Buku Teknik Reservoir Gas
Buku Teknik Reservoir Gas
Buku Teknik Reservoir Gas
TIM PENGUSUL :
Dr. Ir. Dyah Rini R., MT
Dr. Suranto, ST., MT
Cahyadi Julianto, ST
i
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1
BAB II KARAKTERISTIK BATUAN RESERVOIR .................................3
BAB III KARAKTERISTIK GAS ALAM ...................................................33
BAB IV KONSEP TERMODINAMIKA GAS .............................................81
BAB V MEKANISME DAN PEROLEHAN HIDROKARBON GAS ....116
BAB VI UJI DELIVERABILITAS GAS .....................................................150
BAB VII PENGEMBANGAN LAPANGAN GAS .......................................201
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Gas alam dapat terjadi dalam keadaan sendiri (nonassociated gas), atau
terdapat bersama-sama dengan minyak (associated gas). Gas hidrokarbon ditinjau
dari senyawa molekul karbon ialah beberapa jumlah atom C yang menyusunnya
selama ikatan senyawa molekul karbon masih berbentuk gas. Susunan komponen
hidrokarbon dari gas bumi hanya terdiri dari 1 sampai 4 atom karbon (C) yaitu
meliputi C1, C2, C3, dan C4 dalam molekulnya. Penyusun dari gas pada kondisi
standar hanya terdiri dari komponen Metana (CH4), Etana (C2H6), Propana (C3H8)
dan Butana (C4H10). Disamping gas hidrokarbon, gas alam juga mengandung unsur-
unsur lain dalam jumlah yang berbeda, seperti CO 2, N2, H2S, He, dan uap air.
Kebanyakan gas terdiri dari metana dan persentasenya mencapai 98 % dari gas
tersebut.
Berdasarkan kandungan hidrogen sulfida (H2S), gas bumi dapat dibagi
menjadi sweet gas dan sour gas. Sweet gas adalah gas alam yang tidak mengandung
hidrogen sulfida (H2S), tetapi dapat mengandung nitrogen (N2), karbondioksida
(CO2) atau kedua-duanya. Kandungan ini harus kita ketahui besar persentasenya
karena akan mempengaruhi besarnya harga faktor deviasi gas (z). Sour gas adalah
gas alam yang mengandung hidrogen sulfida (H2S) dalam > 4% mol dan karena
adanya H2S ini maka sour gas tersebut bersifat korosif. Selain itu H2S juga akan
mempengaruhi besarnya harga z.
Berdasarkan jenis reservoirnya, gas alam dapat dibedakan menjadi 3 yaitu
reservoir gas kering, gas basah dan kondensat. Ketiga jenis gas tersebut secara
umum dapat dibedakan berdasarkan jumlah atau banyaknya komposisi atom C1-C4
serta fasa yang terbentuk baik di reservoir ataupun di permukaan (setelah
diproduksikan). Gas kering dan gas basah umunya fasa yang terbentuk di reservoir
adalah gas tetapi setelah diproduksikan ke permukaan gas kering akan tetap pada
fasa gas karena separator terletak di area satu fasa sedangkan untuk gas basah akan
terbentuk cairan (kondensat) karena separator untuk gas basah terletak di area dua
1
fasa. Reservoir kondensat pada awal kondisi biasanya terletak diantara titik kritis
dan krikondenterm, fluida yang terbentuk adalah gas, penurunan tekanan pada
temperatur reservoir akan melewati garis dew point dan cairan terbentuk di
reservoir. Ketika diproduksikan ke permukaan juga akan terbentuk cairan pada
separator.
Dalam buku ini dapat dijelaskan tentang reservoir gas. Selain membahas
mengenai jenis gas dan reservoirnya, buku ini juga membahas lebih detail menganai
reservoir gas yang meliputi teori dan aplikasi seputar teknik reservoir gas. Ada
beberapa contoh perhitungan serta metode yang digunakan untuk menyelesaikan
perhitungan studi kasus pada buku ini.
2
BAB II
Batuan reservoir yang berisi gas ternyata secara teori terperangkap di dalam
rongga – rongga batuan, kemampuan fluida untuk mengalir melewati batuan dan
lainnya berhubungan dengan sifat fisik batuan (Physical Properties). Sifat fisik
batuan reservoir merupakan sifat penting batuan reservoir dan hubungannya dengan
fluida reservoir yang mengisinya dalam kondisi statis dan dinamis (jika ada aliran).
Berikut ini akan dibicarakan mengenai sifat fisik batuan reservoir yang meliputi
porositas, permeabilitas, kompressibilitas batuan, saturasi, wetabilitas dan tekanan
kapiler.
2.1. Porositas
Porositas () didefinisikan sebagai fraksi atau persen dari volume ruang
pori–pori terhadap volume batuan total (bulk volume). Besar–kecilnya porositas
suatu batuan akan menentukan kapasitas penyimpanan fluida reservoir. Secara
matematis porositas dapat dinyatakan sebagai :
Vb Vs V p
(2.1)
Vb Vb
Keterangan :
3
clay bercampur di dalam butiran pasir yang berukuran besar, maka porositas
efektif (intercommunicating) akan menurun.
F = -m (2.2)
log F R
m F o (2.4)
log φ , Rw
Dimana :
F = Faktor formasi
= Porositas
m = Faktor sementasi
Rw = Water resistivity
4. Metode packing
Bentuk packing butiran yang membentuk batupasir sangat mempengaruhi
besarnya porositas. Ada 2 jenis packing butiran yaitu cubic dan rhombohedral.
Packing kubik memiliki porositas yang lebih besar dibandingkan
rhombohedral.
4
1. Porositas absolut, adalah perbandingan antara volume pori total terhadap
volume batuan total yang dinyatakan dalam persen, atau secara matematik dapat
ditulis sesuai persamaan sebagai berikut :
2. Porositas efektif, adalah perbandingan antara volume pori – pori yang saling
berhubungan terhadap volume batuan total (bulk volume) yang dinyatakan
dalam persen.
volume pori yang berhubungan
100% (2.6)
bulk volume
1. Porositas primer, yaitu porositas yang terbentuk pada waktu yang bersamaan
dengan proses pengendapan berlangsung.
2. Porositas sekunder, yaitu porositas batuan yang terbentuk setelah proses
pengendapan.
Tipe batuan sedimen atau reservoir yang mempunyai porositas primer
adalah batuan konglomerat, batupasir, dan batu gamping. Porositas sekunder dapat
diklasifikasikan menjadi tiga golongan, yaitu :
1. Porositas larutan, adalah ruang pori-pori yang terbentuk karena adanya proses
pelarutan batuan.
2. Rekahan, celah, kekar, yaitu ruang pori-pori yang terbentuk karena adanya
kerusakan struktur batuan sebagai akibat dari variasi beban, seperti : lipatan,
sesar, atau patahan. Porositas tipe ini sulit untuk dievaluasi atau ditentukan
secara kuantitatip karena bentuknya tidak teratur.
3. Dolomitisasi, dalam proses ini batu gamping (CaCO 3) ditransformasikan
menjadi dolomite (CaMg(CO3)2) atau berdasarkan reaksi kimia berikut :
2CaCO3 + MgCl3 CaMg(CO3)2 + CaCl2
5
90o
o
90
90o
90o
90o
90o
Gambar 2.1.
Pengaruh Susunan Butir terhadap Porositas Batuan
(Amyx, J. W. et al., 1960)
2.2. Permeabilitas
Permeabilitas didefinisikan sebagai suatu bilangan yang menunjukkan
kemampuan dari suatu batuan untuk mengalirkan fluida. Permeabilitas batuan
merupakan fungsi dari tingkat hubungan ruang antar pori – pori dalam batuan
Definisi permeabilitas dikembangkan oleh Henry Darcy (1856) dalam hubungan
empiris dengan bentuk differensial sebagai berikut :
k dP
v (2.7)
μ dL
Dimana :
6
Beberapa anggapan yang digunakan oleh Darcy dalam Persamaan 2.7
adalah:
Kecepatan (ν) dalam Persamaan 2.7 bukanlah kecepatan aktual dari fluida
yang mengalir, tetapi adalah kecepatan semu yang ditentukan dengan membagi laju
aliran dengan luas penampang di mana fluida mengalir. Subtitusi nilai q/A dalam ν
pada Persamaan 2.7 dan menyelesaikan hasil q sebagai berikut :
kA dP
q (2.8)
μ dL
Dimana :
q = Laju aliran dalam media berpori, cm3/sec
A = Luas penampang aliran, cm2
Dengan laju aliran satu sentimeter kubik per detik melintasi luas penampang
satu sentimeter persegi dengan fluida dengan viskositas satu sentipoise dan gradien
tekanan pada satu atmosfer per sentimeter panjangnya, jelaslah bahwa k adalah satu
kesatuan. Untuk persamaan yang dijelaskan di atas, k telah secara semestinya
ditetapkan sebagai parameter yang disebut Darcy. Jadi, jika semua bagian lain dari
Persamaan 2.8 memiliki nilai kesatuan, k memiliki nilai satu Darcy atau 1000
miliDarcy (md).
Tanda negatif dalam Persamaan 2.8 diperlukan sebagai tekanan bertambah
ke satu arah sementara panjang bertambah ke arah yang berlawanan. Persamaan
2.8 dapat diintegrasikan ketika geometri sistem yang dilalui aliran fluida diketahui.
Untuk sistem linier sederhana yang ditunjukkan pada Gambar 2.2, integrasi
dilakukan sebagai berikut:
7
L P2
kA
q d L
μ P1
dL (2.9)
0
qL
kA
p2 p1 (2.10)
μ
Gambar 2.2.
Model Aliran Linier
(Ahmed, Tarek., 2006)
8
dari cairan, perbedaan tekanan dan dimensi batuan yang digunakan. gambar skema
dari percobaan Darcy ditunjukkan pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3.
Gambar Skema Percobaan Pengukuran Permeabilitas
(Amyx, J. W. et al., 1960)
Hasil percobaan Darcy dapat dirumuskan sebagai berikut :
Q..L
K (2.11)
A.( p1 p2 )
9
Permeabilitas absolut, adalah permeabilitas dimana fluida yang mengalir
melalui media berpori tersebut hanya satu fasa, misalnya hanya minyak atau gas
saja. Saturasi fluidanya adalah 100%.
Permeabilitas efektif, adalah permeabilitas batuan dimana fluida yang
mengalir lebih dari satu fasa, misalnya minyak dan air, air dan gas, gas dan
minyak atau ketiga-tiganya.
Permeabilitas relatif, adalah perbandingan antara permeabilitas efektif dengan
permeabilitas absolut.
Reservoir hydrocarbon mempunyai primary permeability (matrix
permeability) dan secondary permeability. Primary permeability terbentuk pada
waktu pengendapan dan litifikasi dari batuan sedimen. Secondary permeability
dihasilkan dari alterasi matrik batuan yang disebabkan oleh kompaksi, sementasi,
perekahan, dan pelarutan.
Kualitas permeabilitas dalam millidarcy (mD) pada batuan reservoir dapat
dilihat secara kualitatif berdasarkan besarnya dapat di bagi menjadi 5, yaitu :
Berdasarkan arah aliran, permeabilitas dalam batuan terbagi dua jenis, yaitu
permeabilitas vertikal (kv) dan permeabilitas horizontal (kH). Pada umumnya,
permeabilitas horizontal (kH) lebih besar dibandingkan permeabilitas vertikal (kv).
Besarnya perbandingannya tersebut dipengaruhi oleh lingkungan pengendapan dari
batuan reservoirnya.
Pada prakteknya di reservoir, jarang sekali terjadi aliran satu fasa,
kemungkinan terdiri dari dua fasa atau tiga fasa. Untuk itu dikembangkan pula
konsep mengenai permeabilitas efektif dan permeabilitas relatif. Harga
permeabilitas efektif dinyatakan sebagai Ko, Kg, Kw, dimana masing-masing untuk
minyak, gas, dan air. Sedangkan permeabilitas relatif dinyatakan sebagai berikut :
10
Ko Kg Kw
K ro , K rg , K rw
K K K
Qo . o .L
Ko (2.13)
A.( p1 p2 )
Qw . w .L
Kw (2.14)
A.( p1 p2 )
Dimana :
o = Viskositas minyak
w = Viskositas air
11
Gambar 2.4.
Tipe Aliran Dua Fasa
(Ahmed, Tarek., 2006)
12
Gambar 2.5.
Grafik Hubungan Untuk Permeabilitas Efektif Dalam Sistem Minyak Dan
Gas
(Ahmed, Tarek., 2006)
2.3. Kompresibilitas
13
Di antara konsep di atas, kompressibilitas pori – pori batuan dianggap yang
paling penting dalam teknik reservoir khususnya.
Batuan yang berada pada kedalaman tertentu akan mengalami dua macam
tekanan, yaitu :
a). Internal Stress, yang berasal dari desakan fluida yang terkandung di dalam
pori – pori batuan (tekanan hidrostatik fluida formasi).
b). Eksternal Stress, yang berasal dari pembebanan batuan yang ada di atasnya
(tekanan overburden).
1 dVr
Cr . (2.15)
Vr dP
1 dVp
Cp . (2.16)
V p dP*
dimana :
14
P* = Tekanan luar (tekanan overburden).
Gambar 2.6.
Kompresibilitas Pori Pada Batuan
(Heinemann, Zoltan E., 2005)
15
Gambar 2.7.
Kurva Kompresibilitas Efektif Batuan
(Heinemann, Zoltan E., 2005)
2.4. Saturasi
Saturasi fluida batuan didefinisikan sebagai perbandingan antara volume
pori-pori batuan yang ditempati oleh suatu fluida tertentu dengan volume pori-pori
total pada suatu batuan berpori. Batuan reservoir pada umumnya terdapat lebih dari
satu macam fluida, kemungkinan terdapat air, minyak, dan gas yang tersebar ke
seluruh bagian reservoir. Secara matematis, besarnya saturasi untuk masing-masing
fluida dituliskan dalam persamaan berikut :
16
volume pori pori yang diisi oleh air
Sw (2.18)
volume pori pori total
Sg + So + Sw = 1 (2.20)
Sedangkan jika pori-pori batuan hanya terisi minyak dan air, maka :
So + Sw = 1 (2.21)
1. Saturasi fluida akan bervariasi dari satu tempat ke tempat lain dalam
reservoir, saturasi air cenderung untuk lebih besar dalam bagian batuan
yang kurang porous. Bagian struktur reservoir yang lebih rendah relatif
akan mempunyai Sw yang tinggi dan Sg yang relatif rendah, demikian
juga untuk bagian atas dari struktur reservoir berlaku sebaliknya. Hal ini
disebabkan oleh adanya perbedaan densitas dari masing-masing fluida.
2. Saturasi fluida akan bervariasi dengan kumulatif produksi minyak. Jika
minyak diproduksikan maka tempatnya di reservoir akan digantikan
oleh air dan atau gas bebas, sehingga pada lapangan yang
memproduksikan minyak, saturasi fluida berubah secara kontinyu.
3. Saturasi minyak dan saturasi gas sering dinyatakan dalam istilah pori-
pori yang diisi oleh hidrokarbon. Jika volume batuan adalah V, ruang
pori-porinya adalah .V, maka ruang pori-pori yang diisi oleh
hidrokarbon adalah :
So V + Sg V = (1 – Sw ) V (2.22)
17
Sebagian fluida hidrokarbon masih tertinggal di dalam reservoir ketika
fluida hidrokarbon diproduksikan ke permukaan, hal ini akibat adanya volume
fluida yang terdapat dalam pori-pori batuan tidak dapat bergerak lagi. Saturasi
minimum dimana fluida sudah tidak mampu lagi bergerak disebut saturasi sisa
(residual saturation).
Hubungan saturasi fluida dalam batuan reservoir dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu disamping tekanan dan temperatur reservoir juga dipengaruhi oleh
sifat-sifat fisik batuan dan fluida reservoir. Saturasi air yang merupakan fluida
pembasah akan semakin besar pada harga porositas yang kecil karena terjadinya
gaya kapiler.
2.5. Wetabilitas
Wetabilitas didefinisikan sebagai suatu ukuran atau kemampuan permukaan
batuan untuk cenderung dibasahi oleh fluida, jika diberikan dua fluida yang tak
saling campur (immiscible). Wetabilitas merupakan bentuk yang digunakan untuk
menggambarkan adhesi relatif dari dua fluida atau suatu permukaan padatan.
Wetabilitas dalam sistem reservoir digambarkan sebagai air dan minyak
(atau gas) yang ada di antara matriks batuan. Salah satu fluida akan bersifat lebih
membasahi batuan daripada fluida lainnya di dalam suatu reservoir kecenderungan
suatu fluida untuk membasahi batuan disebabkan adanya gaya adhesi, yaitu gaya
tarik-menarik partikel yang berlainan, yang merupakan faktor tegangan permukaan
antara batuan dan fluida. Dalam sistem reservoir digambarkan sebagai air dan
minyak (atau gas) yang ada diantara matrik batuan. Gambar 2.8. memperlihatkan
sistem air minyak yang kontak dengan benda padat, dengan sudut kontak sebesar
o. Sudut kontak diukur antara fluida yang lebih ringan terhadap fluida yang lebih
berat, yang berharga 0o - 180o, yaitu antara air dengan padatan.
18
Gambar 2.8.
Kesetimbangan Gaya-gaya pada Batas Air-Minyak-Padatan
(Amyx, J. W. et al., 1960)
Gambar 2.8. memperlihatkan sistem air minyak yang kontak dengan benda
padat, dengan sudut kontak sebesar o. Sudut kontak diukur antara fluida yang lebih
ringan terhadap fluida yang lebih berat, yang berharga 0 o – 180 o, yaitu antara air
dengan padatan, sehingga tegangan adhesi (AT) dapat dinyatakan dengan
persamaan :
Dimana
Suatu cairan dapat dikatakan membasahi zat padat jika tegangan adhesinya
positif ( < 75o), yang berarti batuan bersifat water wet. Apabila sudut kontak antara
cairan dengan benda padat antara 75 - 105, maka batuan tersebut bersifat
intermediet. Apabila air tidak membasahi zat padat maka tegangan adhesinya
negatif ( > 105o), berarti batuan bersifat oil wet. Gambar 2.9. dan Gambar 2.10.
menunjukkan besarnya sudut kontak dari air yang berada bersamasama dengan
hidrokarbon pada media berbeda, yaitu pada permukaan silika dan kalsit.
19
Gambar 2.9.
Sudut Kontak Antar Permukaan Air dengan Hidrokarbon pada Permukaan
Silika
(Amyx, J. W. et al., 1960)
Pada umumnya reservoir bersifat water wet, sehingga air cenderung untuk
melekat pada permukaan batuan sedangkan minyak akan terletak diantara fasa air.
Jadi minyak tidak mempunyai gaya tarik-menarik dengan batuan dan akan lebih
mudah mengalir.
Gambar 2.10.
Sudut Kontak Antar Permukaan Air dengan Hidrokarbon pada Permukaan
Kalsit
(Amyx, J. W. et al., 1960)
20
minyak merupakan cincin – cincin. Pada saat ini, air bersifat mobile dan akan
bergerak bersama-sama minyak. Gambaran tentang water wet dan oil wet
ditunjukkan pada Gambar 2.11, yaitu pembasahan fluida dalam pori-pori batuan.
Fluida yang membasahi akan cenderung menempati pori-pori batuan yang lebih
kecil, sedangkan fluida tidak membasahi cenderung menempati pori-pori batuan
yang lebih besar.
Gambar 2.11.
Pembasahan Fluida dalam Pori – pori Batuan
(Amyx, J. W. et al., 1960)
cosθ wo pTwo σ oa
Wettability Number (2.24)
cosθoa pToa σ wo
pTwo σ oa
Contact Angle cos . (2.25)
pToa σ wo
Dimana
21
pTwo = Tekanan threshold inti batuan terhadap minyak (pada waktu batuan
berisi air)
PToa = Tekanan threshold inti batuan terhadap udara (pada waktu batuan
berisi minyak)
wo = Tegangan antar muka antara air dengan minyak
oa = Tegangan antar muka antara minyak dengan udara
Gambar 2.12.
Tekanan Threshold sebagai Fungsi dari Permeabilitas dan Wetabilitas
(Amyx, J. W. et al., 1960)
22
2.6. Tekanan Kapiler
Tekanan kapiler didefinisikan sebagai perbedaan tekanan yang terjadi
diantara permukaan dua fluida yang tidak saling bercampur (cairan-cairan atau
cairan-gas) dimana keduanya dalam keadaan statis di dalam sistem kapiler. Setiap
kelengkungan permukaan di antara dua fluida yang tidak bercampur memiliki
kecenderungan untuk berkontraksi ke area sekecil mungkin per satuan volume. Hal
ini menunjukkan apakah fluida itu minyak dan air, air dan gas (bahkan udara), atau
minyak dan gas. Ketika dua fluida bercampur berada dalam kontak, diskontinuitas
dalam tekanan terjadi di antara dua fluida, yang bergantung pada kelengkungan
antarmuka yang memisahkan fluida. Perbedaan tekanan ini disebut tekanan kapiler
dan disebut dengan pc. Perbedaan tekanan dua fluida ini adalah perbedaan tekanan
antara fluida nonwetting (pnw) dengan fluida wetting (pw).
pc = pnw - pw (2.26)
Gambar 3.13.
Kurva Tekanan Kapiler.
(Ahmed, Tarek., 2006)
23
Tekanan permukaan fluida yang lebih rendah terjadi pada sisi pertemuan
permukaan fluida immiscible yang cembung. Air pada umumnya merupakan fasa
yang membasahi (fasa wetting) di dalam suatu reservoir, sedangkan minyak dan gas
sebagai fasa tak membasahi (fasa nonwetting).
Perpindahan satu fluida dengan fluida lainnya dalam medium berpori dapat
dibantu oleh gaya permukaan tekanan kapiler. Akibatnya, untuk mempertahankan
media berpori yang sebagian jenuh dengan fluida nonwetting dan sementara media
juga terkena fluida wetting, perlu untuk menjaga tekanan fluida nonwetting pada
nilai yang lebih besar daripada di fluida wetting.
pcwo = pw - po (2.27)
pcgo = pg – po (2.28)
pcgw = pg - pw (2.29)
Dimana pw, pg, dan po masing-masing menjelaskan tekanan dari air, gas, dan
minyak. Jika ketiga persamaan tersebut dilanjutkan maka:
24
dengan Persamaan 2.8. sebagai pemecahan untuk ketinggian di atas level air bebas
(free-water level).
h
Pc Δρ
144
Sehingga
144 Pc
h (2.31)
Δρ
Dimana :
1. Besar gaya tarik keatas adalah 2rAT, dimana r adalah jari-jari pipa
kapiler.
2. Sedangkan besarnya gaya dorong ke bawah adalah r2hg(w- o).
Pada kesetimbangan yang tercapai kemudian, gaya ke atas akan sama
dengan gaya ke bawah yang menahannya yaitu gaya berat cairan. Secara matematis
dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
2 r AT r 2 h g ( w o ) (2.32)
atau :
2 AT
h (2.33)
r ( w o ) g
Dimana
25
w = Massa jenis air, gr/cc
Dengan memperlihatkan permukaan fasa minyak dan air dalam pipa kapiler
maka akan terdapat perbedaan tekanan yang dikenal dengan tekanan kapiler (pc).
Besarnya pc sama dengan selisih antara tekanan fasa air dengan tekanan fasa
minyak, sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut :
2. . cos
Pc . g. h (2.35)
r
Dimana
pc = Tekanan kapiler
26
1 1
p c (2.36)
R1 R2
Dimana
1 1 1 2 cos g h
(2.37)
Rm R1 R2 rt
Gambar 2.14.
Distribusi dan Pengukuran Radius Kontak Antara Fluida Pembasah dengan
Padatan
(Amyx, J. W. et al., 1960)
27
Ukuran pori-pori batuan reservoir sering dihubungkan dengan besaran
permeabilitas yang besar akan mempunyai tekanan kapiler yang rendah dan
ketebalan zona transisinya lebih tipis dari pada reservoir dengan permeabilitas yang
rendah.
Gambar 2.15. menunjukkan plot distribusi saturasi air sebagai fungsi jarak
dari level air bebas di dalam suatu sistem minyak-air.
Gambar 2.15.
Profil Saturasi Air
(Ahmed, Tarek., 2006)
28
Gambar 2.16.
Variasi Permeabilitas Pada Zona Transisi
(Ahmed, Tarek., 2006)
Gambar 2.17.
Kurva Distribusi Fluida Pada Beberapa Permeabilitas Batuan
(Ahmed, Tarek., 2006)
29
2. Merupakan mekanisme pendorong minyak dan gas untuk bergerak atau
mengalir melalui pori – pori secara vertikal.
Pa
B‘ Pob
B‘
B Pwb B
Pw
h h
air Oil
Pa Poa A
A’ A A’ Pwa
water water
Berdasarkan pada Gambar 2.18, sebuah pipa kapiler dalam suatu bejana
terlihat bahwa air naik ke atas di dalam pipa akibat gaya adhesi antara air dan
dinding pipa yang arah resultannya ke atas.
Leverett (1941) mendiskripsikan hubungan antara tekanan kapiler, porositas
dan permeabilitas melalui J-function. J-function dapat lebih baik menggambarkan
karakteristik heterogenitas batuan suatu reservoir, dari pada kombinasi porositas
dan permeabilitas dalam suatu parameter untuk korelasi.
