Eliza Alifia Putri C1M020041 AGRO A 4

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR DASAR ILMU TANAH

ACARA 4 KONSISTENSI TANAH

DISUSUN OLEH :
NAMA : ELIZA ALIFIA PUTRI
NIM : C1M020041
KELAS : AGROEKOTEKNOLOGI A

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan ini disusun dan disahkan sebagai salah satu bukti telah
menyelesaikan praktikum.

Mataram, (4 Juni 2021)

Penyusun, Menyetujui,
Asisten Praktikum

Eliza Alifia Putri Ria Rizkia Sefiana


NIM : C1M020041 NIM : C1B016030
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Konsistensi merupakan gambaran daya kohesi dan daya ahesi butir-butir


tanah terhadap benda lain. Konsistesi tanah dapat pula dikatakan sebagai tingkat
atau daya kekuatan maupun ketahanan. Penentuan konsistensi tanah dilakukan
mulai dari kondisi kering hingga basah. Konsistensi adalah salah satu bagian dari
Rheologi yang merupakan ilmu yang mempelajari tentang perubahan bentuk dan
aliran suatu benda. Sifat-sifat rheologi tanah dipelajari melalui penentuan angka-
angka Atterberg.
Angka-angka atterberg berhubungan dengan kadar air dalam tanah pada
bagian keadaan. Diantaranya adalah batas cair yang merupakan kadar air dimana
tanah mulai tidak dapat melekat pada benda lain. Selain itu adapun batas gulung
yang menunjukkan kadar air dimana gulungan tanah tidak dapat digolek-golekkan
lagi serta batas perubah warna yaitu keadaan sehingga tanah menjadi kering dan
berubah warna. Keadaan-keadaan ini berhubungan dengan indeks plastisitas yang
menunjukkan selisih antara BC dan BG. Jangka olah yang merupakan selisih
antara BL dan BG serta berhubungan dengan persediaan air maksimum (PAM)
yang menujukkan kadar air tanah yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman.
Konsistensi tanah merupakan harga mutlak dengan sangat peka terhadap
keadaan lingkungan, takanan serta berbagai keuletan yang mempengaruhi bentuk
tanah. Untuk itu sangat penting untuk mengetahui konsistendi tanah agar dapat
mengetahui tindakan untuk pengolahan tanah untuk mendukung pertumbuhan
tanaman. Berdasarkan uraian diatas, maka diadakanlah praktikum Dasar-Dasar
Ilmu Tanah tentang Konsistensi Tanah.

1.2. Tujuan Praktikum

Tujuan diadakannya praktikum ini adalah

1. Menetapkan batas cair tanah (BC)


2. Menetapkan batas lekat tanah (BL)
3. Menetapkan batas gulung tanah (BG)
4. Menetapkan batas berubah warna (BBW)
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Konsistensi tanah merupakan sifat fisika yang menunjukkan daerah adhesi


dan kohesi partikel-partikel tanah berbagai tingkat kelengasan. Sifat-sifat yang
ditunjukkan pada konsistensi berupa keliatan (plastisitas), keteguhan (fribility)
dan kelekatn (stickenss). Penentuan nulai konsistensi menjadi dua, yaitu kualitas
dan kuantitas dengan pendekatan angka atterberg yaitu batas cair (BC), batas lekat
(BL) batas gulung (BG) dan batas berubah warna (BBW).
Angka-angka atterberg mempunyai hubungan antara kadar lengas (%) dengan
konsistensi tanah, serta pendekatan tambahan yaitu indeks plastisitas (plasticity
index) dan jangka olah (Soepraptohardjo, 2007). BC merupakan kadar lengas
pada saat tanah mulai mengalir bebas tanpa tekanan atau jumlah air terbanyak
yang dapat ditahan oleh tanah. BL adalah kadar lengas pada saat tanah basah tidak
mengalir pada alat logam atau kadar air dimana tanah mulai tidak dapat melekat
lagi pada benda lain.
BG merupakan kadar lengas tanah pada saat tanah mulai dapat dibentuk atau
kadar air dimana gulungannya tidak dapat lagi digolek-golekkan. BBW
merupakan kadar lengas pada saat tanah mulai mengering dan tidak dapat
menyediakan lengas untuk tanaman (Agus, 2008).Konsistensi tanah menunjukkan
integritas antar kekuatan daya kohesi butir-butir tanah dengan daya adhesi butir-
butir tanah dengan benda lain.
Keadaan tersebut ditunjukkan dari daya tanah terhadap gaya yang akan
berubah bentuk. Gaya yang mengubah betuk tersebut misalnya pencangkulan,
pembajakan, dan penggauran. Tanah yang memiliki konsistensi baik umumnya
mudah diolah dan tidak melekat pada saat pengolahan tanah (Handayani, 2008).
Konsistensi tanah dapat ditentukan secara kualitatif dan kuantitatif. Secara
kualitatif dilakukan secara memijat dan memirit-miritatau membuat bulatan tanah
sedangkan dengan cara kuantitatif dilakukan dengan penentuan angka atterberg
(Sutanto, 2010). Konsistensi basah dapat diamati saat tanah berada diatas
kapasitas lapangan atau dalam keadaan basah.
Pengamatan dilakukan dengan menentukan kelekatan (kelekatan bahan tanah
saat ditekan antara jari dan telunjuk) dan plastisitas (bahan tanah diubah
bentuknya seperti sosis atau cacing). Konsistensi lembab dapat diamati pada saat
kondisi kandungan lengas kurang lebih antara kering angin dan kapasitas
lapangan. Penentuan konsistensi lembab dilakuakn dengan cara memecahkan
agregat (bongkah) dalam keadaan kering angin menggunakan ibu jari dan telunjuk
atau mengguanakn tangan. Jenis tanah tertentu mempunyai konsistensi yang tidak
sulit atau sesua dengan kriteria sehingga pengamat harus mengamati konsistensi
berbeda (Sutanto, 2005).
BAB III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 31 Mei 2021 dimulai dari

jam16.30 sampai selesai dan bertempat dilaboratorium Fisika dan Konserpasi

Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

3.2. Alat dan Bahan Batas Cair


3.2.1. Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah casagrande,
cawan, toples, pengecoled da timbangan.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tanah dan
air.

3.3. Prosedur Kerja Batas Cair


1. Ditimbang tanah sebanyak 100 gram lalu dimasukka ke dalam gelas beker
atau toples diberikan air secukupnya diaduk sampai homogeny dan
berbentuk pasta.
2. Diaplikasikan ke atas casagrande dengan ketebalan 1 cm.
3. Dipotong bagian tengah menggunakan pengalur atau pencolet dari atas
cawan.
4. Diputar selama 25 ketukan lalu diambil bagian tengah.
5. Ditimbang cawan kosong sebagai nilai a.
6. Dimasukkan ke dalam cawan ditimbang kembali untuk mendapatkann
nilai b
7. Dioven setelah dioven lalu ditimbanng kembali untuk mendapatkan nilai c.

3.4. Alat dann Bahann Batas Lekat


3.4.1 Alat

Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah spatula, cawan,
timbangan dan toples.

3.4.2 Bahan

Adapun bahan-bahann yang digunakan dalam praktikum ini adalah tanah dan
air.

3.5. Prosedur Kerja

1. Ditimbang tanah 100 gram lalu dimasukkan ke dalam toples.


2. Doberikan air diaduk sampai homogeny sampai berbentuk pasta lalu lalu
dibentuk seperti bola sampai tercapainya batas bola sampai tercapainnya
batas lekat.
3. Ditusuk dengan kedalaman 3 cm sampai tanah benar-benar melekat di atas
spatula.
4. Dibuka tanah untuk mengambil bagian dalam sebgai hasil tanah yang akan
ditimbang.
5. Ditimbang sebagia nilai b nilai a cawan kosong setelah dioven 1x24 jam
hasil oven diperoleh sebagai nilai c.

3.6. Alat dan Bahan Batas Gulung

3.6.1 Alat

Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adlah papan kaca,
cawan, toples, timbangan.

3.6.2 Bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tanah.

3.7. Prosedur Kerja Batas Gulung


1. Dimasukkan tanah sebanyak 100 gram kemudian dimasukkan air
sampai homogenn dan berbentuk pasta.
2. Diaplikasikan ke atas kaca dengan cara digulung-gulung sampai
berbentuk pita-pita kecil dengan diameter 0.3 cm.
3. Dipotong bagian tengah yang berbentuk pita dimasukkan ke dalam
cawan lalu ditimbang untuk mendapatkan nilai b nilai a cawan kosong.
4. Setelah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam oven setelah di
oven lalu ditimbang kembali untuk mendapatkan nilai c.

3.8. Alat dan Bahan Batas Berubah Warna

3.8.1 Alat

Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cawan, toples
pengganti gelas beker, papan dan timbangan.

3.8.2 Bahan

Adapun bahan-bahann yang digunakan dalam praktikum ini adalah tanah dan
air.

3.9. Prosedur Kerja Batas Berubah Warna

1. Dimasukkann tanah ke dalam toples sebanyak 100 gram kemudian


dimasukkan air secukupnya.
2. Diaduk hingga homogeny berbentuk pasta.
3. Disiapkan papan diambil tanah adan dititipkann dibagian tepi dibagian
tengah dengan ketebalan 3 mm.
4. Dikering anginkan selama 4 jam.
5. Setelah dikeringkan lalu dipotong bagian kering dan bagian basah hingga
mencapai lebar 0.5 cm kemudian diambil tanah yang telah dipotong dan
dimasukkan ke dalam cawan.
6. Ditimbang sebagi nilai b cawan kosong sebagia nilai a kemudian dioven
selama 1 x 24 jam dengan suhu 105-110º C.
7. Diambil dari oven dan didinginkan setelah itu ditimbang sebagai nilai c.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Gram Angka Harkat


Sifat Sampel
KL Atterb Angka
tanah Tanah a b c
erg Atterberg
KLU 3,93 16,26 12,54 43.20% 43 Sedang
BC
LOTENG 16,75 23,41 21,36 44.46% 44 Sedang
KLU 3,98 9,86 8,27 37.06%
BL
LOTENG 16,88 20,95 19,87 36.12%
KLU 4,58 10,58 9,05 34,22%
BG
LOTENG 16,91 22,53 21,08 34.77%
KLU 3,79 10,33 8,90 27.98%
BBW
LOTENG 16,91 22,57 21,08 35.73%
KLU BC-BG = 43.20-34.22 = 8.98% 9 Rendah
IP
LOTENG BC-BG= 44.46-34.77= 9.69% 10 Rendah
KLU BL-BG = 37.06-34.22 = 2.84% 3 Sangat rendah
JO
LOTENG BL-BG = 36.12-34.77 = 1.35% 1 Sangat rendah
KLU BBW-BC=27.98-43.20 = 15.22% 15 Sangat rendah
PAM
LOTENG BBW-BC=35.73-44.46= 8.73% 9 Sangat rendah

1. Batas Cair

KL KLU = ( b−c
c−a )
x 100 %

¿( 16.26−12.54
12.54−3.93 )
x 100 %

3.72
¿(
8.61 )
x 100 %

¿ 43.20 %
2. Batas Lekat

KL KLU = ( b−c
c−a )
x 100 %
¿( 9,86−8,27
8,27−3.98 )
x 100 %

1.59
¿(
4.29 )
x 100 %

¿ 37.06 %
3. Batas Golek

KL KLU = ( b−c
c−a )
x 100 %

¿( 10,58−9,05
9,05−4,58 )
x 100 %

1.53
¿(
4.47 )
x 100 %

¿ 34.22 %
4. Batas Berubah Warna

KL KLU = ( b−c
c−a )
x 100 %

¿( 10,33−8,90
8,90−3,79 )
x 100 %

1.4 3
¿(
5.11 )
x 100 %

¿ 27.98 %
5. Indeks Plastisitas KLU
IP = BC - BG
¿ 43.20 %−34.22 %
¿ 8.98 %
6. Jangka Olah KLU
JO=BL−BG
¿(37.06−34.22)%
¿ 2.84 %
7. Persediaa Air Maksimum KLU
PAM=BBW −BC
¿( 27.98−43.20)%
¿ 15.22 %

4.2. Pembahasan
Konsistensi tanah menunjukkan adanya daya kohesi dan daya adhesi pada
tanah dengann berbagia kelembaban yang dapat ditentukan secara kuliatatif dan
kuantitatif. Tanah yang mempunyai konsistensi yang baik umumnya mudah
diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. Sifat-safat rheologi tanah
dipelajari dengan menentukan angka-angka aterberg yaitu angka-angka kadar air
tanah pada beberapa macam keadaan. Angka-angka ini penting dalam
menentukan tindakan kalau tanah terlalu kering ataupun terlalu basah.
Pada praktikum ini ditentukan konsistensi tanah menggunakan cont#oh tanah
Kabupaten Lombok Utara dan Lombok Tengah dengann cara kuantitatif.
Diperoleh kadar lengah Batas Cair (BC) tanah Loteng yaitu sebesar 44.46%
dengan harkat angka atterberg sedang dimana batas cair adalah kandungan lengas
tanah saat tanah dapat mengalir tanpa ada tekanan di bawah standar. Batas lekat
(BL) tanah KLU lebih tinggi dibandingkan dengan Batas Lekat dari tanah Loteng
yaitu sebesar 37.06% denga harkat atterberg sedang dimana batas lekat adalah
kandungan lengas tanah saat masih kering dan perlahan dibasahi. Sedangkan nilai
batas cair pada daerah KLU yaitu sebesar 43.20% dan batas lekat pada daerah
Loteng yaitu sebesar 36.12%. Batas gulung merupakan kadar dimana gulungan
tanah tidak dapat digolek-holekkan lagi karena tanah akan pecah, dan pada
praktikum didapatkan nilai batas gulung (BG) pada tanah KLU adalah 34.77%
dan nilai batas gulung (BG) tanah Loteng adalah 34.22%. Perbedaan dari kedua
batas gulung sangatlah tipis. . Pada batas berubah warna (BBW) bagian tepi lebih
mudah mengering daripada bagian tengahnya, karena bagian tepi terkena angin
lebih banyak daripada bagian tengahnya. Kadar lengas batas berubah warna
(BBW) yang didapatkan adalah pada tanah KLU 27.98% dan pada tanah Loteng
35.73%.
Indeks plastisitas menunjukkan perbedaan kadar air pada batas cair dan batas
gulung dan didapatkan nilai IP pada tanah KLU dan tanah Loteng adalah 8.98%
dan 9.69% dengan harkat atterberg rendah. Hal itu menandakan bahwa kedua
tanah tersebut bertesktur pasir.
Jangka olah adalah besarnya perbedaan kandungan air pada batas penggolek
dengan batas lekat. Berdasarkan perrhitungan didapatkan nilai jangka olah (JO)
pada tanah KLU adalah 2.84% dan pada tanah Loteng adalah 1.35%. Dari hasil
perhitungan tanah KLU dan tanah Loteng termasuk keadalam jangka olah sangat
rendah sehingga tanah KLU dan tanah Loteng sukar diolah.
Persediaan air maksimim (PAM) merupakan kadar air atau ketersediaan air
dalam tanah yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Berdasarkan perhitungan,
diperolah PAM pada tanah KLU dan Loteng adalah 15.22% dan 8.73%. Data
tersebut menunjukkan bahwa persediaan air maksimum tanah KLU dan Loteng
sangat rendah jika dilihat dari angka atterberg karena berdasarkan angka atterberg.
Tanah yang tergolong rendah persediaan airnya adalah yang kadar lengasnya
berkisar antara <20-30 %.
Adalpun faktor-faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah adalah kadar air,
bila kadar air tinggi konsistensi tanah rendah. Tekstur tanah juga mempengaruhi
konsistensi tanah, jika tekstur tanah dominan pasir maka konsistensi tanah rendah.
Selain itu, bahan organik juga mempengaruhi, jika bahan organik tinggi maka
konsistensi rendah. Adapun manfaat mengetahui konsistensi tanah dalam bidang
pertanian adalah dapat memperoleh atau mempermudah pengolahan tanah yang
mempunyai konsistensi tanah yang berbeda-beda.
BAB V PENNUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan:
1. Batas cair tanah (BC) merupakan kandungan lengas tanah dapat mengalir
tanpa tekanan dibawah standar getar. Nilai BC pada tanah KLU 43.20%
dan pada tanah Loteng 44.46%.
2. Batas lekat tanah (BL) merupakan kandungan lengas pada saat tanah
masih dibasahi secara perlahan dan mulai melekat. Nilai BL pada tanah
KLU dan Loteng adalah 37.06% dan 36.12%.
3. Batas gulung tanah (BG) merupakan kandungan lengas pada saat tanah
keliatan mulai terasa dan dapat dibentuk. Niali BG tanah KLU dan Loteng
adalah 34.22% dan 34.77%.
4. Batas berubah warna (BBW) merupakan kandungan lengas tanah pada
pasta mulai kering. Nilai BBW tanah KLU dan Loteng adalah 27.98% dan
35.73%
5. Indeks plastisitas (IP) menunjukkan perbedaan kadar air pada batas cair
dan batas gulung. Nilai IP pada tanah KLU dan Loteng adalah 8.98%dan
9.69%
6. Jangka olah (JO) menunjukkan besarnya perbedaan kandungan air pada
batas lekat dan batas gulung. Nilai JO tanah KLU dan Loteng adalah
2.84% dan 1.35%.
7. Persediaan air maksimum (PAM) menunjukkan perbedaan antara batas
cair dan batas berubah warna. Nilai PAM pada tanah KLU dan Loteng
adalah 15.22% dan 8.73%.
5.2. Saran
Sebaiknya dalam menganalisis data hasil diberikan penjelasan rumus yang jelas.
DAFTAR PUSTAKA

Agus, Cahyono . 2008 . Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah Hutan . Fakultas


Kehutanan UGM . Yogyakarta .

Handayani, S. 2008. Bahan asistensi praktikum ilmu tanah. Fakultas pertanian


UGM. Yogyakarta..
Soepraptohardjo, M. 2007. Jenis Tanah Dan Potesinya. Pusat pendidikan
interpretasi citra pengindraan jauh dan survey terpadu. Yogyakarta.
Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-dasr ilmu tanah konsep dan kenyataan.
Kanisisus. Yogyakarta

Sutanto, Rachman. 2010. Dasar-dasr ilmu tanah. Kanisisus. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai