04 Modul Filsafat Pendidikan Islam 55 82 1ax

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 25

2

MODUL

HAKIKAT MANUSIA, MASYARAKAT, ALAM,


DAN ILMU PENGETAHUAN
Pendahuluan

M
odul ini akan membahas tentang hakikat manusia, masyarakat, alam dan ilmu
pengetahuan. Modul ini merupakan landasan bagi pembahasan modul selanjutnya
tentang hakikat pendidikan, hakikat pendidik dan peserta didik, serta hakikat
kurikulum.
Dengan mempelajari modul ini diharapkan anda dapat memiliki kompetensi dalam
memahami hakikat manusia, masyarakat, alam dan ilmu pengetahuan. Hal ini akan berguna
dalam memahami hakikat pendidikan termasuk dasar dan tujuan pendidikan. Oleh karena
itu anda diharapkan dapat memahmi modul ini dengan baik.
Untuk mencapai kompetensi tersebut, maka anda diharapkan mampu mennguasai
indikator-indikator sebagai berikut :
a. Mampu menyebutkan hakikat manusia
b. Mampu menyebutkan hakikat masyarakat
c. Mampu menerangkan hakikat alam
d. Mampu menjelaskan hakikat ilmu pengetahuan
Dengan memiliki pemahaman terhadap materi-materi di atas, anda akan memiliki
kompetensi dalam memahami pendidikan Islam terutama pada aspek pendidik, peserta
didik dan kurikulum pendidikan Islam.
Adapun sistematika modul ini membahas, pertama, Hakikat manusia dan hakikat
masyarakat, kedua, hakikat alam dan hakikat ilmu pengetahuan.

Filsafat Pendidikan Islam | 47


Kegiatan Belajar 1

Hakikat Manusia dan Masyarakat

Pengertian Manusia
a. Pengertian Manusia secara Umum

M
anusia dalam bahasa Inggris disebut man (asal kata dari bahasa Anglo-Saxon),
mann). Arti dasar dari kata ini tidak jelas tetapi pada dasarnya dapat dikaitkan
dengan mens (latin), yang berarti “ áda yang berpikir”. Demikian halnya arti
kata anthropos (Yunani) tidak begitu jelas. Semula anthropos berarti “seseorang yang
melihat ke atas”. Sekarang kata ini dipakai untuk mengartikan “wajah manusia”. Dan
akhirnya homo bahasa Latin yang artinya “orang yang dilahirkan di atas bumi” (Loren
Bagus, 2000:565).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:714) manusia diartikan sebagai
“makhluk yang berakal budi” (mampu menguasai makhluk yang lain). Sedangkan
menurut Endang Saifuddin Anshari yang dikutip oleh. mahmud dan Tedi Priatna
(2005:62) manusia adalah hewan yang berfikir. Berfikir adalah bertanya. Bertanya
adalah mencari jawaban. Mencari jawaban adalah mencari kebenaran. Mencari jawaban
tentang Tuhan, alam, manusia, artinya mencari kebenaran tentang Tuhan, alam, dan
manusia. Jadi, pada akhirnya manusia adalah makhluk pencari kebenaran.
Berikut diuraikan pendapat para filosof Barat tentang pengertian manusia ini sebagai
berikut:
1. Plato memandang manusia pada hakikatnya sebagai suatu kesatuan pikiran,
kehendak, dan nafsu-nafsu;
2. Aristoteles memandang manusia sebagai makhluk rasional yang memiliki kesatuan
organik antara tubuh dan jasad;
3. Sartre mendefinisikan manusia sebagai “nol yang me-nol-kan” pour soi yang bukan
merupakan objek melainkan subjek, yang kodratnya bebas (Loren Bagus, 2000:266)
Jika dilihat dari segi biologis, hampir tidak dapat dibedakan antara manusia dan
hewan. Perbedaan terdapat pada sisi rohani yang dimiliki manusia, dan akal budinya.
Dengan akal inilah manusia melahirkan kebudayaan dan peradaban. Dengan akalnya
tersebut, manusia dapat berimajinasi dan memiliki tujuan. Manusia merupakan homo
sapiens yaitu makhluk yang memiliki tujuan, Manusia disebut pula homo faber karena

48 | Filsafat Pendidikan Islam


Hakikat Manusia ...

manusia adalah makhluk yang pandai menggunakan alat. Manusia adalah homo
religious yaitu makhluk yang percaya kepada takdir dan kepada Tuhan. (Djumrasnsjah,
2008:103).
Socrates (470-399 SM) yang dikutip oleh Ahmad Tafsir (2006:8) mengatakan
tentang hakikat bahwa manusia adalah makhluk yang dalam dirinya tertanam jawaban
mengenai berbagai persoalan dunia. Manusia bertanya tentang dunia dan masing-
masing mempunyai jawaban tentang dunia. Lanjut Socrates, seringkali manusia itu
tidak menyadari bahwa dalam dirinya terpendam jawaban-jawaban bagi persoalan
yang dipertanyakannya. Oleh karena itu, perlu adanya bantuan orang lain untuk
mengemukakan jawaban-jawaban yang masih terpendam tersebut. Diperlukan orang
lain untuk melahirkan ide yang ada dalam manusia itu.
Dari kalangan pemikir abad moderen, pembahasan manusia dapat kita jumpai oleh
Dr. Alexis Carrel (peletak dasar ilmu humaniora Barat) yang dikutip oleh Abuddin Nata
(2005:81) mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang misterius. Kedudukan
manusia yang terpisah dari dirinya menyebabkan aspek kajian dunia luar manusia lebih
tinggi. Hal ini menunjukan bahwa, kajian tentang manusia secara menyeluruh sulit
untuk dipahami dan tidak pernah selesai untuk dikaji. Ketika dari satu aspek selesai
dipahami, maka akan timbul aspek lain yang belum dibahas.
Sejak lahir, seorang manusia sudah langsung terlibat didalam kegiatan pendidikan
dan pembelajaran. Dia dirawat, dijaga, dilatih, dan dididik oleh orangtua, keluarga,
dan masyarakatnya menuju tingkat kedewasaan dan kematangan, sampai kemudian
terbentuk potensi kemandirian dalam mengelola kelangsungan hidupnya.
Setelah taraf kedewasaan dicapai, manusia tetap melanjutkan kegiatan pendidikan
dalam rangka pematangan diri. Kematangan diri adalah kemampuan menolong diri
sendiri, orang lain, dan terutama menolong kelestarian alam agar tetap berlangsung
dalam ekosistemnya. Antara manusia dan pendidikan terjalin hubungan kausalitas.
Karena manusia, pendidikan mutlak ada; dan karena pendidikan, manusia semakin
menjadi diri sendiri sebagai manusia yang manusiawi.
Dengan kegiatan pendidikan dan pembelajaran secara terus menerus, manusia
mendapatkan ilmu pengetahuan yang sarat dengan nilai kebenaran baik yang
universal-abstrak, teoritis, maupun praktis. Nilai kebenaran ini selanjutnya mendorong
terbentuknya sikap perilaku arif dan berkeadilan. Lebih lanjut, dengan sikap dan
perilaku tersebut, manusia membangun kebudayaan dan peradabannya. Kebudayaan,
baik yang material ataupun yang spiritual, adalah upaya manusia untuk mengubah
dan membangun keterhubungan berimbang baik secara horizontal maupun vertikal
(Suparlan, 2008:55-57).
Manusia merupakan makhluk sosial. Manusia disebut makhluk sosial karena memiliki
faktor-faktor sebagai berikut :

