Seminar Proposal
Seminar Proposal
Seminar Proposal
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh
Daftar Isi
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
A. Latar Belakang..........................................................................................3
B. Rumusan Masalah.....................................................................................5
C. Tujuan penelitian.......................................................................................5
D. Manfaat Penelitian.....................................................................................6
E. Keaslian Penelitian....................................................................................8
BAB II....................................................................................................................10
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................10
2.1 PENGERTIAN ISPA...................................................................................10
2.3. Faktor- Faktor Penyebab Terjadinya Ispa...................................................24
2.4 Kerangka Teori............................................................................................32
2.5 Kerangka Konsep.........................................................................................33
2.6 Hipotesis Penelitian.................................................................................34
BAB III..................................................................................................................35
METODE PENELITIAN.......................................................................................35
A. Jenis dan rancangan penelitian.......................................................................35
B. Waktu dan Lokasi Penelitian...................................................................35
C. Populasi dan Sampel Penelitian..............................................................35
D. Definisi Operasional................................................................................37
E. Pengumpulan Data..................................................................................39
F. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data................................................39
G. Analisis Data...........................................................................................40
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini mencangkup 2 macam
analisis yaitu :.....................................................................................................40
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
orang tua. Sebab kesehatan adalah modal utama dalam proses tumbuh
terutama pada anak-anak dan balita (Solomon et al., 2018). Kematian anak
anak balita di dunia meninggal setiap harinya. Pada tahun 2017 jumlah
total kematian anak balita mencapai 5,4 juta anak (UNIGME, 2018). ISPA
di Indonesia pada tahun 2007 yaitu 25,5% dan pada tahun 2013 prevalensi
ISPA yaitu 25,0% jumlah kasus hanya menurun sebesar 0,5%. Saat ini
terdapat lima provinsi dengan jumlah ISPA tertinggi yaitu Nusa Tenggara
Timur dengan persentase sebesar 41,7%, Papua yaitu 31,1%, Aceh yaitu
30,0%, Nusa Tenggara Barat yaitu 28,3%, dan Jawa Timur yaitu 28,3%.
2018). Dari data profil kesehatan provinsi papua tahun 2017 jumlah kasus
sebanyak 4,30% dan 2016 8,0% kemudian terjadi penurunan di tahun 2017
yakni sebanyak 0,16% . hal ini berarti ada pencapaian untuk penurunan
jumlah kasusnya naik menjadi 28.722 kasus atau 26% dan pada tahun
2017 kasus ISPA naik menjadi 31,613 kasus atau 29,40% dari data yang
puskesmas Arso Timur dari data sepuluh besar penyakit tahun 2019
sebanyak 1014 kasus yang di temukan dan ini menempati posisi pertama
Timur,2019).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
balita
balita
pada balita
balita
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
c. Bagi mahasiswa
1 Betty Adelina Hubungan Status Imunisasi Dengan 2014 Cross Sectional Ada hubungan imunisasi
Simare-mare Infeksi Saluran Pernapasan Akut dengan ISPA pada Balita Sakit
(ISPA) Pada Balita Sakit (1-5 tahun) (1-5 thun )
2 Ardhin yuul Hubungan kesehatan lingkungan 2018 Survei analitik Kepadatan hunian kamar
hamida rumah dengan kejadian ISPA pada sebagian besar 51,7%. Tidak
