Makalah Kelompok 1 - Prinsip Dasar Dan Mekanisme Kejadian Cedera Dan Penyakit Akibat Kerja
Makalah Kelompok 1 - Prinsip Dasar Dan Mekanisme Kejadian Cedera Dan Penyakit Akibat Kerja
Makalah Kelompok 1 - Prinsip Dasar Dan Mekanisme Kejadian Cedera Dan Penyakit Akibat Kerja
Oleh:
Kelompok 1
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BOSOWA
TAHUN 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
Keselamatan menjadi hal yang penting dalam bekerja. Meskipun core bisnis suatu
tempat kerja adalah menghasilkan produktivitas yang maksimal, baik itu berupa barang
maupun jasa. Akan tetapi jika tidak diimbangi dengan penerapan keselamatan kerja yang
baik, produktivitas tidak dapat berjalan dengan optimal. Penerapan keselamatan dalam
bekerja ini melalui program yang dinamakan dengan penerapan program K3 (Kesehatan dan
Keselamatan Kerja). Program K3 dilaksanakan untuk mencegah kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja atau dengan kata lain dapat disebutkan dengan mempertahankan
keselamatan dan kesehatan kerja. Menjadi hal yang mutlak dalam menerapkan K3 bagi
pekerja. Pilih selamat atau tidak, hal tersebut yang selalu disampaikan pada pekerja.
Peraturan-peraturan yang sudah ada di Indonesia yang terkait dengan implementasi
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah, yaitu Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja. Undang-Undang No 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dan
Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen K3 (SMK3).
SMK3 meliputi penetapan kebijakan K3, perencanaan K3, pelaksanaan rencana K3,
pemantauan dan evaluasi kinerja K3 serta peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3. Inti
dari SMK3 itu adalah analisis risiko dari bahaya yang ada di tempat kerja. Setiap tempat kerja
memiliki bahaya. Bahaya tersebut dapat menyebabkan risiko kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja. Jika pilihan selamat menjadi hal yang mutlak di tempat kerja maka tempat kerja
tersebut harus melakukan pengendalian risiko.
Pengendalian risiko dalam upaya menciptakan tempat kerja yang aman dapat
dilakukan melalui hierarki pengendalian risiko. Penerapan ini merupakan suatu tingkatan
pengendalian yang dapat diterapkan di tempat kerja jika selamat menjadi sebuah pilihan.
Tingkatan yang pertama adalah eliminasi. Eliminasi merupakan menghilangkan bahaya yang
ada di tempat kerja. Menjadi hal yang mustahil untuk menghilangkan bahaya di tempat kerja,
karena itu pengendalian yang kedua dapat diterapkan, yaitu subtitusi.
Pengendalian ini meminimalkan risiko melalui penggantian sumber bahaya. Suatu
bahan, alat kerja dapat diganti dengan jenis lain yang memiliki sifat kurang berbahaya.
Misalnya, mengganti mesin yang lama dengan luaran terbaru untuk mereduksi adanya bahaya
kebisingan. Pengendalian ketiga adalah rekayasa teknik. Kegiatan ini dilakukan melalui
modifikasi sumber bahaya, ataupun penambahan desain tempat kerja untuk lebih ramah
terhadap keselamatan pekerja. Pengendalian yang keempat adalah administratif.
Upaya ini pada umumnya dilakukan oleh manajemen untuk mengatur waktu paparan
bahaya. Agak paparan bahaya tersebut tidak terus menerus mengenai pekerja maka dapat
dilakukan rotasi kerja, pengaturan waktu istirahat, selain itu pengendalian administrative
dapat dilakukan melalui pemberikan peningkatan pengetahuan akan bahaya di tempat kerja.
Penerapan pengendalian terhadap risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
dapat dilakukan satu atau lebih dari hierarki yang ada. Analisis penegaan pengendalian harus
ditegaskan dengan memperhatian pengendalian yang utama yaitu eliminasi sampai dengan
APD. Hal ini penting untuk dialakukan karena pilihan selamat bukan sesuatu yang bisa
ditawar. Akan tetapi harus diterapkan dengan benar.
Salah satu tempat kerja yang memiliki prioritas untuk bekerja dengan selamat adalah
laboratorium. Bekerja di laboratoirum unit K3 sebagaimana bekerja dengan laboratorium
lainnya yang mengandung berbagai bahaya. Kecelakaan kerja yang terjadi tidak lepas dari
bahaya yang ada baik bahaya fisik, kimia, biologis, ergonomis, dan bahaya lainnya.
