Bab 2 Landasan Teori

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

2.

1 Kecelakaan Kerja
2.1.1 Definisi
Pengertian Kecelakaan Kerja
1. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga
semula yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda (Peraturan Menteri
Tenaga Kerja (Permenaker) Nomor: 03/Men/1998).
2. OHSAS (18001:2007) Kecelakaan kerja menurut OHSAS (Occupational Health and
Safety Assessement Series) adalah kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan dan
menyebabkan cidera atau kesakitan, dan kejadian yang dapat menyebabkan kematian
(Syarif, 2007). b. Pengertian kecelakaan kerja menurut para ahli 1) Kecelakaan kerja
adalah kecelakaan dan atau penyakit yang menimpa tenaga kerja karena hubungan
kerja di tempat kerja (Ervianto, 2005). 1
3. Menurut Suma’mur (1981) dalam (Pratiwi, 2012) kecelakaan akibat kerja adalah
kecelakaan berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja
yang dimaksud adalah kecelakaan yang terjadi karena pekerjaan atau pada waktu
melaksanakan pekerjaan.
4. Menurut Rachman (1990) dalam (Pratiwi, 2012)kecelakaan akibat kerja adalah suatu
kejadian yang tidak diduga, tidak dikehendaki dan dapat menyebabkan kerugian baik
jiwa maupun harta benda. Berdasarkan definisi-definisi kecelakaan kerja diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa kecelakaan adalah kejadian di tempat kerja yang tidak
disengaja dan menyebabkan kerugian baik fisik, harta benda atau bahkan kematian.
2.1.2 Penyebab Kecelakaan Kerja

Kecelakaan tidak terjadi secara kebetulan, melainkan karena suatu sebab. Oleh
karena ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar untuk
selanjutnya dengan tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebab itu serta dengan
upaya preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak
berulang kembali.2

1
Poltekkes studi, Bab III, 2019, Jakarta : PT. Kencana Laskar
2
Ridley J, Kecelakaan dalam ikhtisar kesehatan dan keselamatan kerja, Edisi ke-3, Jakarta: Erlangga;2007, h. 113-
20
Kecelakaan kerja umumnya disebabkan oleh berbagai penyebab, teori tentang
terjadinya suatu kecelakaan adalah :