balita di desa pulung merdiko memenuhi syarat.jenis dinding
ponorogo 57,7% tidak memenuhi
syarat .pencahayaan sebagian
kecil 48,3% tidak memenuhi
syarat serta anggota keluarga
merokok sebanyak 53,3%. Dari
hasil yang ada maka ada
semuanya berkaitan erat dengan
kejadian ISPA pada balita
ketika semua nya tidak
memenuhi standar
3 Rahmayatul.Fil Hubungan Lingkungan 2013 Survei analtik Tidak terdapat hubungan antara faktor
acanno Dalam Rumah Terhadap individu balita : status gizi, pemberian ASI,
ISPA pada Balita di (nilai p> 0,05 terhadap kejadian ISPA pada
2013.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi ISPA
(kotak suara) dan trakea (batang tenggorokan). Gejala dari penyakit ini antara
lain: sakit tenggorokan, beringus (rinorea), batuk, pilek, sakit kepala, mata
merah, suhu tubuh meningkat 4-7 hari lamanya (Mumpuni, 2016). ISPA juga
merupakan penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari
B. Etiologi ISPA
ISPA terdiri dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebab ISPA
a. Pneumonia berat
Bila disertai salah satu tanda tarikan kuat di dinding pada bagian
bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur
Bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah
atau napas cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur kurang 2 bulan
yaitu :
2) Kejang
3) Kesadaran menrun
4) Stridor
5) Wheezing
6) Demam/dingin
c. Golongan umur 2 bulan-5 Tahun
1) Pneumonia Berat
bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik nafas (pada saat
meronta)
2) Pneumonia sedang
3) Bukan Pneumenia
Bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak
Tahun yaitu :
Kejang
Kesadaran menurun
Stridor
Gizi buruk
Klasifikasi ISPA menurut Depkes RI (2012) :
a. ISPA ringan
Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala batuk, pilek
dan sesak
b. ISPA sedang
ISPA sedang apabila timbul gejala sesak nafas, suhu tubuh lebih dari 390 c dan
c. ISPA berat
Gejala meliputi : kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba, nafsu makan
1) Batuk Pilek
Batuk pilek (common cold) adalah infeksi primer nesofaring dan hidung
yang sering mengenai bayi dan anak. Penyakit ini cenderung berlangsung
antara lain : kelelahan, gizi buruk, anemia dan kedinginan pada umumnya
2) Sinusitis
Sinusitis adalah radang sinus yang ada disekitar hidung, dapat berupa
dapat disebabkan oleh kuman tunggal namun dapat juga disebabkan oleh
3) Tonsilitis
menelan, demam tinggi dan eksudat berwarna putih keabuaan pada tonsil,
4) Faringitis
sering dilihat sebagai inflamasi virus. Namun juga bisa disebabkan oleh
tanda dan gejala faringngitis antara lain membran mukosa dan tonsil
(Behram, 2009).
5) Larimggitis
influenza. Tanda dan gejalanya antara lain, demam, batuk, pilek, nyeri
menelan dan pada waktu bicara suara serak, sesak napas, stridor, bila
(Ngastiyah, 2005)
1) Bronkitis
dan polusi udara, dengan tanda dan gejala batuk kering, suhu
(Ngastiyah, 2005).
b) Bronkiolitis
bagian atas disertai dengan batuk pilek beberapa har, tanpa disertai
c) Pneumonia
yang sering dii dapatkan pada anak adalah nafas cepat dan sulit
e) Komplikasi
ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk kesaluran nafas.
Salah satu penyebab ISPA yang lain adalah asap pembakaran bahan kayu
bakar yang biasanya digunakan untuk memasak. Asap bahan bakar kayu ini
ibu rumah tangga selalu melakukan aktifitas memasak tiap hari menggunakan
bahan bakar kayu, gas maupun minyak. Timbulnya asap tersebut tanpa
mengeluh batuk, sesak nafas, dan sulit untuk bernafas. Polusi dari bahan bakar
kayu tersebut mengandung zaat-zat sperti Dry basis, Ash, Carbon, Hidrogen,
Sulfur, Nitrogen dan Oxygen yang sangat berbahaya bagi kesehatan (Depkes
RI, 2012).
ISPA merupakan proses inflamasi yang terjadi pada setiap bagian saluran
pernapasan atas maupun bawah, yang meliputi infiltrat peradangan dan edema
struktur fungsi siliare (muttaqin, 2008). Tanda dan gejala ISPA banyak
bervariasi antara lain demam, pusing, malaise (lemas) anoreksia (tidak nafsu
1) Batuk
4) Panas atau demam, suhu badan lebih dari dari 37c atau jika dahi anak
diraba.
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari
1) Pernafasan lebih 50 kali per menit pada anak yang berumur kurang
dari satu tahun atau lebih dari 40 kali per menit pada anak yang
gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala
sebagai berikut :
bernafas.
6) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba
F. Penularan ISPA
kuman ISPA yang ada diudara terisap oleh penjamu baru dan masuk ke
seluruh tubuh apabila orang yang terinfeksi ini rentan, maka ia akan terkena
Secara umum imfeksi saluran pernapasan akut pada balita dapat dicegah
4) Menjauhkan bayi, balita dan anak dari asap rokok, tembakau, dan polusi
udara lain
menderita ISPA
H. Pengobatan ISPA
Pengobatan ISPA pada balita dan anak secara umum bisa di lakukan
dirumah. Berikut ini beberapa cara: dengan memberikan obat yang sifatnya
dokter. Jika demam bayi, yang berusia 2 bln -5 bulan dapat di obati dengan
perlu diberikan makanan sedikit demi sedikit, tetapi rutin dan berulang,
sedangkan untuk bayi yang masih menyususi di butuhkan ASI eksklusif dari
ibu. Agar penderita ISPA tidak kekurangan cairan, berilah air yang lebih
banyak dari yang biasanya baik air putih maupun sari buah. Asupan minuman
yang banyak akan membantu mencegah dehidrasi dan mengencerkan dahak.
a. ISPA yang disebabkan oleh alergi : cara yang paling tepat dengan
alergi tersebut.
b. ISPA disebabkan oleh virus biasanya ISPA yang disebabkan oleh virus ini
c. ISPA disebabkan oleh bakteri dan jamur: ISPA jenis ini memerlukan
hasil yang maksimal dan mengurangi resiko munculnya efek yang tidak
diinginkan .
2.2 Balita
pertumbuhan yakni pertumbuhan cepat pada usia 0-1 tahun dimana umur 5 bulan
BB naik 2x BB lahir dan 3x BB lahir pada umur 1 tahun dan menjadi 4x pada umur
2 tahun. Pertumbuhan mulai lambat pada masa pra sekolah kenaikan BB kurang
Balita merupakan istilah yang berasal dari kependekan kata bawah lima
tahun. Istilah ini cukup popular dalam program kesehatan. Balita merupakan
kelompok usia tersendiri yang menjadi sasaran program KIA(Kesehatan Ibu dan
Anak) di lingkup Dinas Kesehatan. Balita merupakan masa pertumbuhan tubuh dan
otak yang sangat pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya. Periode tumbuh
kembang anak adalah masa balita, karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang
kreatifitas, kesadaran sosial, emosional, dan intelegensia Berjalan sangat cepat dan
2011).
Salah satu faktor penyebab kematian maupun yang berperan dalam proses
tumbuh kembang balita yaitu ISPA, penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Faktor- faktor penyebab ISPA terbagi dalam dua kelompok faktor internal dan
dalam diri penderita (balita) yang memudahkan untuk terpapar dengan bibit
penyakit (agent) ISPA yang meliputi jenis kelamin, umur, berat badan lahir,
1. Faktor Internal
a. Jenis Kelamin
laki- laki lebih beresiko dibanding perempuan, hal ini disebabkan aktivitas
anak laki-laki lebih banyak dari anak perempuan sehingga peluang untuk
terpapar oleh agent lebih banyak . penelitian yang di lakukan oleh Yusuf
dan lilis (2011), didapatkan hasil bahwa proporsi kasus ISPA menurut
jenis kelamin tidak sama, yaitu laki-laki 59% dan perempuan 41%
b. Umur
Anak dengan umur <2 tahun merupakan faktor resiko terjadinya ISPA.
Hal ini disebabkan karena anak dibawa dua tahun imunitasnya belum
sempurna dan saluran napas lebih sempit. Kejadian ISPA pada bayi dan
balita agar memberikan gambaran klinik yang lebih besar dan jelek, hal ini
disebabkan karena ISPA pada bayi dan balita merupakan kejadian infeksi
alamiah .
keadaan gizi menjadi buruk maka reaksi kekebalan tubuh akan menurun
infeksi protozoa pada anak- anak yang tingkat gizinya buruk akan jauh
(Notoadmodjo, 2013).
d. Status Imunisasi
sebelum bisa satu tahun yaitu imunisasi BCG, DPT, hepatitis B, polio,
campak. Imunisasi bermanfaat untuk mencegah beberapa jenis penyakit
infeksi seperti campak, polio, TBC, difteri, pertusis, tetanus dan hepatitis
ISPA yang dapat dicegah dengan imunisasi adalah difter, dan batuk
rejan.
