Teori Akuntansi - Konsep Dasar

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

TEORI AKUNTANSI: KONSEP DASAR

Prinsip

Teknologi bekerja berdasarkan prinsip. Sebagai contoh, sistem hidraulik bekerja berdasarkan
prinsip jika suatu zat cair dikenakan tekanan, maka tekanan itu akan merambat ke segala arah
dengan tidak bertambah atau berkurang kekuatannya (Hukum Pascal). Prinsip kaitannya dengan
teknologi adalah, suatu aturan atau hukum yang mendasari operasi atau kerja teknologi.

Sebagai teknologi, akuntansi juga bekerja berdasarkan prinsip. Prinsip akuntansi adalah segala
ideologi, gagasan, asumsi, konsep, postulat, kaidah, prosedur, metoda, dan teknik akuntansi yang
tersedia baik secara teoretis maupun praktis yang berfungsi sebagai pengetahuan (Suwardjono,
2005). Prinsip akuntansi yang dijadikan dasar untuk menerapkan akuntansi disebut dengan
Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU)[1]. PABU dapat berupa standar akuntansi yang
dikeluarkan oleh badan autoritatif maupun pedoman-pedoman akuntansi yang telah dipraktikkan
(diterima oleh umum). Berikut ini beberapa PABU yang digunakan dalam menerapkan
akuntansi.

1. Kesatuan Usaha

Konsep dari prinsip ini adalah, entitas berdiri sendiri dan terpisah dari pemilik. Oleh karena itu,
entitas harus melaporkan kegiatan usahanya pada pemilik. Selain itu, modal yang disetorkan
pemilik pada entitas, dari sisi entitas merupakan utang entitas ke pemilik.

Dalam dunia bisnis, entitas bisnis dapat memiliki entitas lain melalui kepemilikan saham.
Namun, untuk dapat disebut sebagai satu kesatuan usaha, entitas induk (yang memiliki entitas
anak) harus memiliki pengendalian secara ekonomik atas entitas anak. Oleh karena itu,
pengendalian secara ekonomik menjadi prinsip dalam menentukan bahwa beberapa entitas ada
dalam satu kesatuan usaha.

2. Kelangsungan Usaha (Going Concern)

Dalam prinsip ini, entitas didirikan untuk terus menerus melakukan usaha sampai waktu yang
taktentu (bukan takterbatas). Oleh karena itu, entitas diasumsikan tidak akan menghentikan atau
mengurangi skala usahanya di masa depan. Jika maksud yang seperti ini muncul, maka entitas
harus melaporkan laporan keuangannya menggunakan basis yang berbeda. Prinsip kelangsungan
usaha ini menjadi dasar bahwa laporan keuangan disusun atas dasar periode waktu
(periodisasi/periodicity). Konsep ini akan dijelaskan lebih lanjut dalam siklus akuntansi.

3. Konsep Pengukuran

Akuntansi berfungsi untuk mencatat data-data transaksi (pertukaran), dan mengukur besarnya
transaksi dalam satuan moneter (Rp, $, ¥, dll). Jumlah uang dari transaksi inilah yang kemudian
dilaporkan dalam laporan keuangan. Jika entitas hanya mencatat transaksi ke dalam akun, tanpa
mengukur besarnya transaksi, maka informasi yang disajikan tidak akan berguna. Informasi
keuangan akan berguna jika transaksi diukur besarannya. Sehingga, besarnya transaksi ini dapat
diperbandingkan dalam satu entitas antar periode, maupun antar entitas antar periode. Saat ini
terdapat beberapa dasar pengukuran transaksi.

Namun, pengukur yang paling sering digunakan adalah kos[2] (cost). Sebagai contoh, Wayne
Enterprise menawarkan bangunannya seharga Rp2.000.000. Stark Industries tertarik untuk
membeli, dan setelah melakukan negosiasi, pada akhirnya kedua pihak sepakat menghargai
bangunan itu Rp1.000.000. Setelah itu, Stark Industries membeli bangunan Wayne Enterprise
sesuai harga kesepakatan, yaitu Rp1.000.000. Bagi Stark Industries, Rp1.000.000 adalah kos
bangunan. Dari contoh ini, maka kos dalam sudut pandang entitas pelapor, dapat didefinisikan
sebagai pengukur atas transaksi (pertukaran). Penjelasan mengenai pengukuran transaksi akan
dibahas lebih lanjut dalam bagian siklus akuntansi dan pembahasan setiap akun dalam bab-bab
selanjutnya.

4. Substansi Mengungguli Bentuk (Substance Over Form)

Dalam akuntansi, suatu transaksi atau peristiwa lain dicatat atas dasar substansi ekonomiknya,
bukan hanya bentuk hukumnya. Sebagai contoh, Queen Industries memiliki sebuah bangunan
yang disewakan ke Pym Technologies atas dasar sewa guna usaha. Dalam sewa menyewa ini,
Pym Technologies mengendalikan manfaat ekonomik dari bangunan, selain itu Pym
Technologies juga mengendalikan risiko ekonomik atas bangunan. Walaupun secara hukum
bangunan dimiliki oleh Queen Industries, namun yang mencatat bangunan adalah Pym
Industries. Hal ini dikarenakan akuntansi lebih mementingkan substansi ekonomik yang
tercermin dari pengendalian manfaat dan risiko ekonomik dari bangunan.