1. Teori Kebetulan Murni (Pure Chance Theory), yang menyimpulkan bahwa kecelakaan
terjadi atas kehendak Tuhan, sehingga tidak ada pola yang jelas dalam rangkaian
peristiwanya, karena itu kecelakaan terjadi secara kebetulan saja
2. Teori Kecenderungan Kecelakaan (Accident prone Theory), pada pekerja tertentu lebih
sering tertimpa kecelakaan, karena sifat-sifat pribadinya yang memang cenderung untuk
mengalami kecelakaan kerja.
3. Teori Tiga Faktor (Three Main Factor), menyebutkan bahwa penyebab kecelakaan
peralatan, lingkungan dan faktor manusia pekerja itu sendiri.
4. Teori Dua Faktor (Two main Factor), kecelakaan disebabkan oleh kondisi berbahaya
(unsafe condition) dan tindakan berbahaya (unsafe action).
5. Teori Faktor Manusia (Human Factor Theory), menekankan bahwa pada akhirnya
seluruh kecelakaan kerja tidak langsung disebabkan karena kesalahan manusia.
Ada dua golongan penyebab kecelakaan kerja. Golongan pertama adalah faktor
mekanis dan lingkungan, yang meliputi segala sesuatu selain faktor manusia. Golongan
kedua adalah faktor manusia itu sendiri yang merupakan penyebab kecelakaan. Untuk
menentukan sebab dari suatu kecelakaan dilakukan analisis kecelakaan. Contoh analisis
kecelakaan kerja adalah sebagai berikut. Seorang pekerja mengalami kecelakaan kerja
dikarenakan oleh kejatuhan benda tepat mengenai kepalanya. Sesungguhnya pekerja
tidak perlu mengalami kecelakaan itu, seandainya ia mengikuti pedoman kerja yang
selalu diingatkan oleh supervisor kepada segenap pekerja agar tidak berjalan di bawah
katrol pengangkat barang. Jadi dalam hal ini penyebab kecelakaan adalah faktor manusia.
2.1.3 Klasifikasi Kecelakaan Kerja
Menurut Surat Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan
Pengawasan Ketenagakerjaan Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia nomor KEP
84/BW/1998 adalah: Pertama, terbentuk (pada umumnya menunjukan kontak atau
persinggungan dengan benda tajam atau benda keras yang mengakibatkan tergores,
terpotong, tertusuk, dan lain - lain). Kedua, terpukul (pada umumnya karena yang jatuh,
meluncur, melayang, bergerak, dan lain- lain). Ketiga, jatuh dari ketinggian yang sama,
jatuh dari ketinggian yang berbeda. Kelima, tergelincir. Keenam, terpapar (pada
umumnya berhubungan dengan temperatur, tekanan udara, getaran, radiasi, suara,
cahaya, dan lain- lain). Ketujuh, penghisapan, penyerapan menunjukan proses masuknya
bahan atau zat berbahaya kedalam tubuh, baik melalui pernafasan ataupun kulit dan yang
pada umumnya berakibat sesak nafas, keracunan, mati lemas, dan lain - lain). Terakhir,
tersentuh aliran listrik.3
2.1.4 Akibat Kecelakaan Kerja
1. Kerugian bagi instansi
Biaya pengangkutan korban ke rumah sakit, biaya pengobatan, penguburan jika
sampai korban meninggal dunia hilangnya waktu kerja korban dan rekan – rekan
yang menolong sehingga menghambat kelancaran program mencari pengganti atau
melatih tenaga baru mengganti atau memperbaiki mesin yang rusak kemunduran
mental pada pekerja.
2. Kerugian bagi korban
Kerugian bagi korban jika kecelakaan itu sampai mengakibatkan cacat atau
meninggal dunia, berarti hilangnya pencari nafkah bagi keluarga.
3. Kerugian bagian masyarakat dan negara
Akibat kecelakaan maka beban biaya akan dibebankan sebagai biaya produksi yang
mengakibatkan di naikkannya harga produksi perusahaan tersebut dan merupakan
pengaruh bagi harga pasaran.4
2.1.5 Pencegahan dan Penanggulangan Kecelakaan Kerja
Menurut ILO (1989:20) berbagai cara yang umum digunakan untuk meningkatkan
keselamatan kerja bidang industri :
1. Peraturan Peraturan merupakan ketentuan yang harus dipatuhi. Peraturan di industri
meliputi kondisi kerja umum, perancangan, kontruksi, pemeliharaan, pengawasan,
pengujian dan pengoperasian peralatan industri, kewajiban para pengusaha dan
pekerja, pelatihan, pengawasan kesehatan, pertolongan pertama, dan pemeriksaan
kesehatan.