Filsafat Pendidikan Islam | 49


Modul 2

1. Sifat ketergantungan manusia dengan manusia lainnya;


2. Sifat adaptabiliti dan intelegensi.
Sifat ketergantungan manusia misalnya terlihat dari contoh seorang bayi yang
dilahirkan, ia sangat tergantung kepada pertolongan orang tuanya. Tanpa ada pertolongan
dari kedua orang tuanya, bayi tersebut akan meninggal. Manusia juga memiliki potensi
untuk menyesuaikan diri, meniru dan beridentifikasi diri, mampu mempelajari tingkah
laku dan mengubah tingkah laku (Burhanudin Salam, 2002:112).
Senada dengan hal di atas, Ibnu Khaldûn dalam kitab Muqaddimah (2004: 525-526)
mengatakan bahwa :
“Manusia adalah makhluk sosial, pernyataan ini mengandung arti bahwa
seorang manusia tidak bisa hidup sendirian dan eksistensinya tidaklah
terlaksana kecuali dengan kehidupan bersama. Dia tidak akan mampu
menyempurnakan eksistensi dan mengatur kehidupannya dengan
sempurna secara sendirian. Benar-benar sudah menjadi wataknya, apabila
manusia butuh bantuan dalam memenuhi kebutuhannya”
Selanjutnya manusia dapat dilihat dari aspek antropologi. Antropologi adalah studi
tentang asal-usul, perkembangan, karakteristik jenis manusia. Dalam pandangan
antropologi biologis, manusia adalah puncak evolusi dari makhluk hidup (Redja
Mudyahardjo, 2008:17)
Ilmu yang mempelajari tentang hakikat manusia disebut Antropogi filsafat.
Berbicara hakikat manusia berarti berbicara mengenai apa manusia itu, ada empat
aliran yang dikemukakan yaitu: Aliran serba zat, aliran serba ruh, aliran dualisme, aliran
eksistensialisme.
1. Aliran Serba Zat
Aliran serba zat ini mengatakan yang sungguh-sungguh ada itu hanyalah zat atau
materi. alam ini adalah zat atau materi dan manusia adalah unsur alam, maka dari itu
manusia adalah zat atau materi.
2. Aliran Serba Ruh
Aliran ini berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di dunia ini ialah ruh,
juga hakikat manusia adalah ruh, adapun zat itu adalah manifestasi dari pada ruh di
atas dunia ini. Fitche mengemukakan bahwa segala sesuatu yang lain (selain ruh)
yang rupanya ada dan hidup hanyalah suatu jenis perumpamaan, perubahan atau
penjelmaan dari ruh. Dasar pikiran aliran ini ialah bahwa roh itu lebih berharga, lebih
tinggi nilainya daripada materi. Hal ini mereka buktikan dalam kehidupan sehari-hari,
yang mana betapapun kita mencintai seseorang jika ruhnya pisah dengan badannya,
maka materi/jasadnya tidak ada artinya.

50 | Filsafat Pendidikan Islam


Hakikat Manusia ...

Dengan demikian aliran ini menganggap ruh itu ialah hakikat sedangkan badan ialah
penjelmaan atau bayangan.
3. Aliran Dualisme
Aliran ini menganggap bahwa manusia itu pada hakikatnya terdiri dari dua substansi
yaitu jasmani dan rohani. Kedua substansi ini masing-masing merupakan unsur asal,
yang adanya tidak tergantung satu sama lain. Jadi badan tidak berasal dari ruh dan
ruh tidak berasal dari badan. Perwujudannya manusia adalah gabungan dari dua
unsur, jasad dan ruh. Antara badan dan ruh terjadi sebab akibat yang mana keduanya
saling mempengaruhi.
4. Aliran Eksistensialisme
Aliran filsafat modern berpikir tentang hakikat manusia merupakan eksistensi
atau perwujudan sesungguhnya dari manusia. Jadi intinya hakikat manusia itu
yaitu apa yang menguasai manusia secara menyeluruh. Disini manusia dipandang
tidak dari sudut serba zat atau serba ruh atau dualisme dari dua aliran itu, tetapi
memandangnya dari segi eksistensi manusia itu sendiri didunia ini (Jalaluddin &.
Abdullah Idi,1997:107-108).
Aliran-aliran tentang manusia di atas tentunya, belum memiliki pengertian yang
seimbang dengan konsepsi manusia dalam Islam. Aliran tentang manusia tersebut
memberikan pandangan yang berbeda tentang hakikat manusia.
Paling tidak, manusia dalam pemikiran manusia atau manusia menurut manusia
memiliki perbedaan, belum kalau hal ini dikaji dari perspektif manusia menurut Tuhan.

b. Manusia Dalam Islam


Menurut al-Qur’an, manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan. Manusia berasal dan
datang dari Tuhan. Al-Qur’an menyatakan bahwa manusia itu mempunyai unsur jasmani
(material). Sebagaimana diisyaratkan dalam al-Quran:

Artinya:
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu.
Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al-Qashash: 77)
Di dalam surat al-A’raf ayat 31 Tuhan mengatakan bahwa makan dan minum bagi
manusia adalah suatu keharusan. Ini Suatu indikasi bahwa manusia itu memiliki unsur

Filsafat Pendidikan Islam | 51


Modul 2

jasmani. Al-Syaibani (1979:131-132) menerangkan bahwa manusia itu mempunyai


aspek jasmani. Pentingnya fungsi jasmani dalam Islam terlihat juga di dalam al-Qur’an
surat al-Baqarah ayat 57,60,168; begitu juga di dalam surat al-A’raf 31-32. Kesimpulannya
ialah unsur jasmani merupakan salah satu esensi (hakikat) manusia.
Akal adalah salah satu aspek penting dalam hakikat manusia. Ini dijelaskan dalam
banyak tempat d dalam al-Qur’an. Akal adalah alat untuk berpikir. Jadi, salah satu hakikat
manusia ialah ia ingin, ia mampu, dan ia berpikir.
Aspek lainnya ialah ruh atau ruhani. Penjelasan al-Qur’an tentang aspek ini terdapat
di dalam al-Qur’an antara lain dalam surat al-Hijr ayat 29. Ayat yang sama terdapat
dalam surat Shaad ayat 72. Ayat-ayat ini menjelaskan bahwa manusia memiliki ruh. Dan
ruh itu adalah unsur hakiki pada manusia.
Manusia diberikan oleh Allah kelebihan. Kelebihan manusia ialah:
1) Dijadikan Allah sebagai khalifah (wakil) di bumi (surat 2:30; surat 6:122);
2) Dimuliakan Allah dan diberi kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lain (surat
17:70);
3) Diberi alat indera dan akal (surat 16:78; dan surat 30:8);
4) Tempat tinggal yang baik dibandingkan dengan makhluk lain dan diberi rezeki (surat
70:10);
5) Memiliki proses regenerasi yang teratur melalui perkawinan;
6) Diberi daya berusaha dan usahanya dihargai (surat 53:79).

Adapun kelemahan manusia ialah sebagai berikut:


1) Manusia adalah makhluk yang lemah (surat 4:28);
2) Manusia memiliki kecenderungan nakal ;
3) Manusia itu sombong, tidak mau berterima kasih, dan mudah putus asa;
4) Manusia itu sering mencelakakan diri sendiri;
5) Manusia itu senang membantah (QS. 16:4; QS. 18:54) ;
6) Manusia itu bersifat tergesa-gesa;
7) Manusia itu pelit;
8) Manusia itu adalah makhluk suka mengeluh;
9) Manusia mempunyai kecenderungan untuk berbuat maksiat terus menerus dan
bertindak melampai batas (surat 75:5) (A.Tafsir, 2006:222-223).
Al-Qur’an juga menjelaskan bahwa manusia memiliki fitrah. Fitrah ialah potensi.
Potensi manusia itu ialah sebagai berikut:

52 | Filsafat Pendidikan Islam


Hakikat Manusia ...

