Bab 10 Akuisisi Dan Pelepasan Properti
Bab 10 Akuisisi Dan Pelepasan Properti
Bab 10 Akuisisi Dan Pelepasan Properti
Disusun Oleh :
Npm : C1C017070
Semester : II
Kelas :A
JURUSAN S1 AKUNTANSI
UNIVERSITAS BENGKULU
Bab 10 Akuisisi dan Pelepasan Properti, Pabrik, dan Peralatan
1. Akuisisi dan Pelepasan Properti, Pabrik, dan Peralatan
Properti, pabrik, dan peralatan adalah kelompok aktiva tetap. Katakteristik dari ketiganya
adalah, aktiva tersebut diperoleh untuk digunakan dalam operasi dan bukan untuk dijual
kembali,aktiva tersebut bersifat jangka panjang dan merupakan subjek penyusutan, dan aktiva
tersebut memiliki substansi fisik. Akuisisi properti, pabrik, dan peralatan dinilai berdasarkan
prinsip biaya historis berupa kasatau ekuivalen kas. Property, pabrik, dan peralatan tidak
boleh dicatat ketika mengandung unsur taksiran, nilai pasar, atau nilai saat ini yang melebihi
biaya.
Menurut buku Intermediate Accounting - Kieso, Weygandt, dan Warfield hal 469-494:
Perusahaan mengakui property, plant, and equipment ketika biaya dari aset dapat
diukur secara nyata dan besar kemungkinan bahwa perusahaan akan mendapatkan manfaat
ekonomi masa depan. Sebagai contoh, ketika Starbucks (Amerika) membeli mesin pembuat
kopi untuk operasinya, biaya ini dilaporkan sebagai aset karena itu dapat diukur secara nyata
dan manfaat masa mendatang. Namun, ketika Starbucks melakukan perbaikan biasa pada
mesin pembuat kopinya, Starbucks membebankan biaya ini karena periode utama dari
manfaat hanya pada periode berjalan.
Beberapa perusahaan menggunakan historical cost, yaitu biaya perolehan asset sampai
asset tersebut sampai di lokasi dan siap digunakan.
- Pada umumnya, perusahaan menggunakan cost-model, yaitu:
1. Harga pembelian, termasuk bea impor, pajak pembelian, dikurangi diskon dan potongan
penjualan.
2. Biaya untuk membawa asset ke lokasi dengan kondisi siap digunakan, misalnya biaya
pengiriman.
- Untuk periode selanjutnya, perusahaan menilai PPE dengan cost-method atau fair value
(revaluation)-method.
- Cost-method: lebih murah, karena tidak membutuhkan biaya penilaian.
- Revaluation-method: nilai asset lebih tinggi, sehingga beban depresiasi akan menjadi lebih
tinggi dan net income akan lebih kecil.
Perusahaan menilai properti, pabrik, dan peralatan pada periode berikutnya dengan
menggunakan metode biaya perolehan atau metode nilai wajar (revaluasi) . Perusahaan dapat
menerapkan biaya atau model nilai wajar untuk semua item aset, dan peralatan atau untuk
satu kelas (banyak) aset, dan peralatan. Sebagai contoh, perusahaan mungkin menilai tanah
(sekelas aset) setelah akuisisi dengan menggunakan metode nilai wajar dan pada saat yang
sama menilai bangunan dan peralatan (kelas-kelas lain aset) dengan biaya.
A. Biaya Tanah
- Semua pengeluaran untuk perolehan tanah dan siap digunakan, yaitu:
1. Harga pembelian
2. Biaya penutupan, seperti biaya balik nama, biaya konsultan, biaya pencatatan.
3. Biaya yang membuat tanah pada kondisi siap digunakan, seperti peningkatan mutu,
pengisian, pengeringan, pembersihan.
4. Asumsi berhubungan dengan hak gadai, hipotek, dan pemesanan property.
5. Beberapa tambahan perbaikan tanah (Land Improvements) dengan umur tak terbatas.
- Penilaian khusus untuk perbaikan tertentu, seperti trotoar, lampu jalan, selokan, dan sistem
drainase dapat dicatat sebagai akun Land, karena relative permanen. Dan ini nanti akhirnya
akan dikelola oleh pemerintah. Beberapa perbaikan tersebut harus dicatat secara terpisah
dengan yang memiliki batas umur ekonomis, seperti driveways, pagar, dan lahan parkir yang
mana akan di depresiasi.