3
Oni Mayendra, Analisis Penyebab Kecelakaan, FKM UI, Jakarta: 2009
4
Okti FP, Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jakarta: FKM Universitas Indonesia;2008
2. Standarisasi Yaitu menetapkan standar resmi, setengah resmi, ataupun tidak resmi,
misalnya jika dikaitkan dengan dunia industricontohnya konstruksi yang aman dari
jenis peralatan industri tertentu seperti penggunaan alat keselamatan kerja, kebiasaan
yang aman dan sehat, ataupun tentang alat pengaman perorangan.
3. Pengawasan Pengawasan dilakukan supaya peraturan yang ada benar-benar dipatuhi
atau tidak dilanggar, sehingga apa yang menjadi sasaran maupun tujuan dari peraturan
keselamatan kerja dapat tercapai. Terutama pengawasan terhadap para pekerja untuk
menghindari kecelakaan kerja.
4. Pendidikan Pendidikan sangat berpengaruh terhadap karakteristik serta perilaku
seseorang. Pendidikan juga berpengaruh terhadap angka kecelakaan kerja. Pekerja
yang mempunyai tingkat pendidikan lebih tinggi maka dalam bekerja lebih teliti dan
berhati-hati karna ilmu yang didapat lebih dari pekerja yang pendidikan rendah.Maka
dari itu perlu adanya seleksi dan pelatihan guna mengurangi hal-hal yang
menyebabkan kerugian.
5. Pelatihan atau training Salah satu contoh pelatihan yaitu berupa pemberian instruksi
praktis bagi para pekerja, khususnya bagi pekerja baru dalam hal keselamatan kerja.
Perlunya pemberian pelatihan karena pekerja baru cenderung belum mengetahui hal-
hal yang ada di perusahaan yang baru ditempatinya. Pemberian pelatihan mengenai
keselamatan dan kesehatan kerja diharapkan sebelum terjun ke dunia kerja sudah
memiliki bekal terlebih dahulu tentang bagaimana cara dan sikap kerja yang yang
aman dan selamat, sehingga ketika terjun ke dunia kerja mereka mampu menghindari
potensi bahaya yang dapat menyebabkan celaka.
2.2 Alat Pelindungan Diri (APD)
2.2.1 Definisi
Menurut Permenaker No. 08/VIII/2010, Alat pelindung diri (APD) adalah suatu
alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya
mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya ditempat kerja.
Berdasarkan pasal 14 ayat c UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja,
perusahaan wajib menyediakan APD secara cuma - cuma terhadap tenaga kerja dan
orang lain yang memasuki tempat kerja, apabila kewajiban tersebut tidak dipenuhi
merupakan suatu pelanggaran undang - undang. Berdasarkan pasal 12 huruf b tenaga
kerja diwajibkan memakai APD yang telah disediakan. Dalam menyediakan APD
prioritas pertama perusahaan adalah melindungi pekerjanya secara keseluruhan.
Ketersediaan APD harus sesuai dengan bahaya yang ada diperusahaan, terbuat dari
material yang tahan terhadap bahaya tersebut, nyaman dipakai Upaya keselamatan dan
Kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja untuk mencapai
produktivitas kerja yang optimal. Pengedalian secara teknologis terhadap potensi bahaya
atau penyakit akibat kerja merupakan pengendalian yang efektif dalam usaha pencegahan
kecelakaan akibat kerja dan penyakit kerja. Namun Karena berbagai hambatan upaya
tersebut belum dapat dilakukan secara optimal.
Tujuan penggunaan alat pelindung diri adalah tubuh dari bahaya pekerjaan yang
dapat menyebabkan kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja. Sehingga
pengunaan alat pelindung diri bermanfaat bukan untuk menjaga keselamatan pekerja itu
sendiri tetapi juga bagi orang di sekelilingnya Alat pelindung diri (APD) akan
memberikan perlindungan yang cukup bila alat pelindung tersebut dipilih secara tepat
dan selalu dipakai oleh pekerja yang bersangkutan. Perusahaan wajib menyediakan
semua alat pelindung diri yang di wajibkan dan pekerja wajib pula untuk selalu
memakainya.5
2.2.2 Jenis-jenis alat Pelindung Diri

Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor
08/MEN/VII/2010. Tentang alat pelindung diri pasal 3 menyatakan bahwa jenis alat
pelindung diri terdiri dari, pelindung kepala, pelindung mata dan muka, pelindung
telinga, pelindung pernafasan, pelindung tangan, pelindung kaki.

Fungsi alat pelindung berdasarkan Permenakertrans No. 08 tahun 2010, yakni:

1. Alat Pelindung Kepala (safety helmet) Alat pelindung kepala (safety helmet)
digunakan untuk melindungi pekerja dari bahaya terbentur oleh benda tajam atau
benda keras yang dapat menyebabkan luka gores, terpotong, tertusuk, kejatuhan
benda, atau benda-benda yang melayang di udara. Safety helmet dapat terbuat
dari berbagai bahan, antara lain plastic, fiberglass, dan logam. Topi pengaman
5
McKenzie, James F. Kesehatan masyarakat. Edisi ke-4. Jakarta: EGC;2007.h.615.
dengan bahan elastis seperti karet atau plastik pada umumnya dipakai oleh
wanita. Rambut wanita yang panjang memiliki risiko ditarik oleh mesin. Oleh
karena itu, penutup kepala harus dipakai agar rambut tidak terbawa putaran
mesin dmgan cara rambut diikat dan ditutup oleh penutup kepala.