1) Sebagai makhluk sosial (surat 49:13. Artinya, manusia itu membawa sifat ingin
bermasyarakat;
2) Sebagai makhluk yang ingin beragama (surat 5:3; surat 7:172) ;
3) Manusia itu mencintai wanita dan anak-anak ;
4) Manusia itu mencintai harta benda yang banyak dari emas dan perak;
5) Mencintai kuda-kuda pilihan (barangkali kendaraan di zaman sekarang) ;
6) Mencintai ternak dan Sawah ladang (surat 3:14).
Selain fitrah di atas itu manusia juga memiliki fitrah yang positif yaitu yang mengajak
kepada kebaikan. Disamping fitrah manusia juga memiliki iman. Iman begitu tinggi
kedudukannya dalam kehidupan manusia, iman terletak di dalam kalbu, bukan di kepala
atau jasmani. Sejauh ini peneliti Barat juga yang telah sampai pada temuan tertentu
tentang ini. Mereka mengatakan bahwa kesejatian manusia ialah emosi (maka EQ
seseorang haruslah tinggi), ada juga yang kelihatannya lebih maju dengan mengatakan
inti manusia adalah spirit maka SQ seseorang haruslah tinggi (Ahmad Tafsir, 2006: 7-28).
Al-Quran memperkenalkan tiga kata istilah yang digunakan untuk menunjuk
pengertian manusia. Ketiga kata tersebut adalah, al-Basyar, al-Insan dan an-Nas
(Ramayulis, 2006:3). Ahmad Tafsir (2006:20) memasukan Bani Adam sebagai istilah
yang digunakan untuk menunjuk pengertian manusia. Meskipun kenyataannya
menunjukan arti pada manusia, tetapi secara khusus memiliki pengertian yang berbeda.
Al-Insan memiliki akar kata nasiya bermakna lupa. Kata al-Insan disebutkan dalam
al-Quran sebanyak 73 kali yang disebut dalam 43 surat. Quraish Shihab (2004:652)
memaknai kata al-Insan sebagai semua manusia. Katakanlah Adam pernah tiada sebelum
kehadirannya di pentas bumi ini. Si A yang lahir pada tahun 1000 mengalami ketiadaan
selama sebelum 1000 tahun. Si B yang lahir tahun 2000 mengalami ketiadaan selama
sebelum 2000 tahun. Sehingga tiada manusia, walau manusia pertama sekalipun yang
tidak pernah mengalami ketiadaan sedang ketika itu dahr (tempat) telah ada.
Kata al-Insan juga dapat menunjukan pada proses kejadian manusia, baik proses
penciptaan Adam maupun proses manusia Kata al- insan tidak hanya merujuk kepada
dimensi mental tetapi juga dimensi fisik. Jika di tinjau lebih jauh dan di analis secara
mendalam, maka penggunaan kata al-Insan mengandung dua dimensi. Pertama, dimensi
tubuh (dengan berbagai unsurnya). Kedua, dimensi spiritual (ditiupkan-Nya roh-Nya
kepada manusia).
Dengan demikian kedua dimensi tersebut, memberikan suatu penegasan, bahwa kata
al-Insan mengandung makna keistimewaan manusia. Sebab manusia memiliki kelebihan
dan keistimewaan, namun manusia juga memiliki keterbatasan seperti, tergesa-gesa,
kikir, takut, gelisah, sombong, suka membantah dan lain sebagainya. Untuk itu manusia

Filsafat Pendidikan Islam | 53


Modul 2

diberikan potensi akal untuk mengembanngkan seluruh potensi yang dimilikinya


secara optimal, dengan tetap berpedoman kepada ajaran Illahi. Agar manusia dapat
mewujudkan dirinya sebagai makhluk Allah yang mulia. Jika tidak demikian, manusia
akan terjerumus pada kehinaan, bahkan lebih hina dari binatang.
Sedangkan basyar merupakan bentuk jamak dari kata basyarah bermakna kulit
kepala , wajah, dan tubuh yang menjadi tempat tumbuhnya rambut (Abudin Nata,
2005:82-83). Dengan demikian, kata basyar selalu mengacu kepada manusia dari aspek
biologis, seperti mempunyai bentuk tubuh, makan dan minum, kebutuhan seks dan
mengalami penuaan dan mati. Kata basyar ditunjukan kepada seluruh manusia tanpa
terkecuali. Hal ini mengisyaratkan bahwa nabi dan rasulpun memiliki dimensi al-Basyar,
seperti dalam firman Allah Swt: Katakanlah: “Sesungguhnya Aku (Muhammad) hanyalah
seorang manusia biasa seperti kamu.” (Q.S. al-Kahfi {18}: 10).
Ayat di atas mengisyaratkan bahwa nabi memiliki sifat basyariah. Penggunaan kata
al-basyar mempunyai makna bahwa manusia secara umum memiliki persamaan dengan
makhluk ciptaan Allah Swt lainnya, seperti dengan hewan dan tumbuh-tumbuhan. Ciri
pokok yang umum tersebut diantaranya adalah persamaan, dalam dunia ini memerlukan
ruang dan waktu, serta tunduk kepada sunatullah. Secara biologis manusia dan makhluk
lainnya memiliki ketergantungan yang sama. Dengan demikian penggunaan kata al-
basyar pada manusia hanya menunjukan persamaan dengan makhluk Allah Swt lainnya
pada aspek material atau dimensi alamiahnya saja.
Kata an-Nas disebutkan dalam al-Quran sebanyak 241 kali yang tersebar dalam
53 surat (Abudin Nata, 2005:82-83). Kata an-Nas menunjukan pada hakekat manusia
sebagai makhluk sosial dan ditunjukan kepada seluruh manusia secara umum, baik
beriman ataupun kafir. Penggunaan kata ini bersifat umum mendefinisikan hakikat
manusia (Ramayulis, 2006:5-6).
Kata an-Nas digunakan al-Quran untuk menunjukan bahwa karakteristik manusia
senantiasa berada dalam keadaan labil. Meskipun manusia diberikan berbagai potensi
untuk mengenal Tuhannya, namun hanya sebagian manusia saja yang mengikuti ajaran
Tuhan. Sedangkan sebagian manusia tidak mempergunakan potensinya untuk mengenal
Tuhan, bahkan sebagian manusia mempergunakannya untuk menentang kekuasaan
Tuhan. Dengan demikian, manusia dapat dikatakan berdimensi ganda, yaitu sebagai
makhluk yang mulia dan tercela.
Sedangkan penggunaan Bani Adam karena manusia merupakan turunan Nabi Adam
as. Manusia dan nabi pertama yang diciptakan Allah Swt adalah Adam as dijuluki sebagai
abu basyar (nenek moyang manusia).
Menurut Ibnu Khaldun yang dikutip oleh Marasudin Siregar (1994:5) berpendapat
bahwa Allah menciptakan manusia dan menyusunnya menurut satu bentuk yang dapat

54 | Filsafat Pendidikan Islam


Hakikat Manusia ...

