu x1 dan x2 maka:
a * x1 = b dan a * x2 = b sehingga diperoleh a * x1 = a * x2.
Dari persamaan a * x1 = a * x2 dengan mengoperasikan a-1 dari kiri diperoleh x1 = x2
(Terbukti)
 Untuk bukti bagian b perlu ditunjukkan 2 hal yaitu:
1. Persamaan tersebut memiliki jawaban
2. Persamaan tersebut memiliki jawaban tunggal
Bagian 1:
Persamaan y*a = b dioperasikan dari kiri dengan a-1(invers) maka diperoleh:
a-1 * y * a = a-1 * b
(a-1 * y) * a = a-1 * b (Sifat assosiatif)
y = a-1 * b jadi y = a-1 * b (Terbukti)
Bagian 2:
Misalkan persamaan tersebut memiliki dua jawaban yaitu y1 dan y2 maka:
a * y1 = b dan a * y2 = b sehingga diperoleh a * y1 = a * y2.
Dari persamaan a * y1 = a * y2 dengan mengoperasikan a-1 dari kiri diperoleh y1 = y2
(Terbukti)
Definisi B-3
Misal (G,*) Adalah sembarang grup. Misal a adalah sebarang elemen dari G. Untuk suatu
bilangan bulat terkecil m yang memenuhi 𝑎𝑚 = 𝑒 ( e adalah elemen identitas dari G) maka m
dikatakan sebagai order dari a dan ditulis sebagai o(a) = m.
Dalam kasus ini,jika tidak ada m yang memenuhi 𝑎𝑚 = 𝑒 dikatakan bahwa a berorder infinite atau
nol.
Contoh
Diberikan grup (𝑀6, +) merupakan grup abelian carilah n yang bersifat 2𝑛 = 𝑒

𝑀5 = {0,1,2,3,4} = 0 (elemen identitas 0)

21 = 2 = 2 𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙𝑜 5 = 2
22 = 2 + 2 = 4
23 = 2 + 2 + 2 = 1
24 = 2 + 2 + 2 + 2 = 3

25 = 2 + 2 + 2 + 2 + 2 = 10 𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙𝑜 5 = 0 (𝑛 = 5 , 𝑛 = 10 𝑑𝑠𝑡)
Maka o(2)=5
2.2 Definisi B-4
𝑍𝑛 didefinisikan sebagai himpunan bilangan bulat modulo n dengan operasi penjumlahan modulo
n yaitu 𝑍𝑛 = {0,1,2,3, … , 𝑛 − 1} 𝑎𝑡𝑎𝑢 < 𝑍𝑛 , +𝑛 >merupakan grup.
Contoh
𝑍5 = {0,1,2,3,4}
𝑍5 dengan operasi penjumlahan modulo 5 merupakan grup komutatif?
Penyelesaian
𝑍5 ≠ ∅ (𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑑𝑒𝑓𝑖𝑛𝑖𝑠𝑖)
Karena anggota dari 𝑍5 berhingga maka hasil operasi dapat dilihat pada tabel cayley berikut
* 0 1 2 3 4
0 0 1 2 3 4
1 1 2 3 4 0
2 2 3 4 0 1
3 3 4 0 1 2
4 4 0 1 2 3

Dengan melihat tabel diatas, diperoleh


1. Aksioma pertama (sifattertutup) dipenuhi karena semua hasil operasi ada pada himpunan 𝑍5
2. Sifat asosiatif pada perkalian modulo 5 dipenuhi pada bilangan bulat karenanya pada 𝑍5 juga
dipenuhi.
3. Unsur Identitas dipenuhi: ∃ 0 𝜖 𝐺 sebagai unsur identitas karena ∀ a 𝜖 𝑍5 dipenuhi a * 0 = 0 *
a=a
4. Unsur invers dipenuhi yaitu:
0 inversnya 0; 1 inversnya 4; dan 2 inversnya 3;
5. Sifat komutatif dipenuhi, hal ini dapat dilihat dari unsur – unsurnya simetris terhadap diagonal
utamanya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa 𝑍5 terhadap operasi penjumlaha bilangan modulo
5 membentuk grup komutatif. Selanjutnya karena banyaknya anggota dari 𝑍5 adalah 5 maka order
dari 𝑍5 sama dengan 5 atau o(𝑍5 ) dan 𝑍5 merupakan grup finite.

2.3 Definisi B-5


Misalkan F adalah sembarang himpunan bilangan Q,R,C, atau Zp (p prima). GL (2,F)
didefinisikan sebagai himpunan matriks ordo 2x2 dengan entri-entri himpunan F, determinan tidak
sama dengan nol, dengan operasi perkalian matriks merupakan grup. Secara matematika
dinotasikan sebagai berikut :
𝑎 𝑏
𝐺𝐿(2, 𝐹) = {[ ] | 𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑑 ∈ 𝐹, 𝑎𝑑 − 𝑏𝑐 ≠ 0}
𝑐 𝑑
Sedangkan untuk determinan sama dengan 1 (ad-bc = 1) dilambangkan dengan SL (2,F) dengan
kata lain
𝑎 𝑏
𝑆𝐿(2, 𝐹) = {[ ] | 𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑑 ∈ 𝐹, 𝑎𝑑 − 𝑏𝑐 = 1}
𝑐 𝑑
Contoh :
𝑎 𝑏
𝐺𝐿 (2, 𝑍11 ) = {[ ] | 𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑑 ∈ 𝑍11 , 𝑎𝑑 − 𝑏𝑐 ≠ 0}
𝑐 𝑑
2 6
Tentukan invers unsur 𝐴 = [ ] dalam Z11
3 5
Penyelesaian :
2 6
𝐴=[ ] Det (A) = 2.5 – 6.3 = -8 ≡ 3 (mod 11)
3 5
𝑎 𝑏 1 𝑑 −𝑏
𝐴=[ ] invers dari A adalah 𝐴−1 = det(𝐴) [ ]
𝑐 𝑑 −𝑐 𝑎
Invers dari 3 adalah 4 karena 3x4 = 12 ≡1 (mod 11), sehingga :
1
=4
det(𝐴)
1 𝑑 −𝑏
𝐴−1 = [ ]
det(𝐴) −𝑐 𝑎
5 −6
𝐴−1 = 4 [ ]
−3 2
5 5
= 4[ ]
8 2
20 20
=[ ]
32 8
9 9
=[ ]
10 8
Bukti :
2 6 9 9 2.9 + 6.10 2.9 + 6.8
[ ][ ]=[ ]
3 5 10 8 3.9 + 5.10 3.9 + 5.8
78 66
=[ ]
77 67
1 0
=[ ]
0 1

Definisi B-6
𝑈𝑛 didefinisikan sebagai himpunan biangan kompleks dinotasikan sebagai berikut 𝑈𝑛 =
{𝑧 ∈ 𝐶|𝑧 𝑛 = 1}. Dengan menggunakan theorem De Moivere’s:
1 2𝑘𝜋
1𝑛 = 𝑒 𝑛 = cos( 2𝑘𝜋
𝑛
) + 𝑖 sin( 2𝑘𝜋
𝑛
) dengan k = 0,1,2,3,….

