04 Modul Filsafat Pendidikan Islam 55 82 1ax
04 Modul Filsafat Pendidikan Islam 55 82 1ax
04 Modul Filsafat Pendidikan Islam 55 82 1ax
MODUL
M
odul ini akan membahas tentang hakikat manusia, masyarakat, alam dan ilmu
pengetahuan. Modul ini merupakan landasan bagi pembahasan modul selanjutnya
tentang hakikat pendidikan, hakikat pendidik dan peserta didik, serta hakikat
kurikulum.
Dengan mempelajari modul ini diharapkan anda dapat memiliki kompetensi dalam
memahami hakikat manusia, masyarakat, alam dan ilmu pengetahuan. Hal ini akan berguna
dalam memahami hakikat pendidikan termasuk dasar dan tujuan pendidikan. Oleh karena
itu anda diharapkan dapat memahmi modul ini dengan baik.
Untuk mencapai kompetensi tersebut, maka anda diharapkan mampu mennguasai
indikator-indikator sebagai berikut :
a. Mampu menyebutkan hakikat manusia
b. Mampu menyebutkan hakikat masyarakat
c. Mampu menerangkan hakikat alam
d. Mampu menjelaskan hakikat ilmu pengetahuan
Dengan memiliki pemahaman terhadap materi-materi di atas, anda akan memiliki
kompetensi dalam memahami pendidikan Islam terutama pada aspek pendidik, peserta
didik dan kurikulum pendidikan Islam.
Adapun sistematika modul ini membahas, pertama, Hakikat manusia dan hakikat
masyarakat, kedua, hakikat alam dan hakikat ilmu pengetahuan.
Pengertian Manusia
a. Pengertian Manusia secara Umum
M
anusia dalam bahasa Inggris disebut man (asal kata dari bahasa Anglo-Saxon),
mann). Arti dasar dari kata ini tidak jelas tetapi pada dasarnya dapat dikaitkan
dengan mens (latin), yang berarti “ áda yang berpikir”. Demikian halnya arti
kata anthropos (Yunani) tidak begitu jelas. Semula anthropos berarti “seseorang yang
melihat ke atas”. Sekarang kata ini dipakai untuk mengartikan “wajah manusia”. Dan
akhirnya homo bahasa Latin yang artinya “orang yang dilahirkan di atas bumi” (Loren
Bagus, 2000:565).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:714) manusia diartikan sebagai
“makhluk yang berakal budi” (mampu menguasai makhluk yang lain). Sedangkan
menurut Endang Saifuddin Anshari yang dikutip oleh. mahmud dan Tedi Priatna
(2005:62) manusia adalah hewan yang berfikir. Berfikir adalah bertanya. Bertanya
adalah mencari jawaban. Mencari jawaban adalah mencari kebenaran. Mencari jawaban
tentang Tuhan, alam, manusia, artinya mencari kebenaran tentang Tuhan, alam, dan
manusia. Jadi, pada akhirnya manusia adalah makhluk pencari kebenaran.
Berikut diuraikan pendapat para filosof Barat tentang pengertian manusia ini sebagai
berikut:
1. Plato memandang manusia pada hakikatnya sebagai suatu kesatuan pikiran,
kehendak, dan nafsu-nafsu;
2. Aristoteles memandang manusia sebagai makhluk rasional yang memiliki kesatuan
organik antara tubuh dan jasad;
3. Sartre mendefinisikan manusia sebagai “nol yang me-nol-kan” pour soi yang bukan
merupakan objek melainkan subjek, yang kodratnya bebas (Loren Bagus, 2000:266)
Jika dilihat dari segi biologis, hampir tidak dapat dibedakan antara manusia dan
hewan. Perbedaan terdapat pada sisi rohani yang dimiliki manusia, dan akal budinya.
Dengan akal inilah manusia melahirkan kebudayaan dan peradaban. Dengan akalnya
tersebut, manusia dapat berimajinasi dan memiliki tujuan. Manusia merupakan homo
sapiens yaitu makhluk yang memiliki tujuan, Manusia disebut pula homo faber karena
manusia adalah makhluk yang pandai menggunakan alat. Manusia adalah homo
religious yaitu makhluk yang percaya kepada takdir dan kepada Tuhan. (Djumrasnsjah,
2008:103).
Socrates (470-399 SM) yang dikutip oleh Ahmad Tafsir (2006:8) mengatakan
tentang hakikat bahwa manusia adalah makhluk yang dalam dirinya tertanam jawaban
mengenai berbagai persoalan dunia. Manusia bertanya tentang dunia dan masing-
masing mempunyai jawaban tentang dunia. Lanjut Socrates, seringkali manusia itu
tidak menyadari bahwa dalam dirinya terpendam jawaban-jawaban bagi persoalan
yang dipertanyakannya. Oleh karena itu, perlu adanya bantuan orang lain untuk
mengemukakan jawaban-jawaban yang masih terpendam tersebut. Diperlukan orang
lain untuk melahirkan ide yang ada dalam manusia itu.
Dari kalangan pemikir abad moderen, pembahasan manusia dapat kita jumpai oleh
Dr. Alexis Carrel (peletak dasar ilmu humaniora Barat) yang dikutip oleh Abuddin Nata
(2005:81) mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang misterius. Kedudukan
manusia yang terpisah dari dirinya menyebabkan aspek kajian dunia luar manusia lebih
tinggi. Hal ini menunjukan bahwa, kajian tentang manusia secara menyeluruh sulit
untuk dipahami dan tidak pernah selesai untuk dikaji. Ketika dari satu aspek selesai
dipahami, maka akan timbul aspek lain yang belum dibahas.