5. Asas Akrual

Asas akrual adalah, suatu transaksi atau peristiwa ekonomik diakui pada saat terjadinya (bukan
pada saat kas dan setara kas diterima/dibayar) dan dicatat pada periode terjadinya. Asas akrual
ini membuat laporan keuangan tidak hanya menyajikan informasi mengenai kas dan setara kas
yang diterima atau dibayarkan, namun juga menyajikan informasi mengenai kewajiban untuk
membayarkan kas di masa depan dan sumber daya yang merepresentasikan kas yang akan
diterima di masa depan. Contoh dari penerapan asas akrual ini salah satunya adalah adanya akun
piutang (pendapatan yang belum diterima kasnya) dan akun utang (kewajiban untuk
membayarkan kas di masa depan).

6. Biaya dan Manfaat

Akuntansi menggunakan prinsip bahwa dalam menyediakan informasi keuangan, biaya


penyediaan informasi harus lebih kecil dari manfaatnya. Hal ini berimplikasi pada konsep
materialitas. Dalam konsep materialitas, suatu informasi disebut material jika informasi tersebut
dapat mempengaruhi pengambilan keputusan. Sebagai contoh, jika pada saat audit ditemukan
bahwa entitas melakukan kesalahan pembukuan atas transaksi pada tahun sebelumnya senilai
Rp1.000. Pendapatan rata-rata bulanan entitas adalah sekitar 3 Milyar Rupiah. Untuk melakukan
koreksi, bukti-bukti transaksi harus dicari kembali dalam gudang dokumentasi. Berdasarkan
konsep materialitas dan prinsip biaya dan manfaat, kesalahan pembukuan senilai Rp1.000 ini
tidak harus (tetapi boleh) dikoreksi dalam laporan keuangan, karena Rp1.000 jumlahnya tidak
material dan tidak akan mempengaruhi pengambilan keputusan. Selain itu, upaya untuk mencari
dokumen pendukung transaksi tersebut bisa jadi cukup besar dan tidak sebanding dengan
manfaatnya.

Dalam mencatat data, mengolah data, dan menyajikan informasi, biaya dalam melakukan semua
hal ini harus lebih kecil dari manfaatnya. Sebagai contoh, perusahaan perseorangan yang
melaporkan laporan keuangannya hanya kepada seorang pemilik tidak perlu menggunakan nilai
wajar untuk menilai aset dan liabilitasnya, karena biaya penilaian aset dan liabilitas cukup mahal
dan tidak akan sebanding dengan manfaat dilaporkannya laporan keuangan ke pemilik.

Standar Akuntansi

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, salah satu dari PABU adalah standar akuntansi.
Standar akuntansi merupakan prinsip untuk menyajikan laporan keuangan yang diterima oleh
umum karena dibuat oleh badan autoritatif melalui due process procedure. Sebagai gambaran,
jika pelaporan keuangan diibaratkan sebagai kegiatan bercerita, maka standar akuntansi
merupakan bahasa. Dalam contoh suatu entitas membeli sebuah mobil dan harus
menceritakannya, maka standar akuntansi mengatur mengenai harus dicatat sebagai apakah
mobil itu, dengan metode apa transaksi pembelian mobil itu diukur, dan informasi lain apa yang
harus diungkapkan terkait dengan pembelian mobil itu. Oleh karena itu, si pencerita (entitas
pelapor) dan pihak yang diberi cerita (pihak-pihak berkepentingan), akan memiliki pemahaman
yang sama atas cerita dan kegiatan nyata yang terjadi.

Saat ini Indonesia memiliki empat pilar standar akuntansi yaitu, Standar Akuntansi Keuangan
(SAK), Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP), Standar
Akuntansi Keuangan Syariah (SAK Syariah), dan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

SAK adalah standar akuntansi yang digunakan oleh entitas bisnis yang berakuntabilitas publik.
Suatu entitas disebut berakuntabilitas publik jika entitas tersebut memiliki fungsi fidusia
(memegang kepentingan orang banyak). Contoh entitas bisnis yang memiliki fungsi fidusia
adalah bank dan perusahaan yang go public. SAK terdiri dari Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK), Intepretasi atas Standar Akuntansi Keuangan (ISAK), Pencabutan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PPSAK) dan Panduan Implementasi. Badan autoritatif
yang mengeluarkan SAK adalah Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK). Saat ini, SAK
masih terus dikonvergensikan dengan International Financial Reporting Standards (IFRS). Hal
ini merupakan hasil dari kesepakatan negara-negara anggota G-20 dengan tujuan untuk
meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan keterbandingan laporan keuangan antar entitas di
negara-negara G-20. Salah satu keuntungan dari konvergensi IFRS ini adalah penurunan kos
modal (cost of capital). Ibaratkan SAK sebagai bahasa. Suatu ketika, entitas pelapor di Indonesia
ingin meningkatkan modalnya dengan mencari investor dari luar negeri. Karena bahasa
akuntansi yang digunakan oleh entitas pelapor (SAK) sudah sama dengan bahasa akuntansi yang
digunakan oleh investor dari luar negeri (IFRS), investor dari luar negeri akan memiliki
pemahaman yang sama atas laporan keuangan yang disajikan oleh entitas pelapor. Hal ini akan
membantu investor untuk lebih percaya dalam menginvestasikan dananya ke entitas pelapor.
Dalam hal ini, penurunan kos modal telah terjadi. Selain itu, dengan bahasa yang sama, laporan
keuangan antar entitas akan lebih mudah untuk saling diperbandingkan.

