Alda Hasrum - 180 Resume Belajar Mandiri

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 28

RESUME BELAJAR MANDIRI SKENARIO 1

OLEH

NAMA : ALDA HASRUM


NIM : 15120200180
KELOMPOK : VIII
Tutor : apt. Irma Santi, S. Farm., M.Farm

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
Tujuan Pembelajaran (LO)
1. Mahasiswa mampu menjelaskan penggunaan obat-obat khusus (suppo,
inhaler, pil kb, insulin)
Jawab :
Cara penggunaan Suppositoria :
1. Cucilah tangan dengan sabun
2. Cek apakah suppo melunak
3. Jika melunak masukkan dalam lemari es selama 30 menit
4. Buka kemasan suppo dan lembutkan salah satu ujungnya menggunakan tangan
lalu dengan posisi baring menghadap kesamping kaki bawah diluruskan
kemudian kaki atas ditekuk ke arah perut
5. Masukkan suppo dengan ujung yang telah diembutkkan ke dalam anus
6. Kemudian tahan posisi selama 5 menit
7. Setelah itu cuci tangan dan usahakan jangan buang air besar dalam waktu 1 jam
Suppositoria yang digunakan, untuk orang dewasa sedalam 1 inch, anak-anak ½
inch

Menurut informularium nasional 2008


Dalam menjelaskan cara penggunaan obat apoteker harus menjelaskan
dengan benar dan baik agar pasien dapat mengerti dan tidak terjadi kesahalan
dalam penggunaan, adapun langkah yang harus dilakukan apoteker yaitu :
1. Apoteker menerima resep dari pasien baik tertulis atau lisan
2. Apoteker mengecek obat, dosis dan cara penggunaan
3. Obat yang akan d berikn hrus dlm keadaan baik dan tidak rusak
4. Sebaiknya apoteker yang akan menyerahkan obat harus memiliki pengetahuan
tentang obat dan cara penggunaan obat yang baik
5. apoteker menjelaskn cara penggunan inhaler : 
a) Batuk dan keluarkan dahak terlbih dahulu
b) Simpan kapsul dalam inhaler sesuai petunjuk
c) Tarik napas pelan2 dan kosongkan dlam paru2 semaksimal mungkin
d) Condongkan kepala kebelakang sedikit
e) Tarik napas dalam-dalam melalui inhaler
f) Tahan selama 10-15 detik
g) kluarkan selama 10-15 menit,
h) Kemudian berkumur dgar air
6. Setlah selesai menjelaskan cara penggunaan obat khusus maka apoteker harus
menanyakan pasien apakah telah mengerti dengan instruksi jika sudah di pahami
makanya tugas apoteker yang terakhir yaitu menyakinkan agar pasien mengikuti
langka-langka cara penggunaan obat khusus agar tidak terjadi kesalahan

Menurut Jurnal dunia keperawatan volume 5


Dikatakan bahwa dalam penggunaan insulin meliputi:
1. Mencuci tangan dengan sabun
2. Membersihkan daerah tubuh tempat akan diinjeksikan insulin dengan
menggunakan kapas alcohol kemudian dikeringkan
3. Membuang gelembung udara yang terdapat dalam pen insulin
4. Memutar berapa unit insulin pada pen insulin sesuai dengan jumlah yang
dibutuhkan
5. Mencubit daerah tempat penyuntikan
6. Mendorong jarum kedalam kulit dengan 90 derajat celcius kemudian menekan
tombol plunger pada pen insulin.
7. Menahan pen insulin kurang lebih 5 detik

Menurut Fitriana &Lilis, 2009


Waktu Mulai Menggunakan Pil Kombinasi :
1. Setiap saat selagi haid, untuk menyakinkan kalau perempuan itu tidak hamil
2. Hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid
3. Boleh menggunakan pada hari ke 8 tetapi perlu menggunakan metode
kontrasepsi yang lain mulai hari ke-8 sampai hari ke 14 atau tidak melakukan
hubungan seksual sampai perempuan telah menghabiskan paket pil tersebut.
4. Setelah melahirkan :
- Setelah 6 bulan pemberian ASI ekslusif
- Setelah 3 bulan dan tidak menyusui
- Pasca keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari)
5. Bila berhenti menggunakan kontrasepsi injeksi dan ingin menggantikan dengan
pil kombinasi, pil dapat segera diberikan tanpa perlu menunggu haid. Cara
Mempergunakan Pil KB Kombinasi Adalah Sebagai Berikut :
a) Sebaiknya pil diminum setiap hari, lebih baik pada saat yang sama setiap hari
b) Pil yang pertama dimulai pada hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.
c) Sangat dianjurkan penggunaanya pada hari pertama haid.
d) Beberapa paket pil mempunyai 28 pil, yang lain 21 pil. Bila paket 28 pil habis,
sebaiknya anda mulai minum pil dari paket yang baru. Bila paket 21 habis,
sebaiknya tunggu 1 minggu baru kemudian mulai minum pil dari paket yang
baru.
e) Bila muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan pil, ambillah pil yang
lain atau kontrasepsi yang lain.
f) Bila terjadi muntah hebat, atau diare lebih dari 24 jam, maka bila keadaan
memungkinkan dan tidak memperburuk keadaan Anda, pil dapat diteruskan.
g) Bila muntah dan diare berlangsung sampai 2 hari atau lebih, cara penggunaan
pil mengikuti cara menggunakan pil lupa.
h) Bila lupa minum 1 pil (hari 1- 21), sebaiknya minum pil tersebut segera setelah
ingat walaupun harus minum 2 pil pada hari yang sama. Tidak perlu
meggunakan metode kontrasepsi yang lain. Bila lupa 2 pil atau lebih (hari 1-
21), sebaiknya minum 2 pil setiap hari sampai sesuai skedul yang ditetapkan.
Juga sebaiknya menggunakan metode kontrasepsi yang lain atau tidak
melakukan hubungan seksual sampai telah menghsbiskan paket pil tersebut.
i) Bila tidak haid, perlu segera ke klinik untuk tes kehamilan. Beberapa jenis obat
dapat mengurangi efektivitas pil, seperti rifampisin, fenitoin (Dilantin),
barbiturat, griseofulvin, trisiklik antidepresan, ampisilin dan penisilin, tetrasiklin.
Klien yang memakai obat-obatan di atas untuk jangka panjang sebaiknya
menggunakan pil kombinasi dengan dosis 50 μg atau dianjurkan
menggunakan metode kontrasepsi yang lain.