tumbuh dan mempertahankan hidupnya dengan bantuan makanan. Tuhan memberi


petunjuk kepada manusia atas keperluan makan menurut watak dan memberi padanya
kodrat kesanggupan untuk memperoleh makanan. Untuk mendapatkan makanan
dibutuhkan alat untuk dapat membuat dan memproses makanan.
Murthada Mutahhari mengatakan seperti dikutip oleh Ramayulis (2005), manusia
dilukiskan oleh al-Quran sebagai makhluk pilihan Tuhan, khalifah di muka bumi serta
sebagai semi samawi dan semi duniawi. Ini menunjukan bahwa dalam diri manusia
telah tertanam sifat mengakui Tuhan, bebas berkeyakinan, memiliki rasa tanggung
jawab terhadap dirinya maupun alam semesta. Manusia memiliki kencendrungan
untuk berbuat kebaikan dan kejahatan, kapasitas manusia tidak terbatas, baik dalam
kemampuan belajar ataupun dalam menerapkan ilmu. manusia memiliki kemulian dan
martabat yang tinggi. Sehingga manusia dapat menikmati semua karunia dengan bebas,
namun manusia dituntut untuk taat dan patuh dalam menjalani kewajiban mereka
kepada Allah.
Penciptaan manusia bukanlah tanpa latar belakang dan tujuan. Manusia diciptakan
sebagai khalifah dan sebagai wakil Allah di muka bumi hanya untuk menjalankan
perintah-Nya dan menjauhui larangan-Nya. Oleh karena itu, Tuhan memilih manusia
sebagai khalifah-Nya karena memiliki potensi yang tidak dimiliki oleh makhluk lain.
Dalam Islam, potensi laten yang dimiliki manusia banyak ragamnya. Abdul Mujib
(2006:53-63) menguraikan potensi bawaan manusia, antara lain:
1. Al-Fitrah (sifat alamiyah)
Fitrah merupakan citra asli manusia, yang berpotensi baik atau buruk dimana
aktualisasinya tergantung pilihan. Fitrah yang baik merupakan citra asli yang
primer. Sedangkan fitrah buruk merupakan citra asli yang sekunder. Fitrah adalah
citra asli yang dinamis, yang ada pada sistem-sistem psiko-fisik manusia, dan dapat
diaktulisasikan dalam bentuk tingkah laku. Seluruh manusia memiliki fitra yang
sama, meskipun perilakunya berbeda. Fitrah manusia yang paling esensial adalah
penerimaan terhadap amanah untuk menjadi khalifah dan hamba Allah di muka
bumi.
Syahminan Zaini (1986:5-9) mengatakan bahwa jenis fitrah memiliki banyak
dimensinya, dimensi yang terpenting ialah;
a. Fitrah agama. Manusia sejak dilahirkan diberikan naluri atau insting beragama,
insting yang mengakui adanya Dzat Yang Maha Pencipta yaitu Allah Swt. Sebelum
lahir ke dunia manusia telah mengakui bahwa Allah Swt adalah Tuhan (Q.S. al-
A’raf: 172). Sehingga ketika dilahirkan ia berkecenderungan al-hanif, yakni rindu
akan kebenaran mutlak (Allah).

Filsafat Pendidikan Islam | 55


Modul 2

b. Fitrah intelek adalah potensi manusia yang memiliki daya untuk memperoleh
pengetahuan dan fitrah manusia untuk dapat membedakan antara yang baik dan
yang buruk. Allah Swt selalu memperingatkan manusia untuk selalu menggunakan
fitrah inteleknya. Inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lain ciptaan
Allah Swt.
c. Fitrah sosial adalah kecenderungan manusia untuk hidup bermasyarakat atau
berkelompok yang di dalamnya terbentuk ciri-ciri khas yang disebut kebudayaan.
Kebudayaan merupakan cerminan manusia dan masyarakat. Manusia merupakan
komponen dari kebudayaan, peranan manusia untuk membentuk kebudayaan
yang islami dengan memasukan ke dalam kurikulum pendidikan Islam ke seluruh
peringkat dan tahapannya.
d. Fitrah susila adalah kemampuan manusia untuk mempertahankan diri dari sifat-
sifat amoral atau sifat-sifat yang menyalahi tujuan Allah yang menciptakannya.
Potensi ini untuk menolak sifat-sifat yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Manusia yang menyalahi aturan yang bertentangan dengan Islam akibatnya
menjadi hina.
e. Fitrah ekonomi adalah fitrah manusia untuk mempertahankan hidup. Manusia
mempertahankan hidupnya dengan memberikan kebutuhan jasmaniah. Fitrah
ekonomi tidak menghendaki adanya materialisme atau diperbudak materi bagi
manusia dengan mengeksploitasi kekayaan alam untuk kepentingan diri pribadi.
Karena fitrah manusia adalah menjaga dan memanfaatkan kelestarian alam
sebagai realisasi atas tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi.
f. Fitrah seni adalah kemampuan manusia untuk menimbulkan daya estetika. Dalam
pendidikan tugas manusia yang terpenting adalah memberikan suasana gembira,
senang dan aman dalam proses belajar mengajar karena pendidikan merupakan
proses kesenian yang karenanya dibutuhkan “seni mendidik”.
g. Fitrah kemajuan, keadilan, kemerdekaan, kesamaan, ingin dihormati, menikah,
cinta tanah air, dan kebutuhan-kebutuhan hidup lainnya.
2. Stuktur Manusia
Stuktur adalah “satu organisasi permanen, pola atau kumpulan unsur-unsur yang
bersifat relatif stabil, menetap dan abadi. Struktur tersebut meliputi jasmani, rohani,
nafsani, kalbu, akal dan hawa nafsu. Struktur ini terbentuk dalam diri manusia sebagai
potensi yang diberikan Allah Swt untuk dikembangkan manusia sebagai khalifah fi
ardi.
3. Al-Hayah (Vitality)
Al-Hayah adalah daya, tenaga, energi atau vitalitas hidup manusia karena
dengannya manusia dapat bertahan hidup. Al-hayah terbagai menjadi dua macam;

56 | Filsafat Pendidikan Islam


Hakikat Manusia ...

Pertama, jasmani yang tersusun dari tubuh, panca indra, susunan sel dan syaraf dan
bagian tubuh lainnya. Kedua, rohani yang intinya berupa amanat dari Tuhan (al-
amanah al-ilahiyyah) yang disebut dengan rohani. Amanah merupakan energi psikis
(al-thaqat al-ruhaniyyah) inilah yang membedakan manusia dengan hewan. Al-hayah
tidak hanya sekedar menghidupkan manusia, tapi juga menjadi esensi (al-haqiqah)
bagi kehidupannya.
4. Al-Khuluq (karakter)
Kata akhlak berakar kata khuluq yang berarti perangai, tingkah laku atau perangai.
Kosa kata ini memiliki akar yang sama dengan khalq yang berarti ciptaan. Dengan
demikian, seakan-akan akhlak merupakan ciptaan yang sudah begitu melekat dalam
diri manusia sebagai ciptaan Allah (Afif Muhammad & Nurohman, 2007:2). Selama
ini orang membagi akhlak menjadi dua; akhlak yang terpuji dan akhlak yang tercela.
Artinya, akhlak mencakup sikap dan tingkah laku yang baik dan yang buruk sekaligus.
Dalam terminologi psikologi, karakter (character) adalah watak, perangai, sifat dasar
yang khas; satu sifat atau kualitas yang tetap terus-menerus dan kekal yang bisa
dijadikan ciri untuk mengidentifikasikan seorang pribadi.
5. Al-Sajiyah (Keahlian atau bakat)
Dalam terminologi psikologi, sajiyah diterjemahkan sebagai bakat yaitu kapasitas
atau kemampuan yang bersifat potensial. Faktor ini terdapat dalam individu seseorang
sejak awal kehidupannya, ketika bakat ini dikembangkan akan menghasilkan keahlian,
kecakapan, keterampilan dan spesialis tertentu. Bakat ini bersifat tersembunyi dan
berkembang. Potensi bakat manusia merupakan hasil dari karakter individu jika
ini tidak dikembangkan dan didukung oleh pengaruh lingkungan yang baik, seperti
pendidikan, pengajaran, pelatihan, dan dakwah amar ma’ruf nahi munkar akan
tersembunyi dan terpendam.
6. Al-Amal (prilaku)
Amal adalah tingkah laku lahiriah individu yang tergambar dalam perbuatan nyata.
Pada tingkat amal ini kepribadian individu dapat diketahui, sekalipun kepribadian
yang dimaksud mencakup lahir dan batin. Hukum fiqh memiliki kecenderungan
melihat aspek lahir dari keperibadian manusia, sebab yang lahir itu mencermikan
yang batin, sementara hukum taSawuf lebih melihat pada aspek batiniahnya.
Kepribadian Islam yang ideal mencakup lahir batin.