SAK ETAP adalah standar akuntansi untuk entitas tanpa akuntabilitas publik. Hal ini berarti,
entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik, seperti contohnya perusahaan perseorangan dan
small medium enterprise (SME), menggunakan standar akuntansi ini untuk menyajikan laporan
keuangan. Prinsip dan persyaratan yang digunakan dalam SAK ETAP lebih mudah daripada
SAK. Hal ini dikarenakan prinsip bahwa manfaat penyajian laporan keuangan harus lebih besar
daripada kos penyajiannya. Jika entitas tanpa akuntabilitas publik menggunakan prinsip dan
persyaratan yang ada dalam SAK, kos penyajian laporan keuangan akan lebih tinggi daripada
manfaatnya.

SAK Syariah adalah standar akuntansi untuk melaporkan transaksi syariah. Jadi, jika suatu
entitas memiliki produk syariah, maka transaksinya dicatat menggunakan SAK Syariah. Hal ini
berarti, jika ada suatu entitas berakuntabilitas publik (misalnya bank), dan entitas tersebut
memiliki transaksi syariah, maka laporan keuangannya akan menggunakan dua standar akuntansi
yaitu, SAK dan SAK Syariah. Badan autoritatif yang mengeluarkan SAK Syariah adalah Dewan
Standar Akuntansi Syariah (DSAS).

SAP adalah standar akuntansi yang digunakan untuk sektor pemerintahan. SAP ada dalam
yurisdiksi pemerintah dan disusun oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP).
Hingga saat ini, SAP merupakan standar akuntansi yang masih belum memiliki prinsip akuntansi
yang kuat dan belum diterapkan dengan sempurna.

Di luar negeri, sektor pemerintahan masuk dalam sektor publik, sama seperti organisasi non-
profit. Salah satu standar akuntansi sektor publik adalah International Public Sector Accounting
Standards (IPSAS). Sebagai sektor publik, pemerintahan maupun organisasi non-profit memiliki
karakteristik yang sama, yaitu tidak mengenal konsep laba dan berakuntabilitas ke publik.
Karena tidak mengenal konsep laba, akuntansi yang digunakan oleh sektor publik adalah
akuntansi dana. Dalam akuntansi dana, laporan keuangan menyajikan penerimaan dan
penggunaan dana. Di Indonesia, akuntansi pemerintahan terpisah dari organisasi non-profit,
walaupun sama-sama sektor publik. Saat ini, akuntansi untuk organisasi non-profit diatur dalam
PSAK 45: Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba. Jadi, organisasi non-profit seperti yayasan
atau lembaga sosial masyarakat melaporkan aliran dananya menggunakan PSAK 45 ini. Ke
depan, DSAK berencana untuk membuat pilar tersendiri bagi organisasi non-profit. Hal ini
dikarenakan standar akuntansi untuk organisasi non-profit memiliki prinsip akuntansi yang
berbeda dengan SAK.

Karakteristik Kualitatif

Suatu laporan keuangan harus memenuhi kualitas tertentu agar bermanfaat bagi penggunanya. Di
dalam SAK, bagian Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK),
disebutkan beberapa karakteristik kualitatif dari laporan keuangan. Berikut ini karakteristik
kualitatif informasi akuntansi yang secara umum digunakan:
 Dapat dipahami (Understandability): Suatu informasi akuntansi harus dapat dipahami
oleh semua penggunanya. Diasumsikan pengguna dari informasi akuntansi adalah pihak-
pihakyang memiliki pengetahuan di bidang akuntansi. Namun, karakteristik ini tidak
membatasi penyajian informasi yang kompleks dan sulit untuk dipahami, namun
bermanfaat untuk pengambilan keputusan.
 Keandalan (Reliability): Suatu informasi akuntansi harus dapat diandalkan oleh
pengguna. Disebut sebagai andal jika informasi tersebut bebas dari informasi yang
menyesatkan dan kesalahan material.
 Relevansi (Relevance): Suatu informasi akuntansi harus relevan untuk pengambilan
keputusan. Lebih jelasnya, informasi akuntansi ini harus relevan untuk pengambilan
keputusan masa lalu, masa kini, dan masa depan.
 Keterbadingan (Comparability): Suatu informasi akuntansi harus dapat diperbandingkan,
baik dalam satu entitas antar periode pelaporan, maupun antar entitas, dan antar entitas
antar periode.
 Penyajian yang Jujur dan Wajar (True and Fair Presentation): Suatu informasi akuntansi
harus disajikan dengan jujur dan wajar. Penyajian jujur artinya tidak ada informasi yang
disembunyikan atau dimanipulasi (jujur), sedangkan penyajian wajar artinya menyajikan
informasi keuangan sebagaimana adanya (wajar).