J-function memiliki nilai yang berubah – ubah jika porositas, permeabilitas
dan wetabilitas dari suatu reservoir berubah, sepanjang geometri pori – pori yang
tersisa konstan. Oleh karena itu, perbedaan jenis batuan akan menunjukkan bentuk
korelasi J-function yang berbeda. Data tekanan kapiler dari suatu formasi bisa
diturunkan ke suatu kurva single J-function versus saturasi. Pada Gambar 2.19,
dimana Rose dan Bruce (1949) memperbaiki korelasi J-function untuk enam
formasi dan mereka membandingkan data yang didapat dari suatu alundum core
dan korelasi Leverett’s untuk batupasir uncosolidated.
30
Gambar 2.19.
Tipe J-function versus Saturasi untuk Core dari Batupasir
(Amyx, J. W. et al., 1960)
( K / ) 0.5
J Pc (2.38)
cos
31
Dimana
K = Permeabilitas, md
Φ = Porositas, %
32
BAB III
33
rantai lurus dan siklik. Hidrokarbon yang tercantum dalam Tabel III-1 merupakan
rantai lurus atau komponen parafinik.
Gambar 3.1.
Struktur Molekul Hidrokarbon Gas
(Ikoku, Chi U., 1992)
34
Tabel III-1.
Analisis Tipe Gas Alam
(Ikoku, Chi U., 1992)
35
Reservoir gas konvensional dapat didefinisikan berdasarkan tekanan dan
temperatur awal seperti diagram fasa tekanan-temperatur (P-T) pada Gambar 3.2.
diagram fasa P dan T menunjukkan pengaruh dari tekanan dan temperatur terhadap
keadaan sifat fisik dari sistem hidrokarbon. Namun, digram fasa pada Gambar 3.2.
adalah untuk komposisi yang spesifik. Meski jika fluida berbeda diagram fasa pun
akan berbeda, konfigurasi umum yang digunakan adalah serupa. Pada Gambar 3.2,
area yang dikelilingi oleh garis titik gelembung (bubble point) A-S-C dan titik
embun (dew point) C-D-T-B pada kiri bawah merupakan daerah kombinasi tekanan
dan temperatur dalam gas, fasa cair akan terbentuk. Garis A-S-C-T-B memisahkan
daerah dua fasa dari daerah satu fasa dimana semua fluida berada dalam satu fasa.
Garis bubble point A-S-C memisahkan daerah dua fasa dari daerah cairan satu fasa,
sementara garis titik embun C-D-T-B memisahkannya dari gas satu fasa (fasa
tunggal). Titik C dimana garis bubble point dan dew point (titik embun) bertemu
yang dinamakan titik kritis, dan sesuai dengan temperatur yang dinamakan
temperatur kritis (Tc).
Pertimbangan reservoir mula-mula dengan tekanan 3000 psia dan
temperatur 125oF ditunjukkan pada gambar sebagai titik 1. Kondisi tekanan dan
temperatur yang mana pada hidrokarbon dengan kondisi mula-mula ini merupakan
cairan (minyak). Sehingga pada titik 1 digambarkan dengan reservoir minyak. Jenis
ini biasa disebut dengan reservoir bubble point, untuk sebuah penurunan tekanan
pada reservoir (saat produksi) secara isotermal sehingga bubble point akan dicapai.
Titik gelembung (bubble point) mengacu pada tekanan tertinggi di mana gas
berbentuk gelembung pertama kali keluar dari minyak dan sebagai gas bebas di
reservoir. Hal itu juga disebut sebagai tekanan saturasi.
Dibawah tekanan reservoir ini, fasa gas akan muncul. Akhirnya gas yang
terbebas dari minyak akan mengalir ke lubang sumur dan jumlahnya akan terus
meningkat. Sebaliknya, minyak yang mengalir ke lubang sumur jumlahnya semakin
berkurang. Jumlah sebenarnya dari gas bebas yang terbebaskan akan bergantung
pada komposisi minyak. Minyak awalnya mengandung banyak jumlah hidrokarbon
ringan (API gravity yang tinggi) akan membebaskan fasa gas dalam jumlah banyak.
Sementara itu, minyak yang awalnya mengandung sedikit jumlah hidrokarbon
36
ringan (API gravity yang rendah) maka akan membebaskan fasa gas dalam jumlah
yang sedikit.
Gambar 3.2.
Diagram Fasa Tekanan-Temperatur fluida reservoir
(Ikoku, Chi U., 1992)
37
saturasi pada minyak akan menjadi identik. Oleh karena itu, jika tekanan mula-mula
sama dengan tekanan saturasi reservoir, maka reservoir akan mempunyai initial gas
cap. Zona minyak akan diproduksikan sebagai reservoir bubble point, dimodifikasi
dengan adanya gas cap. Gas cap akan berada pada titik embun (dew point) mungkin
juga retrograde atau nonretrograde (Gambar 3.3).
Selanjutnya pertimbangan reservoir pada temperatur 230oF dan dengan
tekanan mula-mula 3300 psia ditunjukkan pada titik 3 pada Gambar 3.2. Sejak
kondisi mula-mula tekanan dan temperatur sebelah kanan titik kritis dan di luar
diagram fasa, reservoir mula-mula yang terbentuk adalah dalam kondisi gas. Saat
produksi dimulai dari reservoir dan tekanan turun, tidak ada perubahan keadaan
fluida reservoir yang terjadi sampai tekanan titik embun dicapai pada 2700 psia
pada titik D.
Jika dilihat lagi pada Gambar 3.2, ditampilkan bahwa fluida reservoir
menunjukkan fenomena kondensasi retrograde. Kondisi mula-mula tekanan dan
temperatur harus berada di luar diagram fasa atau sebelah kanan dari titik kritis dan
sebelah kiri dari poin T atau dengan diagram fasa yang berada di pada daerah
bertanda X. Titik T disebut sebagai krikondenterm dan temperatur maksimal
dimana dua fasa dapat berada dalam kesetimbangan (sebagai contoh 300oF). Proses
kondensasi retrograde berlangsung menerus sampai titik maksimum volume cairan
dicapai, 10% pada tekanan 2250 psia (titik E).
Dalam beberapa kasus, volume cairan yang cukup akan terkondendasi di
dalam reservoir untuk memberikan mobilitas fasa cair. Dalam kasus seperti
komposisi fluida permukaan tergantung pada mobilitas relatif cairan dan gas di
dalam reservoir. Seiring produksi yang berlanjut dari titik E ke tekanan
abandonment 3a, penguapan cairan retrograde terjadi. Penguapan ini membantu
membentuk kembali cairan dan dapat dibuktikan dengan menurunnya GOR di
permukaan. Contoh ini mengasumsikan bahwa komposisi fluida reservoir tetap
konstan. Namun, seiring dengan terjadinya kondensasi pada retrograde, komposisi
fluida reservoir berubah dan diagram fasa P-T bergeser sehingga meningkatkan
kondensasi cairan retrograde.
38
Sebagai gambaran akhir, pertimbangan reservoir mula-mula pada tekanan
3600 psia dan temperatur 350oF dijelaskan oleh titik 4 pada Gambar 3.2. Ketika
kondisi mula-mula reservoir berada di sebelah kanan titik kritis C dan di luar
diagram fasa, fluida reservoir 100% akan menjadi gas. Selanjutnya, ketika
temperatur reservoir melebihi krikondenterm T, tidak ada titik isotermal dalam
siklus depletion (selama 4i-4a) diagram fasa terlewati. Selanjutnya kompsisi fluida
di dalam reservoir tidak pernah beruba, hal ini selalu dalam kondisi gas. Namun,
setelah fluida reservoir meninggalkan reservoir dan masuk ke lubang sumur,
temperatur serta tekanan akan berkurang sampai temperatur permukaan dan kondisi
tekanan dicapai. Fluida terproduksi melalui lubang sumur dan masuk ke dalam
separator permukaan pada titik 4s meski memiliki komposisi yang sama seperti di
reservoir. Kemudian masuk ke dalam area dua fasa karena tekanan dan temperatur
menurun selama garis 4i-4s.
Gambar 3.3.
Diagram Fasa Gas Cap dan Fluida pada Zona Minyak (a) Retrograde dan
Nonretrograde Gas Cap (b)
(Ikoku, Chi U., 1992)
3.3. Gas Ideal
Gas ideal adalah sebuah fluida yang mana terdiri dari parikel titik yang
bergerak secara acak atau fluida dimana volume yang ditempati oleh suatu molekul
39
tidak signifikan terhadap volume yang ditempati oleh total fluida dimana tidak ada
gaya tarik menarik atau tolak menolak antara molekul dan semua tumbukan
molekul bersifat elastis sempurna, yaitu tidak ada kehilangan energi internal saat
tumbukan. Pada tekanan rendah, kebanyakan gas bersifat seperti gas ideal. Selain
itu, di bawah tekanan distribusi normal gas alam mengikuti hukum gas ideal.
Namun, ketika tekanan gas meningkat variasi yang luas antara volume gas aktual
dan ideal dapat terjadi. Untuk memahami sepenuhnya apa yang terjadi ketika gas
alam mengalami perubahan terhadap tekanan dan temperatur, hukum gas secara
mendasar perlu ditinjau. Satuan dan aspek yang perlu ditinjau sebagai berikut :
V1 = Volume gas dalam kondisi asli, ft3
V2 = Volume gas dalam kondisi berubah, ft3
T1 = Temperatur absolut gas dalam kondisi asli, oR(oF + 460)
T2 = Temperatur absolut gas dalam kondisi berubah, oR(oF + 460)
P1 = Tekanan absolut gas dalam kondisi asli, psia
P2 = Tekanan absolut gas dalam kondisi berubah, psia
p1 V2
atau p1V1 p2V2 atau pV konstan (3.1)
p2 V1
Pada aplikasi hukum Boyle, volume pada kondisi tekanan kedua biasanya
diperlukan. Sebuah penyusunan ulang Persamaan 3.1 diberikan rumus untuk lebih
mudah digunakan sebagai berikut.
p1
V2 V1 (3.2)
p2
40
Contoh 3.1.
Sejumlah gas pada tekanan 50 psig memiliki volume 1000 cuft. Jika gas
dikompresi pada 100 psig, berapa volume yang akan ditempati? Asumsikan tekanan
barometrik adalah 14,7 psia dan temperatur gas tetap konstan.
Solusi
V1 = 1000 cuft
V1 T1 T1 T2 T
atau atau konstan (3.3)
V2 T2 V1 V2 V
T2
V2 V1 (3.4)
T1
41
p1 T1 T1 T2 T
atau atau konstan (3.5)
p2 T2 p1 p2 p
Dalam hal ini, tekanan pada kondisi temperatur kedua akan lebih menarik.
Persamaan 3.5. dapat ditulis sebagai berikut.
T2
p2 p1 (3.6)
T1
Contoh 3.2.
a. Diberikan massa gas yang memiliki volume 500 cuft ketika temperatur 50 oF
dan tekanan sebesar 10 psig. Jika tekanan tetap sama, tetapi temperatur berubah
menjadi 100oF, apa yang akan terjadi pada volume gas?
b. Apa yang akan terjadi pada tekanan gas dalam contoh diatas jika volume tetap
dan temperatur bertambah dari 50oF ke 100oF?
Solusi
a. V1 = 500 cuft
42
3.3.3. Hukum Boyle dan Charles
Hubungan terpisah pada hukum Boyle dan Charles dapat dikombinasikan
pada persamaan berikut ini.
p1V1 p2V2
= Konstan (3.7)
T1 T2
Contoh 3.3.
a. Berapa cubic feet (cuft) gas ideal yang diukur pada keadaan standar 60 oF dan
14,7 psia yang dibutuhkan untuk mengisi 100 cuft pada tanki pada tekanan
sebesar 40 psia ketika temperatur gas dalam tanki sebesar 90oF? Tekanan
atmosfer adalah sebesar 14,4 psia.
b. Apa yang akan terjadi pada pembacaan pressure gauge jika tanki pada contoh
diatas didinginkan hingga temperatur 60oF setelah terisi dengan gas ideal?
Solusi
T1 = 90 + 460 = 550 oR
T2 = Tsc = 520 oR
V1 = 100 cuft
43
V2 =?
Menggunakan Persamaan 3.7 sebagai berikut
(54,4)(100) (14,7)(Vsc )
(550) 520
Vsc 349 scf
b. T2 = 60 + 640 = 520 oR
V2 = 100 cuft
p2 =?
Menggunakan Persamaan 3.7 lagi sebagai berikut.
(54,4)(100) ( p2 )(100)
(550) 520
pV nRT (3.8)
44
Dimana
p = Tekanan Absolut, psia= Volume, cuft
T = Tekanan Absolut, oR
n = Jumlah mol gas
R = Konstanta gas universal, mempunyai nilai 10,732 psia cuft/lb-mol oR
m
pV RT (3.9)
M
Dimana
m = Massa gas, lb
M = Berat molekul gas, lbm/lb-mol
MPV
m (3.10)
RT
Dan
m MP
(3.11)
V RT
Contoh 3.4.
45
T = 520 oR
Menggunakan Persamaan 3.8 sebagai berikut.
46
Tabel III-2.
Nilai Konstanta Gas R dalam PV = nRT
(Ikoku, Chi U., 1992)
47
Contoh 3.5.
Ulangi Contoh 3.3. menggunakan hukum gas ideal pada Persamaan 3.8.
Solusi
a. n
PV
54,4100 0,922 lb-mol
PT 10,732 550
Vsc = (0,922 lb-mol)(378,6 scf/lb-mol) = 349 scf
3.4.1. Komposisi
Komposisi gas alam campuran dapat dijelaskan seperti fraksi mol, fraksi
volume, atau fraksi berat dalam komponennya. Selain itu juga dapat dijelaskan
seperti persen mol, peren volume, atau persen berat dengan mengkalikan nilai fraksi
tersebut dengan 100. Fraksi volume berdasarkan komponen volume gas diukur pada
kondisi standar, sehingga fraksi volume ekuivalen terhadap fraksi mol. Fraksi mol
y1 didefinisikan sebagai :
48
ni
yi (3.12)
ni
Dimana
fraksi volume i Vi
y (3.13)
Vi i
Dimana
Wi
i (3.14)
Wi
Dimana
Wi = Berat komponen i
49
Hal ini mudah untuk mengonversi dari fraksi mol (atau fraksi volume) ke
fraksi berat dan sebaliknya. Berikut ini dapat diilustrasikan dalam Tabel III-3. dan
Tabel III-4.
Tabel III-3.
Konversi dari Fraksi Mol (atau Fraksi Volume) ke Fraksi Berat
(Ikoku, Chi U., 1992)
Tabel III-4.
Konversi dari Fraksi Berat ke Fraksi Mol (atau Fraksi Volume)
(Ikoku, Chi U., 1992)
A. Sweet Gas
Sweet gas adalah gas alam yang tidak mengandung hidrogen sulfida (H2S),
tetapi dapat mengandung nitrogen (N2), karbondioksida (CO2) atau kedua-duanya.
Kandungan ini harus kita ketahui besar persentasenya karena akan mempengaruhi
besarnya harga z.
50
Jika dalam campuran terkandung sampai 10 % mole nitrogen, maka akan
terjadi penyimpangan harga z sebesar 1 %. Jika terkandung 20 % mole atau lebih,
maka akan terjadi penyimpangan sebesar 3 % atau lebih. Didefinisikan suatu faktor
kompresibilitas additive, akibat efek nitrogen (N2)
B. Sour Gas
Sour gas adalah gas alam yang mengandung hidrogen sulfida (H2S) dalam
> 4% mol dan karena adanya H2S ini maka sour gas tersebut bersifat korosif. Selain
itu H2S juga akan memengaruhi besarnya harga z.
Suatu gas alam akan dikatakan sour gas apabila mengandung 1 gram H2S
per cubic feet. Sour gas bersifat korosif, bahkan bisa menjadi racun jika
konsentrasinya cukup besar. H2S di dalam konsentrasi yang kecil dapat diabaikan,
sehingga untuk perhitungan faktor kompresibilitas dapat dilakukan tanpa koreksi
seperti yang dilakukan terhadap nitrogen (N2) dan karbondioksida (CO2). Tetapi
jika konsentrasi H2S cukup besar, maka koreksi dapat dilakukan pada nitrogen (N2)
maupun pada karbondioksida (CO2).
Ma yiMi (3.15)
i 1
Dimana :
Ma = berat molekul tampak.
yi = fraksi mol komponen ke-i dalam suatu campuran gas.
Mi = berat molekul untuk komponen ke-i dalam suatu campuran gas.
51
Contoh 3.6.
Tabel III-5.
Berat Molekul Nampak pada Campuran Gas
(Ikoku, Chi U., 1992)
Oleh karena itu, berat molekul nampak pada campuran adalah sebesar
17,08 lbm/lb-mol. Umumnya, berat molekul nampak pada campuran gas pada
Tabel III-3. adalah 16,82 lbm/lb-mol.
52
z dapat digunakan. Dalam beberapa literatur, faktor ini kadang-kadang disebut
sebagai faktor kompresibilitas, yang dapat menyebabkan kebingungan dengan
properti gas lainnya. Untuk menghindari hal yang ambigu ini, faktor ini akan
disebut sebagai faktor deviasi gas atau faktor z. Faktor deviasi gas dapat
didefinisikan sebagai :
pV znRT (3.17)
P
V nRT (3.18)
z
Serta menggunakan hukum gas ideal (Persamaan 3.8) dan faktor deviasi
gas (Persamaan 3.16).
53
V
z
(nRT)/p
Atau
pV znRT (3.17)
Persamaan 3.17 juga dapat ditulis untuk jumlah gas tertentu sebagai berikut.
p1V1 p2V2
(3.19)
z1T1 z 2T2
Dimana
Persamaan 3.17 dapat ditulis sebagai fungsi pada volume spesifik (v) atau
densitas ( ) dan gravity gas ( g ) sebagai berikut:
zmRT
pV (3.20)
M
zRT
pv (3.21)
M
Atau
1 pM 2,7 P g
(3.22)
v zRT zT
Dimana
54
Dengan membandingkan densitas gas pada beberapa tekanan dan
temperatur, untuk densitas udara pada kondisi yang sama diberikan sebagai berikut.
gas M / z gas
udara M / z udara
gas M gas M
g (3.23)
udara M udara 29
Tekanan kritis (critical pressure) merupakan tekanan yang diberikan gas saat
berada dalam kesetimbangan dengan fase cair dan pada suhu kritis. Itu juga
dapat didefinisikan sebagai tekanan saturasi yang sesuai dengan suhu kritis
Tempertur kritis (critical temperature) merupakan temperatur (gas) yang
mana gas tidak dapat dicairkan dengan penerapan tekanan saja, berapapun
besarnya tekanan
Volume kritis (critical volume) merupakan volume 1 pound massa pada
keadaan tekanan dan temperatur kritis, yang merupakan volume spesifik gas
pada tekanan dan temperatur kritis
T
Tr (3.24)
TC
p
pr (3.25)
pC
55
v
vr atau r (3.26)
vC C
Untuk zat apa pun, besaran absolut pada tekanan atau temperatur bukanlah
yang terpenting dalam menentukan letak di titik suatu keadaan. Hal ini termasuk
dalam zona cair atau daerah dua fasa ataupun daerah superheat. Nilai temperatur
dan tekanan relatif terhadap nilai kritis yang sesuai benar-benar diperhitungkan.
Karakteristik fisik suatu zat dikendalikan oleh kedekatan relatif suatu titik keadaan
ke titik kritis. Jika tekanan relatif ke tekanan kritis dan temperatur relatif ke
temperatur kritis adalah sama untuk dua zat yang berbeda, maka zat tersebut berada
dalam keadaan yang sesuai dan sifat lainnya, seperti densitas relatif ke densitas
kritis, akan sama untuk kedua zat tersebut.
Ini merupakan teorema atau pinsip persamaan keadaan. Dengan kata lain,
penyimpangan pada gas nyata dari hukum gas ideal adalah sama untuk gas yang
berbeda pada kondisi yang sama terhadap reduced temperature dan reduced
pressure. Teorema persamaan keadaan akurat dalam beberapa persen untuk jenis
zat yang sangat berbeda. Teorema persamaan keadaanmemiliki beberapa aplikasi.
Yang paling umum digunakan adalah dalam mengevaluasi deviasi atau
penyimpangan dari gas nyata dari persamaan keadaan untuk gas ideal. Hal ini
memungkinkan evaluasi penyimpangan sifat fisik termodinamika lain dari
hubungan gas ideal. Persamaan 3.21 dapat diberikan sebagai berikut.
Atau
pr r Tr z / zc (3.27)
r f pr , Tr (3.28)
Solusi simultan dari Persamaan 3.27 dan 3.28 menghasilkan prinsip umum
seperti berikut.
56
z / zc f pr , Tr (3.29)
z f pr , Tr (3.30)
Nilai reduced vapor pressure, reduced enthalpy, reduced entropy, dan lain-
lain merupakan contoh penggunaan teorema ini dengan tujuan menggeneralisasi
hasil.
V aktual
z (3.31)
V ideal gas
Faktor deviasi gas adalah properti gas yang penting dan terlibat dalam
penghitungan properti gas seperti faktor volume formasi gas, densitas,
kompresibilitas, dan viskositas. Semua properti ini diperlukan dalam menghitung
initial gas in place (cadangan), memprediksi produksi gas di masa depan, dan
merancang pipa dan tubing produksi (Elsharkawy dan Elkamel, 2001).
Ada beberapa metode atau korelasi yang dgunakan dalam menentukan nilai
faktor kompresibilitas gas atau faktor z. Berdasarkan hal tersebut tentunya setiap
korelasi memiliki alur pengerjaan dan persamaannya tersendiri sesuai dengan
asumsi yang digunakan.
57
oleh Standing dan Katz (1942). Langkah perhitungan bila menggunakan metode ini
adalah perlu dihitung sifat pseudoreduced (tekanan dan temperatur). Hampir sama
dengan berat molekul gas, sifat kritis gas dapat ditentukan berdasarkan sifat kritis
senyawa dalam gas menggunakan aturan pencampuran. Sifat kritis gas yang
ditentukan sedemikian rupa disebut sifat pseudokritis (pseudocritical properties)
yang terdiri dari pseudocritical pressure (ppc) dan pseudocritical temperature (Tpc)
gas. Adapun nilai pseudocritical pressure (ppc) dan pseudocritical temperature
(Tpc) gas dapat dihitung melalu persamaan berikut.
n
p pc yi pci (3.32)
i 1
n
T pc yi Tci (3.33)
i 1
Dimana pci dan Tci masing-masing adalah tekanan kritis dan temperatur
kritis komponen i. Temperatur harus mutlak (R atau K), yaitu ° F + 460 atau °C +
273.
58
Gambar 3.4.
Faktor Kompresibilitas/ Deviasi untuk Gas Alam
(Beggs, D. H., 1984)
Jika komposisi gas tidak diketahui tetapi berat jenis gas diberikan,
pseudocritical temperature dan pressure dapat ditentukan dari berbagai kurva/chart
atau korelasi yang dikembangkan berdasarkan chart tersebut. Korelasi sederhana
yang dapat digunakan adalah sebagai berikut.
59
T pc 170,491 307,344 g (3.35)
p
p pr (3.38)
p pc
T
T pr (3.39)
T pc
Dimana :
p = Tekanan, Psia
T = Temperatur, oR
Seperti dapat dilihat dari Gambar 3.4., pada kondisi standar psc = 14,7 psi
dan Tsc = 60°F = 520 R, faktor deviasi gas zsc dapat dianggap sama dengan 1. Sifat
pseudokritis campuran gas dapat diperkirakan dari specific gravity gas yang
diberikan jika komposisi gas tidak diketahui. Gambar 3.5. menghubungkan berat
jenis gas (ke udara) dengan sifat pseudokritis campuran gas. Grafik/chart ini dapat
digunakan sebagai perkiraan jika hanya specific gravity gas yang diketahui atau jika
perhitungan cepat diindikasikan.
60
Gambar 3.5.
Sifat Pseudokritis Gas Alam
(Ikoku, Chi U., 1992)
61
Contoh 3.6.
Di bawah ini diberikan tabel dari campuran komposisi gas sebagai berikut.
Tabel III-6.
Data Komposisi Gas Lapangan “CJ”
Komponen % Mol
C1 0.769
C2 0.089
C3 0.066
iC4 0.01
nC4 0.015
iC5 0.005
nC5 0.005
C6+ 0.026
H2S 0.007
CO2 0.008
Total 1
Adapun untuk data yang diketahui adalah specific gravity sebesar 0,81,
tekanan reservoir sebesar 2675 psia dan temperatur sebesar 250 oF atau 710 R.
Hitunglah nilai pseudocritical pressure dan temperature (ppc dan Tpc),
pseudoreduced pressure dan temperature (ppr dan Tpr), serta nilai faktor
kompresibilitas (faktor z) menggunakan metode Katz dan Standing.
Solusi
62
Tabel III-7.