Gambar 2.1 Safety Helmet


Sumber : https://pusatsafety.com/

2. Pelindung tangan (gloves) Sarung tangan harus diberikan kepada tenaga kerja
dengan pertimbangan akan bahaya-bahaya dan persyaratan yang diperlukan.
Antara lain syaratnya adalah bebannya bergerak jari dan tangan. Macamnya
tergantung pada jenis kecelakaan yang akan dicegah yaitu tusukan, sayatan,
terkena benda panas, terkena bahan kimia, terkena aliran listrik, terkena radiasi
dan sebagainya. Harus diingat bahwa memakai sarung tangan ketika bekerja
pada mesin pengebor, mesin pengepres dan mesin lainnya yang dapat
menyebabkan tertariknya sarung tangan ke mesin adalah berbahaya. Sangat
banyak jenis-jenis alat pelindung tangan antara lain adalah :

 Sarung tangan dari kain terpal (canvas), sarung tangan ini digunakan untuk
melindungi tangan agar tidak melepuh karena gesekan.6

 Sarung tangan dari asbes, jenis ini digunakan untuk melindungi tangan dari
panas. Misalnya untuk pekerjaan mengangkat benda-benda panas, pekerjaan
dibagian menempa logam, bagian pengecoran logam dan lain sebagainya. Sarung
tangan asbes saat ini telah dianjurkan untuk tidak dipakai, hal ini disebabkan
kemungkinan adanya bahaya dari serat asbes yang dapat mengakibatkan
6
Digital Respistory, Alat Pelindungan Diri, Universitas Jember, 2019
timbulnya kanker paru-paru (mesoteliomia) apabila serat-serat asbes rontok
terhirup oleh tenaga kerja. Sebagai gantinya disediakan sarung tangan dari asbes
yang benang-benangnya telah dilapisi dengan aluminium.

 Sarung tangan dari kulit sapi atau kulit kuda digunakan untuk keperluan
mengelas. Sarung tangan ini akan melindungi tangan dari percikan bunga api las.
Disamping sarung tangan kulit, tenaga kerja Ias sering (umumnya) diberi jaket
kulit untuk melindungi tubuhnya dari percikan bunga api.

 Sarung tangan panjang (sampai siku) yang terbuat dari kulit untuk melindungi
tangan dari lembaran-lembaran logam atau baja yang tajam dan runcing.

 Sarung tangan untuk pekerjaan listrik Sarung tangan jenis ini untuk melindungi
tenaga kerja dari bahaya tersengat arus listrik, terutama bagi tenaga kerja yang
beketja dengan kabel yang bermuatan listrik. Umumnya sarung tangan ini dibuat
dari karet dan harus memenuhi standar yang berlaku. Sarung tangan ini ada
beberapa jenis yang penggunaannya disesuaikan dengan voltage arus yang
ditangani, arus bolak balik atau arus searah. 6) Sarung tangan anti getaran
Umumnya jenis pekerjaan seperti penebangan pohon di hutan-hutan akan
digunakan alat gergaji yang menimbulkan getaran, pekerjaan di pertambangan
(deep mining) banyak menggunakan mesin bor batu-batuan yang menimbulkan
getaran, juga pekenaan di lingkungan konstruksi banyak menggunakan berbagai
alat yang bergetar. Tenaga kerja yang bekerja dengan menggunakan alat-alat
yang menimbulkan getaran harus memakai sarung tangan anti getaran. Sarung
tangan anti getaran ini di dalamnya dilapisi dengan spons (banyak lubang-lubang
udara) atau dibuatkan kantong-kantong udara (dengan menggunakan pipa-pipa
karet).