Persamaan Akuntansi dan Debit Kredit

Dasar dari akuntansi adalah persamaan akuntansi. Persamaan akuntansi dibuat untuk
menunjukkan sumber dari aset yang dikelola entitas, dan mencerminkan prinsip kesatuan usaha.
Pemahaman dalam persamaan akuntansi akan menentukan pemahaman mengenai penjurnalan
debit kredit. Oleh karena itu, bagian ini merupakan bagian krusial yang benar-benar harus
dipahami dalam mempelajari akuntansi. Berikut ini persamaan dasar akuntansi[3]:

Aset = Liabilitas + Ekuitas

Persamaan di atas menunjukkan kondisi awal ketika entitas belum melakukan kegiatan usaha,
dan dapat dibaca bahwa, aset (sumber daya) yang dikelola entitas asalnya dari; liabilitas
(kewajiban kepada kreditur) dan ekuitas (kewajiban kepada pemilik). Dengan kata lain, dari sisi
kreditur, liabilitas adalah hak kreditur atas aset entitas, sedangkan dari sisi pemilik, ekuitas
adalah hak pemilik atas aset entitas. Persamaan ini menggunakan urutan liabilitas lebih dahulu
daripada ekuitas, karena dalam konsep bisnis, kreditur memiliki hak untuk menagih miliknya
lebih dulu daripada pemilik. Sebagai contoh, dalam kebangkrutan, entitas harus mengembalikan
hak milik kreditur terlebih dahulu. Konsep ini membuat ekuitas juga dapat didefinisikan sebagai
hak residual pemilik, atau disebut juga hak pemilik atas aset bersih (Aset – Liabilitas = Ekuitas).
Selain itu, ekuitas dalam persamaan dasar ini sama dengan modal yang disetorkan oleh pemilik
(Ekuitas = Modal).

Dalam akuntansi, ruas kiri dari persamaan disebut sebagai debit dan ruas kanan persamaan
disebut sebagai kredit. Istilah debit berasal dari Bahasa Latin dẽbẽre (kata kerja) yang artinya
adalah ‘mengutang’ atau meminjam. Sedangkan istilah kredit berasal dari Bahasa Latin crẽdere
(kata kerja) yang artinya adalah mempercayai.

Aset Liabilitas + Ekuitas


Dr (Dẽbẽre) – Debit Cr (Crẽdere) – Kredit
Meminjam Mempercayai

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa aset yang dikuasai entitas asalnya dari meminjam,
sedangkan liabilitas dan ekuitas menunjukkan bahwa kreditur dan pemilik mempercayai entitas
untuk mengelola hak miliknya (liabilitas/hak milik kreditur dan ekuitas/hak milik pemilik). Oleh
karena itu, jelas sekali bahwa debit kredit bukan merupakan suatu konsensus dan tidak dapat
dibolak-balik.

Berdasarkan konsep bisnis, suatu entitas bisnis didirikan untuk melakukan usaha, yang mana
hasil usaha dari entitas ini adalah milik dari pemilik. Dalam melakukan usaha, entitas
mengeluarkan upaya untuk mendapatkan hasil. Dalam akuntansi, upaya ini disebut

sebagai biaya (dalam standar akuntansi disebut sebagai beban[4]), sedangkan hasil disebut
sebagai pendapatan. Kinerja entitas bisnis (atau dapat disebut juga kinerja manajemen karena
entitas bisnis dikelola oleh manajemen) dapat dilihat dari seberapa efektif dan efisien entitas
tersebut mengeluarkan biaya untuk mendapatkan pendapatan. Efisiensi dan efektifitas ini dapat
dilihat dari laba (selisih positif dari pendapatan dikurangi biaya) atau rugi (selisih negatif dari
pendapatan dikurangi biaya). Setelah adanya kinerja, maka persamaan akuntansi dasar berubah
menjadi persamaan ekstensi:

Aset = Liabilitas + Ekuitas

≈ Aset = Liabilitas + (Ekuitas + (Laba/-Rugi))

≈ Aset = Liabilitas + (Ekuitas + (Pendapatan – Biaya))