Diperoleh :
𝑈1 = {𝑧 ∈ 𝐶|𝑧1 = 1} = {1}
𝑈2 = {𝑧 ∈ 𝐶|𝑧 2 = 1} = {1, −1}

1 √3 1 √3
𝑈3 = {𝑧 ∈ 𝐶|𝑧 3 = 1} = (1, + 𝑖, − − 𝑖)
2 2 2 2

Contoh 7:
𝑈𝑛 = {𝑧 ∈ 𝐶|𝑧 𝑛 = 1}
Dengan koperasi bilangan kompleks dapat ditunjukkan bahwa < 𝑈𝑛 , 𝑥 > merupakan grup.
Dengan menggunakan table cayley dapat ditunjukkan bahwa 𝑈1 , 𝑈2 , 𝑈3 merupakan grup.
Untuk 𝑈1 merupakan grup trivial dengan satu unsur yaitu identitas 1.
Sedangkan 𝑈2 = {1, −1} juga merupakan grup, karena memenuhi sifat – sifat grup.
Demikian juga dengan 𝑈3 .
Ketiga grup tersebut merupakan grup finit.

Definisi B-7
𝑈(𝑛) didefinisikan sebagai himpunan semua bilangan bulat positif kurang dari 𝑛 dan relatif
prima dengan 𝑛. 𝑈(𝑛) merupakan grup dengan operasi perkalian modulo 𝑛.

Contoh 8:
𝑈(10) = {1,3,7,9}, dengan operasi perkalian modulo 10. 𝑈(10) merupakan grup komutatif.

Perhatikan Tabel Cayley berikut:


Table 2.3 Menunjukkan Tabel Cayley pada himpunan 𝑈(10)

1 3 7 9
1 1 3 7 9

3 3 9 1 7

7 7 1 9 3

9 9 7 3 1
Dengan tabel diatas, diperoleh :
1. Aksioma pertama (sifattertutup) dipenuhi karena semua hasil operasi ada pada himpunan
𝑈(10)
2. Sifat asosiatif pada perkalian modulo 10 dipenuhi pada bilangan bulat karenanya pada
𝑈(10) juga dipenuhi.
3. Unsur Identitas dipenuhi: ∃ 1 𝜖 𝑈(10) sebagai unsur identitas karena ∀ a 𝜖 𝑈(10) dipenuhi
a*1=1*a=a
4. Unsur invers dipenuhi yaitu:
1 inversnya 1; 3 inversnya 7; 7 inversnya 9; dan 9 inversnya 9
5. Sifat komutatif dipenuhi, hal ini dapat dilihat dari unsur – unsurnya simetris terhadap
diagonal utamanya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa 𝑈(10) terhadap operasi perkalian bilangan modulo
10 membentuk grup komutatif.
Jika n bilangan prima maka 𝑈(𝑛) = {1,2,3, … , 𝑛 − 1}

Defenisi B – 8 :
Himpunan 𝑅 𝑛 = {(𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 , … , 𝑎𝑛 )|𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 , … , 𝑎𝑛 ∈ 𝑅} adalah suatu grup dibawah
operasi * yaitu penjumlahan komponen yang sesuai dari dua pasangan berturut, misalnya :

((𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 , … , 𝑎𝑛 ) ∗ (𝑏1 , 𝑏2 , 𝑏3 , … , 𝑏𝑛 )) = (𝑎1 + 𝑏1 , 𝑎2 + 𝑏2 , 𝑎3 + 𝑏3 , … , 𝑎𝑛 + 𝑏𝑛 )

Contoh :
Buktikan 〈𝑅 𝑛 ,∗〉
Aksioma 1 :Sifat Tertutup
(𝐴 ∗ 𝐵 ∈ 𝑅 𝑛 ∀ 𝐴, 𝐵 ∈ 𝑅 𝑛 )
Ambil sembarang 𝐴, 𝐵 ∈ 𝑅 𝑛 dengan 𝐴 = (𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 , … , 𝑎𝑛 ) ∈ 𝑅 𝑛 dan 𝐵 = (𝑏1 , 𝑏2 , 𝑏3 , … , 𝑏𝑛 ) ∈
𝑅𝑛
𝐴 ∗ 𝐵 = (𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 , … , 𝑎𝑛 ) + (𝑏1 , 𝑏2 , 𝑏3 , … , 𝑏𝑛 )
= (𝑎1 + 𝑏1 , 𝑎2 + 𝑏2 , 𝑎3 + 𝑏3 , … , 𝑎𝑛 + 𝑏𝑛 )
Karena pada bilangan Real berlaku sifat tertutup maka 𝑎1 + 𝑏1 , 𝑎2 + 𝑏2 , 𝑎3 + 𝑏3 , … , 𝑎𝑛 + 𝑏𝑛 ∈
𝑅 sehingga 𝐴 ∗ 𝐵 ∈ 𝑅 𝑛
Aksioma 2 :Sifat Assosiatif
𝐴 ∗ (𝐵 ∗ 𝐶) = (𝐴 ∗ 𝐵) ∗ 𝐶, ∀𝐴, 𝐵, 𝐶 ∈ 𝑅 𝑛
Ambil sembarang 𝐴, 𝐵, 𝐶 ∈ 𝑅 𝑛 dengan 𝐴 = (𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 , … , 𝑎𝑛 ) ∈ 𝑅 𝑛 , 𝐵 = (𝑏1 , 𝑏2 , 𝑏3 , … , 𝑏𝑛 ) ∈
𝑅 𝑛 dan 𝐶 = (𝑐1 , 𝑐2 , 𝑐3 , … , 𝑐𝑛 ) ∈ 𝑅 𝑛

𝐴 ∗ (𝐵 ∗ 𝐶) = (𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 , … , 𝑎𝑛 ) + ((𝑏1 , 𝑏2 , 𝑏3 , … , 𝑏𝑛 ) + (𝑐1 , 𝑐2 , 𝑐3 , … , 𝑐𝑛 ))


= (𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 , … , 𝑎𝑛 ) + (𝑏1 + 𝑐1 , 𝑏2 + 𝑐2 , 𝑏3 + 𝑐3 , … , 𝑏𝑛 + 𝑐𝑛 )
= (𝑎1 + 𝑏1 + 𝑐1 , 𝑎2 + 𝑏2 + 𝑐2 , 𝑎3 + 𝑏3 + 𝑐3 , … , 𝑎𝑛 + 𝑏𝑛 + 𝑐𝑛 )

Karena pada bilangan Real berlaku sifat assosiatif maka :

(𝐴 ∗ 𝐵) ∗ 𝐶 = ((𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 , … , 𝑎𝑛 ) + (𝑏1 , 𝑏2 , 𝑏3 , … , 𝑏𝑛 )) + (𝑐1 , 𝑐2 , 𝑐3 , … , 𝑐𝑛 )