Menurut konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di


Indonesia, 2015
Cara penyuntikan insulin :
1. Insulin campuran adalah kombinasi antara insulin kerja menengah dan kerja
pendek dengan perbandingan dosis tertentu. Jika insulin campuran tidak tersedia
atau dibutuhkan dosis dengan perbandingan lain, dapat dilakukan sendiri dengan
mencampurkan kedua jenis insulin tersebut
2. Untuk menjaga kesterilan, jarum insulin semprit dan insulin pen sebaiknya hanya
digunakan sekali pakai saja, meskipun dapat digunakan 2-3 kali pemakaian
3. Daerah penyuntikan insulin yaitu daerah subkutan seperti perut, lengan bagian
luar dan paha bagian luar.
Menurut Clinical Guiding Principles for Subcutaneous
Rekomendasi untuk anak, penggunaan jarum lebih pendek (4mm, 5,mm dan
6mm) paling aman untuk anak yang memulai terapi insulin, terutama usia 2-6thn
dan di injeksi pada sudut 90 derat. Serta untuk mengurangi suntikan menyakitkan
sebaiknya menyuntikkan insulin yang telah memiliki suhu ruangan

Menurut buku ajar preskrepsi obat dan resep jilid 1


Suppositoria merupakan sediaan yang digunakan melalui rektal yang tujuan
pengobatannya untuk mencapai efek sistemik, efek lokal, melunakkan feses
sehingga merangsang pembuangan air besar. Suppositoria digunakan sampai
mencapai spingter interna dan mengenai dinding rektal kurang lebih 10 cm untuk
org dewasa, 5 cm pada bayi dan anak-anak

Menurut American Diabetes Association


Pada saat penginjeksian, tidak perlu mencubit tempat penginjeksian kecuali
menggunakan jarum yang lebih panjang yaitu berkisar 6,8-12,7 mm. Anak kecil atau
orang dewasa yang sangat kurus mungkin perlu disuntik di sudut 45 derajat.
Tunggu 5 detik sebelum mencabut jarum. Menghitung dari 1sampai 10 adalah cara
yang baik untuk memastikan bahwa semua insulin telah masuk ke dalam tubuh.

 Kesimpulan :
Obat-obat khusus merupakan obat yang memerlukan penjelasan mengenai
cara penggunaanya, dimana seorang Apoteker harus menjelaskan dengan baik dan
benar agar pasien dapat mengerti dan tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan,
beberapa langkah-langkah di lakukan apoteker dalam melayani resep obat khusus
yaitu :
1. Menerima resep dari pasien baik secara ertulis atau lisan
2. Mengecek obat, dosis dan cara penggunaan
3. Obat yang akan d berikan harus dalam keadaan baik dan tidak rusak
4. Sebaiknya apoteker yang akan menyerahkan obat hrus memiliki pengetahuan
tentang obat dan cara penggunaan obat yang baik
5. Setelah selesai menjelaskan cara penggunaan obat khusus maka apoteker harus
menanyakan pasien apakah telah mengerti dengan instruksi jika sudah di pahami
maka tugas apoteker yang terakhir yaitu menyakinkan agar pasien mengikuti
langkah-langkah cara penggunaan obat khusus agar tidak terjadi kesalahan
Cara penggunaan Suppositoria :
1. Cuci tangan dengan sabun dan keringkan
2. Cek apakah suppositoria melunak
3. Jika melunak masukkan kedalam air dingin atau lemari es selama 30 menit
4. Buka kemasan suppositoria dan lembutkan salah satu ujungnya menggunakan
tangan
5. Posisi dalam keadaan berbaring menghadap kesamping, kaki bagian bawah
diluruskan kemudian kaki bagian atas ditekuk ke arah perut
6. Masukkan suppositoria dengan ujung yang telah dilembutkkan ke dalam anus
untuk orang dewasa sedalam 1 inch dan anak-anak ½ inch
7. Kemudian tahan posisi selama 5 menit agar obatnya tidak keluar
8. Setelah itu cuci tangan dan usahakan jangan buang air besar dalam waktu 1 jam

Cara penggunaan Insulin


1. Cuci tangan dengan sabun dan keringkan
2. Bersihkan daerah tubuh tempat akan diinjeksikan insulin dengan menggunakan
kapas alkohol kemudian keringkan
3. Buang gelembung udara yang terdapat dalam pen insulin
4. Memutar berapa unit insulin pada pen insulin sesuai dengan jumlah yang
dibutuhkan
5. Daerah penyuntikan insulin yaitu daerah subkutan seperti perut, bokong, lengan
dan paha
6. Untuk menjaga kesterilan, jarum insulin semprit dan insulin pen sebaiknya hanya
digunakan sekali pakai saja, meskipun dapat digunakan 2-3 kali pemakaian
7. Pada saat penginjeksian, tidak perlu mencubit tempat penginjeksian kecuali
menggunakan jarum yang lebih panjang yaitu berkisar 6,8 - 12,7 mm. Untuk anak
kecil disuntik pada sudut 45 derajat.
8. Tunggu 5 detik sebelum mencabut jarum. Hitung dari 1sampai 10 adalah cara
yang baik untuk memastikan bahwa semua insulin telah masuk ke dalam tubuh.
9. DiRekomendasikan untuk anak, penggunaan jarum lebih pendek (4mm, 5,mm
dan 6mm) paling aman untuk anak yang memulai terapi insulin, terutama usia 2-
6 tahun dan di injeksi pada sudut 90 derajat.
Cara penggunaan Inhaler
1. Cuci tangan dengan sabun dan keringkan
2. Keluarkan dahak sebanyak mungkin
3. Buka tutup inhaler
4. kocok inhaler sebelum penggunaan agar campuran merata
5. Tarik napas pelan-pelan dan kosongkan udara dalam paru-paru semaksimal
mungkin
6. Condongkan kepala kebelakang sedikit
7. Tarik napas dalam-dalam melalui inhaler, lalu tekan inhaler untuk mengeluarkan
obat
8. Tahan nafas selama 10-15 detik
9. Ulangi menekan inhaler sesuai aturan pakai, beri jarak 1 menit antara
pemakaian pertama dengan kedua
10. Kemudian berkumur dengan air hangat

