Proposal Penelitian Dicky Saputra - 30052021

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 27

USULAN PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG KEMANGI (Ocimum basilicum)


SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM RANSUM TERHADAP
PERTAMBAHAN BOBOT BADAN
AYAM KAMPUNG SUPER

OLEH
DICKY SAPUTRA
E10018030

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
USULAN PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG KEMANGI (Ocimum basilicum)


SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM RANSUM TERHADAP
PERTAMBAHAN BOBOT BADAN
AYAM KAMPUNG SUPER

OLEH
DICKY SAPUTRA
E10018030

Menyetujui :
Pembimbing Utama

Dr. Ir. Noferdiman, M.P.


NIP.196811191993031004

Mengetahui :
Ketua Jurusan / Program Studi Pembimbing Pendamping

Dr.Ir. Endri Musnandar, M.S. Ir. Sestilawarti, M.P.


NIP.195909261986031004 NIP.195709261984032002
PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat serta
kasih-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan usulan penelitian ini yang berjudul:
“Pengaruh Penggunaan Tepung Kemangi (Ocimum basilicum) sebagai Feed
Additive dalam Ransum Terhadap Pertambahan Bobot Badan Ayam Kampung
Super”.
Terima kasih saya sampaikan kepada bapak Dr. Ir. Noferdiman, M.P.
selaku pembimbing utama dan ibu Ir. Sestilawarti, M.P. selaku pembimbing
pendamping, yang telah memberikan saran dan arahan kepada saya selama
pembuatan proposal usulan penelitian sehingga usulan ini dapat terselesaikan.
Saya menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam proposal ini, oleh
karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan proposal ini. Akhir kata saya mengucapakan terima kasih, semoga
proposal ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jambi, Mei 2021

Dicky Saputra

i
DAFTAR ISI

Halaman

PRAKATA................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL........................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1. Latar Belakang............................................................................. 1
1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah.............................................. 4
1.3. Hipotesis...................................................................................... 5
1.4. Tujuan.......................................................................................... 5
1.5. Manfaat........................................................................................ 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 6
2.1. Ayam Kampung Super................................................................ 6
2.2. Kemangi (Ocimum basilicum)..................................................... 7
2.3 Konsumsi Ransum....................................................................... 9
2.4. Pertambahan Bobot Badan (PBB)............................................... 10
2.5. Konversi Ransum........................................................................ 11

BAB III. MATERI DAN METODA........................................................... 12


3.1. Tempat dan Waktu....................................................................... 12
3.2. Materi dan Peralatan.................................................................... 12
3.3. Metoda Penelitian........................................................................ 12
3.3.1. Persiapan Kandang............................................................ 12
3.3.2. Persiapan Tepung Kemangi............................................... 13
3.3.3. Persiapan Ransum............................................................. 13
3.3.4. Pelaksanaan Penelitian...................................................... 15
3.3.4.1. Pengacakan Kandang............................................ 15
3.3.4.2. Pengambilan Data................................................. 16
3.4. Rancangan Penelitian................................................................... 16
3.5. Paubah Yang Diamati.................................................................. 16
3.5.1. Konsumsi Ransum............................................................. 16
3.5.2. Pertambahan Bobot badan (PBB)...................................... 17
3.5.3. Konversi Ransum.............................................................. 17
3.6. Analisis Data................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Kebutuhan zat – zat nutrisi dalam ransum ayam kampung umur (0 – 8
minggu).................................................................................................... 14
2. Kandungan Zat Makanan Bahan Penyusun Ransum............................... 14
3. Komposisi bahan penyusun ransum ........................................................ 15
4. Kandungan zat makanan ransum ............................................................ 15

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Tanaman Kemangi .................................................................................. 8

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ayam kampung yang banyak dipelihara masyarakat merupakan ayam asli


Indonesia yang telah beradaptasi, hidup, berkembang dan berproduksi dalam
jangka waktu yang lama, baik dikawasan habitat tertentu maupun dibeberapa
tempat. Ternak ayam kampung memiliki potensi yang cukup besar karena
permintaan pasar masih sangat tinggi, selain itu ayam kampung juga memiliki
nilai ekspor yang baik karena permintaan ekspor terus mengalami peningkatan.
Ayam kampung juga dianggap mempunyai tekstur daging yang lebih kenyal dan
kandungan nutrisi yang lebih tinggi.

Salah satu ayam kampung pedaging unggul yang potensial untuk


dikembangbiakkan adalah ayam kampung super yang merupakan hasil dari kawin
silang antara ayam lokal jenis jantan dengan ayam ras betina (Iskandar, 2006).
Ayam kampung super memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dibanding ayam
kampung (buras), dimana masa pemeliharaan panen membutuhkan waktu 55 - 60
hari serta efisien dalam pengunaan ransum. Ayam ini telah dikenal oleh seluruh
masyarakat indonesia, baik dimasyarakat pedesaan maupun di perkotaan sebagai
penghasil telur dan daging. Dewasa ini permintaan akan produk ayam kampung
super semakin meningkat, baik di pasar swalayan maupun di pasar tradisional.
Permintaan pasar ayam kampung super ini tidak diimbangi oleh ketersediaanya di
pasaran hal ini dikarenakan minimnya peternak ayam kampung super.

