Skripsi Wiradyanti.m Poltekkes Kemenkes MKS Fix
Skripsi Wiradyanti.m Poltekkes Kemenkes MKS Fix
Skripsi Wiradyanti.m Poltekkes Kemenkes MKS Fix
JARINGAN PERIODONTAL
NAMA : WIRADYANTI.M
NIM : PO.71.4.261.19.2.028
JARINGAN PERIODONTAL
Diajukan sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana terapan kesehatan
NAMA : WIRADYANTI.M
NIM : PO.71.4.261.19.2.028
Skripsi ini adalah karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip
Nama : WIRADYANTI.M
Nim : PO.71.4.261.19.2.028
Tanggal : FEBRUARI 2021
Yang Menyatakan,
(WIRADYANTI.M)
PO.71.4.261.19.2.028
i
LEMBARAN PENGESAHAN SKRIPSI
PENGARUH BUDAYA MENYIRIH TERHADAP
KESEHATAN JARINGAN PERIODONTAL
Oleh :
WIRADYANTI.M
PO.71.4.261.19.2.028
ii
SKRIPSI
Oleh:
WIRADYANTI.M
PO 71.4.261.19.2.028
Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pengaruh Budaya menyirih terhadap kesehatan jaringan
periodontal”.Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi
untuk mencapai gelar S.Tr.Kes pada Program Studi Diploma IV Keperawatan
Gigi pada jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Makassar. Skripsi ini
dapat selesai atas bimbingan dosen pembimbing saya atas jerih payah beliau
dalam membimbing hingga selesai. Oleh karena itu saya ingin ucapkan terima
kasih kepada :
1. Allah SWT. Karena atas berkat Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga saya
masih diberi kesehatan dan kesempatan untuk dapat menyelesaikan skripsi
ini.
2. Bapak Ir. Agustian Ipa, M.Kes selaku Direktur Poltekes Kemenkes
Makassar.
3. Bapak Syamsuddin Abu Bakar, S.SiT, M.Mkes selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Gigi.
4. drg. Hj. Asridiana, M. Mkes selaku Ketua Program Studi D.IV
Keperawatan Gigi.
5. Syamsuddin Abu Bakar, S.SiT, M.Mkes selaku pembimbing akademik
saya yang telah memberikan motivasi selama menjalankan perkuliahan
iv
9. Segenap Dosen Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes
Makassar atas ilmu dan bimbingannya.
10. Orang yang paling berpengaruh dalam hidup penulis yaitu kedua orang
tua, Alm.Muhammadia dan Hj Rosmiati, SKM akan cinta kasih, doa,
dukungan semangat dan materi yang tak ternilai yang selalu diberikan
kepada saya.
11. H.Sudirman selalu Ayah tiri saya yang selalu memberikan dorongan dan
semangat sehingga skripsi saya dapat selesai.
12. Orang yang paling setia menemani, memberikan semangat kepada penulis
yakni suami tercinta Rudini,SE atas doa dan dukungannya sehingga
skripsi saya dapat selesai tepat waktu.
13. Ketiga Anak – anak saya yang tercinta yaitu Aulia Al maghfirah, Anisa
Nur Ramadhani dan yang paling setia menamani saya, anak terakhir saya
Asriel Adinata Putra yang semenjak lahir sudah bersama saya baik dalam
suka dan duka.
14. Saudara-saudara penulis yakni kakak saya Meldayanti.M yang selalu
membantu saya sebagai penghubung untuk membawakan hasil skripsi
saya untuk dikonsultasikan, adik Triwidyawanti yang selalu memberikan
semangat walaupun dari jauh dan keponakan saya Syakira Rihadatul
Aisya serta Mulyanto yang turut membantu sehingga skripsi saya dapat
selesai tepat waktu.
15. Kepada keluarga besar Angkatan AJ-2019 yang selama ini bersama-sama
menuntut ilmu di Poltekkes Makassar Jurusan Keperawatan Gigi.
16. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu saya selama pembuatan skripsi ini.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga Tugas Akhir ini dapat menambah
pengetahuan dan bermanfaat bagi kita semua.
v
Penulis,
Nama : Wiradyanti.M
NIM : PO.71.4.261.19.2.028
Program Studi/Jurusan : Sarjana Terapan Kesehatan Gigi
Judul Skripsi : Pengaruh Budaya Menyirih Terhadap Kesehatan
Jaringan Periodontal
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Nonekslusif ini Poltekkes Kemenkes Makassar berhak menyimpan, mengalih
media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,
dan mengaplikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
(Wiradyanti.M)
vi
PENGARUH BUDAYA MENYIRIH TERHADAP
KESEHATAN JARINGAN PERIODONTAL
vii
THE INFLUENCE OF CUTTING CULTURE ON
PERIODONTAL NETWORK HEALTH
Wiradyanti.M ( ¹ ) , Lucia Yauri (2) , Rini Irmayanti Sitanaya (3)
Department of Dental Nursing
Poltekkes Kemenkes Makassar
Email: [email protected]
ABSTRACT
Background : Chewing is a form of habit that is still practiced in society
from generation to generation. Betel nut is a process of mixing selected
ingredients and wrapped in betel leaf then put into the mouth and chewed. The
mixture is betel nut seeds, betel leaf, lime powder, gambier. In terms of dentistry,
the habit of betel nut can cause periodontal disease. From (± 73.50%) and as much
as 4-5% of the Indonesian population has periodontal disease and is the second
most common disease in the community . Purpose of researchThis is to
determine the effect of betel culture on periodontal tissue health. This study uses a
descriptive qualitative approach and the type of research used is a literatur study.
The data collection method used is derived from secondary data sources such as
journals, books, scientific papers, theses, text books and scientific articles. The
results showed that several researchers had conducted research on the influence
of betel culture on the health of periodontal tissues and most of these studies
indicated that there was no effect of the tradition of eating betel on periodontal
health status but there was an effect on betel composition , frequency of eating
betel and there was an effect on length of meal. Betel on periodontal health status
from several variables above, the most dominant to periodontal health status is the
duration of eating betel, which means that the duration of eating betel ≥ 5 years
has a 2.9 times greater risk of respondents experiencing periodontal health status
compared to the duration of eating betel <5 years. And some also said that there
was no effect on the frequency of eating betel and the length of time eating betel
on periodontal health status, but there was a significant effect between the
composition of betel nut and periodontal health status. periodontal health.