 Sarung tangan yang terbuat dari karat sintetik, terbuat dari karat alam atau
plastik. Setiap bahan untuk membuat sarung tangan seperti itu memiliki sifat sifat
khusus terutama daya tahannya terhadap bahan kimia. Sebagai contoh, sarung
tangan dari karat alam tidak cocok untuk pekerjaan yang berhubungan dengan
minyak dan lemak sedang vinyl chlorida tidak sesuai untuk pelarut pelarut
organik.7

Gambar 2.2 Pelindung Tangan

Sumber : https://pusatsafety.com/

3. Pelindung mata dan wajah Pada umumnya, dampak bahaya-bahaya yang bisa
menimbulkan luka pada mata dapat dikurangi dengan menggunakan kacamata
khusus atau topeng pengaman, tidak cukup dengan kacamata biasa. Alat-alat
tersebut ”harus” dikenakan oleh pekerja jika kondisi kerja memang berpotensi
bahaya (mandatory action). Pelindung mata ada beberapa macam yaitu :

 Spectacle goggles (kaca mata) Ada 2 macam spectacle goggles ialah yang
dilengkapi dengan topeng samping dan tanpa topeng samping. Kegunaannya
untuk melindungi mata dari benda-benda melayang seperti paku, paku keling,
serpihan logam atau batu-batuan, percikan logam dari pekerjaan menempa,
percikan benda-benda keras lainnya yang dihasilkan oleh pekerjaan yang
menggunakan pahat, alat pengebor batu-batuan, alat pembuat lubang pada beton.

 Cup goggles Cup goggles dilengkapi dengan tali pengikat kepala. Kegunaannya
untuk melindungi mata dari percikan bara logam yang berasal dari pekerjaan
penuangan logam cair, benda-benda melayang seperti serpih kayu (tatal) atau
percikan logam yang berasal dari pekerjaan menggerinda juga dapat melindungi
mata dari debu yang berasal dari pekerjaan tukang kayu dan lainlain. Banyak
jenis-jenis cup goggles yang diciptakan (direncanakan) untuk pekerjaan-
pekerjaan khusus seperti untuk pekerjaan mengelas atau memotong baja. Dimana

7
Digital Respistory, Alat Pelindungan Diri, Universitas Jember, 2019
kacamata pelindung diganti dengan lensa berwarna biru untuk melindungi mata
dari radiasi sinar ultraviolet.

 Cover Goggles Umumnya dibuat dari bahan yang ringan seperti vinyl yang keras
atau bahan karet yang lunak. Lensa dibuat dari plastik bening yang cukup lebar,
sehingga dapat memberikan pandangan yang cukup luas. Bingkai kaca dibuat
berlubang-lubang, tujuannya agar keringat dapat diuapkan keluar dan tidak
mengakibatkan gangguan pada mata (keringat tidak menetes masuk mata).
Kegunaan cover goggles untuk melindungi mata dari benda-benda melayang,
debu dan dapat digunakan bersama-sama dengan kacamata pengaman.

gambar 2.3 Kacamata pengaman

Sumber : https://pusatsafety.com/

 Topeng muka (face shield) Topeng muka umumnya dibuat dari plastik bening
dan dilengkapi dengan tali pengikat kepala. Kegunaannya sebagai pelindung
muka yang dapat melindungi mata dari benturan-benturan benda-benda yang
melayang. Di dalam industri, topeng muka diperlukan sebagai tambahan
kacamata pengaman bila tenaga kerja menangani bahan-bahan kimia atau asam
atau pekerjaan menuang logam cair. Ada juga topeng muka yang digabung
sekaligus dengan topi pengaman.8

8
Digital Respistory, Alat Pelindungan Diri, Universitas Jember, 2019
Gambar 2.4 Face shield

Sumber : https://pusatsafety.com/

 Welding helmet Welding helmet merupakan gabungan antar topeng muka


dengan kaca filter pelindung mata. Kegunaannya adalah untuk melindungi mata
dari pengaruh radiasi sinar ultra violet dan percikan api las pada pekerjaan
mengelas.

