LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI Kelompok 3
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI Kelompok 3
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI Kelompok 3
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
Disusun Oleh :
Kelompok 3
Anggota :
Daftar Isi...................................................................................................................i
Daftar Gambar.........................................................................................................ii
i
DAFTAR GAMBAR
ii
ACARA I
PEMBUATAN MEDIA UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.2.2 Bahan
1. Agar smallow
2. Air
3. Nasi
4. Roti
5. Jagung/Kedelai
6. Jeruk
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
Media adalah suatu bahan yang digunakan untuk menumbuhkan
mikroba yang terdiri atas campuran nutrisi atau zat-zat makanan. Selain
5
untuk menumbuhkan mikroba, media dapat juga digunakan untuk isolasi,
memperbanyak, pengujian sifat-sifat fisiologis dan perhitungan jumlah
mikroba. Media harus mengandung semua kebutuhan untuk pertumbuhan
mikroba, yaitu: sumber energi (contoh: gula), sumber nitrogen, juga ion
inorganik essensial dan kebutuhan yang khusus, seperti vitamin. Nutrient
agar merupakan suatu medium yang berbentuk padat, yang merupakan
perpaduan antara bahan alamiah dan senyawa-senyawa kimia [ CITATION
Fat17 \l 1033 ].
Media adalah suatu substrat untuk menumbuhkan bakteri yang
menjadi padat dan tetap tembus pandang pada suhu inkubasi. Sedangkan
medium adalah suatu bahan nutrisi tempat menumbuhkan bakteri di
laboratorium. Media padat: media yang komposisinya agar 15 % sehingga
setelah dingin media menjadi padat [ CITATION Mad17 \l 1033 ].
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara
lain cawan petri, penjepit, panci, spatula, kompor, gunting, agar smallow,
air, nasi, roti, jagung/kedelai, dan jeruk.
Proses pembuatan media yang pertama yaitu menyiapkan alat dan
bahan, kemudian cuci cawan petri yang akan digunakan hingga bersih dan
setelah itu disterilkan menggunakan alkohol. Selanjutnya media agar
smallow yang telah dicampur dengan air dipanaskan pada suhu ± 100°C
selama ± 5 menit. Kemudian agar yang telah dipanaskan dibekukan di
dalam cawan petri dan ditunggu ± 5 menit agar menjadi padat. Setelah itu,
masukkan berbagai bahan yang akan diamati ( nasi, roti, jagung/kedelai
dan jeruk). Lalu simpan di suhu ruang ± 35° C selama 48 jam dan amati
pertumbuhan jamur.
6
BAB V
KESIMPULAN
7
DAFTAR PUSTAKA
Ernawati, A., & Adipati, Y. C. (2017). Identifikasi Jamur Pada Biji Jagung (Zea
mays L.) Busuk dan Segar yang dijual di Pasar Baru Borong Makassar.
Prosiding Seminar Nasional Biology for Life, 31-34.
Fatmariza, M., Inayati, N., & Rohmi. (2017). Tingkat Kepadatan Media Nutrient
Agar terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus. Jurnal
Analis Medika Bio Sains, 69-73.
Madigan, & dkk. (2017). Brock Biologi Mikroorganisme. 14th edition: Penerbit
Buku kedokteran EGC.
8
ACARA II
MENGAMATI PERTUMBUHAN JAMUR
BAB I
PENDAHULUAN
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
tumbuh optimum pada kelembaban 82-85%, suhu 35-38°C dan pH asam.
