Seminar Gadar
Seminar Gadar
Seminar Gadar
Oleh:
KELOMPOK III
KUPANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan yang maha kuasa atas berkat, rahmat dan
cintan-Nya sehinngga kelompok dapat menyelesaikan laporan mini seminar dalam
rangka memenuhi tugas praktik Kegawatdaruratan profesi Ners Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Maranatha Kupang periode tahun ajaran 2020-2021.
Kelompok menyadari bahwa tanpa bantuan dari bimbigan dari berbagai
pihak, kami tidak dapat menyelesaikan laporan mini seminar keperawatan ini.
Oleh karena itu pada kesempatan ini ijinkan kelompok mengucapakan terima
kasih kepada:
1. Kepala RSUD S.K Lerik kota Kupang yang telah memberikan kesempatan
kepada kami untuk melakukan praktik Kegawatdaruratan.
2. Bagian Diklat RSUD S.K Lerik kota Kupang yang telah memberikan ijin
kepada kami untuk melakukan praktek di ruanngan ICU.
3. Kepala ruangan ICU RSUD S.K Lerik kota Kupang yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk melakukan praktik Kegawatdaruratan.
4. Ns.Ricky Yohanes Olla, S. Kep, sebagai Clinical Instructure ruangan ICU
RSUD S.K Lerik serta semua perawat senior di ruangan ICU.
5. Ns.Ni Made Merlin, M. Kep, selaku ketua program studi pprofesi Ners yang
telah memberikan motivasi dalam penyelesaian laporan ini.
6. Ns. Serly S. Mahoklory, M.Kep selaku Koordinator mata kuliah
Kegawaatdaruratan, yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan koreksi
dalam penyelesaian laporan ini.
7. Ns. Muhammad Saleh Nuwa,S.Kep.,M.Kep Selaku CT yang telah
membimbing dan memberikan motivasi, saran dan koreksi dalam
penyelesaian laporan ini.
8. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat kami sebutkan satu
persatu.
Semoga Tuhan membalas semua budi baik semua pihak dengan berkat yang
melimpah. “Sebuah payung tidak dapat menghentikan derasnya hujan, tetapi
sebuah payung dapat melindungi kita dari derasnya hujan”.
Semoga laporan Gawat Darurat ini bermanafaat bagi pembaca sekalian.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat melakukan asuhan keperawatan pada Tn E. M dengan
Supraventricular takikardi di ruang ICU RSD SK. Lerik
2. Tujuan Khusus
a. Dapat menjelaskan konsep teori supraventrikuler takikardi
b. Dapat melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada Tn E. M.
c. Dapat melakukan analisa data dan menegakkan diagnosa keperawatan
pada kasus Tn E.M
d. Dapat menyusun rencana keperawatan pada Tn. E.M.
e. Dapat melakukan implementasi keperawtan pada Tn E.M.
f. Dapat melakukan Eveluasi dan Catatan Pekembangan pada Tn. E.M.
1.3. Manfaat Penulisan
1. Manfaat praktis
Diharapkan penulisan ini dapat menjadi bahan pembelajaran bagi
mahasiswa kesehatan sehingga dapat di aplikasikan di keluarga dan
masyarakat, menjadi bahan rujukan dalam memberikan asuhan
keperawatan yang komprehensif pada pasien dengan supraventriklar
takikardi
2. Manfaat teoritis
Diharapkan penulisan ini dapat memberikan informasi untuk peningkatan
dan pengembangan bidang ilmu pengetahuan keperawatan khususnya
pada keperawatan gawat darurat.
BAB II
LANDASAN TEORI
Vestikular takikardi
polimorfik
Supraventrikular takikardi
B1
B1 B2 B3 B4 B5 B6
Pola napas
Penurunan curah
tidak efektif
jantung
Gangguan
pertukaran gas
6. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien
supraventrikular takikardi adalah :
A. EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi.
Menyatakan tipe/sumber disaritmia dan efek ketidakseimbangan
elektrolit dan obat.