Dalam pemeliharaan ayam kampung super untuk mendapatkan produksi


ayam yang berkualitas juga diimbangi dengan pemberian pakan yang berkualitas
pula. Upaya yang harus dilakukan untuk peningkatan produktivitas dari ayam
kampung super adalah dengan cara memaksimalkan nilai guna pakan, yaitu
dengan cara menambahkan feed additive alami. Pakan ternak ayam kampung
super biasanya hanya menggunakan pakan yang relatif kurang berkualitas
sehingga diperlunya penambahan feed additive ini untuk memperbaiki kualitas
pakan.

1
Feed additive adalah zat yang sengaja ditambahkan ke dalam pakan atau
air minum untuk mempengaruhi karakteristik pakan, palatabilitas dan antioksidan
yang dapat meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan hewan. Feed additive
merupakan suatu zat yang secara alami tidak terdapat pada pakan, yang tujuan
pemakaiannya terutama sebagai pemacu pertumbuhan produk ternak (Peraturan
Menteri Pertanian, 2007). Pemberian feed additive alami sangat dianjurkan untuk
mengantikan pemberian feed additive sintetis karena dapat menimbulkan
penimbunan residu dan gangguan kesehatan bagi ternak yang yang telah dilarang
dalam Permentan No.14 Tahun 2017. Feed additive juga mampu mempengaruhi
mikrobia pada saluran pencernaaan dan meningkatkan daya cerna bahan pakan.
Selain untuk mempertahankan imunitas yang baik dan jauh dari residu pakan,
maka dilakukan pencampuran pakan dengan bahan pakan tambahan yang
memiliki peran sebagai penambah nafsu makan dan antibiotik, salah satu bahan
yang bisa digunakan sebagai feed additive adalah tanaman kemangi (Ocimum
basilicum).

Kemangi merupakan anggota famili Lamiaceae yang berarti kelompok


tanaman dengan bunga begerigi. Nama genus kemangi adalah Ocimum yang
berarti tanaman beraroma. Aroma khas tersebut muncul dari daunnya. Kemangi
berkerabat dekat dengan tanaman selasih (Ocimum sanctum), daun mint (Mentha
arvensis) dan daun bangun-bangun alias jinten (Coleus amboinicus)
(Dharmayanti, 2003). Kemangi mengandung betakaroten (provitamin A) yang
berperan mendukung fungsi penglihatan, meningkatkan fungsi antibody
(mempengaruhi fungsi kekebalan tubuh), sintesis protein untuk mendukung
proses pertumbuhan dan sebagai antioksidan (Adnyana dan Firmansyah, 2006).
Kemangi diketahui memiliki multi efek formakologis yang mampu menurunkan
panas, anti disentri, menambah nafsu makan, memperbaiki saluran pencernaan,
memiliki sifat khas tajam, meningkatkan dan melancarkan peredaran darah
(Sutarno dan Atmowidjojo, 2001).

Kemangi juga mengandung komponen non-gizi antara lain senyawa


flavanoid dan eugenol, arginin, anetol, boron, dan minyak atsiri. Flavanoid dan
eufenol berperan sebagai antioksidan yang dapat menetralkan radikal bebas,

2
menetralkan kolesterol dan bersifat antikanker. Senyawa ini juga bersifat
antibiotik yang mampu mencegah masuknya bakteri, virus atau jamur yang
membahayakan tubuh. Sedangkan kandungan minyak atsiri dalam kemangi dapat
digunakan untuk mencegah pertumbuhan mikroba penyebab penyakit seperti
Staphylococcus aureus, Salmonella enteritidis dan Escherichia coli. Selain itu
minyak atsiri dalam tanaman kemangi juga dapat menangkal adanya infeksi akibat
virus Basillus subtilis, Salmonella paratyphi dan Proteus vulgaris (Adnyana dan
Firmansyah, 2006).

Kemangi merupakan potential growth promoters karena dapat


menggantikan fungsi antibiotik sebagai growth promoters pada ayam. Antibiotik
dapat menimbulkan efek negatif bagi konsumen karena dapat meninggalkan
residu pada daging (Hamiyanti et al, 2013). Mengacu pada kemampuan kemangi
yang dapat memperbaiki fungsi saluran pencernaan, sebagai growth promoters
dan antimicrobial serta residu yang ditimbulkan pada daging yang tidak
berbahaya. Maka selain mengharapkan pertambahan bobot badan yang ditampak
dari ayam kampung super, pemberian tepung kemangi (Ocimum basilicum) dalam
ransum diharapkan dapat meningkatkan kualitas dari performa ayam kampung
super. Penelitian yang dilakukan oleh Christian dkk. (2016) tentang pengaruh
penambahan tepung kemangi (Ocimum basilicum) sebagai feed aditif pakan
terhadap penampilan produksi itik pedaging dengan level 0,75%, 1,25%, 1,75%
dan 2,25% belum mempengaruhi performa produksi itik pedaging.
Berdasarkan uraian diatas, belum ada informasi penggunaan tepung
kemangi dalam ransum ayam kampung super, maka akan dilakukan penelitian
tentang pengaruh penggunaan tepung kemangi (Ocimum basilicum) sebagai feed
additive dalam ransum terhadapat pertambahan bobot badan ayam kampung
super.