Keywords: culture, chewing, composition, frequency, duration, periodontal tissue
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
BAB I PENDAHULUAN
D. Manfaat ................................................................... 5
A. Menyirih ............................................................................. 6
2. Pinang ............................................................................. 11
3. Gambir ............................................................................. 15
4. Kapur ............................................................................. 18
ix
C. Jaringan Periodontal .................................................................. 23
BAB IV PEMBAHASAN
Pembahasan ................................................................ 38
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................... 45
B. Saran ................................................................................ 45
DAFTAR PUSTAKA
x
DAFTAR GAMBAR
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
sehat dalam upaya membangun pada strategi kesehatan nasional. Upaya kesehatan
gigi dan mulut adalah salah satu bagian dari kesehatan tubuh seseorang yang
fungsi dalam berbicara, mengunyah serta percaya diri, dalam menjaga kebersihan
gigi dan mulut merupakan suatu hal yang sangat perlu dilakukan sedini mungkin,
namun hal ini sebagian masyarakat masih banyak yang tidak memperhatikan
Riset Kesehatan Dasar Nasional tahun 2018 di Provinsi Sulawesi Selatan bahwa
Sulawesi Selatan mempunyai masalah kesehatan gigi yang cukup tinggi yaitu
sekitar 69%, jika dibandingkan dengan prevalensi nasional yang hanya 57,6%
Kesehatan gigi dan mulut ini sering kita abaikan karena adanya kebiasaan
masyarakat dan pola hidup yang tidak terjaga sehingga status kebersihan gigi dan
mulut menjadi buruk (Berelaku,2020). Kesehatan gigi dan mulut tidak dapat di
pisahkan satu dengan yang lainnya karena kesehatan gigi dan mulut itu dapat
derajat kesehatan gigi dan mulut yaitu dengan cara menjaga kebersihan gigi dan
mulut. Peranan rongga mulut sangat besar kaitannya bagi kesejahteraan dan
1
kesehatan tubuh seseorang secara umum, karena seseorang dikatakan sehat jika
didalam rongga mulut dan giginya juga sehat , oleh karena itu kesehatan gigi dan
(Syafrina, 2019 ).
kesehatan gigi dan mulut. Kebiasaan yang dilakukan para leluhur kita dan
menyirih yang artinya suatu kegiatan mengunyah daun sirih (Ismawati dkk, 2019).
Tradisi ini sudah perlahan lahan mulai ditinggalkan oleh generasi muda dan masih
banyak dilakukan para orang tua. Tradisi menyirih ini bahkan digunakan sebagai
bahan untuk menjamu para tamu – tamu yang baru berkunjung didaerah tertentu
dan merupakan sebagai wujud persahabatan, bahan ini akan disuguhkan kepada
tamu – tamu pada acara bersifat kekeluargaan atau acara adat. Selain daripada itu
pertemuan, menyirih ini sebagai bentuk penghargaan dan dapat mempererat tali
penyirih. Pada jaman dahulu kala orang tua kita masih mempercayai bahwa
dimulut, mengobati gigi yang sakit dan dapat menghilangkan bau mulut. Mereka
(Ismawati dkk, 2019). Menyirih merupakan kegiatan yang sudah dikenal dan
dijadikan sebagai tradisi turun temurun pada daerah tertentu, sebagai contoh salah
2
satu daerah yang ada diSulawesi Selatan yang dikenal dengan kebiasaan adat
menyirih yakni Suku Toraja. Ini merupakan Suku yang berada dipegunungan
dibagian Utara Sulawesi selatan, dimana suku ini sangat unik dan sudah terkenal
sudah tidak lazim lagi apalagi kaum ibu, di Toraja menyirih dikenal dengan
sebutan Ma’Pangan (dalam bahasa daerah setempat) bukan hal yang asing lagi,
sebagian besar setiap hari kita dapat melihat ibu – ibu melakukan kegiatan
menyirih, dan sebagian kecil laki –laki terlihat mengunyah sirih, apalagi dalam
kegiatan acara Adat yakni Upacara Kematian Masyarakat Tana Toraja (Rambu
Solo) dan Pesta pernikahan dan Ulang tahun (Rambu Tuka) ( Tandiarrang,
2015).
bahan - bahan yang terpilih serta dibungkus didalam daun sirih dan ditempatkan
dilengkapi dengan komponen utama yakni biji buah pinang , daun sirih, serbuk
3
kesehatan jaringan periodontal kurang baik (Aritonang, 2016), jika dibiarkan
penyakit periodontal ini dapat menyebabkan gigi menjadi goyang atau lepas.
Alasan ini dapat dijelaskan karena didalam menyirih adanya bahan yang dapat
penggunaannya terdapat kapur yang diramu menjadi satu sehingga terjadi suasana
basa dalam mulut, dan menimbulkan adanya kalkulus yang erat melekat pada gigi,
juga adanya silikat yang terdapat didalam bahan daun tembakau dan jika kita
mengunyah dalam waktu lama dapat mengikis element gigi sampai gingiva
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan dengan latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya, maka dapat
C. TUJUAN PENULISAN
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
periodontal.
4
periodontal.
periodontal.
jaringan periodontal.
D. MANFAAT
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. MENYIRIH
mencampur dari bahan-bahan yang terpilih serta dibungkus didalam daun sirih
kemudian dimasukkan kedalam mulut dan dikunyah. Proses mengunyah sirih ini
agar hasil mengunyah sirihnya merata yakni dengan cara diselipkan didalam pipi
sebelah kanan dan sebelah kiri untuk dihisap - hisap. Kebiasaan menggosok
tembakau inilah yang biasa disebut dengan menyusur dimana penyirih percaya
sebagai pengganti gosok gigi untuk membersihkan gigi, selain itu menyirih juga
dapat dipercaya dapat memperkuat kekuatan gigi (Gipayanti dkk, 2019). Menyirih
sudah dikenal diberbagai negara yang satu ke negara yang lain dan satu daerah
kedaerah yang lain, proses menyirihnya juga berbeda, komposisi terbesar hampir
sama dan relatif konsisten, yakni terdiri dari Piper betle (daun sirih) , Areca
Salah satu dari efek menyirih terhadap gigi adalah jika dilihat dari segi
positif dan negatifnya, dimana dari segi positifnya mengunyah sirih dapat
6
menghambat pembentukan karies, sedangkan jika dilihat dari segi negatifnya
permukaan gigi) terhadap gigi dan gingiva, selain itu menyirih juga dapat
menimbulkan penyakit periodontal dan lesi - lesi pada mukosa mulut juga dapat
timbul, oral hygine/ kebersihan mulut akan buruk, dan mukosa lidah dapat
merupakan kombinasi dari campuran daun sirih (piper betle ), buah pinang (areca
Nama lain dari daun sirih biasa disebut dengan Piper betle Linn adalah
merupakan tanaman yang ada disekitar kita dan mudah ditemukan, Sirih ini
banyak terdapat di Indonesia yang banyak tumbuh dan merambat pada pohon
lain. Sirih selain dikenal didalam acara adat juga digunakan dalam pengobatan
