LP Gea Ge
LP Gea Ge
LP Gea Ge
DISUSUN OLEH:
GENIS LILONINGTYAS WINARDI
NIM : 201133028
VISI
"Menjadi Institusi Pendidikan Tinggi Kesehatan Vokasi dan Profesi
sebagai Rujukan Nasional Berkualitas Global"
MISI
i
ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM
PENCERNAAN : GASTROENTERITIS (GEA)
DI RUANG WALET II, RSAU KUBU RAYA
PKK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuan Asuhan Keperawatan Pada
Klien Dengan Gangguan Sistem Persyarafan : Stroke Non Hemoragik (SNH)”
pada PKK Keperawatan Medikal Bedah.
Dalam penyusunan laporan pendahuluan ini, penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
1. Bapak Didik Hariyadi, S.Gz., M.Si selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Pontianak.
2. Ibu Ns. Puspa Wardhani, M.Kep selaku Ketua Program Studi Sarjana
Terapan dan Ners.
3. Bapak Ns. Azhari Baedlawi, M.Kep selaku Koordinator Praktik Klinik Stase
Keperawatan Medikal Bedah Profesi Ners.
4. Ibu Ns. Puspa Wardhani, M.Kep selaku dosen pembimbing akademik pada
stase Keperawatan Medikal Bedah
5. Clinical Instruktur PKK Keperawatan Medikal Bedah
6. Semua dosen Program Studi Profesi Ners Pontianak yang telah memberikan
bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.
7. Teman-teman Mahasiswa Program Studi Profesi Ners Pontianak yang tidak
dapat disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan
spiritual.
Semoga laporan pendahuluan ini dapat bermanfaat untuk semua pihak
terutama dalam perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan.
Pontianak, 22 Maret 2021
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
VISI DAN MISI.......................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..................................................................................................v
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
BAB I. KONSEP DASAR......................................................................................1
1. Definisi Gastroentritis Akut......................................................................1
2. Etiologi Gastroentritis Akut......................................................................2
3. Klasifikasi Gastroentritis Akut..................................................................2
4. Faktor Resiko Terjadinya Stroke...............................................................3
5. Patofisiologi Gastroentritis Akut...............................................................4
6. Tanda Dan Gejala......................................................................................5
7. Komplikasi................................................................................................6
8. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................8
9. Penatalaksanaan.........................................................................................9
BAB II. WOC.......................................................................................................13
BAB III. PROSES KEPERAWATAN...............................................................14
1. Pengkajian...............................................................................................14
2. Diagnosa Keperawatan............................................................................17
3. Rencana Tindakan Keperawatan.............................................................21
4. Implementasi dan Evaluasi......................................................................29
5. Aplikasi Pemikiran Kritis........................................................................30
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................34
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
7
BAB I
KONSEP DASAR
Gastroenteritis adalah radang pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare,
dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai peningkatan suhu tubuh. Diare
yang dimaksudkan adalah buang air besar berkali-kali (dengan jumlah yang melebihi 4
kali, dan bentuk feses yang cair, dapat disertai dengan darah atau lendir (Suratun,
2019).Akut adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu kondisi atau
penyakit yang tiba - tiba, dalam waktu relatif singkat dan biasanya menunjukkan
gangguan yang serius.
2. Etiologi
Menurut mufidah (2018), terjadinya gastroenteritis dapat disebabkan oleh berbagai
faktor, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Infeksi enternal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyakit utama
diare.
8
tinja rendah/ Ph kurang dari 5,5 makan penyebab diare bersifat tidak
menular.
b. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah Pemeriksaan analis gas darah, elektrolit, ureuum,
kreatinin dan berat jenis plasma. Penurunan pH darah disebabkan karena
terjadi penurunan bikarbonat sehingga frekuensi nafas agak cepat.
Elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium, dan fosfor.
c. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum
Untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif,terutama
dilakukan pada penderita diare kronik
9. Penatalaksanaan
Dalam jurnal penelitian Sulistiyawati (2020), penatalaksanaan pada
pasien Gastroentritis adalah sebagai berikut:
a. Pentalaksanaan Medis
1) Terapi cairan
a) jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan jumlah cairan
yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL
(Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan
yang hilang melalui keringat, urin dan pernafasan NWL
(Normal Water Losses).
b) Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus
berlangsung CWL (Concomitant water losses).
c) Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan
oleh WHO-ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333
mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang
dikandung meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L,
Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L.
d) Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai
cairan rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan
parenteral ini, setiap jam perlu dilakukan evaluasi.