1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Pertumbuhan ayam kampung pada umumnya relatif lama dan memiliki


konversi pakan yang tinggi. Untuk menimalisir permasalahan lambatnya
pertumbuhan ayam kampung, peternak menggunakan feed adiitive sintetis yang
mana feed additive tersebut menimbulkan residu yang menganggu kesehatan dari

3
ayam tersebut. Larangan tersebut telah disampaikan dalam Permentan No.14
Tahun 2017. Maka diperlukan penambahan feed additive alami yang dapat
memacu pertumbuhan dan dapat memperbaiki konversi pakan tampa
menimbulkan permasalahan pada kesehatan ayam kampung.
Salah satu feed additive alami yang berpotesi sebagai growth promoters
adalah Tanaman Kemangi (Ocimum basilicum). Kemangi diketahui memiliki
multi efek formakologis yang mampu menurunkan panas, anti disentri, menambah
nafsu makan dan memperbaiki saluran pencernaan. Keuntungan dari penggunaan
tepung kemangi pada unggas / ternak antara lain adalah dapat memacu
pertumbuhan, memperbaiki konversi pakan, mengontrol kesehatan antara lain
dengan mencegah terjadinya gangguan pencernaan. Penambahan tepung daun
kemangi pada ayam kampung super akan dapat memperbaiki pertambahan bobot
badan, angka konversi serta meningkatkan kesehatan ternak. Kandungan minyak
atsirin didalam kemangi mampu meningkatkan relaksasi usus halus sehingga
penyerapan zat-zat nutrisi untuk pertumbuhan menjadi optimum. Minyak atsiri
dalam kemangi tersebut juga dapat menghambat bakteri penyebab diare sehingga
proses pencernaan dan penyerapan makanan menjadi lebih sempurna serta dapat
memperbaiki saluran pencernaan.

Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini


adalah : Bagaimana pengaruh penggunaan tepung kemangi (Ocimum basilicum)
didalam ransum sebagai feed additive terhadap pertambahan bobot badan ayam
kampung super?

1.3. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah : “Penggunaan tepung Kemangi


(Ocimum basilicum) sebagai feed additive dalam ransum dapat meningkatkan
pertambahan bobot badan ayam kampung super”.

4
1.4. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui penggunaan tepung kemangi


(Ocimum basilicum) sebagai feed additive dalam ransum terhadap pertambahan
bobot badan ayam kampung super.

1.5. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi manfaat tepung


Kemangi (Ocimum basilicum) sebagai feed additive dalam ransum terhadap
pertambahan bobot badan ayam kampung super.
Manfaat yang didapat masyakat ilmiah yaitu mendapatkan informasi dari
kandungan nutrisi tepung kemangi (Ocimum bsilicum) untuk pertambahan bobot
badan ayam kampung super dan manfaat yang didapat masyarakat umum yaitu
penerapan pemakaian tepung kemangi didalam ransum ayam kampung super.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ayam Kampung Super

Klasifikasi ayam kampung menurut Rose (2001), adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia
Subkingdom : Metazoa
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Divisi : Carinathae
Kelas : Aves
Ordo : Galliformes
Family : Phasianidae
Genus : Gallus
Spesies : Gallus gallus domestica sp

Iskandar (2006) yang menyatakan salah satu ayam pedaging yang


potensial untuk kembangkan ialah ayam kampung super yang merupakan satu
ternak penghasil daging dalam golongan ayam bukan ras, ayam ini merupakan
hasil dari kawin silang antara ayam lokal jenis jantan dengan ayam ras betina.
Ditambahkan dengan pernyataan Kaleka (2015) yang menyatakan ayam kampung
super memiliki keunggulan diantaranya dapat diproduksi dalam jumlah banyak
dengan bobot yang seragam, tingkat pertumbuhan lebih cepat dibandingkan
dengan ayam kampung biasa, memiliki tingkat mortalitas yang rendah, mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungan serta memiliki cita rasa yang gurih.
Pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan Noferdiman et al (2020) yang
menyatakan masa panen ternak ayam kampung super ini lebih singkat, sehingga
akan memberikan banyak keuntungan yaitu risiko kematian yang kecil dan
menghemat biaya pemeliharaan termasuk pakan. Diperkuat dengan pernyatan
Udjianto (2018) yang menyatakan ayam kampung ini juga dianggap mempunyai
tekstur daging yang lebih kenyal dan kandungan nutrisi yang lebih tinggi.

6
Menurut Suprijatna et al. (2008), Pemeliharan ayam kampung super bagi
sebagian besar masyarakat dilakukan secara ekstensif sehingga hasil yang
diperoleh kurang mencakupi kebutuhan konsumen, baik dalan hal kualitas dan
kwantitas produksinya dan untuk memperbaiki dan maningkatkan produksi ayam
kampung diperlukan pemeliharan internsif dengan perbaikan potensi dan juga
dikuti dengan perbaikan lingkungan, utama perkandangan dan pakan yang bargizi.
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha ternak ayam pada umumnya
adalah pakan (feed), pembibitan (breeding), dan tatalaksana (management). Pakan
merupakan unsur terpenting untuk menunjang kesehatan, pertumbuhan dan suplai
energi sehingga proses metabolisme dapat berjalan dengan baik serta tumbuh dan
berkembang dengan baik. Diperjelas dengan pernyataan Roboh (2015), Ayam
kampung super dalam pemeliharaannya membutuhkan pakan yang berkualitas
untuk pemenuhan nutrisinya, sebab pakan yang sempurna dengan kandungan zat
nutrisi yang seimbang akan memberikan hasil yang optimal. Kenyataan yang di
hadapi saat ini bahwa harga pakan komersial di pasaran sangat mahal.

2.2. Kemangi (Ocimum basilicum)

Menurut Dattani (2009), klasifikasi kemangi adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Tubiflorae
Famili : Lamiaceae
Genus : Ocimum
Spesies : Ocimum sanctum L.

7
Gambar 1. Tanaman Kemangi

Hadipoentyanti & Wahyuni (2008) yang menyatakan Kemangi (Ocimum


basilicum) merupakan tumbuhan tahunan yang tumbuh tegak dengan cabang yang
banyak. Tanaman ini berbentuk perdu yang tingginya dapat mencapai 100 cm.
Bunganya tersusun di tandan yang tegak. Daunnya panjang, tegak, berbentuk taji
atau bulat telur, berwarna hijau muda dan berbau harum. Ujung daun bisa tumpul
atau bisa juga tajam, panjangnya mencapai 5 cm serta permukaannya bergerigi
atau rata. Wanginya seperti cengkeh dan rasanya pahit. Batang kemangi berbentuk
bulat, berbulu dan berwarna hijau atau keunguan. Memiliki bunga yang
bergerombol serta memiliki biji dengan ukuran 0,1 mm, berbentuk bulat dan
berwarna coklat.

Batari (2007) menjelaskan Daun kemangi mengandung saponin, flavonoid


dan tanin. Sedangkan bijinya mengandung saponin, flavonoid, dan polifenol.
Kemudian ditambahkan dengan pernyataan Trasarti et al. (2004), daun kemangi
memiliki potensi antioksidan tertinggi diikuti oleh bunga dan batang. Potensi
antioksidan dalam minyak atsiri daun kemangi lebih tinggi dibandingkan bagian
tanamannya. Diperkuat dengan pernyataan Dewi (2016), kandungan paling utama
pada daun kemangi yaitu minyak atsiri. Dalam daun kemangi memiliki
kemampuan dalammenghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus,
Escherichia coli, Bacilus cereus, Pseudomonas fluorescens, Candida albicans,
Streptococcus alfa dan Bacillus subtilis.

Bagus (2008) menyatakan penambahan tepung daun kemangi (Ocimum


basilicum) pada ayam pedaging dilaporkan dapat memperbaiki pertumbuhan,
angka konversi serta meningkatkan ketersediaan vitamin dan zat makanan lain.

8
Diperkuat dengan pernyataan Negoro (2009) menyatakan bahwa penambahan
tepung kemangi (Ocimum basilicum) ditunjukan untuk mengurangi jumlah
mikroba yang ada di dalam saluran pencernaan.

Sutarno dan Atmowidjojo (2001) menyatakan kemangi (Ocimum


basilicum) diketahui memiliki multi efek formakologis yang mampu menurunkan
panas, anti disentri, menambah nafsu makan, memperbaiki saluran pencernaan,
memiliki sifat khas tajam, meningkatkan dan melancarkan peredaran darah.
Kemudian dilanjutkan dengan pernyataan Dharmayanti (2003) menyatakan
kandungan minyak atsirinya dalam kemangi mampu meningkatkan relaksasi usus
halus sehingga dapat menyerap zat-zat nutrisi untuk pertumbuhan secara
optimum. Selain itu, minyak atsiri tersebut juga dapat menghambat bakteri
penyebab diare sehingga proses pencernaan dan penyerapan zat-zat nutrisi
menjadi lebih sempurna serta memperbaiki saluran pencernaan. Diperkuat dengan
pernyataan Bagus (2008) menyatakan beberapa keuntungan dari penggunaan
tepung kemangi pada unggas / ternak antara lain adalah dapat memacu
pertumbuhan, memperbaiki konversi pakan, mengontrol kesehatan antara lain
dengan mencegah terjadinya gangguan pencernaan. Penambahan tepung daun
kemangi pada ayam pedaging dilaporkan dapat memperbaiki pertumbuhan, angka
konversi serta meningkatkan ketersediaan vitamin dan zat makanan lain.

2.3. Konsumsi Ransum

Kiramang K (2011) yang manyatakan konsumsi ransum dihitung setiap


minggu dengan menimbang ransum yang diberikan dalam satu rninggu dikurangi
ransum yang tersisa pada akhir minggu lalu dibagi tujuh untuk memperoleh
konsumsi perhari. Diperjelas dengan pernyataan Azizi et al. (2011) menyatakan
bahwa dalam suatu pemeliharaan maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi
konsumsi ransum diantaranya jumlah konsumsi ransum dan kandungan zat
makanan pada ransum seperti energi, protein kasar dan serat kasar.

Kususiyah (2011) menyatakan bahwa konsumsi ransum sekitar 2699,20


g/ekor, pakan yang diberikan berupa konsentrat, jagung giling dan dedak halus
(ransum oplosan) dengan kandungan protein 17%. Faktor yang mempengaruhi

9
konsumsi ransum yaitu faktor lingkungan dan ternak itu sendiri serta faktor pakan.
Pernyataan ini sesuai dengan pernyataan Wicaksono (2015) menyatakan rata –
rata konsumsi ransum ayam kampung super umur 3 – 7 minggu yang diberikan
ransum ad libitum sebesar 400,98 g/ekor/minggu. Hardjosworo dan Rukmiasih
(2000) menyatakan kebutuhan zat nutrisi ayam kampung umur 0-4 minggu
membutuhkan pakan dengan kandungan energi 2.800 kkal/kg, protein 20%,
methionine 0,30%, lisin 0,85%, Ca 0,80%, P0,40%.