Sejak lahir, seorang manusia sudah langsung terlibat didalam kegiatan pendidikan
dan pembelajaran. Dia dirawat, dijaga, dilatih, dan dididik oleh orangtua, keluarga,
dan masyarakatnya menuju tingkat kedewasaan dan kematangan, sampai kemudian
terbentuk potensi kemandirian dalam mengelola kelangsungan hidupnya.
Setelah taraf kedewasaan dicapai, manusia tetap melanjutkan kegiatan pendidikan
dalam rangka pematangan diri. Kematangan diri adalah kemampuan menolong diri
sendiri, orang lain, dan terutama menolong kelestarian alam agar tetap berlangsung
dalam ekosistemnya. Antara manusia dan pendidikan terjalin hubungan kausalitas.
Karena manusia, pendidikan mutlak ada; dan karena pendidikan, manusia semakin
menjadi diri sendiri sebagai manusia yang manusiawi.
Dengan kegiatan pendidikan dan pembelajaran secara terus menerus, manusia
mendapatkan ilmu pengetahuan yang sarat dengan nilai kebenaran baik yang
universal-abstrak, teoritis, maupun praktis. Nilai kebenaran ini selanjutnya mendorong
terbentuknya sikap perilaku arif dan berkeadilan. Lebih lanjut, dengan sikap dan
perilaku tersebut, manusia membangun kebudayaan dan peradabannya. Kebudayaan,
baik yang material ataupun yang spiritual, adalah upaya manusia untuk mengubah
dan membangun keterhubungan berimbang baik secara horizontal maupun vertikal
(Suparlan, 2008:55-57).
Manusia merupakan makhluk sosial. Manusia disebut makhluk sosial karena memiliki
faktor-faktor sebagai berikut :
Dengan demikian aliran ini menganggap ruh itu ialah hakikat sedangkan badan ialah
penjelmaan atau bayangan.
3. Aliran Dualisme
Aliran ini menganggap bahwa manusia itu pada hakikatnya terdiri dari dua substansi
yaitu jasmani dan rohani. Kedua substansi ini masing-masing merupakan unsur asal,
yang adanya tidak tergantung satu sama lain. Jadi badan tidak berasal dari ruh dan
ruh tidak berasal dari badan. Perwujudannya manusia adalah gabungan dari dua
unsur, jasad dan ruh. Antara badan dan ruh terjadi sebab akibat yang mana keduanya
saling mempengaruhi.
4. Aliran Eksistensialisme
Aliran filsafat modern berpikir tentang hakikat manusia merupakan eksistensi
atau perwujudan sesungguhnya dari manusia. Jadi intinya hakikat manusia itu
yaitu apa yang menguasai manusia secara menyeluruh. Disini manusia dipandang
tidak dari sudut serba zat atau serba ruh atau dualisme dari dua aliran itu, tetapi
memandangnya dari segi eksistensi manusia itu sendiri didunia ini (Jalaluddin &.
Abdullah Idi,1997:107-108).
Aliran-aliran tentang manusia di atas tentunya, belum memiliki pengertian yang
seimbang dengan konsepsi manusia dalam Islam. Aliran tentang manusia tersebut
memberikan pandangan yang berbeda tentang hakikat manusia.
Paling tidak, manusia dalam pemikiran manusia atau manusia menurut manusia
memiliki perbedaan, belum kalau hal ini dikaji dari perspektif manusia menurut Tuhan.
Artinya:
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu.
Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al-Qashash: 77)
Di dalam surat al-A’raf ayat 31 Tuhan mengatakan bahwa makan dan minum bagi
manusia adalah suatu keharusan. Ini Suatu indikasi bahwa manusia itu memiliki unsur
1) Sebagai makhluk sosial (surat 49:13. Artinya, manusia itu membawa sifat ingin
bermasyarakat;
2) Sebagai makhluk yang ingin beragama (surat 5:3; surat 7:172) ;
3) Manusia itu mencintai wanita dan anak-anak ;
4) Manusia itu mencintai harta benda yang banyak dari emas dan perak;
5) Mencintai kuda-kuda pilihan (barangkali kendaraan di zaman sekarang) ;
6) Mencintai ternak dan Sawah ladang (surat 3:14).
Selain fitrah di atas itu manusia juga memiliki fitrah yang positif yaitu yang mengajak
kepada kebaikan. Disamping fitrah manusia juga memiliki iman. Iman begitu tinggi
kedudukannya dalam kehidupan manusia, iman terletak di dalam kalbu, bukan di kepala
atau jasmani. Sejauh ini peneliti Barat juga yang telah sampai pada temuan tertentu
tentang ini. Mereka mengatakan bahwa kesejatian manusia ialah emosi (maka EQ
seseorang haruslah tinggi), ada juga yang kelihatannya lebih maju dengan mengatakan
inti manusia adalah spirit maka SQ seseorang haruslah tinggi (Ahmad Tafsir, 2006: 7-28).