B. Monitor holter : gambaran EKG (dalam 24 jam) mungkin diperlukan
untuk menentukan dimana disaritmia disebabkan oleh gejala khusus
bila pasien aktif (dirumah atau kerja). Juga dapat digunakan untuk
mengevaluasi fungsi pacu jantung atau efek obat antidisaritmia.
C. Foto dada : dapat menunjukkan bayangan jantung sehubungan dengan
disfungsi ventrikel atau katup.
D. Scan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan area iskemik atau
kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau
mengganggu gerakan dinding dan kemampuan pompa.
E. Tes Stress Latihan : dapat dilakukan untuk mendemonstrasikan latihan
yang menyebabkan disaritmia.
F. Elektrolit : peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan
magnesium dan menyebabkan disaritmia.
G. Pemeriksaan obat : dapat menyebabkan toksisitas jantung, adanya obat
jalanan atau dugaan interaksi obat sebagai contoh digitalis dan
quinidin.
H. Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penurunan kadar tiroid serum
dapat menyebabkan peningkatan disaritmia.
I. Laju sedimentasi : peninggian dapat menunjukkan proses inflamasi
akut contoh endokarditis sebagai pencetus disaritmia.
J. GDA atau Nadi Oksimetri : hipoksemia dapat menyebabkan atau
mengekserbasi disaritmia
7. Penatalaksanaan medis
Penting untuk membedakan aritmia reentry SVT berdasarkan
miokard atrium ( cth: AFib) versus aritmia pada sirkuit reentry. Karena
setiap bentuk aritmia tersebut memiliki respon yang berbeda pada terapi
yang ditujukan untuk menghalangi konduksi melalui nodusAV. Denyut
ventricular dari aritmia reentry beasal dari miokard atrium dapat
diperlambat, tapi tidak dapat dihentikan oleh obat-obatan yang
memperlambat konduksi melalui AV node. Aritmia yang salah satu
tungkai sirkuit berada pada nodus AV (AVNRT atau AVRT) dapat
diterminasi oleh obat-obat seperti (Wahyudin, 2019):
A. Manuver vagal Manuver vagal dan adenosine merupakan pilihan terapi
awal untuk SVT stabil. Maneuver vagal saja akan menghentikan 25%
SVT. Sedangkan untuk jenis SVT lainnya maneuver vagal dan
adenosine dapat memperlambat denyut ventrikel secara transien dan
mebantu diagnosis irama, tetapi tidak selalu menghentikan irama
jantung yang abnormal ini. Pemijatan karotis harus dilakukan dengan
sangat hati - hati.
1) Auskultasi adanya bising karotis (bruit), jika ada penyakit karotis.
JANGANMELAKUKAN PIJAT KAROTIS !!!!.
2) Pasien berbaring datar, kepala ekstensi (leher), rotasi menjauhi
anda
3) Palapasi artesi karotis pada mandibula, tekanlah dengan lembut
selam 10-15 detik.
4) Jangan menekan kedua arteri karotis secara bersamaan, dahulukan
arteri komunisdekstra karena tingkat keberhasilannya sedikit lebih
baik.
5) Buat strip irama selama prosedur, siapkan alat – alat resusitasi
karena pada kasus yang jarang dapat menyebabkan henti sinus.
B. Adenosine, 6 mg adenosine IV cepat pada vena besar (cth:
antesurbital) diikuti flush 20 ml saline. Bila tidak berubah dal 1-2
menit berikan 12 mg adenosine dengan cara seperti diatas.
C. Penghambat kanal kalsium.Verapamil 2,5-5mg IV bolus selama 2-3
menit. Bila tidak berespon dan tidak ada efek samping obat, ulang 5-
10mg dosis setiap 10-30 menit sampai total dosis 20 mg. atau dosis
alternative 5 mg setiap 15 menit sampai total 30 mg.2. diltiazem 15-20
mg ( 0,25mg/kgBB ) IV selama 2 menit, bila diperlukan dapat
diberikan dosis tambahan 20 - 25 mg (0,35mg/kgBB) selama 15 menit.
Dosis maintenans 5mg/jam sampai 15mg/jam, titrasi sesuai heart rate.