= (𝑎1 + 𝑏1 , 𝑎2 + 𝑏2 , 𝑎3 + 𝑏3 , … , 𝑎𝑛 + 𝑏𝑛 ) + (𝑐1 , 𝑐2 , 𝑐3 , … , 𝑐𝑛 )
= (𝑎1 + 𝑏1 + 𝑐1 , 𝑎2 + 𝑏2 + 𝑐2 , 𝑎3 + 𝑏3 + 𝑐3 , … , 𝑎𝑛 + 𝑏𝑛 + 𝑐𝑛 )
Aksioma 3 :Sifat Identitas
∃ 𝑒 ∈ 𝑅 𝑛 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 ∋ 𝐴 ∗ 𝑒 = 𝑒 ∗ 𝐴 = 𝐴, ∀ 𝐴 ∈ 𝑅 𝑛
Pilih 𝑒 = (0,0,0, … ,0) ∈ 𝑅 𝑛
Ambil sembarang 𝐴 = (𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 , … , 𝑎𝑛 ) ∈ 𝑅 𝑛
𝐴 ∗ 𝑒 = (𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 , … , 𝑎𝑛 ) + (0,0,0, … ,0)
= (𝑎1 + 0, 𝑎2 + 0, 𝑎3 + 0, … , 𝑎𝑛 + 0)
= (𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 , … , 𝑎𝑛 ) = 𝐴
𝑒 ∗ 𝐴 = (0,0,0, … ,0) + (𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 , … , 𝑎𝑛 )
= (0 + 𝑎1 , 0 + 𝑎2 , 0 + 𝑎3 , … ,0 + 𝑎𝑛 )
= (𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 , … , 𝑎𝑛 ) = 𝐴
Aksioma 4 :Sifat Invers
∀ 𝐴 ∈ 𝑅 𝑛 , ∃ 𝐴−1 ∈ 𝑅 𝑛 ∋ 𝐴 ∗ 𝐴−1 = 𝐴−1 ∗ 𝐴 = 𝑒
Pilih 𝐴−1 = (−𝑎1 , −𝑎2 , −𝑎3 , … , −𝑎𝑛 ) ∈ 𝑅 𝑛
Ambil sembarang 𝐴 = (𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 , … , 𝑎𝑛 ) ∈ 𝑅 𝑛
𝐴 ∗ 𝐴−1 = (𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 , … , 𝑎𝑛 ) + (−𝑎1 , −𝑎2 , −𝑎3 , … , −𝑎𝑛 )
= (𝑎1 −𝑎1 , 𝑎2 − 𝑎2 , 𝑎3 − 𝑎3 , … , 𝑎𝑛 − 𝑎𝑛 )
= (0,0,0, … ,0) = 𝑒
𝐴−1 ∗ 𝐴 = (−𝑎1 , −𝑎2 , −𝑎3 , … , −𝑎𝑛 ) + (𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 , … , 𝑎𝑛 )
= (−𝑎1 + 𝑎1 , −𝑎2 + 𝑎2 , −𝑎3 + 𝑎3 , … , −𝑎𝑛 + 𝑎𝑛 )
= (0,0,0, … ,0) = 𝑒
Defenisi B-9
T(R²) didefenisikan sebagai himpunan dari suatu translasi di R² dinotasikan sebagai berikut
: T(R²) = Ta ,b a, b  R .

Didefenisikan Ta ,b : R 2 T a ,b x, y   x  a, y  b dan Ta ,b Tc ,d  Tac ,bd

Dapat ditunjukkan bahwa < T(R²),  > merupakan grub dengan unsur identitas adalah To ,o dan

T a , b unsur invers dari Ta,b Aksioma yang lain diserahkan pada pembaca.

Tabel 2.4. Rangkuman beberapa contoh grub

(Dikutip dari buku Gallian, 1998)

Group Operation Identity Form of Element Inverse Abelian


Z Addition 0 k -k Yes
Q Multiplication 1 m n Yes
n m
m,n>0
Zn Addition Mod n 0 k n-k Yes

R Multiplication 1 x 1 Yes
x
GL(2,F) Matrix 1 0  a b   d b  No
0 1  c d   ad  bc ad  bc 
Multiplication      c a 
 
ad-bc≠0  ad  bc ad  bc 
U (n) Multiplication 1 k, ged (k,n)=1 Solution to kx=1 Yes
Mod n mod n
Rn Componentwise (0,0,....,0) a1 , a 2 ,...., a n   a1 ,a 2 ,....,a n  Yes
Addition
SL(2,F) Matrix 1 0  a b   d  b No
0 1  c d   c a 
Multiplication      
ad-bc=1
Dn Composition R0 Ra , L R360 a , L No
Catatan :

Khusus untuk Dn keterangan lanjutan ada pada grup permutasi yang dibahas khusus pada kegiatan
belajar berikut.

1. Dalam soal berikut ini manakah yang memenuhi operasi biner, sifat komutatif, dan sifat
assosiatif, jika diberikan himpunan dan operasinya (beri penjelasan)

a. 𝑎 ∗ 𝑏 = 𝑎 − 𝑏, ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝑍

b. 𝑎 ∗ 𝑏 = 𝑎𝑏 + 1, ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝑄

c. 𝑎 ∗ 𝑏 = 𝑎𝑏/2, ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝑄

d. 𝑎 ∗ 𝑏 = 2𝑎𝑏 , ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝑍 +

Penyelesaian :

a. 𝑎 ∗ 𝑏 = 𝑎 − 𝑏, ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝑍

ambil sembarang a = 2 dan b = 3 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑍

𝑎 ∗ 𝑏 = 𝑎 − 𝑏 = 2 − 3 = −1 ∈ 𝑍 merupakan operasi biner

b. 𝑎 ∗ 𝑏 = 𝑎𝑏 + 1, ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝑄

ambil sembarang a = 2 dan b = 3

𝑎 ∗ 𝑏 = 𝑎𝑏 + 1 = 2.3 + 1 = 7

𝑏 ∗ 𝑎 = 1 + 𝑎𝑏 = 1 + 2.3 = 7

Maka operasi 𝑎 ∗ 𝑏 = 𝑎𝑏 + 1, ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝑄 memenuhi sifat komutatif

c. 𝑎 ∗ 𝑏 = 𝑎𝑏/2, ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝑄

Ambil sembarang a = 2 dan b = 3 dan c = 4


(𝑎 ∗ 𝑏) ∗ 𝑐 = 𝑎 ∗ (𝑏 ∗ 𝑐)

𝑎𝑏 𝑏𝑐
∗𝑐 =𝑎∗
2 2

2.3 3.4
∗𝑐 = 𝑎∗
2 2

3∗4 =2∗6

3.4 2.6
=
2 2

6=6

Maka 𝑎 ∗ 𝑏 = 𝑎𝑏/2, ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝑄 memenuhi sifat assosiatif

d. 𝑎 ∗ 𝑏 = 2𝑎𝑏 , ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝑍 +

Memenuhi sifat komutatif karena

𝑎∗𝑏 =𝑏∗𝑎

2𝑎𝑏 = 2𝑏𝑎

2. Buktikan bahwa jika operasi * merupakan operasi biner yang memenuhi sifat komutatif dan
assosiatif pada S maka dipenuhi ;

(𝑎 ∗ 𝑏) ∗ (𝑐 ∗ 𝑑) = [(𝑑 ∗ 𝑐) ∗ 𝑎] ∗ 𝑏, ∀𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑑 ∈ 𝑆

Penyelesaian :

(𝑎 ∗ 𝑏) ∗ (𝑐 ∗ 𝑑) = [(𝑑 ∗ 𝑐) ∗ 𝑎] ∗ 𝑏

Dengan sifat komutatif dan assosiatif terhadap bahwa.