Perhitungan Komposisi Gas
%
Komponen Mol Yi Mi YiMi Pc YiPc Tc YiTc
C1 0.769 0.769 16.042 12.336 673.1 517.614 343.3 263.998
C2 0.089 0.089 30.068 2.676 708.3 63.039 549.77 48.930
C3 0.066 0.066 44.094 2.910 617.4 40.748 665.95 43.953
iC4 0.01 0.01 58.12 0.581 329.1 3.291 734.65 7.347
nC4 0.015 0.015 58.12 0.872 350.7 5.261 765.31 11.480
iC5 0.005 0.005 72.146 0.361 483 2.415 829.8 4.149
nC5 0.005 0.005 72.146 0.361 489.5 2.448 845.6 4.228
C6+ 0.026 0.026 107.791 2.803 405.12 10.533 990.861 25.762
H2 S 0.007 0.007 34.05 0.238 1306 9.142 672.7 4.709
CO2 0.008 0.008 44.01 0.352 1073 8.584 548 4.384
Total 1 1 23.49 663.074 418.938
Dari hasil perhitungan pada tabel diatas, maka diperoleh nilai ppc dan Tpc
sebagai berikut.
Tpc = T pc = 418,938 R
663,227 psia
424,133 R
63
Adapun untuk nilai pseudoreduced pressure dan temperature sebagai berikut
p 2675
p pr 4,033
p pc 663,227
T 710
T pr 1,674
T pc 424,133
Jika nilai ppr dan Tpr sudah diketahui maka untuk mencari nilai faktor
kompresibilitas dengan korelasi Standing dan Katz dapat diperoleh melalui
pembacaan grafik pada Gambar 3.4.
z = 0,84
0,066 2 0,32 p pr 6
B 0,62 0,23T pr p pr 0,037 p pr (3.41)
T pr 0,86 10 E
D 10 F (3.43)
E 9T pr 1 (3.44)
1 A
z A Cp pr
D
B
(3.46)
e
64
Korelasi Beggs dan Brill ini dapat digunakan berdasarakan pertimbangan
asumsi nilai pseudereduced pressure 0 < ppr < 8 dan rentang nilai pseudoreduced
temperature 1,2 < Tpr.
Contoh 3.7.
Solusi
0,504
0,066 2 0,32 p pr 6
B 0,62 0,23T pr p pr 0,037 p pr
T pr 0,86 10 E
0,066 0,324,033
6
0,62 0,23(1,674)4,033 0,037 4,033
2
0,06
D 10 F
10 0,00147 1,0034
65
E 9T pr 1
91,674 1
6,066
0,00147
1 A
z A Cp pr
D
B
e
1 0,504
0,504 0,06 4,033
1, 0034
6, 066
e
0,843
pM a /zRT p /zT
pr (3.47)
c pc M a /z c RTc pc /z cTc
Faktor kompresibilitas gas kritis (zc) adalah kira-kira 0,27, yang mengarah
pada persamaan sederhana berikut untuk densitas gas yang dikurangi:
0,27 p pr
pr (3.48)
zT pr
66
Jika parameter diatas diketahui maka nilai faktor kompresibilitas gas dapat
dicari melalui persamaan berikut ini :
A A A A A A 2
z 1 A1 2 33 44 55 pr A6 7 82 pr
T pr T pr T pr T pr T pr T pr
A A 5
T
2
A1 = 0,3265
A2 = -1,07
A3 = -0,5339
A4 = 0,01569
A5 = -0,05165
A6 = 0,5475
A7 = -0,7361
A8 = 0,1844
A9 = 0,1056
A10 =0,6134
A11 =0,7210
67
Contoh 3.8.
Solusi
A A A A A A 2
z 1 A1 2 33 44 55 pr A6 7 82 pr
T pr T pr T pr T pr T pr T pr
A7 A8 5
2 pr
2
68
0,06125 p pr t
z
exp 1,21 t
2
(3.50)
Y
Dimana
p pr = Pseudoreduced pressure
Y Y 2 Y3 Y 4
F (Y ) X 1 X 2Y 2 X 3Y X 4 0 (3.51)
1 Y 3
Dimana
X4 = (2,18 + 2,82 t)
Y k 0,0125 p pr t exp - 1,21 - t
2
(3.52)
Setalah parameter diatas diketahui maka, substitusikan nilai awal ini dalam
Persamaan 3.51 dan evaluasi fungsi nonlinier. Kecuali nilai Y yang benar telah
dipilih pada awalnya, Persamaan 3.51 akan memiliki nilai bukan nol dari F (Y).
69
+ 1
Perkiraan lain yang dapat dilakukan dari nilai Y yaitu Yk dihitung melalui
persamaan berikut:
Y k 1 Y k
f Yk
f ' Yk
(3.53)
1 4Y 4Y 2 4Y 3 Y 4
f ' (Y ) 2 X 2Y X 3 X 4Y X 41 (3.54)
1 Y 4
3.5.4. Superkompresibilitas
Terkadang, ada istilah lain yang digunakan untuk mengkompensasi
penyimpangan hukum gas ideal. Istilah ini disebut dengan faktor
superkompresibilitas (Fpv), dan digunakan terutama untuk perhitungan tekanan
tinggi. Hubungan matematis antara superkompresibilitas dengan faktor deviasi gas
adalah sebagai berikut.
1
z
F 2
(3.55)
pv
Persamaan keadaan untuk gas nyata dapat dituliskan dalam istilah pada faktor
superkompresibilitas sebagai berikut.
nRT
PV
Fpv 2
(3.56)
70
3.5.5. Viskositas Gas
Viskositas gas adalah ukuran hambatan aliran yang diberikan oleh gas.
Viskositas dinamik (µg) yang biasa diberikan dalam satuan centipoise (cp)
ekuivalen terhadap 1 g massa/100 sec cm sehingga dapat ditulis juga sebagai
berikut.
Viskositas kinematik (vg) biasanya tidak digunakan dalam teknik gas alam.
Viskositas kinematik terkait dengan viskositas dinamis melalui densitas (ρg)
sehingga persamaannya dapat ditulis sebagai berikut.
Viskositas Dinamik g
Viskositas Kinematik v g (3.57)
Densitas g
Pengukuran gas secara langsung pada gas murni hanya tergantung pada
besarnya nilai tekanan dan temperatur, tetapi tidak dengan gas campuran. Pada gas
campuran pengukuran mempertimbangkan komposisi dari campuran itu sendri
pada gas. Jika komposisi gas dan viskositas komponen gas diketahui, aturan
pencampuran dapat digunakan untuk menentukan viskositas campuran gas sebagai
berikut:
g
y MW
y MW
gi i i
(3.58)
i i
Viskositas gas sangat sering diperkirakan dengan grafik atau korelasi yang
dikembangkan berdasarkan grafik. Korelasi viskositas gas Carr, Kobayashi, dan
Burrows (1954) melibatkan prosedur dua langkah dimana viskositas gas pada suhu
dan tekanan atmosfer diperkirakan pertama kali dari gravitasi spesifik gas dan
kandungan senyawa anorganik. Nilai pada keadaan atmosfir kemudian disesuaikan
dengan kondisi tekanan dengan menggunakan faktor koreksi berdasarkan suhu
yang berkurang dan keadaan tekanan gas. Viskositas tekanan atmosfer (µ1) dapat
dinyatakan melalui persamaan sebagai berikut:
1 1 HC 1 N 2 1CO2 1 H 2 S (3.59)
71
Dimana
r ln g Tpr a0 a1 Ppr a2 Ppr 2 a3 Ppr 3
1
Tpr a4 a5 Ppr a6 Ppr a7 Ppr
2 3
2
T pr a8 a9 Ppr a10 Ppr a11Ppr
2 3
3
T pr a12 a13 Ppr a14 Ppr a15 Ppr
2 3
(3.60)
Dimana
a0 = -2,46211820
a1 = 2,97054714
a2 = -0,28626405
a3 = 0,00805420
a4 = 2,80860949
a5 = -3,49803305
a6 = 0,36037302
a7 = -0,01044324
a8 = -0,79338568
72
a9 = 1,39643306
a10 = -0,14914493
a11 = 0,00441016
a12 = 0,08393872
a13 = -0,18640885
a14 = 0,02033679
a15 = -0,00060958
1
g e r (3.61)
T pr
Contoh 3.9.
Studi kasus untuk menghitung nilai viskositas sama dengan Contoh 3.6.
Diketahui tekanan reservoir sebesar 2675 psia, temperatur reservoir sebesar 250 °F
serta specific gravity gas sebesar 0,81. Hitunglah besarnya nilai viskositas gas!
Solusi
Berdasarkan Contoh 3.6. maka perhitungan nilai ppr dan Tpr yang
diperoleh masing-masing adalah sebesar 4,033 dan 1,674. Langkah selanjutnya
dilakukan perhitungan nilai viskositas uncorrected sebagai berikut
8,188 10 3 6,15 10 3 log0,81 1,709 10 5 2,062 10 6 (0,81) 250
0,0126 cp
73
1 N 2 9,59 10 3 8,48 10 3 log g yN 2
9,59 10 3 8,48 10 3 log0,81 0
= 0 cp
6,24 10 3 9,08 10 3 log 0,81 0,008
= 0,0000433 cp
3,73 10 3 8,49 10 3 log0,81 0,007
= 0,000021 cp
1 1 HC 1 N 2 1CO2 1 H 2 S
0,01267 cp
r ln g Tpr a0 a1 Ppr a2 Ppr 2 a3 Ppr 3
1
Tpr a4 a5 Ppr a6 Ppr a7 Ppr
2 3
2
T pr a8 a9 Ppr a10 Ppr a11Ppr
2 3
3
T pr a12 a13 Ppr a14 Ppr a15 Ppr
2 3
74
Dari hasil perhitungan maka nilai µr diperoleh sebesar 0,943 cp. Nilai
viskositas gas dapat diperoleh sebagai berikut.
1 0,01267 0,943
g e r e 0,01943 cp
T pr 1,674
V ZnRT / p
Bg (3.62)
Vsc Z sc nRTsc / p sc
Untuk massa yang sama, nR dapat dihilangkan dan setelah substitusi zsc ≈
1, Tsc = 60 + 460 = 520 R, dan psc = 14,7 psi, Persamaan 3.62 menjadi :
Bg 0,0283
zT
p
res ft 3 / scf (3.63)
Jika faktor volume formasi awal gas (Bgi) diketahui, maka gas awal di
tempat (Gi) dapat dihitung sebagai berikut :
AhS g
Gi 43560 ( scf ) (3.64)
Bgi
Dimana A adalah luas reservoir dalam hektar, h adalah tebal bersih reservoir
dalam ft, ϕ adalah porositas reservoir, dan Sg adalah saturasi gas.
Selain nilai faktor volume formasi gas ada juga istilah faktor ekspansi gas
yang dilambangkan dengan E. Faktor ekspansi gas merupakan kebalikan dari faktor
volume formasi gas. Adapun untuk persamaan faktor ekspansi gas adalah sebagai
berikut.
75
1 Vsc Z sc nRTsc / p sc
E (3.65)
Bg V ZnRT / p
Faktor ekspansi gas dalam keadaan standar yaitu pada tekanan 14,7 psia dan
temperatur 60oF dengan mengasumsikan nilai zsc = 1 maka persamaannya dapat
ditulis sebagai berikut :
E 35,3
p
scf/cuft (3.66)
zT
E 198,22
p
scf/bbl (3.67)
zT
Contoh 3.10.
Menghubungkan downhole rate dengan rate pada kondisi standar untuk laju
produksi 10 MMscf/d (juta kaki kubik per hari), hitung downhole rate jika diketahui
downhole dengan p = 1500 psi, T = 180°F, dan gravity gas adalah sebesar 0,64
(asumsikan tidak ada gas nonhidrokarbon).
Solusi
Gravity gas adalah sebesar 0,64, dari Gambar 3.5., ppc = 670 psia dan Tpc =
370 R. Jika p = 1500 psi dan T = 180°F, maka ppr = 1500/670 = 2,25 dan Tpr = (180
+ 460) / 370 = 1,73. Dari Gambar 3.4., z = 0,89.
zT 0,89 640
Bg 0,0283 0,0283 0,0107 res ft 3 / scf
p 1500
76
Kompresibilitas gas (cg) sering disebut sebagai kompresibilitas isotermal,
memiliki persamaan termodinamika yang dapat ditulis sebagai berikut:
1 V
cg (3.68)
V p T
Untuk gas ideal, dapat ditunjukkan bahwa cg sama persis dengan 1/p. Untuk
gas nyata, cg tidak kecil dan juga tidak konstan. Dengan menggunakan hukum gas
nyata, turunan ∂V/∂p dapat dievaluasi sebagai berikut:
V ZnRT nRT Z
(3.69)
p p2 p p T
Substitusi volume (V) dengan ekivalennya dari hukum gas nyata dan
turunan ∂V/∂p dari Persamaan 3.69 ke Persamaan 3.68 sehingga menghasilkan:
1 1 V
cg (3.70)
p z p T
1 1 Z
cg (3.71)
p zp pc p pr T
77
Berdasarkan gambar tersebut, mempertahankan volume dan tekanan
konstan pada gas jenuh uap air, air akan mengalami kondensasi pada temperatur
yang rendah karena kapasitas gas yang menampung air lebih sedikit. Hal yang sama
berlaku jika volume dan temperatur dipertahankan konstan tetapi tekanan dibiarkan
meningkat. Menjaga volume dan tekanan konstan pada gas dengan saturasi air (gas
air jenuh) tetapi menurunkan temperatur titik embun. dikenal sebagai penurunan
titik embun. Istilah ini menunjukkan sejauh mana kadar air suatu gas dapat
diturunkan. Adapun untuk contoh perhitungan dapat diberikan seperti di bawah ini.
Contoh 3.11.
Gas dengan saturasi air pada 80oF dan 400 psia mengalami penurunan
sebesar 70o titik embun setelah melintasi dehydration plant. Berapa jumlah galon
air yang dipindahkan per satu juta kubik feet (MMscf) gas yang diukur pada 60 oF
dan 14,7 psia?
Solusi
78
Gambar 3.6.
Kanduungan Air pada Gas Alam Dengan Koreksi Salinitas dan Gravity
(Ikoku, Chi U., 1992)
79
3.5.9. Sistem Dua Fasa
Pada studi kasus reservoir retrograde dan gas basah, fasa yang
terproduksikan ke permukaan biasanya dalam bentuk dua fasa. Tingkat keakuratan
perhitungan material balance harus dibuat berdasarkan total gas reservoir yang
diproduksi, yang mana sama dengan gas permukaan yang dihasilkan ditambah gas
yang setara dengan minyak yang dihasilkan. Perhitungan reservoir dapat dibuat dari
data lapangan yang tersedia secara umum dengan menggabungkan kembali gas dan
minyak yang dihasilkan dalam rasio yang benar untuk menemukan specific gravity
rata-rata (udara = 1) dari total fluida sumur.
Nilai API gravity merupakan istilah lain dari gravity yang digunakan pada
hidrokarbon cair. Persamaan nilai derajat gravity berdasarkan American Petroleum
Institute (API) dapat ditunjukkan sebagai berikut
141,5
API 131,5 (3.72)
o
141,5
o (3.73)
API 131,5
Total specific gravity gas pada well stream akan sangat berbeda dengan
specific gravity di permukaan dimana gas-oil ratio (GOR) rendah. Banyak
persamaan yang digunakan pada specific gravity sebagai suatu index dari variasi
sifat fisik fluida.
80
BAB IV
4.1. Sistem
Sistem adalah bagian dari alam semesta yang dapat dipelajari secara khusus.
Hal tersebut tentunya mempunyai batas-batas, sedangkan diluar sistem tersebut
adalah lingkungan. Sistem dan lingkungan dapat dilihat pada Gambar 4.1. Contoh
sistem adalah gas pada suatu reservoir yang mengalir menuju lubang sumur. Gas
mengalami kompresi dengan kompresi mekanis, dan gas mengalir secara vertikal
melalui tubing dan horizontal melalui flowline.
Gambar 4.1.
Sistem dan Lingkungannya
(Ikoku, Chi U., 1992)
Analisis hukum pertama pada dasarnya adalah langkah perhitungan untuk
mengukur perpindahan energi dari atau menuju sistem dan perubahan energi dalam
pada sistem. Dua prosedur perhitungan yang utama adalah analisis kontrol massa
dan kontrol volume. Massa kontrol pada Gambar 4.2. adalah sistem tertutup
dimana jumlah massa yang tetap, dan tidak ada massa yang dapat melintasi
boundary (batas). Volume kontrol pada Gambar 4.3. adalah sistem terbuka dimana
81
sebuah sistem atau wilayah diluar batas yang dapat berpindah dimana bentuk dan
volume dapat berubah (massa dan energi dapat melintasi boundary).
Gambar 4.2.
Kontrol Massa
(Ikoku, Chi U., 1992)
Gambar 4.3.
Kontrol Volume
(Ikoku, Chi U., 1992)
82
energi harus dinyatakan dalam satuan yang sama jika perhitungan benar. Sebagai
contoh satuan-satuan ini dapat berupa foot-pound force atau British Thermal Unit
(BTU). Hubungan antara 1 BTU ekuivalen dengan 778,2 ft-lbf.
Metodologi umum pada analisis kesetimbangan energi adalah sebagai
berikut :
Energi terbawa dengan fluida yang mengalir dan dapat ditransfer dari fluida
ke lingkungan dan sebaliknya. Oleh karena itu, BAB ini membahas bagaimana
energi dapat dipertukarkan antara berbagai bentuk energi pada sistem yang
bergerak melalui sebuah peralatan, processing plant, atau panjang pipa. Energi
yang terbawa dengan fluida juga termasuk energi dalam (U) dan seluruh energi
tersebut adalah sifat khas fluida, terlepas dari lokasi atau gerakan relatifnya, dan
energi terbawa oleh fluida karena kondisinya atau posisinya. Energi yang terbawa
dengan fluida ini mencakup 3 jenis energi yaitu; energi gerak (energi kinetik) yaitu
energi yang terkait dengan gerakan; energi posisi (energi potensial) yaitu hasil
energi dari lokasi sistem dalam medan gravitasi bumi; dan tekanan energi (pV) yaitu
dibawa oleh sistem karena masuk atau keluar dari aliran di bawah tekanan.
Energi ditransfer antara fluida atau sistem dalam aliran dan lingkungannya
dapat digolongkan dalam 2 jenis. Pertama adalah panas (Q), diserap oleh materi
yang mengalir atau sistem sebagai hasil perbedaan temperatur antara sistem dan
lingkungannya. Panas yang dihasilkan oleh sistem bertanda positif sementara
kehilangan panas (heat lost) oleh sistem bertanda negatif. Yang kedua adalah kerja
(w), dilakukan oleh sistem pada lingkungan. Hal ini sering disebut Shaft Work
(WS), dan tidak termasuk kehilangan kerja (lw) karena adanya friksi. Kerja
83
bertanda positif apabila sistem bekerja di lingkungannya. Panas dan kerja adalah
satu-satunya cara transfer energi antara sistem dan lingkungan.
Pertimbangan pada Gambar 4.4. bahwa kesetimbangan energi di sekitar
aliran sistem antara titik 1 dan 2 pada lingkungan mengasumsikan tidak ada
akumulasi pada material dan energi pada titik di dalam sistem seperti yang
diberikan oleh persamaan di bawah ini :
2 2
mu2 mgZ2 mu mgZ1
U2 p2V2 U1 1 p1V1 Q w (4.1)
2g c gc 2g c gc
Gambar 4.4.
Kesetimbangn Energi
(Ikoku, Chi U., 1992)
Dengan definisi,
U U 2 U1
Dan
pV p2V2 p1V1
Karena itu,
84
1mu 2 mgZ
U pV Q w (4.2)
2 g c c
g
H U pV (4.3)
H U pV (4.4)
mu 2 mgZ
H Q w (4.5)
2g c gc
Dimana
ΔH = Kandungan panas total, Btu
Atau
H H 2 H1 n(h2 h1 ) (4.7)
Dimana
m = Pon-massa cairan
n = Pon-mol cairan
85
h (T , p, komposisi ) (4.8)
h h(T , p)
h h
dh dT dp (4.9)
T P p T
2 h 2 h
dh h2 h1 h dT dp
2
(4.10)
1 T 1 p
1
P T
u u
du dT dv (4.11)
T v v T
u
Derivatif disebut sebagai panas jenis pada volume konstan :
T v
u
Cv (4.12)
T v
h
Pada Persamaan 4.9. Derivatif disebut sebagai panas jenis pada
T P
tekanan konstan :
h
Cp (4.13)
T P
86
Derivatif Cv dan Cp merupakan dua dari fungsi derivatif termodinamika
yang paling penting dan nilailnya telah diperoleh melalui eksperimen sebagai
fungsi dari keadaan termodinamika untuk beberapa zat kompresibel sederhana.
Panas jenis gas dan liquid telah diperoleh dari hasil eksperimen dalam
kalorimeter, biasanya pada tekanan 1 atm. Untuk gas alam, panas jenis pada tekanan
1 atm adalah fungsi dari temperatur dan gas gravity atau berat molekul. Gambar
4.5. di bawah ini merupakan grafik dari panas jenis pada tekanan konstan untuk gas
alam pada tekanan 1 atm.
Gambar 4.5.
Panas Jenis dari Gas Hidrokarbon pada Tekanan 1 atm
(Ikoku, Chi U., 1992)
Panas jenis pada volume konstan (Cv) terkait dengan panas jenis pada
tekanan konstan Cp untuk gas ideal sebagai berikut :
87
C p Cv R Cv 1,99 Btu / lb mol oF (4.14)
pV K konstan (4.15)
C p ( p, T ) C p (14,7, T ) C p ( pr , Tr ) (4.16)
h v
v T (4.17)
p T T P
Dimana
pv znRT
Dengan menurunkan,
v zR RT z
T P p p T P
Selanjutnya,
h zRT zRT RT 2 z
p T p p p T P
88
Atau
h RT 2 z
(4.18)
p T p T P
h RT T
2
z
c r (4.19)
pr Tr pr Tr Pr
h (10,732)(144) TcTr
2
z
(4.20)
pr Tr 778,2 pr Tr Pr
Atau
h TT
2
z
1,986 c r (4.21)
pr Tr pr Tr Pr
Dimana
h Btu
pr lb mol pr
psia
pr
pc
ft lbf
778,2
Btu
Gambar 4.6. di bawah adalah grafik dari ΔCp, disiapkan pada keadaan
dasar reduced-temperature dan reduced-pressure, untuk menghindari persiapan
banyak grafik untuk gas berdasarkan perbedaan gravity-nya.
Gambar 4.7. adalah koreksi tekanan isotermal umum untuk entalpi gas.
Gambar tersebut adalah grafik dari –Δh/T, Btu/lb-mol oR, versus reduced-pressure
terhadap garis reduced-temperature konstan. Grafik ini menggunakan
pseudocritical-temperature daripada temperatur aktual saat membagi –Δh untuk
89
menemukan fungsi –Δh/Tc. Gambar 4.7. diberikan nilai –Δh diatas sebagai refrensi
pada keadaan 0 psia dan 0 oR.
Gambar 4.6.
Koreksi Tekanan Isothermal untuk Kapasitas Panas dari Uap
(Ikoku, Chi U., 1992)
90
Gambar 4.7.
Efek Tekanan pada Entalpi untuk Gas Alam
(Ikoku, Chi U., 1992)
4.5. Entropi
Entropi (S) adalah sfat fisik dari sistem yang didefinisikan sebagai :
Q
S (4.22)
T dapat dibalik secara internal
Perubahan dalam sifat fisik adalah sejalan dengan perubahan energi, karena :
Q
S S 2 S1α
T dapat dibalik secara internal
Dimana
91
Secara umum, energi dapat diartikan sebagai produk dalam sifat-sifat
intensif suatu material dan perubahan dalam sifat-sifat ekstensif. Sifat intensif
adalah tidak tergantung pada jumlah persen material sebagai contoh tekanan,
temperatur, densitas, tegangan permukaan, dan potensi kimia. Sifat ekstensif
tergantung pada ukurannya atau jumlah persen material sebagai contoh massa, area,
inersia, dan volume.
Contoh 4.1.
Pada kompresi sejumlah gas dalam piston, kerja yang dilakukan oleh piston
pada gas adalah sebagai berikut :
Dimana
Contoh 4.2.
Pada perubahan dalam area gelembung gas, kerja permukaan yang terlibat
diberikan oleh,
wsurface dA
2
(4.25)
1
Dimana
Contoh 4.3.
Pada perubahan dalam energi panas jika, temperatur = sifat intensif, maka
sifat ekstensif yang dibutuhkan untuk menyesuaikan temperatur serta untuk
92
merepresentasikan energi panas sebagai produk dari sifat ekstensif dan perubahan
dalam sifat ekstensif ini disebut entropi (S) pada bentuk persamaan di bawah ini :
Q TdS
2
(4.26)
1
Perubahan energi dalam (ΔU) adalah jumlah dari perubaan dalam semua
bentuk energi yang terjadi pada materi yang sedang mengalir termasuk pengaruh
panas, pengaruh kompresi, pengaruh permukaan, dan pengaruh kimia.