D. Penghambat beta (metoprolol, bisoprolol, atenolol, esmolol, labetolol).
E. Obat-obat antiaritmia (amiodarone, prokainamide, sotalol)
F. Beta blockers seperti propranolol (Inderal), metoprolol (Lopressor,
Toprol XL), dan atenolol (Tenormin) biasanya diberikan dini selama
serangan jantung dan diteruskan untuk waktu yang lama. Beta blockers
menentang (antagonis) aksi dari adrenalin dan membebaskan stres
pada otot-otot jantung. Beta blockers mengurangi beban kerja jantung
dengan memperlambat detak jantung dan mengurangi kekuatan
kontraksi otot jantung. Mengurangi beban kerja mengurangi
permintaan untuk oksigen oleh jantung dan membatasi jumlah
kerusakan pada otot jantung. Pemasukan beta blockers untuk waktu
yang lama setelah serangan telah ditunjukan memperbaiki
kelangsungan hidup dan mengurangi risiko dari serangan jantung
berulang. Beta blockers juga memperbaiki kelangsungan hidup
diantara pasien – pasien dengan serangan jantung, dengan mengurangi
kejadian dari irama – irama jantung abnormal yang mengancam
nyawa. Beta blockers dapat diberikan secara intravena di rumah sakit
dan kemudian dimakan secara oral untuk perawatan dalam jangka
waktu yang lama
2.2.KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
A. Identitas klien, meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, suku/bangsa, agama, diagnosa medis, no.RM)
B. Keluhan utama
C. Riwayat penyakit sekarang
D. Riwayat penyakit dahulu, seperti penyakit jantung, stroke dan
hipertensi
E. Riwayat penyakit keluarga
F. Pengkajian primer :
a. Airway
1) Apakah ada peningkatan sekret ?
2) Adakah suara nafas : krekels ?
b. Breathing
1) Adakah distress pernafasan ?
2) Adakah hienteralksemia berat ?
3) Adakah retraksi otot interkosta, dispnea, sesak nafas ?
4) Apakah ada bunyi whezing ?
c. Circulation
1) Bagaimanakan perubahan tingkat kesadaran ?
2) Apakah ada takikardi ?
3) Apakah ada takipnoe ?
4) Apakah haluaran urin menurun ?
5) Apakah terjadi penurunan TD ?
6) Bagaimana kapilery refill ?
7) Apakah ada sianosis ?
7. Pengkajian sekunder
a. Riwayat penyakit
1) Faktor risiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke,
hipertensi
2) Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK,
penyakit katup jantung, hipertensi
3) Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia
lainnya kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi
4) Kondisi psikososial
b. Pengkajian fisik
1) Aktivitas : kelelahan umum
2) Sirkulasi : perubahan TD (hipertensi atau hienteraltensi); nadi
mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak
teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit warna dan
kelembaban berubah misal pucat, sianosis, berkeringat;
edema; haluaran urin menruun bila curah jantung menurun
berat.
3) Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas,
takut, menolak,marah, gelisah, menangis.
4) Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak
toleran terhadap makanan, mual muntah, peryubahan berat
badan, perubahan kelembaban kulit
5) Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi,
bingung, letargi, perubahan pupil.
6) Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat,
dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah
7) Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk,
perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas
tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan
komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema
paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
8) Keamanan : demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi,
eritema, edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus
otot/kekuatan.
2. Diagnosa
A. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi perfusi d.d
dispnea,p02 menurun, takikardia
B. Pola napas tidak efektif b.d kecemasan, penurunan energi d.d dispnea,
pola napas abnormal.
C. Perfusi perifer tidak efektif b.d peningkatan TD, penurunan aliran
arteri dan atau vena, d.d CRT >3detik, nadi perifer menurun atau tidak
teraba, akral dingin, warna kulit pucat.
D. Penurunan curah jantung b.d perubahan irama jantung d.d palpitasi,
takikardia, gambaran EKG aritmia.
E. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d mengeluh nyeri, tampak
meringis, gelisah, frekuensi nadi meningkat.
