Ast Gds (Cep) Revisi Fix Print
Ast Gds (Cep) Revisi Fix Print
Ast Gds (Cep) Revisi Fix Print
M / 66 tahun
No MR : RSUS 00-23-39-12
Diagnosa Medis : CAD, DM tipe 2, HT
Tanggal Masuk : 14 – Febuari - 2020
Tanggal Pelaksanaan : 17 – Febuari – 2020
No Kriteria Bobot
1 Diagnosa Keperawatan (PE):
Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
2 Data Subjekif:
- Pasien mengatakan ia sering merasa haus
- Keluarga pasien mengatakan saat tengah malam pasien, 3-4 kali BAK
- Pasien mengeluh penglihatannya kabur
3 Data Objektif:
1. Riwayat Penyakit
- Pasien telah menderita DM sejak 2005
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi:
- Kesadaran pasien Composmentis (GCS: E4M5V6 = 15)
- Pasien sering menguap
- Pasien terlihat mengantuk
- Ekspresi wajah pasien lesu dan letih
- Pasien terlihat lemas
b. Palpasi
- CRT >3 detik
- Suhu badan pasien teraba dingin
Hasil TTV:
TD 140/0 mmHg
HR 64x/menit (teratur,lemah)
RR 20x/menit (teratur)
Suhu 36oC
Tinggi badan: 153 cm, Berat badan sebelum sakit: 60 kg ,Berat badan selama di rawat: 50 kg
3. Terapi
a. Nutrisi: Diet DM
b. Obat:
Lantus SC 1x 15 U
Novorapid SC 3x8U
Tanggal Waktu Nilai Gula darah
15/02/20 06.00 224 mg/dL
4. Hasil Pemeriksaan
12.00 278 mg/dL
a. Pemeriksaan gula darah
18.00 245 mg/dL
22.00 256 mg/dl
16/02/20 06.00 160 mg/dL
12.00 162 mg/dL
18.00 189mg/dL
22.00 183 mg/dL
17/02/20 06.00 104mg/dL
11.00 108 mg/dL
b. Hasil Laboratorium
6 Prinsip Tindakan:
- Prinsip tindakan pemeriksaan gula darah adalah aseptic dengan mempertahankan prinsip ANTT
- Lokasi penusukan berada di sisi ujung jari (ujung saraf /nerve ending)
7 Analisa Tindakan Keperawatan:
Diabetes Melitus (DM) sangat identik dengan adanya resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah. Maka, penting
bagi penderita semua jenis DM untuk menjaga kadar glukosa darah sedekat mungkin ke normal atau jarak target. Usaha
untuk menjaga kadar glukosa darah sedekat mungkin ke normal atau dengan jarak target dilakukan melalui Pemantauan
Glukosa Darah Sendiri (PGDS) berupa pengecekan gula darah sewaktu (Black & Hawks, 2014). PGDS dianjurkan 3
kali sehari. Namun, frekuensi dan waktu PGDS dapat bergantung pada kebutuhan dan tujuan dari masing-masing
individu klien. Waktu ekstra untuk melakukan PGDS dapat dilakukan ketika memulai obat baru atau insulin, memulai
obat yang mempengaruhi kadar glukosa darah (steroid), sakit/stress, adanya kehilangan atau penambahan berat badan,
ada perubahan dosis obat, rencana diet, dan rencana aktivitas fisik (Black & Hawks, 2014). Menurut Black & Hawks
dalam buku Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 , Penatalaksanaan medis bagi pasien DM meliputi pengembalian dan
pemeliharaan kadar glukosa senormal mungkin dengan diet seimbang, olahraga, dan penggunaan obat hipoglikemik oral
(OHO) atau insulin. Untuk mendiagnosis DM perlu dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah puasa, sewaktu, dan
setelah makan. Ada juga uji laboratorium yang perlu dilakukan yaitu kadar hemoglobin glikosilase, kadar albumin
glikosilase, kadar C-Peptide, ketonuria, dan proteinuria.
Sesuai dengan teori tersebut, maka menurut kami tindakan yang telah kami lakukan telah sesuai kepada pasien
kami dengan diagnosa DM. Terdapat modifikasi yang dilakukan dalam melakukan PGDS pada pasien kami, yaitu
pemeriksaan PGDS dilakukan sebanyak 4 kali sehari. Hal ini dilakukan guna memonitor keefektifitasan insulin yang
diberikan kepada pasien. Tindakan yang kami telah lakukan belumlah cukup, karena masih banyak penatalaksanaan
yang belum kami lakukan sebagai usaha memanajemen DM.
11 Referensi
Bagian patologi klinik. (2018). Keterampilan Pemeriksaan Glukosa Metode POCT. Retrieved from
https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2018/03/PEMERIKSAAN-GLUKOSA-DARAH.pdf
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. (8, Ed.) Singapore: Elsevier.
Yuliani, F., Oenzil, F., & Iryani, D. (2014). Hubungan Berbagai Faktor Risiko Terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner
Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Retrieved from
https://pdfs.semanticsholar.org/15db/9b6898e8617cf851ec66afdee76f6a33bd67.pdf