(𝑎 ∗ 𝑏) ∗ (𝑑 ∗ 𝑐) = (𝑑 ∗ 𝑐) ∗ (𝑎 ∗ 𝑏)

Misalkan 𝑏 ∗ 𝑎 = 𝑎 dan 𝑑 ∗ 𝑐 = 𝑏

terpenuhi sifat kanselasi


𝑎𝑏 = 𝑏𝑎

Maka operasi * merupakan operasi biner yang memenuhi sifat komutatif dan assosiatif pada S
maka dipenuhi ;

(𝑎 ∗ 𝑏) ∗ (𝑐 ∗ 𝑑) = [(𝑑 ∗ 𝑐) ∗ 𝑎] ∗ 𝑏, ∀𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑑 ∈ 𝑆

3. Buktikan bahwa setiap operasi biner dengan satu elemen memenuhi sifat komutatif dan
assosiatif

Penyelesaian :

4. Buktikan atau beri contoh penyangkalnya dari pernyataan berikut ini:

a. operasi komposisi fungsi memenuhi sifat komutatif

b. operasi komposisi fungsi memenuhi sifat assosiatif

c. * dan * merupakan operasi biner pada S maka buktikan :

𝑎 ∗ (𝑏 ∗ 𝑐) = (𝑎 ∗ 𝑏) ∗ (𝑎 ∗ 𝑐), ∀𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑑 ∈ 𝑆

Penyelesaian :

5. Berikut ini manakah yang membentuk grup. Jika tidak membentuk grup tunjukkan aksioma
mana yang tidak berlaku?

a. 𝐺 = himpunan semua bilangan bulat, dengan 𝑎 ∗ 𝑏 = 𝑎 − 𝑏, ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺

b. 𝐺 = himpunan semua bilangan real tanpa nol dengan 𝑎 ∗ 𝑏 = 𝑎𝑏, ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺

Penyelesaian:

a. G merupakan himpunan semua bilangan bulat. Dengan 𝑎 ∗ 𝑏 = 𝑎 − 𝑏, ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺 bukan


merupakan grup. Karena salah satu hukum yang harus dipenuhi untuk suatu himpunan dapat
dikatakan grup tidak terpenuhi untuk himpunan bilangan bulat G terhadap operasi -.
Pembuktiannya.
Ambil 7, dan 8 bilangan bulat. Maka jika dua bilangan bulat dioperasikan maka 7-8=-1 merupakan
bagian dari himpunan bilangan bulat juga. Tetapi jika dioperasi sebaliknya 8-7=1 sehingga tidak
memenuhi hukum assosiatif.

b. G merupakan himpunan semua bilangan real tanpa nol. Dengan 𝑎 ∗ 𝑏 = 𝑎𝑏, ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺

 Aksioma pertama (Hukum tertutup) terpenuhi karena 𝑎 ∗ 𝑏∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺. Misalkan kita ambil
a = 4 dan b = 5 maka a*b tetap berada di G
 Aksioma kedua (Hukum assosiatif) terpenuhi : karena 𝑎 ∗ 𝑏 ∗ 𝑐 = 𝑎 ∗ (𝑏 ∗ 𝑐) ∀𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ 𝐺.
Ambil a = 4, b = 5 dan c = 6. maka terhadap operasi perkalian = (4.5.6) = 4*(5*6) = 120
 Aksioma Ketiga (Identitas) : terdapat suatu anggota 𝑒 ∈ 𝐺 sehingga e * x = x*e = x.
Terpenuhi karena 1*4=4*1=4. maka elemen identitas nya ialah 1.
1 1
 Aksioma keempat (Invers) terpenuhi karena 𝑎. 𝑎 = 𝑎 . 𝑎 = 1

Maka dapat disimpulkan bahwa G Himpunan semua bilangan real tanpa nol merupakan grup untuk
operasi perkalian. 𝑎 ∗ 𝑏 = 𝑎𝑏, ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺

6. Jika G grup, buktikan pernyataan-pernyataan berikut ini:

a. Jika ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺 berlaku 𝑎−1 = 𝑏 −1 maka 𝑎 = 𝑏

b. Jika ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺 berlaku (𝑎𝑏)−1 = 𝑎−1 𝑏 −1 maka G grup abel

c. (𝑎 ∗ 𝑏)−1 = 𝑏 −1 𝑎−1 , ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺

d. ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺 persamaan 𝑥 ∗ 𝑎 ∗ 𝑥 ∗ 𝑏 ∗ 𝑎 = 𝑥 ∗ 𝑏 ∗ 𝑐 memiliki penyelesaian tunggal

Penyelesaian:

a. Jika ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺 berlaku 𝑎−1 = 𝑏 −1 maka 𝑎 = 𝑏

b. Misal a dan b unsur dari grup G. (𝑎𝑏)−1 = 𝑎−1 𝑏 −1 maka G abelian

Bukti : ambil 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺 dengan (𝑎𝑏)−1 = 𝑎−1 𝑏 −1. akan ditunjukkan bahwa G abelian

(𝑎𝑏)(𝑎𝑏)−1 = 𝑒
𝑎𝑏𝑎−1 𝑏 −1 = 𝑒

𝑎. 𝑏. 𝑎 −1 (𝑏 −1 𝑏) = 𝑒𝑏

𝑎. 𝑏. 𝑎−1 𝑒 = 𝑏

𝑎. 𝑏. 𝑒 = 𝑏𝑎

𝑎𝑏 = 𝑏𝑎

Akan ditunjukkan (𝑎𝑏)−1 = 𝑎−1 𝑏 −1

(𝑎𝑏)−1 = 𝑏 −1 𝑎−1 = 𝑎−1 𝑏 −1

Sehingga terbukti bahwa ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺 berlaku (𝑎𝑏)−1 = 𝑎−1 𝑏 −1 maka G merupakan Grup abelian

c. 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺 maka (𝑎 ∗ 𝑏) ∈ 𝐺 sehingga (𝑎 ∗ 𝑏)−1 ∈ 𝐺 dan (𝑎 ∗ 𝑏) ∗ (𝑎 ∗ 𝑏)−1 = 𝑎 .... (i)

Sifat assosiatif : (𝑎 ∗ 𝑏) ∗ (𝑏 −1 ∗ 𝑎−1 ) = (𝑎 ∗ (𝑏 ∗ 𝑏 −1 )) ∗ 𝑎−1 = (𝑎 ∗ 𝑒) ∗ 𝑎−1 = 𝑎 ∗ 𝑎−1 = 𝑒

Jadi (𝑎 ∗ 𝑏) ∗ (𝑏 −1 ∗ 𝑎−1 ) = 𝑒 .... (ii)

Dari (i) dan (ii) disimpulkan bahwa

(𝑎 ∗ 𝑏) ∗ (𝑎 ∗ 𝑏)−1 = (𝑎 ∗ 𝑏) ∗ (𝑏 −1 ∗ 𝑎−1 )

Dengan sifat kanselasi di dapat (𝑎 ∗ 𝑏)−1 = (𝑏 −1 ∗ 𝑎−1 )

d.