 Pelindung telinga Ada 2 (dua) macam alat pelindung telinga yang umum
digunakan yaitu: Sumbat telinga (ear plug) dan Tutup telinga (earmuff).
Kegunaan alat pelindung telinga adalah untuk melindungi alat pendengaran dari
intensitas suara yang tingg (bising). Rata-rata sumbat telinga dapat meredam
intensitas suara sebesar 20-30 dB pada frekuensi 2.000-4.000 Hz. dan ukuran
wajah rata-rata orang atau bangsa dari negara asal dimana tutup telinga atau ear
muff tersebut diproduksi. Bahan-bahan yang dapat digunakan untuk membuat
sumbat telinga antara lain: karet alam, karet sintetis, plastik yang lembut (agak
lentur dan busa uretan).

Gambar 2.5 Pelindung Telinga


Sumber : https://pusatsafety.com/

4. Pelindung pernafasan Pada tempat-bempat kerja tertentu seringkali udaranya


kotor yang diakibatkan oleh bermacam-macam sebab antara lain: 1) Debu-debu
kasar dari pengindaraan atau operasi-operasi sejenis . 2) Racun dan debu halus
yang dihasilkan dari pengecatan atau asap. 3) Uap beracun atau gas beracun dari
pabrik kimia. 4) Bukan gas beracun tetapi seperti C02 yang menurunkan
konsentrasi oksigen di udara. Untuk mencegah masuknya kotoran-kotoran
tersebut, kita dapat menggunakan alat yang di sebut “masker”. Hal yang perlu di
perhatikan dalam menggunakan masker yaitu:

1) Bagaimana menggunakan masker secara benar.

2) Macam dari kotoran debu yang perlu dihindari.

Lamanya menggunakan alat tersebut. Pemakaian selain menutup mulut


dan hidung, ada juga mencakup wajah dan kepala. Pemakaian masker dan
respirator hendaklah memperhatikan apa yang sebaiknya digunakan,
dengan memperhatikan jenis bahaya yang dihadapi dan berapa banyak
kontak dengan bahan berbahaya tersebut. Berdasarkan jenis masker dibagi
menjadi 2 yaitu masker debu dan masker karbon : 1) Masker Debu
Melindungi dan debu phylon, buffing, grinding, serutan kayu dan debu
lain yang tidak terlalu beracun. Masker debu tidak dapat melindungi dari
uap kimia, asap cerobong dan asap dari pengelasan. 2) Masker karbon
Melindungi dari bahan kimia yang daya toxicnya rendah yang memiliki
absorben dari karbon aktif, masker karbon harus disertifikasi oleh badan
sertifikasi. Respirator adalah alat pelindung diri yang digunakan di bagian
kepala, tepatnya di bagian wajah. Bagian yang dilindungi oleh respirator
sekurang kurangnya adalah hidung dan mulut.9

9
Digital Respistory, Alat Pelindungan Diri, Universitas Jember, 2019
Gambar 2.6 Pelindung Pernafasan

Sumber : https://pusatsafety.com/

2.2.3 Pemakaian APD

Sekalipun APD disediakan oleh perusahaan, alat-alat ini tidak akan memberikan manfaat
yang maksimal bila cara memakainya tidak benar.

a. Aspek keamanan dan Aspek Ergonomi dari penggunaan APD

1) Aspek keamanan Alat pelindung diri harus memberikan perlindungan yang adekuat
terhadap bahaya yang spesifik atau bahaya-bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja.