Selanjutnya, untuk lebih memberikan gambaran tentang manusia ini, maka penting
untuk mengangkat pigur manusia ideal terutama dalam pandangan Islam. Hal ini
dimaksudkan agar pembahasan tentang manusia memiliki personifikasinya dalam

Filsafat Pendidikan Islam | 57


Modul 2

bentuk gambaran manusia ideal. Manusia ideal dalam Islam ini adalah nabi Muhammad
Saw.
Sudah umum diyakini dalam pandangan umat Islam bahwa nabi Muhammad Saw
adalah nabi, rasul dan merupakan manusia ideal sebagai pengejewantahan sempurna
dari ajaran Islam. Allah sendiri mengatakan dalam al- Qur’an bahwa nabi Saw sebagai
“uswatun hasanah” dan ketika istrinya ditanya tentang akhlak nabi Muhammad, maka ia
menjawab bahwa akhlaknya adalah al-Qur’an. Bahkan seorang cendekiawan Amerika,
Michael H. Hart, meletakkan posisi nabi Muhammad sebagai posisi puncak dalam
seratus tokoh yang paling berpengaruh di dunia (Tobroni, 2008:100).
Demikian tentang hakikat manusia ini. Intinya hakikat manusia dapat dilihat dari
berbagai perspektif, mulai dari perspektif ilmu-ilmu ilmiah sampai perspektif religius.
Paling tidak pembahasan tadi dapat memberikan dskripsi tentang hakikat manusia.
Sampai saat ini, pembahasan tentang hakikat manusia tetap menarik dan terus
berkembang. Manusia adalah makhluk istimewa.

Hakikat Masyarakat
a. Pengertian umum masyarakat
Dalam bahasa Inggris masyarakat disebut dengan istilah society, dari bahasa Latin
societas (dari socio = mengambil bagian, berbagi, menyatukan). Masyarakat adalah suatu
kumpulan orang-orang, atau suatu asosiasi sukarela individu-individu yang mempunyai
tujuan-tujuann yang sama.
Dalam pandangan beberapa filosof, pengertian masyarakat adalah:
1. Plato tidak membedakan antara pengertian negara dan masyarakat. Negara tersusun
dari individu-individu dan tidak disebutkan kesatuan-kesatuan yang lebih besar.
Negara sama dengan masyarakat;
2. Aristoteles membuat perbedaan antara negara dan masyarakat. Negara adalah
kumpulan dari unit-unit kemasyarakatan. Masyarakat terdiri dari keluarga-keluarga;
3. Comte memperluas analisis-analisis masyarakat, dengan menganut suatu pandangan
tentang masyarakat sebagai lebih dari suatu agregat (gerombolan) individu-individu
(Loren Bagus, 2000:578).
Ada juga teori tentang masyarakat pascaindustri. Dalam pandangan teori masyarakat
pascaindustri, perkembangan masyarakat ditentukan oleh tingkat perkembangan
industri yang dapat dilihat dari pendapatan kotor masyarakat (GNP). Ciri khas masyarakat
pascaindustri adalah meningkatnya jumlah orang yang terlibat dalam industri-industri
pelayanan dan dalam produksi rohani (9/10 atau lebih dari populasi tenaga kerja) dan

58 | Filsafat Pendidikan Islam


Hakikat Manusia ...

berkurangnya orang yang bekerja dalam produksi industri dan dalam pertanian. Ciri
penting lainnya adalah pengurangan waktu kerja dalam setahun, pertumbuhan populasi
nol, reorientasi perekonomian dan kebudayaan (Loren Bagus,2000:580).
Di samping hal di atas, perlu diungkapkan pula beberapa pendapat tentang
masyarakat sebagai berikut :
1. Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan
menghasilkan kebudayaan;
2. Menurut Karl Marx masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu
ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara
kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi;
3. Menurut Emile Durkheim masyarakat merupakan suatu kenyataan objektif pribadi-
pribadi yang merupakan anggotanya;
4. Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan manusia yang
relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu
wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar
kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut (godam64 @ yahoo.com).
Secara umum masyarakat adalah sekumpulan manusia yang bertempat tinggal
dalam suatu kawasan dan saling berinteraksi dengan sesama untuk mencapai tujuan.
Anggota masyarakat terdiri dari berbagai ragam pendidikan, profesi, keahlian, suku
bangsa, agama, maupun lapisan sosial sehingga menjadi masyarakat yang majemuk.
Secara langsung dan tidak langsung setiap anggota masyarakat tersebut telah menjalin
komunikasi, mengadakan kerjasama dan saling mempengaruhi dalam rangka mencapai
tujuan (Wiji Suwarno, 2006:46).
Masyarakat adalah kumpulan manusia yang saling berinteraksi dalam rangka
mencapai tujuan hidup bersama. Struktur masyarakat yang ada dalam masyarakat
terdiri dari yang paling kecil yaitu individu. Individu-individu ini menjalin komunikasi
dalam rangka melakukan kontrak sosial. Kumpulan individu ini kemudian membentuk
ikatan yang lebih luas yaitu keluarga.
Selanjutnya masyarakat juga dapat didefinisikan sebagai berikut: 1). Pengalaman
kita dengan orang lain di sekitar kita; 2). Tingkah laku kelompok, hubungan-hubungan
diantara manusia, dan faktor-faktor yang termasuk dan terjadi dalam hubungan antara
manusia; 3). Interaksi-interaksi dan interelasi-interelasi manusia; 4). Sebuah sistem
yang terbentuk dari cara-cara dan prosedur-prosedur, kekuasaan dan bantuan timbal
balik, pengelompokan-pengelompokan dan pembagian-pembagian, pengawasan-
pengawasan dan kebebasan-kebebasan; 5). Sebuah kelompok dengan suatu budaya
yang terorganisasi untuk memberikan kepuasan bagi kebutuhan-kebutuhan dan

Filsafat Pendidikan Islam | 59


Modul 2

kepentingan-kepentingan semua orang, dalam arti sempit adalah struktur sosial (Redja
Mudyahardjo, 2008:22).
Adapun yang menjadi komponen masyarakat adalah sebagai berikut :
a. Organisasi sosial;
b. Budaya;
c. Sosialisasi;
d. Kelompok-kelompok primer;
e. Stratifikasi sosial;
f. Asosiasi;
g. Tingkah laku kolektif;
h. Penduduk dan ekologi (Redja Mudyahardjo, 2008:23).
Komponen-komponen masyarakat di atas sebenarnya merupakan satu sinergitas
sosial. Kenyataan dalam masyarakat memang mencerminkan variasi dan perbedaan
yang nyata, tetapi sejatinya hal itu adalah satu kesatuan yang saling berhubungan
b. Hakikat masyarakat dalam Islam
Masyarakat dalam Islam sering diistilahkan dengan ummat atau umma. Istilah
ummah berasal dari kata ‘amma, artinya bermaksud (qashada) dan berniat keras
(‘azima). Pengertian seperti ini terdiri atas tiga arti yakni “gerakan” dan “tujuan”, dan
“ketetapan hati yang sadar”. Dan sepanjang kata ‘amma itu pada mulanya mencakup
arti “kemajuan” maka tentunya ia memeperlihatkan diri sebagai kata yang terdiri atas
empat arti, yaitu usaha, gerakan, kemajuan, dan tujuan (Ali Syari’ati, 1995:50).
Kata umat menurut al-Asfihani diartikan sebagai semua kelompok yang dihimpun oleh
sesuatu, seperti agama yang sama, waktu atau tempat yang sama baik perhimpunannya
secara terpaksa atau kehendak mereka sendiri (Fauzal Umam, 1996). Kata umat dalam
al-Qur’an disebut sebanyak 52 kali dalam bentuk tunggal al-Damighani dalam kamus al-
Qur’annya merinci sembilan pengertian, kata umat yang terdapat dalam al-Qur’an yaitu:
Kelompok agama (tauhid), waktu yang panjang, kaum, pemimpin, generasi silam, umat
Islam, orang-orang kafir, dan seluruh umat manusia (Fauzal Umam, 1996).
Dalam al-Qur’an banyak sekali penggunaan Istilah umat ini, misalnya:
1. Umat berarti agama yang satu.
Allah Swt berfirman dalam Q.S. al-Mu’minun : 52 :