7. 𝑆 = 𝑅 − {1} didefinisikan operasi * pada S sebagai berikut: 𝑎 ∗ 𝑏 = 𝑎 + 𝑏 − 𝑎𝑏, ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝑆

a. Buktikan bahwa operasi * merupakan operasi biner pada S

b. Buktikan 〈𝑆,∗〉 merupakan grup

c. Hitunglah x dari persamaan 2 ∗ 𝑥 ∗ 3 = 7 dalam S

Penyelesaian:
a. S merupakan himpunan bilangan real tidak satu dengan operasi 𝑎 + 𝑏 − 𝑎𝑏. Apakah merupakan
operasi biner pada S. jawabannya ialah iya, S merupakan operasi biner terhadap operasi 𝑎 + 𝑏 −
𝑎𝑏. Pembuktiannya ialah sebagai berikut ;

 𝑆 ≠ ∅ karena ada 2 ∈ 𝑆 maka 𝑆 ≠ ∅


 ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝑆 berlaku 𝑎 + 𝑏 − 𝑎𝑏. Terpenuhi
Ambil sembarang a = 2, b = 3 maka

𝑎 + 𝑏 − 𝑎𝑏 = 2 + 3 − 2.3 = 6 − 6 = 0

Tetapi jika kita ambil sembarang a = 4 dan b = 5 maka

𝑎 + 𝑏 − 𝑎𝑏 = 4 + 5 − 4.5 = 9 − 20 = −11

Hasil yang ditunjukkan ialah 0 ∈ 𝑆, sementara itu −11 ∉ 𝑆. Sehingga terlihat bahwa ∃𝑎, 𝑏 ∉
𝑆. Maka dapat disimpulkan bahwa S himpunan bilangan real tidak satu 𝑆 = 𝑅 − {1} dengan
operasi 𝑎 + 𝑏 − 𝑎𝑏 merupakan operasi biner

b. . 𝑆 = 𝑅 − {1} dengan operasi 𝑎 + 𝑏 − 𝑎𝑏. Apakah merupakan grup.

 Aksioma pertama (Hukum tertutup) tidak terpenuhi karena ada 𝑎, 𝑏 ∉ 𝑆. Contoh ambil
sembarang a = 4 dan b = 5 maka. 𝑎 + 𝑏 − 𝑎𝑏 = 4 + 5 − 4.5 = −11 bukan merupakan
elemen dari S. maka aksioma ini tidak terpenuhi.

Karena salah satu dari keempat aksioma untuk dapat dikatakan sebagai grup tidak terpenuhi maka
𝑆 = 𝑅 − {1} dengan operasi 𝑎 + 𝑏 − 𝑎𝑏 bukan merupakan grup

c. 2 ∗ 𝑥 ∗ 3 = 7 dalam S

2∗𝑥∗3= 7

(2 ∗ 𝑥) ∗ 3 = 2 ∗ 𝑥 ∗ 3

2 ∗ (𝑥 ∗ 3) = 2 ∗ (𝑥 ∗ 3)

2 ∗ (𝑎 + 𝑏 − 𝑎𝑏) = 2 ∗ (𝑎 + 𝑏 − 𝑎𝑏)

2 ∗ (𝑥 + 3 − 3𝑥) = 2 ∗ (𝑥 + 3 − 3𝑥) = 7
2 + (𝑥 + 3 − 3𝑥) − 2(𝑥 + 3 − 3𝑥) = 7

2 + (3 − 2𝑥) − 2(3 − 2𝑥) = 7

5 − 2𝑥 − (6 − 4𝑥) = 7

−1 + 2𝑥 = 7

8
Maka 𝑥 = 2 = 4

8. 𝐺 = {2, 4, 8} dengan operasi perkalian modulo 14. selidiki apakah 〈𝐺,∗〉 membentuk grup
komutatif ?

Penyelesaian :

Tabel Cayley himpunan 𝑧14

∗ 𝑚𝑜𝑑 14 2 4 8
2 4 8 2
4 8 2 4
8 2 4 8
Dengan melihat tabel diatas diperoleh :

 Aksioma pertama (sifat tertutup) dipenuhi karena semua operasi pada himpunan 𝑧14
 Aksioma kedua (sifat asosiatif) pada perkalian modulo 14 dipenuhi pada bilangan bulat,
karenanya 𝑧14 juga dipenuhi
 Aksioma ketiga (Unsur Identitas) dipenuhi :

G terhadap operasi perkalian modulo 14 mempunyai elemen identitas yaitu 8

Bukti : 2 × 6 = 16 ≡ 2(𝑚𝑜𝑑14); 4 × 8 = 32 ≡ 4(𝑚𝑜𝑑14); 8 × 8 = 64 ≡ 8(𝑚𝑜𝑑14)

𝑎 × 𝑒 = 𝑎 e adalah elemen identitas dari G. Jadi 8 merupakan elemen identitas dari operasi
perkalian modulo 14.

 Aksioma keempat (Unsur Invers) dipenuhi yaitu


2, 4, 8 ∈ 𝐺 ada 2−1 , 4−1 , 8−1 anggota G sedemikian hingga 𝑎 × 𝑎−1 = 𝑒, 𝑒 = 8
𝑎 × 𝑎−1 = 8
2−1 = 4
4−1 = 2
8−1 = 8
Terbukti bahwa untuk setiap anggota G mempunyai inves terhadap perkalian modulo 14.
Jadi 〈𝐺,∗〉 merupakan suatu grup
〈𝐺,∗〉 adalah suatu grup abelian (grup komutatif)
Bukti : 2, 4, 8 ∈ 𝐺
2 × 4 = 4 × 2 = 8(𝑚𝑜𝑑 14)
4 × 8 = 8 × 4 = 4(𝑚𝑜𝑑 14)
2 × 8 = 8 × 2 = 2(𝑚𝑜𝑑 14)
∴ 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘𝑡𝑖 𝑏𝑎ℎ𝑤𝑎 〈𝐺,∗〉 merupakan grup abelian

9. Ditentukan himpunan 𝐺 = {𝐴, 𝐵, 𝐶, 𝐷} dimana :

−1 0 0 1 1 0 0 −1
𝐴=[ ]; 𝐵 = [ ]; 𝐶 = [ ]; 𝐷 = [ ]
0 −1 −1 0 0 1 1 0

Tunjukkan bahwa G dengan operasi perkalian matriks merupakan grup, apakah grup komutatif?

Penyelesaian :

10. Jika G grup yang berhingga dengan jumlah unsurnya adalah genap dan unsur identitas adalah
e. Buktikan bahwa terdapat 𝑎 ∈ 𝐺 ∋ 𝑎 ∗ 𝑎 = 𝑒

Penyelesaian:

11. Jika ∗adalah operasi biner pada S, suatu unsur 𝑥 ∈ 𝑆 dikatakan idempotent jika 𝑥 ∗ 𝑥 = 𝑥.
Buktikan pada sembarang grup mempunyai tepat satu unsur idempotent

Penyelesaian:

Elemen 𝑥 ∈ 𝑆 disebut unsur idempotent di S jika berlaku 𝑠 2 = 𝑠. Jelas bahwa x adalah elemen
idempoten dalam S, karena berlaku 𝑥 2 = 𝑥. Jadi dapat disimpulkan bahwa banyak unsur idemoten
di A hanya ada satu unsur.
12. Buktikan bahwa setiap grup G dengan unsur identitas e dan berlaku 𝑥 ∗ 𝑥 = 𝑒, ∀𝑥 ∈ 𝐺 maka
G grup abel

Penyelesaian:

13. Tunjukkan bahwa jika (𝑎 ∗ 𝑏)2 = 𝑎2 ∗ 𝑏 3

Penyelesaian :

Suatu grup 〈𝐺,∗〉 disebut abelian atau komutatif jika dan hanya jika berlaku 𝑎 ∗ 𝑏 = 𝑏 ∗ 𝑎, ∀𝑎, 𝑏 ∈
𝐺