Cara penggunaan Pil Kb


1. Minum pil harus dimulai pada saat menstruasi, untuk menjamin bahwa tidak
sedang terjadi kehamilan pada wanita tersebut.
2. Pil pertama yang diminum pada kemasan 28 haruslah pil yang ditandai dengan
bagian yang diarsir pada bagian belakang kemasan tablet.
3. Untuk menghindarkan wanita terlupa minum pil, sangat dianjurkan untuk minum
pil pada jam yang sama setiap hari sesuai dengan hari dan mengikuti tanda
panah yang ada pada bagian belakang kemasan tablet.
4. Jika lupa minum 1 pil, segera minum 1 pil setelah teringat, dan minum
pil berikutnya sesuai jadwal.
5. Jika Lupa minum 2 pil : segra minum 2 pil setelah teringat, dan hari
berikutnya minum 2 pil lagi. Selanjutnya minum pil sesuai jadwal.
6. Jika pasien melakukan hubungan seksual dalam waktu 7 hari setelah terlupa
minum pil, jangan lupa menggunakan kondom
7. Jika Lupa minum 1 atau 2 pil pada saat sisa pil pada kemasan tablet kurang
dari 7 : minum pil yang terlupa segera setelah teringat, selanjutnya dianjurkan
minum pil seperti biasa
8. Pada saat pil di kemasan tersebut habis
a. Jika pasien minum pil kemasan 21: segera lanjutkan minum pil dari kemasan
baru tanpa jeda 7 hari
b. Jika pasien minum pil kemasan 28: buang 7 pil pertama
yang pada bagian belakang kemasannya diarsir dari kemasan baru
c. lanjutkan minum pil yang bagian belakang kemasannya tidak diarsir dari
kemasan baru.

2. Mahasiswa mampu mengetahui atau menerapkan regulasi obat narkotika,


psikotropika, oot, dan OWA
Jawab :
Menurut BPOM, 2019
1. Pengadaan, bersumber dari industri farmasi yang telah diberi wewenang, dimana
apoteker membuat surat permintaan. Pengadaan psikotropika bisa dari
puskesmas lain, dengan catatan harus di lengkapi LPLPO
2. Penerimaan, apoteker harus memperhatikan kesesuaian antara obat yang
datang dengan faktor pembelian
3. Penyimpanan,harus disimpan berpisah dengan obat-obat jenis lainnya. Dimana
disimpan dalam lemari berpisah
4. Penyerahan, hanya dapat diserahkan oleh apoteker jika pasien membawa resep
asli.
5. Pengembalian,dicatat dalam kartu stok. Harus dibuatkan dokumen pengembalian
yang memuat jenis obatnya
6. Pemusnahan, dimana obat yang telah rusak
7. Pelaporan, sesuia dengan laporan yang diberikan. Dilakukan melalui laporan
online, yaitu SIPNAP

Menurut UU RI, 2009


Pengelolaan yang di maksud meliputi kegiatan :
1) Pengadaan
Pengadaan Narkotika oleh fasilitas pelayanan kefarmasian harus melalui PBF
yang memiliki izin menyalurkan Narkotika, sedangan pengadaan Psikotropika
harus bersumber dari PBF. Namun, khusus untuk fasilitas Puskesmas,
pengadaan harus bersumber dari instalasi farmasi daerah.
2) Penerimaan
Penerimaan narkotika dan psikotropika harus berdasarkan faktur pembelian
untuk rumah sakit dan apotek, sedangkan untuk puskesmas harus sesuai
laporan pemakaian dan lembar permintaan obat (LPLPO). Penerimaan ini
dilakukan oleh apoteker penanggung jawab, namun jika tidak apoteker tidak
hadir boleh digantikan dengan asisten apoteker yang telah ditunjuk.
3) Penyimpanan
Penyimpanan narkotika dan psikotropika harus pada wadah asli dari produsen,
kecuali diperlukan untuk pelayanan resep, maka boleh disimpan di wadah baru
yang dapat menjamin keamanan obat. Dalam penyimpanan di fasilitas
kesehatan, narkotika dan psikotropika disimpan di lemari dengan dua pintu dan
dilengkapi dengan 2 kunci. Kunci pertama di pegang oleh Apoteker penanggung
jawab, dan kunci kedua dipegang oleh pegawai yang ditunjuk. Penyimpanan ini
juga harus dilengkapi dengan kartu stok baik manual maupun elektronik.
Informasi kartu stok memuat :
a. Nama, bentuk sediaan, kekuatan sediaan
b. Jumlah persediaan
c. Tanggal dan sumber penerimaan
d. Jumlah yang diterima
e. Tanggal dan tujuan penyerahan
f. Jumlah yang diserahkan
g. Nomor batch dan kadaluarsa sediaan
h. Paraf petugas
4) Penyerahan
a. Apoteker selalu bertanggung jawab terhadap penyerahan narkotika dan
psikotropika
b. Penyerahan ini hanya dapat dilakukan berdasarkan resep dokter
c. Resep narkotika dan psikotropika yang diterima wajib diskrining
d. Resep yang dilayani harus resep asli, ditulis jelas dan lengkap
e. IFRS dan Puskesmas hanya dapat melayani resep narkotika dan psikotropika
yang berasal dari IFRS dan puskesmas yang sama.
f. Resep harus lengkap, meliputi nama dokter, nomor SIP, alamat, nomor
telepon dan paraf dokter, tanggal penulisan resep, nama obat, dosis dan
jumlah obat, aturan pakai yang jelas, nama pasien, alamat, umur, jenis
kelamin dan BB pasien.
5) Pengembalian
Pengembalian harus dilengkapi dengan dokumen serah terima pengembalian.
6) Pemusnahan
Apoteker penanggung jawab memastikan kemasan sediaan telah rusak dan
dilakukan sesuai ketentuan peraturan Perundang-undangan.