2) Antibiotik
4
BAB II
WOC
Gambar 2. 1. Web Of Causation (WOC) Gastroentiris (GEA)
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
b. Keluhan Utama
Klien datang ke rumah sakit dalam kondisi : kelemahan buang air besar
lebih dari 3 kali sehari dengan frekunsi sering dan konsistensi encer,nyeri
pada perut.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada,
dan diare.Feses cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah Anus
dan sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi atau buang air besar.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan sesudah diare. Apabila klien
telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi
mulai tampak.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Tidak ada riwayat penyakit sebelumnya.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang mengalami penyakit gastroenteris
kemudian terkena ke yang lain.
f. Riwayat Psikologi
g. Pola Kesehatan Sehari-hari
1) Nutrisi meliputi asuhan makan dan minum selama di rumah sakit
2) Eliminasi BAK dan BAB meliputi pola eliminasi di rumah sakit
3) Istirahat tidur selama berada di rumah sakit
4) Personal hygiene selama berada di rumah sakit
5) Aktivitas selama berada di rumah sakit
h. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
7
lambat dan berintenitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari
3 bulan
Penyebab :
1) Agen pencedera fisiologis ( misalnya: inflamasi, iskemia,
neoplasma)
2) Agen pencedera kimiawi ( misalnya: terbakar, bahan kimia intan)
3) Agen pencedera fisik ( misalnya: abses, amputasi, terbakar
terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma latihan fisik
berlebihan)
4) Infeksi
5) Glaukoma
6) Syndrom koroner akut
(SDKI PPNI, 2017)
b. (D.0020) : Diare
Definisi : Pengeluaran feses yang sering, lunak dan tidak berbentuk
(SDKI PPNI, 2017).
Penyebab :
1) Inflamasi gastrointestinal
2) Iritasi gastrointestinal
3) Proses infeksi
4) Malabsobsi
5) Kecemasan
6) Tingkat stres tinggi
7) Terpapar kontaminan
8) Penyalah gunaan laktasif
9) Penyalahgunaan zat
10) Program pengobatan
11) Perubahan air dan makanan
12) Bakteri pada air
3. Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
c. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
B. Menejemen Nyeri
1. Observasi
a. Mengetahui lokasi nyeri, karakteristik
nyeri, berapa lama nyeri dirasakan serta
kualitas dan intensitasnyeri yang dirasakan
pasien untuk mengetahui penanganan apa
yang akan diberikan.
b. Memastikan tingkat nyeri yang
dirasakan pasien dan apakah memerlukan
penangan yang cepat.
c. Mengetahui dan menghindari faktor
yang memperberat nyeri.
d. Dapat menyesuaikan pemberian
13
kenyamanannya.
c. Agar pasein dapat mengetahui
terapi
farmakologi (obat- obatan) yang dapat
digunakan selain non farmakologi jika
terapi non farmakologi tidak berhasil.
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgesik,jika
perlu.
2. (D.0020) Diare Setelah dilakukan tindakan A. Manajemen Diare (I.03101)
Definisi : Pengeluaran feses keperawatan diharapkan eliminasi 1. Observasi
yang sering, lunak dan tidak fekal klien dapat membaik dengan a. Identifikasi penyebab diare
berbentuk kriteria hasil: (L.04033) (mis.inflamasi gastrointestinal, iritasi
Penyebab : 1. Control pengeluaran feses gastrointestinal, proses
1. Inflamasi gastrointestinal meningkat infeksi,malabsorbsi, ansietas, stress, efek
2. Iritasi gastrointestinal 2. Keluhan defekasi lama dan sulit obat obatan, pemberian botol susu)
3. Proses infeksi menurun b. Identifikasi riwayat pemberian
4. Malabsobsi 3. Mengejan saat defekasi makanan
5. Kecemasan menurun c. Monitor warna, volume, frekuensi, dan
6. Tingkat stres tinggi 4. Urgensi menurun konsistensi tinja