Pada umumnya, Land adalah bagian dari Property, Plant, and Equipment.
Bagaimanapun, jika tujuan utama dari perolehan dan penguasaan Land adalah spekulasi,
perusahaan sewajarnya mengklasifikasikan Land tersebut sebagai Investments. Jika real estate
menguasai Land untuk dijual kembali, maka tanah diklasifikasikan sebagai Inventory.
Beberapa mempercayai bahwa biaya ini seharusnya dikapitalisasi.
B. Biaya Pembangunan
Semua pengeluaran yang berhubungan langsung dengan akuisisi atau konstruksi, yaitu:
1. Materials, labor, dan overhead selama konstruksi gedung.
2. Biaya profesi (arsitek), izin pembangunan.
3. Semua biaya yang dikeluarkan sampai gedung siap digunakan, misal penghancuran gedung lama.
- Beberapa biaya yang tidak boleh dikapitalisasi dengan biaya gedung karena tidak berhubungan
langsung dengan proses penyiapan gedung, seperti biaya pembukaan (biaya promosi pembukaan
gedung), kerugian yang terjadi saat pembangunan gedung karena penjualan rendah, administrative
expense saat pembangunan gedung.
C. Biaya Peralatan
Peralatan dalam akuntansi termasuk peralatan pengiriman, peralatan kantor, mesin,
perabot dan peralatannya, perabotan, peralatan pabrik, dan aktiva tetap serupa. Biaya aktiva
tersebut meliputi harga pembelian, pengiriman dan penanganan yang terjadi, asuransi pada
peralatan dalam transit, biaya dari yayasan khusus jika diperlukan, perakitan dan biaya
instalasi, dan biaya pelaksanaan uji coba.
Equipment terdiri dari peralatan pengiriman, peralatan kantor, mesin, furniture dan fixture,
pelengkap, perlatan pabrik, dan asset tetap lainnya.
- Biaya perolehannya yaitu:
1. Harga pembelian
2. Freight and handling charge
3. Asuransi dari equipment saat transit
4. Biaya dasar khusus jika diperlukan
5. Biaya perangkaian dan instalasi
6. Biaya trial runs (percobaan)
- Pendapatan dari penjualan barang saat penyiapan equipment sampai siap digunakan harus
dikurangkan dari biaya perolehan, misal produk sampel saat percobaan.
2. Penilaian
A. Diskon Kas
Ada dua sudut pandang tentang apakah pengurangan biaya atau harga pokok aktiva
harus terjadi meskipun diskon tidak diambil. Menurut pendekatan pertama, diskon baik
diambil atau tidak dianggap sebagai pengurang biaya aktiva. Hal itu karena, biaya riil dari
aktiva merupakan kas atau harga ekuivalen kas aktiva. Sedangkan pendekatan lainnya
menyatakan bahwa diskon tunai tidak selalu harus dianggap sebagai kerugian karena
syaratnya mungkin tidak menguntungkan, atau mungkin tidak bijaksana bagi perusahaan
untuk mengambil diskon itu. Saat ini kedua pendekatan ini masih banyak digunakan.
Perusahaan secara teratur membeli plant assets dengan perjanjian kredit jangka
panjang, menggunakan wesel, hipotik, obligasi, atau equipment obligations. Untuk
mencerminkan biaya (cost) secara tepat, perusahaan menghitung aset yang dibeli dengan
perjanjian kredit jangka panjang pada nilai sekarang (present value) dengan nilai tukar yang
sesuai diantara contracting parties pada tanggal transaksi.
C. Pembelian Lum Sum
Problem spesial dari penilaian fixed aset meningkat ketika perusahaan membeli
sekelompok aset dengan satu harga Lum-sum.
Sebuah masalah khusus yang timbul dalam menilai aktiva tetap ketika perusahaan
membeli sekelompok aktiva pada harga Lump-Sum. Ketika situasi umum ini terjadi,
perusahaan mengalokasikan total biaya antara berbagai asset dengan basis nilai wajar
relatifnya. Asumsi ini adalah biaya-biaya akan berbeda pada proporsi nilai wajar. Ini adalah
prinsip yang sama bahwa perusahaan-perusahaan menambahkan untuk mengalokasikan
sebuah biaya lump sump pada berbagai item yang berbeda.