Peraturan mentri kesehatan RI No 3 thn 2015


1. Obat golongan narkotik psikotropik prekursor jika ingin di edarkan harus
memenuhi syarat keamanan,khasiat dan mutu
2. Dalam bentuk obat jadi hanya dapat diedarkan setelah memdapatkan izin edar
dari Mentri
3. untuk mendapatkan izin edar obat gol nakotika psikotropika dan prekursor dalam
bentuk obat jadi harus melalui pendaftaran BPOM
4. Industri farmasi yg memproduksi Narkotika dan,PBF atau instansi farmasi
pemerintah yg menyalurkan Narkotika psikotropika dan prekursor wajib memiliki
izin khusus dari Mentri dgn ketentuan peraturan undang-undang

Menurut Permenkes No.347 1990


OWA adalah obat keras yg bisa d berikan tanpa resep dokter namun pada
penyerahan obat harus d perhatikan batasan tiap obatnya

Menurut Permenkes No. 919 Tahun 1993


Obat tanpa resep dapat diserahkan jika memenuhi lima syarat, yaitu
1. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada ibu hamil, anak dibawah usia
2 tahun dan orang tua diatas 65 tahun.
2. UntukPengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberi dampak pada
penyakit pasien
3. Penggunaan tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan
4. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang sering terjadi di Indonesia
5. Obat dimaksud memiliki khasiat keamanan yang dapat dipertanggung jawabkan
untuk pengobatan sendiri
 Kesimpulan :
REGULASI NARKOTIKA
1. Pengadaan
Rumah sakit & apotek mendapatkan pengadaan dari PBF, sedangkan
Puskesmas mendapatkan pengadaan dari Instalasi Farmasi Daerah. Untuk
obat Narkotika, Satu surat pesanan hanya berlaku untuk satu jenis narkotika.
2. Penerimaan.
Melakukan pengecekan terhadap obat. Rumah sakit dan apotek sesuai faktur
pembelian, sedangkan puskesmas harus sesuai dengan LPLPO (lembar
laporan pemakaian dan lembar permintaan obat)
3. Penyimpanan
Penyimpanan narkotika dan psikotropika harus disimpan dipemari dengan 2
pintu, dan 2 kunci, dimana 1 kunci disimpan oleh apt penanggung jawab,
sedangkan kunci yang lainnya disimpan oleh petugas lain yang ditunjuk
4. Penyerahan
Penyerahan resep narkotik hanya dengan resep dokter. Apt harus mengskrining
resep. Resep harus ditulis dengan jelas dan lengkap. IFRS dan Puskesmas
hanya dapatdapat melayani resep narkotika dan psikotropika yang berasal dari
IFRS dan puskesmas yang sama.
5. Pengembalian
Pengembalian harus dilengkapi dengan dokumen serah terima pengembalian.
6. Pemusnahan
Obat yang dimusnahkan merupakan obat yang rusak. Apoteker harus
memastikan bahwa obat tersebut rusak, kemudian melakukan pemusnahan
berdasarkan ketentuan perundan undangan
REGULASI OOT
Kriteria obat-obat tertentu terdiri atas obat-obat yang mengandung:
a) Tramadol
b) Triheksifenidil
c) Klorpromazin
d) Amtriptilin
e) Haloperidol
f) Dekstrometorfan
Penyerahan OOT :
a. Diserahkan sesuai kewajaran jumlah obat yang diminta pasien,
b. Resep harus ditulis oleh dokter dan salinan resep ditulis dan disahkan oleh
apoteker
c. Tidak boleh diserahkan secara langsung kepada anak berusia dibawah umur 18
tahun
d. Jika ragu mengenai umur pasien, meminta identitas yang tertera usia pasien.

REGULASI OWA
Penyerahan obat harus di perhatikan batasan tiap obatnya. Penyerahan OWA
memiliki batas maksimal jika diserahkan tanpa resep dokter. Di dalam resep dalam
skenario, terdapat OWA Omeprazol dan Cetrizin. Batas maksimal pemberian
Omeprazol adalah 7 tabet, dan Cetrizine 10 Tablet

