LP Gea Ge

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN


SISTEM PENCERNAAN : GASTROENTERITIS (GEA)
DI RUANG WALET II, RSAU KUBU RAYA
PKK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

DISUSUN OLEH:
GENIS LILONINGTYAS WINARDI
NIM : 201133028

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
VISI DAN MISI

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

VISI
"Menjadi Institusi Pendidikan Tinggi Kesehatan Vokasi dan Profesi
sebagai Rujukan Nasional Berkualitas Global"

MISI

1. Menyelenggarakan kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi terapan dan


profesi kesehatan yang berkualitas global.
2. Menghasilkan lulusan yang berintelektualitas tinggi, berbudi luhur dan
mampu bersaing secara global.
3. Mengembangkan tata kelola perguruan tinggi yang mandiri, transparan
dan akuntabel
4. Berperan aktif dalam kerjasama pengembangan dan peningkatan sistem
pendidikan tinggi kesehatan di tingkat global.

i
ii

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM
PENCERNAAN : GASTROENTERITIS (GEA)
DI RUANG WALET II, RSAU KUBU RAYA
PKK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Telah Mendapatkan Persetujuan dari Pembimbing Akademik (Clinical Teacher)


dan Pembimbing Klinik (Clinical Instructure) pada :
Hari : …………………………..…….
Tanggal : ………………………………..

Telah Disusun Dan Disiapkan


Oleh :

Genis Liloningtyas Winardi


201133028

Mengetahui, Pontianak, ………….....2021


Pembimbing Klinik (CI) Pembimbing Akademik

Fransiskus Satya Pebriyanto, S.Kep.Ns Ns. Puspa Wardhani, M.Kep


NIP. NIP. 19710306 199203 2 011
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuan Asuhan Keperawatan Pada
Klien Dengan Gangguan Sistem Persyarafan : Stroke Non Hemoragik (SNH)”
pada PKK Keperawatan Medikal Bedah.
Dalam penyusunan laporan pendahuluan ini, penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
1. Bapak Didik Hariyadi, S.Gz., M.Si selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Pontianak.
2. Ibu Ns. Puspa Wardhani, M.Kep selaku Ketua Program Studi Sarjana
Terapan dan Ners.
3. Bapak Ns. Azhari Baedlawi, M.Kep selaku Koordinator Praktik Klinik Stase
Keperawatan Medikal Bedah Profesi Ners.
4. Ibu Ns. Puspa Wardhani, M.Kep selaku dosen pembimbing akademik pada
stase Keperawatan Medikal Bedah
5. Clinical Instruktur PKK Keperawatan Medikal Bedah
6. Semua dosen Program Studi Profesi Ners Pontianak yang telah memberikan
bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.
7. Teman-teman Mahasiswa Program Studi Profesi Ners Pontianak yang tidak
dapat disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan
spiritual.
Semoga laporan pendahuluan ini dapat bermanfaat untuk semua pihak
terutama dalam perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan.
Pontianak, 22 Maret 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI
Halaman
VISI DAN MISI.......................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..................................................................................................v
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
BAB I. KONSEP DASAR......................................................................................1
1. Definisi Gastroentritis Akut......................................................................1
2. Etiologi Gastroentritis Akut......................................................................2
3. Klasifikasi Gastroentritis Akut..................................................................2
4. Faktor Resiko Terjadinya Stroke...............................................................3
5. Patofisiologi Gastroentritis Akut...............................................................4
6. Tanda Dan Gejala......................................................................................5
7. Komplikasi................................................................................................6
8. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................8
9. Penatalaksanaan.........................................................................................9
BAB II. WOC.......................................................................................................13
BAB III. PROSES KEPERAWATAN...............................................................14
1. Pengkajian...............................................................................................14
2. Diagnosa Keperawatan............................................................................17
3. Rencana Tindakan Keperawatan.............................................................21
4. Implementasi dan Evaluasi......................................................................29
5. Aplikasi Pemikiran Kritis........................................................................30
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................34

iv
DAFTAR TABEL

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1. Web Of Causation (WOC) Stroke Non Hemoragik………………13

vi
7

BAB I
KONSEP DASAR

1. Definisi Gastroenteritis Akut


Gastroenteritis akut (GEA) adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya
frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja
(menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Sudaryat, 2017).
Gastroenteritis akut adalah penyakit yang terjadi akibat adanya peradangan pada
saluran perncernaan yang disebabkan oleh infeksi dengan gejalanya terutama adalah
muntah, dehidrasi dan diare Pada dasarnya diare didefinisikan sebagai meningkatnya
frekuensi buang air besar dan konsistensi feses menjadi cair (Djojonigrat, 2014).
Gastroenteritis akut adalah gangguan transportasi larutan di usus yang menyebabkan
kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui feses (Sodikin, 2017). Gastroenteritis
atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak
seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih
dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan
darah Gastroenteritis merupakan sindrom penyakit yang ditandai oleh perubahan bentuk
konsistensi tinja, serta bertambahnya frekuensi buang air besar (hingga 3 kali atau lebih
dalam sehari), dengan tinja yang encer dapat berwarna hijau ataupun dapat bercampur
lendir dan darah, yang juga berupa lendir saja. (Hidayat, 2019).

Gastroenteritis adalah radang pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare,
dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai peningkatan suhu tubuh. Diare
yang dimaksudkan adalah buang air besar berkali-kali (dengan jumlah yang melebihi 4
kali, dan bentuk feses yang cair, dapat disertai dengan darah atau lendir (Suratun,
2019).Akut adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu kondisi atau
penyakit yang tiba - tiba, dalam waktu relatif singkat dan biasanya menunjukkan
gangguan yang serius.

