Handout Ke-10 KEBUDAYAAN SEBAGAI ISI PENDIDIKAN

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

Handout ke-10

KEBUDAYAAN SEBAGAI ISI PENDIDIKAN

1. Pendahuluan
Kebudayaan manusia prasejarah, kebudayaan manusia purba dan kebudayaan
manusia modern sekarang merupakan perwujudan kehidupan dunia manusia, kodrat
manusiawi. Artinya hanya manusia yang memiliki kebudayaan di dalam tata kehidupannya
sebagai manifestasi potensi dan martabat kemanusiaannya.
Sepanjang sejarah tiap masyarakat, tiap bangsa berada di dalam proses
perkembangan kebudayaan, baik dalam arti menerima warisan sosial dari generasi
sebelumnya, maupun mengembangkannya, dan menciptakan yang baru. Bahkan tidak
mustahil pula membuang unsur kebudayaan yang lama yang tidak sesuai dengan kemajuan
berfikir atau kebutuhan zamannya. Manusia sebagai makhluk budaya secara alamiah
(kodrat) dengan potensi kemanusiaanya itu hidup di dalam alam budaya secara kontinu.
Manusia tak terpisahkan dengan kebudayaan, karena kebudayaan inilah yang membedakan
secara prinsipil tata kehidupan manusia dari kehidupan alamiah makhluk lainnya.
Sepanjang sejarah adanya manusia, generasi demi generasi, tidak saja sebagai
proses regenarasi subjek (manusia), melainkan juga sebagai proses estafet, pengoperan
kebudayaan secara terus-menerus. Lembaga yang paling efektif melaksanakan fungsi
tersebut terutama pendidikan. Karena itu, kebudayaan dan pendidikan adalah aspek-aspek
kehidupan manusia yang tak terpisahkan. Berdasarkan uraian tersebut, maka tujuan
penulisan makalah dengan judul “Kebudayaan sebagai Isi Pendidikan” ini adalah untuk
memahami arti, kedudukan, dan nilai kebudayaan di dalam kehidupan manusia.

2. Pengertian dan Ruang Lingkup Kebudayaan


Istilah kebudayaan yang disamakan dengan culture (Inggris), kultur (Jerman), dan
cultuur (Belanda) adalah suatu istilah yang mengandung pengertian yang amat
luas.Menurut Dr. Lee Etral (cs) dalam bukunya “Principles of Sociology” berpendapat
bahwa istilah kebudayaan dipakai untuk menunjukkan keseluruhan jumlah ciptaan umat
manusia, hasil-hasil yang tersusun dari pengalaman kolektif manusia hingga sekarang.
Kebudayaan meliputi semua yang telah dibuat manusia dalam bentuk alat-alat, senjata,
tempat tinggal, bahan baku barang-barang dan prosesinya, dan semua yang telah dihasilkan
sikap dan kepercayaan, cita-cita dan keputusan (pertimbangan), hukum dan lembaga-
lembaga, seni dan ilmu pengetahuan, filsafat dan organisasi sosial. Kebudayaan meliputi

1
juga antar hubungan semua bidang di atas dan aspek-aspek lain yang membedakan
kehidupan manusia dari hewani. Segala sesuatu, baik materil atau nonmaterial yang
diciptakan manusia di dalam proses kehidupan, termasuk dalam pengertian kebudayaan.
Dr. Henry S. Lucas dalam bukunya “A Short History of Civilization” berpendapat
bahwa kebudayaan ialah suatu cara yang umum bagaimana manusia hidup, berfikir dan
bertindak. Kebudayaan meliputi: (1) Suatu penyesuaian umum terhadap kebuuhan-
kebutuhan ekonomi atau kepada lingkungan geografis. (2) Organisasiyang lazim dibentuk
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial dan politik yang ada dalam kehidupan. (3)
Lembaga yang umum dalam pemikiran dan usaha-usaha pencapaiannya. Semuanya itu
meliputi seni, sastra, ilmu pengetahuan, penemuan-penemuan, filsafat dan agama. Dr. Ki
Hajar Dewantara seorang ahli kebudayaan dan pendidik Indonesia,
menulis:“Menschecultuer” artinya diterjemahkan ke dalam bahasa kita dengan perkataan
“kebudayaan”. Perkataan ini berasal dari “budaya” dan ini berarti buah dari budi manusia.
Arti kebudayaan atau kultur kemanusiaan itu ialah semua benda buatan manusia, baik
benda batin maupun benda lahir, yang dapat timbul karena kebijakan budi manusia. Dan
pekerjaan cultural yaitu semua usaha untuk mempertinggi derajat kemanusiaan. Menurut
pengertian wetenachap, kultur itu dibagi menjadi 3 jenis: (1) yang mengenal rasa kebatinan
atau moral, (2) yang mengenal kemajuan angan-angan, (3) yang mengenal kepandaian.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kebudayaan ialah semua ciptaan manusia yang
berlangsung di dalam kehidupan. Sebagai makhluk budaya, manusia merubah unsur-unsur
alam menjadi benda-benda kebudayaan dengan potensi kemanusiaannya.Tiap-tiap bangsa
mempunyai kebudayaan sendiri yang sesuai dengan kondisi-kondisi lingkungan alamnya,
berdasarkan sosiologis dan sosiopsikologis bangsa itu. Kebudayaan suatu bangsa ini
disebut kebudayaan nasional. Kebudayaan nasional ini merupakan perwujudan kepribadian
nasional suatu bangsa.
Secara teoritis, kebudayaan nasional dibagi atas:
1. Kebudayaan nasional yang bersifat spiritual, psikologis yakni manifestasi sosio-
psikologis yang menunjuk identitas subyek seperti: filsafat hidup, karakter nasional, dan
sikap mental
2. Kebudayaan nasional yang bersifat rasional intelektual berupa karya-karya pikir seperti
science atau ilmu, yang lebih bersifat objektif universal.
3. Kebudayaan nasional yang bersifat material konkrit sebagai produk berupa pola-pola
atau design tertentu dalam bidang teknologi, arsitektur, mode, dan seni.