Al-Quran memperkenalkan tiga kata istilah yang digunakan untuk menunjuk
pengertian manusia. Ketiga kata tersebut adalah, al-Basyar, al-Insan dan an-Nas
(Ramayulis, 2006:3). Ahmad Tafsir (2006:20) memasukan Bani Adam sebagai istilah
yang digunakan untuk menunjuk pengertian manusia. Meskipun kenyataannya
menunjukan arti pada manusia, tetapi secara khusus memiliki pengertian yang berbeda.
Al-Insan memiliki akar kata nasiya bermakna lupa. Kata al-Insan disebutkan dalam
al-Quran sebanyak 73 kali yang disebut dalam 43 surat. Quraish Shihab (2004:652)
memaknai kata al-Insan sebagai semua manusia. Katakanlah Adam pernah tiada sebelum
kehadirannya di pentas bumi ini. Si A yang lahir pada tahun 1000 mengalami ketiadaan
selama sebelum 1000 tahun. Si B yang lahir tahun 2000 mengalami ketiadaan selama
sebelum 2000 tahun. Sehingga tiada manusia, walau manusia pertama sekalipun yang
tidak pernah mengalami ketiadaan sedang ketika itu dahr (tempat) telah ada.
Kata al-Insan juga dapat menunjukan pada proses kejadian manusia, baik proses
penciptaan Adam maupun proses manusia Kata al- insan tidak hanya merujuk kepada
dimensi mental tetapi juga dimensi fisik. Jika di tinjau lebih jauh dan di analis secara
mendalam, maka penggunaan kata al-Insan mengandung dua dimensi. Pertama, dimensi
tubuh (dengan berbagai unsurnya). Kedua, dimensi spiritual (ditiupkan-Nya roh-Nya
kepada manusia).
Dengan demikian kedua dimensi tersebut, memberikan suatu penegasan, bahwa kata
al-Insan mengandung makna keistimewaan manusia. Sebab manusia memiliki kelebihan
dan keistimewaan, namun manusia juga memiliki keterbatasan seperti, tergesa-gesa,
kikir, takut, gelisah, sombong, suka membantah dan lain sebagainya. Untuk itu manusia
b. Fitrah intelek adalah potensi manusia yang memiliki daya untuk memperoleh
pengetahuan dan fitrah manusia untuk dapat membedakan antara yang baik dan
yang buruk. Allah Swt selalu memperingatkan manusia untuk selalu menggunakan
fitrah inteleknya. Inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lain ciptaan
Allah Swt.
c. Fitrah sosial adalah kecenderungan manusia untuk hidup bermasyarakat atau
berkelompok yang di dalamnya terbentuk ciri-ciri khas yang disebut kebudayaan.
Kebudayaan merupakan cerminan manusia dan masyarakat. Manusia merupakan
komponen dari kebudayaan, peranan manusia untuk membentuk kebudayaan
yang islami dengan memasukan ke dalam kurikulum pendidikan Islam ke seluruh
peringkat dan tahapannya.
d. Fitrah susila adalah kemampuan manusia untuk mempertahankan diri dari sifat-
sifat amoral atau sifat-sifat yang menyalahi tujuan Allah yang menciptakannya.
Potensi ini untuk menolak sifat-sifat yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Manusia yang menyalahi aturan yang bertentangan dengan Islam akibatnya
menjadi hina.
e. Fitrah ekonomi adalah fitrah manusia untuk mempertahankan hidup. Manusia
mempertahankan hidupnya dengan memberikan kebutuhan jasmaniah. Fitrah
ekonomi tidak menghendaki adanya materialisme atau diperbudak materi bagi
manusia dengan mengeksploitasi kekayaan alam untuk kepentingan diri pribadi.
Karena fitrah manusia adalah menjaga dan memanfaatkan kelestarian alam
sebagai realisasi atas tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi.
f. Fitrah seni adalah kemampuan manusia untuk menimbulkan daya estetika. Dalam
pendidikan tugas manusia yang terpenting adalah memberikan suasana gembira,
senang dan aman dalam proses belajar mengajar karena pendidikan merupakan
proses kesenian yang karenanya dibutuhkan “seni mendidik”.
g. Fitrah kemajuan, keadilan, kemerdekaan, kesamaan, ingin dihormati, menikah,
cinta tanah air, dan kebutuhan-kebutuhan hidup lainnya.
2. Stuktur Manusia
Stuktur adalah “satu organisasi permanen, pola atau kumpulan unsur-unsur yang
bersifat relatif stabil, menetap dan abadi. Struktur tersebut meliputi jasmani, rohani,
nafsani, kalbu, akal dan hawa nafsu. Struktur ini terbentuk dalam diri manusia sebagai
potensi yang diberikan Allah Swt untuk dikembangkan manusia sebagai khalifah fi
ardi.
3. Al-Hayah (Vitality)
Al-Hayah adalah daya, tenaga, energi atau vitalitas hidup manusia karena
dengannya manusia dapat bertahan hidup. Al-hayah terbagai menjadi dua macam;
Pertama, jasmani yang tersusun dari tubuh, panca indra, susunan sel dan syaraf dan
bagian tubuh lainnya. Kedua, rohani yang intinya berupa amanat dari Tuhan (al-
amanah al-ilahiyyah) yang disebut dengan rohani. Amanah merupakan energi psikis
(al-thaqat al-ruhaniyyah) inilah yang membedakan manusia dengan hewan. Al-hayah
tidak hanya sekedar menghidupkan manusia, tapi juga menjadi esensi (al-haqiqah)
bagi kehidupannya.