Baris pertama persamaan ekstensi di atas menunjukkan bahwa sebelum entitas melakukan
kinerja, aset berasal dari liabilitas dan ekuitas (dalam hal ini ekuitas sama dengan modal). Baris
kedua menunjukkan bahwa setelah entitas melakukan kinerja, aset yang dikelola entitas sekarang
asalnya berubah karena penambahan karena laba atau pengurangan karena rugi. Berdasarkan
prinsip kesatuan usaha, entitas bekerja untuk pemilik. Oleh karena itu, hasil kinerja positif entitas
(laba) adalah hak dari pemilik dan hasil kinerja negatif dari entitas (rugi) adalah tanggung jawab
pemilik, sehingga laba/rugi merupakan komponen yang menambah/mengurangi ekuitas. Jadi,
ekuitas dalam persamaan ekstensi tidak lagi sama dengan modal (ekuitas = modal + laba/-rugi).
Tanda kurung dalam persamaan ekstensi di atas hanya menunjukkan bahwa kinerja entitas
merupakan hak/tanggung jawab pemilik. Sehingga peningkatan/penurunan aset yang dikelola
entitas dalam ruas kiri berubah karena peningkatan/penurunan kinerja entitas yang merupakan
hak/tanggung jawab pemilik dalam ruas kanan.

Selanjutnya, persamaan ekstensi akuntansi dijabarkan lagi:

Aset = Liabilitas + (Ekuitas + (Pendapatan – Biaya))

≈ Aset + Biaya = Liabilitas + Ekuitas + Pendapatan

Penjabaran persamaan di atas adalah penjabaran secara matematis. Secara matematis, jika suatu
variabel negatif di ruas kanan dipindah ke ruas kiri, maka variabel tersebut akan menjadi positif.
Persamaan di atas menunjukkan bahwa biaya yang merupakan variabel negatif di ruas kanan
telah dipindah ke ruas kiri, sehingga dalam kedua ruas persamaan, seluruh variabel yang ada
adalah positif. Dalam akuntansi, kelima variabel ini disebut sebagai elemen laporan keuangan.

Sekarang, jika ruas kiri adalah debit (Dr) dan ruas kanan adalah kredit (Cr), maka:

 Aset dan biaya berada di sisi debit jika bertambah, dan


 Liabilitas, ekuitas, dan pendapatan berada di sisi kredit jika bertambah.

Jika elemen-elemen persamaan akuntansi ini berkurang (negatif), maka agar menjadi positif,
elemen-elemen ini harus dipindah ruaskan. Hal ini yang menjadi dasar bahwa dalam penjurnalan,
tidak ada angka negatif, baik dalam debit maupun dalam kredit. Oleh karena itu, sebagai contoh,
jika aset berkurang maka aset akan berada di sisi kredit (bukan negatif di sisi debit).

Konsep di atas ini mendasari penjurnalan dan pelaporan keuangan. Dalam penjurnalan, terdapat
postulat yang merupakan representasi dari konsep persamaan akuntansi dan debit kredit yaitu,

 Jurnal selalu dibuat berpasangan (double entry).


 Setiap transaksi yang terjadi direpresentasikan dalam minimal satu elemen di ruas kiri
(debit) dan satu elemen di ruas kanan persamaan (kredit).
 Jumlah yang disajikan dalam ruas kiri selalu sama dengan ruas kanan.
 Tidak ada jurnal yang menunjukkan angka negatif.

Berikut ini penggambaran penjurnalan berdasarkan konsep persamaan akuntansi dan debit kredit
yang telah dijabarkan di atas,

1. Suatu entitas mendapat pendapatan dari penjualan bangunan senilai Rp100.000.000


Jurnal Penjelasan Konsep
Dalam penjualan bangunan, entitas
menjual bangunan (aset berkurang)
oleh karena itu aset (bangunan) ada
Dr Aset (kas)               Rp100.000.000
di sisi kanan (kredit), bukan negatif
di sisi debit. Selain itu, entitas
Cr     Aset (bangunan)           Rp100.000.000
menerima kas (aset bertambah) oleh
karena itu aset (kas) ada di sisi kiri
(debit).

2. Suatu entitas membeli mobil secara mencicil75.000.000, dan telah membayar tunai
Rp5.000.000

Jurnal Penjelasan Konsep


Dalam pembelian mobil secara
mencicil, entitas memperoleh mobil
(aset bertambah) oleh karena itu
aset ada di sisi kiri (debit).
Dr Aset (mobil)                       Rp75.000.000
Pembelian mobil ini dilakukan
secara mencicil namun entitas telah
Cr        Aset (kas)                    Rp5.000.000
membayar tunai sebagian. Dalam
pembayaran tunai, kas (aset)
Cr        Liabilitas (utang)          Rp70.000.000
berkurang, oleh karena itu ada di
sisi kanan (kredit). Selain itu,
 
entitas harus mencatat utang dari
pembelian mobil yang masih belum
lunas (liabilitas bertambah), oleh
karena itu ada di sisi kanan (kredit).