2. Etiologi
Menurut mufidah (2018), terjadinya gastroenteritis dapat disebabkan oleh berbagai
faktor, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Infeksi enternal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyakit utama
diare.
8

b. Infeksi bakteri: Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,


Acromonas dan sebagainya.
c. Infeksi Virus: Enteroovirus ( Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis ), Adenovirus,
Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain.
d. Infestasi parasit : Cacing ( Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides ), Protozoa
(Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis ), Jamur ( Candida
albicans )
e. Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti
Otitis media akut ( OMA ), Tonsilofaringitis, Bronkopneunomia, Ensefalitis, dan
sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berusia dibawah usia
2 tahun.
f. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida ( intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa ),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang
terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa.
g. Malabsorbsi lemak dan protein.
h. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
i. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare
terutama pada hal yang lebih besar.
3. Klasifikasi Gastroentritis
Menurut Santun dan Lusinah (2019), Gastroentritis dapat diklasifikasikan
berdasarkan perjalanan penyakitnya yaitu :
a. Gastroenteritis Akut
Gastroenteritis akutadalah gastroenteritis yang serangannya tiba-tiba dan
berlangsung kurang dari 14 hari. Gastroenteritis akut diklasifikasikan.
1. Gastroenteritis non inflamasi, gastroenteritis ini disebabkan oleh enterotoksin dan
menyebabkan gastroenteritis cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan
darah. Keluhan abdomen jarang atau bahkan tidak sama sekali.
2. Gastroenteritisinflamasi, gastroenteritis ini disebabkan invasi bakteri dan
pengeluaran sitotoksin di kolon. Gejala klinis di tandai dengan mulas sampai
nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam, tenesmus, gejala dan tanda dehidrasi.
Secara makroskopis terdapat lendir dan darah pada pemeriksaan feses rutin, dan
secara mikroskopis terdapat sel leukosit polimorfonuklear.
b. Gastroentritis Kronik
9

Gastroenteritis kronik yaitu gastroenteritis yang berlangsung selama lebih dari 14


hari. Mekanisme terjadinya gastroenteritis yang akut maupun yang kronik dapat
dibagi menjadi gastroenteritis sekresi, gastroenteritis osmotrik, gastroenteritis
eksudatif, dan gangguan motilitas..
1. Gastroenteritis sekresi, gastroenteritis dengan volume feses banyak biasanya
disebabkan oleh gangguan transport elektrolit akibat peningkatan produksi dan
sekresi air dan elektrolit namun kemampuan absorbsi mukosa ke usus ke dalam
lumen usus menurun. Penyebabnya adalah toksin bakteri (seperti toksin kolera),
pengaruh garam empedu, asam lemak rantai pendek, dan hormon intestinal.
2. Gastroenteritis osmotic, terjadi bila terdapat partikel yang tidak dapat diabsorbsi
sehingga osmolaritas lumen meningkat dan air tertarik dari plasma ke lumen usus
sehingga terjadilah gastroenteritis.
3. Gastroenteritis eksudatif, inflamassi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik
usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi
bakteri atau non infeksi atau akibat radiasi.
4. Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu
transit makanan/minuman di usus menjadi lebih cepat. Pada kondisi tirotoksin,
sindroma usus iritabel atau diabetes melitus bisa muncul gastroenteritis ini.

4. Faktor Resiko Terjadinya Gastroentritis


Ada beberapa factor resiko penyebab stroke menurut Warman dkk, (2019) :
a. Faktor Infeksi Virus :
1) Rotavirus penyebab tersering gastroenteritis akut pada bayi, sering didahului
atau disertai dengan muntah.
2) Enterovirus biasanya tmbul pada musim panas.
3) Adenovirus terjadi sepanjang tahun biasanya menyebabkan gejala pada saluran
pencernaan/pernapasaan.
4) Norwalk epidemic dapat sembuh sendiri dalam 24-48 jam.
b. Infeksi Bakteri Shingella Semusimpuncaknya pada bulan Juli-September insiden
paling tinggi pada umur 1-5 tahun dapat dihubungkan dengan kejang demam .
c. Faktor Makanan yang menyebabkan gastroenteritis adalah makanan yang tercemar,
basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran), dan kurang matang. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Astuti, dkk(2017) perilaku ibu masih banyak yang
merugikan kesehatan salah satunya kurang memperhatikan kebersihan makanan
10

seperti pengelolaan makanan terhadap fasilitas pencucian, penyimpanan makanan,


penyimpanan bahan mentah dan perlindungan bahan makanan terhadap debu.
d. Faktor lingkungan Menurut penelitian yang dilakukan oleh Agus, dkk (2016)
gastroenteritis dapat disebabkan dari faktor lingkungan diantaranya adalah kurang
air bersih dengan sanitasi yang jelek penyakit mudah menular, penggunaan sarana
air yang sudah tercemar, pembuangan tinja dan tidak mencuci tangan dengan bersih
setelah buang air besar, kondisi lingkungan sekitar yang kotor dan tidak
terjaga kebersihannya.
5. Patofisiologi Gastroentritis
Menurut Hidayat (2018), bahwa proses terjadinya gastroenteritis dapat disebabkan
oleh berbagai kemungkinan factor diantaranya pertama factor infeksi, proses ini dapat
diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk kedalam saluran pencernaan yang
kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan
daerah permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya
mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorbs cairan dan elektrolit. Atau juga
dikatakan adanya toksin bakteri akan menyebabkan system transport aktif dalam usus
sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan
meningkat. Kedua, faktor malabsorbsi merupakan kegagalan yang dalam melakukan
absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotic meningkat sehingga terjadi pergeseran air
dan elektrolit kerongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga
terjadilah gastroenteritis. Ketiga, factor makanan, ini dapat terjadi apabila toksik yang
ada tidak mampu diserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltic usus yang
mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makananan yang kemudian
menyebabkan gastroenteritis. Keempat, factor psikologi dapat mempengaruhi terjadinya
penyerapan makanan yang dapat.
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah Penyebab
gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteri
Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella,
Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia,
Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan
infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana
merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut.
Penularan Gastroenteritis bias melalui fekal-oral dari satu penderita ke
yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan
makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Gastroenteritis, yang terjadi merupakan proses dari Transfor aktif akibat
rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus. Sel dalam
mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan
elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal
sehingga menurunkan area permukaan intestinal dan terjadi gangguan
absorpsi cairan elektrolit (Khasanah, 2017).
6. Tanda Dan Gejala
Tanda dan Gejala Tanda dan gejala gastroentritis yang sering muncul
(Khasanah, 2017)
a. Gelisah.
b. Suhu badan meningkat.
c. Nafsu makan berkurang atau hilang.
d. Feses cair, mungkin mengandung darah atau lendir.
e. Buang air besar menjadi kehijauan, karena tercampur empedu.
f. Muntah.
g. Bila keadaan semakin berat akan terjadi dehidrasi
h. Pusing, yang biasanya disertai mual dan muntah.
i. Bingung, terjadi gangguan orientasi ruang, waktu, atau personal.
j. Penglihatan kabur atau ketajaman penglihatan menurun.
k. Kehilangan keseimbangan, bisa sampai jatuh.
l. Rasa kebas, yakni mati rasa atau kesemutan
m. Kelemahan otot pada satu sisi tubuh
2