4. Al-Khuluq (karakter)
Kata akhlak berakar kata khuluq yang berarti perangai, tingkah laku atau perangai.
Kosa kata ini memiliki akar yang sama dengan khalq yang berarti ciptaan. Dengan
demikian, seakan-akan akhlak merupakan ciptaan yang sudah begitu melekat dalam
diri manusia sebagai ciptaan Allah (Afif Muhammad & Nurohman, 2007:2). Selama
ini orang membagi akhlak menjadi dua; akhlak yang terpuji dan akhlak yang tercela.
Artinya, akhlak mencakup sikap dan tingkah laku yang baik dan yang buruk sekaligus.
Dalam terminologi psikologi, karakter (character) adalah watak, perangai, sifat dasar
yang khas; satu sifat atau kualitas yang tetap terus-menerus dan kekal yang bisa
dijadikan ciri untuk mengidentifikasikan seorang pribadi.
5. Al-Sajiyah (Keahlian atau bakat)
Dalam terminologi psikologi, sajiyah diterjemahkan sebagai bakat yaitu kapasitas
atau kemampuan yang bersifat potensial. Faktor ini terdapat dalam individu seseorang
sejak awal kehidupannya, ketika bakat ini dikembangkan akan menghasilkan keahlian,
kecakapan, keterampilan dan spesialis tertentu. Bakat ini bersifat tersembunyi dan
berkembang. Potensi bakat manusia merupakan hasil dari karakter individu jika
ini tidak dikembangkan dan didukung oleh pengaruh lingkungan yang baik, seperti
pendidikan, pengajaran, pelatihan, dan dakwah amar ma’ruf nahi munkar akan
tersembunyi dan terpendam.
6. Al-Amal (prilaku)
Amal adalah tingkah laku lahiriah individu yang tergambar dalam perbuatan nyata.
Pada tingkat amal ini kepribadian individu dapat diketahui, sekalipun kepribadian
yang dimaksud mencakup lahir dan batin. Hukum fiqh memiliki kecenderungan
melihat aspek lahir dari keperibadian manusia, sebab yang lahir itu mencermikan
yang batin, sementara hukum taSawuf lebih melihat pada aspek batiniahnya.
Kepribadian Islam yang ideal mencakup lahir batin.
Selanjutnya, untuk lebih memberikan gambaran tentang manusia ini, maka penting
untuk mengangkat pigur manusia ideal terutama dalam pandangan Islam. Hal ini
dimaksudkan agar pembahasan tentang manusia memiliki personifikasinya dalam
bentuk gambaran manusia ideal. Manusia ideal dalam Islam ini adalah nabi Muhammad
Saw.
Sudah umum diyakini dalam pandangan umat Islam bahwa nabi Muhammad Saw
adalah nabi, rasul dan merupakan manusia ideal sebagai pengejewantahan sempurna
dari ajaran Islam. Allah sendiri mengatakan dalam al- Qur’an bahwa nabi Saw sebagai
“uswatun hasanah” dan ketika istrinya ditanya tentang akhlak nabi Muhammad, maka ia
menjawab bahwa akhlaknya adalah al-Qur’an. Bahkan seorang cendekiawan Amerika,
Michael H. Hart, meletakkan posisi nabi Muhammad sebagai posisi puncak dalam
seratus tokoh yang paling berpengaruh di dunia (Tobroni, 2008:100).
Demikian tentang hakikat manusia ini. Intinya hakikat manusia dapat dilihat dari
berbagai perspektif, mulai dari perspektif ilmu-ilmu ilmiah sampai perspektif religius.
Paling tidak pembahasan tadi dapat memberikan dskripsi tentang hakikat manusia.
Sampai saat ini, pembahasan tentang hakikat manusia tetap menarik dan terus
berkembang. Manusia adalah makhluk istimewa.
Hakikat Masyarakat
a. Pengertian umum masyarakat
Dalam bahasa Inggris masyarakat disebut dengan istilah society, dari bahasa Latin
societas (dari socio = mengambil bagian, berbagi, menyatukan). Masyarakat adalah suatu
kumpulan orang-orang, atau suatu asosiasi sukarela individu-individu yang mempunyai
tujuan-tujuann yang sama.
Dalam pandangan beberapa filosof, pengertian masyarakat adalah:
1. Plato tidak membedakan antara pengertian negara dan masyarakat. Negara tersusun
dari individu-individu dan tidak disebutkan kesatuan-kesatuan yang lebih besar.
Negara sama dengan masyarakat;
2. Aristoteles membuat perbedaan antara negara dan masyarakat. Negara adalah
kumpulan dari unit-unit kemasyarakatan. Masyarakat terdiri dari keluarga-keluarga;
3. Comte memperluas analisis-analisis masyarakat, dengan menganut suatu pandangan
tentang masyarakat sebagai lebih dari suatu agregat (gerombolan) individu-individu
(Loren Bagus, 2000:578).
