Teknik Menyampaikan Berita Buruk

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 39

Teknik Menyampaikan Berita

Buruk

Kili Astarani
Pendahuluan
 Pelayanan kesehatan yang paripurna tidak hanya dilakukan di
rumah sakit, tetapi juga meliputi perawatan pra-rumah sakit,
selama di rumah sakit, dan purna rumah sakit
 Tujuannya mencakup aspek promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatif, dengan tujuan utama mempertahankan
kemampuan individu untuk mandiri secara optimal selama
mungkin
 Pada kasus yang oleh tim dokter dinyatakan sulit sembuh atau
tidak ada harapan lagi, bahkan mungkin hampir meninggal
dunia atau yang dikenal pasien stadium terminal (PST),
tentunya dibutuhkan pelayanan yang spesial
Definisi
 Perawatan palliative adalah perawatan total dan aktif dari
untuk penderita yang penyakitnya tidak lagi responsive
terhadap pengobatan kuratif
 Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan
memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang
menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang
dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan
melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta
penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik, psikososial
dan spiritual (sumber referensi WHO, 2002)
Cont’…

 Menurut WHO, 2005 Perawatan paliatif adalah sistem


perawatan terpadu yang bertujuan meningkatkan kualitas
hidup, dengan cara meringankan nyeri dan penderitaan
lain, memberikan dukungan spiritual dan psikososial
mulai saat diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat dan
dukungan terhadap keluarga yang kehilangan/berduka
PRINSIP PERAWATAN PALIATAIF

 Perawatan paliatif adalah bentuk perawatan


medis dan kenyamanan pasien yang mengontrol
intensitas penyakit atau memperlambat
kemajuannya, apakah ada atau tidak ada harapan
untuk sembuh. Perawatan paliatif tidak bertujuan
untuk menyediakan obat dan juga tidak
sebaliknya perkembangan penyakit
Tujuan