Sedangkan menurut (Nurarif, 2016), manifestasi klinis gaestroentiris


sebagai berikut:
a. Berat badan turun.
b. Pada bayi ubun-ubun besar cekung.
c. Tonus otot dan turgor kulit berkurang.
d. Mukosa mulut dan bibir kering.
e. Nadi cepat dan lemah.
f. Vertigo
g. Kesadaran menurun
7. Komplikasi
Komplikasi stroke menurut (Khasanah, 2017) adalah sebagai berikut:
a. Komplikasi Hipokalemia (dengan gejala materiorisme otot lemah
bradikardi perubahan elektro diogram).
b. Hipokalemia (dengan gejala materiorisme otot lemah bradikardi
perubahan elektro diogram).
c. Hiponatremi.
d. Syok hipovalemik
e. Asidosis
f. Dehidrasi
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien dengan gastroentritis
adalah sebagai berikut (Padila,2018).
a. Pemeriksaan Tinja
Pemeriksaan tinja Diperiksa dalam hal volume, warna dan konsistensinya
serta diteliti adanya mukus darah dan leukosit. Pada umumnya leukosit
tidak dapat ditemukan jika gastroenteritis berhubungan dengan penyakit
usus halus. Tetapi ditemukan pada penderita salmonella, E. Coli,
Enterovirus dan Shigelosis. Terdapatnya mukus yang berlebihan dalam
tinja menunjukkan kemungkinan adanya peradangan kolon. pH tinja
yang rendah menunjukkan adanya malabsorbsi HA, jika kadar glukosa
3

tinja rendah/ Ph kurang dari 5,5 makan penyebab diare bersifat tidak
menular.
b. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah Pemeriksaan analis gas darah, elektrolit, ureuum,
kreatinin dan berat jenis plasma. Penurunan pH darah disebabkan karena
terjadi penurunan bikarbonat sehingga frekuensi nafas agak cepat.
Elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium, dan fosfor.
c. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum
Untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif,terutama
dilakukan pada penderita diare kronik
9. Penatalaksanaan
Dalam jurnal penelitian Sulistiyawati (2020), penatalaksanaan pada
pasien Gastroentritis adalah sebagai berikut:
a. Pentalaksanaan Medis
1) Terapi cairan
a) jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan jumlah cairan
yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL
(Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan
yang hilang melalui keringat, urin dan pernafasan NWL
(Normal Water Losses).
b) Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus
berlangsung CWL (Concomitant water losses).
c) Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan
oleh WHO-ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333
mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang
dikandung meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L,
Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L.
d) Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai
cairan rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan
parenteral ini, setiap jam perlu dilakukan evaluasi.
2) Antibiotik
4

Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare


akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3
hari tanpa pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan
pada : Pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam,
feses berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan
kontaminasi lingkungan,persisten atau penyelamatan jiwa pada diare
infeksi, diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised
(Khasanah, 2015).
Contoh antibiotic untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari,
3– 5 hari),Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin
300mg (Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole
250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari oral atau IV) (Khasanah,
2015).
3) Obat Anti Diare
Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat
(lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid
2–4 mg/ 3–4x sehari dan lomotil 5mg 3–4 x sehari. Efek kelompok
obat tersebut meliputi penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi
cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan
mengurangi frekwensi diare. Bila diberikan dengan cara yang benar
obat ini cukup aman dan dapat mengurangi frekwensi defekasi
sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala demam dan sindrom
disentri obat ini tidak dianjurkan (Khasanah, 2017).
5

BAB II
WOC
Gambar 2. 1. Web Of Causation (WOC) Gastroentiris (GEA)
BAB III
PROSES KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas Klien
b. Keluhan Utama
Klien datang ke rumah sakit dalam kondisi : kelemahan buang air besar
lebih dari 3 kali sehari dengan frekunsi sering dan konsistensi encer,nyeri
pada perut.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada,
dan diare.Feses cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah Anus
dan sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi atau buang air besar.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan sesudah diare. Apabila klien
telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi
mulai tampak.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Tidak ada riwayat penyakit sebelumnya.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang mengalami penyakit gastroenteris
kemudian terkena ke yang lain.
f. Riwayat Psikologi
g. Pola Kesehatan Sehari-hari
1) Nutrisi meliputi asuhan makan dan minum selama di rumah sakit
2) Eliminasi BAK dan BAB meliputi pola eliminasi di rumah sakit
3) Istirahat tidur selama berada di rumah sakit
4) Personal hygiene selama berada di rumah sakit
5) Aktivitas selama berada di rumah sakit
h. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
7

Pada pasien gastroenteris umunya mengalami tingkat kesadaran


seperti composmentis, tidak somnolen, apatis, sopor, soporos coma,
hingga coma dengan GCS 15 pada awal terserang penyakit.
Sedangkan pada saat proses pemulihan peningkatan kesadaran tetap
compos mentis dengan GCS 13-15. Tanda-Tanda Vital Pada pasien
gastroenteris biasanya suhu badan tinggi dan tekanan darah
menurun.
2) Pemeriksaan kepala dan muka
3) Pemeriksaan telinga
4) Pemeriksaan Mata
5) Pemeriksaan mulut dan faring
6) Pemeriksaan leher
7) Pemeriksaan thorak
a) Paru-paru
b) Jantung
8) Pemeriksaan abdomen
9) Pemeriksaan integumen
10) Pemeriksaan ekstremitas
a) Atas : Pada umunya tidak terdapat kelemahan otot pada bagian
ekstremitas atas dekstra ataupun sinestra dengan kekuatan otot
5/5.
b) Bawah : Pada umunya tidak terdapat kelemahan otot pada
bagian ekstremitas bawah dekstra maupun sinestra dengan
kekuatan otot 5/5.
11) Pemeriksaan genetalia dan anus
12) Pemeriksaan neurologi
a) Nervus I (Olfaktorius) : Biasanya ada masalah pada penciuman,
kadang ada yang bisa menyebutkan bau yang diberikan perawat,
namun ada juga yang tidak, dan biasanya ketajaman penciuman
antara kiri dan kanan berbeda.
b) Nervus II (Optikus) : tidak terdapat ganggun visual pada pasien
8

c) Nervus III ( Okulomotoris) : biasanya diameter pupil


2mm/2mm, kadang pupil isokor dan 39 reflek kedip biasanya
dapat dinilai jika pasien dapat membuka mata.
d) Nervus IV (Toklearis) : biasanya pasien dapat mengikuti arah
tangan perawat ke atas dan bawah.
e) Nervus V (Trigeminus) : biasanya pasien bisa menyebutkan
lokasi usapan, dan pada pasien koma ketika bagian kornea mata
diusap dengan kapas halus maka klien menutup kelopak mata.
f) Nervus VI (Abdusen) : biasanya pasien dapat mengikuti tangan
perawat ke kanan dan kiri.
g) Nervus VII (Fasialis) : biasanya lidah dapat dapat mendorong
pipi kiri dan kanan, bibir simetris dan dapat menyebutkan rasa
manis dan asin.
h) Nervus VIII (Vestibulococlearis) : biasanya pasien bisa
mendengarkan gesekan jari dari perawat tergantung dimana
lokasi kelemahan dan pasien dapat mendengar jika suara keras
dan dengan artikulasi yang jelas.
i) Nervus IX (Glosofaringeus) : biasanya ovule yang terangkat
tidak simetris, mencong ke arah bagian tubuh yang lemah, dan
pasien dapat merasakan asam urat.
j) Nervus X (Vagus) : kemampuan menelan baik.
k) Nervus XI (Asesorius) : biasanya pasien dapat melawan
tahanan pada bahu yang diberikan perawat.
l) Nervus XII (Hipoglosus) : biasanya pasien dapat menjulurkan
lidah dan dapat di gerakkan ke kanan dan kiri, namun artikulasi
jelas saat bicara.

10. Diagnosa Keperawatan


a. (D.0077) : Nyeri Akut
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
9

lambat dan berintenitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari
3 bulan
Penyebab :
1) Agen pencedera fisiologis ( misalnya: inflamasi, iskemia,
neoplasma)
2) Agen pencedera kimiawi ( misalnya: terbakar, bahan kimia intan)
3) Agen pencedera fisik ( misalnya: abses, amputasi, terbakar
terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma latihan fisik
berlebihan)
4) Infeksi
5) Glaukoma
6) Syndrom koroner akut
(SDKI PPNI, 2017)
b. (D.0020) : Diare
Definisi : Pengeluaran feses yang sering, lunak dan tidak berbentuk
(SDKI PPNI, 2017).
Penyebab :
1) Inflamasi gastrointestinal
2) Iritasi gastrointestinal
3) Proses infeksi
4) Malabsobsi
5) Kecemasan
6) Tingkat stres tinggi
7) Terpapar kontaminan
8) Penyalah gunaan laktasif
9) Penyalahgunaan zat
10) Program pengobatan
11) Perubahan air dan makanan
12) Bakteri pada air

c. (D.0129) : Gangguan Integritas Kulit/ Jaringan


10

Definisi : Kerusakan kulit ( dermis dan/atau epidermis) atau jaringan


(membran mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul
sendi dan/ ligamen)
Penyebab :
1. Perubahan sirkulasi
2. Perubahan status nutrisi ( kelebihan atau kekurangan )
3. Kekurangan atau kelebihan volume cairan
4. Penurunan mobilitas
5. Bahan kimia iritatif
6. Suhu lingkungan yang ekstream
7. Faktor mekanis (penekanan pada tonjolan tulang gesekan)atau faktor
elektris ( elektrodermi, energi listri bertegangan tinggi)
8. Efek samping terhadap radiasi
9. Kelembapan
10. Proses penuaan
11. Neuropati perifer
12. Perubahan pigmentasi
13. Perubahan hormonal
14. Kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan integritas
kuliat atau jaringan.
11

11. Rencana Tindakan Keperawatan


Tabel 3. 1. Rencana Tindakan Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan Keperawatan


(SDKI PPNI, 2017) (SLKI PPNI, 2019) (SIKI PPNI, 2018)
1. (D.0077) Nyeri Akut Setelah Setelah dilakukan tindakan A. Manajemen Nyeri (I.08066)
keperawatan selama 3x24 jam 1. Observasi
Definisi:Pengalaman sensorik
masalah Nyeri akut diharapakan a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
atau emosional yang berkaitan menurun dan teratasi dengan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
Indikator (L.08066). b. Identifikasi skala nyeri
dengan kerusakan jaringan
1. Keluhan nyeri menurun dari c. Identifikasi respon nyeri dan non verbal
aktual atau fungsional, dengan skala 2 (cukup meningkat) d. Identifikasi faktor yang memperberat dan
menjadi skala 4 (cukup memperingan nyeri
onset mendadak atau lambat
menurun). e. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
dan berintenitas ringan hingga 2. Meringis menurun dari skala 2 tentang nyeri
(cukup meningkat) menjadi f. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
berat yang berlangsung kurang
skala 5 (menurun) respon nyeri
dari 3 bulan 3. Sikap protektif menurun dari g. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
skala 2 (cukup meningkat) hidup
Penyebab :
menjadi skala 5 (menurun h. Monitor keberhasilan terapi komplementer
1. Agen pencedera fisiologis 4. Kesulitan Tidur menurun dari yang sudah diberikan
( misalnya: inflamasi, skala 2 (cukup meningkat) i. Monitor efek samping penggunaan
iskemia, neoplasma) menjadi skala 5 (menurun) analgetik
2. Agen pencedera kimiawi 5. TTV (Tekanan darah, frekuensi 2. Terapeutik
( misalnya: terbakar, bahan nadi,pola nafas) menurun dari a. Berikan tehnik non farmakologis untuk
kimia intan) skala 2 (cukup memburuk) Mengurangi rasa nyeri( mis, TENS,
3. Agen pencedera fisik menjadi skala 5 (membaik) hipnosis, akupresure, terapi musik,
( misalnya: abses, amputasi, 6. Fokus menurun dari skala 2 biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
12