2
Politik pembinaan kebudayaan nasional ada baiknya kita selalu berpegangan pada
asas Tri-con dari Dr. Ki Hadjar Dewantara yaitu.
1. Asas kosentrasi, bahwa pengembangan kebudayaan harus berpusat pada kebudayaan
nasional, social heritage yang diwarisi dari generasi sebelumnya.
2. Asas convergensi, bahwa hukum perkembangan itu ialah kerjasama antara faktor dalam
(sosio cultural yang sudah berakar) dan faktor luar (menerima unsur-unsur kebudayaan
luar dengan prinsip selektif).
3. Asas kontinuitas, bahwa perkembangan yang terpusat pada kebudayaan nasional itu,
dengan menerima kebudayaan luar secara selektif akan berlangsung terus-menerus.

3. Ilmu (Knowledge) sebagai Unsur Kebudayaan


Ilmu (knowledge) merupakan unsur kebudayaan. Pendidikan dan kebudayaan
adalah suatu hubungan antara proses dengan isi. Pendidikan adalah proses pengoperasian
kebudayaan dalam arti membudayakan manusia. Wujud kebudayaan yang menjadi isi
(curriculum) pendidikan dikenal sebagai ilmu pengetahuan (knowledge). Secara teknis
dapat dikemukakan mengenai definisi ilmu (knowledge) yang amat erat hubungannya
dengan pendidikan.Menurut Webster’s New World Dictionary (dalam Syam, 1986:69),
ilmu pengetahuan ialah semua yang telah diamati atau dimengerti oleh jiwa (pikiran),
belajar, dan sesuatu yang telah jelas.Menurut American Peoples Encyclopedia (dalam
Syam, 1986:70), ilmu pengetahuan merupakan suatu kesadaran penuh dan terbuktikan dari
suatu kebenaran mengenai sesuatu yang bersifat praktis, suatu kesadaran yang teratur,
tersusun tentang apapun yang secara definitif dapat diterima sebagai realita.
Pengertian knowledge (ilmu pengetahuan) diatas adalah meliputi semua ilmu,
seperti ilmu sosial, ilmu eksakta, ilmu filsafat dan sebagainya. Sedangkan istilah science
(kadang-kadang diartikan ilmu pengetahuan juga), telah mempunyai arti tertentu,
sebagaimana yang dijelaskan oleh “American Peoples Encyclopedia “ sebagai berikut :“ ...
apa yang disebut science modern terdiri atas beberapa cabang ilmu pengetahuan, tiap
cabang mempunyai sutu kelompok objek atau dengan subjek khusus yang semua itu dapat
dikategorikan dalam tiga bidang utama penyelidikan yaitu matematika, ilmu alam dan ilmu
biologi . Istilah science dipakai dalam ketiga bidang pokok di atas. Sedangkan sosial
science menurut para ahli meliputi:sejarah, jurisprudence, linguistic, dan filsafat. Ada juga
yang berpendapat bahwa sosial science meliputi: psikologi sosial, ekonomi, geografi, ilmu
politik dan sebagainya.Namun, dapat ditetapkan bahwa sosial science ialah ilmu-ilmu lain
yang tersimpul dalam ilmu-ilmu eksakta.