1. Ambil 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺; (𝑎 ∗ 𝑏)2 = 𝑎2 ∗ 𝑏 2

(𝑎 ∗ 𝑏)2 = 𝑎2 ∗ 𝑏 2

(𝑎𝑏)(𝑎𝑏) = 𝑎𝑎𝑏𝑏

𝑎𝑏𝑎(𝑏𝑏 −1 ) = 𝑎𝑎𝑏(𝑏𝑏 −1 )

𝑎𝑏𝑎 = 𝑎𝑎𝑏

(𝑎𝑎−1 )𝑏𝑎 = (𝑎𝑎−1 )𝑎𝑏

(𝑒𝑏)𝑎 = (𝑒𝑎)𝑏

𝑏𝑎 = 𝑎𝑏

2. Ambil 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺; dan G abelian

(𝑎𝑏)2 = (𝑎𝑏)(𝑎𝑏)

= 𝑎(𝑏𝑎)𝑏

= 𝑎(𝑎𝑏)𝑏

= (𝑎𝑎)(𝑏𝑏)

= 𝑎2 𝑏 2

Terbukti bahwa (𝑎𝑏)2 = 𝑎2 𝑏 2


∴ 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑢𝑘𝑡𝑖𝑎𝑛 1 𝑑𝑎𝑛 2 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘𝑡𝑖 𝐺 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛

14. Buktikan bahwa U2 pada contoh terdahulu merupakan grup

Penyelesaian :

15. Buktikan bahwa U(12) merupakan grup

Penyelesaian :

Elemen U(12) dengan melihat table Cayle

1 5 7 11
1 1 5 7 11
5 5 1 11 5
7 7 11 1 5
11 11 5 5 1
𝑈(12) = {1,5,7,11}

Berdasarkan table Cayley diperoleh

 Aksioma pertama (sifat tertutup) dipenuhi karena semua hasil operasi ada pada himpunan
𝑈(12)
 Aksioma kedua (sifat assosiatif) pada operasi penjumlahan b
 Aksioma ketiga (unsur identitas) terpenuhi
 Aksioma keempat (unsur invers) terpenuhi yaitu
1−1 = 1; 5−1 = 5; 7−1 = 7; 11−1 = 11
 Sifat komutatif dipenuhi hal ini dapat dilihat dari unsur-unsurnya simetris terhadap
diagonal utamanya.
16. tunjukkan bahwa {5, 15, 25, 35} merupakan grup terhadap operasi perkalian modulo 40.
hubungan apakah grup diatas dengan U(8)

Penyelesaian :

𝑧40 ≠ ∅ (dari definisi)

Karena anggota dari 𝑧40 berhinggga maka hasil operasi dapat dilihat pada tabel cayley

× 𝑚𝑜𝑑 40 5 15 25 35
5 25 35 5 15
15 35 25 15 5
25 5 15 25 35
35 15 5 35 25
Dengan melihat tabel diatas diperoleh :

 Aksioma pertama (sifat tertutup) dipenuhi karena semua hasil operasi ada pada himpunan
𝑧40
 Aksioma kedua (sifat assosiatif) pada perkalian modulo 40 dipenuhi karena pada bilangan
bilat. Karenanya 𝑧40 juga dipenuhi
 Aksioma ketiga (unsur identitas) dipenuhi :
∃ 5 ∈ 𝐺 sebagai unsur identitas ∀𝑎 ∈ 𝑧40 dipenyhi. Sehingga elemen identitasnya ialah 25
 Aksioma keempat (unsur invers) dipenuhi.

Maka himpunan {5, 15, 25, 35} merupakan grup terhadap operasi perkalian modulo 40.

Hubungan nya dengan U(8) ialah baik U(40) dan U(8) masing masing memiliki 4 anggota yakni
𝑈(40) = {5, 15, 25, 35} dan U(8) 𝑈(8) = {1, 3, 5, 7}. sehingga elemen U(40) merupakan 5 kali
elemen U(8)

17. Berikan contoh grup dengan 42 elemen

Penyelesaian:

18. {1, 9, 16, 22, 53, 74, 79,81} merupakan 8 dari 9 bilangan yang membentuk sebuah grup
terhadap operasi perkalian modulo 91. Tentukan bilangan yang ke-9.
Penyelesaian :

Untuk dapat menemukan bilangan yang ke-9 kita dapat menggunakan tabel Cayley

Mod 91 1 9 16 22 53 74 79 81
1 1 9 16 22 53 74 79 81
9 9 81 53 16 22 𝟐𝟗 74 1
16 16 53 74 79 𝟐𝟗 1 81 22
22 22 16 79 𝟐𝟗 74 81 9 1
53 53 22 𝟐𝟗 74 79 9 1 16
74 74 𝟐𝟗 1 81 9 16 22 79
79 79 74 81 9 1 22 53 𝟐𝟗
81 81 1 22 1 16 79 𝟐𝟗 9

Maka dari tabel Cayley diatas bilangan yang ke-9 ialah 29.

19. Bilangan 5 dan 15 merupakan dua bilangan dari 12 bilangan yang membentuk grup terhadap
operasi perkalian modulo 56. Daftarkan bilangan yang lain.

Penyelesaian :

{5,15, 𝑥1 , 𝑥2 , 𝑥3 , 𝑥4 , 𝑥5 , 𝑥6 , 𝑥7 , 𝑥8 , 𝑥9 , 𝑥10 } ∈ 𝐺 ( adalah Grup). Untuk mendapatkan 10 bilangan


yang lainnya adalah dengan menggunakan table cayley.

Mod 5 15 1 19 25 9 13 23 27 39 3 45
56
5 25 19 5 39 13 45 9 3 23 27 15 1
15 19 1 15 5 39 23 27 9 13 25 45 3
1 5 15 1 19 25 9 13 23 27 39 3 45
19 39 5 19 25 27 3 23 45 9 13 1 15
25 13 39 25 27 9 1 45 15 3 23 19 5
9 45 23 9 3 1 25 5 39 19 39 27 13
13 9 27 13 23 45 5 1 19 15 3 39 25
23 3 9 23 45 15 39 19 25 5 1 13 27
27 23 13 27 9 3 19 25 5 1 45 25 39
39 27 25 39 13 23 29 3 1 45 9 5 19
3 15 45 3 1 19 27 39 13 25 5 9 23
45 1 3 45 15 5 13 25 27 39 19 23 9

Berdasarkan table Cayley diatas maka 10 bilangan lainnya ialah {1, 19, 25, 13, 23, 27, 39, 3, 45}.
Sehingga himpunan 12 bilangan yang membentuk grup terhadap operasi perkalian modulo 56 ialah
{1, 3, 5, 13, 15, 19, 23, 25, 27, 39, 45}

1 3
20. Tentukan invers perkalian dari unsur 𝐴 = [ ] dalam 𝑧7
5 6

Penyelesaian :

1 3
𝐴=[ ] 𝐷𝑒𝑡(𝐴) = (1)(6) − (3)(5) = −9 ≡ 5(𝑚𝑜𝑑 7)
5 6

𝑎 𝑏 1 𝑑 −𝑏
𝐴=[ ] invers dari A adalah 𝐴−1 = det(𝐴) [ ]
𝑐 𝑑 −𝑐 𝑎

Invers dari 5 adalah 3. Karena 5 × 3 = 15 ≡ 1(𝑚𝑜𝑑 7) sehingga :