F. Hipovolemia b.d kegagalan mekanisme regulasi d.d frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, turgor kulit menurun, pengisian vena
menurun
G. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, kelemahan d.d mengeluh lelah, frekuensi jantung
meningkat >20% dari kondisi istirahat.
H. Ansietas b.d kurang terpapar informasi d.d merasa khawatir, sulit
konsentrasi, tampak gelisah, tampak tegang
3. Intervensi
N SDKI SLKI SIKI
o
1 (D.0003) (L.01003) Pemantauan Respirasi (I. 01014)
Gangguan Setelah dilakukan Tindakan
pertukaran gas tindakan Obserfasi:
b.d keperawatan - Monitor
ketidakseimban selama 1x8 jam, frekuensi,irama,kedalaman dan
gan ventilasi diharapkan upaya napas
perfusi d.d pertukaran gas - Monitor pola napas ( Seperti
dispnea, Po2 meningkat bradipnea,takinea,hiperventilasi,
menurun,takika dengan Kriteria kussmaul,Cheyne-
rdia Hasil: Stokes,Biot,ataksik)
1. Tingkat - Monitor kemampuan batuk
kesadaran efektif
pasien - Monitor adanya produksi sputum
meningkat - Monitor adanya sumbatan jalan
(5) napas
2. PC02 - Palpasi kesimetrisan ekspansi
Membaik (5) paru
3. PO2 - Auskultasi bunyi napas
Membaik (5) - Monitor saturasi oksigen
4. Takikardia - Monitor nilai AGD
Membaik (5) - Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik:
- Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi:
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan
Edukasi
- anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari jika tidak kontraindikasi
- ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
breonkodilator,ekspektoran,
mukolitik , jika perlu.
Edukasi
1. Jelaskan penyebab/faktor resiko
syok
2. Jelaskan tanda dan gejala awal
syok
3. Anjurkan melapor jika
menemukan/merasakan tanda dan
gejala awal syok
4. Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
5. Anjurkan menghindari alergen
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian IV, jika
perlu
2. Kolaborasi pemberian transfusi
darah, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian
antiinflamasi, jika perlu
4 Penurunan Curah jantung ( Perawatan jantung (kode I.02075)
curah jantung kode L.02008) Tindakan
b.d perubahan Setelah dilakukan Observasi
irama jantung tindakan 1. Identifikasi tanda / gejala primer
d.d palpitasi, keperawatan penurunan curah jantung (
takikardia, selama 3x24 jam, meliputi dispnea, kelelahan,
gambaran EKG maka curah edema, ortopnea, paroxysmal
aritmia. jantung nocturnal dyspnea CVP)
meningkat, 2. Identifikasi tanda/gejala sekunder
dengan kriteria penurunan curah jantung (meliputi
hasil : peningkatan berat badan,
1. Palpitasi hepatomegali, distensi vena
menurun juguralis, palpitasi, ronkhi basah,
2. Takikardia oliguria, batuk, kulit pucat)
menurun 3. Monitor tekanan darah ( termasuk
3. Gambaran tekanan darah ortostatik, jika
EKG perlu)
aritmia 4. Monitor intake dan output cairan
menurun 5. Monitor berat badan setiap hari
pada waktu yang sama
6. Monitor saturasi oksigen
7. Monitor keluhan nyeri dada (mis.
Intensitas, lokasi, radiasi, durasi,
previsitasi yang mengurangi
nyeri)
8. Monitor EKG 12 sadapan
9. Monitor eritmia (kelainan irama
dan frekuensi)
10. Monitor nilai laboratorium
jantung ( mis. Elektrolit, enzim
jantung BNP, Ntpro-BNP)
11. Monitor fungsi alat pacu jantung
12. Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum dan
sesudah aktifitas
13. Pemeriksaan tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum pemberian
obat (mis. Beta blocker, ACE
inhibitor, calcium channel
blocker, digoksin)
Terapeutik
1. Posisikan pasien semi-fowler atau
fowler dengan kaki ke bawah atau
posisi nyaman
2. Berikan diet jantung yang sesuai
(mis. Batasi asupan kafein,
natrium, kolestrol, dan makanan
tinggi lemak)
3. Gunakan stocking elastis atau
pneumatik interniten, sesuai
indikasi
4. Fasilitasi pasien dan keluarga
untuk modifikasi gayahidup sehat
5. Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi stres, jika perlu
6. Berikan dukungan emosional dan
spiritual
7. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen
>94%
Edukasi
1. Anjurkan beraktifitas fisik sesuai
toleransi
2. Anjurkan beraktifitas fisik secara
bertahap
3. Anjurkan berhenti merokok
4. Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur berat badan harian
5. Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur intake dan output
cairan harian
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antiaritmia,
jika perlu
2. Rujuk ke program rehabilitas
jantung.