Dimana
TdS
2
= Perubahan energi dalam karena efek panas antara keadaan 1 dan
1
2
p(dV ) = Perubahan energi dalam karena efek kompresi antara keadaan 1
1
dA
2
= Perubahan energi dalam karena efek permukaan antara keadaan
1
2
1dm1 = Perubahan energi dalam karena efek kimia atau perubahan
1
( pV ) pdV Vdp
2 2
(4.28)
1 1
93
mu 2 mgZ 2
1 g 1
2 2 2
TdS
2g Vdp dA 1dm1 ..... Q w (4.29)
c c 1 1
TdS sama
2
Dalam suatu proses, kenaikan energi dalam karena efek panas
1
dengan jumlah panas yang diserap dar lingkungan dan seluruh jenis energi lain
menghilang menjadi efek panas di dalam sistem karena tidak dapat diubah seperti
mengatasi friksi yang terjadi di dalam proses, sehingga :
TdS' Q lw
2
(4.30)
1
Dimana
Jika Persamaan 4.29 dan 4.30 dikombinasikan dan disusun sebagai berikut:
mu 2 mgZ 2
1 dA 1dm1 ..... w lw
2 2
Vdp (4.31)
2g c gc 1 1
Persamaan ini tidak mengandung asumsi yang membatasi selain tidak ada
akumulasi material dalam unit dan tidak dibatasi dalam penerapannya pada material
yang mengalir atau dipindahkan dari keadaan 1 ke keadaan 2. Dalam permasalahan-
permasalahan di teknik gas alam, pengaruh kimia dan permukaan adalah diabaikan
dan istilah energi ini biasanya diambil dari persamaan energi. Sebagai contoh fluida
yang mengalir melalui pipa biasanya akan terbebas dari perubahan kimia, pengaruh
permukaan, dan seterusnya, serta Persamaan 4.31 ditulis sebagai berikut.
mu 2 mgZ
1
2
Vdp w lw (4.32)
2g c gc
Penulisan Persamaan 4.32 untuk parameter massa dalam material sebagai berikut:
u 2 g
2
vdp Z w lw (4.33)
1 2g c g c
94
Dimana
p u 2 g
Z w lw (4.34)
2g c g c
mu 2 mgZ
H Q w (4.5)
2g c gc
mu 2 mgZ 2
1 Vdp Q w
2
TdS (4.29a)
c
2 g c 1
g
h Tds vdp
2 2
(4.35)
1 1
Seperti dalam kasus entalpi, maka persamaan dapat ditulis sebagai berikut :
TdS Q lw n Tds
2 2
(4.36)
1 1
95
Dimana
h Tds vdp
2 2
(4.37)
1 1
Dimana
h h
dh dT dp (4.9)
T P p T
h
Cp (4.13)
T P
h v
v T (4.17)
p T T P
2 v
h C p dT v T dp
2
(4.38)
1 1
T p
CP dT v
ds dp (4.39)
T T P
96
perhitungan s menggunakan keadaan ini yaitu menggunakan rata-rata dari Cp dan
mengambilnya di luar tanda integral.
Jadi,
dT 144 p v
s p, T , komposisi C P
778,2 14,7 T P
T
dp (4.40)
492 T
ft 3 10,732 zT (R)
v
lb mol p( psia)
Karena itu,
v 10,732 z 10,732T z
T P p p T P
dT (144)(10,732) p z p T z
s C p dp
T
dp (4.41)
14, 7 p T
492 T 778,2 14,7 p P P
z
Dalam hal rata-rata z dan rata-rata maka,
T
T p z p
s C p ln 1,986 z ln T ln (4.42)
492 14,7 T p 14,7
z 1 z
Perubahan menjadi dan Persamaan 4.42 menjadi berikut :
T Tc Tr pr
97
T T z p
s( p, T , komposisi) C p ln 1,986 z T ln
14,7 (4.43)
492 Tc Tr pr
Persamaan 4.43 ditulis untuk keadaan pada 32oF dan 14,7 psia. Hal itu
dapat dimodifikasi untuk beberapa keadaan. Persamaan 4.43 terdapat tiga rata-rata
variabel. Hal itu dapat dievaluasi berdasarkan Gambar 4.8.
C p area
Cp
T - 492 R
z area z area
z atau z
p - 14,7 psia p r -p r
z deze area
T p r -p r
r pr
98
Gambar 4.8.
Rata-rata yang Digunakan dalam Perhitungan Entropi
(Ikoku, Chi U., 1992)
99
Contoh 4.4.
Perhitngan perubahan molal entalpi dan molal entropi, Δh dan Δs, dimana
nilai specific gravity dari gas alam adalah sebesar 0,7 dikompresi dari 14,7 psia dan
100oF menjadi 800 psia dan 300oF. Lakukan koreksi jawaban terhadap grafik
entalpi-entropi Brown untuk gravity gas alam sebesar 0,7!
Solusi
h 2 h
dh h T dT dp
2 2
1 p
1 1
P T
2 h
hp dT CP dT C P T
760R
1 T
P 560R
Dari Gambar 4.5 C P pada rata-rata temperatur 200oF adalah 11,1 Btu/lb-moloF:
Selanjutnya pertimbangan perubahan dari 14,7 psia menjadi 800 psia pada
temperatur konstan 300oF. Perubahan entalpi dapat diberikan sebagai berikut :
h T pcT pr
2
z
hT dp 1,986 dp pr
2 2
p T p pr T pr
Ppr
1 1
Atau
100
1 z
2
760
2
hT (1,986)(392) dp pr
392 1 p pr T pr Ppr
800
p pr 1,20
667
Pada 300oF
760
T pr 1,94
392
Berdasarkan Tabel IV-1., persamaan faktor z untuk 0,2 ≤ Ppr ≤ 1,2 dan 1,4
≤ Tpr ≤ 3 adalah sebagai berikut.
Tabel IV-1.
Persamaan untuk Faktor z
(Ikoku, Chi U., 1992)
Sehingga,
101
z
0,0657 p pr
Tpr
Ppr
2
760
hT (1,986)(392)
2 1
0,0657 p pr dp pr
392 1 p pr
2
760 800 14,7
hT (1,986)(392) 0,0657 226
392 667 667
Dari grafik h-s Brown untuk SG gas alam 0,7 (Gambar 4.10) pada tekanan
14,7 psia dan temperatur 100oF,
h1 680 Btu/lb-mol
h2 2600 Btu/lb-mol
T T z p
s C p ln 1,986 z T ln
14,7
560 Tc Tr pr
0,998 0,960
z 0,979
2
102
z z
z Tr pr0,02 Tr pr 1, 2
0,039
T
r pr 2
Sehingga,
800
0,0394 ln
760 760
s (11,1) ln 1,986 0,979
560 392 14,7
s 4,99 Btu/lb-mol oF
Dari grafik h-s Brown untuk SG gas alam 0,7 (Gambar 4.10) pada tekanan
14,7 psia dan temperatur 100oF,
s1 1,2 Btu/lb-mol oF
s1 3,7
Contoh 4.5.
Solusi
Untuk proses tekanan konstan (pada 14,7 psia), energi yang dibutuhkan
untuk merubah dari 100oF menjadi 300oF adalah.
103
Dan
h
0,015 atau h 0,015Tc
Tc
h
0,7 atau h 0,7Tc
Tc
Sehingga
Dan
H H p H T
104
kompresor, dan sebagainya. Jarak horizontal antara dua keadaan Δs adalah
pengukuran derajat yang tidak dapat diubah untuk suatu proses adiabatik. Proses
isentropik ditampilkan sebagai garis vertikal, memungkinkan keadaan akhir dari
proses adiabatik yang ideal ditemukan dengan mudah. Sebagai konsekuensi,
diagram h-s membantu dalam memvisualisasikan proses perubahan untuk analisis
volume kontrol.
Telah disiapkan diagram h-s Brown untuk gas alam. Diagram h-s untuk SG
gas alam adalah 0,6, 0,7, 0,8, 0,9 dan 1 diberikan pada Gambar 4.9 sampai 4.13 .
Pseudocritical temperature dan pressure yang digunakan diberikan pada diagram
yang pada dasarnya sesuai pada gas hidrokarbon. Datum untuk masing-masing
grafik adalah 32oF dan 1 atm. Grafik gas dengan SG gas 0,7 tetapi mengandung
10% mol nitrogen diberikan pada Gambar 4.14. Campbell menunjukkan grafik h-
s untuk rata-rata gas alam (gravity gas 0,65-0,75) dalam Gambar 4.15. Grafik ini
berguna dalam mencari perubahan temperatur saat memuai atau mengkompres gas
dan menemukan kerja balik pada saat kompresi atau ekspansi.
Diagram entalpi-entropi hanya dapat diaplikasikan pada keadaan gas, jika
gas didinginkan di bawah titik embun, kondensasi terjadi dan perpindahan panas
tidak dapat ditentukan secara langsung melalui grafik.
105
Gambar 4.10.
Diagram Entalpi-entropi untuk Graviy Gas Alam 0,7
(Ikoku, Chi U., 1992)
106
Gambar 4.11.
Diagram Entalpi-entropi untuk Graviy Gas Alam 0,8
(Ikoku, Chi U., 1992)
107
Gambar 4.12.
Diagram Entalpi-entropi untuk Graviy Gas Alam 0,9
(Ikoku, Chi U., 1992)
108
Gambar 4.13.
Diagram Entalpi-entropi untuk Graviy Gas Alam 1,0
(Ikoku, Chi U., 1992)
109
Gambar 4.14.
Diagram Entalpi-entropi untuk Graviy Gas Alam 0,7 yang Mengandung 10%
Nitrogen
(Ikoku, Chi U., 1992)
Contoh 4.6.
110
a. Berapa banyak jumlah panas yang harus dipindahkan dalam mendinginkan 1
lb-mol dan Specific Gravity gas alam 0,6 pada tekanan 200 psia dari temperatur
600 sampai 100 oF?
b. Jika gas ini selanjutnya dipanaskan dari 100 sampai 300 oF, berapa banyak panas
yang dibutuhkan per pound-mol gas?
Solusi
a. Menggunakan Gambar 4.9. untuk gravity gas sebesar 0,6. Baca entalpi pada
perpotongan garis 600oF dan garis 200 psia, yang mana h = 6100 Btu/lb-mol.
Selanjutnya ikuti garis 200 psia sampai perpotongan dengan garis 100 oF dan
entalpi h2 terbaca sebesar 500 Btu/lb-mol.
b. Pada tekanan 200 psia dan temperatur 300oF, entalpi h3 = 2600 Btu/lb-mol
Pertambahan panas = h3 – h2
= 2600 – 500
= 2100 Btu/lb-mol
Contoh 4.7.
Diketahui ekspansi adiabatik secara reversible (dapat kembali) pada gas.
Jika specific gravity gas sebesar 0,7 pada tekanan 500 psia dari temperatur 300oF
terekspansi secara adiabatik dan dapat kembali pada 100 psia, bagaimana
temperatur akhir dari gas?
Solusi
Menggunakan diagram h-s untuk gravity gas 0,7 (Gambar 4.10) pada
perpotongan dari garis 300oF dan 500 psia, serta entropi s1 sebesar -2,5 Btu/lb-
moloF. Dalam proses adiabatik tidak ada panas yang dirambahkan atau dipindahan
sehngga prosesnya dapat dibalik.
Q T ds 0
111
Atau
ds 0 dan s = konstan
Contoh 4.8.
Jika Specific gravity gas sebesar 0,8 pada tekanan 2000 psia dan temperatur
200oF ekspansi melalui orifice kecil tanpa penambahan atau pengurangan panas dan
akhirnya dibawa ke kecepatan awalnya pada tekanan 50 psia, apa yang akan terjadi
pada temperatur?
Solusi
Lihat Gambar 4.11. untuk gravity gas 0,8. Pada perpotongan garis 2000
psia dan 200oF, h1 = 700 Btu/lb-mol. Karena kandungan panasnya konstan, ikuti
700 Btu/lb-mol pada perpotongannya dengan garis 50 psia dan temperatur T2 yang
terbaca sekitar 100oF.
Dalam banyak kasus, proses throttling terjadi secara cepat dalam area yang
sempit, bahwa tidak ada waktu yang cukup atau area yang cukup luas untuk proses
perpindahan panas. Oleh karena itu, proses tersebut dapat diasumsikan menjadi
adiabatik. Tetapi hal itu bersifat irreversible.
Contoh 4.9.
Solusi
Lihat Gambar 4.12. untuk spesific gravity gas 0,9. Pada perpotongan garis
50 psia dan 80oF, entropi s1 = -1,3 Btu/lb-moloF. Selanjutnya ikuti garis entropi s1
112
= -1,3 Btu/lb-moloF sampai pada perpotongannya dengan garis 1000 psia dan baca
T2 = 410oF.
Contoh 4.10.
40 Mcf/d (diukur pada 60oF dan 14,7 psia) dari rata-rata gas pada 240oF
mengalir dengan bebas melalui ekspansi valve bersama dengan penurunan tekanan
dari 2000 ke 1000 psia.
Solusi
Lihat gambar diagram h-s untuk rata-rata gas alam (Gambar 4.15)
h1 = 1400 Btu/lb-mol
113
Gambar 4.15.
Diagram Entalpi-entropi untuk Specific Gravity Gas Alam 0,65 Sampai 0,75
(Ikoku, Chi U., 1992)
Untuk proses throtling melintasi valve dimana entalpi adalah konstan pada
tekanan 1000 psia dan h = 1400 Btu/lb-mol.
T2 = 212 oF
b dan c. Maksimum kerja yang akan diperoleh menggunakan adiabatik dan proses
reversible (misalnya isentropik) pada 2000 psia dan 240oF,
s1 = -7 Btu/lb-moloF
114
Pada 1000 psia dan s = -7 Btu/lb-moloF
T3 = 140oF
h3 = 560 Btu/lb-mol
Kerja yang dilakukan oleh gas = -Δh = h1 – h3 = 1400 – 560 = 840 Btu/lb-mol
33000 60
1 horsepower (hp) = 2,545 Btuh
778,2
(40.000.000)(840)
Power = 1453 hp
(378,6)(24)(2,545)
115
BAB V
Reservoir yang hanya berisi gas bebas disebut reservoir gas. Reservoir
semacam itu mengandung campuran hidrokarbon, yang seluruhnya ada dalam
bentuk gas. Campuran tersebut dapat berupa gas kering, basah, atau kondensat,
tergantung pada komposisi gas, bersama dengan tekanan dan temperatur dalam
reservoir. Reservoir gas mungkin memiliki water influx dari bagian yang
mengandung air dari formasi.
Kebanyakan perhitungan teknik gas melibatkan penggunaan faktor volume
formasi gas (Bg) dan faktor ekspansi gas. Faktor volume formasi gas (Bg)
didefinisikan sebagai volume aktual yang ditempati oleh n mol gas pada tekanan
dan temperatur tertentu, dibagi dengan volume yang ditempati dengan jumlah gas
yang sama pada kondisi standar. Penjelasan mengenai faktor volume formasi dan
faktor ekspansi gas sudah dibahas pada BAB sebelumnya berikut dengan
persamaan yang digunakan.
Cadangan gas alam diklasifikasikan sesuai dengan proses pembentukannya.
Nonassociated gas merupakan gas bebas yang tidak da kontak dengan minyak
dalam reservoir. Sedangkan associated gas merupakan gas yang kontak dengan
minyak di dalam reservoir. Dissolved gas merupakan gas yang larut dalam minyak
di reservoir. Adapun untuk metode perhitungan cadangan gas sendiri dapat
dilakukan dengan metode volumetrik dan metode material balance.
116
mengidentifikasi diskontinuitas reservoir, seperti pinch-out, patahan, atau kontak
gas-air. Peta kontur bawah permukaan, biasanya di gambar relatif terhadap formasi
yang diketahui serta dibuat dengan garis yang menghubungkan titik-titik dengan
ketinggian yang sama. Peta isopach bawah permukaan dibuat dengan garis-garis
dengan ketebalan formasi net gas yang sama. Dengan peta-peta ini, volume
reservoir kemudian dapat diestimasi dengan merencanakan area antara garis-garis
isopach dan menggunakan teknik perhitungan volume perkiraan, seperti metode
piramidal atau trapesium.
Persamaan volumetrik digunakan memperkirakan cadangan gas in place
mula-mula. Selama periode pengembangan sebelum batas reservoir ditentukan
secara akurat, akan lebih mudah untuk menghitung gas per acre-foot dari bulk
reservoir. Ketika lapangan tersebut dilakukan produksi dalam waktu tertentu,
metode perhitungan cadangan yang digunakan bukan lagi dengan volumetrik akan
tetapi mengguakan metode material balance sesuai dengan data produksi yang
diperoleh. Adapun untuk perhitungan cadangan gas dengan metode material
balance dapat dilakukan mealui persamaan berikut ini :
43560 Vb (1 - S wi )
G (5.1)
Bgi
Dimana
117
Persamaan ini dapat diterapkan pada kondisi awal dan kondisi abandonment
untuk menghitung gas yang dapat diproduksikan kembali. Sehingga dalam keadaan
abandonment persamaannya dapat ditulis sebagai berikut :
1 1
G 43560 Vb (1 - S wi ) (5.2)
Bgi Bga
Contoh 5.1.
Tabel V-1.
Penentuan Volume Bulk Lapangan “CJ”
Luas Ketebalan
Zona Metode
Area Ai+1/Ai Kontur Volume
Produktif Perhitungan
Acre Ft Acre-ft
A0 1435 0.677 Trapezoidal 25 30088
A1 972 442 Piramid 25 17071
A2 430 326 Piramid 25 6950
A3 150 0 Piramid 20 1000
A4 0 - - - 0
Total 55109
Jika data tambahan terlampir seperti di bawah ini, maka hitunglah besar
cadangan volumetrik (OGIP) pada lapangan tersebut.
118
Solusi
43560 Vb (1 - S wi )
OGIP
Bgi
n p ni n (5.3)
Dimana :
Vi V We WP Bw (5.4)
V Vi We WP Bw (5.5)
119
Vi, V, We, dan WpBw meruakan satuan barrel dalam reservoir, Bw merupakan
faktor volume formasi air dalam reservoir per stock-tank barrel. Berdasarkan
hukum gas maka,
pV
n
zRT
Jadi,
pb G p
np
z b RTb
Dan,
piVi
ni 5,615
zi RT
pV pVi We WP Bw
n 5,615 5,615
zRT nRT
Dimana
pb G p pV pVi We WP Bw
5,615 i i
zb RTb zi RT nRT
Atau,
120
GBg Bgi We WP Bw
Gp (5.7)
Bg
Untuk reservoir yang tidak terjadi water influx dan tidak ada air yang
terproduksi, Persamaan 5.6 dan 5.7 masing-masing menjadi sebagai berikut.
zbTbVi pi p
G p 5,615 (5.8)
pbT zi z
Dan
Gp G
B g Bgi
(5.9)
Bg
121
5.3.1. Perhitungan Volumetrik dan Penentuan Tekanan Abandonment
Persamaan volumetrik (Persamaan 5.1) berguna dalam penentuan
cadangan untuk memperkirakan gas in place. Selama periode pengembangan
sebelum batas reservoir ditentukan secara akurat, akan lebih mudah untuk
menghitung gas in place per acre-foot batuan reservoir. Untuk reservoir gas alam
dibawah kontrol volumetrik (tidak ada water influx atau produksi air), kumulatif
produksi gas (Gp) pada setiap tekanan merupakan perbedaan antara perhitungan
volumetrik gas in place pada kondisi tekanan mula-mula dan tekanan selanjutnya
(telah terjadi penurunan penurunan). Jadi persamaannya dapat ditulis sebagai
berikut.
1 1
G p 7758 Ah 1 S w (5.10)
Bgi Bg
43560 1 S wi RF
RR (5.11)
Bgi
Dimana
RF = Recovery factor, fraksi pada cadangan mula-mula gas yang dapat diambil
122
Recovery Factor (RF) dari reservoir gas merupakan fungsi dari tekanan
abandonment dan permeabilitas. Jika menurunkan tekanan abandonment akan
meningkatkan produksi gas yang dapat diperoleh kembali. Tekanan abandonment
yang digunakan tergantung pada harga gas, indeks produktivitas sumur, luas
lapangan, lokasinya terhadap pasar, dan jenis pasar. Jika sistem penjualannya
adalah dengan saluran pipa transmisi, tekanan operasi saluran mungkin menjadi
faktor pengendali dalam tekanan abandonment untuk lapangan yang tidak luas;
tetapi untuk lapangan yang luas, pemasangan instalasi kompresor mungkin layak
secara ekonomi, sehingga menurunkan tekanan abandonment secara substansial di
bawah tekanan operasi pipa yang beroperasi di area tersebut. Beberapa perusahaan
pipa gas menggunakan tekanan abandonment 100 psi/1000 ft kedalaman.
Reservoir gas yang tenaga pendorongnya adalah water drive memiliki
Recovery Factor (RF) yang lebih rendah daripada reservoir gas tertutup karena
tekanan abandonment yang tinggi karena perambahan air ke dalam sumur produksi.
Permeabilitas reservoir juga merupakan faktor utama yang mengatur recovery pada
reservoir gas tertutup. Permeabilitas yang lebih tinggi menghasilkan laju aliran
yang tinggi untuk penurunan tekanan tertentu.
Oleh karena itu, ketika semua faktor lainnya dianggap sama, tekanan
abandonment lebih rendah untuk reservoir dengan permeabilitas tinggi. Recovery
factor tinggi jika pada formasi batupasir seragam dan homogen. Untuk reservoir
gas tertutup, faktor utama yang mengatur efisiensi recovery adalah tekanan
abandonment. Jika tekanan abandonment diketahui, recovery factor dapat dihitung
dan dinyatakan dalam persen initial gas in place. Adapun untuk persamaan nilai
recovery factor sebagai berikut.
123
Dimana
Bgi = Faktor volume formasi gas mula-mula, res bbl/scf atau cuft/scf
Bga = Faktor volume formasi gas abandonment, res bbl/scf atau cuft/scf
Untuk strong water drive dimana residual gas terperangkap pada tekanan
tinggi, mungkin 50-60% dibandingkan dengan 70-80% untuk partial water drive.
G p Bg We WP Bw
G (5.14)
Bg Bgi
Dan
124
G p Bg
G (5.15)
Bg Bgi
Penentuan gas in place awal dapat dihitung dari Persamaan 5.15 dengan
menggantikan kumulatif gas yang dihasilkan dan faktor volume formasi gas yang
sesuai pada tekanan reservoir selama periode produksi. Jika perhitungan berturut-
turut selama waktu produksi tertentu memberikan nilai yang konsisten dan konstan
untuk gas in place. Dari data produksi yang diperoleh selama waktu tertentu maka
akan dapat menentukan jenis tenaga pendorong untuk menghitung nilai G. Tenaga
pendorong pada reservoir gas dapat dihasilkan melalui bentuk kurva yang
ditunjukkan pada Gambar 5.1. Setelah G telah ditentukan dan tidak adanya water
influx, persamaan yang sama dapat digunakan untuk membuat prediksi masa depan
dari kumulatif produksi gas sebagai fungsi dari tekanan reservoir.
Gambar 5.1
Tenaga Pendorong pada Reservoir Gas untuk Penentuan Gas In Place
(Ahmed, Tarek, & McKinney, Paul D., 2005)
Persamaan 5.14 atau 5.15, mana saja yang berlaku dalam situasi tertentu,
dapat digunakan untuk menghitung gas in place. Jika tidak ada perambahan air
125
(water influx), informasi yang diperlukan adalah data produksi, data tekanan,
specific gravity gas untuk mendapatkan faktor kompresibilitas dan temperatur
reservoir. Namun, sebelum dilakukan produksi gas dari reservoir, penyebut sisi
kanan persamaan material balance sangat kecil, sedangkan pembilangnya relatif
besar. Perubahan kecil pada penyebut akan menghasilkan perbedaan besar dalam
nilai yang dihitung dari gas in place. Oleh karena itu, perhitungan dari persamaan
material balance dianjurkan untuk tidak ditekankan di awal produksi reservoir.
Berikut ini adalah contoh perhitungan yang menggambarkan metode penggunaan
persamaan material balance dan kelemahannya di awal umur produksi reservoir.
Contoh 5.2.
a. Hitunglah cadangan gas mula-mula pada reservoir gas tertutup jika reservoir
tersebut sudah berproduksi sebesar 450 MMscf, tekanan reservoir telah
mengalami penurunan sampai 2900 psia dari tekanan mula-mula sebesar 3000
psia. Temperatur reservoir sebesar 185 oF dan gravity gas sebesar 0,6
b. Jika tekanan reservoir yang telah diukur tidak benar dan seharusnya 2800 psia
malah menjadi 2900 psia, apa yang akan terjadi pada nilai yang sesungguhnya
dalam perhitungan cadangan gas dan berapakah besar persen error yang
dihasilkan?
Solusi
a. Jika nilai faktor kompresibilitas pada tekanan 3000 psia sebesar 0,88 dan pada
tekanan 2900 sebesar 0,87 untuk gravity gas 0,6, maka nilai faktor volume
formasi gas (Bg) diperoleh sebagai berikut.
0,00504 ziT
Bgi (5.16)
Pi
Sehingga
126
0,00504 0,87 185 460
Bg 2900 0,000975
2900
Selanjutnya menggunakan Persamaan 5.15 sebagai berikut
G
G p Bg
450000000 0,000975 19,94 MMscf
Bg Bgi 0,000975 0,000953
b. Jika pengukuran tekanan salah dan yang benar untuk hasil pengukuran tekanan
adalah 2800 psia dengan faktor kompresibilitas pada tekanan tersebut sebesar
0,86 maka:
0,00504 0,86 185 460
Bg 8900 0,000998
2800
Selanjutnya menggunakan Persamaan 5.15 sebagai berikut
G
G p Bg
450000000 0,000998 9,98 MMscf
Bg Bgi 0,000998 0,000953
Jadi, kesalahan 100 psia, yang hanya 3,5% dari tekanan reservoir total,
menghasilkan peningkatan gas in place yang dihitung sekitar 200%, atau
peningkatan 2 kali lipat. Perhatikan bahwa kesalahan serupa dalam tekanan
reservoir di kemudian hari dalam umur produksi reservoir tidak akan menghasilkan
kesalahan sebesar yang dihitung pada awal umur produksi reservoir. Initial gas in
place dapat dihitung dari Persamaan 5.15 dengan mengganti gas kumulatif yang
dihasilkan dan faktor volume formasi gas yang sesuai pada tekanan reservoir
selama periode waktu tertentu (selama produksi). Jika perhitungan berturut-turut
pada berbagai waktu selama produksi memberikan nilai yang konsisten untuk gas
in place mula-mula, reservoir beroperasi di bawah kontrol volumetrik sehingga
nilai G dapat diperhitungkan (Gambar 5.2.).