Sidadolog dan Yuwanta (2009) menyatakan kandungan energi dan protein


dalam ransum dapat mempengaruhi jumlah dari konsumsi ransum ayam, hal
tersebut akan berdampak pada peningkatan pertambahan bobot badan. Kemudian
ditambah dengan pernyataan Koni et al (2019) menyatakan bahwa faktor pakan
juga dipengaruhi oleh palatabilitas, aroma, warna, serta kasar dan lemak kasar.

2.4. Pertambahan Bobot Badan

Fahrudin dkk (2016) yang menyatakan pertambahan bobot badan


diperoleh dari perbandingan antara selisih dari bobot akhir dan bobot awal dengan
lamanya pemeliharaan. Ditambahkan dengan pernyataan Qurniawan (2016)
menyatakan bahwa faktor yang berpengaruh pada pertambahan bobot badan yaitu
perbedaan jenis kelamin, konsumsi pakan, lingkungan, bibit dan kualitas pakan.

Mokodongan et al (2017) menyatakan bahwa rataan pertambahan berat


badan ayam kampung (g/ekor) dengan penggunaan level protein yang berbeda
yaitu 18 % dan 20 %, pertambahan berat badan yang tertinggi yaitu dengan
penggunaan level protein 20 % sebesar 75,52 g/ekor, sedangkan pertambahan
berat badan terendah yaitu dengan penggunaan level protein 16% sebesar 62,38
g/ekor. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Rodiallah dkk (2018) yang
menyatakan apabila kebutuhan tubuh telah terpenuhi baik pertumbuhan,
pembentukan sel-sel jaringan tubuh, maka pertambahan berat badan pun akan
meningkat sesuai dengan pertambahan umur dan tingkat konsumsi per harinya.

Indrawati (2010) bahwa tingginya pertambahan bobot badan memberikan


nilai konversi terbaik disebabkan minyak atsiri dalam tubuh ternak diubah
menjadi bentuk lain yang dapat mempengaruhi kerja sistem syaraf. Pernyataan

10
tersebut sesuai dengan pendapat Rasyaf (2002) menyatakan bahwa bobot badan
unggas dipengaruhi antara lain oleh kualitas dan kuantitas makanan yang
diberikan.

2.5. Konversi Ransum

Edjeng dan Kartasudjana (2006) menyatakan bahwa angka konversi


ransum yang kecil berarti jumlah ransum yang digunakan untuk menghasilkan
satu kilogram daging semakin sedikit, semakin tinggi konversi ransum berarti
semakin boros dari segi financial. Hal ini didukung Muharlien dkk (2011) yang
menyatakan konversi pakan selama penelitian diukur berdasarkan perbandingan
antara konsumsi pakan dengan bobot badan yang dicapai selama penelitian.

Rasyaf (2002), menyatakan bahwa konversi ransum yang dianggap baik


untuk ayam pedaging umur 1-4 minggu berkisar 1,6 – 1,84. Semakin rendah
konversi ransum adalah semakin baik karena konversi ransum yang rendah
menunjukkan efisiensi penggunaan ransum yang baik. Sedangkan Rizal (2006)
menyatakan ayam pedaging yang memiliki konversi pakan 2,1 ini menunjukkan
bahwa untuk membentuk 1 kg bobot badan diperlukan pakan sebesar 2,1 kg.
Secara teknis, semakin cepat ternak tumbuh dan masa panen lebih cepat, maka
jumlah pakan yang di kosumsikan menjadi lebih rendah sehingga angka konversi
pakan menjadi kecil sehingga terjadi meningkatkan efisiensi pakan dan penurunan
biaya produksi per kilogram bobot hidup.

Anggorodi (1994) menyatakan konversi pakan atau konversi ransum


adalah sebagai ukuran efisiensi pakan yakni menggambarkan tingkat kemampuan
ternak untuk merubah pakan menjadi sejumlah produksi dalam satuan waktu
tertentu, baik untuk produksi daging maupun telur. Sedangkan menurut North dan
Bell (1990), faktor yang mempengaruhi konversi pakan antara lain adalah energi
metabolisme dan zat-zat makanan yang terkandung di dalam pakan.

11
BAB III
MATERI DAN METODA

3.1. Tempat dan Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan di Fapet Farm Fakultas Peternakan


Universitas Jambi dimulai pada tanggal ... 2021 sampai dengan… 2021

3.2. Materi dan Peralatan

Materi yang digunakan pada penelitian ini yaitu 200 ekor anak ayam
kampung super umur 1 hari (DOC) dari PT. Sumber Unggas Indonesia. Bahan
pakan yang digunakan adalah Jagung, Dedak, bungkil Kedelai, tepung Ikan,
bungkil Kelapa, Premix dan tepung Kemangi (Ocimum basilicum) yang
didapatkan tanaman kemangi yang dibudidayakan oleh petani di Desa Kasang
Lopak Alai, Kecamatan Kumpe Ulu, Kabupaten Muaro Jambi.

Peralatan yang digunakan meliputi tempat pakan dan minum, lampu 40


wat, timbangan, terval, serbuk gergaji, koran, sapu, pel, ember, serta kandang
dengan perlengkapannya.