5 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Observasi :
agen pencedera perawatan selama - Identifikasi lokasi, karakteristik,
fisik d.d 1x24 jam durasi, frekuensi, kualitas,
mengeluh nyeri, diharapkan intensitas nyeri
tampak ekspektasi - Identifikasi skala nyeri
meringis, menurun dengan - Identifikasi respons nyeri non
gelisah, kriteria hasil : verbal
frekuensi nadi - Keluhan - Identifikasi factor yang
meningkat nyeri memperberat dan memperingan
menurun (5) nyeri
- Meringis - Identifikasi pengetahuan dan
menurun (5) keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
- Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik :
- Berikan teknik nonfarmokologis
untuk mengurangi rasa nyeri
- Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
- Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmokologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
6 Hipovemia b/d Status cairan Manajemen hipovolemia
kegagalan L. (03028). I. ( 03116 ).
mekanisme Setelah dilakukan Oservasi
regulasi d/d tindakan selama
frekuensi nadi 1x 24 jama maka
Meningkat, nadi di harapakan 1. Periksa tanda dan gejala ( mis,
teraba lemah, status cairan frekuensi nadi meningkat, nadi
turgor kulit membaik dengan teraba lemah, tekanan darah
menurun, Kriteris Hasil : menurun, tekanan darah
pengisian vena 1. Kekuatan menyempit, turgor kulit
menurun nadi menurun).
membaik (5) 2. Monitor intake output cairan
2. Turgor kulit
membaik (5) Therapeutik
3. Output urin
membaik (5) 1. Hitung kebutuhan cairan
4. Pengisian 2. Berikan posis modified
vena trendelemburg
membaik (5) 3. Berikan asupan cairan oral
5. Frekuensi
nadi Edukasi
membaik (5)
6. Tekanan 1. Anjurkan memperbanyak asupan
darah cairan oral
membaik (5) 2. Anjurkan menghindari
7. Tekanan perubahan posisi mendadak.
nadi
membaik (5) Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis (mis, NaCL,RL).
2. Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis ( mis, glukosa 2,5% ,
NaCL 0,4 ).
3. Kolaborasi pemberian cairan
kaloid (mis, albumin,
plasmanate).
7 Intoleransi (L.05047) Terapi aktivitas (I.05186)
aktivitas Setelah dilakukan Observasi:
berhubungan tindakan 1. Identivikasih deficit tingkat
dengan keperawatan aktivitas
ketidakseimban selama1x…jam, 2. Identivikasih kemampuan
gan antara diharapkan berpartisipasi dalam aktivitas
suplai dan Toleransi tertentu
kebutuhan aktivitas 3. Identivikasih sumber daya untuk
oksigen meningkat aktivitas yang diinginkan
kelemahan, dengan keriteria 4. Identifikasih strategi
ditandai dengan hasil: meningkatkan partisipasi dalam
mengeluh lelah, 1. Frekuens aktivitas
frekuensi i jantung 5. Identivikasih makna aktivitas rutin
jantung menurun (mis. Bekerja) dan waktu luang
meningkat 2. Mengelu 6. Monitor respons emosional , fisik,
>20% dan h lelah social, dan spiritual terhadap
kondisi menurun aktivitas
aktivitas Terapeutik :