3
Pembedaan istilah, pengertian, dan scope ilmu pengetahuan mengarahkan kepada
pengertian tentang sistematika ilmu pengetahuan. Auguste Comte (1798-1857)
menetapkan sistematika ilmu pengetahuan berdasarkan tingkat absrtraksinya dan
kedudukan ilmu itu terhadap ilmu yang lain dan menetapkan satu table yang disebutnya
table of six fundamental science yang dimulai dengan matematika dan diakhiri oleh
sosiologi. Keenam ilmu pokok itu ialah matematika, astronomi, ilmu alam, ilmu kimia,
ilmu biologi dan sosiologi.
Pengetahuan tentang sifat, scope dan dayaguna ilmu adalah urgen bagi pendidik
untuk menetapkan urutan kurikulum, sequence of curriculum.Untuk menetapkan
kurikulum, urutan kurikulum harus berorientasi pada interdependensi antar ilmu dalam
jurusan atau departemen tertentu. Dengan demikian, skala prioritas dalam kurikulum
(sequence of curriculum) harus menjamin efisiensi studi. Urutan materi (isi) pendidikan
bukanlah semata-mata didasarkan pada tingkat kesukaran bahan pelajaran, melainkan juga
peranan dan daya guna ilmu itu bagi tingkat studi selanjutnya, khusunya antarhubungan
ilmu yang satu dengan ilmu yang lain.
Brubacher membedakan sistematika ilmu atas dasar tingkatan abstraksi ilmu.
Tingkat pertama adalah ilmu alam kodrat (ilmu pengetahuan alam), benda-benda alam
hidup dan alam mati, tingkatan ini meliputi semua ilmu alam seperti fisika, kimia, biologi
dan geologi. Tingkat kedua ialah matematika. Objek-objek fisik dan makhluk-maklhuk
hidup semua ada dalam suatu kuantitas atau jumlah. Tingkat terakhir daripada
knowledgeialah metafisika (filsafat). Disini murid mencapai suatu tingkat abstraksi ilmu
pengetahuannya yang terlepas dari suatu kekhususan benda-benda, sebagaimana tingkat
pertama dan kedua.
Mengetahui sistematika ilmu pengetahuan bagi seorang pendidik berguna seperti
mengerti sebuah peta bagi seorang nakhoda. Bacon menyebut sistematika ilmu
pengetahuan itu sebagai “a description of the intellectual globe”. Dengan mengetahui
‘peta’ ilmu itu, korelasi antar bidang ilmu di dalam pendidikan menjadi lebih praktis dan
fungsional. Artinya kurikulum pendidikan dapat dibina berdasarkan korelasi fungsional itu.
Menurut Brubacher, masalah kurikulum menyangkut teori nilai dan teori ilmu.
Oleh karena itu, kurikulum hanya dapat dimengerti bila pengertian knowledge itu jelas.
Maka, knowledge meliputi dua kategori, yaitu :
1. Knowledge about things or propositional knowledge yang dapat diinterpretasikan
sebagai ilmu secara teoritis.

4
2. Knowledge of how to do things atau cognitive-actionyang dapat ditafsirkan sebagai
pengetahuan yang menitikberatkan pada segi praktisnya, pengalaman-pengalaman
empiris, atau pengalaman berdasarkan experiment.