 Untuk mengurangi penderitaan pasien,


memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas
hidupnya, juga memberikan support kepada
keluarganya.
 Tujuan utama perawatan paliatif bukan untuk
menyembuhkan penyakit. Dan yang ditangani
bukan hanya penderita, tetapi juga keluarganya
Bad News
 Berita buruk secara medis didefinisikan sebagai informasi yang
menciptakan pandangan buruk bagi kesehatan seseorang. Berita
buruk tersebut dapat menimbulkan perasaan tanpa harapan
pada pasien, ancaman terhadap kesehatan mental dan fisik
pasien, atau resiko mengganggu atau mengacaukan gaya hidup
atau keseharian pasien (Wright dkk, 2013)
 Menurut Baile dkk (2000), berita buruk dapat didefinisikan
sebagai segala informasi yang secara serius dapat memperburuk
pandangan seseorang tentang masa depannya.
Kepentingan mempelajari cara penyampaian
berita buruk
 Merupakan pekerjaan yang akan sering dilakukan namun
membuat stress
Seorang perawat dan dokter akan mengalami keadaan dimana
ia harus menyampaikan informasi buruk kepada pasien atau
keluarganya.
Penyampaian berita buruk akan menjadi sangat menegangkan
ketika seorang perawat dan dokter kurang berpengalaman,
sedang menghadapi pasien yang masih muda, dan ketika
prospek keberhasilan pengobatan minim (Baile dkk, 2000)
 Pasien menginginkan kebenaran
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa 96% orang berharap
diberi tahu ketika ia menderita kanker dan 85% berharap
mendapat informasi mengenai perkiraan umur mereka (Baile
dkk, 2000).
 Prinsip hukum dan etik
Di Amerika Utara, prinsip informed consent, otonomi pasien, dan
hukum telah menciptakan kewajiban etika dan hukum yang jelas
untuk memberikan informasi sebanyak yang pasien inginkan
tentang penyakit mereka dan pengobatannya. Dokter tidak
mungkin menahan informasi medis bahkan jika mereka tahu itu
akan memiliki efek negatif pada pasien (Baile dkk, 2000)
 Hasil pemeriksaan klinis
Bagaimana cara penyampaian kabar buruk dapat mengubah pemahaman
pasien akan informasi, kepuasan perawatan, tingkat harapan, dan psikologi
pasien. Banyak pasien mengharapkan informasi yang akurat untuk membantu
mereka menentukan pilihan (Baile dkk, 2000).
Masalah muncul bila dokter harus berhadapan dengan keadaan khusus atau
kepribadian pasien yang berbeda-beda.
Contoh: penyakit yang dipengaruhi oleh faktor psikososial. Keadaan lainnya
adalah pasien yang berpenyakit kronis, menderita cacat, dan pada pasien
kanker. Permasalahan yang sebenarnya muncul ketika kita harus
menyampaikan prognosis penyakit dan berapa lama pasien itu dapat bertahan
hidup (Sukardi dkk, 2007).
 Penyampaian pada pasien mengenai kecacatan/penyakit
kronis
Pada penyakit kronis atau penyakit yang disertai dengan kecacatan
yang berat, sebaiknya dokter memberitahukan kenyataan atau fakta
yang ada. Terutama cara adaptasi yang cepat dan tepat terhadap
perubahan hidupnya.
Dokter seharusnya sadar akan segala kemungkinan dan siap
membantu serta menolong pasiennya. Khususnya bila informasi yang
disampaikan dapat meningkatkan kecemasan, menghilangkan
harapan, menimbulkan keinginan untuk bunuh diri, atau timbulya
gejala psikopatologik lain.
Dalam menentukan suatu penyakit yang kronis dan kecacatan,
informasi harus diberikan secara perlahan. Pemberian informasi
dapat dimulai dari awal dugaan penyakit sampai diagnosis akhir