D. Penerbitan Saham
Ketika perusahaan mendapatkan peralatan dengan cara menerbitkan saham,seperti saham
biasa,nilai par atau yang ditetapkan dari saham tersebut tidak bisa secara tepat mengukur
biaya perolehan dari peralatan itu. Jika penjualan saham itu aktif,harga pasar dari saham-
daham yang diterbitkan itu adalah biaya wajar dari peralatan yang diakui.Saham merupakan
suatu ukuran yang bagus dari kas ekuivalen harga kini.
Sebagai contoh, Upgrade Living.Co memutuskan untuk membeli tanah yang berlokasi
didekatnya untuk mengembangkan operasi carpet dan lemarinya.Dalam mengganti
pembayaran kas dalam membeli tanah itu, Perusahaan menerbitkan 5000 lembar saham (nilai
par $10) kepada Deedland Company,dimana saham itu memiliki harga pasar $12 per lembar.
Upgrade Living Co. Melakukan pembukuan sebagai berikut:
Land (5,000 X $12) 60,000
Share capital-ordinary 50,000
Share premium-ordinary 10,000
E. Pertukaran Aktiva Nonmoneter
Akuntansi yang tepat untuk pertukaran aktiva non-moneter, seperti property pabrik dan
peralatan sangat controversial. Beberapa berpendapat bahwa perusahaan harus mencatat
pertukaran berdasarkan nilai wajar aktiva yang diserahkan atau yang diterima, dengan
pengakuan laba atau rugi. Sementara yang lain percaya bahwa aktiva harus diperhitungkan
berdasarkan nilai tercatat (nilai buku) aktiva yang diserahkan, dengan tidak mengakui laba
atau rugi. Dan yang lain masih mendukung pendekatan pengakuan kerugian dan
menangguhkan keuntungan.
Pada umumnya, perusahaan mencatat pertukaran aktiva berdasarkan nilai wajar aktiva
yang diterima atau diberikan, yang lebih jelas. Sehingga, perusahaan sebaiknya mengakui
laba atau rugi secara langsung dari pertukaran aktiva tersebut.
- Pertukaran – keadaan jika rugi
Ketika perusahaan menukarkan aset non-moneter dan menghasilkan kerugian,
perusahaan mengakui kerugian dengan segera. Alasan : perusahaan seharusnya tidak
menilai aset pada harga yang melebihi ekivalen kasnya; jika kerugian ditangguhkan,
aset akan overstated. Oleh karena itu, perusahaan mengakui kerugian dengan segera
apakah pertukaran itu memiliki substansi komersial atau tidak..
- Pertukaran-kondisi untung
o Mempunyai substansi komersial
Sekarang, pertimbangkan situasi dimana pertukaran aset non moneter
mempunyai substansi komersial dan menghasilkan keuntungan. Dalam hal ini,
perusahaan biasanya mencatat harga aset non moneter untuk ditukarkan dengan aset
non moneter lainnya pada nilai wajar aset yang dilepas. Dan segera mengakui
keuntungan. Perusahaan seharusnya menggunakan nilai wajar asetr yang diterima
hanya jika lebih jelas dan terbukti dari pada nilai wajar aset yang dilepas.
o Tidak mempunyai substansi komersial
Kita sekarang mengasumsikan bahwa pertukaran yang dilakukan Interstate
Transportation Company tidak mempunyai substansi komersial. Sehingga posisi
ekonomi Interstate tidak berubah secara signifikan akibat pertukaran tersebut. dalam
hal ini.
F. Hibah Pemerintah
Hibah ialah bantuan yang diterima dari pemerintah dalam bentuk transfer sumber
daya ke sebuah perusahaan untuk masa lalu maupun masa depan sesuai dengan kondisi
tertentu pada operasional perusahaan. IFRS menyatakan bahwa hibah harus diakui dalam
bentuk pendapatan (pendekatan penghasilan) secara sistematik yang sesuai dengan biaya
yang terkait yang dimaksudkan untuk mengimbangi perusahaan
merupakan prosedur yang benar jika jumlah tercatat dari aktiva lama tersedia. Jika nilai
tercatat aktiva lama tidak dapat ditentukan, maka cukup dengan menghapus biaya aktiva lama
dan menggantikannya dengan biaya aktiva baru.
perbaikan dan mencatat jumlah aktiva lama dalam nilai buku. Justifikasi untuk
mengkapitalisasi biaya perbaikan atau penggantian adalah bahwa walaupun nilai tercatat.