Artinya :
“Sesungguhnya agama tauhid ini adalah agama kamu semua, agama yang satu dan
aku adalah Tuhanmu. Maka bertakwalah kepada-Ku”. (Q.S. al-Mu’minun : 52 )

60 | Filsafat Pendidikan Islam


Hakikat Manusia ...

2. Umat berarti segolongan/kelompok.


Allah Swt berfirman dalam Q.S. An-Naml : 83:

Artinya :
“Dan Ingatlah hari (ketika) kami kumpulkan dari tiap umat segolongan orang-orang
yang medustakan ayat-ayat Kami, mereka dibagi-bagi dalam kelompok”. (Q.S. An-
Naml : 83)
Menurut Tafsir Jalalain, menafsirkan sebagai berikut:

ّ ّ‫( يوم يخشر من كل‬hari ketika kami kumpulkan dari tiap-tiap umat
‫( و‬dan) ingatlah ‫أمة‬
segolongan). Dari penafsiran tadi umat itu adalah kelompok atau kumpulan orang-
orang dalam kasus ini adalah orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah.
Pengertian umat sebagai kumpulan dapat ditemukan juga pada al- Qur’an surat al-
Qashas: 23.
3. Umat berarti sekumpulan orang yang diberi peringatan.
Allah Swt berfirman dalam Q.S. al-Fathir : 24:

Artinya :
«Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran. Sebagai pembawa
berita gembira dan pemberi peringatan. Dan tidak ada seorang umat pun melainkan
ada padanya seorang pemberi peringatan”. (Q.S. al-Fathir : 24)
Dalam teks di atas menurut Jalalain (1999:1867) kata umat disana berarti sekumpulan
orang/penduduk. Dalam kasus ayat ini, sekumpulan orang itu adalah penduduk suatu
daerah.
4. Umatan wahidan berarti agama yang satu (Islam).
Q.S. Asy-Syura : 8:

Artinya:
« Dan kalau Allah menghendaki niscaya Allah menjadikan mereka satu umat (saja),
tetapi dia memasukkan orang-orang yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya. dan
orang-orang yang zalim tidak ada bagi mereka seorang pelindungpun dan tidak pula
seorang penolong» (Q.S. Asy-Syura : 8)

Filsafat Pendidikan Islam | 61


Modul 2

Lapadz ‫أمة واحدة‬


ّ ditafsirkan oleh Jalalain sebagai agama yang satu dalam hal ini adalah
Islam.
5. Umat berarti agama.
Q.S. Az-Zuhruf : 22:

Artinya:
“…Sٍesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut satu agama,, dan
sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan mengikuti mereka…”.
(Q.S. Az-Zuhruf : 22)
Jalalain menafsirkan lapadz ‫أمة‬
ّ pada ayat di atas sebagai agama.
6. Umat berarti pemeluk agama.
Q.S. Al Jatsiah: 28:

Artinya:
“Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut, tiap-tiap umat dipanggil
untuk melihat buku catatannya…”. (Q.S. Al Zatsiah: 28)
Jalalain menafsirkan lafadz ‫ أمة‬dalam ayat di atas sebagai pemeluk agama.
7. Umatan wasathan berarti umat yang seimbang.
Q.S. Al-Baqarah : 143:

Artinya :
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil
dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul
(Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. dan Kami tidak menetapkan kiblat
yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata)
siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. dan sungguh (pemindahan
kiblat) itu terasa Amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk
oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.(Q.S. Al Baqarah : 143)

62 | Filsafat Pendidikan Islam


Hakikat Manusia ...

Yusuf Qardhawi dalam bukunya al-Khishais al-Amanah li al-Islam menjelaskan


pengertian wasathan sama dengan tawazzun yaitu keseimbangan, antara dua arah atau
jelas yang saling berhadapan atau bertentangan, tidak terpengaruh oleh kepentingan
individu, kelompok, ras dan suku, umatan wasathan adalah umat yang adil toleran
senang berdialog, mau hidup rukun serta tidak bersifat ekstrim yang dapat memicu
konflik. (Fauzal Umam,1996)
Umatan wasathan juga berarti umat yang posisinya selalu berada di tengah yang dapat
dilihat oleh semua pihak. Mereka menjadikan Syuhada dalam arti saksi dan sekaligus
disaksikan. Mereka adalah umat yang harus mampu memberi teladan bagi yang lain
dalam menegakkan keadilan, membela kebenaran, melenyapkan tindakan kekerasan,
keterbelakangan dan kemiskinan umat.
Walaupun Islam mengajarkan bahwa untuk menciptakan masyarakat yang baik harus
bermula dengan menciptakan manusia yang baik, sebab individu itulah yang merupakan
unit terkecil dan masyarakat, namun masyarakat menurut pandangan Islam berbeda
dengan masyarakat menurut pandangan Barat. Dalam pandangan sosiologi modern
yang ada adalah perjanjian sosial (la contract social). Sedang dalam pandangan Islam
yang ada adalah perjanjian perseorangan (la contract individual) antara tiap manusia
dengan Tuhan. Firman Allah SWT:

Artinya :
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
«Bukankah aku ini Tuhanmu?» mereka menjawab: «Betul (Engkau Tuban kami), Kami
menjadi saksi». (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: «Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan Tuhan)», (Q.S. 7:172).

Apapun yang berlaku pada masyarakat, baik atau buruk, bergantung pada anggota-
anggotanya yang merupakan individu-individu seperti firman Allah yang berbunyi:

Artinya:
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di
belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah

Filsafat Pendidikan Islam | 63


Modul 2

Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada
yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.(QS.
Ar- Ra’d : 11).
Dalam Q.S. 3:104 Allah Swt berfirman :

Artinya:
«Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang
yang beruntung» (Q.S. 3:104).

Ayat yang mengatakan bahwa pembentukan ummah harus ditegakkan atas dasar-
dasar kebaikan. Allah juga berfirman dalam al-Quran bahwa jika Dia mau niscaya Dia
menjadikan umat manusia seluruhnya satu ummah saja, tetapi sebaliknya ia menjadikan
berbagai masyarakat di bumi supaya menguji kebajikan (Q.S. 5:48). Sebenarnya yang
membedakan umat Islam dari umat-umat lainnya adalah Islam. Dalam al-Quran
disebutkan bahwa umat Islam adalah umat terbaik. Firman Allah :

Artinya:
«Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah....» (Q.S. 3 : 110)

Menurut ayat di atas, ada tiga syarat utama untuk menjadi masyarakat model
(ideal society) yang dijanjikan oleh Allah itu, yaitu sanggup menaburkan kebaikan, dan
membasmi kemungkaran di atas bumi, dan beriman kepada Allah (Hasan Langgulung,
1995:83).
Adapun ciri-ciri masyarakat Islam ideal menurut Al-Syaibani (1979:164204-) sebagai
berikut :
1. Masyarakat Islam wujud di atas tiang iman kepada Allah, Nabi, Rasul, Kitab Samawi,
Hari Akhirat, hari kebangkitan, perhitungan dan balasan.
2. Masyarakat Islam meletakkan agama pada tempat yang tinggi, seperti tercatat
dalam Q.S. An-Nisa ayat 59.
3. Masyarakat Islam memberi penilaian yang tinggi kepada akhlak dan tata susila.
Segala kegiatan dan perbuatan insan ditundukkan kepada prinsip dan kaidah yang
diterima sebagai prinsip insaniah yang jelas.