Akuntansi menyajikan informasi dalam bentuk laporan keuangan, karena pengguna akan lebih
mudah membaca informasi keuangan dalam bentuk laporan, bukan dalam bentuk persamaan
akuntansi. Oleh karena itu, persamaan akuntansi direpresentasikan dalam laporan keuangan
sebagai berikut,

 Neraca (Laporan Posisi Keuangan) merupakan representasi dari persamaan dasar, Aset =
Liabilitas + Ekuitas.
 Laporan Perubahan Ekuitas, menunjukkan perubahan ekuitas karena entitas melakukan
kinerja yaitu, Ekuitas = Modal + Laba atau -Rugi
 Laporan Laba/Rugi, menunjukkan kinerja entitas yaitu, Laba/Rugi = Pendapatan – Biaya

Ketiga laporan keuangan di atas saling berartikulasi merepresentasi persamaan ekstensi


akuntansi seperti yang dapat dilihat dalam ilustrasi berikut,

Ilustrasi di atas juga menggambarkan aliran perhitungan laporan keuangan (dari kanan ke kiri)
yang dimulai dari menghitung total laba/rugi, kemudian laba/rugi ini digunakan untuk
menghitung perubahan ekuitas, dan hasil ekuitas akhir ini ditampilkan di Neraca untuk
menunjukkan sumber dari aset sesuai dengan persamaan akuntansi.

Laporan keuangan di atas hanya merupakan penggambaran logika akuntansi dari persamaan
akuntansi. Laporan keuangan dan komponen-komponennya akan dijelaskan lebih lanjut dalam
pembahasan di bab-bab selanjutnya.

Elemen dan Akun Laporan Keuangan

Elemen-elemen laporan keuangan memiliki komponen penyusun yang lebih kecil dan tidak
dapat dipecah lagi yang disebut dengan akun (kadang juga disebut sebagai pos, dalam IFRS
disebut sebagai item). Tujuan dari pemecahan elemen-elemen ke dalam akun-akun adalah, agar
laporan keuangan lebih informatif dan merepresentasi transaksi secara detail. Sebagai contoh,
akan tidak informatif jika entitas menyajikan kenaikan aset (Dr) pada penurunan aset (Cr) untuk
merepresentasi penjualan gedung. Oleh karena itu, penjualan gedung dicatat dalam jurnal, kas
(Dr) pada gedung (Cr).

Jadi, jika terdapat transaksi keuangan, transaksi tersebut dicatat dalam bentuk jurnal ke dalam
akun-akun menggunakan postulat penjurnalan yang sudah dikemukakan sebelumnya. Kemudian
pada akhir periode, akun-akun tadi dikelompokkan dalam masing-masing elemen dan disajikan
di laporan keuangan untuk merepresentasi persamaan akuntansi.

Transaksi dicatat dalam akun-akun dan dikelompokkan dalam elemen-elemen sesuai dengan
cakupan dalam definisi elemen. Berikut ini disajikan tabel yang berisi penjelasan kelima elemen
laporan keuangan dan contoh akun-akunnya (disesuaikan dengan Standar Akuntansi Keuangan).

Elemen Penjelasan Contoh Akun


Kategori aset lancar:

Kas, Surat Berharga,


Piutang, Perlengkapan
Definisi: Sumber daya yang dikuasai secara substansi
Kantor, Biaya Dibayar di
ekonomik oleh entitas, berasal dari transaksi di masa
Muka, Persediaan
lalu, dan manfaat ekonomik di masa depan diharapkan
Kategori aset tidak lancar:
akan mengalir ke entitas.
Investasi: Investasi Jangka
 
Aset Panjang.
Penyajian akun dalam Laporan Neraca: diklasifikasi dan
Berwujud: Aset Tetap,
diurutkan berdasarkan kelancaran (tingkat kemudahan
Properti Investasi, Tanah,
aset untuk dikonversikan menjadi kas atau setara kas).
Sewa Pembiayaan, Biaya
Aset tidak lancar dibagi menjadi investasi, aset
Tangguhan, Aset dimiliki
berwujud, dan aset takberwujud.
untuk dijual.

Takberwujud: Merk
Dagang, lisensi, paten
Definisi: Kewajiban entitas masa kini, berasal dari Kategori Liabilitas Jangka
transaksi di masa lalu, dan penyelesaiannya akan Pendek:
mengakibatkan aliran keluar sumber daya yang
mengandung manfaat ekonomik. Utang Usaha, Utang Bank,
Pendapatan Diterima di
  Muka, Provisi Jangka
Liabilitas Pendek
Penyajian akun dalam Laporan Neraca: diklasifikasi dan
diurutkan berdasarkan jangka waktunya. Liabilitas yang Kategori Liabilitas Jangka
jangka waktunya kurang dari 1 tahun masuk dalam Panjang: Utang Obligasi,
kategori liabilitas jangka pendek. Liabilitas jangka Utang Jangka Panjang,
panjang yang sudah memasuki tahun terakhir, Provisi Jangka Panjang
dipindahkan (reklasifikasi) ke liabilitas jangka pendek.
Definisi: Hak residual atas aset setelah dikurangi
liabilitas.
Modal yang telah Disetor,
Ekuitas  
Saldo Laba
Penyajian akun dalam Laporan Neraca: disajikan di
bawah liabilitas.
Kategori Pendapatan
Definisi: Hasil dari usaha entitas berupa aliran masuk Operasi: Pendapatan Usaha
manfaat ekonomik yang
Kategori Pendapatan Non
  Operasi: Pendapatan
Pendapatan Bunga, Pendapatan
Penyajian akun dalam Laporan Laba/Rugi:
diklasifikasikan berdasarkan pendapatan rutin (operasi Kategori Untung: Untung
dan non operasi) dan pendapatan tidak rutin Penjualan Aset Tetap,
(untung/gain). Untung Revaluasi Aset,
Untung Selisih Kurs
Kategori Biaya Operasi:
Definisi: Usaha entitas untuk mendapatkan pendapatan
berupa aliran keluar manfaat ekonomik yang
Kategori Biaya Non
Operasi:
 