Setelah nilai G telah ditentukan dan tidak adanya water influx yang terjadi,
persamaan yang sama dapat digunakan untuk membuat prediksi masa depan dari
produksi gas kumulatif sebagai fungsi dari tekanan reservoir. Aplikasi berturut-
turut dari Persamaan 5.15 biasanya akan menghasilkan peningkatan nilai G dengan
waktu jika water influx terjadi. Namun, jika ada aliran gas ke zona lain karena
pekerjaan semen yang buruk atau kebocoran casing, nilai G yang dihitung dapat
menurun seiring berjalannya waktu. Persamaan 5.15 tidak berlaku dalam kasus
127
ini, dan Persamaan 5.14 harus digunakan untuk memperkirakan G. Jika reservoir
gas memiliki tenaga pendorong water drive, maka akan ada dua yang tidak
diketahui dalam persamaan material balance, meskipun data produksi, tekanan,
temperatur dan gravity gas diketahui. Dua yang tidak diketahui ini adalah gas in
place mula-mula dan kumulatif dari water influx. Untuk menggunakan persamaan
material balance serta menghitung gas in place mula-mula, beberapa metode untuk
memperkirakan water influx kumulatif (We) harus dikembangkan.
Gambar 5.2.
Penentuan grafis nilai G terhadap Gp
(Ahmed, Tarek., 2006)
128
Metode kedua untuk memperkirakan water influx adalah dengan mengatur
ulang persamaan material balance dan menentukan besarnya kombinasi gas in
place ditambah kumulatif water influx pada beberapa waktu yang berbeda. Jumlah
gas in place mula-mula adalah konstan, terlepas dari waktu atau jumlah produksi.
Oleh karena itu, plot G vs. Gp harus berupa garis horizontal (Gambar 5.3.). Namun,
jika Persamaan 5.15 digunakan untuk menghitung G di reservoir di mana ada
water influx, nilai G yang dihitung akan terus meningkat seiring dengan
peningkatan Gp. Ini karena persamaan material balance yang digunakan salah.
Alih-alih menghitung G, perhitungan sebenarnya adalah G + f(We), di mana f(We)
adalah beberapa fungsi dari water influx. Mengatur ulang Persamaan 5.14 untuk
menyelesaikan masalah mengenai perhitungan gas in place mula-mula dan
kumulatif water influx sebagai berikut.
We G p B g W p Bw
G (5.17)
Bg Bgi Bg Bgi
Pada interval waktu yang berurutan, ruas kiri dari Persamaan 5,17. akan
terus meningkat karena parameter We/(Bg - Bgi). Plot dari beberapa nilai ini pada
interval waktu yang berurutan diilustrasikan pada Gambar 5.3. Ekstrapolasi garis
yang dibentuk oleh titik-titik ini kembali ke titik di mana Gp = 0 menunjukkan nilai
G yang sebenarnya, karena ketika Gp = 0, maka We/(Bg - Bgi) juga nol.
Secara ekonomis, teknik ini dapat digunakan untuk memperkirakan nilai We
karena setiap saat terdapat perbedaan antara garis horizontal (yaitu nilai sebenarnya
dari G) dan garis miring [G + (We)/( Bg - Bgi)] akan memberikan nilai We /( Bg - Bgi).
Pengetahuan tentang besarnya perambahan air di waktu yang mendatang ke dalam
reservoir akan memberikan beberapa panduan untuk pelaksanaan kegiatan produksi
gas sehingga dapat memberikan keuntungan secara ekonomi. Poin-poin yang
dihitung di awal waktu produksi reservoir dapat menyebabkan ketidakakuratan
yang cukup besar. Selain itu, parameter tau satuan yang berbeda dari persamaan
material balance perlu diperhatikan misalnya pada unit (yaitu, apakah bbl/scf atau
cuft/scf, dll.) dan kondisi (baik kondisi di permukaan ataupun bawah permukaan itu
sendiri).
129
Karena gas sering dilewati dan terperangkap oleh air, recovery factor untuk
reservoir gas dengan tenaga pendorong water drive dapat secara signifikan lebih
rendah daripada reservoir volumetrik yang dihasilkan oleh ekspansi gas sederhana.
Selain itu, adanya heterogenitas reservoir, seperti stringer atau layering dengan
permeabilitas rendah, dapat mengurangi perolehan gas lebih lanjut. Seperti
disebutkan sebelumnya, ultimate recovery sebesar 80% hingga 90% umum terjadi
pada reservoir gas volumetrik, sedangkan recovery factor reservoir gas dengan
tenaga pendorong water drive berkisar dari 50% hingga 70%.
Gambar 5.3.
Pengaruh Water Influx pada Perhitungan Cadangan Gas
(Ahmed, Tarek., 2006)
130
kurang cepat dengan produksi daripada di bawah kontrol volumetrik. Setelah
jumlah gas yang wajar telah diproduksi (sekitar 20% dari cadangan), p/z vs. plot
garis lurus kumulatif untuk reservoir volumetrik (tertutup) memberikan prosedur
yang memuaskan untuk memperkirakan gas yang dapat diperoleh kembali. Harus
diperhatikan bahwa jika tekanan saja (bukan p/z) diplot terhadap produksi gas
kumulatif, grafik yang dihasilkan tidak linier, dan ekstrapolasi dari kurva produksi
tekanan ini mungkin salah besar.
Gambar 5.4.
Grafik p/z Versus Kumulatif Produksi Gas
(Ikoku, Chi U., 1984)
Pada Gambar 5.4. dapat dijelaskan bahwa nilai gas in place mula-mula
akan diketahui (G = Gp). Namun, pada reservoir tertutup (close reservoir) akan ada
pengaruh abandonment sehingga nilai gas in place mula-mula akan lebih kecil jika
ditarik garis dari kiri ke kanan sampai menyentuh garis miring. Namun jika ada
pengaruh tenaga pendorong water drive maka kurva atau garis miring akan
berubah.
131
p pi p sc T
G p (5.18)
z z i TscV
Persamaan 5.18. adalah persamaan garis lurus ketika (p/z) diplot versus
produksi gas kumulatif Gp, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.5. Hubungan
garis lurus ini mungkin merupakan salah satu hubungan yang paling banyak
digunakan dalam penentuan cadangan gas. Kemiringan garis lurus sama dengan :
p sc T
slope (5.19)
TscV
Gambar 5.5.
Grafik p/z Versus Kumulatif Produksi Gas Dengan Persamaan Slope
(Ahmed, Tarek., 2006)
Volume gas reservoir awal (V) dapat dinyatakan dalam volume gas pada
kondisi standar dinyatakan dengan persamaan berikut ini:
132
p zT
V B g G sc i G (5.20)
Tsc pi
p pi pi 1
G p (5.21)
z z i z i G
mG p
p pi
z zi
Dimana koefisien m pada dasarnya konstan dan mewakili garis lurus yang
dihasilkan ketika p/z diplot terhadap Gp. Kemiringan, m ditentukan oleh:
p 1
m i
zi G
Tpsc
m
TscV
Dimana
133
ditunjukkan secara grafik pada Gambar 5.6. Ketika plot (p/z) versus Gp
menyimpang dari hubungan linier, menunjukkan adanya perambahan air.
Gambar 5.6.
Pengaruh Tenaga Pendorong Water Drive pada Hubungan p/z vs Gp
(Ahmed, Tarek., 2006)
z p
log 1 i log G p log G (5.22)
pi z
Dari Persamaan 5.22, terlihat bahwa plot [1(zi p)/(pi z)] versus Gp pada
koordinat log-log akan menghasilkan garis lurus dengan kemiringan satu (sudut
45°). Ekstrapolasi ke satu pada sumbu vertikal (p = 0) menghasilkan nilai gas in
place mula-mula (G). Grafik yang diperoleh dari jenis analisis ini disebut sebagai
plot energi (energy plot). Hal ini berguna dalam mendeteksi water influx di
134
reservoir. Jika We tidak nol, kemiringan plot akan kurang dari satu, dan juga akan
berkurang seiring waktu, karena We meningkat seiring waktu. Kemiringan yang
meningkat hanya dapat terjadi sebagai akibat dari produksi gas dari reservoir atau
data yang buruk, karena kemiringan yang meningkat akan menyiratkan bahwa
volume pori yang terisi gas meningkat seiring berjalannya waktu. Gambar 5.7.
menunjukkan ilustrasi skema energy plot.
Gambar 5.7.
Energy Plot
(Ahmed, Tarek., 2006)
5.3.3. Persamaan Material Balance Sebagai Garis Lurus
Havlena dan Odeh (1963) memaparkan mengenai persamaan material
balance sebagai istlah dari produksi gas, ekspansi fluida, dan water influx sebagai
berikut.
135
c s cf
G p Bg W p Bw GBg B gi GBgi p We Bw
w wi
(5.23)
1 s wi
F GE g E f , w We Bw (5.24)
F G p B g W p Bw (5.25)
Ekspansi Gas Eg
E g Bg Bgi (5.26)
c S wi c f
E f , w Bgi
w
(5.27)
1 S wi
Dengan asumsi bahwa ekspansi batuan dan air (Ef,w) dapat diabaikan
dibandingkan dengan ekspansi gas sehingga Persamaan 5.24. dapat diubah
menjadi:
F GEg We Bw (5.25)
F WB
G e w (5.26)
Eg Eg
Menggunakan data produksi, tekanan, dan PVT, sisi kiri dari persamaan ini
harus diplot sebagai fungsi dari produksi gas kumulatif (Gp). Melakukan plot F/Eg
versus waktu produksi atau penurunan tekanan (Δp) dapat menjadi ilustrasi yang
136
sama/sebanding. Dake (1994) menyajikan diskusi yang sangat baik tentang
kekuatan dan kelemahan MBE sebagai garis lurus. Hal ini menunjukkan bahwa plot
akan memiliki salah satu dari tiga bentuk yang digambarkan pada Gambar 5.8. Jika
reservoir adalah tipe depletion drive (We = 0) maka nilai F/Eg yang dievaluasi,
katakanlah, pada interval enam bulanan, harus diplot sebagai garis lurus sejajar
dengan absis yang nilai ordinatnya adalah gas in place mula-mula. Sebagai
alternatif, jika reservoir dipengaruhi oleh perembasan air secara alami (water
influx), maka plot F/Eg biasanya akan menghasilkan busur berbentuk cekung ke
bawah yang bentuk pastinya bergantung pada ukuran dan kekuatan akuifer serta
laju produksi gas. Ekstrapolasi dari tren F/Eg ke ordinat harus tetap memberikan
perkiraan gas in place (We ~ 0). Namun, plot bisa sangat nonlinier di grafik ini
menghasilkan hasil yang kurang pasti. Keuntungan utama dalam plot F/Eg versus
Gp adalah jauh lebih sensitif daripada metode lain dalam menentukan apakah
reservoir dipengaruhi oleh water influx atau tidak.
Gambar 5.8.
Drive Mechanism Reservoir Karena Ada Pengaruh Aquifer
(Ahmed, Tarek., 2006)
Representasi grafis dari Persamaan 5.26. diilustrasikan oleh Gambar 5.9.
Grafik F/Eg vs. ΣΔpWeD/Eg menghasilkan garis lurus, asalkan penjumlahan influks
137
keadaan unsteady-state (ΣΔpWeD) diasumsikan secara akurat. Garis lurus yang
dihasilkan memotong sumbu y pada gas in place mula-mula (G) dan memiliki
kemiringan yang sama dengan konstanta water influx. Plot nonlinier akan terjadi
jika akuifer tidak dikarakterisasi dengan benar. Kelengkungan ke atas atau ke
bawah secara sistematis menunjukkan bahwa penjumlahan masing-masing
parameter tersebut terlalu kecil atau terlalu besar, sedangkan kurva berbentuk S
menunjukkan bahwa akuifer linier (bukan radial) harus diasumsikan. Titik-titik
harus diplot secara berurutan dari kiri ke kanan. Pembalikan urutan plot ini
menunjukkan bahwa batas akuifer yang tidak terhitung telah tercapai serta akuifer
yang lebih kecil harus diasumsikan dalam menghitung istilah water influx.
Gambar 5.9.
Plot MBE Havlena-Odeh untuk Reservoir Gas
(Ahmed, Tarek., 2006)
Sistem linier tak terbatas daripada sistem radial mungkin lebih baik
mewakili beberapa reservoir, seperti reservoir yang terbentuk sebagai blok patahan
di kubah garam. Konstanta tak berdimensi van Everdingen-Hurst (WeD) diganti
dengan akar kuadrat waktu sebagai berikut :
138
We C p n t t n (5.27)
Dimana
Contoh 5.3.
T Reservoir = 250 °F
SG = 0,81
Tentukan :
139
d. Ultimate Recovery (UR)
e. Cadangan Sisa atau Remaining Reserve (RR)
Solusi
Tabel V-2.
Tabulasi Data yang Diperlukan Untuk Menentukan Jenis Tenaga Pendorong
Reservoir Lapangan “CJ” Metode Cole Plot
140
Tabel V-2. (Lanjutan)
Tabulasi Data yang Diperlukan Untuk Menentukan Jenis Tenaga Pendorong
Reservoir Lapangan “CJ” Metode Cole Plot
Cole Plot
120000
100000
GpBg/Bg-Bgi
80000
60000
40000
20000
0
0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000
Gp, MMscf
Gambar 5.10.
Grafik Cole Plot Pada Reservoir BTL Lapangan “CJ”
141
trendline yang terbentuk dari grafik plot antara GpBg/Bg-Bgi vs Gp cenderung lebih
datar seiring dengan bertambahnya kumulatif produksi pada Lapangan “CJ”.
Tabel V-3.
Tabulasi Perhitungan p/z
P (Psia) GP (MMscf) z p/z
2653,25 320,227 0,849434 3123,549660
2635,83 665,268 0,849367 3103,291373
2592,57 2032,434 0,849270 3052,706457
2580,00 2032,434 0,849260 3037,937801
2483,71 5009,158 0,849470 2923,838531
2414,00 9421,807 0,849938 2840,206896
2182,67 13701,979 0,853422 2557,547669
2183,00 19676,272 0,853415 2557,959752
1989,00 21846,267 0,858642 2316,448650
1882,50 25472,130 0,862403 2182,853769
1786,00 27513,573 0,866348 2061,526992
1659,00 31900,000 0,872300 1901,869275
1628,00 32890,406 0,873880 1862,955102
1569,00 37061,208 0,877024 1789,004346
1505,00 38982,970 0,880630 1709,002836
1454,00 39367,124 0,883647 1645,454323
1385,00 42407,540 0,887921 1559,822929
1411,00 42407,540 0,886285 1592,039093
1380,00 42407,540 0,888240 1553,634975
1369,00 42788,540 0,888944 1540,030224
1410,50 43143,050 0,886316 1591,418952
1055,50 51514,640 0,911107 1158,480307
142
Berdasarkan hasil perhitungan p/z maka dapat di plot pada sebuah grafik p/z
vs Gp. p/z pada sumbu y dan Gp. pada sumbu x sehingga nilai OGIP dapat
ditentukan. Hasil plot grafik dapat dilihat pada Gambar 5.11.
p/z vs Gp
3500
3000
2500
y = -0.0376x + 3138.3
2000 R² = 0.9942
P/Z
1500
1000
500
0
0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000
Gp, MMscf
Gambar 5.11.
Grafik p/z vs Gp
y = -0,0376x + 3138,3
0 = -0,0376(OGIP) + 3138,3
OGIP = 3138,3/0,0376
143
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, maka diperoleh nilai OGIP dengan
menggunakan metode material balance p/z sebesar 83,46 Bscf.
144
A = 1,39 (Tpr- 0,92)0.5 - 0,36Tpr - 0,1
D = 1,0090
145
Tpr = 1,6937
0,00636
RF = (1- ( )) ×100%
0,03216
RF = 80,223 %
Jadi, nilai RF pada Lapangan “CJ” adalah sebesar 80,223%
d. Penentuaan Nilai Ultimate Recovery (UR) Reservoir Lapangan “CJ”
Ultimate recovery adalah jumlah cadangan maksimal yang dapat diperoleh
dari reservoir. Adapun peritungan nilai ultimate recovery pada Lapangan “CJ”
dilakukan seperti di bawah ini.
UR = OGIP x RF
UR = 83465,42553 x 80,223%
146
recovery yaitu sebesar 66963,39093 MMscf dan kumulatif produksi sampai pada
September 1991 adalah sebesar 51514,64 MMscf. Nilai remaining reserve dapat
dihitung seperti dibawah ini.
RR = UR-GP
RR = 66963,39093 - 51514,64
147
Gambar 5.12.
p/z Versus Kumulatif Produksi Lapangan Ossum Utara, Paroki Lafayette,
Louisiana pada Reservoir NS2B.
(Ahmed, Tarek., 2006)
148
influx). MBE seperti yang ditunjukkan oleh Persamaan 5.23. dapat ditulis dalam
bentuk berikut untuk reservoir gas volumetrik:
Dimana
ct 1
c f cw S wi pi p
(5.29)
1 S wi
c f c w S wi
ER 1 (5.30)
1 S wi
ct 1 ER pi p (5.31)
149
BAB VI
Aliran radial gas dalam volume drainase reservoir dari sebuah sumur
didasarkan pada hukum Darcy untuk aliran viskos dan pada pengaruh high-velocity
yang mungkin terjadi di dekat lubang sumur. Ketika sumur gas pertama kali
diproduksi setelah ditutup untuk jangka waktu tertentu, aliran gas di reservoir
mengikuti perilaku keadaan unsteady-state sampai tekanan turun di batas drainase
sumur. Kemudian perilaku aliran melewati periode transisi, setelah itu mencapai
kondisi tetap atau semi-tetap. Persamaan yang menggambarkan kondisi tetap
(steady-state) dan kondisi semi-tetap (semi steady-state) akan dijelaskan di BAB
ini.
Aliran gas dari reservoir ke sumur dipengaruhi oleh kerusakan atau
peningkatan permeabilitas di dekat lubang sumur. Selain itu, jika laju aliran cukup
tinggi, fenomena aliran dengan kecepatan tinggi akan terjadi di sekitar lubang sumur.
Efek ini dimasukkan ke dalam persamaan aliran radial umum. Uji deliverabilitas
atau tekanan balik biasanya digunakan untuk menentukan produktivitas sumur gas.
Interpretasi data uji tersebut seringkali cukup sederhana, tetapi dalam beberapa
kasus dapat menjadi rumit.
1,1271 2rh k dp
q gr (6.1)
1000 dr
Dimana
qgr = Laju aliran gas pada radius r, res bbl/hari
r = Jarak radial, ft
150
h = Ketebalan zona, ft
µ = Viskositas gas, cp
k = Permeabilitas formasi, md
p = Tekanan, psi
1,1271 = Konstanta konversi dari satuan Darcy ke field unit
Ekuivalen qgr dalam hal aliran gas pada kondisi standar adalah qbr, dalam
standar cubic feet per hari dan terkait dengan qgr dilihat pada persamaan berikut :
pTb zb
qbr 5,615q gr (6.2)
pbTz
3,9764 10 2 khTb z b dr
p dp (6.3)
qbr pbTz r
3,9764 10 2 khTb z b p r dr
dp
p
(6.4)
qbr pbT pw z rw r
0,703kh p p r
2 dp ln (6.5)
qbT pw z rw
151
Istilah 2 p / z dp dalam Persamaan 6.5 bisa dikembangkan untuk
p
pw
p p p pw p
2 dp 2 dp 2
p
dp (6.6)
pw z po z po z
Istilah 2 p / z dp adalah versi transformasi integral Kirchhoff dan dalam
p
po
konteks ini, disebut "potensial gas nyata" atau "tekanan semu gas nyata (real gas
pseudopressure)". Ini biasanya diwakili oleh m(p) atau ψ. Jadi,
m p 2
p p
dp (6.7)
po z
w ln
0,703kh r
(6.8)
qb T rw
Atau
qb T r
w ln (6.9)
0,703kh rw
Dari Persamaan 6.8 atau 6.9, grafik ψ vs. ln re/rw dapat menghasilkan
garis lurus dengan kemiringan qb T/0,703kh dan memotong ψ w (Gambar 6.1).
Laju aliran diberikan, tepatnya dengan persamaan berikut ini,
152
0,703kh w
qb (6.10)
r
T ln
rw
1422 qT r
w ln (6.11)
kh rw
Dimana q adalah laju produksi gas dalam Mcfd pada 14,7 psia dan 60°F.
Khususnya, ketika r = re, maka
1422 qT re
e w ln (6.12)
kh rw
Gambar 6.1.
re
Grafik vs ln (Steady-State)
rw
(Ikoku, Chi U., 1984)
153
Menentukan volume rata-rata gas nyata pseudopressure dengan persamaan
berikut:
re re
dV 2h rdr
rw rw
(6.13)
re 2 rw 2 h
re
dV
rw
Dan dimana re 2 rw 2 re 2 1 rw 2 / re 2 re 2 kemudian
2
re
2
r dr (6.14)
rw
re
2 1422 qT r
re
2 w ln r dr
re rw
kh rw
Atau
21422 qT r
re
w 2
r ln dr (6.15)
re kh rw rw
re
r r 2 r re 1 r
2
rw rw
re
r ln dr ln dr
2 rw rw rw r 2
r2 r r 2
ln
re
re
2
re
ln
re
re rw
2 2
2 rw rw 4 rw 2 rw 4
2 2
r r r
e ln e e
2 rw 4
w
21422 qT re
2
r
ln e
r
e
2
2 2 rw 4
re kh
154
Atau
1422 qT re 1
w ln (6.16)
kh rw 2
pb qbT 1422 qT
skin s s (6.17)
khTb kh
Atau dalam hal radius lubang sumur rw' karena adanya skin,
rw ' rw e s (6.18)
Dan
1422 qT r
w ln s (6.19)
kh rw
Atau
155
1422 qT r
ln (6.20)
kh rw '
1422 qT re
e w ln s (6.21)
kh rw
Atau
1422 qT re
e w ln (6.22)
kh rw '
Dan
1422 qT re 1
w ln s (6.23)
kh rw 2
Atau
1422 qT re 1
w ln (6.24)
kh rw 2
0,703kh r
2 p dp ln
p
(6.25)
qbT z avg pw rw
Atau
156
0,703kh p 2 pw
2
ln r (6.26)
qbT z avg rw
Nilai yang benar dari (1/µz)avg untuk digunakan dalam Persamaan 6.26
pw
p
adalah 2 p / z / p 2 pw 2 . Hal itu telah ditemukan untuk sebagian gas alam,
nilai (1/µz)avg yang dievaluasi pada tekanan rata-rata aritmatika (p + pw)/2 akan
cukup akurat.
Dari Persamaan 6.26 grafik p2 vs ln r/rw akan menjadi garis lurus dari slope
qbT(µz)avg/0.703kh dan intercept pw2 (Gambar 6.2).
Gambar 6.2.
re
Grafik p2 vs ln (Steady State)
rw
(Ikoku, Chi U., 1984)
2. Metode Tekanan, Metode kedua ini merupakan metode yang bisa dibilang
sebagai metode tekanan biasa untuk menyelesaikan studi kasus yang
berhubungan dengan aliran radial gas untuk memperlakukan gas sebagai
“cairan semu/pseudoliquid” dan diselesaikan dengan persamaan yang biasanya
157
digunakan untuk cairan. Hukum Darcy untuk Persamaan 6.1 dapat ditulis
sebagai berikut:
1,1271 2rh k dp
qb Bg (6.27)
1000 dr
kh 1 r
p
dp ln (6.28)
141,2qb pw B rw
g
Dimana
kh p pw r
ln
141,2qb Bg avg
(6.29)
rw
Nilai yang benar dari 1/µBg untuk digunakan dalam Persamaan 6.29 adalah
p 1 / B dp / p p . Dari Gambar 6.3 dapat dilihat bahwa grafik p vs. ln
pw g
w
r/rw tidak akan berupa garis lurus, tetapi akan cekung ke bawah seperti yang
ditunjukkan garis putus-putus.
158
Gambar 6.3.
re
Grafik p vs ln (Steady State)
rw
(Ikoku, Chi U., 1984)
Garis lurus diprediksi oleh Persamaan 6.29 ditunjukkan oleh garis padat.
Namun, perkiraan ini dapat ditoleransi jika (µBg)avg dievaluasi pada tekanan rata-rata
aritmatika (p + pw)/2.