64 | Filsafat Pendidikan Islam


Hakikat Manusia ...

4. Masyarakat Islam memberi perhatian utama kepada ilmu sebab ilmu dianggap cara
yang terbaik untuk memantapkan akidah dan agama.
5. Masyarakat Islam menghormati dan menjaga kehormatan insan, tidak memandang
perbedaan warna kulit, bangsa, agama, harta, dan keturunan.
6. Keluarga dan kehidupan berkeluarga mendapat perhatian besar dalam masyarakat
Islam.
7. Masyarakat Islam adalah masyarakat dinamis dan bertekad untuk berkembang dan
berubah dengan pesat dan terus menerus (Q.S. al-Ra›ad : 11dan al-Anfal : 53).
8. Kerja mendapat perhatian sungguh-sungguh dalam masyarakat Islam. Ia
dianggap neraca untuk menentukan kemanusiaan insan. Sebagai sumber hal dan
kewajibannya. Kerja merupakan hak dan tanggung jawab manusia.
9. Nilai dan peranan harta diperhitungkan untuk menjaga kehormatan insan dan
membantu ummah. Pemilik harta hakiki adalah Allah. Sebab manusia memiliki
harta kekayaan hanya sebagai amanah.
10. Kekuatan dan keteguhan yang diatur oleh agama, akhlak dan ukuran kebenaran,
keadilan, kasih sayang dan ciri-ciri insaniah yang luhur dijadikan tujuan. Baik
kekuatan moral dengan beriman kepada Allah, melengkapi diri ataupun kekuatan
material dalam bentuk kekuatan ekonomi, kemajuan ilmu, teknologi, pembangunan,
kemajuan sosial, dan persenjataan.
11. Masyarakat Islam adalah masyarakat yang terbuka, boleh menerima pengaruh yang
baik dari masyarakat lain terutama dalam bidang ilmu pengetahuan. Ia menyeru
kepada sifat saling tolong-menolong baik dalam hubungan luar negeri atau dalam
negeri. Bersedia mengambil ilmu-ilmu dari bangsa lain. Tetapi dalam proses
interaksi itu tidak sampai kehilangan identitasnya.
12. Masyarakat Islam bersifat insaniah, saling kasih mengasihi, ramah tamah, tolong
menolong, bantu membantu antara satu dengan lainnya.

Berkenaan dengan kenyataan sosial, al- Qur›an memberikan informasi tentang


karakter yang perlu dimiliki oleh masyarakat Islam. Karakter tersebut antara lain :
Kesatu, masyarakat komunikatif. Manusia adalah makhluk yang saling berhubungan,
saling menginformasikan ide, makna, konsep dan pengertian antara satu dengan lainnya,
melalui bahasa suara, isyarat, dan gerak.
Kedua, Masyarakat penafsir. Manusia dalam kultur yang berbeda akan memberikan
penafsiran yang berbeda pula. Penafsiran dan perilaku manusia merupakan produk
dari kultur lingkungannya. Dalam kaitan ini, Islam mentoleransi keragaman kultur
yang nilainya tidak bertentangan dengan al- Qur›an dan Sunnah. Kultur yang demikian
disebut urf.

Filsafat Pendidikan Islam | 65


Modul 2

Ketiga, masyarakat nilai. Nilai-nilai ajaran Islam merupakan satu kesatuan. Masyarakat
Islam adalah masyarakat yang patuh terhadap nilai-nilai. Gambaran masyarakat yang
memegang teguh nilai adalah masyarakat madinah.
Keempat, Masyarakat keluarga. Masyarakat Islam adalah masyarakat yang terdiri
atas keluarga-keluarga. Institusi keluarga terbentuk karena perkawinan. Keluarga
merupakan pencipta generasi baru. Keluarga merupakan institusi masyarakat Islam
yang sangat penting.
Kelima, masyarakat berorientasi pada mustadh›afin. Masyarakat Islam adalah
masyarakat yang sangat kuat memihak kepada masyarakat yang lemah. Ayat-
ayat al-Qur›an yang turun pada awal-awal periode kenabian adalah ayat-ayat yang
membela masyarakat lemah. Al-Qur›an melarang seseorang atau suatu masyarakat
mengeksploitasi masyarakat lainnya.
Keenam. Masyarakat egaliter. Masyarakat Islam adalah masyarakat yang egaliter,
penuh persamaan, terbuka bagi pengembangan warganya, tanpa melihat asal strata
sosial warga bersangkutan. Konsep yang mendasarinya adalah doktrin tauhid. Dalam
pandangan tauhid, seluruh manusia mempunyai derajat yang sama di hadapan Allah
Swt. Atas dasar keistimewaan iman dan ilmu, masyarakat Arab zaman nabi mengalami
perbaikan dan perbalikan (Sanusi Uwes, 2001:132).
Perwujudan masyarakat yang ideal merupakan harapan bagi seluruh manusia.
Konsepsi mayarakat ideal tersebut sering berhubungan dengan tujuan bermasyarakat.
Salah satu konsep masyarakat yang diharapkan muncul adalah konsep masyarakat
madani. Karena pembahasan mengenai masyarakat madani merupakan hal yang
penting berikut akan disampaikan beberapa pemikiran terutama ciri-ciri atau karakter
masyarakat madani.
Menurut Anwar Ibrahim, masyarakat sipil atau masyarakat madani memiliki ciri-ciri
sebagai berikut : 1) Kemajemukan budaya (multikultural); 2) Hubungan timbal balik
(reprocity), 3) sikap saling memahami dan menghargai. Sedangkan prinsip masyarakat
madani adalah prinsip moral, keadilan, keseksamaan, musyawarah dan demokrasi
(Komarudin Hidayat dkk., 2006:303).
Selanjutnya, masyarakat madani tidak pernah muncul dengan sendirinya. Ia
menghajatkan unsur-unsur sosial yang menjadi prasyarat terwujudnya masyarakat
madani. Adapun karakter khas masyarakat madani sebagai berikut :
1. Adanya wilayah publik yang bebas
Free public sphere adalah ruang publik yang bebas sebagai sarana untuk
mengemukakan pendapat warga masyarakat. Di wilayah ruang publik ini semua
warga Negara memiliki posisi dan kedudukan yang sama untuk melakukan transaksi
sosial tanpa ada rasa takut dan terancan oleh kekuatan di luar civil society.

66 | Filsafat Pendidikan Islam


Hakikat Manusia ...