7
Ciri - ciri daun sirih adalah yakni ukuran pajang sirih sesuai usianya,
sirih ini tumbuh diatas tanah yang subur, kelembaban udaranya tidak boleh
terlalu lembab, diperlukan cuaca tropis, dan air yang cukup agar tumbuh dengan
cabang daun sirih bersifat tunggal atau satu-satu , bertangkai dan jika diremas
Kandungan piper batle atau daun sirih ini merupakan tanaman herbal yang
banyak mempunyai manfaat dalam hal kesehatan dan juga kecantikan, karena
sekitar 85-90 persen banyak mengandung air, didalam kandungannya daun sirih
ini mempunyai nutrisi dan nilai gizi yang baik dan setiap 100 gram daun sirih
Didalam daun sirih ada zat yang terkandung yakni minyak atsiri dimana
komponen utama dalam minyak atsiri ini terdiri atas fenol dan senyawa
Selain terkandung minyak atsiri, daun sirih ini juga banyak mengandung tiamin,
vitamin C ,karoten, riboflavin, asam nikotinat, tanin, gula, pati, dan asam amino
terjadi penumpukan plak maka akan timbul adanya karies dan penyakit
periodontal, ini terjadi karena adanya hubungan antara plak dan bakteri, dimana
8
plak ini terdiri dari mikroorganisme Streptococcus mutans, Candida albicans dan
banyak didapat pada plak gigi karena mempunyai sifat acidophilic dan
zat asam sehingga pH dalam rongga mulut dapat menurun (Novita , 2016)
Di Asia Tenggara, tanaman daun sirih sangat erat kaitannya dalam proses
pencegahan karies, penyakit jaringan periodontal dan bau mulut / halitosis dapat
dikontrol. Hal ini ditunjukkan bahwa dalam kandungan daun sirih mempunyai
efek sebagai bakterisidal, antiseptik dan antioksidan dan kandungan kimia yang
terdapat dalam daun sirih bersifat sebagai antiseptik misalnya minyak atsiri,
karena didalam minyak atsiri terkandung senyawa fenol dan turunannya yang
dapat mendenaturasi protein salah satunya adalah kavikol yang memiliki daya
berdarah ( akibat dari penyakit gingivitis dan penyakit periodontal ) daun sirih
ini sangat efektif untuk menghentikan pendarahan, karena didalam daun sirih
terkandung tanin, saponin, kalsium, mineral dan fosfor yang dapat membantu
dengan cara merebus daun sirih sebanyak 10 lembar, kemudian hasil rebusan
tersebut digunakan dengan cara dikumur di saat gusi berdarah ,cukup dilakukan
3 kali sehari ( Ardyanto, 2020 ). Dan didalam kandungan daun sirih juga dapat
9
mencegah karsinogen penyebab kanker mulut ( akibat lanjut dari penyakit
periodontitis ). Daun sirih juga dapat dipercaya sebagai pencegah kanker mulut
karena didalam daun sirih kadar asam karbonat didalam air liur dapat dijaga,
caranya cuci bersih daun sirih sebanyak 13 lembar, setelah itu air rebusan
gingivalis sebagai penyebab radang gusi yang akan melepaskan racun sehingga
plak menumpuk pada sela-sela gigi yang kemudian menginfeksi dan merusak
jaringan lunak pada gusi dan tulang yang menyokong gigi, bakteri ini sudah
lama disangkut pautkan dengan perkembangan sel tumor ganas pada jaringan
disekitar kepala, mulut dan leher, karena adanya racun yang dilepaskan termasuk
diketahui bahwa setelah mengunyah ekstrak daun sirih suasana rongga mulut
akan cenderung basah, sehingga pembentukan plak pada gigi akan berkurang
(Argentina, 2020).
terkena fibrosis submukosa oral yang lebih tinggi dan akan berpengaruh pada
jaringan periodontal, akibat dari hal tersebut dapat terjadi kekakuan didalam
mulut(Atropi) dan pada akhirnya pergerakan rahang akan hilang, kondisi ini sulit
10
2. Buah Pinang
Sumber https://www.timesindonesia.co.id/read/news/154605/3-manfaat-buah-pinang-untfuk-tubuh
Pinang dalam bahasa ilmiah disebut juga dengan Areca catechu, Pinang
merupakan suatu komponen utama kedua dari menyirih. Pinang termasuk suatu
jenis tanaman kelapa dari family Arecaeae yang ditemukan dan tumbuh
berkembang di daerah Asia, Pasifik, dan Afrika bagian timur, Tiongkok dan
India (Samura, 2009 ). Ciri - ciri pinang dapat tumbuh sekitar 10-30 meter dan
ketika masih muda hasil buahnya akan berwarna hijau dan akan berubah menjadi
Pinang banyak didapat dihalaman rumah baik sebagai tanaman hias maupun
tanaman herbal karena pinang termasuk tanaman yang sudah dikenal didalam
masyarakat secara luas. Jenis pinang merupakan suatu tanaman yang masuk
dalam golongan family Palmae, tanaman ini tumbuh baik diIndonesia karena
flavonoid dan alkoloid dimana saponin ini dapat digunakan sebagai pembersih
11
sehingga sangat efektif untuk penyembuhkan luka terbuka, sedangkan
kandungan tanin dapat mencegah infeksi pada luka bakar karena memiki daya
Handayani , 2016). Sifat Alkoloid ini lah yang dapat menghambat terjadinya
plak oleh bakteri steptococus sehingga penyakit periodontal dapat dicegah, tapi
arekolin dalam senyawa alkoloid aktif bila digunakan secara berlebihan justru
karena itu sifat alkoloid dalam biji pinang dalam penggunaan lama dapat
berkembang menjadi fibrosis submukosa, yaitu salah satu jenis kanker mulut
yang diderita sekitar 0,5 % pada pengguna biji pinang. Secara fisik orang
mengkomsumsi biji pinang, sisa - sisa pinangnya tertinggal pada gigi sehingga
sehingga memicu terjadinya infeksi atau peradangan pada gusi, bila gusi
terinfeksi akan terasa gatal dan bau mulut tidak sedap, dalam sikat gigi sering
berdarah bahkan gigi bisa lepas dengan sendirinya/ tanggal (Nasution, 2019).
mengunyah biji pinang dengan penyakit periodontal bahwa ada 10 orang (33%)
(56,6%) tingkat pengetahuan sedang dan ada 3 orang tingkat pengetahuan buruk,
12
oleh karena itu frekuensi dan tingkat pengetahuan sedang seseorang dapat
Sekitar 460 ragam tanaman pinang, ada 5 jenis tanaman pinang yang
(4) (5)
Gambar 2.3 Jenis – Jenis Pinang
Dari sisi atas kanan kekiri (1)Pinang merah, (2)Pinang Hutan dan (3)Pinang Irian ,
dari sisi bawah kanan kekiri (4)pinang Biru ,(5)Pinang Kelapa
Sumber: https://steemit.com/indonesia/@hanifa/keindahan-palem-atau-pinang-merah-yang-menawan-
52e87b3cabdf4
Manfaat buah pinang dapat menguatkan gusi karena buah pinang ini
periodontal akibat dari menyirih dapat dihindarkan. Selain itu juga biji dan kulit
pinang dapat menguatkan gigi yang sudah rapuh jika digunakan bersama
dengan daun sirih. Khasiat dalam buah pinang muda dapat mencegah karies dan
dimana diketahui bahwa bakteri berasal dari plak yang menumpuk dan tidak
dibersihkan akan berlanjut menjadi kalkulus dan jika dibiarkan dapat membuat
13
Orang dengan kebiasaan mengunyah buah pinang dapat mengurangi
terbentuknya plak pada gigi dan dapat mencegah mulut kering karena
penggunaan buah pinang ini dapat menghasilkan air liur dalam jumlah yang
banyak, sehingga bau mulut dan gigi berlubang dapat dicegah (Sendari,2020 ).