3. Mahasiswa mampu menerapkan kode etik apoteker


Jawab :
Menurut, ISFI 2009
Seorang apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian harus mengutamakan
kepentingan masyarakat, menghormati hak azasi pasien dan melindungi makhluk
hidup insani.
Implementasi – jabaran kode etik :
a. Kepedulian kepada pasien adalah merupakan hal yang paling utama dari
seorang apoteker
b. Setiap tindakan dan keputusan professional dari apoteker harus berpihak kepada
kepentingan pasien dan masyarakat
c. Seorang apoteker harus mengambil langkah-langkah untuk menjaga kesehatan
kesehatan pasien khususnya janin, bayi, anak-anak, serta orang yang dalam
kondsi lemah
d. Seorang apoteker harus yakin bahwa obat yang diserahkan kepada pasien
adalah obat yang terjamin mutu, keamanan, dan khasiat dan cara pemakaian
yang tepat.
e. Seorang apoteker harus menjaga kerahasiaan pasien, rahasia kefarmasian, dan
rahasia kedokteran dengan baik
f. Seorang apoteker harus menghormati keputusan profesi yang telah ditetapkan
oleh dokter dalam bentuk penulisan resep dan sebagainya
g. Dalam hal seorang apoteker akan mengambil kebijakan yang berbeda dengan
permintaan seorang dokter, maka apoteker harua melakukan komunikasi dengan
dokter tersebut, kecuali peraturan perundang-undangan membolehkan apoteker
mengambil keputusan demi kepentingan pasien
Kongres Nasional, 2009
Pada keputusan kongres tersebut telah d jilaskan secara rinci tentang kode etik
profesi apoteker dimna seorang apoteker dalam yag merupakan tenaga kesehatan
harus mempunyai pedoman yang kuat dalam menjalankn kewajibannya sebagai
apotekr srta seorg apoteker juga tidak cukup hanya memiliki ilmu pengetahuan
tetapi harus juga memiliki etika dalam menjalankan kewajibannya baik etika dengan
terhadap pasien, teman sejawat dan teman sejawat kesehatan lainnya
 Kesimpulan :
Seorang apoteker tidak tidak cukup jika hanya memiliki ilmu pengetahuan, tetapi
juga harus memiliki etika dalam menjalankan profesinya, baik terhadap pasien,
teman sejawat maupun terhadap profesi kesehatan lainnya dengan cara tetap
mengutamakan kepentingan masyarakat/pasien di atas yang lainnya dan
mengormati keputusan dokter dalam pemberian resep

4. Mahasiswa mampu menjelaskan dan menerapkan protocol konseling dan


swamedikasi
Jawab :
1. Apoteker memperkenalkan diri
2. Identifikasi : apakah yang datang pasien sendiri atau bukan
3. Menanyakan ke pasien apakah dia mempunyai waktu untuk diberi penjelasan
dan menjelaskan kegunaan konseling
4. Menanyakan kepada pasien apakah dokter telah menjelaskan tentang obat yang
diberikan
5. Dengarkan semua keterangan pasien dengan baik dan empati
6. Menanyakan ada atau tidaknya riwayat alergi
7. Jelaskan kepada pasien nama obat, indikasi, cara pemakaian
8. Jelaskan kepada pasien tentang dosis,frekuensi dan lama penggunaan obat
9. Buat jadwal minum obat yang disesuaikan dengan kegiatan harian pasien, dan
tanyakan apakah pasien kesulitan mengikuti jadwal tersebut
10. Menjelaskan tindakan yang perlu dilakukan jika lupa minum obat
11. Menjelaskan hal-hal yang perlu dihindari selama minum obat
12. Menjelaskan kemungkinan interaksi obat-obat atau makanan dan cara
mengatasi
13. Menjelaskan efek samping dan cara menanggulangi
14. Menjelaskan cara penyimpanan yang benar
15. Memastikan pasien memahami semua informasi yang diberikan dengan
meminta pasien mengulangi kembali informasi yang telahbdi berikan
16. Mendokumentasikan semua informasi yang pentin
Permenkes, 2011
cara pelayanan kefarmasian yang baik, Protokol konseling:
a. Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien
b. Menilai pemahaman pasien tentang penggunaan Obat melalui Three Prime
Questions, yaitu:
• Apa yang disampaikan dokter tentang Obat Anda?
• Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian Obat Anda?
• Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang diharapkan setelah Anda
menerima terapi Obat tersebut?
c. Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada pasien
untuk mengeksplorasi masalah penggunaan Obat
d. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah
penggunaan Obat
e. Melakukan verifikasi akhir untuk memastikan pemahaman pasien.
Apoteker mendokumentasikan konseling dengan meminta tanda tangan pasien
sebagai bukti bahwa pasien memahami informasi yang diberikan dalam
konseling dengan menggunakan Formulir 7 sebagaimana terlampir. (Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, 2014)
PROSEDUR
Skining Resep (dilakukan oleh Apoteker)
1. Melakukan pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan resep yaitu nama dokter,
nomor ijin praktek, alamat, tanggat penulisan resep, tanda tangan atau paraf
dokter seta nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.
2. Melakukan pemeriksaan kesesuaian farmasetik yaitu bentuk sediaan, dosis,
frekuensi, kekuatan, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian obat
3. Mengkaji aspek klinis dengan cara melakukan patient assessment kepada pasien
yaitu adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumtah
obat dan kondisi khusus lainnya), keluhan pasien dan hal lain yang terkait
dengan kajian aspek klinis. Instruksi kerja : patient assessment terlampir(sebagai
contoh: menggunakan metode 3 prime question)
4. Menetapkan ada tidaknya DRP dan membuat keputusan profesi (komunikasi
dengan dokter, merujuk pasien ke sarana kesehatan terkait dsb)
5. Mengkomunikasikan ke dokter tentang masalah resep apabila diperlukan
Penyiapan sediaan
Swamedikasi
SOP Praktik Apoteker Indonesia
1. Apabila pasien datang dengan gejala sakit
a. Apoteker merespon dengan empati dan membantu memilikan obat yang sesuai
dengan keluhannya, menyarankan pasien ke dokter apabila memerlukan
pemeriksaan lanjut
2. Pasien datang menanyakan obat tertentu
a. Apoteker memeriksa ketersediaan obat diapotek
b. Jika tersedia maka tanyakan jumlahnya kepada pasien, jika kurang tepat
apoteker melakukan patien assessment untuk memilihkan obat yang sesuai
c. Apabila obat yang diingkan pasien tidak ada, apoteker menawarkan obat yang
memiliki bahan aktif sama
d. Jika disetujui dilakukan pengemasan sesuai jumlah yang diminta pasien
e. Memberikan informasi tentang penggunaan obat dan melakukan pencatatan
kedalam buku pelayanan swamedikasi
 Kesimpulan :
Konseling
1. Apoteker memperkenalkan diri
2. Apoteker menanyakan identitas dari pasien
3. Meminta waktu pasien untuk melakukan konseling
4. Menanyakan pemahaman pasien terhadap penjelasan yang diberikan oleh
dokter dengan metode Three Prime Questions
5. Menjelaskan kepada pasien terkait obat yang diberikan
6. Memastikan bahwa pasien telah memahami semua informasi yg diberikan
7. Dokumentasi konseling dengan meminta tanda tangan pasien sebagai bukti
bahwa pasien memahami informasi yang diberikan
Swamedikasi
1. Jika pasien datang dengan gejala sakit
a. Apoteker membantu memilihkan obat yang sesuai dengan keluhan pasien
b. Jika keluahannya parah menyarankan untuk pemeriksaan lebih lanjut ke
dokter
2. Jika pasien menanyakan obat
a. Apoteker melakukan assesmen dan memilihkan obat
b. Jika obat yang dimaksud tidak ada, maka apoteker boleh menyarankan obat
lain yg memiliki zat aktif yang sama
c. Memberikan penjelasan terkait obat tersebut
d. Mencatat hasil pelayanan ke dalam buku swamedikasi