Dari Persamaan 6.28, tekanan pseudopressure gas nyata m(p) juga dapat
didefinisikan dalam bentuk yang lebih familiar sebagai berikut:
m p o
p 1
dp (6.30)
p Bg
Dimana
pb zT
Bg (6.31)
Tb zbTp
Selanjutnya
159
m p
Tb p
p
dp (6.32)
pb z b T p o
p z p
0,00708 kh p 1
r pw Bg
qb dp (6.33)
ln
rw
1 1 pw 1
pw Bg po Bg po Bg dp
p p
dp dp (6.34)
Atau
1
p
dp w (6.35)
pw B
g
Besaran (ψ-ψw) hanyalah luas di bawah 1/µBg kurva dari p ke pw. ψ adalah
luas daerah di bawah kurva dari p ke p°,dan ψw merupakan luas daerah di bawah kurva
dari Pw ke p°.
Periksa bentuk dasar dari kurva 1/µBg vs. kurva tekanan. Gambar 6.4 adalah
plot dari 1/µBg untuk reservoir gas dengan tekanan penutupan awal 5567 psia. Pada
tekanan tinggi, 1/µBg hampir konstan dan hanya sedikit perubahan terhadap
tekanan. Untuk mempermudah fungsi tekanan dapat dilakukan pendekatan dengan
dua bagian garis lurus yang bertemu kira-kira pada tekanan 2500 psia seperti pada
Gambar 6.5.
160
Gambar 6.4.
Plot Sumur X 1 / g Bg Berdasarkan Data Laboratorium Core PVT
(Ikoku, Chi U., 1984)
1 1
pw Bg dp Bg
p p
dp (6.36)
pw
1 p pw
p
dp (6.37)
pw B Bg
g
Selanjutnya
161
0,00708 kh p p w
qb (6.38)
r Bg
ln
rw
Persamaan 6.38 identik dengan persamaan aliran cairan satu fasa yang biasa
digunakan untuk sumur minyak.
Sekarang periksa fungsi tekanan pada tekanan di bawah 2500 psia. Fungsi
1/µBg dapat didekati dengan persamaan garis lurus:
1
ap b
Bg
1
pw Bg pw
p
dp
p
ap dp
a 2
2
p pw
2
(6.39)
Gambar 6.5.
Perkiraan Plot 1 / g B g
(Ikoku, Chi U., 1984)
Kemiringan (slope) a terhadap b = 0 merupakan 1 / Bg / p , maka selanjutnya :
162
qb
0,00708 kh p 2 p w
2
(6.40)
r
ln Bg
2p
rw
Dari persamaan diatas juga dapat ditulis persamaan lain untuk menentukan
nilai dari productivity index (PI) sumur gas yang setara dengan sumur minyak.
qb 0,703kh
Productivity Index (6.42)
pi pwf
2 2
T z avg ln e
r
rw
Meskipun Persamaan 6.41 diperuntukan pada kondisi tetap, hal ini akan
menggambarkan perilaku sumur gas dengan cukup baik. Pengecualian dengan
formasi yang mempunyai permeabilitas rendah. Setelah menguji sumur pada dua laju
atau lebih, grafik pwf2 vs.qb ditarik untuk tarif ini. Gambar 6.6 mengilustrasikan
grafik (pada koordinat kartesius biasa). Dari gambar tersebut, pi2 diberikan sebagai
nilai pwf2 ketika qb = 0.
Jika titik-titik pada gambar berada pada garis lurus, garis tersebut dapat
diekstrapolasikan menjadi qbmaks pada pwf2= 0. Nilai qb adalah AOFP (Absolute Open
Flow Potential). Maka nilai productivity index dapat ditulis sebagai berikut.
qb
J tan (6.43)
pi p wf
2 2
Jadi, dengan teknik grafis ini, kita dapat memperkirakan pi, hanya ketika nilai
pwf setidaknya tersedia dua laju aliran yang berbeda, memperkirakan potensi Absolute
Open Flow Potential (AOFP), dan memperkirakan productivity index (J)
163
Dalam hal tekanan pseudopressure gas nyata, Absolute Open Flow Potential
(AOFP) dapat dinyatakan dengan:
0,00708 kh
AOF e (6.44)
re
ln
rw
qb
J (6.45)
i w
Gambar 6.6.
Pengujian Sumur Gas Steady-state
(Ikoku, Chi U., 1984)
dp μu
u 2 (6.46)
dL k
164
Dalam beberapa kasus penambahan kecepatan aliran akan memberikan tambahan
persamaan seperti di bawah ini.
dp μu
u 2 2 u 3 (6.47)
dL k
Dimana
= Densitas
Faktor lain yang mempengaruhi aliran gas dalam media berpori adalah efek slip
dari efek Klinkenberg. Hukum Darcy mengasumsikan aliran viskos laminar. Asumsi ini
dilanggar dalam aliran gas ketika slip molekul gas terjadi di sepanjang permukaan
butiran padat. Slip dapat diartikan sebagai pantulan molekul gas pada dinding
bertekanan rendah ketika jalur bebas rata-rata molekul menjadi urutan yang sama
besarnya seperti diameter pori. Permeabilitas penyerapan medium tergantung pada
tekanan yang disebabkan Klinkenberg effect. Pada aliran gas viskos rendah, ketika
Persamaan Darcy menggambarkan perilaku aliran, Klinkenberg menunjukkan bahwa
efek slip dapat dimasukkan ke dalam Persamaan 6.48 sebagai berikut.
b
k a k 1 (6.48)
p
Dimana
ka = Permeabilitas apparent, md
b = Koefisien slip
165
p = Tekanan rata-rata, psia
Efek Klinkenberg hanya penting pada tekanan yang sangat rendah, dengan
demikian jika dilakukan percobaan (tujuan praktik), permeabilitas gas dapat dianggap
konstan.
Untuk aliran horizontal fluida melalui media berpori pada laju alir rendah dan
sedang, penurunan tekanan dalam arah aliran sebanding dengan kecepatan fluida.
Pernyataan matematis dari hubungan ini adalah hukum Darcy, yang untuk aliran radial
adalah sebagai berikut
dp μ
u (6.49)
dr k
Pada laju aliran yang lebih tinggi, selain komponen gaya viskos yang diwakili
oleh persamaan Darcy, ada juga gaya inersia yang bekerja karena percepatan konvektif
partikel fluida dalam melewati ruang pori. Dalam keadaan ini, persamaan aliran yang
sesuai adalah Forchheimer, yang dalam koordinat radial adalah sebagai berkut
dp μ
u u 2 (6.50)
dr k
166
diindikasikan di didekat sumur. Bahkan untuk gas, komponen kecepatan tinggi hanya
signifikan di daerah tertentu terutama daerah terbatas dari tekanan drawdown serta
kecepatan aliran dekat lubang sumur. Oleh karena itu, komponen aliran kecepatan
tinggi secara konvensional termasuk dalam persamaan aliran sebagai tambahan faktor
skin, menghasilkan penurunan tekanan tambahan. Namun, itu tidak konstan tetapi
bervariasi dengan laju aliran. Dengan demikian, komponen kecepatan tinggi dapat
ditangani sebagai gangguan yang tidak tergantung terhadap waktu yang
mempengaruhi persamaan diferensial dasar dengan cara yang sama seperti faktor skin
van Everdingen.
2
q
re
pnon Darcy dr
rw
2rh
2 p q
2
re
non Darcy dr (6.51)
rw z 2rh
pq T g
2
konstan
re
non Darcy dr (6.52)
r h
rw zT 2 2
pq pb qb
= Konstan (qb)
zT Tb
Untuk reservoir isothermal, Persamaan 6.52 menjadi
T g qb 2 dr
re
non Darcy konstan (6.53)
h 2 rw r 2
Karena aliran kecepatan tinggi biasanya terbatas pada daerah di sekitar lubang
sumur di mana kecepatan aliran terbesar, parameter viskositas dalam integral
Persamaan 6.53 biasanya dievaluasi pada tekanan aliran lubang sumur (pwf) dan
167
karenanya bukan merupakan fungsi posisi. Mengintegrasikan Persamaan 6.53
kemudian akan memberikan persamaan berikut ini.
T g q sc 2 1 1
non Darcy konstan (6.54)
w h 2 rw re
Jika Persamaan 6.54 dituliskan dalam satuan lapangan (q dalam Mscf dan β dalam
ft-1) dan mengasumsikan 1/rw > >1/re, maka
12
T g q 2
non Darcy 3,161 10 Fq 2 (6.55)
w h rw
2
1422 qT re 1
w ln s Fq 2 (6.56)
kh rw 2
Atau
1422 qT re 1
w ln s Dq (6.57)
kh rw 2
168
Fkh 15
g q 2 k
D 2,223 10 (6.58)
1422T w hrw
Ini adalah faktor aliran inersia atau turbulen (IT). Dalam representasi
tekanan-kuadrat, persamaan keadaan tetap dengan parameter kecepatan tinggi
dapat ditulis sebagai:
re 3,161 10 T g q z 1 1
12 2
pe p w
2 2
q ln (6.59)
rw h2 rw re
Dimana
1422 Tzq
q (6.60)
kh
Tanda sebelum parameter kedua di sisi kanan Persamaan 6.59 akan negatif
untuk injeksi gas. Dua komponen penurunan tekanan total dapat diidentifikasi dalam
Persamaan 6.59. Parameter pertama adalah komponen aliran Darcy dari penurunan
tekanan; yang kedua adalah komponen non-Darcy atau kecepatan tinggi dari
penurunan tekanan.
Atau
1 1
rw re
Maka
169
p 2 nD Bq2 (6.63)
Dimana
1,563 10 18 g k 2
B = Konstan = (6.64)
2Tzrw
1422 zTq re
pe p w
2 2
ln s Dq (6.65)
kh rw
Efek non-Darcy atau kecepatan tinggi adaah signifikan. Hal ini umumnya
menjadi studi kasus untuk aliran gas ke dalam lubang sumur dan persamaan yang
menjelaskan fenomena aliran non-Darcy harus digunakan. Tidak jarang komponen
aliran kecepatan tinggi dari penurunan tekanan melebihi komponen aliran Darcy.
170
permintaan pembeli serta memberikan informasi untuk digunakan dalam memprediksi
kemampuan produksi jangka panjang sumur di bawah serangkaian keadaan tertentu.
Hanya tes untuk tujuan prediksi yang akan dipertimbangkan di bagian ini.
Uji deliverabilitas dilakukan pada sumur baru dan secara bertahap pada sumur
lama. Biasanya, pengujian dilakukan hanya pada siang hari (alasan keamanan).
Keseluruhan Jadwal tes mungkin memakan waktu beberapa hari. Di bawah pengujian
waktu yang relatif singkat, perilaku reservoir/sumur seringkali bersifat sementara,
yaitu, tekanan atau laju aliran berubah seiring berjalannya waktu. Karakteristik yang
diinginkan untuk prediksi jangka panjang (satu sampai dua tahun) pada dasarnya harus
nontransient (steady state atau pseudo-steady state). Dengan demikian, esensi dari
pengujian deliverabilitas adalah untuk melakukan tes jangka pendek yang dapat
berhasil digunakan untuk memprediksi perilaku jangka panjang.
171
Gambar 6.7.
Grafik Δp2vs q untuk Uji Konvensional
(Ikoku, Chi U., 1984)
Berdasarkan sejumlah besar pengamatan empiris, Rawlins dan Schellhardt
mengungkapkan bahwa hubungan antara laju alir dan tekanan dapat dinyatakan
sebagai berikut.
q C pR pwf
2
2 n
(6.66)
Dimana
172
n = eksponen yang menggambarkan kebalikan dari kemiringan kurva
deliverabilitas yang distabilkan
atau
n = tan θ
Garis lurus yang ditunjukkan pada Gambar 6.7 adalah perkiraan dari perilaku
produksi yang sebenarnya. Idealnya kurva harus sedikit cekung dan memiliki
kemiringan satuan (θ = 45°) pada laju aliran rendah dan kemiringan agak lebih besar
pada laju aliran tinggi. Perubahan kemiringan hasil dari peningkatan turbulensi di
sekitar lubang bor ditambah perubahan faktor skin tentunya akan memengaruhi
kurva. Hal ini tentunya bergantung pada laju alir seiring dengan meningkatnya
produksi. Praktik yang sering digunakan dalam penyelesaian kasus seperti ini adalah
dengan menggunakan kurva deliverabilitas garis lurus. Secara umum, eksponen tidak
akan berkisar antara sekitar 0,5 dan 1,0. Titik-titik pada kurva tekanan balik harus
diplot pada kertas grafik log-log skala yang sama. Penarikan garis lurus tentunya
tergantung dari plot titik-titik pada grafik log-log tersebut
Nilai eksponen n dalam persamaan tekanan balik (back-pressure) atau
persamaan deliverabilitas gas (Persamaan 6.66) dapat ditentukan dari kemiringan
garis lurus (slope) atau dengan mengganti nilai q baca langsung dari hubungan
garis lurus bukan pada titik data dan nilai pR pwf
2 2
yang sesuai dalam
log q2 log q1
n
log p R
2
p wf 2 log p R p wf 1
2 2 2
(6.67)
q
C
p
(6.68)
2 n
p wf
2
R
173
Koefisien tersebut juga dapat ditentukan dengan menarik garis lurus yang
berhubungan parameter pR pwf = 1 dan membaca nilai yang sebanding pada
2 2
Setelah mengetahui tentang uji deliverabilitas gas, maka perlu diketahui juga
jenis atau metode dari uji deliverabilitas gas. Adapun terdapat 3 metode uji
deliverabilitas yang diketahui yaitu flow after flow test (juga disebut uji multipoint),
isochronal test, dan modified isochronal test. Pengujian ini memberikan kurva
tekanan balik atau kurva deliverabilitas yang stabil yang dapat mewakili
karakteristik aliran ke dalam sumur selama periode waktu yang relatif lama (satu
hingga dua tahun) ketika sumur memiliki volume drainase yang stabil.
Gambar 6.8.
Diagram Laju Alir dan Tekanan pada Pengujian Flow After Flow/ Back
Pressure Test
(Chaudhry, A. U., 2003)
174
Gambar 6.9 dan 6.10 lebih mewakili apa yang terjadi dalam pengujian yang
sebenarnya. Angka-angka ini menunjukkan bahwa laju aliran tidak perlu konstan
selama periode aliran. Pengujian Flow-after-flow dimulai dari kondisi tertutup
setelah itu serangkaian aliran yang terus meningkat (urutan normal) atau aliran yang
menurun (urutan terbalik) pada sumur. Tidak ada periode penutupan (atau sangat
kecil) yang terjadi di antara masing-masing aliran. Waktu aliran biasanya tidak
tetap atau tergantung dari perusahaan.
Gambar 6.9.
Pengujian Flow After Flow pada Kondisi Normal
(Ikoku, Chi U., 1984)
Kata kunci dalam uji tekanan balik konvensional adalah stabil. Istilah ini
berasal dari identifikasi untuk tujuan praktis, tekanan tidak lagi berubah terhadap laju
alir. Dengan kata lain, kemiringan pwf vs kurva waktu adalah kecil. Dengan asumsi
175
bahwa kondisi stabil dipenuhi selama setiap periode tes, tes dapat dianggap valid
seolah-olah telah melakukan isochronal test yang benar. Kurva deliverabilitas yang
dihasilkan adalah kurva deliverabilitas yang stabil dan secara langsung dapat
diterapkan pada perhitungan (AOF).
Gambar 6.10.
Pengujian Flow After Flow pada Kondisi Terbalik (Reverse)
(Ikoku, Chi U., 1984)
176
S g g re 2
t s jam 1000 (6.69)
kp R
Dimana
= Porositas, fraksi
µg = Viskositas gas, cp
Jika pengurasan suatu sumur mencapai 160 hektar, waktu stabilisasi akan
menjadi 1/16 berdasarkan angka pada tabel diatas. Kurva performance yang
177
berbeda dapat diperoleh pada sumur yang sama dari uji multipoint baik mengalami
kenaikan atau penurunan serta isochronal test ditunjukkan oleh hasil yang tertera
pada Gambar 6.11. Hasil ini biasanya terbatas pada pengujian yang dilakukan di
reservoir dengan permeabilitas rendah.
Gambar 6.11.
Kurva Performance. Kurva A : 24 Jam, Sequance balik dari back-pressure
test (slope = 1,097). Kurva B : 24 jam, Sequance normal dari back-pressure
test (slope = 0,701). Kurva C : 24 jam, Sequance normal dari back-pressure
test (slope = 0,776). Kurva D : 24 jam, Kurva performance dari isochronal
test (slope = 0,867)
(Ikoku, Chi U., 1984)
178
diperoleh saat kondisi transien berlaku. Isochronal test dapat diilustrasikan pada
Gambar 6.12. Berdasarkan gambar tersebut, isochronal test melibatkan flowing
sumur pada beberapa laju alir, diselingi dengan periode dimana sumur ditutup
(shut-in). Waktu penutupan sumur harus cukup lama untuk mencapai tekanan
reservoir atau dengan kata lain untuk kembali ke kondisi tekanan rata-rata reservoir.
Satu hal penting yang perlu diketahui dari metode ini adalah bahwa flowing bottom-
hole pressure diukur pada beberapa waktu setelah sumur dibuka (ditunjukkan oleh
1, 2, 3, 4). Waktu aliran pada pengujian ini harus sama di setiap periode aliran, oleh
karena itu dinamakan isochronal. Dalam periode aliran 2 jam, waktu untuk
menentukan tekanan aliran yang mungkin adalah (1) = 30 menit, (2) = 60 menit, (3)
= 90 menit, (4) = 120 menit.
Gambar 6.12.
Diagram Laju Alir dan Tekanan pada Isochronal Test
(Chaudhry, A. U., 2003)
179
Biasanya, nilai eksponen hampir sama, tetapi koefisien performance akan
berkurang seiring berjalannya waktu, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6.14.
Extended flow pada titik 5 juga diplot dan kurva deliverabilitas dari garis miring
ditarik melaluinya.
Gambar 6.13.
Δp2 vs q pada Isochronal Test
(Chaudhry, A. U., 2003)
180
Gambar 6.14.
Grafik Log C vs Log t untuk Isochronal Test
(Ikoku, Chi U., 1984)
181
sebagai uji laju alir konstan atau tekanan flowing konstan. Faktanya, banyak uji
sumur gas permeabilitas rendah yang menunjukkan penurunan laju alir yang
signifikan pada pengujiannya terutama kasus tekanan lubang sumur yang benar-
benar konstan dan harus dianalisis. Laju alir konstan tidak diperlukan untuk
isochronal test yang valid (Gambar 6.15).
Gambar 6.15.
Isochronal Test Normal
(Ikoku, Chi U., 1984)
182
test yang sebenarnya tidak praktis untuk menguji banyak sumur gas. Persyaratan
beberapa kondisi stabil ini dikurangi dengan menggunakan metode modified
isochronal test.
Gambar 6.16.
Diagram Laju Alir dan Tekanan untuk Modified Isochronal Test
(Chaudhry, A. U., 2003)
Dengan prosedur di atas, eksponen n diperoleh dari grafik p ws2 - pwf2 vs.
q pada grafik log-log (kurva deliverabilitas transien). Kurva deliverabilitas stabil
diperoleh dengan menggambar garis paralel melalui titik [(pR2-pwfs2), q5]. Hal ini
diilustrasikan pada Gambar 6.17.
183
Gambar 6.17.
Δp2 vs q untuk Modified Isochronal Test
(Chaudhry, A. U., 2003)
184
bawah kondisi ini dapat memiliki perilaku tekanan yang mengalir sebagai fungsi dari
√𝑡, transisi atau In t, masing-masing untuk kecepatan aliran yang berbeda.
Gambar 6.18.
Modified Isochronal Test
(Ikoku, Chi U., 1984)
185
tekanan balik kepala sumur yang menentukan kemampuan deliverabilitas
maksimum kepala sumur.
Setelah garis stabil pada plot tekanan balik terbentuk, deliverabilitas plot
dapat dibuat. Agar berguna, plot deliverabilitas biasanya dibuat dengan membagi
tekanan kepala sumur versus laju aliran gas (Gambar 6.19). Plot tekanan balik
kepala sumur dapat dibuat dari pengukuran tekanan kepala sumur atau tekanan
kepala sumur yang dihitung dari sand-face pressure.
Dua titik pada plot deliverabilitas biasanya diketahui: laju aliran gas
maksimum (qmax) yang terjadi pada sand-face pressure bernilai nol serta tekanan
pada laju aliran nol yang dapat ditentukan sebagai tekanan reservoir rata-rata (PR).
Titik-titik ini diwakili oleh A dan B pada Gambar 6.19. Di antara titik-titik ini laju
aliran gas q ditentukan. PR2-Pwf2 ditentukan dari plot tekanan balik yang distabilkan;
jadi pwf dapat dihitung untuk q. Ini dilanjutkan sampai poin yang cukup diperoleh
untuk membuat plot deliverabilitas.
Gambar 6.19.
Plot Kurva Deliverabilitas
(Ikoku, Chi U., 1984)
186
6.3.5. Koefisien C dan Eksponen n
Koefisien kinerja C dapat dianggap sebagai intersep yang sama dengan q ketika
perbedaan istilah tekanan-kuadrat sama dengan satu. Untuk sumur gas permeabilitas
tinggi yang stabil dengan cepat, C tidak berubah secara signifikan dengan waktu. Oleh
karena itu, kurva tekanan balik awal dapat digunakan untuk memperkirakan kapasitas
aliran selama umur sumur dalam waktu tertentu. Sebenarnya, koefisien performance
akan berubah dengan tekanan dan laju aliran. Viskositas gas (µ) dan faktor deviasi gas
(z) bergantung pada tekanan. Faktor skin bergantung pada variasi laju aliran gas.
Pengaruh variasi dalam istilah-istilah ini pada nilai C harus dipertimbangkan untuk
prediksi jangka panjang yang akurat dari q, terutama di reservoir permeabilitas
rendah di mana variasi Dq dengan q mungkin besar.
Gambar 6.20.
Kurva Penurunan Laju Alir Terhadap Waktu
(Ikoku, Chi U., 1984)
187
Persamaan 6.66 menurun seiring berjalannya waktu selama periode aliran pendek
(Gambar 6.21). Sumur dengan karakteristik ini memiliki serangkaian kurva
tekanan balik dengan waktu aliran sebagai parameter (Gambar 6.22). Pada
reservoir dengan permeabilitas rendah, diperlukan waktu yang lebih lama untuk
stabilisasi. Penting untuk membandingkan kurva 24 jam dengan kurva sebelumnya
untuk menentukan apakah akan ada pergeseran besar dalam kurva tekanan balik
terhadap waktu. Jika pergeseran besar, kapasitas seperti yang ditunjukkan oleh tes
deliverabilitas harus ditentukan dengan pengujian lebih lanjut sehingga akan
memprediksi kinerja yang baik dan lebih akurat.
Gambar 6.21.
Kurva Perubahan Nilai Koefisien C terhadap Waktu
(Ikoku, Chi U., 1984)
Umumnya, nilai eksponen n berkisar antara 0,5 hingga 1,0. Sumur gas dengan
permeabilitas rendah biasanya akan menghasilkan kurva bottom hole back-pressure
dengan nilai n lebih mendekati 1,0, sementara sumur gas permeabilitas tinggi
menghasilkan nilai n lebih mendekati 0,5 (Gambar 6.23). Di bawah kondisi near-
188
steady, eksponen 0,5 dan 1,0 masing-masing mewakili aliran turbulen dan laminar dalam
media berpori. Namun, jika ada pengaruh waktu yang cukup besar antara titik-titik yang
berurutan pada pengujian tekanan balik, kurva dapat memiliki kemiringan yang berbeda
dan nilai n tentunya tampak berbeda (Gambar 6.24). Eksponen kurang dari 0,5 yang
dihasilkan dari pengujian tekanan balik dapat disebabkan oleh akumulasi fluida di dalam
lubang sumur. Eksponen yang tampaknya lebih besar dari 1,0 mungkin disebabkan oleh
pemindahan fluida dari sumur selama pengujian atau dengan membersihkan formasi di
sekitar sumur, seperti membersihkan fluida pemboran atau sisa stimulasi. Selain itu, uji
tekanan balik yang dijalankan dalam urutan laju penurunan dapat menunjukkan
eksponen lebih besar dari 1,0 untuk sumur di reservoir slow-stabilizing. Data yang tak
menentu dari titik yang tidak teratur dari uji back-pressure kemungkininan hasil dari
kasus tersebut.
Gambar 6.22.
Pergeseran Kurva Back Pressure Terhadap Waktu
(Ikoku, Chi U., 1984)
189
Umumnya, kemiringan plot tekanan balik disebabkan karena indikasi dari
lubang sumur dan skin damage. n = 1 (θ = 45°) menyiratkan sedikit atau tidak ada
kerusakan/ skin di lubang sumur. Saat n menurun menuju 0,5 (θ menurun menuju 26,5°)
lubang sumur dan skin damage meningkat. Jika n berada diantara kisaran 0,5 hingga 1,0
(26,5 ° < θ < 45 °), data uji sumur mungkin salah karena pembersihan yang tidak memadai
atau liquid loading di sumur gas.
Gambar 6.23.
Pengaruh Laju Alir Terhadap Nilai n
(Ikoku, Chi U., 1984)
190
Gambar 6.24.
Ilustrasi dari Variasi Nilai n Karena Pengaruh Waktu Selama Back Pressure
Test
(Ikoku, Chi U., 1984)
Contoh 6.1.
191
Tabel VI-2.
Tabulasi Pengukuran Laju Alir Sumur GTA-1
(Laboratorium POD, 2020)
Tabel VI-3.
Tabulasi Pengukuran Tekanan Sumur GTA-1
(Laboratorium POD, 2020)
Solusi
Sebelum menentukan nilai n maka terlebih dahulu memplot data pada grafik
yang ditampilkan pada Gambar 6.25. Pada Gambar 6.25 dilakukan plot 2 data
yang berbeda yaitu pada kondisi transient (warna biru) dan extended flow (warna
oranye). Jika sudah diplot, maka menentukan analisa dari uji deiverabilitas dengan
menggunakan metode konvensional (Rawlins-Schellhardt). Penentuan garis
dilakukan dua kali yatu pada daita transient dan extended flow seperti pada
Gambar 6.26.
192
Plot Titik Uji Deliverabilitas Sumur GTA-1
10
1
dP2, MMpsia
0
0.1 1 10 100
Q Gas, MMScfd
Gambar 6.25.
Plot Titik Uji Deliverabilitas Gas
Extended
Flow
1
dP2, MMpsia
0.1
0.01
0.1 1 10 100
Q Gas, MMScfd
Gambar 6.26.
Garis Plot Pada Titik Uji Deliverabilitas Gas
193
Berdasarkan Gambar 6.26. plot kurva deliverabilitas Q vs dp2 Sumur GTA-
1 selanjutnya dilakukan penarikan garis untuk menghitung nilai n dan C (pada garis
yang melalui titik-titik berwarna biru/transient). Perhitungan nilai n, C, dan AOFP
dapat dilakukan seperti dibawah ini.
Tabel VI-4.
Data Perhitungan Faktor Turbulensi Sumur GTA-1
Qg dP2
MMscfd MMpsia2
1 0,042
10 0,63
Qsc
C
Pws 2
Pwf 2
n
194
C
5,413 10
3
0,0845 Mscfd/Psia 2
0,45 10
6 0,85
Jadi, nilai AOFP pada sumur GTA-1 adalah sebesar 18,45 MMscfd
Selain dengan perhitungan diatas, penentuan nilai AOFP juga dapat
ditentukan melalui garis pada extended flow dimana pada dp2 diasumsikan nilai Pwf
= 14,7 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6.27. Jika nilai Pws = 1380 dan Pwf
= 14,7, maka nilai dp2 adalah sebesar 1,9 MMpsia.
1,9
1
dp2, MMpsia
0.1
195
Metode pembacan nilai AOFP memalui pembacaan garis extended flow
pada kurva deliverabilitas biasanya digunakan untuk validasi hasil nilai AOFP yang
telah diperoleh melalui hasil perhitungan.
dp dV
cV qb (6.70)
dt dt
Dimana
dp
qb re hc
2
(6.71)
dt
Pada radius r berapa pun, laju aliran akan sebanding dengan keadaan
volume di luar radius r, dengan demimkian persamanya dapat ditulis sebagai
berikut.
qbr re r 2 hc
2
dp
dt
(6.72)
qb re rw hc
2 2
dp
dt
(6.73)
2 2
Mengabakan nilai rw karena terlalu kecil dibandingkan dengan re ,
qbr r 2
1 2 (6.74)
b re
q
196
Gambar 6.28.
Aliran Semi-Steady State
(Ikoku, Chi U., 1984)
3,9764 10 2 khTb zb r 2 dr
p dp 1 2 (6.75)
qb pbTz re r
0,703kh p p r 1 r
2 dp dr (6.76)
pw z
qbT
rw r re
Atau
1 r 2 rw
2
0,703kh
w ln 2
r
(6.77)
qb T rw re 2 2
2 2 2
rw / re dapat diabaikan dibandingkan dengan r 2 / re , sehingga
2
0,703kh
w ln r 1 r (6.78)
qb T rw 2 re
Atau
197
1422 qT r 1 r
2
w ln (6.79)
kh rw 2 re
Dimana q merupakan laju alir gas dalam Mscfd. Dalam kasus tertentu
dimana r = re, maka,
1422 qT re 1
e w ln (6.80)
kh rw 2
re
dV 2
re
rw
r dr (6.14)
re 2 rw
dV re
rw
2 1422 qT re r r 2
kh rw rw 2re 2
w 2
ln r dr (6.81)
re
Jika dalam bentuk integral, maka persamaan dapat dievaluasi dalam bentuk
sebagai berkut :
r r rw
2 2 2 2 2
r r r r r
re
r ln dr e ln e e e ln e e
rw rw 2 rw 4 2 rw 4
Istlah kedua dalam integral persamaan diatas dapat diberikan dalam bentuk
berikut
re rw
4 4 2
r3 re
rw 2re 2 dr 8re 2 8
re
198
2 1422 qT re re
2 2 2
re re
w 2 ln
re kh 2 rw 4 8
Atau
1422 qT re 3
w ln (6.82)
kh rw 4
1422 qT r r2
w ln s Dq (6.83)
kh rw 2re 2
1422 qT re 1
e w ln s Dq (6.84)
kh rw 2
1422 qT re 3
w ln s Dq (6.85)
kh rw 4
q
703 10 6 kh pR pwf
2 2
(6.86)
r 3
T z qvg ln e s'
rw 4
Dimana
s' s Dq (6.87)
199
nilai skin factor s', grafik s' vs. q digambar pada Gambar 6.29 dan garis lurus
digambar melalui titik-titik tersebut. Ketika q = 0, nilai skin factor sebenarnya
terbaca. Kemiringan garis lurus memberikan nilai faktor aliran inersia/turbulen
(D). Jika s positif maka terdapat kerusakan. Jika s negatif maka sumur telah
dilakukan perbaikan misalnya dengan melakukan stimulasi. Nilai s dapat berkisar
dari -5 hingga +25. Jika s'1 dan s'2 sama untuk dua pengujian drawdown atau build
up, maka D = 0 dan aliran berkecepatan tinggi dapat diabaikan.
Gambar 6.29.
Skin Tampak Terhadap Laju Alir
(Ikoku, Chi U., 1984)
200
BAB VII
Produksi antara minyak dan gas berbeda bukan hanya karena perbedaan
karakteristik secara fisik, namun juga alasan ekonomi. Produksi dari lapangan
minyak dapat menjadi sebuah pengembangan yang optimal serta dapat disimpan di
dalam tanki. Akan tetapi gas reservoir selalu langsung terhubung pada konsumen
melalui pipa. Ini berarti bahwa gas tidak dapat disimpan dan tentunya lapangan gas
atau sumur gas dapat berproduksi dikarenakan adanya pembeli (buyer). Jika tidak
ada pembeli maka kegiatan produksi gas tersebut biasanya dihentikan atau sumur
gas ditutup. Perbedaan besar lainnya adalah lapangan minyak dapat berkembang
secara bertahap. Pengembangan lapangan minyak tentunya dilakukan dengan
beberapa metode produksi dalam jangka waktu tertentu sehingga banyak upaya
yang dilakukan terutama metode produksi yang dilakukan di lapangan minyak
asalkan lapangan minyak tersebut terus berproduksi.
Produksi lapangan gas tidak dapat dimulai sampai Perjanjian Jual Beli Gas
(PJBG) telah disetujui. Parameter dasar yang dibutuhkan untuk menentukan pola
pengembangan lapangan yang optimum harus diketahui terlebih dahulu sebelum
pengembangan lapangan dimulai. Oleh karena itu, perencanaan pola
pengembangan lapangan gas berhubungan dengan kontrak penjualan gas serta
bertanggung jawab atas banyak ketidakpastian. Satu hal lagi yaitu bahwa produksi
lapangan gas itu harus plateau dengan besar rate produksi yang sudah sesuai
dengan perjanjian kontrak dengan konsumen selama rentang waktu tertentu. Dan
jika suatu saat terjadi penurunan laju alir maka diperlukan upaya untuk dapat
menangani serta mengatur rate (menaikkan rate) sesuai dengan besarnya gas yang
diminta oleh konsumen. Jika tidak sesuai maka perusahaan akan dikenakan pinalty
oleh konsumen.
Model perencanaan pengembangan yang optimum untuk lapangan gas alam
selalu tergantung pada karakteristik fisik fluida dan batuan pada reservoir gas
tersebut. Hal ini merupakan data dasar yang dapat diolah untuk dapat menentukan
201
parameter lanjutan lainnya untuk menambah kepastian dari pengembangan
lapangan gas sebelum kontrak dengan konsumen. Parameter lanjutan tersebut
misalnya penentuan karakteristik fluida dengan berbagai tekanan berdasarkan
kompoen fluida gas yang diketahui pada lapangan tersebut. Selain itu juga dapat
menentukan cadangan gas sisa serta kemampuan suatu sumur produksi gas
(Absolute Open Flow Potential).
Satu perhatian mengenai suplai gas alam adalah dimana seorang engineer
harus dapat menentukan dan memprediksi bagaimana caranya agar gas yang
disuplai dapat sampai kepada konsumen melalui beberapa pertimbangan. Hal ini
penting mengingat besarnya jumlah gas yang disuplai adalah harus sesuai dengan
kontrak dengan konsumen sebelumya. Prediksi ini penting dilakukan misalkan
lapangan gas tersebut berproduksi gas dari beberapa sumur dan mempertimbangan
bagaimana dari beberapa sumur tersebut sampai ke titik penjualan. Gas harus
sampai pada titik ini melalui pipa utama pada tekanan yang spesifik. Elemen-
elemen pada seluruh sistem produksi gas harus meliputi aliran melalui reservoir ke
lubang sumur, mengalir melalui production string pada sumur, mengalir melalui
area surface facilities dan peralatan pengolahan, kompresi gas, dan akhirnya
mengalir melaui sebuah pipa menuju ke titik penjualan.
202
Jumlah cadangan gas in place jika menggunakan peta harus bisa
diperkirakan, dan ini merupakan perhitungan yang dibutuhkan untuk penentuan
total volume kotor batuan yang mengandung gas. Untuk menentukan cadangan
secara volumetrik tentunya harus diketahui besarnya nilai porositas pada reservoir
tersebut. Asumsi porositas ini adalah pori yang mengandung fluida baik gas
ataupun air (saturasi air). Porositas dapat dihitung dengan coring atau logging pada
sumur yang telah dibor. Penentuan porositas dengan coring atau logging tentunya
ditentukan pada sumur yang sekiranya prospek melalui kandungan hidrokarbon
yang ditemukan baik melalui core atapun pembacaan chart log. Nilai porositas ini
biasanya mewakili untuk perhitungan-perhitungan selanjutnya. Ada dua
kemunginan jika coring atau logging dilakukan hanya sekali (pada satu sumur saja)
maka nilai porositas itu disebut sebagai refrensi. Jika coring atau logging dilakukan
di beberapa sumur maka nilai porositas yang diperoleh adalah porositas rata-rata.
Jumlah total gas in place sekarang dapat dihitung dengan mengalikan
volume gross batuan oleh porositas dan saturasi gas (setara dengan satu minus
saturasi air). Hasil dari tiga nilai tersebut memberikan volume gas pada kondisi
reservoir, yaitu pada tekanan dan temperatur reservoir. Volume tersebut harus
diubah menjadi kondisi standar. Namun tidak mewakili jumlah gas secara ekonomi.
Untuk tujuan ini maka recovery factor harus diketahui. Perkiraan nilai recovery
factor tentunya dibutuhkan untuk dapat mengetahui kinerja produksi reservoir pada
lapangan gas tersebut.
203
90% dari gas in place. Ini merupakan gambaran rata-rata untuk tipe reservoir
depletion.
Sebenarnya, sering kali reservoir gas ditutupi air, seperti tekanan gas dalam
reservoir mulai turun, air akan mulai mengalir dan memasuki reservoir gas. Hal ini
disebut sebagai water encroachment (produksi karena water drive) akan menambah
tekanan reservoir menjadi lebih besar atau kecil. Gambar 7.1. mengindikasikan
tiga tipe water drive yang terdiri dari weak water drive lemah, moderate water drive
sedang, dan strong water drive kuat.
Gambar 7.1.
Natural Gas Recovery
(Ikoku, Chi U., 1984)
204
tidak dapat mendorong semua gas yang terdapat di dalam pori-pori batuan. Jumlah
yang cukup besar terperangkap oleh gaya kapiler dalam pori batuan yang dilewati
dan tertinggal. Gas ini merupakan residual gas (gas sisa) dan dinyatakan sebagai
persentasi dari volume pori yang terisi gas, berkisar antara 40-20%.
Gambar 7.1. mengindikasikan bahwa strong water drive dimana tekanan
memengaruhi nilai awal produksi karena adanya efek pendesakan, hal ini tidak
mungkin untuk recovery lebih dari 60% dari gas in place jika saturasi residual gas
sebesar 40%. Hal ini lebih kecil dibandingkan reservoir depletion dengan recovery
sekitar 80% sampai 90%. Jika water drive menurun dengan drastis, nilai ultimate
recovery akan lebih tinggi. Faktanya, ultimate recovery dengan weak water drive
yang mungkin akan sedikit lebih tinggi daripada kasus reservoir depletion.
Kekuatan dari water drive tergantung pada prinsip tiga faktor yaitu
permeabilitas, ukuran reservoir, dan waktu. Permeabilitas adalah kemampuan suatu
batuan untuk dapat meloloskan fluida. Melalui pembentukan dengan permeabilitas
tinggi, aliran gas relatif mudah walaupun terjadi pada penurunan tekanan. Ketika
melalui pembentukan permeabilitas rendah bahkan penurunan tekanan tinggi akan
menghasilkan laju aliran yang rendah. Hal yang sama berlaku untuk air yaitu
permeabilitas rendah, semakin kecil kemungkinan adanya strong water drive.
Kekuatan water drive tergantung pada ukuran reservoir. Semakin besar
reservoir maka semakin lemah tenaga pendorongan airnya. Hal ini disebabkan
volume air dibutuhkan untuk mengatur tekanan tergantung pada luas bidang, seperti
pada lingkaran, sebanding dengan jari-jari kuadrat. Keliling seperti itu harus dilalui
oleh air, berbanding lurus dengan radiusnya. Akibatnya, jumlah masuknya air
dalam periode waktu tertentu dan untuk penurunan tekanan tertentu secara kasar
sebanding dengan jari-jari. Jumlah air yang dibutuhkan untuk mempertahankan
tekanan reservoir pada tingkat tertentu selama periode waktu tertentu dinyatakan
sebagai sebagian kecil dari volume reservoir akan sebanding dengan kebalikan dari
kuadrat jari-jari.
Kekuatan water drive juga tergantung pada faktor waktu. Air
membutuhkan waktu untuk mengalir ke reservoir. Jika tingkat produksi yang
tinggi dipertahankan dari lapangan, sejumlah besar rembasan air diperlukan
205
selama periode waktu yang singkat, akibatnya water drive mungkin lemah.
Namun, lapangan yang sama dengan tingkat produksi yang rendah mungkin
memiliki strong water drive di reservoirnya.
Gambar 7.2.
Uji Produksi Gas Terhadap waktu
(Ikoku, Chi U., 1984)
206
terjadi dengan cepat sehingga laju alir produksi yang sesuai dengan kontrak (qc)
dapat terpenuhi. Pengembangan lapangan mencakup pemboran infill atau stepout,
dan/atau instalasi untuk kompresi di lapangan jika diperlukan untuk memenuhi
tekanan pengiriman melalui pipa menuju konsumen.
Pada waktu t1, kapasitas produktif biasanya agak lebih besar dari qc. Pada
beberapa waktu kemudian, katakanlah t2, kapasitas produksi reservoir dengan
fasilitas produksi yang ada menurun terhadap qc dan jika ditinjau dari segi ekonomi
yang cukup, program pemboran tambahan atau pemasangan instalasi kompresi
tambahan dapat dilakukan untuk mempertahankan qc selama waktu kontrak.
Insentif ekonomi biasanya memaksimalkan keuntungan terhadap lamanya waktu
proyek. Ketika pada waktu t3 tingkat produksi terus menurun terhadap waktu dan
akhirnya sampailah pada batas waktu t4, maka dapat dikatakan laju alir produksi
sudah mencapai economic limit atau rate abandonment (qa). Ketika lapangan
tersebut sudah mencapai batas produksi ini (qa) maka produksi akan dihentikan dan
lapangan tersebut akan ditutup karena dianggap sudah tidak prosek lagi untuk
dikembangkan lebih lanjut. Faktor lain yang dapat mempengaruhi abandonment
adalah masalah produksi dan kemungkinan produksi gas jangka pendek yang tidak
ekonomis untuk dipertahankan.
207
peralatan akan meningkat. Jadi, pada laju rendah, laju aliran sumur mungkin dibatasi
oleh kapasitas peralatan. Pada kasus lain, bisa dikatakan reservoir akan berproduksi
pada tingkat yang melebihi kapasitas peralatan.
Untuk satu set peralatan tertentu, tekanan pipeline dan keadaan depletion
reservoir ada beberapa tingkat maksimum yang dapat diproduksi; ini diwakili oleh
perpotongan dua kurva kapasitas. Pada titik ini aliran reservoir menghasilkan tekanan
lubang dasar sumur yang sesuai dengan penurunan tekanan yang dibutuhkan untuk
mengalir melalui peralatan produksi. Bagaimanapun juga, kapasitas sumur yang akan
diproduksi dibatasi oleh reservoir atau peralatan.
Gambar 7.3.
Contoh Hubungan Antara Reservoir dan Kapasitas Peralatan
(Ikoku, Chi U., 1984)
208
Suppliers peralatan umumnya dapat memasok kapasitas pemisah, dehidrator,
dan peralatan lainnya. Pada pembahasan ini, yang akan dijelaskan mengenai
kapasitas peralatan produksi yaitu pada peralatan tubing/casing serta kompresor.
D 5 pwf 2 e5 ptf 2
q 200.000
s 0, 5
g T zfH e 1
5
(7.1)
Dimana
q = Laju aliran gas, kaki kubik per hari, diukur pada 14,7 psia dan 60°F
z = Faktor deviasi gas pada temperatur rata-rata aritmatika dan tekanan rata-
rata aritmatika
T = Temperatur rata-rata aritmatika dasar sumur dan kepala sumur, °R
f = Faktor gesekan pada temperatur dan tekanan rata-rata aritmatika
γg = Berat jenis gas (udara = 1)
D = Diameter alat, inchi
pwf = Tekanan lubang bawah sumur keadaan flowing, psia
ptf = Tekanan kepala sumur, psia
s = 2γgH/53,34 T z = 0,0375 γg H/ T z
H = Perbedaan ketinggian antara ptf dan pwf, kaki
qh
18,062Tb
p12 p2 2 D16 / 3
0,5
(7.2)
pb g TLz
Atau
209
q
2
433,49Tb p1 p2 D16 / 3
2
0,5
(7.3)
pb g TLz
Dimana
L = Panjang flowline, m
qh K ptf psuc
2 2
(7.4)
Dimana
210
7.2.3. Kapasitas Kompresor
Untuk kompresi adiabatik satu tahap, horsepower yang dibutuhkan dapat
dihitung dari persamaan termodinamika. Horsepower adiabatik yang diperlukan
dalam mengompresi 1 MMscfd gas alam untuk beberapa kondisi tertentu dapat
ditulis sebagai berikut:
Dimana
Tb = Temperatur dasar, °R
BHP
hp/MMscfdq (7.6)
E
Dimana
E = Efisiensi keseluruhan
211
0, 5394 0, 4606
p12 p2 2 1
1, 087
T
q 435,87 E b D 2,6182 (7.7)
TLz g
pb
Dimana
212
jumlah sumur yang cukup telah dibor untuk memberikan tingkat produksi yang
diperlukan. Dengan bertambahnya jumlah sumur, penentuan laju alir gas yang
dibutuhkan per sumur akan dapat dikurangi (guna memperpanjang umur dari
sumur produksi). Perlu diingat bahwa dengan bertambahnya jumlah sumur,
kapasitas produksi setiap sumur pada kondisi depletion tetap akan sedikit
meningkat karena setiap sumur akan mengalirkan volume reservoir yang lebih
kecil.
Akibatnya, masalah ini harus diselesaikan dengan coba-coba. Dengan
keadaan depletion yang ditentukan oleh lamanya kontrak dan laju alir total
reservoir, tekanan rata-rata atau tekanan pada batas drainase eksternal setiap sumur
dapat ditentukan.
Gambar 7.4.
Kurva Kapasitas Antara Reservoir dan Peralatan
(Ikoku, Chi U., 1984)
Jika jumlah sumur diasumsi, laju alir per sumur akan diasumsikan karena
kontrak menetapkan laju alir total reservoir. Berdasarkan laju per sumur, tekanan
lubang dasar sumur yang diperlukan untuk memasok laju alir tersebut dari kurva
deliverabilitas dapat ditentukan. Kemudian, tekanan lubang dasar sumur ini dapat
213
digunakan dengan kurva kapasitas peralatan untuk menentukan apakah kapasitas
peralatan dapat memasok laju per sumur yang diperlukan pada tekanan lubang dasar
sumur.
1. Setiap saat, tentukan jumlah total gas yang dihasilkan sejak awal produksi dengan
menggunakan Gambar 7.5.
2. Tentukan tingkat produksi sumur yang sesuai pada tekanan tubing head yang
diberikan dari Gambar 7.6.
214
3. Bagilah laju produksi lapangan dengan laju produksi sumur untuk
mendapatkan jumlah sumur yang dibutuhkan pada waktu tertentu. Jadwal
yang dihasilkan ditunjukkan pada Gambar 7.5.
Gambar 7.5.
Kinerja Lapangan Gas I
(Ikoku, Chi U., 1984)
215
Gambar 7.7. mengilustrasikan pola perkembangan yang berbeda. Alih-alih
mempertahankan tekanan tubing head pada nilai tinggi dan mengebor sumur tambahan
untuk mempertahankan tingkat produksi lapangan yang konstan, tekanan tubing head
pertama-tama diturunkan dengan pemasangan kompresor berikutnya. Kemudian
sumur tambahan dibor untuk mempertahankan potensi lapangan sampai dimulainya
periode penurunan produksi. Gambar 7.5. dan 7.7. membutuhkan jumlah sumur yang
sama untuk mengembangkan lapangan.
Gambar 7.6.
Reservoir Deliverability Tubing Pressure
(Ikoku, Chi U., 1984)
216
Gambar 7.7.
Kinerja Lapangan Gas II
(Ikoku, Chi U., 1984)
217
Gambar 7.8.
Skema Kinerja Lapangan Gas
(Ikoku, Chi U., 1984)
Skala pada Gambar 7.8. perlu dijelaskan. Skala vertikal mewakili fo yang
diperoleh dengan membagi total laju tahunan qT dengan jumlah gas yang dihasilkan
selama periode penurunan produksi,GPD. Skala horizontal mewakili gas kumulatif
yang dihasilkan dan dinyatakan dalam satuan GPD. Dengan demikian tingkat
produksi maksimum akan dipertahankan sampai αGPD gas telah diproduksi.
Pemasangan kompresor secara bertahap akan diperlukan untuk mempertahankan
laju produksi ini selama periode tersebut dengan jumlah gas βGPD selanjutnya akan
diproduksi. Dan kemudian GPD gas akan diproduksi selama periode penurunan.
218
DF1
1 i
t 0, 5
1
(7.8)
i1 i
t 0, 5
1 i r / 1 i
t 0 , 5
1 r
0, 5 t
DF3 (7.9)
1 r
t
1 r i
Dimana
r = e—D
D = Tingkat penurunan
Jika DF1, DF2, dan DF3 adalah Dicount Factor selama periode laju konstan,
periode kompresor, dan periode penurunan, masing-masing, produksi nilai sekarang
untuk Gambar 7.8. dapat ditulis sebagai berikut:
C* N o Cw N o Cc DF2' (7.12)
Dimana
219
Cw = Biaya yang diperlukan untuk mengebor dan menyelesaikan suatu sumur
serta untuk membangun fasilitas produksi yang diperlukan untuk
memproses gas yang dihasilkan oleh sumur tersebut dan transport ke jalur
pipa
Cc = Investasi kompresor yang dibutuhkan untuk mengompresi gas yang
dihasilkan oleh satu sumur
DF’2 = Dicount Factor berlaku selama periode kompresor
P* Q * C * (7.13)
dP *
0 (7.14)
dNo
Van Dam telah menentukan bahwa fo optimum yang mungkin dicapai setiap
saat tergantung pada nilai parameter α, β, dan γ, serta pada nilai dua parameter
ekonomi, So dan Ir:
uqo
So (7.15)
Cw
Cc
Ir (7.16)
Cw
220
Gambar 7.9.
Fungsi Profit Versus Jumlah Sumur
(Ikoku, Chi U., 1984)
Parameter So merupakan parameter ekonomi yang lebih signifikan. Hasil
perhitungan laju alir optimum untuk berbagai nilai So berlaku untuk pola
pengembangan yang diberikan pada Gambar 7.8 dan diberikan pada Gambar
7.10. Ini adalah grafik laju produksi tak berdimensi fo versus kumulatif produksi
dalam parameter GPD. Kurva untuk setiap nilai So mewakili hubungan matematis
antara laju optimum fo dan parameter α, β, dan γ yang memenuhi kondisi dP*/dNo
= 0.
221
Gambar 7.10.
Kurva Laju Optimum
(Ikoku, Chi U., 1984)
Gambar 7.10. adalah ilustrasi untuk studi kasus di mana α = 1,5, β = 0,4,
dan γ = 1,0. Untuk pertimbangkan studi kasus dimana So= k x 0,6. Periode
produksi build up diwakili oleh kurva yang terus meningkat mulai dari α = 1,5.
Ketika kurva berpotongan So = k x 0,6, produksi harus tetap konstan sampai β = 0
(atau γ = 1,0) telah tercapai. Oleh karena itu produksi akan menurun sepanjang
garis lurus yang ditarik dari perpotongan dengan γ = 1,0 ke titik dimana γ = 0.
Jika peningkatan produksi yang diteruskan melebihi So = k x 0,6 dengan mengebor
sumur tambahan (ditunjukkan dengan kurva putus-putus), keuntungan yang
diperoleh tidak akan maksimal.
Gambar 7.11. memberikan lebih banyak contoh tentang penggunaan
kurva laju optimum. Kurva tertinggi adalah pola pengembangan optimum untuk
lapangan dengan indeks produktivitas tinggi dan dengan demikian sebagian besar
cadangan dapat diproduksi sebelum pemasangan kompresor diperlukan.
Lapangan dengan produktivitas sedang menunjukkan periode peningkatan
produksi (build up) saat pemboran, diikuti oleh peningkatan produksi lanjutan
222
dengan pemboran dan pemasangan kompresor. Kemudian periode laju alir
konstan dipertahankan pertama dengan pemasangan kompresor dan kedua
dengan pengeboran sumur tambahan sebelum penurunan lapangan terjadi.
Lapangan dengan produktivitas yang buruk menunjukkan bahwa hanya produksi
yang sangat terbatas yang akan terjadi sebelum pemasangan kompresor.
Gambar 7.11.
Offtake Pattern yang Optimum
(Ikoku, Chi U., 1984)
Contoh 7.1.
223
1979, dan sumur GTA-3 mulai berproduksi pada tanggal 27 Mei 1979. Berdasarkan
data produksi, Lapangan gas “CJ” hanya berproduksi sampai pada tahun 1991
setelah itu sumur GTA-1, GTA-2, dan GTA-3 suspended. Karena adanya
permintaan dari buyer akhirnya akan dilakukan perencanaan pengembangan pada
lapangan ini. Berdasarkan kontrak dengan buyer, akhrnya Lapangan “CJ” dapat
dilakukan perencanaan tahapan produksi gas untuk memenuhi target plateau gas
rate sebesar 4 MMscfd selama 10 tahun dari 1 Januari 2021 sampai 1 Januari 2031.
Data lapangan lain yang diketahui adalah sebagai berikut.
P Reservoir = 2675 psia
T Reservoir = 250 °F
SG = 0,81
Selain data diatas, data komposisi fluida pada lapangan ini juga diketahui
pada Contoh 3.6 pada BAB 3. Nilai AOFP pada masing-masing sumur juga
diperoleh dari hasil analisa uji deliverabilitas sebagai berikut.
Tabel VII-1.
Tabulasi Perhitungan Sifat Fisik Gas pada Beberapa Tekanan
Sumur n C (Mscfd/(psia)n AOFP (Mscfd)
GTA-1 0,73955 0,16627 7327,3544
GTA-2 0,69087 0,92497 13921,2868
GTA-3 0,73662 0,51006 14515,8201
Solusi
224
1. Perhitungan Sifat Fisik Gas
Sifat fisik fluida reservoir merupakan besaran dari fungsi tekanan.
Berdasarkan fungsi tekanan, maka akan memiliki hasil yang berbeda-beda untuk
perubahan tekanan terutama penurunan tekanan seiring dengan berjalannya waktu.
Tabel VII-2. merupakan tabulasi hasil perhitungan sifat fisik gas berdasarkan
penurunan tekanan yang akan digunakan untuk diinput kedalam software MBAL.
Tabel VII-2.
Tabulasi Perhitungan Sifat Fisik Gas pada Beberapa Tekanan
225
Dari tabel diatas, maka dapat diplot grafik sifat fisik fluida gas berdasarkan
penurunan tekanan seperti pada Gambar 7.12, Gambar 7.13, dan Gambar 7.14.
Tekanan vs Viskositas
0.02000
0.01800
0.01600
0.01400
Viskositas, cp
0.01200
0.01000
0.00800
0.00600
0.00400
0.00200
-
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
Tekanan, Psia
Gambar 7.12.
Tekanan vs Viskositas
Tekanan vs Z-Factor
1.02
1
0.98
0.96
Z-Factor
0.94
0.92
0.9
0.88
0.86
0.84
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
Tekanan, Psia
Gambar 7.13.
Tekanan vs Z-Factor
226
Tekanan vs Faktor Volume Formasi
1.60000
1.40000
1.20000
Bg, cuft/scf
1.00000
0.80000
0.60000
0.40000
0.20000
0.00000
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
Tekanan, Psia
Gambar 7.14.
Tekanan vs Faktor Volume Formasi
227
Di bawah ini ada beberapa data Q dan asumsi Pwf yang dituangkan dalam
bentuk tabulasi untuk sumur GTA-1, GTA-2, dan, GTA-3. Berdasarkan data
tabulasi masing-masing sumur ini dapat dibuat plot kurva deliverabilitas atau grafik
IPR dan merepresentasikan nilai AOFP dalam bentuk grafik dengan metode
konvensional.
Tabel VII-3.
Plot Q Dengan Berbagai Harga Pwf Pada Sumur GTA-1
Pwf Q
0 7327,97
14,7 7327,35
100 7299,49
300 7070,25
500 6603,66
700 5880,91
900 4864,77
1100 3474,99
1200 2580,72
1380 0,00
1400
1200
1000
Pwf (Psia)
800
600
400
200
0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000
Qg (MScf)
Gambar 4.15.
Kurva Deliverabilitas Sumur GTA-1
228
Tabel VII-4.
Plot Q Dengan Berbagai Harga Pwf Pada Sumur GTA-2
Pwf Q
0 13923,15
14,7 13921,29
100 13836,69
300 13136,03
500 11681,32
700 9329,604
900 5677,26
1055,5 0
1000
800
Pwf (Psia)
600
400
200
0
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000
Qg (MScf)
Gambar 4.16.
Kurva Deliverabilitas Sumur GTA-2
Tabel VII-5.
Plot Q Dengan Berbagai Harga Pwf Pada Sumur GTA-3
Pwf Q
0 14517,89
14,7 14515,82
100 14421,79
300 13644,46
500 12039,5
700 9473,578
900 5578,312
1055,5 0
229
Kurva Deliverabilitas Sumur GTA-3
1200
1000
800
Pwf (Psia)
600
400
200
0
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000
Qg (MScf)
Gambar 4.17.
Kurva Deliverabilitas Sumur GTA-3
Cadangan Sisa
Qmaks =
tahun kontrak x 365
15448,75093 MMscfd
Qmaks =
10 x 365
230
4. Pembuatan Model Lapangan “CJ”
Pembuatan model dilakukan dilakukan dengan memodelkan reservoir dan
sumuran pada Lapangan “CJ” serta dapat mengintegrasikan kedua model tersebut
sehingga dapat dilakukan peramalan dalam perencanaan tahapan produksi gas
dengan lau alir plateau sesuai dengan waktu kontrak yang telah ditentukan.
231
yang diperoleh adalah sebesar 85466,8 MMscf. Sehingga persen kesalahan yang
diperoleh pada perhitungan OGIP dengan material balance p/z manual dengan
simulator adalah sebear 2,398%. Adapun untuk perbandingan perhitungan OGIP
dapat dilihat pada Tabel VII-6.
Tabel VII-6.
Perbandingan Nilai OGIP Material Balance Antara Manual dan Simulator
Material Balance Material Balance %
p/z vs Gp (Manual) p/z vs Gp (Simulator) Kesalahan
83465,4 MMscf 85466,8 MMscf 2,398%
Gambar 7.18.
OGIP Dengan Metode Material Balance P/Z vs Gp Pada Simulator MBAL
Hasil history matching antara tank pressure dan cumulative gas production
vs waktu (tahun) pada Lapangan “CJ’ juga dapat dilihat pada Gambar 7.19. Hasil
history matching ini sudah mendekati kondisi aktual dari Lapangan “CJ” sehingga
model reservoir pada MBAL ini dapat digunakan untuk pemodelan selanjutnya
yaitu pemodelan system total pada simulator GAP untuk perencanaan tahapan
produksi pada Lapangan “CJ”.
232
Gambar 7.19.
Tank Pressure dan Cumulative Gas Production vs Waktu Lapangan “CJ”
233
Gambar 7.20.
Grafik IPR dan VLP Sumur GTA-1
Besarnya laju alir gas pada uji sumur GTA-1 (extended flow) adalah sebesar
5,413 MMscd dengan Pwf sebesar 800,74 psia. Berdasarkan hasil simulasi pada
grafik diatas diperoleh nilai laju alir gas sumur GTA-1 sebesar 5,414 MMscd
dengan Pwf sebesar 800,8 psia. Jadi, persen kesalahan antara laju alir gas dan P wf
dapat dilihat pada Tabel VII-7.
Tabel VII-7.
Hasil Uji Sumur dan Simulasi Sumur GTA-1
234
Gambar 7.21.
Grafik IPR dan VLP Sumur GTA-2
Besarnya laju alir gas pada uji sumur GTA-2 (extended flow) adalah sebesar
8,219 MMscd dengan Pwf sebesar 771,1 psia. Berdasarkan hasil simulasi pada
grafik IPR dan VLP diatas diperoleh nilai laju alir gas sumur GTA-2 sebesar 8,219
MMscd dengan Pwf sebesar 771,14 psia. Jadi, persen kesalahan antara laju alir gas
dan Pwf dapat dilihat pada Tabel VII-8.
Tabel VII-8.
Hasil Uji Sumur dan Simulasi Sumur GTA-2
Data Tes Simulasi % Kesalahan
Qg (MMscd) Pwf (psia) Qg (MMscd) Pwf (psia) Qg (%) Pwf (%)
8,219 771,1 8,219 771,14 0,00797 0,00501
235
Gambar 7.22.
Grafik IPR dan VLP Sumur GTA-3
Besarnya laju alir gas pada uji sumur GTA-3 (extended flow) adalah sebesar
8,072 MMscd dengan Pwf sebesar 782,28 psia. Berdasarkan hasil simulasi pada
grafik IPR dan VLP diatas diperoleh nilai laju alir gas sumur GTA-3 sebesar 8,072
MMscd dengan Pwf sebesar 782,29 psia. Jadi, persen kesalahan antara laju alir gas
dan Pwf dapat dilihat pada Tabel VII-9.
Tabel VII-9.
Hasil Uji Sumur dan Simulasi Sumur GTA-3
236
dapat dilakukan peramalan produksi/forecast untuk beberapa tahun kedepan
dengan simulator GAP pada Lapangan “CJ”.
Simulator GAP terdapat beberapa icon yang dapat digunakan untuk
meodelkan fasilitas produksi permukaan Lapangan “CJ” seperti separator, flowline,
choke, dan peralatan lainnya. Icon dalam jaringan permukaan harus disesuaikan
dengan fasilitas produksi yang digunakan pada Lapangan “CJ”. Adapun untuk
model jaringan permukaan/ total sistem pada simulator GAP yang telah disesuaikan
dengan peralatan produksi permukaan dalam Lapangan “CJ” dapat dilihat pada
Gambar 7.23.
Gambar 7.23.
Pemodelan Total Sistem Dengan Simulator GAP Lapangan “CJ”
237
1991 dan tidak dimasukkan kedalam perencanaan tahapan produksi Lapangan
“CJ”.
Tabel VII-10.
Tahapan Produksi Lapangan Gas “CJ” Dengan Simulasi
Tahapan Keterangan
Membuka 3 existing well dengan constraint rate 4 MMscd
Sumur GTA-1 dengan choke 64/64”
Basecase
Sumur GTA-2 dengan choke 64/64”
Sumur GTA-3 dengan choke 64/64”
Membuka 2 existing well dengan constraint rate 4 MMSCFD
1 Sumur GTA-2 dengan choke 22/64”
Sumur GTA-3 dengan choke 22/64”
Membuka 2 existing well dengan constraint rate 4 MMscd
Sumur GTA-2 dengan choke 22/64”
2
Sumur GTA-3 dengan choke 22/64”
Serta membuka Sumur GTA-1 dengan choke 12/64”
Membuka 3 existing well dengan constraint rate 4 MMscd
Sumur GTA-1 dengan choke 12/64”
3
Sumur GTA-2 dengan choke 22/64” + choke up menjadi 24/64”
Sumur GTA-3 dengan choke 22/64” + choke up menjadi 24/64”
Membuka 3 existing well dengan constraint rate 4 MMscd
Sumur GTA-1 dengan choke 12/64” + choke up menjadi 16/64”
4
Sumur GTA-2 dengan choke 24/64”
Sumur GTA-3 dengan choke 24/64” + choke up menjadi 26/64”
Basecase
Tahap basecase ini dilakukan dengan memproduksikan 3 sumur existing
yaitu GTA-1, GTA-2, dan GTA-3. Ketiga sumur ini merupakan sumur dengan
skema yang sama pada tahun terakhir produksi yaitu pada tahun 1991 sebelum
penutupan. Pada Januari 2021 dilakukan produksi kembali dengan keadaan yang
238
sama yaitu produksi dengan ukuran choke masing-masing 64/64” untuk sumur
GTA-1, GTA-2, dan GTA-3.
Prediction Result
Time (Date)
Gambar 7.24.
Gas Rate dan Cumulative Production vs Time Pada Basecase
Berdasarkan pada Gambar 7.24. dapat dilihat perbandingan antara gas rate
dan cumulatiive production terhadap waktu pada basecase. Berdasarkan grafik
diatas terlihat bahwa nilai laju alir gas selalu turun seiring dengan berjalannya
waktu jika ukuran choke yang digunakan untuk masing-masing sumur 64/64”. Laju
gas pada 1 Januari 2021 (awal pembukaan sumur) adalah sebesar 21,7 MMscd dan
pada 1 Januari 2031 sebesar 1,539 MMscd. Laju alir gas pada basecase tidak
plateau sehingga perlu dilakukan perencanaan tahapan produksi.
Tahapan 1
Tahapan 1 dilakukan produksi dengan membuka 2 sumur existing yaitu
sumur GTA-2 dan GTA-3. Tahap ini dilakukan choke down dari ukuran choke
basecase yaitu masing-masing menjadi 22/64” untuk sumur GTA-2 dan GTA-3.
Tahapa 1 ini pada Lapangan “CJ” dilakukan produksi mulai dari 1 Januari 2021
sampai 1 Januari 2031. Adapun untuk hasil running simulasi pada sumur GTA-2
dan GTA-3 dapat dilihat pada Gambar 7.25.
239
Prediction Result
Time (Date)
Gambar 7.25.
Gas Rate dan Cumulative Production vs Time Pada Tahap 1
Berdasarkan pada gambar di atas, tahap 1 untuk sumur GTA-2 dan GTA-3
dengan ukuran choke masing-masing 22/64” dapat berproduksi secara plateau
hanya sampai tanggal 1 Januari 2024 (3 tahun), setelah tanggal itu maka laju alir
gas mengalami penurunan sampai pada tahun yang ditentukan yaitu 1 Januari 2031.
Berdasarkan hal tersbut maka perlu dilakukan tahapan produksi selanjutnya untuk
mempertahankan plateau produksi gas Lapangan “CJ”.
Tahapan 2
Tahapan 2 merupakan tahap lanjutan dari tahap 1 untuk mempertahankan
plateau rate produksi gas Lapangan “CJ”. Tahapan 2 dilakukan produksi dengan
membuka satu sumur lagi yaitu sumur GTA-1 sehingga sumur produksi (existing)
pada tahap 2 ini ada 3. Sumur GTA-1 dipasang ukuran choke sebesar 12/64”.
Sedangkan ukuran choke untuk sumur GTA-2 dan GTA-3 masih sama dengan
tahapan yang pertama yaitu masing-masing 22/64”. Tahapan 2 ini dilakukan mulai
dari tanggal 1 Januari 2024 sampai pada tanggal yang ditentukan yaitu 1 Januari
2031. Adapun untuk hasil running simulasi pada tahap 2 3 dapat dilihat pada
Gambar 7.26.
240
Prediction Result
Time (Date)
Gambar 7.26.
Gas Rate dan Cumulative Production vs Time Pada Tahap 2
Berdasarkan pada gambar di atas, tahap 2 untuk sumur GTA-1, GTA-2 dan
GTA-3 dengan ukuran choke masing-masing 12/64”, 22/64”, dan 22/64” dapat
berproduksi secara plateau dari tanggal 1 Januari 2024 sampai 1 Agustus 2026 (2
tahun 7 bulan), setelah tanggal itu maka laju alir gas mengalami penurunan sampai
pada tahun yang ditentukan yaitu 1 Januari 2031. Berdasarkan hal tersebut maka
perlu dilakukan tahapan produksi selanjutnya untuk mempertahankan plateau
produksi gas Lapangan “CJ”.
Tahapan 3
Tahapan 3 merupakan tahap lanjutan dari tahap 2 untuk mempertahankan
plateau rate produksi gas Lapangan “CJ”. Tahapan 3 dilakukan produksi dengan
melakukan choke up pada sumur. Sumur yang dilakukan choke up adalah sumur
GTA-2 yaitu dari ukuran choke 22/64” menjadi 24/64” dan sumur GTA-3 yaitu dari
ukuran choke 22/64” menjadi 24/64”. Sedangkan pada sumur GTA-1 tidak
dilakukan choke up dan tetap dengan ukuran choke 12/64”. Tahapan 3 ini dilakukan
mulai dari tanggal 1 Agustus 2026 (lanjutan dari tahap 2) sampai pada tanggal yang
ditentukan yaitu 1 Januari 2031. Adapun untuk hasil running simulasi pada tahap 3
dapat dilihat pada Gambar 7.27.
241
Prediction Result
Time (Date)
Gambar 7.27.
Gas Rate dan Cumulative Production vs Time Pada Tahap 3
Berdasarkan pada gambar di atas, tahap 3 untuk sumur GTA-1, GTA-2 dan
GTA-3 dengan ukuran choke masing-masing 12/64”, 24/64”, dan 24/64” dapat
berproduksi secara plateau dari tanggal 1 Agustus 2026 sampai pada tanggal 1
Desember 2028 (2 tahun 4 bulan), setelah tanggal itu maka laju alir gas mengalami
penurunan sampai pada tahun yang ditentukan yaitu 1 Januari 2031. Berdasarkan
hal tersebut maka perlu dilakukan tahapan produksi selanjutnya yaitu tahapan 4
untuk mempertahankan plateau produksi gas Lapangan “CJ”.
Tahapan 4
Tahapan 4 merupakan tahap lanjutan dari tahap 3 untuk mempertahankan
plateau rate produksi gas Lapangan “CJ”. Tahapan 4 dilakukan produksi dengan
melakukan choke up pada sumur. Sumur yang dilakukan choke up adalah sumur
GTA-1 yaitu dari ukuran choke 12/64” menjadi 16/64” dan sumur GTA-3 yaitu dari
ukuran choke 24/64” menjadi 26/64”. Sedangkan pada sumur GTA-2 tidak
dilakukan choke up dan tetap dengan ukuran choke 24/64”. Tahapan 4 ini dilakukan
mulai dari tanggal 1 Desember 2028 (lanjutan dari tahap 3) sampai pada tanggal
yang ditentukan yaitu 1 Januari 2031. Adapun untuk hasil running simulasi pada
tahap 4 dapat dilihat pada Gambar 7.28.
242
Prediction Result
Time (Date)
Gambar 7.28.
Gas Rate dan Cumulative Production vs Time Pada Tahap 4
243
Tabel VII-11.
Hasil Akhir Tahapan Produksi Lapangan Gas “CJ”
Plateau Gp Recovery
Tahapan Plateau Time
Rate (MMscf) Factor (%)
1 Januari 2021 – 1 55448,68 64,88
1 4 MMscd
Januari 2024
1 Januari 2024 – 1 59221,58 69,29
2 4 MMscd
Agustus 2026
1 Agustus 2026 – 1 62635,87 73,29
3 4 MMscd
Desember 2028
1 Desember 2028 – 65680,56 76,85
4 4 MMscd
1 Januari 2031
244
DAFTAR PUSTAKA
Amyx, J.W., Bass, D.W. .Jr., & Whiting, R.L. (1960). Petroleum Reservoir
Engineering Physical Properties. New York : Mc Graw Hill Books Company.
Beggs, D. H. (1984). Gas Production Operations. Tulsa, Oklahoma : Oil and Gas
Consultant International Inc. (OGCI) Publication.
Beggs, D. H., & Brill, J.P. (1973). A study of two-phase flow in inclined pipes.
Journal of Petroleum Technology. 1973;25(05):607e17.
https://doi.org/10.2118/4007-PA
Gunanto, S., Pratiknyo, A. K., & Priyanto, S. (2018). Prediksi Cadangan Reservoir
Gas Berdasarkan Integrasi Tiga Model Tekanan Reservoir Rata-Rata,Tujuh
Model Faktor Kompresibilitas Gas Dan Metode Material Balance; (Studi
Kasus Lapangan “Mc” Per 31-01-2017). KURVATEK, 3(2), 55-65.
https://doi.org/10.33579/krvtk.v3i2.1106
Guo, B., & Ghalambor, A. (2005). Natural Gas Engineering Handbook. Huston,
Texas : Gulf Publishing Company.
245
Ikoku, Chi U. (1992). Natural Gas Production Engineering. Florida : Krieger
Publishing Company Malabar.
Julianto, C., Priambodo, A., Tulloh, H., & Nugroho, M. R. (2021). Optimization of
The Physical Properties of Gas Fluids At the Stage of Field Exploitation
Activity At Gas Field “X”. Proceeding International Conference on Science
and Engineering, 4, 7-13. Retrieved from
http://sunankalijaga.org/prosiding/index.php/icse/article/view/611
Wang, X., & Economides, M. (2009). Advanced Natural Gas Engineering. Huston,
Texas : Gulf Publishing Company.
Katz, Donald L., Cornell, D., dkk. (1959). Handbook of Natural Gas Engineering.
New York : McGraw-Hill Publishing Company.
246
LAMPIRAN A
DATA TEKANAN DAN KUMULATIF
PRODUKSI GAS LAPANGAN “CJ”
247
LAMPIRAN A
DATA TEKANAN DAN KUMULATIF PRODUKSI GAS
LAPANGAN “CJ”
Tabel A-1.
Data Tekanan Per Tahun
248
Tabel A-1. (Lanjutan)
Data Tekanan Per Tahun Lapangan “CJ”
249
A.2. Data Kumulatif Produksi Gas
Data kumulatif produksi gas diambil berdasarkan data yang tersedia untuk
tahun 1951-1977. Sedangkan data kumulatif produksi gas tahun 1978-1991 diambil
berdasarkan besarnya laju alir gas pada kegiatan uji sumur di tahun-tahun tertentu
seperti pada Tabel A-2.
Tabel A-2.
Data Kumulatif Produksi Lapangan “CJ”
250
Tabel A-2. (Lanjutan)
Data Kumulatif Produksi Lapangan “CJ”
Tanggal GP (MMscf) Tanggal GP (MMscf)
01/09/1985 45469,640 01/05/1988 49269,140
01/10/1985 45728,150 01/06/1988 49324,340
01/11/1985 45986,660 01/07/1988 49379,540
01/12/1985 46245,170 01/08/1988 49434,740
01/01/1986 46503,680 01/09/1988 49489,940
01/02/1986 46762,190 01/10/1988 49545,140
01/03/1986 47020,700 01/11/1988 49600,340
01/04/1986 47279,210 01/12/1988 49655,540
01/05/1986 47537,720 01/01/1989 49710,740
01/06/1986 47796,230 01/02/1989 49765,940
01/07/1986 48054,740 01/03/1989 49821,140
01/08/1986 48109,940 01/04/1989 49876,340
01/09/1986 48165,140 01/05/1989 49931,540
01/10/1986 48220,340 01/06/1989 49986,74
01/11/1986 48275,540 01/07/1989 50041,94
01/12/1986 48330,740 01/08/1989 50097,14
01/01/1987 48385,940 01/09/1989 50152,34
01/02/1987 48441,140 01/10/1989 50207,54
01/03/1987 48496,340 01/11/1989 50262,74
01/04/1987 48551,540 01/12/1989 50317,94
01/05/1987 48606,740 01/01/1990 50373,14
01/06/1987 48661,940 01/02/1990 50428,34
01/07/1987 48717,140 01/03/1990 50483,54
01/08/1987 48772,340 01/04/1990 50538,74
01/09/1987 48827,540 01/05/1990 50593,94
01/10/1987 48882,740 01/06/1990 50649,14
01/11/1987 48937,940 01/07/1990 50704,34
01/12/1987 48993,140 01/08/1990 50759,54
01/01/1988 49048,340 01/09/1990 50814,74
01/02/1988 49103,540 01/10/1990 50869,94
01/03/1988 49158,740 01/11/1990 50925,14
01/04/1988 49213,940 01/12/1990 50980,34
251
Tabel A-2. (Lanjutan)
Data Kumulatif Produksi Lapangan “CJ”
Tanggal GP (MMscf)
01/01/1991 51035,54
01/02/1991 51090,74
01/03/1991 51145,94
01/04/1991 51201,14
01/05/1991 51256,34
01/06/1991 51311,54
01/07/1991 51366,74
01/08/1991 51421,94
01/09/1991 51514,64
252