Efek samping dalam penggunaan buah pinang adalah jika dilihat dari segi
Penyebab terjadinya penyakit periodontal ini karena adanya karang gigi atau
kalkulus yang bercampur dengan air liur/ saliva pada pengguna pinang (Murti
pendukung, sendi temporomandibular dan jaringan lunak sekitar gigi dan jika
kebiasaan dalam mengkomsumsi buah pinang dalam jangka waktu lama dapat
menyebabkan abrasi kerusakan gigi, atrisi, gigi akan berubah warna, dan dapat
dilakukan dalam kurung waktu yang lama, calculus yang dihasilkan oleh
peneliti lain mengatakan bahwa tanggalnya gigi akibat dari penyakit periodontal
pinang dapat memberikan efek yang buruk terhadap jaringan kesehatan gigi dan
14
mulut. WHO menghimbau kepada masyarakat bahwa pengunyah pinang dapat
menyebabkan kanker mulut jika dilakukan dalam kurung waktu yang lama.
besar. Public Health Law Center juga mengatakan hal yang sama bahwa
pengunyah pinang dapat menyebabkan berbagai jenis kanker baik dengan atau
tanpa tembakau misalnya kanker pada mulut, bibir, pharinx, lidah, esophagus,
perut, kanker paru, prostat, bahkan kanker cervix (Murti dan Toetik
Koesbardiati, 2019).
(1) (2)
Gambar 2.4 Gambir
Dari kanan gambar (1)gambir muda dan kiri gambar (2) gambir setelah diolah
Sumber :https://www.boleh.id/bolehtau/gambir-apa-itu-manfaatnya-apa/
Gambir berasal dari ekstrak remasan ranting dan daun yang merupakan
sejenis getah yang dikeringkan biasa disebut juga dengan Uncaria Gambir.
daunnya pendek dan tingginya kurang lebih 1-3 cm. Bunganya berbentuk
tersusun secara majemuk serta berwarna hijau atau merah muda pada bagian
mahkotanya , bentuknya seperti corong (seperti bunga kopi), jumlah benang sari
15
ada lima, dan bentuk buahnya seperti kapsula dengan dua ruang
( Saphira,2019 ).
(Saphira,2019 )
b. Policatechol 20-30%
c. Katechin 7-33%
e. Kuersetin 2-4%
f. Florisin 1-3 %
Tannat (Tanin) dan katechin lah yang manfaatnya paling banyak dari tanaman
ini. Dan yang paling sering digunakan adalah katechin karena sangat besar
jenis bakteri ini merupakan flora normal didalam mulut dan dapat berubah
16
menjadi patogen apabila kebersihan didalam mulut diabaikan. Menurut beberapa
bersumber dari bakteri dan plak, sedangkan bakteri itu asalnya dari plak serta
poket yang dalam, dan bakteri juga berasal dari lidah yang dapat menyebabkan
terbanyak dalam buah gambir adalah fenol dan katekin, dimana kandungan
bakteri karena adanya proses denaturasi protein dari bakteri (Aditya dkk, 2015)
pada gigi, didalam gambir juga terdapat kandungan tanin yang mempunyai sifat
antibakteri sehingga plak-plak akan dilawan yang akan beresiko sakit pada gigi ,
gambir dapat bermanfaat sebagai obat sakit gigi karena daun gambir bersifat
antibakteri yang tinggi yang dapat menghilangkan rasa sakit pada gigi , selain itu
ekstrak tanaman gambir juga dapat digunakan sebagai bahan -bahan obat kumur
17
menangkal bakteri penyebab radang serta mampu mempercepat kesembuhan
tapi untuk efek samping dan penyebabnya belum diketahui lebih jelas apakah
4. Kapur
putih seperti salep yang diperoleh dari berbagai sumber seperti dari kerang laut,
batu kapur, batu karang dan kerang air tawar yang berasal dari laut. Di Indonesia
dan hasil dari debu cangkang diolah menjadi bubuk ( kalsium dioksida) setelah
itu dicampurkan dengan air kadang dicampur sedikit minyak kelapa sehingga
sirih (Pertanianku,2015).
Kapur yang telah dicampur dengan sirih dapat mengubah zat arecoline
menjadi zat arecaidine yang akan membentuk suatu sistem saraf pusat, dan jika
penggunaan digabungkan dengan minyak lada esensial (campuran fenol dan zat
terpenlike) maka akan menimbulkan rasa nyaman bagi para penggunanya atau
akan bersifat euphoria ketika diserap dari mukosa bukal. Penggunaan pasta
kapur ketika kontak langsung dengan mukosa dapat mempercepat pergantian sel.
18
hasil dari gabungan tersebut diletakkan di dalam mulut ( pada pipi kanan atau
(Pertanianku,2015).
Jenis –jenis kapur diantaranya kapur tohor / kapur sirih , pembuatan kapur
ini dapat dilakukan melalui proses pemanasan/ pembakaran, kapur ini biasa
dikenal dengan kapur sirih karena dikomsumsi oleh pengguna sirih, jenis
bahannya dari batuan kapur gunung dan kulit kerang, kapur ini sering dijuluki
Sumber: https://www.boleh.id/bolehtau/gambir-apa-itu-manfaatnya-apa/
Kapur mengandung kalsium (Ca) bisa dalam bentuk CaO atau CaCO3.
Kapur sirih juga mengandung bahan lain yang bisa dimanfaatkan sebagai
penyerap atau adsorben seperti karbon aktif kalau dalam air bisa menjadi Ca
19
Kapur sirih ini terbuat dari cangkang kerang kepah yang dibakar selama
10-11 jam dengan potongan kayu, setelah itu cangkangnya dihancurkan dengan
air kemudian dihaluskan menjadi bubuk putih, sehingga kapur ini mengandung
dapat digunakan sebagai root canal atau perawatan saluran akar gigi dan dapat
memperbaiki pulpa gigi yang rusak, kasium hidroksida ini mempunyai sifat
Jenis kapur yang ke 2 adalah kapur karbonat dimana kapur ini berasal
dari bebatuan kapur dengan cara digiling bukan melalui proses pembakaran, cara
Sumber htthttps://sainskimia.com/kalsium-karbonat-sifat-dan-kegunaannya/
kalsium karbonat ini pada saat proses pemanasan (kalsinasi) dapat berubah
20
menjadi kalsium oksida dimana kalsium ini mudah untuk dimurnikan untuk
Manfaat yang terdapat dalam calcium carbonate sangat baik untuk pH tanah
Jenis kapur lainnya adalah kapur tembok , dimana kapur ini merupakan
hasil pembakaran pada kapur tohor /sirih tapi dengan cara menambahkan air
batuan kapur. Kapur ini dapat dipergunakan untuk mengapur tembok biasa
tembok biasa dikenal dengan calsium oksida (CaO), dimana kapur ini
dengan air sehingga disebut dengan calsium hidroksida, kapur tembok ini
(Pertanianku, 2015).