1
=3
det(𝐴)

1 𝑑 −𝑏
𝐴−1 = [ ]
det(𝐴) −𝑐 𝑎

6 −3 18 −9
𝐴−1 = 3 [ ]=[ ] (𝑚𝑜𝑑 7)
−5 1 −15 3

Maka

4 5
𝐴−1 = [ ]
6 3

4 5 1 3
Jika kita buktikan apakah 𝐴−1 = [ ] merupakan invers dari 𝐴 = [ ]
6 3 5 6
𝐴. 𝐴−1 = 𝐼

1 3 4 5 1 0
[ ][ ]=[ ]
5 6 6 3 0 1

4 + 18 5+9 1 0
[ ]=[ ]
20 + 36 25 + 18 0 1

22 14 1 0
[ ] (𝑚𝑜𝑑 7) = [ ]
56 43 0 1

1 0 1 0
[ ]=[ ]
0 1 0 1

4 5 1 3
Terbukti bahwa 𝐴−1 = [ ] adalah invers dari 𝐴 = [ ] dalam 𝑧7
6 3 5 6

21. G sebuah grup dengan sifat berikut: Jika a, b, dan c didalam G dan 𝑎𝑏 = 𝑐𝑎 maka 𝑏 = 𝑎
buktikan bahwa g adalah abelian

Penyelesaian :

Andaikan 𝑎𝑏 ≠ 𝑐𝑎 maka 𝑏 ≠ 𝑐. Ini menunjukkan bahwa 𝑎𝑏 ≠ 𝑏𝑎. Ini kontradiksi dengan


pernyataan 𝑎𝑏 = 𝑐𝑎 Maka 𝑏 = 𝑐 sehingga 𝑎𝑏 = 𝑏𝑎

∴ 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘𝑡𝑖 𝑏𝑎ℎ𝑤𝑎 𝐺 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 𝐺𝑟𝑢𝑝 𝐴𝑏𝑒𝑙𝑖𝑎𝑛

22. Berikut ini merupakan tabel grup. Isikanlah elemen pada tempat yang kosong

E a b c d
e E a b c d
a A b c d e
b B c d e a
c C d e a b
d D e a b c

23. Ambil a, dan b elemen dari grup abelian dan ambil 𝑛 ∈ 𝑍. Tunjukkan bahwa (𝑎𝑏)𝑛 = 𝑎𝑛 𝑏 𝑛 .
Apakah ini benar untuk grup yang bukan abelian

Penyelesaian :
 Ambil sembarang ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺

(𝑎1 𝑏1 )𝑛 ∈ 𝐺 tertutup

 Ambil ∀𝑎1 , 𝑎2 𝑎3 ∈ 𝐺

(𝑎1 𝑎2 )𝑛 𝑎3 𝑛 = 𝑎1 𝑛 𝑎2 𝑛 𝑎3 𝑛

𝑎1 𝑛 (𝑎2 𝑎3 )𝑛 = 𝑎1 𝑛 𝑎2 𝑛 𝑎3 𝑛

(𝑎1 𝑎2 )𝑛 𝑎3 𝑛 = 𝑎1 𝑛 (𝑎2 𝑎3 )𝑛

 Ambil 1 ∈ 𝐺

(𝑎. 1)𝑛 = 𝑎𝑛 1𝑛 = 𝑎𝑛 memiliki elemen e = 1

 Ambil 𝑎−1 ∈ 𝐺 ∀𝑎 ∈ 𝐺 ∋ 𝑎−1 ∈ 𝐺

(𝑎. 𝑎−1 )𝑛 = 𝑎𝑛 . 𝑎 −𝑛 = 1 = 𝑒 mempunyai invers

 Sifat komutatif

𝑎𝑏 = 𝑏𝑎

𝑎𝑛 𝑏 𝑛 = 𝑏 𝑛 𝑎𝑛

𝑎𝑛 𝑏 𝑛 𝑏 −𝑛 = 𝑏 𝑛 𝑎𝑛 𝑏 −𝑛

𝑏 −𝑛 𝑏 𝑛 𝑎𝑛 = 𝑏 𝑛 𝑎𝑛 𝑏 −𝑛

𝑏 −𝑛 (𝑏 𝑛 𝑎𝑛 ) = (𝑏 𝑛 𝑎𝑛 )𝑏 −𝑛

Missal : 𝑏 −𝑛 = 𝑎 dan 𝑏 𝑛 𝑎𝑛 = 𝑏 maka terbukti

𝑎𝑏 = 𝑏𝑎 (terpenuhi sifat komutatif)

Jadi G adalah grup abelian.

24. Jika 𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 , … . , 𝑎𝑛 ∈ 𝐺 (G grup), apakah inverse dari (𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 , … . , 𝑎𝑛 ∈)

Penyelesaian :

25. 𝑃 = {𝑝 ∈ 𝑄| 𝑝 = 3𝑚 6𝑛 , 𝑚, 𝑛 ∈ 𝑍} dengan operasi perkalian, buktikan merupakan grup.


Penyelesaian :

Missal 𝑎 = 3𝑚 6𝑛 , 𝑏 = 3𝑘 6𝑙

 Tertutup karena

𝑎. 𝑏 = 3𝑚 6𝑛 . 3𝑘 6𝑙 = 3𝑚+𝑘 6𝑛+𝑙

𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑚 + 𝑘 ∈ 𝑍 dan 𝑛 + 𝑙 ∈ 𝑍

 Asosiatif karena

(𝑎. 𝑏)𝑐 = 𝑎(𝑏. 𝑐)

(𝑎. 𝑏)𝑐 = (3𝑚 6𝑛 . 3𝑘 6𝑙 ). 3𝑝 6𝑞 = 3𝑚+𝑘+𝑝 6𝑛+𝑙+𝑞

𝑎(𝑏. 𝑐) = 3𝑚 6𝑛 (3𝑘 6𝑙 . 3𝑝 6𝑞 ) = 3𝑚+𝑘+𝑝 6𝑛+𝑙+𝑞

Jadi
(𝑎. 𝑏)𝑐 = 𝑎(𝑏. 𝑐) = 3𝑚+𝑘+𝑝 6𝑛+𝑙+𝑞

 Memiliki unsur identitas yaitu


𝑎𝐼 = 𝑎
3𝑚 6𝑛 𝐼 = 3𝑚 6𝑛
3𝑚 6𝑛
𝐼 = 𝑚 𝑛 = 30 60
3 6

Jadi terbukti bahwa semua bilangan rasional 3𝑚 6𝑛 ; dimana m dan n adalah bilangan bulat yaitu
grup dibawah operasi perkalian.

𝑎 𝑎
26. Ambil 𝐺 = { [ ] | 𝑎 ∈ ℝ, 𝑎 ≠ 0}. Tunjukkan bahwa G dibawah perkalian matriks
𝑎 𝑎
merupakan grup

Penyelesaian :

𝑎 𝑎
𝐺 = {[ ] | 𝑎 ∈ ℝ, 𝑎 ≠ 0}
𝑎 𝑎

Agar G, grup maka harus memenuhi 5 hal berikut :

 𝐺≠0
𝑎 𝑎
Karena ada [ ] dimana 𝑎 ∈ ℝ, 𝑎 ≠ 0 maka 𝐺 ≠ 0 terbukti
𝑎 𝑎

 Tertutup pada operasi perkalian

𝑎1 𝑎1
Ambil 𝐴 = [𝑎 𝑎1 ] ∈ 𝐺, ∀𝑎 ∈ ℝ
1

𝑎2 𝑎2
𝐵 = [𝑎 𝑎2 ] ∈ 𝐺, ∀𝑎 ∈ ℝ
2

Tunjukkan bahwa 𝐴 × 𝐵 ∈ 𝐺

𝑎1 𝑎1 𝑎2 𝑎2
𝐴 × 𝐵 = [𝑎 𝑎1 ] [𝑎2 𝑎2 ]
1

𝑎 𝑎 +𝑎 𝑎 𝑎1 𝑎2 + 𝑎1 𝑎2
𝐴 × 𝐵 = [𝑎1 𝑎2 + 𝑎1 𝑎2
1 2 1 2 𝑎1 𝑎2 + 𝑎1 𝑎2 ]

2𝑎1 𝑎2 2𝑎1 𝑎2
𝐴×𝐵 =[ ]
2𝑎1 𝑎2 2𝑎1 𝑎2

Karena 𝑎1 , 𝑎2 ∈ ℝ maka terbukti bahwa perkalian matriks G bersifat tertutup

 Bersifat asosiatif

𝑎1 𝑎1
Ambil 𝐴 = [𝑎 𝑎1 ] ∈ 𝐺, ∀𝑎 ∈ ℝ
1

𝑎2 𝑎2
𝐵 = [𝑎 𝑎2 ] ∈ 𝐺, ∀𝑎 ∈ ℝ
2

𝑎3 𝑎3
𝑐 = [𝑎 𝑎3 ] ∈ 𝐺, ∀𝑎 ∈ ℝ
3

Tunjukkan bahwa 𝐴 × (𝐵 × 𝐶) = (𝐴 × 𝐵) × 𝐶

𝑎1 𝑎1 𝑎2 𝑎2 𝑎3 𝑎3 𝑎1 𝑎1 𝑎2 𝑎2 𝑎3 𝑎3
[𝑎 𝑎1 ] × ([ 𝑎2 𝑎2 ] × [ 𝑎3 𝑎3 ]) = ([ 𝑎1 𝑎1 ] × [ 𝑎2 𝑎2 ]) × [𝑎3 𝑎3 ]
1

𝑎1 𝑎1 2𝑎2 𝑎3 2𝑎2 𝑎3 2𝑎 𝑎 2𝑎1 𝑎2 𝑎3 𝑎3


[𝑎 𝑎1 ] × [2𝑎2 𝑎3 ]=[ 1 2 ] × [𝑎 𝑎3 ]
1 2𝑎2 𝑎3 2𝑎1 𝑎2 2𝑎1 𝑎2 3

2𝑎1 𝑎2 𝑎3 + 2𝑎1 𝑎2 𝑎3 2𝑎1 𝑎2 𝑎3 + 2𝑎1 𝑎2 𝑎3 2𝑎 𝑎 𝑎 + 2𝑎1 𝑎2 𝑎3 2𝑎1 𝑎2 𝑎3 + 2𝑎1 𝑎2 𝑎3


[ ]=[ 1 2 3 ]
2𝑎1 𝑎2 𝑎3 + 2𝑎1 𝑎2 𝑎3 2𝑎1 𝑎2 𝑎3 + 2𝑎1 𝑎2 𝑎3 2𝑎1 𝑎2 𝑎3 + 2𝑎1 𝑎2 𝑎3 2𝑎1 𝑎2 𝑎3 + 2𝑎1 𝑎2 𝑎3
4𝑎1 𝑎2 𝑎3 4𝑎1 𝑎2 𝑎3 4𝑎 𝑎 𝑎 4𝑎1 𝑎2 𝑎3
[ ]=[ 1 2 3 ]
4𝑎1 𝑎2 𝑎3 4𝑎1 𝑎2 𝑎3 4𝑎1 𝑎2 𝑎3 4𝑎1 𝑎2 𝑎3

Sehingga terbukti bahwa operasi perkalian G bersifat asosiatif

 Tunjukkan 𝐴 × 𝐼 = 𝐼 × 𝐴

𝑎1 𝑎1 1 0 1 0 𝑎1 𝑎1
[𝑎 𝑎1 ] [0 1] = [0 1] [𝑎1 𝑎1 ]
1

𝑎1 𝑎1 𝑎1 𝑎1
[𝑎 𝑎1 ] = [𝑎1 𝑎1 ]
1

1 0
Terbukti bahwa 𝐼 = [ ] ∈ 𝐺, ∀𝐴 ∈ 𝐺 berlaku 𝐴 × 𝐼 = 𝐼 × 𝐴
0 1

 Ada 𝐴−1 ∈ 𝐺, ∀𝐴 ∈ 𝐺 berlaku 𝐴. 𝐴−1 = 𝐴−1 . 𝐴 = 𝐼

𝑎1 𝑎1
Ambil 𝐴 = [𝑎 𝑎1 ] ∈ 𝐺, ∀𝑎 ∈ ℝ
1

𝐷𝑒𝑡(𝐴) = (𝑎1 𝑎1 ) − (𝑎1 𝑎1 ) = 0

Karena determinan A = 0 maka A tidak memiliki invers

∴ 𝐺 𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑟𝑢𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑔𝑟𝑢𝑝 𝑝𝑒𝑟𝑘𝑎𝑙𝑖𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑡𝑟𝑖𝑘𝑠.

3 7
27. Tentukan invers perkalian dari unsur 𝐴 = [ ] dalam 𝑧13
4 6

Penyelesaian :

3 7
𝐴=[ ] 𝐷𝑒𝑡(𝐴) = (3)(6) − (7)(4) = 10
4 6

𝑎 𝑏 1 𝑑 −𝑏
𝐴=[ ] invers dari A adalah 𝐴−1 = det(𝐴) [ ]
𝑐 𝑑 −𝑐 𝑎

10𝑥 = 13𝑦 + 1, maka 𝑥 = 4 dan 𝑦 = 3. sehingga Invers dari 10 adalah 4. Karena (10 𝑚𝑜𝑑 13) ≡
4 sehingga :

1
=4
det(𝐴)

1 𝑑 −𝑏
𝐴−1 = [ ]
det(𝐴) −𝑐 𝑎
6 −7 24 −28
𝐴−1 = 4 [ ]=[ ] (𝑚𝑜𝑑 13)
−4 3 −16 12

Maka

11 11
𝐴−1 = [ ]
10 12

11 11 3 7
Jika kita buktikan apakah 𝐴−1 = [ ] merupakan invers dari 𝐴 = [ ]
10 12 4 6

𝐴. 𝐴−1 = 𝐼

3 7 11 11 1 0
[ ][ ] =[ ]
4 6 10 12 0 1

33 + 70 33 + 84 1 0
[ ]=[ ]
44 + 60 44 + 72 0 1

103 117 1 0
[ ] (𝑚𝑜𝑑 13) = [ ]
104 116 0 1

1 0 1 0
[ ]=[ ]
0 1 0 1

11 11 3 7
Terbukti bahwa 𝐴−1 = [ ] adalah invers dari 𝐴 = [ ] dalam 𝑧13
10 12 4 6

Anda mungkin juga menyukai