2) Aspek ergonomi Hendaknya APD beratnya seringan mungkin dan alat tersebut tidak
menyebabkan rasa ketidaknyamanan bagi tenaga kerja yang berlebihan dan bentuknya
harus cukup menarik.10

2.2.4 Peraturan APD

Peraturan jenis alat pelindung diri yang digunakan harus dipatuhi oleh tenaga kerja sesuai
dengan pontensi bahaya yang dihadapi serta sesuai dengan bagian tubuh yang perlu
dilindungi. Sebagimana yang tercantum dalam undang - undang No. 01 Tahun 1970
tentang keselamatan kerja pasal 12 sub b menyebutkan bahwa dengan peraturan
perundangan - undangan daftar kewajiban dan pada pasal 14 menyebutkan bahwa
pengusaha wajib memberikan secara cuma - cuma sesuai alat pelindung diri yang
diwajib bagi setiap memberikan pada tenaga kerja yang dibawah kepemimpinannya dan
menyiapkan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, di sertai
petunjuk yang diperlukan.

2.2.5 Permanaker No. 08 tahun 2010

10
Reny Yanyang, Pemakaian Alat Pelindung Diri Sebagai Upaya Dalam Memberikan Perlindungan Bagi Tenaga
Kerja Di Ruang Cetak Pt. Air Mancur Palur, Universitas Sebelas Maret: Surakarta, 2010
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No.8/MEN/VII/2010, alat
pelindung diri (APD) atau personal protective equipment didefinisikan sebagai alat yang
mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi
sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. Menurut permenaker
no.8 tahun 2010 bahwa setiap pengusaha wajib menyediakan alat pelindung diri (APD)
bagi pekerja/buruh di tempat kerja. Kewajiban-kewajiban lain yang berhubungan dengan
APD yang harus dipenuhi menurut peraturan menteri ini antara lain:

1. Alat pelindung diri yang digunakan harus sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI)
atau standar yang berlaku.

2. APD yang dimaksud meliputi pelindung kepala, pelindung mata dan muka, pelindung
telinga, pelindung pernapasan beserta perlengkapannya, pelindung tangan, pelindung
kaki, pakaian pelindung, alat pelindung jatuh perorangan dan atau pelampung.

3. Di dalam Pasal 4 disebutkan 18 jenis tempat kerja di mana APD wajib digunakan.

4. Pengusaha wajib mengumumkan secara tertulis dan memasang rambu-rambu


mengenai kewajiban penggunaan APD di tempat kerja.

5. Pengusaha diwajibkan melakukan manajemen APD di tempat kerja, yang meliputi


identifikasi kebutuhan dan syarat APD, pemilihan APD yang sesuai, pelatihan, dan lain-
lain.

6. APD harus segera diganti apabila rusak, tidak dapat berfungsi dengan baik atau telah
habis masa pakainya (lifespan).

7. APD yang telah rusak dan mengandung bahan berbahaya harus dimusnahkan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kewajiban setiap perusahaan yang
berkaitan dengan alat pelindung diri seperti tersebut dalam permenaker no.8 tahun 2010
ini harus dipenuhi. Karena hal ini menyangkut legal compliance status dari perusahaan. 11

DAFTAR PUSTAKA

11
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 8 Tahun 2010 Tentang Alat Pelindung Diri
Siswanto, 1991. Bahaya Las Terhadap Kesehatan. Balai Hyperkes dan Keselamatan
Kerja Jawa Timur. Departemen Tenaga Kerja.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 8 Tahun 2010 Tentang Alat Pelindung
Diri.

Yanyang Reny. Pemakaian Alat Pelindung Diri Sebagai Upaya Dalam Memberikan
Perlindungan Bagi Tenaga Kerja Di Ruang Cetak PT. Air Mancur Palur, Universitas Sebelas
Maret: Surakarta. 2010.

KenzieMk, James F. Kesehatan masyarakat. Edisi ke-4. Jakarta: EGC;2007. h.615.

Mayendra Oni. Analisis Penyebab Kecelakaan. FKM UI. Jakarta: 2009

FP Okti. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: FKM Universitas Indonesia;2008

Ridley J. Kecelakaan dalam ikhtisar kesehatan dan keselamatan kerja. Edisi ke-3. Jakarta:
Erlangga;2007. h. 113-20

Anda mungkin juga menyukai