Aspergillus flavus tumbuh dengan memproduksi benang filamen bercabang
seperti yang dikenal sebagai hifa yang dikenal sebagai miselium mengeluarkan
enzim yang memecah sumber makanan yang kompleks, kemudian molekul-
molekul yang dihasilkan diserap oleh miselium untuk bahan bakar pertumbuhan
jamur tambahan. Koloni Aspergillus flavus pada saat muda berwarna putih dan
akan berubah menjadi warna hijau kekuningan setelah membentuk konidia. Jamur
Aspergillus flavus tumbuh pada media agar dan biasanya dibuat dalam media
formula yang harganya relatif mahal, selain itu juga, jika media tersebut tidak
tersedia alangkah lebih baiknya menggunakan media alternatif lain selain media
formula tersebut yang memiliki komposisi hampir sama dengan media formula,
bahannya lebih alami, praktis, mudah didapat dan harganya lebih terjangkau,
seperti Arachis hypogea yang berfungsi untuk menggantikan pepton sedangkan
Zea mays sebagai pengganti dekstrosa yang terkandung dalam media SDA,
kemudian ditambah agar-agar sebagai pemadat pada media alternatif [ CITATION
Fit20 \l 1033 ].
Nasi basi memiliki kandungan unsur hara yang lebih tinggi dibandingkan
dengan ragi dan rumen sapi, namun pada nasi basi hanya terdapat jamur Rhizopus
oligosporus. Rhizopus oligosporus merupakan kapang dari filum Zygomycota
yang banyak menghasilkan enzim protease. R. oligosporus banyak ditemui di
tanah, buah, dan sayuran yang membusuk, serta roti yang sudah lama dan juga
terdapat dalam nasi. R. oligosporus mempunyai koloni abu-abu kecoklatan
dengan tinggi 1 mm atau lebih. Sporangiofor tunggal atau dalam kelompok
dengan dinding halus atau agak sedikit kasar. Sporangia globosa yang pada saat
masak berwarna hitam kecoklatan. Klamidospora banyak, tunggal atau rantaian
pendek, tidak berwarna, dengan berisi granula, terbentuk pada hifa, sporangiofor
dan sporangia. Bentuk klamidospora globosa, elip atau silindris. R. oligosporus
dapat tumbuh optimum pada suhu 30-35 °C, dengan suhu minimum 12 °C, dan
suhu maksimum 42 °C. Ciri-ciri jamur rhizopus oligosporus yaitu mempunyai
koloni abu abu kecoklatan sporangiofor tunggal atau dalam kelompok dengan
dinding halus atau sedikit kasar sporangia globosa yang pada saat masak berwarna
hitam kecoklatan [ CITATION Set20 \l 1033 ].
Tanaman jeruk merupakan salah satu tanaman buah yang sudah lama
dikenal dan dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Secara umum jeruk yang
dihasilkan di dalam negeri mutunya rendah dan masih kalah bersaing dengan
jeruk impor, sehingga harga jualnya relatif lebih rendah. Masalah yang mendasar
dari rendahnya mutu buah jeruk salah satunya adalah serangan patogen pasca
panen. Patogen yang banyak menyerang buah jeruk adalah jamur. Banyak
mikroorganisme terutama jamur yang menyerang buah jeruk, antara lain
11
Colletotrichum sp., Penicillium sp., dan beberapa jamur lainnya. Penicillium
digitatum adalah jamur mesofilik yang ditemukan di tanah daerah penghasil jeruk.
Penicillium digitatum adalah spesies dalam divisi Fungi Ascomycota. Nama
genus Penicillium berasal dari kata "penicillus" yang berarti sikat, mengacu pada
penampakan bercabang dari struktur reproduksi aseksual yang terdapat dalam
genus ini. Kapang yang mengkontaminasi makanan dapat mengakibatkan
berbagai kerusakan antara lain: perubahan tekstur dan warna, terbentuk aroma
yang tidak sedap, terjadi perubahan rasa; dan berkurangnya nutrisi yang terdapat
dalam makanan. Kapang kontaminan berpotensi menghasilkan racun yang dikenal
sebagai mikotoksin yang apabila masuk kedalam tubuh manusia dapat
menyebabkan gangguan kesehatan berupa mikotoksikosis. Kontaminasi
mikotoksin yang dihasilkan oleh spesies-spesies kapang kontaminan tertentu
mengakibatkan makanan tidak layak dikonsumsi. Penicillium digitatum
mempunyai ciri-ciri, yaitu warna koloni hijau, sifat koloni seperti beludru, dan
memiliki warna bagian dasar coklat muda. Hifa tidak bersekat dan berdiameter 2
µm. Panjang konidiofor 105 µm, bercabang tingkat 2, berdinding halus, dan
berdiameter 2 µm. Memiliki metula dengan ukuran 12,5 x 2,5 µm. Fialida
berukuran 10 µm x 2,5 µm berbentuk ampuliform. Konidia berbentuk silindris,
berdinding halus, berwarna kehijauan, berdiameter 3,75 µm, dan memiliki tipe
pertumbuhan kolumnar [ CITATION Rah16 \l 1033 ].