4. Kurikulum)
Kurikulum atau secara sederhana kita sebut isi pendidikan adalah “jalan” terdekat
untuk sampai pada tujuan pendidikan. Sebaliknya tanpa isi pendidikan, tanpa kurikulum
tidak ada proses pendidikan dan pengajaran. Karena itu, kurikulum adalah bagian yang
amat penting di dalam pendidikan.
Secara formal dapat dikemukakan batasan kurikulum menurut Stratemeyer
cs(dalam Syam, 1986:74),dewasa ini kurikulum dianggap sebagai bahan pelajaran dan
kegiatan kelas yang dilakukan anak-anak dan pemuda, keseluruhan pengalaman di dalam
dan di luar kelas yang disponsori oleh sekolahdan seluruh pengalaman hidup
murid.Apapun batasan yang diterima, pendidikan harus menetapkan ke arah ilmu
pengetahuan, pengertian-pengertian, kecakapan-kecakapan dan pengalaman-pengalaman
murid akan dibimbing. Kebijaksanaan ini menentukan scope dari kurikulum sekolah.
Braubacher menguraikan tentang kurikulum, (1) dengan tujuan atau arah proses
pendidikan yang ditetapkan, (2) suatu cara-cara dan alat-alat untuk mencapai tujuan
tersebut. Di antara semua itu maka kurikulum meminta perhatian pertama. Sesuai dengan
asal pengertiannya, menurut bahasa latin, kurikulum ialah suatu “landasan-terbang, suatu
arah yang dilalui sesorang untuk mencapai tujuan, sepertidi dalam suatu perlombaan.
Bentuk pelajaran ini dimaksudkan di dalam istilah pendidikan sebagai kurikulum, atau
kadang-kadang disebut bahan pelajaran.
Kurikulum harus berlandasakan penjelasan di atas karena itu, muriddan guru
harus berjalan mencapai tujuan pendidikan tersebut.Nyatalah bahwa menetapkan
kurikulum harus berorientasi kepada tujuan pendidikan yang hendak dicapai.Secara garis
besar Stratemeyer juga menetapkan kriteria atau asas-asas bagaimana suatu kurikulum
disusun agarpara pendidik dapat kembali kepada tiga bidang asasi.Pertama, yang
berhubungan dengan kodrat masyarakat dan nilai-nilai yang berlaku dan yang dicita-
citakan (asas-asas sosial), kedua, berorientasi kepada murid sebagai organisme yang
berkembang dan kodrat proses belajar (asas-asas psikologis), dan ketiga, berpedoman
kepada nilai-nilai dan kepercayaan-kepercayaan yang menjadi filsafat hidup dan filsafat
pendidikan mereka (asas-asas filosofis).

5
Suatu tujuan baru akan tercapai bila isi pendidikan tepat dan relevan. Dengan kata
lain, dengan isi yang tepat atau kurikulum yang tepat, akan mengantarkan pendidikan
mencapai tujuannya. Dalam hubungan demikian berarti tujuan menentukan isi atau
kurikulum pendidikan. Menurut Braubacher hubungan kurikulum dengan tujuan
pendidikan yaitukurikulum sedemikian tergantung kepada tujuan pendidikan, dan sangat
mengejutkan bila akan mengetahui bahwa mempelajari kurikulum pada hakikatnya sama
dengan mencapai tujuan pendidikan itu. Dalam kenyataannya, sedemikian erat hubungan
antara tujuan pendidikan dan kurikulum, sehingga dapat dikatakan bahwa kurikulum
adalah tujuan pendidikan atau nilai-nilai dalam bentuk yang luas.
Kurikulum merupakan isi dan jalan untuk mencapai tujuan pendidikan, maka
sesungguhnya kurikulum menyangkut masalah-masalah seperti nilai, ilmu, teori, skill,
praktek, pembinaan sikap mental dan sebagainya. Sehingga kurikulum harus kaya dengan
pengalaman-pengalaman yang bersifat membina kepribadian.Kurikulum yang kaya dengan
jenis vaknya, tanpa intensifikasi atau dalamnya studi itu berarti hanya memberi “kulit”
saja. Keseimbangan antara luas dan dalamnya (broad and depth) suatu kurikulum adalah
syarat bagi penguasaan suatu pengetahuan. Penguasaan teori pengetahuan adalah pangkal
pengetahuan praktis. pengetahuan praktis adalah salah satu tujuan pendidikan. Meskipun
pada dasarnya tujuan pendidikan yang pokok (ultimate goal) itu tetap namun, kurikulum
itu bersifat progresif, berkembang maju, dan dinamis. Oleh karena itu, kita selalu
mengadakan evaluasi dan revisi kurikulum.

5. Proses Perkembangan Pendidikan dan Kebudayaan


Hubungan masyarakat dan pendidikan adalah hubungan antara subjek dengan
aktivitasnya. Masyarakat akan relatif lebih maju apabila masyarakat itu aktif membina
pendidikan atau masyarakat itu menyelenggarakan pendidikan yang maju. Apabila suatu
masyarakat mengabaikan pendidikan,maka masyarakat itu sukar untuk maju. Ini disebut
hubungan korelasi positif. Sedangkan hubungan causalitas atau sebab-akibat,yaitu karena
masyarakat sadar dengan nilai dan peranan pendidikan,masyarakat aktif membina
pendidikanmaka masyarakat menjadi makin maju dan makin baik.
Hubungan teleotologis berarti bahwa pendidikan masyarakat bergerak (aktif)
menuju satu tujuan tertentu dan satu idealisme.Hubungan pendidikan dan kebudayaan
adalah hubungan antara aktivitas dengan isinya. Pendidikan adalah satu proses,satu
lembaga, dan satu aktivitas. Sedangkan kebudayaan adalah isi didalam proses itu,isi suatu
lembaga dan aktivitas pendidikan itu.