21
Adapun zat yang terkandung dalam kapur terhadap jaringan periodontal
karen adanya zat kitin dalam penggunaannya yang berbentuk serbuk kapur
periodontal sebab kapur mempunyai sifat panas yang dapat merusak jaringan
gingiva apabila sering dikunyah. Dampaknya gusi tidak dapat menyangga gigi
Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan (RSGM) mengatakan bahwa gigi dapat
terlindungi dan kuat karena adanya daun sirih yang bersifat antibakteri. Tapi
gingiva sebagai penyangga giginya dapat menjadi rusak dengan zat kapur . Jadi
tidak ada gunanya giginya kuat tapi pada akhirnya gigi akan akan mudah
Apabila kita tidak sengaja menelan kapur sirih atau sensitif terhadap kapur
sirih, maka akan terjadi sakit pada tenggorokan, mulut terasa terbakar, terasa
basa sehingga kerusakan pada organ lain dapat dipicu (Lestari, 2019)
22
b) Kerusakan kulit dan mata
Efek lain pada penggunaan kalsium hidroksida adalah dapat merusak kulit
dan mata dimana kulit dapat menyebabkan iritasi yang tidak nyaman dan
nekrosis apabila penderita memiliki kulit yang sensitif dan apabila mata
terkena kalsium hidroksida maka dapat menyebabkan sakit nyeri yang parah
permanen . Kapur sirih ini jika penggunaannya tidak tepat akan terasa panas
dan terbakar bahkan akan terjadi luka bakar pada kulit serta rambut dan
c) Masalah pernapasan
Akan terjadi komplikasi yang cukup berbahaya apabila kita tidak sengaja
menghirup kalsium hidroksida dari kapur sirih baik dari hidung maupun dari
mulut. Efeknya akan terasa nyeri pada hidung dan tenggorokan bahkan
d) Botulisme
C. JARINGAN PERIODONTAL
dan sementum yang merupakan jaringan penyanggah bagi gigi geligi. Penyakit
23
periodontium ini pada umumnya merupakan penyakit berkembang lambat namun
(penyusutan) dari jaringan ini akan selalu terjadi sesuai dengan bertambahnya
gusi mudah berdarah saat menyikat gigi, kadang- kadang gusi terasa gatal, mulut
terasa berbau tidak sedap, dan kadang - kadang pada gigi tertentu terasa sakit pada
periodontal akan bertambah dalam, sehingga sulit untuk membersihkan sisa – sisa
mengelilingi gigi dan melekat erat pada tulang rahang (Alveolar) (Sariningsih,
2014 ).
24
Gambar 2.9 Komponen Jaringan Periodontal
Sumber : https://www.intechopen.com/books/gingival-disease-a-professional-approach-for-treatment-and-
prevention/introductory-chapter-the-importance-of-gingival-treatment-and-prevention
Jaringan Periodontal mempunyai 4 komponen diantaranya :
a. Gingiva
Gingiva adalah bagian dari jaringan periodontal yang paling luar dan
2019)
b. Tulang Alveolar
25
gigi. Tulang alveolar merupakan bagian dari maksila dan mandibula yang
c. Ligamen periodontal
adalah Jaringan ikat yang menghubungkan dua buah tulang yaitu akar gigi
dan tulang alveolar dan merupakan struktur jaringan penyanggah gigi yang
ruang sumsum melalui kanalis vaskuler yang ada pada alveolar propium
(Tandiarrang, 2015 ).
26
d. Cementum
Adalah suatu lapisan tipis pada permukaan gigi dari jaringan ikat yang
1. Faktor Lokal / Ekstrinsik adalah faktor yang berada pada lingkungan sekitar
gigi diantaranya :
a. Plak bakteri
gigi. Karena bakteri yang terkandung di dalam plak yang berada didaerah
27
penyakit periodontal ada hubungannya dengan plak bakteri, dan telah
b. Kalkulus
Plak yang dibiarkan terlalu lama dan tidak dibersihkan maka dapat
terbentuk karang gigi /kalkulus sehingga gigi akan terasa kasar dan tebal.
pengapuran dapat terjadi dan lama - kelamaan dapat menjadi keras dan
jika dibiarkan iritasi dan radang pada gusi dapat terjadi, jaringan
penyangga akan menjadi rusak sehingga gigi akan mudah goyang dan
c. Impaksi makanan
Impaksi makanan terjadi pada gigi yamg berjejal dan miring, ini
d. Pernafasan mulut
sumbing atau gigi depan protusi (sulit untuk menutup bibirnya). Ini
28
berkurang dan jumlah bakteri yang masuk bertambah banyak dengan
demikian palatum bahkan lidah akan menjadi kering dan pada akhirnya
Makanan yang kita makan sehari - hari sangat penting untuk diketahui
2019 )
paling baik yang kita makan yaitu makanan berserat dan mempunyai
buahan yang banyak mengandung air dan ikan yang teksturnya tidak
29
dengan baik sangat efektif dapat membersihkan gigi dan mulut ( Imani,
2019 ).
a. Penyakit periodontal juga dapat terjadi pada anak yang menderita demam
yang tinggi (misal disebabkan karena pilek dan batuk yang lama dan
secara optimal dan biasanya makanan yang diberikan pun berbentuk cair
30
Penyebab utama adalah plak bakteri ( Imani, 2019 ).