Aktiva lama tidak dikeluarkan dari akun, namun penyusutan yang mencukupi telah
diperhitungkan atas pos tersebut untuk mengurangi nilai tercatat menjadi hampir nol.
C. Perbaikan
Reparasi biasa
Sebuah perusahaan melakukan reparasi biasa untuk mempertahankan kondisi aset
agar bisa terus beroperasi. Reparasi biasa dibebankan kepada akun beban pada periode
berjalan, yaitu periode dimana perusahaan merasakan manfaat utama dari reparasi
tersebut. Reparasi biasa berupa pemeliharaan berkala termasuk penggatian suku cadang
kecil, pemberian pelumas, pengaturan ulang peralatan, pengecatan ulang, dan
pembersihan. Perusahaan memperlakukan aktivitas-aktivitas tersebut sebagai beban
operasi biasa..
Reparasi besar
Beberapa perusahaan penerbangan seperti Ryanair (IRL) atau Lufthansa (DEU),
atau perusahaan jasa kurir seperti A.P. Moller-Maersk (DEN) or CMA CGM Group
(FRA), menanggung biaya overhaul yang besar untuk seluruh pesawat dan kapal. Sebagai
contoh, Perusahaan Shipaway membeli kapal baru seharga $200 juta. Setiap empat tahun,
kapal tersebut harus di-overhaul. Biaya overhaul diestimasikan sebesar $4 juta. Dalam hal
ini, nilai overhaul sebesar $4 juta harus diakui sebagai komponen terpisah dari biaya
perolehan kapal dan disusutkan dalam waktu empat tahun ke depan. Dengan demikian,
nilai dari overhaul tersebut harus telah habis disusutkan pada waktu overhaul selanjutnya.
Improvement atau replacement Hapus nilai buku dan akumulasi depresiasi aset
yang lama, akui keuntungan/kerugian yang
terjadi, kapitalisasi nilai dari pengembangan
dan penggantian.
Cash 7.000
Accumulated Depreciation-Machinery 11.400
(($1.200 x 9) + $600)
Machinery 18.000
Gain on Disposal of Machinery 400
Nilai buku mesin pada waktu penjualan adalah $6.600 ($18.000-$11.400). Karena mesin
terjual seharga $7.000, jumlah keuntungan pada penjualan adalah $400 ($7.000-$6.600).
Keuntungan pada penjualan sebaiknya dilaporkan di “Other Income and expense” pada
laporan laba rugi dan bukan sebagai pendapatan. Jika ada penundaan dalam pembayaran dari
pemberian hukuman atau asuransi pemulihan, piutang dicatat pada harga setingkat kas.
Beberapa alasan pengakuan dari keuntungan atau kerugian pada perubahan tanpa disengaja
tertentu.
Bab 11 Depresiasi, Penurunan Nilai, dan Deplesi
1. Depresiasi
A. Faktor yang terlibat
Faktor-faktor yang terlibat dalam proses penyusutan
Sebelum pola pembebanan terhadap pendapatan dapat ditetapkan, ada tiga hal yang harus
diperjelas :
Dasar yang ditetapkan untuk penyusutan merupakan fungsi dari dua faktor yaitu biaya awal
dan nilai sisa atau pelepasan. Nilai sisa adalah estimasi jumlah yang akan diterima pada saat
aktiva itu dijual atau ditarik dari penggunaannya. Nilai sisa merupakan jumlah dimana aktiva
harus diturunkan nilainya atau disusutkan selama masa manfaatnya. Sebagai gambaran, jika
suatu aktiva memiliki biaya $10.000 dan nilai sisa sebesar $1.000 maka dasar penyusutannya
adalah $9.000. dari sudut pandang praktis, nilai sisa seringkali dianggap sebesar nol. Akan
tetapi, beberapa aktiva jangka panjang memiliki nilai sisa yang substansial.