Ada juga teori tentang masyarakat pascaindustri. Dalam pandangan teori masyarakat
pascaindustri, perkembangan masyarakat ditentukan oleh tingkat perkembangan
industri yang dapat dilihat dari pendapatan kotor masyarakat (GNP). Ciri khas masyarakat
pascaindustri adalah meningkatnya jumlah orang yang terlibat dalam industri-industri
pelayanan dan dalam produksi rohani (9/10 atau lebih dari populasi tenaga kerja) dan
berkurangnya orang yang bekerja dalam produksi industri dan dalam pertanian. Ciri
penting lainnya adalah pengurangan waktu kerja dalam setahun, pertumbuhan populasi
nol, reorientasi perekonomian dan kebudayaan (Loren Bagus,2000:580).
Di samping hal di atas, perlu diungkapkan pula beberapa pendapat tentang
masyarakat sebagai berikut :
1. Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan
menghasilkan kebudayaan;
2. Menurut Karl Marx masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu
ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara
kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi;
3. Menurut Emile Durkheim masyarakat merupakan suatu kenyataan objektif pribadi-
pribadi yang merupakan anggotanya;
4. Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan manusia yang
relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu
wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar
kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut (godam64 @ yahoo.com).
Secara umum masyarakat adalah sekumpulan manusia yang bertempat tinggal
dalam suatu kawasan dan saling berinteraksi dengan sesama untuk mencapai tujuan.
Anggota masyarakat terdiri dari berbagai ragam pendidikan, profesi, keahlian, suku
bangsa, agama, maupun lapisan sosial sehingga menjadi masyarakat yang majemuk.
Secara langsung dan tidak langsung setiap anggota masyarakat tersebut telah menjalin
komunikasi, mengadakan kerjasama dan saling mempengaruhi dalam rangka mencapai
tujuan (Wiji Suwarno, 2006:46).
Masyarakat adalah kumpulan manusia yang saling berinteraksi dalam rangka
mencapai tujuan hidup bersama. Struktur masyarakat yang ada dalam masyarakat
terdiri dari yang paling kecil yaitu individu. Individu-individu ini menjalin komunikasi
dalam rangka melakukan kontrak sosial. Kumpulan individu ini kemudian membentuk
ikatan yang lebih luas yaitu keluarga.
Selanjutnya masyarakat juga dapat didefinisikan sebagai berikut: 1). Pengalaman
kita dengan orang lain di sekitar kita; 2). Tingkah laku kelompok, hubungan-hubungan
diantara manusia, dan faktor-faktor yang termasuk dan terjadi dalam hubungan antara
manusia; 3). Interaksi-interaksi dan interelasi-interelasi manusia; 4). Sebuah sistem
yang terbentuk dari cara-cara dan prosedur-prosedur, kekuasaan dan bantuan timbal
balik, pengelompokan-pengelompokan dan pembagian-pembagian, pengawasan-
pengawasan dan kebebasan-kebebasan; 5). Sebuah kelompok dengan suatu budaya
yang terorganisasi untuk memberikan kepuasan bagi kebutuhan-kebutuhan dan
kepentingan-kepentingan semua orang, dalam arti sempit adalah struktur sosial (Redja
Mudyahardjo, 2008:22).
Adapun yang menjadi komponen masyarakat adalah sebagai berikut :
a. Organisasi sosial;
b. Budaya;
c. Sosialisasi;
d. Kelompok-kelompok primer;
e. Stratifikasi sosial;
f. Asosiasi;
g. Tingkah laku kolektif;
h. Penduduk dan ekologi (Redja Mudyahardjo, 2008:23).
Komponen-komponen masyarakat di atas sebenarnya merupakan satu sinergitas
sosial. Kenyataan dalam masyarakat memang mencerminkan variasi dan perbedaan
yang nyata, tetapi sejatinya hal itu adalah satu kesatuan yang saling berhubungan
b. Hakikat masyarakat dalam Islam
Masyarakat dalam Islam sering diistilahkan dengan ummat atau umma. Istilah
ummah berasal dari kata ‘amma, artinya bermaksud (qashada) dan berniat keras
(‘azima). Pengertian seperti ini terdiri atas tiga arti yakni “gerakan” dan “tujuan”, dan
“ketetapan hati yang sadar”. Dan sepanjang kata ‘amma itu pada mulanya mencakup
arti “kemajuan” maka tentunya ia memeperlihatkan diri sebagai kata yang terdiri atas
empat arti, yaitu usaha, gerakan, kemajuan, dan tujuan (Ali Syari’ati, 1995:50).
Kata umat menurut al-Asfihani diartikan sebagai semua kelompok yang dihimpun oleh
sesuatu, seperti agama yang sama, waktu atau tempat yang sama baik perhimpunannya
secara terpaksa atau kehendak mereka sendiri (Fauzal Umam, 1996). Kata umat dalam
al-Qur’an disebut sebanyak 52 kali dalam bentuk tunggal al-Damighani dalam kamus al-
Qur’annya merinci sembilan pengertian, kata umat yang terdapat dalam al-Qur’an yaitu:
Kelompok agama (tauhid), waktu yang panjang, kaum, pemimpin, generasi silam, umat
Islam, orang-orang kafir, dan seluruh umat manusia (Fauzal Umam, 1996).