terbakar terpotong, (cukup memburuk) menjadi tehnik imajinasi terbimbing, kompres


mengangkat berat, prosedur skala 5 (membaik) hangat/dingin, terapi bermain)
operasi, trauma latihan fisik 7. Nafsu makan menurun dari b. Kontrol lingkungan yang memperberat
berlebihan) skala 2 (cukup memburuk) rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
4. Infeksi menjadi skala 4 (cukup pencahayaan , kebisingan)
5. Glaukoma membaik) c. Fasilitasi istrahat dan tidur
6. Syndrom koroner akut d. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri

3. Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
c. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
B. Menejemen Nyeri
1. Observasi
a. Mengetahui lokasi nyeri, karakteristik
nyeri, berapa lama nyeri dirasakan serta
kualitas dan intensitasnyeri yang dirasakan
pasien untuk mengetahui penanganan apa
yang akan diberikan.
b. Memastikan tingkat nyeri yang
dirasakan pasien dan apakah memerlukan
penangan yang cepat.
c. Mengetahui dan menghindari faktor
yang memperberat nyeri.
d. Dapat menyesuaikan pemberian
13

manajemen nyeri sesuai dengan


keyakinanpasien sehinnga manajemen
nyeri akan berjalan efektif.
e. Memastikan terapi untuk mengatasi
nyeri yang diberika efektif atau perlu
ditambahkan.
f. Mencegah agar tidak akan timbul
masalah lain yang akan di rasakan oleh
pasien sehinnga tindakan berfokus pada
manajemen nyeri.
2. Terapeutik
a. Agar pasien tidak akan ketergantungan
pada obat.
b. Memastikan pasien merasakan nyaman
sehingga nyeri yang pasien rasakan tidak
semakin parah.
c. Memastikan kebutuhan istrahat dan
tidur pasien terpenuhi.
d. Agar tindakan manajemen nyeri yang
diberikan tepat dan sesuai saran sehingga
nyeri yang di rasakan akan teratasi.
3. Edukasi
a. Dengan mengetahui penyebab, periode,
dan pemicu nyeri maka pasien dapat
mengatasi nyerinya sendiri.
b. Agar pasein dapat memilih strategi
untuk meredeakan nyeri yang ia rasakan
sendiri sesuai keinginan dan
14

kenyamanannya.
c. Agar pasein dapat mengetahui
terapi
farmakologi (obat- obatan) yang dapat
digunakan selain non farmakologi jika
terapi non farmakologi tidak berhasil.
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgesik,jika
perlu.
2. (D.0020) Diare Setelah dilakukan tindakan A. Manajemen Diare (I.03101)
Definisi : Pengeluaran feses keperawatan diharapkan eliminasi 1. Observasi
yang sering, lunak dan tidak fekal klien dapat membaik dengan a. Identifikasi penyebab diare
berbentuk kriteria hasil: (L.04033) (mis.inflamasi gastrointestinal, iritasi
Penyebab : 1. Control pengeluaran feses gastrointestinal, proses
1. Inflamasi gastrointestinal meningkat infeksi,malabsorbsi, ansietas, stress, efek
2. Iritasi gastrointestinal 2. Keluhan defekasi lama dan sulit obat obatan, pemberian botol susu)
3. Proses infeksi menurun b. Identifikasi riwayat pemberian
4. Malabsobsi 3. Mengejan saat defekasi makanan
5. Kecemasan menurun c. Monitor warna, volume, frekuensi, dan
6. Tingkat stres tinggi 4. Urgensi menurun konsistensi tinja
7. Terpapar kontaminan 5. Nyeri abdomen menurun d. Monitor tanda dan gejala hipovolemia
8. Penyalah gunaan laktasif 6. Kram abdomen menurun (mis. takikardia, nadi teraba lemah,
9. Penyalahgunaan zat 7. Konsistensi feses membaik tekanan darah turun, turgor kulit turun,
10. Program pengobatan 8. Frekuensi BAB membaik mukosa mulut kering, CRT melambat, BB
11. Perubahan air dan 9. Peristaltic usus membaik turun)
makanan e. Monitor jumlah pengeluaran
12. Bakteri pada air diare
f. Monitor keamanan penyiapan
15

makanan
2. Terapeutik
a. Berikan asupan cairan oral (mis. garam
gula, oralit, pedialyte, renalyte)
b. Pasang jalur intravena (mis. ringer
laktat, ringer asetat jika perlu)
c. Ambil sampel darah dan pemeriksaan
darah lengkap dan elektrolit
d. Ambil sampel fesef dan kultur, jika
perlu
3. Edukasi
a. Anjurkan makan porsi kecil dan secara
bertahap
b. Anjurkan menghindari makanan
pembentuk gas , pedas dan mengandung
laktosa