pendapat mengatakan bahwa gigi menjadi coklat karena menyirih, ini terjadi
karena adanya penimbunan kapur pada gigi ,sehingga leher gigi terpisah dari gusi
jaringan periodontal. Dibeberapa negara diAsia antara Lain India dan Celon
31
penyirih maka dapat dsimpulkan bahwa menyirih dapat mematikan jaringan
merugikan karena adanya kapur didalam ramuan sirih yang menyebabkan suasana
basa di dalam mulut sehingga dapat terjadi penumpukan kalkulus. Silikat yang
akan mengikis elemen gigi sampai gingiva (Nguru, 2019), kapur juga mempunyai
sifat panas yang dapat merusak jaringan gusi bila sering dikunyah. Akibatnya,
gusi tidak mampu menopang gigi sehingga menyebabkan gigi menjadi goyang
bahkan tanggal, dalam menggigit dan mengunyah makanan atau berbicara pun
Menyirih memiliki efek positif dan negatif terhadap gigi, gingiva dan
gigi, sedangkan efek negatifnya adalah menyebabkan timbulnya stein, selain itu
timbulnya lesi-lesi pada mukosa mulut, oral hygene yang buruk dan dapat
ini didapat menurut penelitian yang dilakukan International Agency for research
on cancer di Asia Selatan dan asia tenggara. Dalam campuran daun sirih ,biji
pinang, kapur dan gambir terdapat kandungan zat Arecolina yang bersifat
32
dikomsumsi dalam jangka waktu yang panjang dapat menyebabkan terjadinya
kanker mulut, kanker esofagus (Kerongkongan) , kanker laring dan kanker pipi
(Ardyanto, 2020 )
sirih yang sudah lama dapat meninggalkan noda pada giginya, giginya akan
berwarna kecoklatan karena menyirih akan menghasilkan sisa atau residu berupa
ludah berwarna coklat kemerahan dari ampas pada bahan menyirihnya. Alasan
jaringan periodontal ini dapat dijelaskan bahwa didalam bahan daun sirih, pinang,
gambir dan kapur yang dipakai dapat memberikan efek karsinogenik (zat yang
dapat menyebabkan pertumbuhan sel kanker) pada saat menyirih dan akan
bercampur dengan garam kalsium, Namun perlu diketahui bahwa deposit pada
kalsium ini dapat memberikan faktor yang dapat memicu terjadinya hipersalivari.
Meningkatnya deposit kalsium ini dapat terjadi kerusakan jaringan gingival dan
Kebiasaan menyirih ini dilakukan dalam waktu dan frekuensi yang lama
penelitian mengatakan bahwa tidak ada pengaruh kebiasaan menyirih atau nilai
periodontal adalah lamanya menyirih kurang lebih 5 tahun akan beresiko 2,9 kali
33
lebih besar responden mengalami kesehatan jaringan periodontal dibandingkan
hanya berkumur sebelum makan dan menggosok gigi pada saat mandi, adapun
meratakan hasil menyirih dan membersihkan gigi, kesehatan gigi itu akan tetap
Dalam menyirih akan menghasilkan sisa atau residu berupa ludah berwarna
coklat kemerahan dari ampas dari bahan menyirih, menurut hasil penelitian
risih /jijik jika kebiasaan meludah sirih sembarangan tempat, selain itu
kebiasaan ini merupakan kebiasaan yang tidak baik karena dapat meningkatkan
resiko terhadap penyakit menular melalui air liur dan menjadi sarana penularan
34
wadah yang disebut tempolong, setelah tempolong penuh baru kemudian sisa
F. KERANGKA PIKIR
MENYIRIH
DAMPAK MENYIRIH
TERHADAP KESEHATAN
JARINGAN PERIODONTAL
a. Budaya Menyirih
35
turun temurun pada sebagian besar penduduk pedesaan yang pada mulanya
ini di lakukan pada saat acara yang sifatnya ritual. Penyirih mempercayai
b. Komposisi menyirih
merupakan kombinasi dari campuran daun sirih (piper betle ), buah pinang
gambir) .Dari salah satu komposisi diatas bahan kapurlah yang dapat
merusak jaringan periodontal karena didalam kapur ada zat yang terkandung
diantaranya zat kitin, dimana zat kitin ini dalam penggunaannya berbentuk
Dalam menyirih ini jika dilakukan dalam waktu dan frekuensi yang
lamanya mengunyah sirih kurang lebih 5 tahun akan beresiko 2,9 kali lebih
d. Cara menyusur
36
Menyirih merupakan suatu proses mencampur dari bahan-bahan yang
menguyah sirih dengan cara diselipkan didalam pipi sebelah kanan dan kiri
pengganti gosok gigi karena fungsi menyusur sebagai pembersih gigi dan
termasuk peningkatan kejadian resesi gingiva, gusi berdarah, lesi oral, bau
sensasi mulut terbakar pada jaringan lunak. Kebiasaan menyirih ini dapat
penimbunan kapur pada gigi, leher gigi akan terpisah dari gusi dan gigi
karena adanya karang gigi yang terdapat pada bagian subgingiva. Karang
gigi ini akan terbentuk karena stagnasi saliva dan adanya kapur Ca (OH)2
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
literatur ini merupakan salah satu tehnik untuk mencari referensi teori
Data yang diangkat pada penelitian ini berasal dari text book, jurnal,
artikel ilmiah dan juga literatur yang berhubungan dengan penelitian yang
di lakukan.
38
BAB IV
PEMBAHASAN
karena adanya kalkulus atau karang gigi akibat stagnasi saliva pada penyirih
(2016) dengan judul pengaruh budaya makan sirih terhadap status kesehatan
Periodontal pada masyarakat Suku Karo didesa Tiga Juhar Kabupaten Deli
39
Serdang menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh tradisi makan sirih terhadap
status kesehatan periodontal (p=0,424), tapi ada pengaruh pada komposisi sirih
(P=0,022) dalam hal ini dari 49 orang responden dengan komposisi sirih yang
baik dan 17 orang (34,7%) dengan status kesehatan periodontal yang baik.
sedangkan dari 39 orang responden dengan komposisi sirih yang tidak lengkap
dan 24 orang (61,5%) dengan status kesehatan periodontal yang baik. Hal ini
berarti bahwa dengan komsumsi komposisi sirih seperti pinang dan dilakukan
para pengunyah sirih, frekuensi makan sirih ( P=0,001 ) dalam hal ini dari 50
orang responden dengan frekuensi makan sirih > 3x/ hari terdapat 35 (70%) yang
dengan status kesehatan periodontal yang baik,maka dalam hal ini berarti bahwa
dengan frekuensi makan sirih diatas >3x sehari maka kemungkinan para penyirih
dan bahkan dapat berakibat terkena kanker mulut dan ada pengaruh lama makan
sirih terhadap status kesehatan periodontal (P=0,000) dari beberapa variabel diatas
yang paling dominan terhadap status kesehatan periodontal adalah lamanya makan
40
makan sirih >5tahun terdapat 40 (57,8%) yang mengalami status kesehatan
periodontal yang baik sedangkan dari 29 orang responden dengan lama makan
kurang baik dan 19 orang (32,2%) dengan status kesehatan periodontal yang
baik,hal ini berarti bahwa jika responden sudah lama makan sirih maka
(2017) dengan judul Pengaruh budaya makan sirih terhadap penyakit periodontal
pada masyarakat di Desa Tanjung Medan Kecamatan Bilah Barat Labuhan Batu
dimana didapat hasil dari 12 responden dengan frekuensi menyirih <3 kali paling
dengan frekuensi menyirih 3-5 kali paling banyak mengalami periodontitis yaitu
50% dan dari 20 responden dengan frekuensi menyirih >5 kali paling banyak
sirih < 15 menit paling banyak responden mengalami gingiva normal dan
gingivitis yaitu 4 orang (36,4%), dari waktu mengunyah sirih 15-30 menit paling
banyak responden mengalami gingiva normal yaitu 8 orang (53,3%) dan dari 20
41
responden dengan waktu mengunyah sirih >30 menit paling banyak responden
mengalami periodontitis yaitu 14 orang (70%) dan juga ada hubungan komposisi
didapat hasil dari 14 responden dengan komposisi menyirih kapur, pinang dan
daun sirih paling banyak responden mengalami gingiva normal yaitu 9 orang
(64,3%), dari 7 responden dengan komposisi menyirih kapur, pinang, daun sirih
(57,1%) dan dari 25 responden dengan komposisi menyirih kapur, pinang, daun
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gabriella Wika
terjadinya gingivitis pada masyarakat dikabupaten Toraja Utara Tahun 2015 dari
hasil penelitian yang menunjukkan bahwa dari hasil uji statistik, Chi-square
gingivitis dimana dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 80% dari
total sampel yang menyirih tiga kali sehari memiliki gingiva dengan inflamasi
ringan, sedangkan sisanya sebanyak 20% memiliki gingivitis berat. Pada kategori
kelompok sampel 50 yang menyirih 3-5 kali sehari, memiliki jumlah sampel
paling banyak dengan kondisi gingivitis sedang, yaitu 83.3% dari total sampel.