Dalam al-Qur’an banyak sekali penggunaan Istilah umat ini, misalnya:
1. Umat berarti agama yang satu.
Allah Swt berfirman dalam Q.S. al-Mu’minun : 52 :
Artinya :
“Sesungguhnya agama tauhid ini adalah agama kamu semua, agama yang satu dan
aku adalah Tuhanmu. Maka bertakwalah kepada-Ku”. (Q.S. al-Mu’minun : 52 )
Artinya :
“Dan Ingatlah hari (ketika) kami kumpulkan dari tiap umat segolongan orang-orang
yang medustakan ayat-ayat Kami, mereka dibagi-bagi dalam kelompok”. (Q.S. An-
Naml : 83)
Menurut Tafsir Jalalain, menafsirkan sebagai berikut:
ّ ّ( يوم يخشر من كلhari ketika kami kumpulkan dari tiap-tiap umat
( وdan) ingatlah أمة
segolongan). Dari penafsiran tadi umat itu adalah kelompok atau kumpulan orang-
orang dalam kasus ini adalah orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah.
Pengertian umat sebagai kumpulan dapat ditemukan juga pada al- Qur’an surat al-
Qashas: 23.
3. Umat berarti sekumpulan orang yang diberi peringatan.
Allah Swt berfirman dalam Q.S. al-Fathir : 24:
Artinya :
«Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran. Sebagai pembawa
berita gembira dan pemberi peringatan. Dan tidak ada seorang umat pun melainkan
ada padanya seorang pemberi peringatan”. (Q.S. al-Fathir : 24)
Dalam teks di atas menurut Jalalain (1999:1867) kata umat disana berarti sekumpulan
orang/penduduk. Dalam kasus ayat ini, sekumpulan orang itu adalah penduduk suatu
daerah.
4. Umatan wahidan berarti agama yang satu (Islam).
Q.S. Asy-Syura : 8:
Artinya:
« Dan kalau Allah menghendaki niscaya Allah menjadikan mereka satu umat (saja),
tetapi dia memasukkan orang-orang yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya. dan
orang-orang yang zalim tidak ada bagi mereka seorang pelindungpun dan tidak pula
seorang penolong» (Q.S. Asy-Syura : 8)
Artinya:
“…Sٍesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut satu agama,, dan
sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan mengikuti mereka…”.
(Q.S. Az-Zuhruf : 22)
Jalalain menafsirkan lapadz أمة
ّ pada ayat di atas sebagai agama.
6. Umat berarti pemeluk agama.
Q.S. Al Jatsiah: 28:
Artinya:
“Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut, tiap-tiap umat dipanggil
untuk melihat buku catatannya…”. (Q.S. Al Zatsiah: 28)
Jalalain menafsirkan lafadz أمةdalam ayat di atas sebagai pemeluk agama.
7. Umatan wasathan berarti umat yang seimbang.
Q.S. Al-Baqarah : 143:
Artinya :
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil
dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul
(Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. dan Kami tidak menetapkan kiblat
yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata)
siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. dan sungguh (pemindahan
kiblat) itu terasa Amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk
oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.(Q.S. Al Baqarah : 143)
Artinya :
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
«Bukankah aku ini Tuhanmu?» mereka menjawab: «Betul (Engkau Tuban kami), Kami
menjadi saksi». (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: «Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan Tuhan)», (Q.S. 7:172).
Apapun yang berlaku pada masyarakat, baik atau buruk, bergantung pada anggota-
anggotanya yang merupakan individu-individu seperti firman Allah yang berbunyi:
Artinya:
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di
belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah
Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada
yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.(QS.
Ar- Ra’d : 11).
Dalam Q.S. 3:104 Allah Swt berfirman :
Artinya:
«Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang
yang beruntung» (Q.S. 3:104).
Ayat yang mengatakan bahwa pembentukan ummah harus ditegakkan atas dasar-
dasar kebaikan. Allah juga berfirman dalam al-Quran bahwa jika Dia mau niscaya Dia
menjadikan umat manusia seluruhnya satu ummah saja, tetapi sebaliknya ia menjadikan
berbagai masyarakat di bumi supaya menguji kebajikan (Q.S. 5:48). Sebenarnya yang
membedakan umat Islam dari umat-umat lainnya adalah Islam. Dalam al-Quran
disebutkan bahwa umat Islam adalah umat terbaik. Firman Allah :
Artinya:
«Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah....» (Q.S. 3 : 110)
Menurut ayat di atas, ada tiga syarat utama untuk menjadi masyarakat model
(ideal society) yang dijanjikan oleh Allah itu, yaitu sanggup menaburkan kebaikan, dan
membasmi kemungkaran di atas bumi, dan beriman kepada Allah (Hasan Langgulung,
1995:83).
Adapun ciri-ciri masyarakat Islam ideal menurut Al-Syaibani (1979:164204-) sebagai
berikut :
1. Masyarakat Islam wujud di atas tiang iman kepada Allah, Nabi, Rasul, Kitab Samawi,
Hari Akhirat, hari kebangkitan, perhitungan dan balasan.
2. Masyarakat Islam meletakkan agama pada tempat yang tinggi, seperti tercatat
dalam Q.S. An-Nisa ayat 59.
3. Masyarakat Islam memberi penilaian yang tinggi kepada akhlak dan tata susila.
Segala kegiatan dan perbuatan insan ditundukkan kepada prinsip dan kaidah yang
diterima sebagai prinsip insaniah yang jelas.
4. Masyarakat Islam memberi perhatian utama kepada ilmu sebab ilmu dianggap cara
yang terbaik untuk memantapkan akidah dan agama.
5. Masyarakat Islam menghormati dan menjaga kehormatan insan, tidak memandang
perbedaan warna kulit, bangsa, agama, harta, dan keturunan.