ditegakkan
 Penyampaian pada pasien mengenai penyakit kanker/tumor
ganas
Pemberian informasi kepada pasien meliputi 2 hal yaitu:
bersikap jujur dan hormat terhadap pasien
Perlu menumbuhkan rasa percaya kepada pasien dan
keluarganya dengan baik sehingga memudahkan dalam
memberikan terapi.
Penyampaian Berita Buruk Secara Tidak
Langsung
 Menunda penyampaian berita buruk sampai saat yang
dianggap tepat
 Dokter bercerita tentang hal-hal lain terlebih dahulu sebelum ia
menyampaikan berita tentang penyakit pasien, tentang keluhan-keluhan dan
gejala-gejala yang diderita pasien dan seterusnya sampai kira-kira pasien
dianggap “siap mental” untuk mendengarkan berita buruk itu.
 Tanda-tanda bahwa pasien sudah “siap mental” dapat diterka dari kata-kata
(verbal) atau mimik (ekspresi wajah) atau gerak (gesture) pasien
 Kerugian dari cara ini adalah bahwa seringkali pasien dapat menerka maksud
dokter dan reaksi-reaksi emosionalnya muncul justru waktu dokter belum
siap mental. Akibatnya dokter bertambah sulit mengendalikan emosi pasien
 Membiarkan pasien menyimpulkan sendiri
 Dalam cara ini dokter tidak secara terbuka menyampaikan berita
buruk, pasien diharapkan menyimpulkan nasibnya sendiri. dalam cara
ini dokter hanya memberikan pertanyaan sambil “mengiringi” pasien ke
arah kesimpulan yang akan dibuatnya
 Teknik ini hanya dapat dilakukan pada pasien-pasien yang mempunyai
pendidikan atau kecerdasan yang cukup untuk membuat kesimpulan
sendiri. Akan tetapi biasanya pasien tidak sabar dan bertambah jengkel
karena ditanya-tanya terus padahal ia sudah dalam keadaan sangat
khawatir terhadap kesehatannya.
 Pasien bisa sampai kepada kesimpulan bahwa dokter mau melepaskan
diri dari tangung jawabnya memberi tahu pasien tentang berita buruk
itu
 Membungkus berita buruk
 Dalam cara ini dokter “membungkus” berita buruk itu dengan
kata-kata, sedemikian rupa sehingga kedengarannya berita buruk
itu lebih baik dari keadaan yang sebenarnya
 Kelemahan dari cara ini adalah bahwa tidak semua pasien bisa
menerima kenyataan-kenyataan yang dibungkus seperti itu.
Beberapa pasien malah akan bertambah frustasi karena ia tahu
bahwa keadaan yang sebenarnya tidaklah sebaik yang disampaikan
dokter. Pasien bisa beranggapan bahwa dokter membohonginya
 Banyak memberi alasan
 Dengan cara ini, dokter memberikan berbagai alasan ke pasien
untuk membenarkan ‘berita buruk’ tersebut
 Pada penggunaan teknik ini justru membuat pasien putus asa.
Dalam keadaan sudah sangat khawatir, biasanya pasien masih
mengharapkan petunjuk tentang cara lain yang masih dapat
diupayakan untuk mengatasi penyakitnya. Dengan adanya alasan-
alasan pembenaran yang dilakukan dokter terhadap pasien justru
akan menyebabkan putusnya harapan pasien dan membuat pasien
sangat frustrasi
Jenis-Jenis Reaksi Pasien terhadap
Berita Buruk
 Menerima kenyataan itu dengan sabar
 Bereaksi agresif
 Penolakan terhadap kenyataan
 Regresi yaitu memberi reaksi dengan mundur kepada
tingkat yang kekanak- kanakan
 Stereotipi merupakan reaksi berulang-ulang terus
Penyampaian Berita Buruk Secara
Langsung
‘siap mental’ untuk menghadapi frustasi pasien dan
selanjutnya dapat menampung dan meredakan frustasi
 Tahap 1: penyampaian berita buruk itu sendiri
 Tahap 2: memperendah tingkat frustasi
 Tahap 3: mencari pemecahan persoalan
Tahap 1. Penyampaian berita buruk