Biaya
Kategori Rugi: Rugi
Penyajian akun dalam Laporan Laba/Rugi:
Penjualan Aset Tetap, Rugi
diklasifikasikan berdasarkan biaya rutin (operasi dan
Revaluasi Aset, Rugi
non operasi) dan biaya tidak rutin (rugi/loss).
Selisih Kurs

Tabel 1.2 Elemen dan Akun

Daftar Akun dan Sistem Informasi Akuntansi


Hingga bagian ini, dapat disimpulkan bahwa akuntansi pada dasarnya adalah mencatat transaksi
dalam akun-akun, kemudian menyajikannya dalam bentuk persamaan akuntansi. Oleh karena itu,
dapat digambarkan hubungan elemen dan akun sebagai berikut:

1* Aset = 2* Liabilitas + 3* Ekuitas + 4* Pendapatan – 5* Biaya  


21* Liabilitas 3101 Setoran 41* Pendapatan 51* Biaya
11* Aset Lancar
Jangka Pendek Pemilik Operasi Operasi
2101 Utang usaha 4101 Pendapatan 5101 Biaya
1101 Kas 2102 Utang bank 3102 Distribusi ke usaha listrik
22* Liabilitas Pemilik
1102 Surat jangka panjang 5102 Biaya air
Berharga 42* Pendapatan
2201Utang Non Operasi
Obligasi 5103 Biaya gaji
1103 Piutang pegawai
2202 Utang jangka 52* Biaya Non
1104 4201 Pendapatan
panjang Operasi
Perlengkapan bunga
5201 Biaya
kantor
bunga
1105Biaya 43* Untung 5202 Biaya pos
dibayar di muka
53* Rugi
1106 Persediaan 4301 Untung
penjualan aset 5301 Kerugian
12* Aset Tidak tetap penjualan aset
Lancar tetap
1201 Investasi 4302 Keuntungan
Jangka Panjang atas selisih kurs 5302 Kerugian
atas selisih kurs
1301Aset tetap

1302 Properti
investasi

1303 Tanah

1304 Aset
dimiliki untuk
dijual
13* Aset
Takberwujud
1301 Merk
dagang

1302 Paten
1303 Lisensi

Tabel 1.3 Ilustrasi Daftar Akun dalam Persamaan Akuntansi

Pada era teknologi informasi mobile sekarang ini, sangat tidak masuk akal jika akuntansi masih
dilakukan secara manual dan disebut sebagai ‘pembukuan’. Oleh karena itu, komputerisasi
akuntansi merupakan sebuah konsekuensi logis dari perkembangan teknologi informasi. Karena
akuntansi memiliki prinsip dasar matematika, maka akuntansi pasti dapat dikomputerisasikan.
Berikut ini penjelasan mengenai dasar pemrograman basis data (database) untuk Sistem
Informasi Akuntansi (SIA).

Kita ambil sebuah contoh. Sebuah entitas mendapat penerimaan kas yang asalnya dari jasa
konsultasi akuntansi. Maka, dari transaksi ini dapat dibuat jurnal kas (Dr) pada pendapatan jasa
(Cr) à untuk menunjukkan bahwa peningkatan aset (kas) asalnya dari pendapatan (pendapatan
jasa). Dari penjurnalan transaksi ini, kita sebagai manusia dapat dengan mudah
mengelompokkan kas ke dalam aset dan pendapatan jasa ke dalam pendapatan. Namun,
komputer tidak dapat membaca apa yang membuat kas bisa menjadi bagian dari aset. Untuk
dapat melakukan sesuatu, komputer harus diberi program yang terstruktur dan terpola, termasuk
mengelompokkan akun-akun ke dalam elemen-elemennya. Disinilah peran dari daftar akun
(chart of account).

Daftar akun merupakan sebuah daftar yang berisi akun-akun yang dimiliki oleh perusahaan. Jadi,
segala transaksi yang terjadi dalam perusahaan, direpresentasikan dalam akun-akun yang ada di
daftar ini. Tujuannya adalah agar pencatatan transaksi menjadi konsisten. Sebagai contoh, tanpa
adanya daftar akun, seseorang dapat mencatat gedung dalam akun ‘gedung’ sedangkan orang
lain mencatat dalam akun ‘bangunan’, atau seseorang mencatat penerimaan uang dalam akun
‘uang’ sedangkan orang lain mencatat dalam akun ‘kas’.