6. Keluarga dan kehidupan berkeluarga mendapat perhatian besar dalam masyarakat
Islam.
7. Masyarakat Islam adalah masyarakat dinamis dan bertekad untuk berkembang dan
berubah dengan pesat dan terus menerus (Q.S. al-Ra›ad : 11dan al-Anfal : 53).
8. Kerja mendapat perhatian sungguh-sungguh dalam masyarakat Islam. Ia
dianggap neraca untuk menentukan kemanusiaan insan. Sebagai sumber hal dan
kewajibannya. Kerja merupakan hak dan tanggung jawab manusia.
9. Nilai dan peranan harta diperhitungkan untuk menjaga kehormatan insan dan
membantu ummah. Pemilik harta hakiki adalah Allah. Sebab manusia memiliki
harta kekayaan hanya sebagai amanah.
10. Kekuatan dan keteguhan yang diatur oleh agama, akhlak dan ukuran kebenaran,
keadilan, kasih sayang dan ciri-ciri insaniah yang luhur dijadikan tujuan. Baik
kekuatan moral dengan beriman kepada Allah, melengkapi diri ataupun kekuatan
material dalam bentuk kekuatan ekonomi, kemajuan ilmu, teknologi, pembangunan,
kemajuan sosial, dan persenjataan.
11. Masyarakat Islam adalah masyarakat yang terbuka, boleh menerima pengaruh yang
baik dari masyarakat lain terutama dalam bidang ilmu pengetahuan. Ia menyeru
kepada sifat saling tolong-menolong baik dalam hubungan luar negeri atau dalam
negeri. Bersedia mengambil ilmu-ilmu dari bangsa lain. Tetapi dalam proses
interaksi itu tidak sampai kehilangan identitasnya.
12. Masyarakat Islam bersifat insaniah, saling kasih mengasihi, ramah tamah, tolong
menolong, bantu membantu antara satu dengan lainnya.
Ketiga, masyarakat nilai. Nilai-nilai ajaran Islam merupakan satu kesatuan. Masyarakat
Islam adalah masyarakat yang patuh terhadap nilai-nilai. Gambaran masyarakat yang
memegang teguh nilai adalah masyarakat madinah.
Keempat, Masyarakat keluarga. Masyarakat Islam adalah masyarakat yang terdiri
atas keluarga-keluarga. Institusi keluarga terbentuk karena perkawinan. Keluarga
merupakan pencipta generasi baru. Keluarga merupakan institusi masyarakat Islam
yang sangat penting.
Kelima, masyarakat berorientasi pada mustadh›afin. Masyarakat Islam adalah
masyarakat yang sangat kuat memihak kepada masyarakat yang lemah. Ayat-
ayat al-Qur›an yang turun pada awal-awal periode kenabian adalah ayat-ayat yang
membela masyarakat lemah. Al-Qur›an melarang seseorang atau suatu masyarakat
mengeksploitasi masyarakat lainnya.
Keenam. Masyarakat egaliter. Masyarakat Islam adalah masyarakat yang egaliter,
penuh persamaan, terbuka bagi pengembangan warganya, tanpa melihat asal strata
sosial warga bersangkutan. Konsep yang mendasarinya adalah doktrin tauhid. Dalam
pandangan tauhid, seluruh manusia mempunyai derajat yang sama di hadapan Allah
Swt. Atas dasar keistimewaan iman dan ilmu, masyarakat Arab zaman nabi mengalami
perbaikan dan perbalikan (Sanusi Uwes, 2001:132).
Perwujudan masyarakat yang ideal merupakan harapan bagi seluruh manusia.
Konsepsi mayarakat ideal tersebut sering berhubungan dengan tujuan bermasyarakat.
Salah satu konsep masyarakat yang diharapkan muncul adalah konsep masyarakat
madani. Karena pembahasan mengenai masyarakat madani merupakan hal yang
penting berikut akan disampaikan beberapa pemikiran terutama ciri-ciri atau karakter
masyarakat madani.
Menurut Anwar Ibrahim, masyarakat sipil atau masyarakat madani memiliki ciri-ciri
sebagai berikut : 1) Kemajemukan budaya (multikultural); 2) Hubungan timbal balik
(reprocity), 3) sikap saling memahami dan menghargai. Sedangkan prinsip masyarakat
madani adalah prinsip moral, keadilan, keseksamaan, musyawarah dan demokrasi
(Komarudin Hidayat dkk., 2006:303).
Selanjutnya, masyarakat madani tidak pernah muncul dengan sendirinya. Ia
menghajatkan unsur-unsur sosial yang menjadi prasyarat terwujudnya masyarakat
madani. Adapun karakter khas masyarakat madani sebagai berikut :
1. Adanya wilayah publik yang bebas
Free public sphere adalah ruang publik yang bebas sebagai sarana untuk
mengemukakan pendapat warga masyarakat. Di wilayah ruang publik ini semua
warga Negara memiliki posisi dan kedudukan yang sama untuk melakukan transaksi
sosial tanpa ada rasa takut dan terancan oleh kekuatan di luar civil society.
2. Demokrasi
Demokrasi adalah prasyarat mutlak lainnya bagi keberadaan civil society yang murni.
Tanpa demokrasi masyarakat sipil tidak mungkin terwujud. Secara umum demokrasi
adalah suatu tatanan sosial politik yang bersumber dan dilakukan oleh, dari, dan
untuk warga Negara.