2. Faktor Eksternal
a. Kepadatan Hunian
pendidikan memberi korelasi yang tinggi pada faktor ini (Prabu, 2009).
b. Ventilasi kurang memadai
dari ruangan baik secara alami maupun secara mekanis. Fungsi dari
juga oleh ventilasi, penggunaan bahan bangunan sintesis berupa cat dan
asbes (Anwar, A., 2012). Penggunaan bahan bakar biomasa seperti kayu
bakar untuk memasak, arang dan minyak tanah muncul sebagai faktor
resiko terhadap terjadinya infeksi saluran pernapasan. Saat ini sebagian
resiko yang lebih besar untuk terkena ISPA dibandingkan dengan ibu tidak
masyarakat tidak tahu cara untuk memilih makanan yang bergizi dan
kesehatan serta serta tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tempat
Rumah yang memiliki jenis lantai keramik atau ubin cenderung lebih banyak
karena mudah dibersihkan dan tidak lembab, sebaliknya lantai yang hanya di
cor, cenderung lembab, tidak kedap air dan bisa menjadi tempat berkembang
Lantai yang berdebu dan basah dapat menjadi sarang penyakit serta
Selain itu lntai tanah, diketahui dapat menyebabkan kelembaban udara dalam
Obat nyamuk terdiri dari berbagai macam jenis, yaitu bakar, semprot,
elektrik dan oles . adapun obat nyamuk yang dapat menimbulkan risiko
terbesar terhadap saluran pernapasan adalah obat nyamuk bakar. Untuk obat
obat nyamuk elektrik lebih kecil lagi menimbulkan asap, karena bekerja
dengan cara mengeluarkan asap tapi dengan daya elektrik. Sehingga makin
kecil dosis bahan zat aktif, makin kecil pula bau yang ditimbulkan dan makin
bernama nikotin, yaitu zat yang berasal dari daun tembakau. Nikotin
terkandung berbagai jenis racun lain yang berdampak pada kesehatan seperti
tar dan karbon monooksida. Tar dapat mengiritasi saluran pernapasan. Karbon
Akibat merokok yang parah adalah flek hitam di paru-paru (Sukmana, 2009).
Selain itu, merokok memiliki efek samping besar pada sistem kekebalan
tubuh, baik lokal (seperti di saluran pernapasan dan jaringan lunak di paru-
adalah sebutan bagi orang yang menghirup asap rokok atau tembakau dari
orang lain. Perokok aktif maupun pasif yang terpapar asap rokok akan
rokok yang dihirup oleh perokok pasif, sama bahayanya dengan rokok dan
asap yang dihirup oleh perokok aktif, sama bahayanya dengan rokok dan asap
yang dihirup oleh perokok aktif. Di rumah, risiko perokok pasif seperti anak-
anak dan wanita hamil juga besar. Penyakit perokok pasif hampir sama
dengan penyakit yang di derita oleh perokok aktif. Di rumah, risiko perokok
pasif yang mungkin dapat terjadi pada mereka adalah infeksi telinga dan
gangguan kehamilan dan janin (lahir prematur, cacat fisik, serta gangguan
Jenis Kelamin
Umur
Status Imunisasi
Kejadian ISPA
Ventilasi Kurang
Kepadatan Hunian
Pengetahuan Ibu
Anggota Keluarga
Yang Merokok
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
: Berpengaruh
Faktor Internall
Umur
Status imunisasi
Kejadian
Faktor Eksternal
ISPA
Kepadatan hunian
Jenis lantai
Pengetahuan ibu
Anggota keluarga
yang merokok
2.6 Hipotesis Penelitian
2. Ada pengaruh status imunisasi terhadap terjadinya penyakit ISPA pada Balita
4. Ada pengaruh jenis lantai terhadap terjadinya penyakit ISPA pada balita di
5. Ada pengaruh pengetahuan ibu terhadap terjadinya penyakit ISPA pada balita
6. Ada pengaruh Asap rokok terhadap terjadinya penyakit ISPA pada balita di
METODE PENELITIAN
Timur.