5. Mahasiswa mampu memahami dan memberi penjelasan tentang pergantian


obat sesuai uu
Jawab :
Permenkes no 51 tahun 2004 pada pasal 24
Dikatakan bahwa dalam melakukan pekerjaan kearmasian apoteker dapat
mengganti obat merek generik dengan obat merek dagang yang mempunyai
komponen yang sama atas persetujuan dokter dan atau pasien

Menurut Kemenkes Nomor HK. 02.02/Menkes/068/2010


Dokter dapat menyetujui pergantian obat generik dengan obat dagang jika obat
generik tertentu belum tersedia
 Kesimpulan :
Apoteker boleh mengganti obat dagang ke generik dengan syarat
a. Zat yang terkandung harus sama dengan obat yang diganti
b. Mendapat persetujuan dari dokter yang menulis resep

6. Mahasiswa mampu memberikan penjelasan pandangan islam terhadap bahan


obat yang haram
Jawab :
- Dalam skenario apoteker mengganti obat enoxaparin injeksi dengan fondoparinux,
hal ini dikarenakan obat enoxaparin injeksi mengandung heparin molekul rendah
dari babi (bahan haram) hal tersebut dikuatkan juga dalam jurnal wulansari, 2014
tentang jaminan produl halal dimna terdapat tiga jenis obat yang mengandung babi
salah satunya lovenox injeksi yang mengandung enoxaparin sodium dan dalam
jurnal LPPOM MUI juga mengatakan bahwa salah satu bahan haram dalam obat
yaitu insulin yang biasa berasal dari pangkreas babi atau lovenox (obat injeksi anti
pengumpalan darah) yang juga bisa berasal dari babi
- Menurut MUI, 2013
“Padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang
diharamkan-Nya atasmu kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya. Dan
sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar-benar hendak menyesatkan
(orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya
Tuhanmu, dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas” QS
Al-An’am[6]: 119. Penggunaan bahan najis atau haram dalam obat-obatan
hukumnya haram. Penggunaan obat yang berbahan najis atau haram untuk
pengobatan hukumnya haram kecuali memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Digunakan pada kondisi keterpaksaan (al-dlarurat), yaitu kondisi keterpaksaan
yang apabila tidak dilakukan dapat mengancam jiwa manusia, atau kondisi
keterdesakan yang setara dengan kondisi darurat (al-hajat allati tanzilu manzilah
al-dlarurat), yaitu kondisi keterdesakan yang apabila tidak dilakukan maka akan
dapat mengancam eksistensi jiwa manusia di kemudian hari
b. Belum ditemukan bahan yang halal dan suci
c. Adanya rekomendasi paramedis kompeten dan terpercaya bahwa tidak ada obat
yang halal
 Kesimpulan :
Penggunaan bahan najis atau haram dalam obat-obatan hukumnya haram.
Dalam skenario apoteker mengganti obat enoxaparin injeksi dengan fondoparinux,
hal ini dikarenakan obat enoxaparin injeksi mengandung heparin molekul rendah
dari babi (bahan haram). Tetapi penggunaan obat yang hukumnya haram bisa
digunakan kecuali memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Digunakan pada kondisi keterpaksaan (al-dlarurat), yaitu kondisi keterpaksaan
yang apabila tidak dilakukan dapat mengancam jiwa manusia, atau kondisi
keterdesakan yang setara dengan kondisi darurat (al-hajat allati tanzilu manzilah
al-dlarurat), yaitu kondisi keterdesakan yang apabila tidak dilakukan maka akan
dapat mengancam eksistensi jiwa manusia di kemudian hari
b. Belum ditemukan bahan yang halal dan suci
c. Adanya rekomendasi paramedis kompeten dan terpercaya bahwa tidak ada obat
yang halal