Adapun, kelompok sampel dengan kategori menyirih lebih dari lima kali sehari,
memiliki sampel terbanyak yang mengalami gingivitis berat. Jumlah ini yang
42
paling banyak diantara kelompok lainnya, yaitu 92.3% dari total kelompok
sampel. dan juga terdapat hubungan yang signifikan antara lama menyirih dengan
penelitian yang menyirih kurang dari 5 tahun memiliki status gingiva dengan
kondisi gingivitis yang ringan dan tidak ada sampel dengan kondisi gingivitis
berat. Berbanding terbalik dengan lama menyirih 5-10 tahun dan lebih dari 10
tahun, kedua kategori ini tidak memiliki sampel dengan kondisi gingivitis yang
ringan. Seluruh sampel yang lama menyirihnya 5-10 tahun memiliki kondisi
gingivitis sedang, sedangkan pada sampel yang lama menyirih lebih dari 10 tahun
memiliki 36.4% sampel dengan kondisi gingivitis sedang dan 63.6% dengan
kondisi gingivitis berat salah satunya gingivitis yang parah dengan demikian dapat
menyirih dalam sehari, dan frekuensi kebiasaan menyirih per minggu sehingga
makin lama seseorang melakukan kebiasaan menyirih dan makin sering seseorang
43
sirih pinang maka angka CPITN semakin tinggi yang artinya jaringan periodontal
yang rusak semakin tinggi. Dimana hasil penelitian mengatakan penelitian ini
menghasilkan prevalensi yang paling tinggi. Namun demikian tidak ada hubungan
sirih pinang dalam sehari maupun lamanya mengkonsumsi sirih pinang. Dalam
penelitian ini lamanya mengkonsumsi sirih pinang tidak ada hubungan dengan
kelompok umur dan jenis kelamin. Kelompok umur yang paling banyak
mengkonsumsi sirih pinang adalah 41-50 tahun sebanyak 50% dan pendidikan
paling banyak adalah SD .Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan perilaku
paling banyak (mayoritas responden) adalah SD oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan antara kontrol perilaku dengan perilaku dalam perilaku
dengan judul hubungan menyirih dengan keadaan jaringan periodontal pada orang
yang menyirih di banjar Sedana Merttha Kota Denpasar berdasarkan hasil analisis
lamanya menyirih 1 s/d 3 tahun sebanyak 11 responden (55%) dan yang terendah
bahwa ada hubungan yang signifikan antara lama kebiasaan menyirih dengan
44
Tetapi berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Jul Asdar Putra
Samura ( 2009 ) dengan judul Pengaruh budaya makan sirih terhadap status
Deli Serdang mengatakan bahwa berdasarkan hasil uji statistik tidak ada pengaruh
(P>0,05) (HO diterima) dari hasil penelitian mengatakan bahwa responden yang
paling banyak ditemukan adalah yang berstatus periodontal parah yang tradisinya
(6,5%).Untuk responden yang status periodontalnya sangat parah dan tradisi baik
tradisi kurang sebanyak 2 orang (2,2%) dan tidak ada pengaruh frekuensi makan
sirih P=0,064 (P>0,05) (HO diterima) dimana hasil dari penelitian bahwa
responden yang paling banyak ditemukan adalah yang berstatus periodontal parah
makan sirih 1-3 kali sebanyak 25 orang (27,2%) dan frekuensi >5kali sebanyak
frekuensi makan sirihnya 4-5 kali adalah paling banyak ditemukan yaitu sebanyak
10 orang (10,9%), frekuensi makan sirih >5kali sebanyak orang (6,5%) dan
frekuensi makan sirih 1-3 kali sebanyak 2 orang (2,2%) dan lama makan sirih
P=0,624 (P>0,05) terhadap status kesehatan periodontal dan dari penelitian ini
didapat lama makan sirih 1-5 tahun sebanyak 62 orang (67,2%) berstatus
periodontal parah ,lama makan sirih 6-10 tahun sebanyak 11 orang (12,1%) dan
lama makan sirih >10 tahun sebanyak 1orang (1,1%) dan status periodontal
45
sangat parah dan lama makan sirihnya 1-5 tahun adalah paling banyak ditemukan
sebanyak 14 (15,2%) lama makan sirih 6-10 tahun sebanyak 4 orang (4,3%) dan
lama makan sirih >10 tahun sebanyak tidak ada (0,0%) tetapi ada pengaruh yang
P=0,011 (P <0,05) dari penelitian didapat hasil bahwa responden yang berstatus
yang terdiri dari kapur, pinang, gambir dan kapur, pinang sama sama berjumlah
15 orang (16,3%), Untuk responden yang status periodontal sangat parah dan
sirih yang terdiri dari kapur,pinang,gambir tidak (0,0%) dan komposisi makan
sirih kapur, gambir sebanyak 2 orang (2,2%) dengan demikian dapat ditarik
kesimpulan bahwa ada pengaruh yang paling kuat antara komposisi makan sirih
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Welmince Oktofina
berdasarkan uji korelasi chi square test bahwa tidak ada hubungan atau pengaruh
46
antara frekuensi menyirih dalam sehari dengan status kesehatan periodontal
yang paling banyak melakukan kebiasaan menyirih kurang dari 3 kali dalam
sehari dengn jumlah responden 23 orang (54,8%). yang artinya terdapat hubungan
atau pengaruh yang signifikan antara frekuensi menyirih dalam sehari dengan
menyirih diantaranya daun sirih (piper betle ), buah pinang (areca catechu),
Kapur (kalsium hidroksid) dan Gambir (uncaria gambir) . Dari salah satu
komposisi diatas bahan kapurlah yang dapat merusak jaringan periodontal karena
didalam kapur ada zat yang terkandung diantaranya zat kitin, dimana zat kitin ini
terjadi karena adanya penimbunan kapur pada leher gigi ,sehingga leher gigi
terpisah dari gusi dan gigi dapat tanggal dan penyakit periodontal dapat terjadi
karena adanya karang gigi yang terdapat pada bagian subgingiva ,karang gigi ini
terjadi karena stagnasi saliva dan adanya kapur Ca (OH)2 didalam saliva, selain
itu penggunaan kapur didalam ramuan sirih dapat menyebabkan suasana basa
didalam mulut, sehingga penumpukan kalkulus dapat terjadi ( Nguru dkk, 2019 ).