3.3. Metode

3.3.1. Persiapan Kandang

Persiapan kandang dilakukan dengan cara sanitasi kandang yaitu


membersihkan kandang dari sisa - sisa kotoran yang terdapat di kandang.
Kandang yang akan digunakan dibersihkan terlebih dahulu dengan cara kandang
dicuci dengan air bersih bagian lantai kandang disikat begitu juga dengan sekat-
sekat yang akan digunakan. Setelah itu tunggu kandang hingga kering, setelah
kering lakukan desinfeksi dengan cara menyemprotkan desinfektan. Pemberian
desinfektan dilakukan 1 minggu sebelum ayam dimasukkan kedalam kandang.
Langkah selanjutnya adalah dilakukan pengapuran dan dibiarkan selama satu
minggu untuk memutus siklus hidup bibit penyakit sebelum ayam dimasukkan.
Peralatan kandang seperti tempat pakan dan tempat minum disucihamakan
hingga bersih dan terbebas dari bibit penyakit.

12
Selanjutnya 2 jam sebelum ayam datang terlebih dahulu menyediakan
pakan dan air minum serta menghidupkan lampu yang berfungsi sebagai
pemanas. Kandang diberi kode perlakuan secara acak, kemudian masukkan 200
ekor DOC ayam kampung super berumur 1 hari ke dalam 20 unit kandang yang
diambil secara acak dengan setiap kandang berisi 10 ekor ayam kampung super.

3.3.2. Persiapan Tepung Kemangi

Tepung Kemangi (Ocimum basilicum) diperoleh dengan cara membeli


kepada petani yang didapatkan dan dibudidayakan oleh petani di Desa Kasang
Lopak Alai, Kecamatan Kumpe Ulu, Kabupaten Muaro Jambi. Kemudian
dicacah hingga berukuran lebih kecil, supaya mudah dalam proses pengeringan.
Pengeringan dilakukan dengan cara dijemur dibawah sinar matahari dan
selanjutnya digiling hinga menjadi tepung.

3.3.3. Persiapan Ransum

Ransum yang digunakan adalah Jagung, Dedak, bungkil Kedelai, tepung


Ikan, bungkil Kelapa, Premix, tepung Kemangi. Ransum disusun sesuai dengan
kebutuhan zat makanan untuk ayam kampung.

Pembuatan ransum dilakukan dengan cara mencampurkan bahan yang


jumlahnya sedikit dan tekstur lebih halus terlebih dahulu, kemudian tambahkan
sedikit demi sedikit bahan yang berjumlah banyak. Kemudian setelah ransum
tersebut tercampur semua aduk sampai homogen. Masing-masing ransum di bagi
dalam 4 perlakuan yaitu ransum basal + 0% Tepung Kemangi (Ocimum
basilicum), ransum basal + 1% Tepung Kemangi (Ocimum basilicum), ransum
basal + 2% Tepung Kemangi (Ocimum basilicum) dan ransum basal + 3%
Tepung Kemangi (Ocimum basilicum). Kebutuhan zat – zat nutrisi dalam
ransum ayam kampung umur (0 – 8 minggu) dan kandungan bahan pakan dalam
ransum dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.

13
Tabel 1.  Kebutuhan zat – zat nutrisi dalam ransum ayam kampung umur (0 – 8
minggu).
Kebutuhan Zat Makanan
Zat Makanan   (%)
PK 20
LK 4–7
SK 3–6
Ca 0.9 – 1.1
P 0.7 – 0.9
Metionin 0.37
Lisin     0.87
ME (kkal/kg)   2600
Sumber : (Nawawi dan Nurrohman, 2002).

Tabel 2. Kandungan Zat Makanan Bahan Penyusun Ransum

BK EM PK LK SK Ca P
Bahan Pakan
No (%) (kkal/kg) (%) (%) (%) (%) (%)
1 Jagung 86.3a 3321a 8.3a 4,1a 2,2a 0.83a 0.25a
2 B. Kedelai 95.56a 3458a 48.8 a
0,9 a
3,36 a
0.32a 0.2a
3 B.Kelapa 88,6b 1540b 21,2b 1,9b 14,2b 0,16b 0,62b
4 Dedak 89.37a 2200a 8.9a 4,2a 13,21a 0,46a 1.1a
5 T.Ikan 92.58a 3190a 52.6a 10a 0,7a 2.29a -
6 Minyak - 8600a - - - - -
a
7 Mineral - - - - - 32.5 10a
8 Premix - - - - - 32.5a 1a
9 T.Kemangi 92,72c 1.903,4c 24,64c 3,82c 16,933 - -

Sumber:
a. Standar Nasional Indonesia (2008).
b. Miskiyah et al (2006).
c. Hasil Analisis Laboratorium Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi
Pakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor dalam Sugiarto
(2008).

14
Tabel 3. Komposisi bahan penyusun ransum basal.

Bahan Ransum Basal (%)


Jagung 35,8
B.Kedelai 20,1
B.Kelapa 10,5
Dedak 20
T.Ikan 7,2
Premix 3,4
Minyak 3
Jumlah 100

Tabel 4. Kandungan zat makanan Ransum Basal 


Zat Makanan Ransum Basal
Bahan Kering (%) 81,3
Protein Kasar (%) 20,3
Lemak Kasar (%) 3,2
Serat Kasar (%) 5,25
Ca (%) 1,7
P (%) 0,4
EM (Kkal/Kg) 2649,36

3.3.4. Pelaksanaan Penelitian

3.3.4.1. Pengacakan Kandang

Penempatan ayam dan pemberian perlakuan di dalam kandang


dilakukan secara acak, semua unit kandang diberi nomor beserta kode untuk
ulangan. Kemudian setiap ayam di beri nomor di kakinya dan ditimbang
untuk mengetahui bobot badan awal ayam tersebut. Sebelum dimasukan
kedalam kandang dilakukan terlebih dahulu uji keragaman bobot badan,
kemudian di ambil secara acak dan di masukkan kedalam kandang, kemudian
setiap kandang di isi dengan 10 ekor ayam kampung.