 Seringkali pasien sudah mempunyai dugaan tentang keadaan


yang buruk itu, hanya saja ia belum merasa pasti.
 Pasien mempunyai hak untuk segera bebas dari
ketidakpastian ini
Tahap 2. Penurunan Tingkat Frustasi

 Setelah berita buruk disampaikan, dokter harus berusaha


menurunkan frustasi pasien.
 Untuk itu ada 2 macam cara :
 Mengucapkan kata-kata empati.
 Memberikaninformasi kepada pasien bahwa ada hal-hal
yang membuatnya tidak usah terlalu kecewa
Tahap 3. Pemecahan Persoalan

 memberikan nasihat-nasihat berupa pilihan-pilihan yang


dapat ditempuh oleh pasien untuk mengatasi persoalan
yang akan dihadapinya sebagai akibat dari keadaannya
yang tidak diharapkan tersebut
Langkah dalam Penyampaian Berita Buruk

 Persiapan
➢ Pemimpin Diskusi : Dokter utama
➢ Yang harus hadir saat diskusi : staf perawat, anggota tim klinis yang berhubungan
atau konsultan, pekerja social atau pendeta
➢ Tempat diskusi:
❖ jikapasien sadar dan memiliki kapasitas untuk mengambil keputusan, diskusi
dapat dilakukan di sisi tempat tidur
❖ Jikapasien sadar tetapi pasien menyerahkan pengambilan keputusan kepada
keluarga, diskusi dilakukan ditempat lain (menjauh dari pasien), tim
mengecilkan volume suara
❖ Jikapasien tidak sadar diskusi dapat dilakukan diruangan khusus dengan
tempat duduk yang cukup
 Waktu Diskusi
❑ Waktu yang tepat menjadi hal yang penting untuk
dipertimbangkan. Perlu menghadirkan semua anggota dan
keluarga
 Membangun lingkungan terapeutik
❑ Ruangan yang baik : terdapat kursi yang cukup bagi semua yang
terlibat diskusi → agar kontak mata dapat terjaga serta
menghindari hambatan psikologis
❑ Sebelum melakukan diskusi, perlu memperkenalkan semua
anggota yang hadir kepada keluarga dan pasien.
 Memastikan apa yang telah diketahui dan mengenalkan tujuan
❑ Menanyakan kepada pasei dan keluarga apa yang telah diketahui
❑ Mendengarkan dengan seksama
❑ Menyampaikan tujuan dengan jujur dan lugas
 Menyampaikan diagnosis dan prognosis
❑ Menggunakan Bahasa yang sederhana, jelas
❑ Menanyakan tentang penjelasan yag diberikan
❑ Klarifikasi jika terjadi kesalahpahaman atau kebingungan
❑ Penyampaian berita buruk dapat sesekali berhenti, untuk memberikan
kesempatan pasien dan keluarga berbicara atau mengajukan pertanyaan atau
mengeluarka pendapat dan memastikan mereka mengerti
Peran Keluarga
➢ Masalah Keluhan Fisik
➢ Dalam perawatan paliatif banyak cara yang dapat dilakukan oleh
keluarga untuk membantu mengurangi keluahan yang ada,
misalnya dengan relaksasi, pengaturan posisi, penyesuaian
lingkungan dll. Hal tersebut dapat dilakukan keluarga dengan
bimbingan dan tenaga kesehatan Tim paliatif
 Masalah Perawatan Pasien
 Memandikan, melakukan perawatan mulut, kulit, membantu buang
air kecil/besar pada mereka yang mengalami kelumpuhan,
melakukan pembalutan pada bagian tubuh yang membengkak karena
adanya sumbatan aliran getah bening adalah hal hal lain yang perlu
dilakukan oleh keluarga. Pemakaian alat kedokteran misalnya
oksigen nebulizer (penguap) tertentu dan perawatan stoma ( lubang
pada bagian tubuh tertentu untuk tujuan sesuai lokasinya), kateter ,
selang yang dimasukkan melalui hidung dengan berbagai tujuan juga
menjadi tugas keluarga jika pasien berada di rumah
➢ Masalah Gangguan Psikologis.
➢ Komunikasi yang baik antara pasien, keluarga dan tim paliatif lain
akan sangat membantu mengurangi stress psikologis pasien. Selain
komunikasi, menciptakan suasanan keterbukaan anggota keluarga,
dan melibatkan pasien dalam mengambil keputusan terhadap
tindakan yang akan dilakukan juga sangat bermanfaat.

➢ Masalah Kesulitan Sosial


➢ Bagaimana keluarga bereaksi terhadap kondisi pasien akan
mempengaruhi bagaimana pasien menerima keadaannya dan
bagaimana berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Jadi keluarga
mempunyai peran besar dalam membantu pasien
 Masalah Spiritual.
 Pasien mungkin menyalahkan diri sendiri karena kondisi
saat ini dianggap akibat atau hukuman dosa yang
pernah dilakukan di masa lampau dan muncul
ketakutan akan kematian. Anggapan bahwa dirinya
tidak memiliki lagi arti dalam keluarga dan menjadi
beban keluarga serta penyesalan belum dapat
memenuhi keinginan keluarga sering dialami pasien
kanker stadium lanjut. Keluarga sangat berperan dalam
mengatasi hal ini dibantu oleh rohaniawan
Kondisi ini selayaknya disampaikan pada pasien dengan cara
yang tepat sedemikian hingga kabar dapat disampaikan dan
diterima dengan baik oleh pasien

SPIKES
(merupakan salah satu metode yang bisa diterapkan dalam
menyampaikan kabar buruk kepada pasien)
Tujuan Menggunakan Protokol SPIKES

Terdapat empat tujuan menggunakan protokol SPIKES untuk menyampaikan kabar


buruk:
 Mengumpulkan informasi dari pasien
 Memberitahukan informasi medis
 Menyedia dukungan kepada pasien
 Memperoleh kerja sama dari pasien dalam mengembangkan rencana atau
terapi untuk ke depannya
Langkah dalam Protokol SPIKES
SPIKES:
S – Situasi
P – Pandangan pasien akan kondisi/keseriusannya
I – Itikad pasien untuk mendapatkan informasi medis
K – Kemampuan menyampaikan fakta-fakta medis
E – Eksplorasi pelbagai emosi dan bersimpati
S – Strategi dan Simpulan
Situasi