Umur pelayanan suatu aktiva dan umur fisiknya seringkali tidak sama. Sebuah mesin secara
fisik mungkin dapat memproduksi sejumlah produk tertentu selama beberapa tahun melebihi
umur pelayanannya. Tetapi sebuah perusahaan mungkin tidak menggunakan mesin selama
seluruh tahun itu karena biaya pembuatan produk dalam tahun-tahun terakhir mungkin terlalu
tinggi, sebagai contoh, pemintalan kapas slater yang lama tetap bertahan dalam kondisi fisik
yang sangat baik sebagai tonggak historis dalam industry amerika, walaupun umur
pelayanannya telah berakhir bertahun-tahun yang lalu.
B. Metode Penyusutan
Metode ini juga disebut pendekatan beban variabel atau pendekatan unit produksi,
mengasumsikan bahwa penyusutan adalah fungsi dari penggunaan atau produktivitas dan
bukan dari berlalunya waktu. Umur aktiva ini dinyatakan dalam istilah keluaran yang
disediakan (unit-unit yang diproduksi) atau masukan seperti jumlah jam kerja. Secara
konseptual, asosiasi biaya yang tepat ditetapkan dalam istilah output bukan jam yang
digunakan, tetapi seringkali output ini sulit untuk diukur. Dalam kasus seperti ini, ukuran
input seperti jam mesin adalah metode yang lebih tepat dalam mengukur jumlah dollar
penyusutan selama periode akuntansi tertentu.
Metode garis lurus (straight-line method) mempertimbangkan penyusutan sebagai fungsi dari
waktu, bukan fungsi dari penggunaan. Metode ini telah digunakan secara luas dalam praktek
karena kemudahannya. Prosedur garis lurus secara konseptual seringkali juga merupakan
prosedur penyusutan yang paling sesuai. Apabila keusangan bertahap merupakan alasan
utama atas terbatasnya umur pelayanan, maka penurunan kegunaannya akan konstan dari
periode ke periode.
Metode beban menurun (decreasing charge method) menyediakan biaya penyusutan yang
lebih tinggi pada tahun awal dan beban yang lebih rendah pada periode mendatang. Karena
metode ini membolehkan pembebanan yang lebih tinggi pada tahun-tahun awal disbanding
metode garis lurus, sehingga sering disebut metode penyusutan dipercepat (accelerated
deprecition method)
Apakah justifikasi utama pada pendekatan ini justifikasi utama untuk pendekatan ini adalah
bahwa lebih banyak penyusutan harus dibebankan pada tahun-tahun awal karena aktiva lebih
produktif pada tahun-tahun tersebut.
Umur yang
Dasar Pecahan Beban Nilai buku
Thn tersisa dalam
penyusutan penyusutan penyusutan akhir tahun
tahun
1 $450.000 5 5/15 $150.000 $350.000
2 450.000 4 4/15 120.000 230.000
3 450.000 3 3/15 90.000 140.000
4 450.000 2 2/15 60.000 80.000
5 450.000 1 1/15 30.000 50.000
Dengan menggunakan pendekatan saldo menurun berganda dalam contoh mesin Derek,
Stanley coal mines akan memiliki beban penyusutan seperti yang ditunjukan pada :
Beberapa akun aktiva seringkali disusutkan dengan menggunakan satu tarif. Sebagai contoh,
suatu perusahaan seperti American telephone & telegraph mungkin menyusutkan tiang
telepon, sistem microwave, atau papan switch menurut kelompok.
Terdapat dua metode penyusutan untuk beberapa akun aktiva yang digunakan, yaitu : metode
kelompok dan metode gabungan. Pemeliharaan metode bergantung pda jenis aktiva yang
terlibat. Metode kelompok ( group methode) sering digunakan apabila aktiva bersangkutan
cukup homogeny dan memiliki masa manfaat yang hampir sama. Untuk mengilustrasikannya,
misalkan mooney motors menyusutkan armada mobil, truk dan mobil van :
Penyusutan per
Biaya yang Estimasi
aktiva Biaya awal Nilai sisa tahun (garis
dapat disusutkan umur
lurus)
Mobil $145.000 $25.000 $120.000 3 $40.000
Truk 44.000 4.000 40.000 4 10.000
Mobil van 35.000 5.000 30.000 5 6.000
$224.000 $34.000 $190.000 $56.000
C. Depresiasi Komponen
IFRS mensyaratkan bahwa setiap aset tetap yang memiliki total kos yang signifikan harus
didepresiasi secara terpisah.
Contoh: EuroAsia Airlines Membeli pesawat dengan harga €100,000,000 Pada 1 Januari
2011. Umur ekonomis pesawat 20 tahun dan memiliki nilai residu €0. EuroAsia
menggunakan metode garis lurus untuk menghitung depresiasi pesawatnya. Euro Asia
mengidentifikasikan komponen, nilai, dan umur ekonomis sebagai berikut:
D. Masalah Khusus
(1) Bagaimana seharusnya perusahaan menghitung depresiasi untuk periode parsial?
(2) Apakah Depresiasi menggambarkan penggantian terhadap Aset?
(3) Bagaimana seharusnya perusahaan merefisi tarif depresiasi?
2. Penurunan Nilai
Definisi Penurunan Nilai
Penurunan nilai merupakan penurunan kemampuan suatu aset dalam menghasilkan
manfaat ekonomi dari yang diharapkan sebelumnya, sebagaimana telah diperkirakan oleh
perusahaan secara periodik. Penyebab dari penurunan nilai adalah :
1. Kesulitan keuangan signifikan yang dialami penerbit atau pihak peminjam
2. Pelanggaran kontrak, seperti terjadinya wanprestasi atau tunggakan pembayaran pokok atau
bunga
3. Pihak pemberi pinjaman, dengan alasan ekonomi atau hukum sehubungan dengan kesulitan
keuangan yang dialami pihak peminjam, memberikan keringanan pada pihak peminjam yang
tidak mungkin diberikan jika pihak peminjam tidak mengalami kesulitan tersebut
4. Terdapatnya kemungkinan bahwa pihak peminjam akan dinyatakan pailit atau melakukan
reorganisasi keuangan lainnya
5. Hilangnya pasar aktif dari aset keuangan akibat kesulitan keuangan
Sedangkan hal-hal yang bukan merupakan bukti objektif adanya penurunan nilai adalah :
1. Menghilangnya pasar aktif karena instrumen keuangan tidak lagi diperdagangkan secara
publik
2. Penurunan peringkat kredit entitas tidak secara langsung menjadi bukti adanya penurunan
nilai. Namun, jika hal tersebut dipertimbangkan bersama-sama dengan informasi yang
tersedia, penurunan peringkat kredit bank dapat menjadi bukti penurunan nilai
3. Penurunan nilai wajar aset keuangan di bawah biaya perolehan atau biaya perolehan
diamortisasi
a. Untuk asset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan yang diamortisasi
o Jumlah terpulihkan asset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan
yang diamortisasi adalah nilai kini estimasi arus kas masa depan yang
didiskontokan menggunakan suku bunga efektif awal dari aset tersebut
o Rugi penurunan nilai aset keuangan adalah selisih antara nilai tercatat
dan jumlah terpulihkan
o Pemulihan tidak boleh melebihi biaya perolehan diamortisasi sebelum
adanya pengakuan penurunan nilai pada tanggal pemulihan dilakukan
o Dalam kondisi suatu investasi saham yang tidak memiliki kuota di pasar
aktif, entitas dapat menggunakan biaya perolehan apabila nilai wajar
investasi saham tersebut tidak dapat diukur dengan handal
o Rugi penurunan nilai aset keuangan ini adalah selisih antara nilai
tercatat aset keuangan dengan jumlah terpulihkan
Aset kadangkala dibuang karena sudah tidak digunakan lagi, meskipun usia manfaatnya
belum habis. Misalkan sebuah mesin yang harga belinya Rp6.000.000,00 sampai tanggal 1
Januari 2010 sudah disusutkan sebesar Rp4.750.000,00. Penyusutan tahunannya
Rp600.000,00. Pada tanggal 24 Maret 2011 dibuang. Jurnal yang dibuat yang dibuat pertama
adalah jurnal penyusutan untuk menentukan nilai buku pada tanggal 24 maret:
Nilai penyusutannya 3/12 x 600.000 Setelah itu baru dibuat jurnal penghapusan aset tetap
3. Deplesi
Deplesi merupakan istilah lain dari penyusutan atau amortisasi. Deplesi digunakan khusus
untuk sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, misalnya bijih besi, hasil tambang, kayu hutan
dsbnya. Deplesi dihitung dengan tarif deplesi yang diperoleh dari Beban yang dikeluarkan untuk
mendapatkan hak penambangan dibagi estimasi hasil yang akan diperoleh.
Dalam hal sumber-sumber alam, harga perolehannya adalah pengeluaran sejak memperoleh
izin sampai sumber alam itu dapat diambil hasilnya. Jika kumpulan pengeluaran itu terlalu
kecil maka dilakukan penilaian terhadap sumber alam tersebut.
b) Taksiran nilai sisa apabila sumber alam sudah selesai dieksploitasi.
Deplesi dihitung untuk tiap unit hasil sumber alam ( ton, barrel, dan lain-lain ). Untuk
memberikan gambaran yang lebih jelas berikut diilustrasikan contoh sebagai berikut :
Tanah yang mengandung hasil tambang dibeli dengan harga Rp 20.000.000,00. Taksiran
isinya sebesar 150.000 ton. Tanah tersebut sesudah dieksploitasi ditaksir bernilai Rp
2.000.000,00. Deplesi per ton dihitung sebagai berikut :
150.000
Jika pada tahun pertama bisa dieksploitasi sebanyak 40.000 ton, maka deplesi untuk tahun
tersebut = 40.000 x Rp 120,00 = Rp 4.800.000,00
Jurnal yang dibuat untuk mencatat deplesi sebagai berikut :
Jika pembangunan tambang / sumber alam itu juga terjadi dalam masa eksploitasi, sedangkan
biayanya ditaksir di muka pada waktu akan menghitung bebab deplesi, jika kenyataannya
biaya pembangunan berbeda dengan yang sudah ditaksir maka perhitungan deplesi perlu
direvisi. Begitu juga jika taksiran isi tambangnya berbeda dengan taksiran isi tambang yang
dipakai dalam menghitung deplesi maka perhitungan deplesi perlu direvisi. Koreksi terhadap
deplesi dapat dilakukan dengan 2 cara sebagai berikut :
v Deplesi tahun-tahun lalu yang sudah dicatat dikoreksi, begitu juga untuk deplesi yang akan
datang.
v Deplesi tahun-tahun lalu yang sudah dicatat tidak dikoreksi, tetapi deplesi tahun-tahun
yang akan datang dilakukan dengan data yang terakhir.
Dalam cara pertama koreksi dilakukan seperti halnya dalam aktiva tetap. Pada saat diketahui
adanya perubahan, dihitung lagi deplesi per unit kemudian dilakukan koreksi. Misalnya
deplesi yang lalu terlalu besar, jurnal koreksinya sebagai berikut :
a. Wajib pajak yang dapat melakukan revaluasi adalah wajib pajak badan dalam negeri adalah
yang terletak atau berada di Indonesia. Wajib pajak badan dalam negeri adalah skeumpulan
orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang
tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan
lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun,
firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa,
organisasi politik, atau organisasi yang sejenis, lembag, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan
lainnya.
b. Telah memenuhi semua kewajiban pajaknya sampai dengan masa pajak berakhir sebelum
masa pajak dilakukannya penilaian kembali. Kewajiban pajak yang dimaksud terdiri atas:
1) Pajak Penghasilan (PPh)
2) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
3) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
4) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan
Intangible asset ada yang memilki masa manfaat yang terbatas dan yang tidak terbatas.
1. Intangible asset dengan masa manfaat yang terbatas
Dilakukan amortisasi dengan pembebanan biaya secara sistematis selama masa manfaatnya.
Periode-periode dimana asset ini berkontribusi terhadap aliran kas selama periode tersebut
merupakan periode masa manfaat.
Pencatatan:
Pada saat pembelian (1 januari 2011)
Customer list 1.500.000
Cash 1.500.000
Amortisasi customer list pada akhir tahun ( 31 desember 2011, 2012, & 2013 )
Customer list amortization expense 500.000
Customer list 500.000
C. Artistik terkait aset tidak berwujud misalnya copyrights.
D. Kontrak terkait aset tidak berwujud , misal : franchise dan lisensi
E. Teknologi terkait aset tidak berwujud, misal : rahasia dagang, patent teknologi yang
biasanya memiliki masa manfaat 20 tahun.
Amortisasi tehadap patent dicatat dengan mendebit akun “Amortization of patents” dan
mengkredit akun “patents” atau akun “Accumulated Patent Amortization”.
Contoh:
Heirts Co. Memperoleh patent seharga 200.000 pada 1 januari 2011. Masa manfaat patent 20
tahun dan diamortisasi dengan straight-line method.
Pencatatan:
Pada saat perolehan:
Patents 200.000
Cash 200.000