2. Demokrasi
Demokrasi adalah prasyarat mutlak lainnya bagi keberadaan civil society yang murni.
Tanpa demokrasi masyarakat sipil tidak mungkin terwujud. Secara umum demokrasi
adalah suatu tatanan sosial politik yang bersumber dan dilakukan oleh, dari, dan
untuk warga Negara.
3. Toleransi
Toleransi adalah sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan pendapat.
Toleransi adalah ajaran dan kwajiban melaksanakan ajaran itu. Toleransi menghasilkan
pergaulan yang menyenangkan antara berbagai kelompok yang berbeda-beda.
Toleransi adalah kesediaan individu-individu untuk menerima beragam perbedaan
pandangan politik di kalangan warga bangsa.
4. Pluralisme
Pluralisme adalah pertalian sejati kebhinekaan dalam ikatan-ikatan keadaban.
Pluralisme merupakan suatu keharusan bagi keselamatan umat manusia antara lain
melalui mekanisme pengawasan dan pengimbangan. Kemajemukan erat kaitannya
dengan sikap penuh pengertian kepada orang lain.
5. Keadilan sosial
Keadilan sosial adalah keseimbangan dan pembagian yang proporsional atas hak dan
kewajiban setiap warga Negara yang mencakup seluruh aspek kehidupan : ekonomi,
politik, pengetahuan dan kesempatan (Komarudin Hidayat, 2006:316)

Pembahasan tentang hakikat masyarakat memiliki signifikansinya ketika pendidikan


mencoba menformulasikan kontruksi masyarakat ideal yang dicita-citakan. Formulasi
masyarakat ideal ini merupakan salah satu tujuan pendidikan. Karena itu, hakikat
masyarakat merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembahasan filsafat
pendidikan Islam. Kerangka-kerangka normatif dan teoritis tentang masyarakat
ini menjadi bahan bagi pengembangan masyarakat ke depan yang diupayakan oleh
pendidikan Islam melalui kajian filsafat pendidikan Islam.
Untuk lebih memahami konsep dengan lebih baik, Anda diminta untuk mendiskusikan
atau menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini :
1) Apa pengertian manusia dalam berbagai tinjauan bahasa?
2) Bagaimana pendapat para filosof tentang manusia ?
3) Ada empat aliran yang membicarakan manusia, sebutkan dan jelaskan !
4) Apa pengertian manusia dalam Islam ?
5) Apa saja potensi manusia itu ?
6) Apa masyarakat dalam pandangan para filosof ?
7) Bagaimana pandanga Islam tentang masyarakat ?

Filsafat Pendidikan Islam | 67


Modul 2

Selanjutnya coba Anda cocokkan hasil diskusi dan jawaban Anda dengan kunci
jawaban di bawah ini :
1) Manusia dalam bahasa Inggris disebut man (asal kata dari bahasa Anglo-Saxon),
mann). Arti dasar dari kata ini tidak jelas tetapi pada dasarnya dapat dikaitkan dengan
mens (latin), yang berarti “ áda yang berpikir”. Demikian halnya arti kata anthropos
(Yunani) tidak begitu jelas. Semula anthropos berarti “seseorang yang melihat ke
atas”. Sekarang kata ini dipakai untuk mengartikan “wajah manusia”. Dan akhirnya
homo bahasa Latin yang artinya “orang yang dilahirkan di atas bumi”
2) Plato memandang manusia pada hakikatnya sebagai suatu kesatuan pikiran, kehendak,
dan nafsu-nafsu. Aristoteles memandang manusia sebagai makhluk rasional yang
memiliki kesatuan organik antara tubuh dan jasad.Hsun Tzu beranggapan bahwa
pada hakikatnya manusia itu jahat, dan memerlukan latihan disiplin yang keras.
3) Aliran Serba Zat
a. Aliran serba zat ini mengatakan yang sungguh-sungguh ada itu hanyalah zat atau
materi. alam ini adalah zat atau materi dan manusia adalah unsur alam, maka dari
itu manusia adalah zat atau materi.
b. Aliran Serba Ruh
Aliran ini berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di dunia ini ialah
ruh.
c. Aliran Dualisme
Aliran ini menganggap bahwa manusia itu pada hakikatnya terdiri dari dua
substansi yaitu jasmani dan rohani.
d. Aliran Eksistensialisme
Aliran filsafat modern berpikir tentang hakikat manusia merupakan eksistensi
atau perwujudan sesungguhnya dari manusia.
4) Manusia dalam Islam sering disebut dngan beberapa istilah antara lain, insan,
basyar, an-nas, bani adam, Kata insan lebih banyak berhubungan dengan manusia
pada dimensi mental. Sedangkan basyar lebih pada dimensi fisik. Dan an-nas kepada
manusia dalam aspek sosiologis. Sedangkan bani adam lebih kepada manusia sebagai
keturunan nabi adam.
5) Para filosof mengatakan bahwa pengertian masyarakat antara lain:
a. Plato tidak membedakan antara pengertian Negara dan masyarakat. Negara
tersusun dari individu-individu dan tidak disebutkan kesatuan-kesatuan yang
lebih besar. Negara sama dengan masyarakat;

68 | Filsafat Pendidikan Islam


Hakikat Manusia ...

b. Aristoteles membuat perbedaan antara Negara dan masyarakat. Negara adalah


kumpulan dari unit-unit kemasyarakatan. Masyarakat terdiri dari keluarga-
keluarga;
c. Comte memperluas analisis-analisis masyarakat, dengan menganut suatu
pandangan tentang masyarakat sebagai lebih dari suatu agregat (gerombolan)
individu-individu
6) Masyarakat dalam Islam sering diistilahkan dengan ummat atas umma. Istilah
ummah berasal dari kata ‘amma, artinya bermaksud (qashada) dan berniat keras
(‘azima). Pengertian seperti ini terdiri atas tiga arti yakni “gerakan” dan “tujuan”, dan
“ketetapan hati yang sadar”. Dan sepanjang kata ‘amma itu pada mulanya mencakup
arti “kemajuan” maka tentunya ia memeperlihatkan diri sebagai kata yang terdiri
atas empat arti, yaitu usaha, gerakan, kemajuan, dan tujuan.

Filsafat Pendidikan Islam | 69


Modul 2

Rangkuman
Manusia merupakan makhluk yang diberikan akal budi. Dengan akal budinya tersebut
manusia dapat mengembangkan pengetahuan dan peradaban. Manusia merupakan
makhluk yang misterius. hakikat manusia dapat dilihat dari berbagai aspek, baik dari
aspek biologi, sosiologi, antropologi, budaya dan sebagainya.Manusia tetap merupakan
makhluk yang misterius, hal ini disebabkan karena pertanyaan tentang hakikat manusia
sampai saat ini masih muncul.
Manusia dalam Islam sering diistilahkan dengan kata insan, basyar,an- nass, dan Bani
Adam. Pigur manusia ideal dalam Islam adalah nabi Muhammad saw. Masyarakat adalah
kumpulan dari individu-individu yang memiliki kehendak sama dalam rangka mencapai
tujuan bersama. Masyarakat dalam Islam disebut ummah. Ummah sebagai manifestasi
masyarakat Islam memiliki karakter meletakkan tauhid dan akhlak sebagai prinsip
utama.

Tes Formatif 1
Pilihlah salah satu jawaban yang anda anggap paling benar dan tepat dengan tanda silang
pada hurup a, b, c, dan d.
1. Secara etimologi manusia adalah “seseorang yang melihat ke atas”. Pengertian
tersebut berasal dari kata Yunani…
a. Homo
b. Mann
c. Antrhopos
d. Makhluk

2. Menurut Plato pengertian manusia adalah…


a. Makhluk rasional
b. Makhluk yang memiliki kesatuan pikiran, kehendak, dan nafsu
c. Makhluk yang jahat
d. Kesatuan jiwa dan badan

3. manusia pada hakikatnya terdiri dari kesatuan antara jasmani dan rohani adalah
pengertian manusia menurut aliran…
a. Serba zat
b. Serta ruh
c. Dualisme
d. Eksistensialisme

70 | Filsafat Pendidikan Islam

Anda mungkin juga menyukai