Dalam daftar akun, setiap akun memiliki kode akun. Kode akun ini memiliki pola yang dapat
digunakan oleh komputer untuk mengelompokkan akun-akun dalam persamaan akuntansi. Lebih
jelasnya lagi, dengan kode akun, komputer dapat melakukan automatisasi pelaporan keuangan.

Sebagai contoh, dalam tabel 1.3 dapat dilihat bahwa Aset memiliki kode 1*. Tanda asterisk (*)
merupakan lambang dalam pemrograman basis data yang artinya dapat berisi karakter apapun.
Jadi, kode 1* ini dibaca: kode depannya 1, belakangnya dapat diikuti digit berapapun. Jadi,
semua akun yang memiliki kode digit depan 1, merupakan kelompok aset. Setelah itu, dapat
dilihat dalam tabel 1.3 bahwa kas, piutang, perlengkapan kantor, persediaan memiliki kode digit
kedua: 1 (sehingga kodenya adalah 11*), hal ini menunjukkan bahwa akun-akun ini masuk
dalam kategori aset sub klasifikasi aset lancar. Selanjutnya, aset tetap, properti investasi, tanah,
aset dimiliki untuk dijual, memiliki kode digit kedua: 3 (sehingga kodenya adalah 13*), hal ini
menunjukkan bahwa akun-akun ini masuk dalam kategori aset sub klasifikasi aset tidak lancar.
Contoh ini menunjukkan, jika terjadi transaksi seperti penerimaan kas yang asalnya dari jasa
konsultasi akuntansi, manusia mencatat ke dalam komputer: kas (Dr) pada pendapatan jasa (Cr).
Kemudian, dengan menggunakan query yang dibuat oleh manusia, komputer akan secara
otomatis mengelompokkan kas yang berkode 1101 ke aset, dan pendapatan jasa yang berkode
4101 ke pendapatan. Jika hal ini sudah dilakukan, maka penyajian akun-akun ke dalam laporan
keuangan sesuai dengan kelompoknya merupakan hal yang lebih mudah.

Dalam praktik, penomoran elemen dan akun dalam kode akun dapat bervariasi, tergantung
kompleksitas bisnis dan macam-macam transaksi yang dimiliki oleh entitas. Semakin kompleks
dan semakin banyak jenis transaksi, semakin banyak digit yang digunakan dalam kode akun.
Secara normal, jumlah digit paling sedikit untuk kode akun adalah 3 digit. Digit pertama
digunakan sebagai kode elemen dan dua digit selanjutnya adalah kode dari akun.

[1] Dalam Standar Akuntansi Keuangan, Generally Accepted Accounting Principle (GAAP)
diterjemahkan sebagai Prinsip Akuntansi Berlaku Umum.

[2] Standar Akuntansi Keuangan menggunakan istilah biaya sebagai terjemahan dari cost. Secara
konsep, cost adalah pengukur atas transaksi (pertukaran) dan menggunakan satuan moneter (Rp,
$, ¥). Secara ilmiah, istilah untuk pengukur lebih baik untuk diserap jika tidak ada terjemahan
yang sesuai. Hal ini juga akan lebih membantu dalam hal konsistensi penerjemahan. Seperti
halnya gravity yang merupakan pengukur gaya tarik bumi dengan satuan g diserap menjadi
gravitasi, maka menggunakan kaidah pembentukan istilah Bahasa Indonesia, cost diserap
menjadi kos (analogi: credit-kredit, post-pos). Manfaat dari penerjemahan cost menjadi kos akan
sangat terasa dalam pembahasan mengenai persediaan.

[3] Persamaan akuntansi diciptakan oleh Frater Luca Bartolomeo de Pacioli, seorang biarawan
dan ahli matematika dari Italia. Persamaan ini dituliskan dalam bukunya, Summa de Aritmatica,
Geometrica, Proportioni et Proportionalita,  yang terbit pada tahun 1949. Dalam buku ini, Luca
Pacioli sudah menyebutkan metode venetian atau pencatatan double entry, yang merupakan
representasi dari persamaan akuntansi.

[4] Istilah Beban (bahasa asing: Expense) dalam standar akuntansi sebetulnya tidak tepat. Secara
logis, entitas harus melakukan upaya untuk mendapatkan hasil. Jika entitas tidak berupaya maka
entitas tidak akan mendapatkan hasil. Oleh karena itu, upaya adalah suatu keharusan. Sebagai
contoh, perusahaan ritel harus berupaya membeli barang dagangan. Jika perusahaan ritel tidak
melakukan hal tersebut, maka perusahaan ritel tidak dapat melakukan usaha penjualan barang
dagangan. Dalam Bahasa Indonesia, suatu upaya yang memang harus dilakukan tidak dapat
disebut sebagai beban, karena beban memiliki konotasi negatif sebagai sesuatu yang
memberatkan dan sedapat mungkin dihindari. Oleh karena itu, istilah beban tidak tepat untuk
merepresentasi konsep expense. Bahasa Indonesia memiliki istilah yang lebih tepat untuk upaya
yang memang harus dilakukan untuk mendapatkan hasil yaitu, biaya.

Anda mungkin juga menyukai