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah balita yang berusia 12-60 bulan
2. Sampel
Keterangan :
N = Besar populasi
n = Besar Sampel
100
n=
1+100 ( 0,12 )
100
n=
1+100(0,01)
100
n=
1+1
100
n=
2
n=50
D. Definisi Operasional
Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Skala Hasil
Kejadian ISPA Kejadian penyakit Laporan Melihat data laporan Nominal Tidak ISPA= 1
ISPA yang ditandai bulanan ISPA = 0
dengan dengan gejala puskesmas
batuk, pilek disertai Arso Timur
dengan demam yang
diagnosa oleh dokter
Umur Usia balita pada saat Kuesioner 12-60 bln Nominal Umur ≤ 2Th = 1
penelitian yang di (Data Umum) Umur ≥2Th = 0
nyatakan dalam bulan
Status Imunisai Kelengkapan Kuesioner 1. Vaksin BCG Nominal Imunisasi dasar lengkap (skor ≥5) =
imunisasi dasar yang 2. Vaksin DPT 1imunisasi dasar tidak lengkap (skor ≤5)
harus diberikan pada =0
balita sesuai dengan
3. Vaksin difteri
usia nya Tetanus.
4. Vaksin
Tetanus
5. Vaksin
Polimelitis
6. Vaksin
Hepatitis B
7. Vaksin
Campak
Kepadatan Kepadatan penghuni Hasil bagi Wawancara observasi Dokumen observasi Sehat apabila luas lantai dengan jumlah
hunian kamar yang antara luas dan pengukuran penghuni . ≥10 m 2 /orang = 1 tidak sehat
memenuhi syarat lantai dengan dengan roll meter luass lantai dengan jumlah penghuni ≤ 10
kesehatan jumlah
penghuni ≥ 10 m 2/ orang
m2/ org =0
Jenis lantai Bagian alas atau dasar Observasi Kuesioner Nominal 0 = tidak memenuhi syarat jika sebagian/
lantainya suatu seluruh lantai terbuat dari tanah
ruangan atau 1 = memenuhi syarat, jika lantai terbuat
bangunan. Lantai dari ubin/masker/keramir
terbuat dari
ubin/master/keramik
Pengetahuan ibu Kemampuan ibu Kuesioner Menjawab pertanyaan Nominal Pengetahuan baik (mean ≥5 = 1
dalam menjawab dengan benar . Pengetahuan buruk (mean ≤5) = 0
pertanyaan peneliti.
1. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer
dan data sekunder. Sumber data primer di dapat dari lembatran kuesioner
a) Editing
b) Coding
Penulis merubah data yang berbentuk huruf menjadi data yang berbentuk
entry data.
c) Entry data
d) Cleaning Data
G. Analisis Data
analisis yaitu :
1) Analisis Univariat
dari setiap variabel secara manual dan hasil analisis ini menunjukkan
2) Analisis Bivariat
Analisis Bivarat pada penelitian ini menggunakan uji chi square untuk
Andriyani , R. (2011) Bahaya Merokok: 1st edn. Edited by B. Wijanarko. Jakarta: PT.
id=HYY2DwAAQBAJ.
Arcavi, L and Benowitz, N. L. (2017) ‘Cigarette Smoking and Infection’, Arch Intern
Ardinasari, eyita. 2016 . Buku Pintar Mencegah Dan Mengobati Penyakit Bayi Dan
https://books.google.co.id/books?id=215hCAAAQBAJ
(Dinkes papua, 2017) profil dinas kesehatan provinsi papua tahun 2017
Hidayat, Anwar. Aziz Alimul, 2012, Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta: Salemba
Medika
Saluran Pernapasan Akut (Ispa) Pada Pekerja Industri Mebel Dukuh Tukrejo, Desa
Bondo, Kecamatan Bangsri, Kabupaten Jepara, Provinsijawa Tengah 2012,
Universitas Indonesia
Kemenkes RI, 2013 Laporan riset dasar kesehatan (Riskesdas) tahun 2013 .
Kemenkes RI, 2018. Laporan riset dasar kesehatan (Riskesdas) tahun 2018 .
Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di Wilayah Kerja
Jakarta: Depkes
Syair, Abdul. 2009 . Faktor Resiko Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut
Medan:
respiratory infection among under fives in rural communities of Ekiti State, Nigeria
UNIGME, 2018. The United Nations Interagency Group for Child Mortality
https://www.who.int/features/factfiles/children_environmental_health/en/.