B. Manajemen Diare (I.03101)


1. Observasi
a. Agar pasien dapat mengetahui serta dapat
menidentifikasi penyebab diare (mis.
inflamasi gastrointestinal, iritasi
gastrointestinal, proses infeksi,
malabsorbsi, ansietas, stress,efek obat
obatan)
b. Agar pasien dapat mengotrol kebutuhan
cairan
c. Agar dapat mempertahankan frekuensi
16

nadi, tekanan darah turgor kulit agar tetap


dalam keadaan yang normal
d. Agar dapat memperhitungkan dan
memantau jumlah pengeluaran diare
supaya sehingga tidak terjadi pengeluaran
diare yang berlebihan dan dapat
mempertahankannya dalam keadaan
yang semestinya atau dalam keadaan
normal
e. Untuk memenuhi kebutuhan cairan dan
elektrolit yakni dengan memberikan
asupan oral, jalur intravena
2. Terapeutik
a. Berikan asupan cairan oral (mis. garam
gula, oralit, pedialyte, renalyte)
b. Pasang jalur intravena (mis. ringer laktat,
ringer asetat jika perlu)
c. Ambil sampel darah dan pemeriksaan
darah lengkap dan elektrolitaktivitas
mobilisasi dengan alat bantu
3. Edukasi
a. Jelaskan Anjurkan makan porsi kecil dan
secara bertahap
b. Anjurkan menghindari makanan
pembentuk gas , pedas dan mengandung
laktosa.
3. (D.0130) Gangguan Integritas Setelah dilakukan tindakan A. Perawatan Integritas Kulit (I.11353)
Kulit/ Jaringan keperawatan, diharapkan integritas 1. Observasi
17

Definisi : Kerusakan kulit kulit/ jaringan meningkat dengan a. Identifkasi penyebab gangguan
(dermis dan / atau epidermis) kriteria hasil : (L.14125) integritas kulit (mis. Perubahan sirkulasi,
atau jaringan (membrane 1. Elastisitas cukup meningkat perubahan statu nutrisi, penurunan
mukosa, kornea, fasia, otot, 2. Hidrasi cukup meningkat kelembaban,suhu
tendon, tulang, kartilago, kapsul 3. Perfusi jaringan cukup 2. Terapeutik
sendi dan/atau ligament). meningkat a. Sediakan Ubah posisi tiap 2 jam jika
Penyebab : 4. Kerusakan jaringan cukup tirah baring
1. Perubahan sirkulasi menurun b. Lakukan pemijatan pada area
2. Perubahan status nutrisi 5. Kerusakan lapisan kulit penonjolan tulang , jika perlu
(kelebihan atau kekurangan) cukup menurun c. Bersihkan perineal dengan air hangat,
3. Kekurangan/kelebi han 6. Nyeri cukup menurun terutama selama periode diare
volume cairan 7. Perdarahan cukup menurun d. Gunakan produk berbahan
4. Penurunan mobilitas 8. Kemerahan cukup menurun petrolium atau minyak pada kulit kering
5. Bahan kimia iritatif 9. Hematoma cukup menurun e. Gunakan produk berbahan
6. Suhu lingkungan yang 10. Pigmentasi abnormal cukup ringan/alami dan hipoalergik pada kulit
ekstrim menurun sensitif
7. Faktor mekanisme (mis. 11. Jaringan parut cukup menurun f. Hindari produk berbahan dasar
penekanan pada tonjolan 12. Nekrosis cukup menurun alkohol pada kulit kering
tulang,gesekan) atau faktor 13. Abrasi kornea cukup menurun 3. Edukasi
elektris (elektrodiatermi, 14. Suhu kulit cukup a. Anjurkan Anjurkan menggunakan
energi listrik bertegangan membaik pelembab (mis. Lotion, serum)
tinggi). 15. Sensasi cukup membaik b. Anjurkan minum air yang cukup
8. Efek samping terapi radiasi 16. Tekstur cukup membaik c. Anjurkan meningkatkan asupan
9. Kelembaban 17. Pertumbuhan rambut cukup nutrisi
10. Proses penuaan membaik d. Anjurkan meningkatkan asupan
11. Neuropati perifer buah dan sayur
12. Perubahan pigmentasi e. Anjurkan menghindari terpapar suhu
13. Perubahan hormonal ekstrem
18

14. Kurang terpapar informasi f. Anjurkan menggunakan tabir surya


tentang upaya SPF minimal 30 berada di luar rumah
mempertahankan/melindungi g. Anjurkan mandi dan menggunakan
integritas kulit sabun secukupnya
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
19

12. Implementasi dan Evaluasi


Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilaksanakan untuk
mencapai tujuan rencana tindakan yang telah disusun. Setiap tindakan
keperawatan yang dilakukan dicatat dalam pencatatan keperawatan agar
tindakan keperawatan terhadap klien berlanjut. Prinsip dalam melakukan
tindakan keperawatan yaitu cara pendekatan pada klien efektif, teknik
komunikasi teraupetik serta penjelasan untuk setiap tindakan yang diberikan
kepada klien.
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk
mengetahui sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai. Evaluasi
ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil akhir yang teramati dengan
tujuan dan kriteria hasil yang dibuat dalam rencana keperawatan. Evaluasi ini
akan mengarahkan asuhan keperawatan, apakah asuhan keperawatan yang
dilakukan ke pasien berhasil mengatasi masalah pasien ataukan asuhan yang
sudah dibuat akan terus berkesinambungan terus mengikuti siklus proses
keperawatan sampai benar-benar masalah pasien teratasi (Ernawati, 2019).
Untuk lebih mudah melakukan pemantauan dalam kegiatan evaluasi
keperawatan maka kita menggunakan komponen SOAP yaitu :
a. S : data subyektis.
b. O : data objektif.
c. A : analisis, interpretasi dari data subyektif dan data objektif. Analsisis
merupakan suatu masalah atau diagnosis yang masih terjadi, atau masalah
atau diagnosis yang baru akibat adanya perubahan status kesehatan klien.
d. P : planning, yaitu perencanaan yang akan dilakukan, apakah dilanjutkan,
ditambah atau dimodifikasi. (Ernawati, 2019).
20