(D.0056) 1. Fasilatasi focus pada kemampuan,
bukan deficit yang dialami
2. Sepakati komitmen untuk
meningkatakan frekuensi dan
rentang aktivitas
3. Fasilitasi memilih aktivitas dan
tetapkan tujuan aktivitas yang
konsisten sesuai kemampuan fisik,
psikologis dan social
4. Koordinasikan pemilihan
aktivitas sesuai usia
5. Fasilitasi makna aktivitas yang
dipilih
6. Fasilatasi transportasi untuk
menghadari aktivitas. Jika sesuai
7. Fasilitasi pasien dan keluarga
dalam menysesuaikan lingkungan
untuk mengakomodasi aktivitas
yang dipilih
8. Fasilitasi aktifitas fisik rutin ( mis.
Ambulasi, mobilisasi dan
perawatan diri), sesuai kebutuhan
9. Fasitasi aktivitas pengganti saat
mengalami keterbatasan waktu
energy atau gerak.
10. Fasilitasi aktivitas motorik kasar
untuk pasien hiperaktif
11. Tingkatkan aktivitas fisik untuk
memelihara berat badan jika
sesuai
12. Fasilitasi aktivitas motorik untuk
merekasasi otot
13. Fasilitasi aktivitas dengan
komponen memori implicit dan
emosional (mis. Kegitan
keagamaan khusus) untuk pasien
demensial jika sesuai
14. Libatkan pdalam permainan
kelompok yang tidak kompetitif
terstruktur dan aktif
15. Tingkatkan aktivitas relaksasi
dan di fersifikasih untuk
menurunkan kecemasan
(mis.vocal grup, bola voly,
jogging, berenang tugas
sederhana, dan permainan
sederhana, perawtan diri, dan
kartu).
16. Libatkan keluarga dalam
aktivitas jika perlu
17. Fasilitasi mengembangkan
motivasi dan penguatan diri
18. Fasiltasi pasien dan keluarga
memanau kemajuannya sendiri
untu7k mencapai tujuan
19. Jadwalkan taktivitas rutinitas
sehari hari
20. Berikan penguatan positip atas
partisipasi dalam aktivitas
edukasi:
4. Implementasi
Yaitu melakukan seluruh rangkaian intervnsi yang direncanakan
5. Evaluasi
Yaitu melakukan penilaian terhadap keberhasilan tindakan yang telah
dilakukan.
BAB III
KASUS
3.1.PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian : 03/05/2012 No.RM : 001887
Tanggal MRS : 02/05/2021 DX.Medis: SVT
Ruang/kelas : ICU Dokter yang merawat:
dr.Yadita,SPpd
Jam : 13.00
A. IDENTITAS
Nama : Tn.Erik Karus Mesakh
Umur : 54 tahun
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : Strata-1
Pekerjaan : PNS
Suku/Bangsa : Timor
Alamat : Kesetnana/ soe
B. RIWAYAT SAKIT DAN KESEHATAN
o Keluhan utama :
Pasien mengatakan datang ke rumah sakit karena ia merasa sesak
napas, keringat dingin, rasa nyeri dan tidak nyaman di dada
o Keluhan saat di kaji :
Pasien mengatakan terkadang masi merasa nyeri dan jantung berdebar
debar
o Riwayat penyakit saat ini :
Pasien mengatakan sehari sebelumnya ( 01/05/2021 ) ia merasa nyeri
di dada namun, hilang timbul,hingga pada tanggal 02/05/2021 nyeri di
sertai sesak nafas, keringat dingin, jantung berdebar kencang, lalu
pasien memutuskan untuk ke rumah sakit.
o Riwayat yang pernah di derita:
Pasien mengatakan sebelumnya adalah aritmia dan mengkonsumsi
obat ( bisoprololol)
O. TERAPI
NaCl
Amiodaron 50mg IV- Dilarutkan dalam NaCl 500CC,20tpm
Bisoprolol
Keluhan utama :
Pasien mengatakan datang ke rumah sakit karena ia merasa sesak napas, keringat dingin, rasa nyeri dan tidak nyaman di dada
Riwayat alergi :
Pasien mengatakan tidak ada riwayat alergi makanan, minuman, dan obat-obatan
Takikardi/ HR meningkat
namun kedalaman
kontraksi menurun
3.3.DIAGNOSA
Penurunan curah jantung b.d perubahan irama jantung d.d palpitasi,takikardia
dan EKG aritmia
3.4.INTERVENSI
3.5.IMPLEMENTASI
A : Masalh
belum teratasi
P : Lanjutkan
intervensi 1-7
3.6.CATATAN PERKEMBANGAN
O:
Monitor TTV/jam
terlampir
P : lanjutkan intervensi 1-
3,5,6
I:
09:00-14:00
Monitor ttv
10:00 melayani obat
E:
14 : 00 : palpitasi
berkurang,lelah
berkurang,TTV dalam batas
normal
2 Rabu 05 mei Jam 16:00
2021 S : - pasien mengatakan tidak
merasa lelah,nyeri,
danjantung berdebar
- Pasien mengatakan
akan menjaga pola
aktvitas fisik
A : masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Lampiran observasi Tanda-tanda Vital
(oC)
N 66 62 66 64 66 63 65 74 66 66 67 64 72 77
x
( /mn
t)
RR 16 16 18 18 16 20 22 16 20 18 18 18 18 20
x
( /mn
t)
SPO2 99 99 99 97 98 99 98 98 98 98 99 100 100 98
(%)
MAP 84 80 83 75 87 97 104 90 75 73 76 77 79 80
BAB IV
PEMBAHASAN
Supraventrikular takikardi (SVT) adalah salah satu jenis disaritmia yang ditandai
dengan perubahan laju jantung yang mendadak cepat menjadi berkisar antara 150
kali sampai 250 kali per menit
1. Manifestasi klinis
Menurut wahyuningtyas 2019, tanda dan gejala yang dapat mencul berupa:
Frekuensi jantung 150 kali/menit sampai 250 kali/menit, Perubahan tekanan
darah, nadi tidak teratur, iraama jantung tidak teratur, kulit pucat, sianosis,
berkeringat Pusing, disorientasi, letargi, perubahan reflek pupil, Nyeri dada
ringan sampai berat, gelisah, Napas pendek, batuk, perubahan
kecepatan/kedalaman pernafasan, Terdapat nafas tambahan (krekels, ronkhi,
mengi) Demam, kulit kemerahan, inflamasi eritema, edema,kehilangan tonus
otot.
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data klien mengeluh nyeri pada
dada sebelah kiri dan jantung terasa berdebar kencang.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut SDKI, masalah keperawatan yang sering muncul pada pasien
dengan supraventrikular takikardi yaitu: penurunan curah jantung, pola napas
tidak efektif, dan intoleransi aktivitas.
Berdasarkan hasil pengumpulan data pada pasien, didapatkan masalah
keperawatan yaitu penurunan curah jantung.
3. Intervensi keperawatan
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang ditegakkan yaitu penurunan curah
jantung, maka intervensi keperawatan yang dapat dilakukan diruangan ICU
adalah perawatan jantung .
Intervensi yang dapat dilakukan adalah:
observasi
o Identifikasi Tanda dan gejala primer penurunan curah jantung
o Identifikasi tanda dan gejala penurunan curah jantung
o Monitor tekanan darah
o Monitor saturasi oksigen
o Monitor keluhan nyeri dada
o Monitor EKG 12 sedapan
o Monitor aritmia
o Monitor TD dan Nadi sebelum dan sesudah beraktivitas
Terapeutik :
Edukasi :
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa pasien SVT yang masuk diruangan ICU dengan masalah
keperawatan penurunan curah jantung, maka tindakan utama yang dapat
dilakukan adalah observasi/pemantauan setiap jam melalui monitor yang
terpasang dan mendokumentasikannya sehingga dapat dilakukan kolaborasi
dengan tenaga medis lainnya.
5.2.Saran
Sebagai tenaga kesehatan kita harus selalu melakukan pemantauan paa pasien
khususnya pasien dengan penyakit jantung seperti SVT sehingga kebutuhan
pasien dapat terpenuhi dengan baik dan dapat menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan
DAFTAR PUSTAKA