15
3.3.4.2. Pengambilan Data

Pengambilan dan pengamatan data dilakukan setiap minggunya


selama pemeliharaan 2 bulan (8 minggu) dengan perlakuan. Pencatatan data
meliputi : konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum.

Penimbangan ransum untuk menentukan konsumsi ransum dilakukan


seminggu sekali, dengan menghitung selisih antara pemberian ransum yang
diberi setiap hari dengan sisa ransum setiap minggunya di minggu yang sama.
Penimbangan bobot ayam untuk mencatat pertumbuhan bobot ayam
dilakukan setiap minggunya. Dan konversi ransum untuk menilai efisiensi
penggunaan dan kualitas ransum.

3.4. Rancangan Penelitian

Penelitian ini seluruh percobaannya menggunakan Rancangan Acak


Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Kandang yang digunakan
sebanyak 20 unit kandang, dimana setiap unit diisi dengan 10 ekor ayam
kampung.
Perlakuan yang akan diberikan yaitu :
P0 = Ransum Basal + 0% Tepung Kemangi (Ocimum basilicum)
P1 = Ransum Basal + 1% Tepung Kemangi (Ocimum basilicum)
P2 = Ransum Basal + 2% Tepung Kemangi (Ocimum basilicum)
P3 = Ransum Basal + 3% Tepung Kemangi (Ocimum basilicum)

3.5. Paubah Yang Diamati

Peubah yang diamati dalam penelitian ini, antara lain yaitu Konsumsi
Ransum, Pertambahan Bobot Badan dan Konversi Ransum.

3.5.1. Konsumsi Ransum

Konsumsi ransum dihitung dari selisih antara ransum yang diberikan


dengan sisa ransum pada waktu yang sama yang dinyatakan dalam
g/ekor/minggu. Konsumsi ransum dihitung berdasarkan rumus berikut:

16
Konsumsi Ransum (gram/ekor/minggu) =

Konsumsi Ransum (gram/ekor/hr) =

3.5.2. Pertambahan Bobot Badan

Pertambahan bobot badan (PBB) dihitung dari selisih antara bobot badan
saat penimbangan dengan bobot badan penimbangan sebelumnya yang
dinyatakan dalam g/ekor/minggu. Pertambahan bobot badan dihitung
berdasarkan rumus berikut:

PBB (g/ekor/minggu) = BB2 (gram/minggu) – BB1 (gram/minggu)

PBB (g/ekor/hari) =

PBB Total (g/ minggu) = PBB1 + PBB2 + ………… + PBB10

Keterangan: BB2 = Bobot Badan Saat Penimbangan (gram/minggu)


BB1 = Bobot Badan Penimbangan Sebelumnya (gram/minggu)

PBB1, PBB2, … PBB10 = Pertambahan Bobot Badan Ayam 1, 2 dst. (gram)

3.5.3. Konversi Ransum

Konversi ransum dihitung dari perbandingan jumlah konsumsi ransum


(gram/minggu) dengan jumlah pertambahan bobot badan (gram/minggu) yang
dinyatakan dalam gram. Konversi ransum dihitung berdasarkan rumus berikut:

Konversi Ransum (gram) =

17
3.6. Analisis Data

Data yang diperoleh dari setiap parameter yang diamati, dianalisis


menggunakan analisis ragam (ANOVA) dengan model persamaan berikut :
Yij = µ + αi + Eij
i = 1, 2, 3, 4,(banyaknya perlakuan)
j = 1, 2, 3, 4, 5 (banyaknya ulangan)
Yij = Nilai pengamatan yang diukur
µ = Pengaruh dari rata – rata peubah yang diamati
αi = Pengaruh perlakuan ke – i
Eij = Pengaruh Galat percobaan ulangan ke - j dan perlakuan ke – i

Data yang terhimpun dianalisis menggunakan analisis ragam sesuai


rancangan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap. Bila terdapat
pengaruh nyata maka akan dilakukan dengan uji lanjut menggunakan Uji Jarak
Berganda Duncan (DMRT).

18
DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, I.K. dan A. Firmansyah, 2006. Dari Pecel Lele, Obat Herba sampai

Parfum.hhtp://www.pikiranrakyat.com/cetak/2006/012006/26/cakrawala/la
innya.html (9 Juni 2006).

Anggorodi, R. 1994. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas


PT. Gramedia. Jakarta.

Azizi, B, G., Sadeghi, A., Karimi, F., Abed. 2011. Effect of dietary energy and
protein dilution and time of feed replacement from starter to grower on
broiler chickens performance. Jurnal of Central European Agriculture. 12
(1) : 44 – 52.

Bagus, S. 2008. Performa Ayam Broiler Dengan Pakan Komersial Yang


Mengandung Tepung Kemangi (Ocimum Bacilucum). Skripsi.
Departemen Ilmu Produksi Dan Teknologi Peternakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Dewi, K, I., dan Bambang, Y. (2016). Uji Efektivitas Sediaan Hand Sanitizer
Kombinasi Ekstrak Daun Kemangi (Ocinum sanctum) dan Ekstrak Kulit
Jeruk Purut (Citrushystrix). Kementrian Kesehatan Politeknik Kesehatan
Surakarta Jurusan Jamu.
Dattani M. Ocimum sanctum and its therapeutic applications. [online] 2008 [cited
25 Februari 2021]. Available from:
http://www.pharmainfo.net/keywords/ocimum-sanctum.