Menyirih juga dapat membentuk stain atau perubahan warna pada gigi, perubahan
tersebut diakibatkan oleh oksidasi polifenol dari buah pinang dan menyirih juga
47
dapat mengakibatkan atrisi dan abrasi yang disebabkan oleh gambir dan kapur
gigi para penyirih yakni kurang memperhatikan kebersihan gigi dan mulutnya.
sirih dengan cara diselipkan didalam pipi sebelah kanan dan kiri untuk dihisap -
hisap. Kebiasaan menggosok inilah yang dipercaya sebagai pengganti gosok gigi
sebelum makan dan menggosok gigi pada saat mandi. Iptika (2014) menyatakan
bahwa kesehatan gigi akan tetap terjaga jika kebersihan gigi selalu diperhatikan
dengan cara menggosok gigi, tapi bagi para penyirih menggosok gigi telah
tembakau pada giginya pada bagian pipi sebelah kanan dan sebelah kiri sehingga
kebersihan mulut tidak efektif, sehingga sisa-sisa bahan menyirih mudah melekat
pada permukaan gigi, lama kelamaan akan terbentuk karang gigi dan penyakit
periodontal dapat terjadi bahkan didalam daun tembakau terdapat silikat jika
digunakan dalam jangka waktu lama berangsur-angsur akan mengikis elemen gigi
menginang lagi agar rongga mulut mereka tidak terasa pahit dan asam (Graharani
A S,2016).
48
Menurut pendapat saya tentang frekuensi dalam menyirih dapat
menyirih yang >2 kali sehari dapat berakibat buruk bagi kesehatan gigi dan mulut,
hal ini membuat penyirih menjadi ketagihan karena sensasi yang dirasakan saat
mengunyah sirih lebih dari 2 buah pinang akan lebih nikmat. Frekuensi menyirih
yang dilakukan berulang kali membuat penyirih tidak menjaga oral hygiene
dengan benar. Mayoritas memiliki kebersihan mulut yang rendah karena index
oral higine yang buruk akibat iritasi zat bahan menyirih yang dilakukan secara
periodontal. Frekuensi menyirih 5 kali dalam sehari sebasar 81,25 % dan rata-rata
jaringan mukosa mulut dengan bahan yang digunakan untuk menyirih, seperti
maka akan semakin tinggi risiko untuk mengalami penyakit periodontitis. Hal ini
dapat terjadi disebabkan karena kebersihan mulut atau Oral Hygiene (OHI-S)
yang tidak dijaga atau dibersihkan dari sisa-sisa bahan menyirih, sehingga
49
mengakibatkan bertumpuknya kalkulus dan terjadi iritasi terus-menerus seiring
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
penelitian tidak ada hubungan antara kelompok umur, jenis kelamin dan
50
dalam hal ini komposisi (daun sirih, pinang, kapur dan gambir), frekuensi > 5
kali perhari dan lamanya menyirih >5 tahun sangat berpengaruh terhadap
B. SARAN
komposisi dari bahan penyirih yang digunakan dan pengaruh lama menyirih
dihindari serta perlu dilakukan promosi kesehatan secara terus menerus untuk
kebiasaan menyirihnya.
DAFTAR PUSTAKA
dan sesudah berkumur dengan air rebusan daun sirih pada ibu hamil.
51
Mangkurat, Banjarmasin. Vol I. No 1. April 2017
Yogyakarta
tersedia https://m.liputan6.com/hot/read/4346092/20-manfaat-daun-sirih-
untuk-kesehatan-yang-perlu-diketahui
Argentina Callista, (2020) Tak disangka ,ini Manfaat sirih untuk gigi Anda, Aug
https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/2695132/tak-disangka-ini-
manfaat-sirih-untuk-gigi-anda
Aritonang M, Mindo Tua Siagian, Frida Lina Tarigan, ( 2016 ). Pengaruh budaya
2599-1841.
52
Berelaku M.M, ( 2020 ) . Efektifitas menyikat gigi menggunakan kulit pinang dan
sikat gigi terhadap penurunan debris index pada penyirih Dusun 3 Desa
Yogyakarta
Erika K, (2015) .Kapur sirih salah satu penyebab gigi goyah. OKLIFESTILE
https://lifestyle.okezone.com/read/2015/03/24/481/1123676/kapur-sirih-
salah-satu-penyebab-gigi-goyah
Hontong C,dkk (2016) Hubungan status gingiva dengan kebiasaan menyirih pada
Surakarta ,Indonesia
Karapa H N,Fitria Handayani, (2016) Uji aktifitas Ekstrak Etanol Biji Pinang
Jakarta:Balitbangkes
53
Lebukan B J, (2013) Faktor – Faktor Penyebab Penyakit Periodontal.Skripsi
2013
Tersedia https://www.sehatq.com/artikel/berbagai-manfaat-kapur-sirih-
yang-bisa-anda-nikmati
121-138
Nguru Y.L (2019) Hubungan antara Kebiasaan Menyirih dengan Status Jaringan
Novita W, (2016). Uji aktivitas antibakteri fraksi daun sirih (Piper betle)
54
.Email:[email protected].
https://www.99.co/indonesia/pengertian-kapur-sirih/
Andalas
https://www.pertanianku.com/jenis-jenis-kapur-pertanian/
Masyarakat,Universitas Airlangga,Surabaya
55
Saphira K, ( 2019 ). Manfaat, Efek samping dan cara penggunaannya. Tim Riset
2019
Sariningsih E, ( 2014 ) .Gigi busuk dan Poket Periodontal sebagai Fokus Infeksi.
www.https://m.liputan6.com/hot/read/4346092/20-manfaat-daun-sirih-
untuk-kesehatan-yang-perlu diketahui?
utm_source=Mobile&utm_medium=whatsapp&utm_campaign=Share_Ha
nging
hal.169 –172
Suyatra P, (2018) Radang gusi Tingkatkan Resiko Kanker hingga Empat Kali.Bali
https://baliexspress.jawapos.com/read/2018/04/04/62381/radang-gusi-
tingkatkan-risiko-kanker-hingga-empat-kalilipat.
56
Tandiarrang G W, ( 2015 ). Pengaruh Lama dan Frekuensi menyirih dengan
57