7. Mahasiswa mampu menerapkan komunikasi yang tepat saat melakukan


pelayanan resep (147/Syafhira)
Jawab :
Apoteker harus mampu menjadi komunikator yang baik sehingga interaksi
kepada pasien, masyarakat, dan tenaga kesehatan yang lain dapat berjalan dengan
baik. Apoteker pada saat berkomunikasi dengan pasien : (Manajemen Dan
Pelayanan Kefarmasian Diapotek)
1. Apoteker Melayanai pasien dengan muka yang ramah
2. Memperkenalkan diri kepada pasien terlebih dahulu
3. Menanyakan nama pasien dan menawarkan apakah pasien ingin berkonseling
4. Pada saat memberikan informasi harus jelas, tenang dan Menggunakan bahasa
yang mudah di mengerti oleh pasien
5. Memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya mengenai obatnya
Komunikasi merupakan hal penting yang harus terjalin antara pasien dan
apoteker. Komunikasi yang baik harus mencerminkan 4 hal yaitu :
a. Bersikap terbuka
Seorang apoteker harus bersikap terbuka, terlihat tertarik dengan keluhan pasien
dan selalu tersenyum. Apoteker harus mengerti bahwa pasien yang datang
memiliki sifat psikologi dan budaya yang berbeda, sehingga apoteker harus
menempatkan dirinya sebaik mungkin sehingga dapat menyesuaikan dengan
sikap pasien.
b. Menjadi pendengar yang baik
Dalam mendengar keluhan pasien, seorang apoteker harus memperlihatkan
Bahasa tubuh yang baik, kontak mata dan memberikan ekspresi yang
mencerminkan bahwa apoteker paham dengan kondisi pasien
c. Pembicara yang baik
Seorang apoteker tidak selalu harus menggunakan istilah medis. Kadang kala,
Bahasa yang mudah dimengerti justru lebih membantu untuk menyampaikan
informasi dan saran terutama untuk pasien atau keluarga pasien yang sudah
berumur
Ada 5 hal yang dapat diterapkan
1. Respect. Sikap menghormati
2. Empati dalam kemampuan mendengar
3. Sikap terdengar
4. Sikap kejelasan
5. Humble atau rendah hati
 Kesimpulan :
Sebagai seorang Apoteker dalam hal pelayanan kefarmasian harus
memperhatikan teknik komunikasi yang baik, baik terhadap masyarakat, teman
sejawat dan tenaga kesehatan lain.
a. Apoteker hendaknya selalu tersenyum ketika berhadapan dengan pasien
b. Apoteker harus bersikap terbuka
c. Memperkenalkan diri dan bertanya apakah keluhan pasien
d. Merasa empati dengan keluhan pasien dan dapat menyesuaikan diri dengan
pasien karena mengerti bahwa pasien memiliki sifat psikologi yang berbeda.
e. Apoteker juga harus menggunakan bahasa tubuh yang baik seperti melakukan
kontak mata dan memberikan ekspresi yang menunjukkan rasa empati dalam
mendengar
f. Berkomunikasi menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh pasien
Diskusi Panel
1. Apakah hanya obat sintetis saja yang dapat diberikan saat berswamedikasi atau
adakah obat obat yang lain? (rabiatul)
Jawab :
Dalam swamedikasi, selain obat sintetik, terapi yang boleh disarankan itu dapat
juga berupa terapi non farmakologis (Harniah)
2. Bagaimanaa melakukan swamedikasi pada orang yang bisu?
jawab :
Berswamedikasi kepada pasien yang bisu sebaiknya pasien di dampingi oleh pihak
keluarga, karna pasiennya hanya bisu dan msh dpt mendengar sehingga apoteker
hanya menjelasakn kepada pasien terkait informasi obat dan apa saja yang harus
dilakukan pada saat melakukan swamedikasi dirumah, dan pihak keluarga juga hrus
tetap menemani pasien agar proses swamedikasi yang di lakukan di rumah tidak
terjadi kesalahan.
3. Mengapa pada anak, insulin disuntikkan 45 derajat? (Fitriani Citra/176)
Jawab :
Pada anak-anak jarum disuntikkan pada sudut 45 derajat karena lapisan kulit pada
anak-anak masih tipis sehingga harus dimiringkan hingga 45 derajat sehingga jarun
suntik bsa masuk dan tidak terjadi penyuntikkan intramuscular (Syafhira & Reza)
RESUME PEMBELAJARAN

1. Mahasiswa mampu menjelaskan interaksi obat yang ada pada resep


Interaksi dapat disebabkan karena obat-obat yang bekerja pada sistem fisiologi
yang sama. Interaksi antara obat amlodipine dan simvastatin pada saat
digunakan bersamaan akan meningkatkan kadar simvastatin dalam darah.
Peningkatan ini dapat menyebabkan kondisi rhab yaitu kerusakan jaringan pada
otot
Interaksi antara aspirin dan insulin, dapat nenyebakan resiko hipoglikemia
Interaksi simvastatin dan omeprazole akan meningkatkan efek simvastatin dalam
darah.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan cara Penggunaan obat khusus
a. patch
- Lihat pada kemasan cara menempelkan patch atau konsultasikan terlebih
dahulu dengan apoteker
- Jangan ditempelkan pada kulit yang memar atau luka
- Jangan ditempelkan dalam lipatan kulit atau dibawah pakaian ketat
- Pindahkan patch setiap periode tertentu
- Pasang patch dengan tangan yang bersih dan kering
- Bersihkan dan keringkan tempat pemasangan patch
- Ambil patch dari wadah, jangan sentuh bagian obatnya
- Tempelkan pada kulit dan tekan kuat, gosok bagian tepi agar menempel
- Lepaskan dan ganti sesuai petunjuk
b. Tab sublingual
- Sebelum meletakkan obat dibawah lidah sebaiknya untuk melembabkan area
mulut dengan cara berkumur kumur
- Letakkan tablet dibawah lidah agar langsung diserap di mukosa lidah
- Setelah obat habis usahakan diamkan di mulut 10 menit
- Setelah obat diberikan usahakan tidak makan ataupun minum selama 10
menit sehingga zat aktif langsung dapat sampai ke pembuluh darah.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pelayanan resep narkotika,
psikotropika, dan precursor
1. Obat narkotik, psikotropik dan prekursor dilakukan di instalasi kefarmasian dan
berada dibawah tanggung jawab apoteker serta dibantuk oleh TTK
2. Untuk bahan obat narkotika, psikotropika, precursor hanya dapat dilakukan
difasilitas pelayanan kefarmasian.
3. Obat narkotik, psikotropik dan prekursor dilayani dengan menggunakan resep
dokter serta resepnya asli dengan tulisan basah.
4. Resep harus lengkap secara administrasi meliputi data pasien, dokter dan
tanggal penulisan resep. Selain itu resep juga tidak boleh tercantum tulisan iter
dan untuk resep yang tertulis P.I.M, cito, statin dan urgent harus langsung
diberikan kepada pasien.
5. Dokter dapat memberikan obat narkotik, psikotropik dan prekursor jika
melakukan praktek
PENGAYAAN/REFRESHING SKENARIO 1