7. Terpapar kontaminan 5. Nyeri abdomen menurun d. Monitor tanda dan gejala hipovolemia
8. Penyalah gunaan laktasif 6. Kram abdomen menurun (mis. takikardia, nadi teraba lemah,
9. Penyalahgunaan zat 7. Konsistensi feses membaik tekanan darah turun, turgor kulit turun,
10. Program pengobatan 8. Frekuensi BAB membaik mukosa mulut kering, CRT melambat, BB
11. Perubahan air dan 9. Peristaltic usus membaik turun)
makanan e. Monitor jumlah pengeluaran
12. Bakteri pada air diare
f. Monitor keamanan penyiapan
15
makanan
2. Terapeutik
a. Berikan asupan cairan oral (mis. garam
gula, oralit, pedialyte, renalyte)
b. Pasang jalur intravena (mis. ringer
laktat, ringer asetat jika perlu)
c. Ambil sampel darah dan pemeriksaan
darah lengkap dan elektrolit
d. Ambil sampel fesef dan kultur, jika
perlu
3. Edukasi
a. Anjurkan makan porsi kecil dan secara
bertahap
b. Anjurkan menghindari makanan
pembentuk gas , pedas dan mengandung
laktosa
Definisi : Kerusakan kulit kulit/ jaringan meningkat dengan a. Identifkasi penyebab gangguan
(dermis dan / atau epidermis) kriteria hasil : (L.14125) integritas kulit (mis. Perubahan sirkulasi,
atau jaringan (membrane 1. Elastisitas cukup meningkat perubahan statu nutrisi, penurunan
mukosa, kornea, fasia, otot, 2. Hidrasi cukup meningkat kelembaban,suhu
tendon, tulang, kartilago, kapsul 3. Perfusi jaringan cukup 2. Terapeutik
sendi dan/atau ligament). meningkat a. Sediakan Ubah posisi tiap 2 jam jika
Penyebab : 4. Kerusakan jaringan cukup tirah baring
1. Perubahan sirkulasi menurun b. Lakukan pemijatan pada area
2. Perubahan status nutrisi 5. Kerusakan lapisan kulit penonjolan tulang , jika perlu
(kelebihan atau kekurangan) cukup menurun c. Bersihkan perineal dengan air hangat,
3. Kekurangan/kelebi han 6. Nyeri cukup menurun terutama selama periode diare
volume cairan 7. Perdarahan cukup menurun d. Gunakan produk berbahan
4. Penurunan mobilitas 8. Kemerahan cukup menurun petrolium atau minyak pada kulit kering
5. Bahan kimia iritatif 9. Hematoma cukup menurun e. Gunakan produk berbahan
6. Suhu lingkungan yang 10. Pigmentasi abnormal cukup ringan/alami dan hipoalergik pada kulit
ekstrim menurun sensitif
7. Faktor mekanisme (mis. 11. Jaringan parut cukup menurun f. Hindari produk berbahan dasar
penekanan pada tonjolan 12. Nekrosis cukup menurun alkohol pada kulit kering
tulang,gesekan) atau faktor 13. Abrasi kornea cukup menurun 3. Edukasi
elektris (elektrodiatermi, 14. Suhu kulit cukup a. Anjurkan Anjurkan menggunakan
energi listrik bertegangan membaik pelembab (mis. Lotion, serum)
tinggi). 15. Sensasi cukup membaik b. Anjurkan minum air yang cukup
8. Efek samping terapi radiasi 16. Tekstur cukup membaik c. Anjurkan meningkatkan asupan
9. Kelembaban 17. Pertumbuhan rambut cukup nutrisi
10. Proses penuaan membaik d. Anjurkan meningkatkan asupan
11. Neuropati perifer buah dan sayur
12. Perubahan pigmentasi e. Anjurkan menghindari terpapar suhu
13. Perubahan hormonal ekstrem
18
dapat menyebabkan komplikasi serius jika tidak ditangani atau jika tidak
segera ditangani yang dianggap sebagai Atisara dalam Ayurveda.
Resistensi terhadap Antibiotik dan keterbatasannya muncul sebagai
perhatian medis, oleh karena itu pengelolaan infeksi dengan obat yang
lebih aman dan ramah hayati, dengan utilitas terapeutik yang luas adalah
pilihan yang lebih baik. Oleh karena itu 3 kasus diare infektif akut diobati
dengan manajemen dengan bahan makanan diet (air obat, sup), rebusan
yang dibuat dari rempah-rempah (jahe dan biji ketumbar) dan bubuknya
disajikan pada penderita gastroentritis (Ayurveda,2017).
b. Tujuan Tindakan
Tujuan tindakan dari terapi cermin sendiri bermacam-macam
diantaranya adalah dapat meningkatkan kekebalan tubuh terhadap
microbaktei penyebab gastroenteritis (Ayurveda,2017).