12
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.2.2 Bahan
1. Bahan dalam media agar yang telah ditumbuhi jamur, seperti
roti, jagung, nasi, dan kulit jeruk
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
Jamur merupakan makhluk hidup kosmopolitan yang tumbuh di
mana saja dekat dengan kehidupan manusia, baik di udara, tanah, air,
pakaian, bahkan di tubuh manusia sendiri. Jamur bisa menyebabkan
penyakit yang cukup parah bagi manusia [ CITATION Sul20 \l 1033 ].
Dalam pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui jenis jamur apa
yang dapat tumbuh pada bahan dalam media tersebut. Adapun langkah-
langkah yang dilakukan, pertama amati bahan yang ada dalam media agar
apakah bahan tersebut ditumbuhi jamur atau tidak. Kemudian dokumentasi
atau foto bahan tersebut untuk menjadi bukti penjelasan ditumbuhi jamur
atau tidak.
Berdasarkan gambar 3, terdapat roti yang telah ditumbuhi jamur
Aspergillus sp. Jamur ini termasuk dalam mikroorganisme eukariotik.
Jamur ini tumbuh membentuk koloni mold berserabut, smoth, cembung
serta koloni yang kompak berwarna hijau kelabu, hijau coklat, hitam,
bahkan putih. Warna koloni dipengaruhi oleh spora misalnya spora
berwarna hijau, maka koloni hijau. Yang semula berwarna putih seperti
pada gambar, maka semakin lama akan berubah warna.
Kemudian berdasarkan gambar 4, terdapat biji jagung yang telah
ditumbuhi jamur Aspergillus flavus. Jamur ini dapat tumbuh optimum
pada kelembaban 82-85%, suhu 35-38°C dan pH asam. Aspergillus flavus
tumbuh dengan memproduksi benang filamen bercabang seperti yang
dikenal sebagai hifa yang dikenal sebagai miselium mengeluarkan enzim
yang memecah sumber makanan yang kompleks. Seperti pada gambar
koloni Aspergillus flavus pada saat muda berwarna putih dan akan
berubah menjadi warna hijau kekuningan setelah membentuk konidia.
15
Selanjutnya untuk gambar 5, terdapat nasi yang telah ditumbuhi
Rhizopus oligosporus. Rhizopus oligosporus merupakan kapang dari filum
Zygomycota yang banyak menghasilkan enzim protease. Rhizopus
oligosporus banyak ditemui di tanah, buah, dan sayuran yang membusuk,
serta roti yang sudah lama dan juga terdapat dalam nasi. Seperti yang
terdapat pada gambar, Rhizopus oligosporus memliki koloni abu-abu
kecoklatan dengan tinggi 1 mm atau lebih. Rhizopus oligosporus dapat
tumbuh optimum pada suhu 30-35 °C, dengan suhu minimum 12 °C, dan
suhu maksimum 42 °C. Ciri-ciri jamur Rhizopus oligosporus yaitu
mempunyai koloni abu abu kecoklatan sporangiofor tunggal atau dalam
kelompok dengan dinding halus atau sedikit kasar sporangia globosa yang
pada saat masak berwarna hitam kecoklatan.