1. Manfaat konseling untuk pasien :


1. Menjamin keamanan dan efektifitas obat
2. Mendapat penjelasan tambahan dan ilmu baru dari apoteker
3. Meningkatkan kepatuhan pada pasien dalam menjalankan pengobatannya
4. d.Menurunkan kesalahan penggunaan obat dan reaksi obat yang tidak di
inginkan
2. Penyakit yang dapat dilakukan swamedikasi seperti:
a. Demam
b. Batuk
c. Nyeri
d. Pusing
e. Diare
f. Penyakit kulit
3. Obat yg digunakan berswamedikasi
- OTC : Obas bebas/bebas terbatas
- Owa : Owa 1, owa 2, owa 3
- Suplemen Vitamin, mineral , herbal, asam amino
Swamedikasi yang sesuai ada 4 golongan:
1. Tetap golongan
2. Tetap obat, sesuai dengan keluhan pasien
3. Tepat dosis, sesuai dengan umur pasien
4. Lama pengobatan terbatas, jika zakit berlanjut segera hubungi dokter
Cara penggunaa obat:
1. Penggunaan obat tidak untuk digunakan secara terus-menerus
2. Gunakan sesuai anjuran
3. Hentikan penggunaan jika menimbulkan hal tidak diinginkan
4. Hindari penggunaan obat org lain
4. Sanksi yang diberikan apabila melanggar kode etik apoteker
a. Sanki Admistratif
b. Peringatan lisan
c. Peringatan keras tertulis
d. Penghentian sementara kegiatan
e. Pembatalan persetujuan izinedar
f. Pencabutan PBF
5. Penggolongan obat narkotika
Golongan 1 : digunakan untuk pelayanan kesehatan dan untuk pengembangan ilmu
pengetahuan, penelitian dengan julah terbatas contohnya papaverin
dan opium,
Golongan 2 : alpacetimetadol, benzitidin
Golongan 3 : etil morphin, kodein
Narkotik dapat menimbulkan efek ketergantungan yang sangat merugikan apabila
disalahgunakan.
6. Komunikasi Terhadap Pasien Yang Marah
Dalam pelayanan kesehatan seringkali tenaga kesehatan seperti apoteker
dihadapkan dengan pasien yang berbeda presepsi dengan kita. Dihadapkan
dengan konsumen yang sering marah ketika dilayani mulai dari karena resep
pasien yang tidak bisa ditebus, permintaan obat antibiotic tanpa resep dari dokter
dan berbagai macam penyebabnya. Bagaimanapun cara apoteker menjelaskan
tidak begitu saja diterima oleh pasien meskipun tenaga kefarmasian telah
menjelaskan secara logis dan ramah tetapi pasien tetap marah. Adapun cara
komunikasi dalam menghadapi pasien :
a. Mempersiapkan diri
Harus mempersiapkan diri jika terjadi ketidak nyamanan dalam menghadapi pasien.
b. Menunjukkan empati
Ketika pasien marah maka kita tetap menunjukkan sikap empati. Mendengarkan
dengan sabar dan tidak ikut berdebat dengan pasien. Mungkin saja pasien
marah karena lelah dengan penyakitnya. Berusaha merasakan kesakitan
pasien.
c. Hati-hati dalam berbicara
Berhati-hati dan bicara yang benar akan mengurangi kemarahan pasien
sehingga dapat menyelesaikan akar permasalahan yang terjadi.
c. Jangan menghiraukan perasaan mereka
Beri perhatian khusus. Cobalah untuk merangkul pasien agar pasien merasa
dipedulikan. Ini bisa diangga sebagai perlindungan diri untuk mengurangi
keluhan atau komentar negative pasien atau keluarga pasien
d. Tidak memotong pembicaraan
Tetap sabar mendengarkan tanpa memotong pembicaraan pasien
e. Mengulang kata yang diucapkan pasien
Ketika pasien telah selesai bicara cobalah untuk tetap mengulang atau sedikit
membenarkan perkataan pasien agar pasien merasa tidak berbeda pendapat
dengan apoteker
f. Tetap tenang dan terlihat tenang
Berhati-hati dengan ekspresi wajah. Berusaha senyum namun tidak berlebihan.
Berikan ekspresi kekhawatiran agar pasien juga merasa diperhatikan
g. Menawarkan pilihan
Berikan beberapa pilihan untuk memberi sedikit solusi. Agar mereka juga
merasa tenang. Berikan pilihan dan menawarkan dengan baik.
h. Meminta maaf
Meminta maaf meskipun tidak seluruhnya salah. Rendah hati dan mencoba
menempatkan diri pada posisi mereka ditambah dengan senyum dan menjabat
tangan mereka. Hingga situasinya dapat berakhir bahagia.
7. Substansi produksi obat haram
Bahan yang dimaksud adalah bahan yang bersumber atau mengandung
bahan dari hewan atau makhluk hidup dalam bentuk tunggal atau campuran.
Produk seperti dalam proses pembuatannya menggunakan bahan tertentu yang
bersifat haram tetapi dapat diberikan izin edar jika bersifat kedaruratan.
Jika bahan tersebut memiliki bahan yang haram dan mengandung atau
bersinggungan dengan hewan (babi) maka perlu diberikan logo atau penandaan
dalam kotak dengan warna merah diatas dasar warna putih.

proses pembuatannya
Pada
bersinggungan dengan bahan bersumber dari babi dan
telah dipurifikasi sehingga tidak terdeteksi pada
produk akhir

Kandungan obat lain yang tidak halal Akohol harus dicantumkan kadar alkohol
dalam presntase

Anda mungkin juga menyukai