c. Intervensi
Untuk terapi 3 kasus diare akut (Infeksi gastroenteritis), pada umur
10 bulan sampai 38 tahun dari keluarga yang sama dirawat dengan
ramuan Jahe dan Ketumbar. Kasus 1- Seorang pria berusia 38 tahun
(ayah) datang dengan gerakan lepas berbau busuk 3-4 kali / hari, kadang-
kadang berlendir, demam ringan, mual dan muntah (hanya sekali),
kehilangan nafsu makan, distensi gas dan nyeri di perut, gangguan
pencernaan, umum kelemahan dan malaise sejak 2 hari setelah bepergian
dan konsumsi makanan dari luar. Dia sedikit lega setelah muntah
(muntahan semi cair). Dia mengalami pola tidur tidak teratur, pola makan
dan gerak, pola makan salah (makan berlebihan), asupan cairan yang tidak
tepat selama 6 hari. Dia tidak memiliki riwayat sindrom malabsorpsi,
sindrom iritasi usus besar (IBS), diare kronis, gangguan pencernaan
kronis, infestasi cacingan, amoaebiasis usus, tuberkulosis atau kolitis
ulserativa. Pada pemeriksaan ditemukan tanda-tanda dehidrasi sedang dan
tanda-tanda ( tinja cacat) pada pemeriksaan tinja. Tidak ada kelainan
signifikan lain yang ditemukan dalam pemeriksaan sistemik. Dia
22
disarankan untuk mengambil air yang dimasak dengan ( air obat jahe
segar dan biji ketumbar) untuk minum, rebusannya dari obat yang sama
dan disarankan untuk meminumnya.
Dia diberi sup direbus bersama air obat jahe dan ketumbar yang
sama dan ditambahkan garam batu. Air jeruk nipis (disiapkan dari rebus
dan air hangat suam) bersama dengan garam diperbolehkan untuk
diminum banyak. Perawatan dilanjutkan selama satu minggu. Frekuensi
tinja berkurang sejak hari kedua pengobatan dan konsistensi tinja, nafsu
makan mulai membaik secara bertahap. Ada kebiasaan buang air besar
teratur dengan konsistensi tinja normal dan pakwa mala lakshana ( feses
yang terbentuk dengan benar) dan tanda-tanda dari 4 hari perawatan.
Kasus 2- Seorang bayi berusia 10 bulan disajikan dengan tinja yang encer
dan berbau busuk dengan lendir dan buih, menangis, demam ringan,
apatis, kurang aktif dan resisten terhadap makanan oral kecuali menyusui
sejak 1 hari. Dia memiliki feses biasa yang tidak berbau busuk dengan
konsistensi normal. Dia telah memulai pemberian makanan oral selain
ASI sejak usia 6 bulan dan tidak ada bahan makanan baru, ditambahkan
sebelum episode diare. Dia tidak memiliki riwayat intoleransi laktosa,
infestasi cacing. Tidak ada riwayat keluarga IBS atau sensitivitas gluten.
Pemeriksaan mikroskopis feses tidak menunjukkan sel telur, kista,
sel darah merah. Ada sedikit sel sayuran dan sedikit sel nanah dan
pemeriksaan kimia menunjukkan reaksi asam, tidak ada darah dan gula
yang tersembunyi dan tanda-tanda feses yang tidak terbentuk dengan
benar. Dia didiagnosis sebagai kasus diare infektif dengan dehidrasi
derajat I oleh dokter anak allopathic dan antibiotik Cefixime, spora
lactobacillus (Tablet Sporolac) dan larutan rehidrasi oral. (ORS) telah
diresepkan. Dia juga disarankan untuk kultur feses tetapi orang tua
memilih manajemen Ayurveda karena sudah terbukti dapat
menyembuhkan gastroentiris (Ayurveda,2017).
d. Pembahasan
23
Lee, H. J. (2017). The effects of action observation training and ginger balance in
children. Republic of Korea : Department of Rehabilitation Science,
Graduate School, Daegu University
Indrawati. L, dkk. (2016). Care Yourself Stroke (Indriani, ed.). Jakarta: Penebar
Plus.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :
Definisi Dan Indikator Diagnostik. Edisi 1, Cetakan III. Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :
Definisi Dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1, Cetakan II. Jakarta : DPP
PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia :
Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1, Cetakan II. Jakarta : DPP
PPNI