 Siapkan privasi yang baik bagi pasien


 Libatkan orang/keluarga terdekat pasien (jika pasien menghendaki demikian)
 Duduk (hindari posisi berdiri dalam menyampaikan kabar buruk)
 Wujudkan interaksi yang saling sambung dan saling mengerti antara kedua
belah pihak
 Kelola batas waktu dan interupsi
Pandangan Pasien akan Kondisinya

 Tentukan apakah pasien mengetahui mengenai kondisi medis atau


kecurigaannya akan kondisi yang dia miliki.
 Dengarkan tingkat pemahaman pasien
 Terima jika pasien melakukan penyangkalan akan kondisinya, namun jangan
dibantah pada tahapan ini.
Itikad Pasien akan Informasi Medis

 Tanyakan pasien apakah dia berharap/ingin mengetahui rincian dari kondisi


medisnya dan/atau terapi yang diterimanya.
 Hargai dan terima hak pasien untuk tidak (ingin) tahun.
 Tawarkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pasien di kemudian waktu
jika dia menginginkannya
Kemampuan Menyampaikan Fakta Medis
 Staf medis selayaknya memiliki pengetahuan yang baik terhadap kondisi pasien sebelum mulai
memberikan penjelasan
 Gunakan bahasa yang dapat dipahami oleh pasien
 Pertimbangkan tingkat pendidikan, latar sosial budaya dan kondisi emosional saat ini dari pasien
 Berikan informasi sedikit demi sedikit, hindari membanjiri pasien dengan informasi yang
berlebihan
 Tilik apakah pasien memahami yang sudah disampaikan padanya
 Tanggapi reaksi-reaksi pasien saat muncul ke permukaan
 Berikan aspek yang positif terlebih dahulu (misalnya: kanker belum menyebar ke kelenjar limfe,
berespons baik terhadap pengobatan, pengobatan tersedia di sini)
 Berikat fakta-fakta yang tepat mengenai pilihan terapi, prognosis, biaya, dan lainnya
Eksplorasi pelbagai emosi dan bersimpati

 Persiapkan diri untuk memberikan tanggapan yang berempati


 Kenali emosi yang diekspresikan oleh pasien (sedih, diam, kaget, dan lainnya)
 Temukan penyebab/sumber emosi
 Berikan pasien waktu untuk mengekspresikan perasaannya, lalu tanggapi
sedemikian hingga menampilkan Anda mengenali hubungan antara kedua hal
di atas
Strategi dan Simpulan

 Tutup wawancara/konsultasi
 Tanyakan apakah pasien dan/atau keluarga ingin mendapatkan kejelasan
lebih lanjut akan hal lainnya
 Tawarkan agenda pertemuan selanjutnya (misalnya: kami akan menemui Anda
kembali saat kami mendapatkan pendapat dari ahli kanker.)
KESIMPULAN

 Berita buruk merupakan segala informasi yang secara serius dapat


memperburuk pandangan seseorang tentang masa depannya. Komunikasi
dalam penyampaian berita buruk sangat penting untuk dipelajari.
 Berita buruk dapat disampaikan melalui dua metode yaitu metode tidak
langsung dan metode langsung. Beberapa contoh metode tidak langsung
antara lain menunda penyampaian berita buruk sampai saat yang dianggap
tepat, membiarkan pasien menyimpulkan sendiri, membungkus berita buruk,
dan banyak memberi alasan.
 Metode langsung memiliki keunggulan dibandingkan metode tidak langsung
yaitu lebih efektif dan dokter siap mental.
 Penyampaian berita buruk juga dapat dilakukan dengan metode SPIKES.
Thank You…

Anda mungkin juga menyukai