13. Aplikasi Pemikiran Kritis


Gastroenteritis adalah infeksi yang terjadi pada lambung dan usus yang
disebabkan oleh beberapa jenis virus dan bakteri. Kondisi ini dikenal juga
dengan istilah flu perut atau flu lambung. Bila kamu terserang penyakit ini,
biasanya kamu akan mengalami beberapa gejala, seperti merasa mual dan
muntah. (Betz,2019).
Beberapa bakteri penyebab gastroenteritis, seperti bakteri salmonella,
rotavirus dan norovirus sering ditemukan pada makanan dan air. Selain itu,
makanan matang yang dibiarkan terlalu lama dalam suhu kamar juga bisa
menyebabkan munculnya bakteri gastroenteritis. Seseorang bisa terkena
penyakit perut ini bila mengonsumsi makanan dan air yang sudah
terkontaminasi bakteri penyebab gastroenteritis atau tertular ketika
melakukan kontak langsung dengan pengidap.
Infeksi ini seringkali ditandai dengan rasa mual, muntah, dan diare.
Sebenarnya gastroenteritis jarang menyebabkan komplikasi. Namun, penyakit
ini bisa sangat berbahaya, bahkan berisiko menyebabkan kematian bila pasien
terus-menerus muntah dan diare. Pasalnya, muntah dan diare membuat
pengidap tidak mampu mengonsumsi atau menyerap obat untuk mengobati
infeksi. Selain itu, bila dibiarkan terlalu lama, maka pengidap bisa mengalami
dehidrasi. Apalagi gastroenteritis lebih sering dialami oleh anak kecil dan
orang tua yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah. Itulah sebabnya
gejala gastroenteritis perlu diobati segera.Tiga kasus Diare Infektif Akut pada
usia 10 tahun bulan hingga 38 tahun, di mana 2 orang dewasa dan satu anak
menderita karena konsumsi makanan dan air yang tidak higienis yang dipicu
oleh pola makan yang salah dan praktik rutin dalam satu kasus, dengan
riwayat 1-2 hari dan dehidrasi ringan hingga sedang. Mereka berhasil dirawat
dengan formulasi dari biji Jahe dan Ketumbar (Ayurveda,2017).
a. Definisi
Pada Gastroenteritis infektif akut adalah masalah kesehatan yang
umum (membentuk> 90% kasus diare akut) merupakan masalah
kesehatan yang umum terutama pada usia kanak-kanak dan dewasa, yang
21

dapat menyebabkan komplikasi serius jika tidak ditangani atau jika tidak
segera ditangani yang dianggap sebagai Atisara dalam Ayurveda.
Resistensi terhadap Antibiotik dan keterbatasannya muncul sebagai
perhatian medis, oleh karena itu pengelolaan infeksi dengan obat yang
lebih aman dan ramah hayati, dengan utilitas terapeutik yang luas adalah
pilihan yang lebih baik. Oleh karena itu 3 kasus diare infektif akut diobati
dengan manajemen dengan bahan makanan diet (air obat, sup), rebusan
yang dibuat dari rempah-rempah (jahe dan biji ketumbar) dan bubuknya
disajikan pada penderita gastroentritis (Ayurveda,2017).
b. Tujuan Tindakan
Tujuan tindakan dari terapi cermin sendiri bermacam-macam
diantaranya adalah dapat meningkatkan kekebalan tubuh terhadap
microbaktei penyebab gastroenteritis (Ayurveda,2017).

c. Intervensi
Untuk terapi 3 kasus diare akut (Infeksi gastroenteritis), pada umur
10 bulan sampai 38 tahun dari keluarga yang sama dirawat dengan
ramuan Jahe dan Ketumbar. Kasus 1- Seorang pria berusia 38 tahun
(ayah) datang dengan gerakan lepas berbau busuk 3-4 kali / hari, kadang-
kadang berlendir, demam ringan, mual dan muntah (hanya sekali),
kehilangan nafsu makan, distensi gas dan nyeri di perut, gangguan
pencernaan, umum kelemahan dan malaise sejak 2 hari setelah bepergian
dan konsumsi makanan dari luar. Dia sedikit lega setelah muntah
(muntahan semi cair). Dia mengalami pola tidur tidak teratur, pola makan
dan gerak, pola makan salah (makan berlebihan), asupan cairan yang tidak
tepat selama 6 hari. Dia tidak memiliki riwayat sindrom malabsorpsi,
sindrom iritasi usus besar (IBS), diare kronis, gangguan pencernaan
kronis, infestasi cacingan, amoaebiasis usus, tuberkulosis atau kolitis
ulserativa. Pada pemeriksaan ditemukan tanda-tanda dehidrasi sedang dan
tanda-tanda ( tinja cacat) pada pemeriksaan tinja. Tidak ada kelainan
signifikan lain yang ditemukan dalam pemeriksaan sistemik. Dia
22

disarankan untuk mengambil air yang dimasak dengan ( air obat jahe
segar dan biji ketumbar) untuk minum, rebusannya dari obat yang sama
dan disarankan untuk meminumnya.
Dia diberi sup direbus bersama air obat jahe dan ketumbar yang
sama dan ditambahkan garam batu. Air jeruk nipis (disiapkan dari rebus
dan air hangat suam) bersama dengan garam diperbolehkan untuk
diminum banyak. Perawatan dilanjutkan selama satu minggu. Frekuensi
tinja berkurang sejak hari kedua pengobatan dan konsistensi tinja, nafsu
makan mulai membaik secara bertahap. Ada kebiasaan buang air besar
teratur dengan konsistensi tinja normal dan pakwa mala lakshana ( feses
yang terbentuk dengan benar) dan tanda-tanda dari 4 hari perawatan.
Kasus 2- Seorang bayi berusia 10 bulan disajikan dengan tinja yang encer
dan berbau busuk dengan lendir dan buih, menangis, demam ringan,
apatis, kurang aktif dan resisten terhadap makanan oral kecuali menyusui
sejak 1 hari. Dia memiliki feses biasa yang tidak berbau busuk dengan
konsistensi normal. Dia telah memulai pemberian makanan oral selain
ASI sejak usia 6 bulan dan tidak ada bahan makanan baru, ditambahkan
sebelum episode diare. Dia tidak memiliki riwayat intoleransi laktosa,
infestasi cacing. Tidak ada riwayat keluarga IBS atau sensitivitas gluten.
Pemeriksaan mikroskopis feses tidak menunjukkan sel telur, kista,
sel darah merah. Ada sedikit sel sayuran dan sedikit sel nanah dan
pemeriksaan kimia menunjukkan reaksi asam, tidak ada darah dan gula
yang tersembunyi dan tanda-tanda feses yang tidak terbentuk dengan
benar. Dia didiagnosis sebagai kasus diare infektif dengan dehidrasi
derajat I oleh dokter anak allopathic dan antibiotik Cefixime, spora
lactobacillus (Tablet Sporolac) dan larutan rehidrasi oral. (ORS) telah
diresepkan. Dia juga disarankan untuk kultur feses tetapi orang tua
memilih manajemen Ayurveda karena sudah terbukti dapat
menyembuhkan gastroentiris (Ayurveda,2017).
d. Pembahasan
23