6
Fungsi dan misi pendidikan adalah (1) mengoperkan kebudayaan dari manusia
yang berkebudayaan kepada anak didik yang belum berkebudayaan, (2) mengolah
kebudayaan itu menjadi sikap mental,tingkah laku, agar menjadi kepribadian anak didik,
dan(3) membudayakan manusia atau membina manusia supaya
berkebudayaan.Sesungguhnya fungsi pendidikan masih mempunyai tujuan yang lebih
utama yaitu untuk membina kepribadian manusia agar lebih kreatif dan produktif serta
mampu menciptakan kebudayaan.
Pendidikan sesungguhnya melakukan peranan menciptakan
kebudayaan,mengembangkan kebudayaan, baik langsung maupun tak langsung.Pendidikan
mempunyai fungsi rangkap untuk kebudayaan yaitu menciptakan yang belum ada, melalui
pembinaan manusia yang kreatif dan mengoperkan kebudayaan (yang sudah ada) kepada
generasi ke generasi dalam rangka proses sosialisasi pribadi manusia.
Auguste Comte ahli sosiologi dan filsafat, membedakan tingkat perkembangan
kebudayaan umat manusia atas tiga tingkatan besar dalam sejarah perkembangan berpikir
umat manusia yaitu (1) tingkatan teologis atau tingkat animistis, (2) tingkatan metafisis
(filsafat), dan (3) tingkatan ilmu pengetahuan positif.

6. Manusia sebagai Pembina Kebudayaan


Melalui definisi kebudayaan kita mengerti bahwa kebudayaan adalah ciptaan atau
kreasi manusia. Melalui lembaga dan proses pendidikan, kebudayaan dikembangkan
dengan cara (1) dioperkan untuk dimengerti dan dikuasai, dilaksanakan oleh generasi
muda, (2) pembinaan manusia supaya mampu menciptakan kebudayaan atau unsur-unsur
kebudayaan agar mereka mampu menyesuaikan diri demi kehidupan dalam
zamannya.Prestasi-prestasi yang dicapai oleh manusia dalam menciptakan kebudayaan ini
merupakan prestasi yang menentukan nilai kepribadian, kemajuan suatu zaman. Bahkan
satu-satunya ukuran prestasi manusia ialah pada achievement kebudayaan ini.Hal ini lebih
jelas pada karya dan prestasi seseorang. Sebenarnya pendidikan, langsung atau tidak
langsung terutama berfungsi untuk pembinaan kebudayaan. Pendidikan berfungsi untuk (1)
mempertahankan kebudayaan yang ada,(2) sebagai warisan sosial, dan (3) untuk membina
pribadi manusia yang pada gilirannya untuk mencipta pula kebudayaan baru.
Manusia sebagai pembina kebudayaan dalam arti yang non tradisional ialah tetap
mencipta dan mengejar prestasi-prestasi ideal,berarti juga mencipta dan mengejar dan
menduduki prestasi-prestasi ethis moral. Mengerti dan membedakan relasi rohaniah
dengan yang non material, yakni aspek-aspek religius dan Tuhan sendiri. Manusia sebagai

7
pribadi yang bermoral adalah manusia yang berkebudayaan dalam makna hakiki. Oleh
karena itu, manusia sebagai pembina kebudayaan harus mengartikan lebih luas tentang
makna berbudaya yang tradisional, material, intelektual, dan harus percaya dan berkhidmat
kepada Tuhan yang Maha Esa, sebagai kebudayaan langit atau moral agama.
Pada sisi lain dari analisis filosofis ini, manusia modern tetap menyadari pula
bagaimana ketergantungannya kepada alam, sebagai bahan baku budaya seperti berbagai
hasil tambang untuk teknologi, bahkan juga unsur alam manapun untuk kehidupan. Cahaya
dan panas, udara, air, tanah subur, flora dan fauna dengan demikian makna dan hakikat
budaya menjadi proposioanal. Artinya,manusia mempunyai wawasan atas kedudukan dan
tanggung jawab budayanya dalam kesemestaan. Misalnya, manusia mampu menikmati
alam yang murni tanpa sentuhan tangan manusia sebagai sumber keindahan dan bahkan
sumber kenikmatan hidup. Manusia dapat mencintai dan menghargai alam dalam wujud
dan tanggung jawab atas lingkungan hidup dan sumber daya alam yang sesungguhnya
merupakan prakondisi kehidupan umat manusia.

Anda mungkin juga menyukai