Edjeng S. dan R. Kartasudjana. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar


Swadaya, Jakarta.

Hadipoentyanti, E. dan Wahyuni, S. 2008. Keragaman Selasih (Ocimim spp)


Berdasarkan Karakter Morfologi. Produksi dan Mutu Herba. Jurnal Littri,
(Online),Vol 14 (4) (03 April 2012)
hhtp://www.perkebunan.litbang.deptan.go.id.

Hamiyanti et al. 2013. Pengaruh penambahan tepung kemangi (Ocimum


basilicum) terhadap komposisi kimia dan kualitas fisik daging broiler.
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 23 , No. 1 : 25 – 29.

Indrawati, R. Saifut N dan Muharlien. 2010. Upaya Peningkatan Performan Itik


Mojosari Periode Starter Melalui Penambahan Temulawak (Curcuma
xanthoriza, Roxb) Pada Pakan. J. Ternak Tropika Vol. 11, No.2:-32-40.

Iskandar, S. 2006. Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Lokal. Balai Penelitian


Ternak Cianjur. Bogor.
Kaleka, N. 2015. Panen Ayam Kampung Super. Solo: Arcita.

Koni, T.N.I., T.A.Y. Foenay & Asrul. (2019). The nutrient value of banana peel
fermented by tape yeast as poultry feedstuff. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan,
29(1), 234–240. https://doi.org/10.21776/ub.jiip.2019.029.03.05.

Kususiyah, (2011). Performans pertumbuhan ayam peraskok sebagai ayam potong


belah empat serta nilai income over feed and chick cost. Jurnal Sains
Peternakan Indonesia, 6(1), 83-87.

Mokodongan, A.R., F. Nangoy., J.R. Leke & Z. Poli. (2017). Penampilan


pertumbuhan ayam bangkok starter yang diberi pakan dengan level protein
berbeda. Zootechnology, 37(1), 426.

Muharlien dkk.2011.Meningkatkan produksi produksi ayam pedaging Melalui


Pengaturan Proporsi Sekam, Pasir dan Kapur sebagai Litter. Jurnal Ternak
Tropika Vol. 12, No.1: 38-45.

Nawawi, N. T. dan Nurrohman. 2002. Pakan Ayam Kampung. Penebar Swadaya,


Jakarta.

Negoro, A. S. P., Achmanu, dan Muharlien. 2009. Pengaruh Penggunaan Tepung


Kemangi Dalam Pakan Terhadap Penampilan Produksi Ayam Pedaging.
Fakultas Peternakan Brawijaya. Malang.

Noferdiman, Sestilawarti, M. Fiqliah, dan A. Ilda.2020. Performa Ayam


Kampung Super Yang Diberi Ransum Dengan Level Protein Dan
Enzim Berbeda. E- Prosiding Seminar Nasional Ilmu Peternakan
Terapan. Jurusan Peternakan Politeknik Negeri Jember. DOI:
10.25047/proc.anim.sci.2020.17.

North, M.O. And D.D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4 th
Edition. Van Nostrand. Reinhold, New York.

Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia. 2007. Pedoman Pengawasan


Mutu Pangan. NOMOR: 65/PERMENTAN/OT.140/9/2007.

Peraturan Mentri Pertanian Republik Indonesia. 2017. Klasifikas Obat Hewan.


NOMOR : 14/PERMENTAN/PK.350/5/2017

Qurniawan, A. 2016. Kualitas daging dan performa ayam broiler di kandang


terbuka pada ketinggian tempat pemeliharaan yang berbeda di Kabupaten
Takalar Sulawesi Selatan. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
(Tesis).

Rasyaf, M., 2002. Beternak Ayam Pedaging. Edisi Revisi. Penebar Swadaya,
Jakarta.

Roboh H Rivon. 2015. Level Penambahan Nasi Aking Dalam Ransum Terhadap
Pertambahan Bobot Badan, Konsumsi Dan Konversi Ransum Ayam
Kampung Fase Stater Skripsi Fakultas Pertanian Jurusan Peternakan
Universitas Gorontalo, Gorontalo.
Rodiallah dkk.2018.Performa Ayam Broiler Fase Starter yang Diberi Tepung
Keong Mas (Pomacea Spp) Dalam Ransum Standar Komersia..Jurnal
Peternakan. ISSN1829 – 8729 Vol 15 No 1 (15-21).

Rose, S. P. 2001. Principles of Poultry Science. CAB International.

Sugiarto, B. 2008. Performa Ayam Broiler Dengan Pakan Komersial Yang


Mengandung Tepung Kemangi (Ocimum basilicum L.). Skripsi. Program
Studi Produksi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

Suprijatna, Umiyati dan Ruhyat. 2008. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar
Swadaya. Cetakan Kedua, Jakarta.
Trasarti, F., A.J. Marchi, and C.R. Apesteguia. 2004. Highly selective syntheses
of menthols from citral in a one – step one process. Journal of Catalysis.
224(2): 484-488.

Udjianto, A., (2018). Beternak Ayam Kampung Paling Unggul, Pedaging dan
Petelur KUB. Jakarta: Penebar Swadaya.

Vieria, R.F. and J.E. Simon. 2006. Chemical characterization of basil (Ocimum
spp.) based on volatile oils. Flavour and Fragrance Journal. 21(2): 214-
221.

Anda mungkin juga menyukai