Terapi minum air rebusan jahe dan ketumbar dapat meningkatkan


sistem imun atau dapat menyembuhkan dari penyakit gastroentiris
Ayurveda, seperti ilmu pengetahuan kontemporer menerima makanan dan
air yang tidak higienis (dushta, terkontaminasi oleh mikroorganisme
patologis) sebagai penyebab Diare Akut selain banyak penyebab lainnya
faktor-faktor seperti Krimi dosha, konsumsi makanan yang tidak
dianjurkan atau kombinasi makanan dan makan berlebihan, kebiasaan
makan yang tidak teratur (tidak mengadopsi Aharavidhi visheshayatana),
gangguan pencernaan,dan tidak mengadopsi diurnal yang
direkomendasikan, rezim musiman.

Pada orang yang kompeten secara imunologis, penduduk Mikroflora


tinja jarang menyebabkan diare dan membantu menekan patogen. Infeksi
atau cedera akut terjadi ketika agen yang tertelan membanjiri pertahanan
mukosa host dan non-imun (asam lambung, enzim pencernaan, sekresi
lendir, peristaltik dan flora penghuni penekan). gastrointestinal dengan
demam mendukung infeksi sebagai faktor etiologis. Baik obat dan
ekstraknya atau bagian kimia yang terisolasi telah terbukti memiliki
Antimikroba (antibakteri,antivirus, paraciticidal, amoaebicidal),
antiemetik,antispasmodik,antipiretik, anti-inflamasi, analgesik,stimulan
pencernaan dan modulasi saluran pencernaan serta tindakan
penghambatan pada sekresi gastrointestinal dan motilitas usus properti
melalui penelitian berbasis bukti kontemporer. Meskipun ekstrak, bagian
kimiawi yang terisolasi dari kedua obat diketahui mempengaruhi
(meningkatkan dan memperlambat) waktu transit lambung dan usus,
sekresi usus, masih ketika diberikan sebagai obat utuh, mereka
menunjukkan pengendalian yang baik pada diare akut, gangguan
pencernaan dan tanda-tanda terkait dan gejala mungkin karena tindakan
yang terkait seperti penghambatan invasi mikroba ke jaringan mukosa
dengan mengubah metabolisme sel menyeimbangkan sekresi
gastrointestinal, antispasmodik, anti-inflamasi, antioksidan, sifat
antiemetik selain sifat antimikroba, yang merupakan efek gabungannya.
24

Agen antimikroba (antibiotik) sering diberikan dalam praktik dan


seringkali tanpa diagnosis yang tepat (kultur dan sensitivitas) yang dapat
menyebabkan resistensi antibiotik yang merupakan masalah yang muncul.
Diare infektif akut dapat dikaitkan dengan situasi kompleks klinis yang
berbeda di mana pilihan penggunaan obat-obatan mungkin terbatas seperti
kasus nefropati, kehamilan, usia anak, usia tua dll. Selain sifat
antimikroba, biji jahe dan ketumbar memiliki beberapa khasiat
bermanfaat lainnya yang diperlukan untuk pengelolaan gastroentiris
infektif Akut selain utilitas terapeutik spektrum luas yang memfasilitasi
penggunaannya dalam kondisi klinis yang berbeda (Ayurveda,2017).
e. Sumber

Betz, L. (2019). Effect of afferent electrical stimulation therapy on motor


function, balance, and gait in akute survivors: a randomized ginger. South
Korea : Department of Physical Therapy, Graduate School of Kyungnam
University

Lee, H. J. (2017). The effects of action observation training and ginger balance in
children. Republic of Korea : Department of Rehabilitation Science,
Graduate School, Daegu University

Ayurveda. N. (2017). Effect ginger for gastroentiris . (Doctoral Dissertation,


Universitas, Chennai, In Partial Fulfillment of the Requirements for the
Degree Of Master Of Science In Nursing).
DAFTAR PUSTAKA.

Ernawati, N. (2019). Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Dengan


Pendekatan Kasus : Modul 3. Sumber : http://repository.poltekkes-
soepraoen.ac.id/454/3/Bab%202.pdf

Hartanti, D. (2020). Study Literature : Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan


gastroentiris. Semarang : Poltekkes Kemenkes Semarang

Indrawati. L, dkk. (2016). Care Yourself Stroke (Indriani, ed.). Jakarta: Penebar
Plus.

Nurarif, A. H. (2016). Asuhan Keperawatan PraktisBerdasarkan Penerapan


Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai Kasus (jilid 2). Jogjakarta:
Mediaction Publishing.

Radaningtyas, D. A. (2018). Asuhan Keperawatan Klien gastroentritis.

Santoso, L. E. (2018). Peningkatan Imunitas Pasien Diare Akut (Studi di Ruang


Flamboyan RSUD Jombang). STIKes Insan Cendekia Medika Jombang.

Sulistiyawati. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Diare Yang Di


Rawat Di Rumah Sakit. Samarinda : Poltekkes Kemenkes Samarinda

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :
Definisi Dan Indikator Diagnostik. Edisi 1, Cetakan III. Jakarta : DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :
Definisi Dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1, Cetakan II. Jakarta : DPP
PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia :
Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1, Cetakan II. Jakarta : DPP
PPNI

Wilson & Price. (2016). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit :Egc; 1995.1119-22. Dalam jurnal (Shafi’I, Sukiandra &
Mukhyarjon, 2016). (4th ed.). Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai