Laporan Praktikum Dasar Ilmu Tanah
Laporan Praktikum Dasar Ilmu Tanah
Laporan Praktikum Dasar Ilmu Tanah
KELOMPOK 1 :
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
1. Mahasiswa memahami mengenai konsistensi tanah
2. Mahasiswa mengetahui bagaimana mencari konsistensi suatu tanah
3. Mahasiswa mengetahui hal-hal yang mempengaruhi konsistensi tanah dan
Pengelolaannya (pengolahan tanahnya).
II. METODOLOGI
C. Cara Kerja
Cara kerja mencari konsistensi tanah kering yaitu hal yang dilakukan
pertama dengan mengambil tanah agregat (diameter bongkahan) kemudian tekan
antara ibu jari dan telunjuk, konsistensi bisa diikuti dengan table seperti berikut :
Cara kerja mencari konsistensi tanah basah yaitu hal yang dilakukan
pertama adalah mengambil contoh tanah kering udara dengan diameter 2mm diambil
secukupnya, kemudian diletakkan di cawan porselin setelah itu tambahkan air
secukupnya dengan aquadest dan campur hingg homogen (kondisi kapasitas lapang),
setelah selesai dilakukan kemudian bedakan tingkat kelekatan dan plastisitas (mudah
tidaknya tanah dibentuk) antara jenis tanah dengan menggosok-gosokkan tanah antara
jari telunjuk dan ibu jari.
III. TINJAUAN PUSTAKA
Konsistensi tanah merupakan kekuatan daya kohesi butir – butir tanah atau daya adhesi
butir – butir tanah dengan benda lain. Hal ini ditunjukan oleh daya tahan tanah terhadap
gaya yang akan mengubah bentuk. Tanah yang memilki konsistensi yang baik
umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. Oleh karena tanah
dapat ditemukan dalam keadaan lembab, basah atau kering maka penyifatan
konsistensi tanah harus disesuaikan dengan keadaan tanah tersebut (Rahayu dkk.,
2014).
Tanah memiliki daya konsistensi yang baik, pada umum nya mudah diolah dan tidak
melekat pada alat pengolah tanah. Penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air
di atas kapasitas lapang. Konsistensi pada kondisi lembab merupakan penetapan
konsistensi tanah pada kondisi air tanah sekitar kapasitas lapang. Dan konsistensi tanah
kering yang merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air kering
angina (Hardjowigeno,2014)
Jumlah air tertinggi yang bermanfaat bagi tanaman dengan nilai tertinggi BC dan yang
terendah adalah BBW. Agar tanah dapat di tumbuhi tanaman, harus mempunyai kadar
air yang terletak diantara kedua nilai batas tersebut. Diantara BL dan BG merupakan
kadar air dimana tanah mudah di olah ( dicangkul dan dibajak ) sehingga dinamakan
jangka oleh (JO). Antara BC dan BG merupakan kadar tanah dimana tanah
menunjukkan derajat keteguhan (DT) ( Darmawijaya,2014 ).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
B.Pembahasan
Konsistensi tanah ditakrifkan sebagai bentuk kerja kakas (force) fisik adhesi dan
kohesi partikel-partikel tanah pada berbagai tingkat kelengasan (Baver et al., 1972).
Bentuk kerja tersebut tercermin antara lain:
a. Ketahanan tanah terhadap gaya tekanan, gaya gravitasi, dan tarikan;
b. Kecenderungan massa tanah untuk melekat satu dengan yang lain atau terhadap
benda lain.
Dua faktor utama yang mempengaruhi konsistensi tanah, yakni (a) kondisi kelengasan
tanah (kering, lembap, basah) dan (b) terkstur tanah (terutama kandungan lempung).
Konsistensi tanah penting untuk menentukan cara pengolahan tanah yang baik, juga
penting bagi penetrasi akar tanaman di lapisan bawah dan kemampuan tanah
menyimpan lengas.
Ada dua cara penentuan konsistensi tanah: (a) di lapangan dan (b) di laboratorium
berdasarkan angka-angka Atterberg.
a. Penentuan di Lapangan
Penentuan konsistensi di lapangan menurut Soil Survey Manual (USDA, 1962)
harus di sesuaikan dengan kondisi kelengasan tanah pada saat diamati: konsistensi
basah, lembap, dan kering.
1) Konsistensi Basah
Konsistensi basah diamati pada saatn tanah dalam keadaan basah atau berada di atas
kapasitas lapangan.
a) Kelekatan
Kelekatan adalah keadaan adhesi tanah terhadap benda lain. Kelekatan diamati
berdasarkan kelektan bahan tanah apabila ditekan antara ibu jari dan telunjuk.
Tidak lekat: setelah tekanan dilepaskan, tidak ada tanah yang melekat pada ibu
jari maupun telunjuk.
Agak lekat: setelah tekanan dilepaskan, sebagian tanah masih melekat pada ibu
jari dan telunjuk, tetapi salah satu jari tampak lebih bersih.
Lekat: setelah tekanan dilepaskan, bahan masih melekat dikedua jari dan
cenderung lekat pada salah satu jari.
Sanagt lekat: setelah tekenan dilepaskan, bahan tanah melekat kuat pada kedua
jari.
b) Plastisitas
Plastisitas adalah kemampuan bahan tanah untuk diubah bentuknya karena
pengaruh tekanan dan tetap pada bentuk semula meskipun tekanan tekanan telah
dilepaskan. Pengamatan plastisitas dilakukan dengan cara membuat bentuk seperti
sosis/cacing dengan diameter 3 mm.
Tidak plastis: tanah tidak dapat dibentuk seperti sosis panjang,
Agak plastis: tanah dapat dibentuk seperti sosis panjang, tetapi mudah
pecah/patah.
Plastis: tanah dapat dibentuk seperti sosis dan diperlukan lebih banyak tekanan
untuk mengubah massa tanah.
Sangat plastis: tanah dapat dibentuk seperti sosis dan diperlukan lebih banyak
tenkanan untuk mengubah bentuk massa tanah.
2) Konsistensi Lembap
Kondisi lembap diamati pada kondisi kandungan lengas kurang lebih antara angin
dan kapasitas lapangan, dengan cara diremas sampai tanah agak lembap.
a) Lepas-lepas: bahan tanah tidak mampat.
b) Sangat gembur: bahan tanah dengan mudah dirusak dengan tekanan ringan
menggunakan ibu jari dan telunjuk, tetapi agak menggumpal apabila ditekan
bersama-sama.
c) Gembur: bahan tanah mudah dirusak dengan tekanan ringan sampai sedang
menggunakan ibu jari dan telunjuk.
d) Teguh: bahan tanah dapat dirusak dengan tekanan sedang menggunakan ibu jari dan
telunjuk.
e) Sangat teguh: bahan tanah dapat dirusak dengan tekananan yang kuat.
f) Luar biasa teguh: bahan tanah hanya bisa dirusak dengan pukulan yang kuat sedikit
demi sedikit, tidak mungkin hanya ditekan menggunakan ibu jari dan telunjuk.
3) Konsistensi Kering
Konsistensi kering diukur dengan cara memecahkan agregat dalam keadaan kering
angin menggunakan ibu jari dan telunjuk atau menggunakan tangan.
a) Lepas-lepas: massa tanah tidak terikat sama sekali.
b) Lunak: massa tanah terikat sangat lemah dan gembur; dapat dihancurkan menjadi
seperti bedak atau individu partikel dengan tekanan yang tidak terlalu keras.
c) Agak keras: ketahanan massa tanah terhadap tekanan lemah; mudah dipecah
dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk.
d) Keras: ketahanan massa tanah terhadap tekanan sedang; dapat dipecah dengan
menggunakan tangan tanpa mengalami kesulitan, tetapi pecahannya melekat
antara ibu jari dan telunjuk.
e) Sangat keras: massa tanah sangat tahan terhadap tekanan; cukup sulit dipcah
dengan tangan; pecahan massa tidak ada yang melekat baik di jari tangan.
f) Luar biasa keras: massa tanah luar biasa tahan terhadap tekanan; tidak dapat
dirusak dengan tangan, hanya dapat dirusak dengan menggunakan palu.
Jenis tanah tertentu mempunyai konsistensi yang tidak sesuai dengan kriteria di atas
sehingga seorang surveyor harus mampu mengamati konsitensi yang berbeda tersebut.
Tanah abu vulkanik yang kaya bahan amorf dan mempunyai sifat andik sama sekali
tidak dapat menggunakan kriteria di atas.
b. Penetapan di Laboratorium
Konsistensi ditetapkan secara langsung di laboratorium berdasarkan angka-angka
Atterberg. Angka Atterberg adalah presentase berat lengas tanah yang diukur pada saat
tanah mengalami perubahan konsistensi. Angka Atterberg banyak digunakan untuk
kepentingan teknik sipil dari pada untuk pertanian. Berikut ini batas konsitensi
berdasarkan perubahan tanah dari kondisi kering ke kondisi basah.
Batas cair (BC) : Kandungan lengas tanah pada saat tanah dapat
mengalir bebas tanpa tekanan, di bawah standar
getaran. Penentuan dilakukan dengan cara mengetuk –
ngetukkan tanah basah dalam cawan Cassagrande.
Batas lekat (BL) : Kandungan lengas pada saat masih kering yang
dibasahi secara perlahan dan mulai melekat pada logam.
Batas gulung (BG) : Kandungan lengas pada saat keliatan mulai terasa dan
tanah dapat dibentuk sesuai dengan yang dikehendaki.
Tanah mulai berada pada kondisi semi-padat.
Batas berubah warna (BBW) : Kandungan lengas tanah pada saat pasta mulaikering
karena masih ada air kapiler, tetapi udara mulai masuk
ke dalam pori yang ditandai oleh perubahan warna
secara tegas menjadi berwarna lebih muda. Tanah
memasuki kondisi padat.
A. Kesimpulan
Pada acara praktikum konsistensi tanah kali ini ada beberapa kesimpulan yang
dapat di ambil, diantaranya yaitu:
1. Konsistensi tanah dipengaruhi oleh dua faktor, yakni kondisi kelengasan tanah
(kering, lembap, basah) dan tekstur tanah (terutama kandungan lempung).
2. Penentuan konsistensi tanah ada dua cara yaitu penentuan di lapangan dan
penetapan di laboratorium berdasarkan angka-angka Atterberg.
3. Semakin tinggi konsistensi tanah di suatu tempat maka pengolahan tanah di
tempat tersebut akan semakin sulit.
B. Saran
Pada praktikum kali ini dengan acara praktikum Konsistensi Tanah disarankan
agar selalu teliti dan berhati hati ketika praktikum sedang dilaksanakan, karena
ketelitian dan kecermat harus memiliki keseimbangan yang baik guna mendapatkan
hasil akhir yang baik pula, untuk menganalisis data yang akan di praktikumkan.
DAFTAR PUSTAKA