Buku Aswaja 11 16 Gce
Buku Aswaja 11 16 Gce
Buku Aswaja 11 16 Gce
Bagian Kesatu
PEMIKIRAN TEOLOGI ISLAM: SEJARAH,
AJARAN & PERKEMBANGANNYA
11
Sejarah Teologi Islam &
Akar Pemikiran Ahlussunah Wal Jama’ah
Hand-Out 01
SEJARAH DAN KERANGKA BERFIKIR ILMU KALAM
1
Abdul Razak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam (Bandung: Pustaka Setia, 2003) hlm. 27-29.
2
W. Montgomery Watt, Pemikiran Teologi dan Filsafat Islam, Terj. Umar Basalim (Jakarta:
P3M, 1987). hlm. 10.
3
Ibid., hlm. 6-7.
4
Ibid.
12
Sejarah Teologi Islam &
Akar Pemikiran Ahlussunah Wal Jama’ah
Persoalan ini telah menimbulkan tiga aliran teologi dalam Islam, yaitu:
1. Aliran Khawarij, menegaskan bahwa orang yang berdosa besar adalah kafir,
dalam arti telah keluar dari Islam, atau tegasnya murtad dan wajib dibunuh.
2. Aliran Murji’ah, menegaskan bahwa orang yang berbuat dosa besar masih tetap
mukmin dan bukan kafir. Adapun soal dosa yang dilakukannya, hal itu terserah
kepada Allah untuk mengampuni atau menghukumnya.
3. Aliran Mu’tazilah, yang tidak menerima kedua pendapat diatas, bagi mereka
orang yang berdosa besar nukan kafir, tetapi buan pula mukmin. Mereka
mengambil posisi antara mumin dan kafir, yang dalam bahasa Arab-nya
terkenal dengan istilah al-manzilah manzilatain (posisi diantara dua posisi).5
Dalam Islam, timbul pula dua aliran teologi yang terkenal dengan nama
Qadariyah dan Jabariyah. Menurut Qadariyah, manusia mempunyai kemerdekaan
dalam kehendak dan perbuatannya. Adapun Jabariyah, berpendapat sebaliknya
bahwa manusia tidak mempunyai kehendak dalam kehendak dan perbuatannya.6
Aliran Mu’tazilah yang bercorak rasional mendapat tantangan keras dari
golongan tradisional Islam, terutama golongan Hanbali, yaitu pengikut-pengikut
Ibn Hanbal. Mereka menantang ini kemudian mengambil bentuk aliran teologi
tradisional yang dipelopori Abu Al-Hasan Al-Asy’ari (935 M). disamping aliran
Asy’ariyah timbul pula aliran Samarkand yang juga bermaksud menentang aliran
5
Ibid. hlm. 8.
6
Ibid. hlm. 9.
13
Sejarah Teologi Islam &
Akar Pemikiran Ahlussunah Wal Jama’ah
Mu’tazilah. Aliran ini didirikan oleh Abu Mansur Muhammad Al-Maturidi (w. 944
M). Aliran ini kemudian terkenal dengan nama teologi Al-Maturidiyah.7
Aliran-aliran Khawarij, Murji’ah dan Mu’tazilah tak mempunyai wujud lagi,
kecuali dalam sejarah. Adapun yang masih ada sampai sekarang adalah aliran
Asy’ariyah dan Maturidiyah yang keduanya disebut Ahlussunah wal Jama’ah.
7
Ibid.
8
Muhammad Fazlur Rahman Ansari, Konsepsi Masyarakat Islam Modern, Terj. Juniarso
Ridwan, dkk., (Bandung: Risalah, 1984) hlm. 92.
9
Ibid., hlm. 92.
14
Sejarah Teologi Islam &
Akar Pemikiran Ahlussunah Wal Jama’ah
10
Ibid.
11
Lihat Asy-Syikh Al-Akbar Muhyi Ad-Diin bin Arabi, Fushuh Al-Hikam, Komentar A.R.
Nicholsom, Jilid II, t.t. hlm. 22.
15
Sejarah Teologi Islam &
Akar Pemikiran Ahlussunah Wal Jama’ah
4. Aliran Nihilis.
Aliran nihilis menganggap bahwa hakikat realitas transendental hanyalah
iiusi. Aliran ini pun menolak Tuhan yang mutlak, terapi menerima berbagai variasi
Tuhan kosmos. Manusia hanyalah bintik kecil dari aktivitas mekanisme dalam
suatu masyarakat yang serba kebetulan. Kekuatan terletak pada kecerdikan diri
manusia sendiri sehingga mampu melakukan yang terbaik dari tawaran yang
terbutuk. Idealnya, manusia mempunyai kebahagiaan yang bersifat fisik, yang
merupakan titik sentral perjuangan seluruh manusia. 12[].
12
Ibid., hlm. 92.
16