Kecelakaan kerja yang timbul seperti tegangan listrik yang tinggi, tergores, tertular penyakit
dan tertusuk lancet. Adanya kecelakaan kerja di laboratorium unit K3 harus di identifikasi,
dianalisis dan dikendalikan risikonya sehingga kecelakaan kerja tidak akan terjadi.
Menurut Abraham Maslow tentang teori kebutuhan manusia. Terdapat lima tingkatan
kebutuhan, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial dan kasih
sayang, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan untuk aktualisasi diri. Kebutuhan rasa
aman menduduki urutan kedua. Hal ini berarti bahwa keselamatan menjadi hal yang penting
bagi kehidupan manusia. Tidak ada manusia yang tidak butuh selamat. Di manapun berada
keselamatan menjadi hal yang utama. Sehingga tempat kerja yang merupakan rumah kedua
setelah tempat tinggal menjadi prioritas dalam menciptakan keselamatan.
A. Outline
1. Prinsip Kejadian Kecelakaan Kerja
2. Prinsip Kejadian Penyakit Akibat Kerja
3. Model Kejadian Kecelakaan Akibat Kerja
4. Model Kejadian Penyakit Akibat Kerja
5. Model Rekomendasi Kepada Manajemen
6. Studi Kasus
BAB II
PEMBAHASAN
(https://www.ohsbok.org.au/wp-content/uploads/2013/12/32-Models-of-causation-
Safety.pdf) diakses pada hari Selasa, 27 Juli 2021 pukul 20.26
Kunci kejadian masih tetap sama seperti yang dikatakan oleh Heinrich, yaitu adanya
tindakan dan kondisi tidak aman. Bird dan Loftus tidak lagi melihat kesalahan terjadi
pada manusia/pekerja semata, melainkan lebih menyoroti pada bagaimana
manajemen lebih mengambil peran dalam melakukan pengendalian agar tidak terjadi
kecelakaan.
6. Studi Kasus
a. Kasus Dalam Negeri
Studi ini dilakukan untuk mengetahui faktor penentu penyebab kecelakaan kerja
pada pekerja pabrik tekstil di wilayah Amahara, Ethiopia. Hasil studi menunjukkan
bahwa faktor kurangnya pelatihan, gangguan tidur, dan tekanan pekerjaan
meningkatkan resiko terjadinya kecelakaan kerja. Maka, pemberian pelatihan K3,
mengurangi stresor, dan memberikan regulasi jam tidur yang baik merupakan langkah
yang direkomendasikan.
BAB III
KESIMPULAN
Kehidupan manusia tidak pernah terlepas dari pekerjaan, apapun jenis pekerjaan selalu
dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam melakukan pekerjaan tersebut,
pemahaman dan penerapan masyarakat terkait keselamatan dan kesehatan kerja (K3) masih
kurang di perhatikan. Padahal faktor K3 sangat penting dan harus diperhatikan oleh pekerja dan
hal ini menjadi tanggung jawab bersama, perlu adanya kerja sama antara pemerintah, perusahaan
dan pekerja agar terhindar dari Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) dan Penyakit Akibat Kerja
(PAK).
f.
DAFTAR PUSTAKA
Badraningsih L,.Enny Zuhny K.tt. 2015. Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja. Universitas
Negeri Yogyakarta
Indonesian Public Health. 2021. Faktor Penyebab Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja.
http://www.indonesian-publichealth.com/pengertian-dan-faktor-penyebab-k3/ diakses pada
hari Selasa, 26 Juli 2021 pukul 12.05
Salawati, L. 2015. Penyakit Akibat Kerja dan Pencegahan. JURNAL KEDOKTERAN SYIAH
KUALA Volume 15 Nomor 2 Agustus 2015
Peraturan Presiden Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 tentang Penyakit Akibat Kerja
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : Per. 05/Men/1996 Tentang Sistem Manajemen
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
https://www.researchgate.net/publication/228683461_A_review_of_accident_modelling_approa
ches_for_complex_socio-technical_systems (diakses pada hari Selasa, 27 Juli 2021 pukul
21.05)
https://www.researchgate.net/publication/327727444_Variety_of_Accident_Causes_in_Construc
tion_Industry diakses pada hari Selasa, 27 Juli 2021 pukul 21.07
https://www.researchgate.net/publication/326512089_Analysis_of_Vessel-
Based_Marine_Accidents_and_the_Economic_Risks_to_Nigeria diakses pada hari Selasa,
27 Juli 2021 pukul 21.08)