Dan terakhir unruk gambar 6, terdapat kulit jeruk yang telah
ditumbuhi jamur Penicillium digitatum. Penicillium digitatum adalah
spesies dalam divisi Fungi Ascomycota. Nama genus Penicillium berasal
dari kata "penicillus" yang berarti sikat, mengacu pada penampakan
bercabang dari struktur reproduksi aseksual yang terdapat dalam genus ini.
Seperti pada gambar, Penicillium digitatum mempunyai ciri-ciri, yaitu
warna koloni hijau, sifat koloni seperti beludru, dan memiliki warna
bagian dasar coklat muda.
16
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan ada beberapa poin yang dapat disimpulkan antara
lain :
1. Jamur merupakan mikroorganisme yang dapat menyebabkan bahan
pangan cepat rusak/membusuk. Jamur merupakan makhluk hidup
kosmopolitan yang tumbuh di mana saja dekat dengan kehidupan manusia,
baik di udara, tanah, air, pakaian, bahkan di tubuh manusia sendiri.
2. Jamur yang tumbuh pada roti yaitu Aspergillus sp. , jamur ini tumbuh
membentuk koloni mold berserabut, smoth, cembung serta koloni yang
kompak berwarna hijau kelabu, hijau coklat, hitam, bahkan putih. Seperti
pada gambar, yang semula berwarna putih maka semakin lama akan
berubah warna.
3. Jamur yang tumbuh pada jagung yaitu Aspergillus flavus. Jamur ini dapat
tumbuh optimum pada kelembaban 82-85%, suhu 35-38°C dan pH asam.
Seperti pada gambar koloni Aspergillus flavus pada saat muda berwarna
putih dan akan berubah menjadi warna hijau kekuningan setelah
membentuk konidia.
4. Jamur yang tumbuh pada nasi yaitu Rhizopus oligosporus. Rhizopus
oligosporus merupakan kapang dari filum Zygomycota yang banyak
menghasilkan enzim protease. Seperti yang terdapat pada gambar,
Rhizopus oligosporus memliki koloni abu-abu kecoklatan dengan tinggi 1
mm atau lebih.
5. Jamur yang tumbuh pada kulit jeruk yaitu Penicillium digitatum. Jamur ini
termasuk spesies dalam divisi Fungi Ascomycota . Seperti pada gambar,
Penicillium digitatum mempunyai ciri-ciri, yaitu warna koloni hijau, sifat
koloni seperti beludru, dan memiliki warna bagian dasar coklat muda.
17
DAFTAR PUSTAKA
Ernawati, A., & Adipati, Y. C. (2017). Identifikasi Jamur Pada Biji Jagung (Zea
mays L.) Busuk dan Segar yang dijual di Pasar Baru Borong Makassar.
Prosiding Seminar Nasional Biology for Life, 31-34.
Fitria, N., & Setiawati, F. (2020). Modifikasi Media Jagung (Zea mays) dan
Kacang Tanah (Arachis hypogea) sebagai Media Pertumbuhan Aspergillus
flavus. Jurnal Online Institut Teknologi Nasional, 57-66.
Rahmawati, I., Hastuti, U. S., Sundari, S., & Mastika, L. M. (2016). Isolasi dan
Identifikasi Kapang Kontaminan pada Jenang yang Dijual di Trenggalek.
Seminar Nasional Pendidikan dan Saintek, 131-135.
Setia, A. A., Fiana, P., Yukiman, A., Ririn, H., & Suryadi. (2020). Analisis
Tumbuh Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merril) pada Tanah Bekas
Bioaktivator dan Trichoderma dengan Kombinasi Dosis Pupuk Anorganik.
Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-44, 205-212.
Sulastina, N. A. (2020). Analisis Jamur Kontaminan pada Roti Tawar yang Dijual
di Pasar Tradisional. Jurnal ‘Aisyiyah Medika, 122-130.
18