3. Toleransi
Toleransi adalah sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan pendapat.
Toleransi adalah ajaran dan kwajiban melaksanakan ajaran itu. Toleransi menghasilkan
pergaulan yang menyenangkan antara berbagai kelompok yang berbeda-beda.
Toleransi adalah kesediaan individu-individu untuk menerima beragam perbedaan
pandangan politik di kalangan warga bangsa.
4. Pluralisme
Pluralisme adalah pertalian sejati kebhinekaan dalam ikatan-ikatan keadaban.
Pluralisme merupakan suatu keharusan bagi keselamatan umat manusia antara lain
melalui mekanisme pengawasan dan pengimbangan. Kemajemukan erat kaitannya
dengan sikap penuh pengertian kepada orang lain.
5. Keadilan sosial
Keadilan sosial adalah keseimbangan dan pembagian yang proporsional atas hak dan
kewajiban setiap warga Negara yang mencakup seluruh aspek kehidupan : ekonomi,
politik, pengetahuan dan kesempatan (Komarudin Hidayat, 2006:316)
Selanjutnya coba Anda cocokkan hasil diskusi dan jawaban Anda dengan kunci
jawaban di bawah ini :
1) Manusia dalam bahasa Inggris disebut man (asal kata dari bahasa Anglo-Saxon),
mann). Arti dasar dari kata ini tidak jelas tetapi pada dasarnya dapat dikaitkan dengan
mens (latin), yang berarti “ áda yang berpikir”. Demikian halnya arti kata anthropos
(Yunani) tidak begitu jelas. Semula anthropos berarti “seseorang yang melihat ke
atas”. Sekarang kata ini dipakai untuk mengartikan “wajah manusia”. Dan akhirnya
homo bahasa Latin yang artinya “orang yang dilahirkan di atas bumi”
2) Plato memandang manusia pada hakikatnya sebagai suatu kesatuan pikiran, kehendak,
dan nafsu-nafsu. Aristoteles memandang manusia sebagai makhluk rasional yang
memiliki kesatuan organik antara tubuh dan jasad.Hsun Tzu beranggapan bahwa
pada hakikatnya manusia itu jahat, dan memerlukan latihan disiplin yang keras.
3) Aliran Serba Zat
a. Aliran serba zat ini mengatakan yang sungguh-sungguh ada itu hanyalah zat atau
materi. alam ini adalah zat atau materi dan manusia adalah unsur alam, maka dari
itu manusia adalah zat atau materi.
b. Aliran Serba Ruh
Aliran ini berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di dunia ini ialah
ruh.
c. Aliran Dualisme
Aliran ini menganggap bahwa manusia itu pada hakikatnya terdiri dari dua
substansi yaitu jasmani dan rohani.
d. Aliran Eksistensialisme
Aliran filsafat modern berpikir tentang hakikat manusia merupakan eksistensi
atau perwujudan sesungguhnya dari manusia.
4) Manusia dalam Islam sering disebut dngan beberapa istilah antara lain, insan,
basyar, an-nas, bani adam, Kata insan lebih banyak berhubungan dengan manusia
pada dimensi mental. Sedangkan basyar lebih pada dimensi fisik. Dan an-nas kepada
manusia dalam aspek sosiologis. Sedangkan bani adam lebih kepada manusia sebagai
keturunan nabi adam.
5) Para filosof mengatakan bahwa pengertian masyarakat antara lain:
a. Plato tidak membedakan antara pengertian Negara dan masyarakat. Negara
tersusun dari individu-individu dan tidak disebutkan kesatuan-kesatuan yang
lebih besar. Negara sama dengan masyarakat;
Rangkuman
Manusia merupakan makhluk yang diberikan akal budi. Dengan akal budinya tersebut
manusia dapat mengembangkan pengetahuan dan peradaban. Manusia merupakan
makhluk yang misterius. hakikat manusia dapat dilihat dari berbagai aspek, baik dari
aspek biologi, sosiologi, antropologi, budaya dan sebagainya.Manusia tetap merupakan
makhluk yang misterius, hal ini disebabkan karena pertanyaan tentang hakikat manusia
sampai saat ini masih muncul.
Manusia dalam Islam sering diistilahkan dengan kata insan, basyar,an- nass, dan Bani
Adam. Pigur manusia ideal dalam Islam adalah nabi Muhammad saw. Masyarakat adalah
kumpulan dari individu-individu yang memiliki kehendak sama dalam rangka mencapai
tujuan bersama. Masyarakat dalam Islam disebut ummah. Ummah sebagai manifestasi
masyarakat Islam memiliki karakter meletakkan tauhid dan akhlak sebagai prinsip
utama.
Tes Formatif 1
Pilihlah salah satu jawaban yang anda anggap paling benar dan tepat dengan tanda silang
pada hurup a, b, c, dan d.
1. Secara etimologi manusia adalah “seseorang yang melihat ke atas”. Pengertian
tersebut berasal dari kata Yunani…
a. Homo
b. Mann
c. Antrhopos
d. Makhluk
3. manusia pada hakikatnya terdiri dari kesatuan antara jasmani dan rohani adalah
pengertian manusia menurut aliran…
a. Serba zat
b. Serta ruh
c. Dualisme
d. Eksistensialisme