Tugas Akhir Pengendalian Tegangan Motor Induksi Tiga Phasa Sebagai Generator Misg Pada Setiap Perubahan Beban o L e H

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 90

TUGAS AKHIR

PENGENDALIAN TEGANGAN MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

SEBAGAI GENERATOR (MISG) PADA SETIAP PERUBAHAN BEBAN

O
L
E
H

RUDIANTO SINAGA
NIM : 03 0402 075

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA

UTARA MEDAN

2008
Rudianto Sinaga : Pengendalian Tegangan Motor Induksi Tiga Phasa Sebagai Generator (Misg) Pada Setiap
Perubahan Beban, 2008.
USU Repository © 2009
ABSTRAK

Motor induksi merupakan salah satu penggerak yang paling sering dipakai

di dalam aplikasi industri. Disamping fungsinya sebagai motor penggerak motor

induksi bisa juga dipakai sebagai generator, baik itu generator berkapasitas daya

besar maupun daya kecil. Secara umum konstruksi motor induksi sama dengan

generator induksi, hanya saja generator induksi memerlukan adanya prime over

sebagai generator pada umumnya membangkitkan tenaga listrik dan harus

memiliki slip negative artinya nr>ns. Jadi perputaran rotor diputar sedemikian

rupa sehingga mendahului perputaran medan magnetnya. Perputaran medan

magnet ini timbul karena adanya arus magnetisasi yang diberikan jala-jala kepada

kumparan stator. Oleh karena itu maka motor induksi dapat dioperasikan sebagai

generator induksi (MISG).

Motor Induksi Sebagai Generator (MISG) banyak diterapkan di pada

Pembangkit Tenaga Listrik Mikrohidro (PLTMh). Digunakannya generator

induksi dikarenakan harga murah dan mudah perawatannya, serta banyak tersedia

di pasaran. Salah satu kelemahan utama generator induksi adalah tegangan

keluaran yang sangat terpengaruh beban. Oleh karena itu perlu dilakukan

pengendalian tegangan agar tetap setimbang pada setiap penambahan beban

sesuai dengan tegangan yang diijinkan. Salah satu caranya adalah membuat

tahanan penyeimbang. Tahanan penyeimbang ini dapat berupa tahanan variable

yang dipasang secara paralel terhadap beban yang dapat distel setiap perubahan

beban tersebut.
KATA PENGANTAR

Pertama - tama, penulis ingin sekali berterima kasih kepada Tuhan Yesus,

yang oleh karena kasihNya , penulis masih dimampukan menyelesaikan tugas

akhir ini.

Adapun tugas akhir ini berjudul “Pengendalian Tegangan Motor Induksi

Tiga Phasa Pada Setiap Perubahan Beban ”, yang disusun dan diajukan sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana teknik elektro.

Sebagai manusia, penyusun menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih

jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penyusun berharap kekurangan –

kekurangan tersebut dapat dimaklumi.

Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis tidak terlepas dari bantuan banyak

pihak. Maka dalam kesempatan ini, penyusun juga ingin berterima kasih kepada :

1. Kedua orang tua saya (T. Sinaga dan R. Pandiangan), Abang-abang dan

adik – adikku, yang selalu memperhatikanku dan yang terbanyak

memberiku motivasi, sehingga Tugas Akhir ini masih dapat diselesaikan.

2. Bapak Ir. Sumantri Zulkarnaen selaku dosen pembimbing tugas akhir

yang telah banyak memberikan sumbangan ilmu dan waktunya.

3. Bapak Ir. Nasrul Abdi, MT dan Bapak Rachmat Fauzi ST, MT selaku

Ketua dan Sekretaris Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik USU.

4. Bapak Arman Sani ST,MT selaku dosen wali


5. Bapak Ir. Mustafrin Lubis, selaku Kepala Laboratorium Mesin – Mesin

Listrik

6. Seluruh staff pengajar / dosen departemen Teknik Elektro FT. USU

7. Seluruh staff tata usaha departemen Teknik Elektro FT. USU

8. Saudara Eko (asisten laboratorium mesin – mesin listrik) yang telah

banyak meluangkan waktunya saat penyusun melakukan riset

9. Teman – teman nongkrong bareng : Eno , Juni, Olo P ,Irwan, Buhari,

Hotdes, Bobie, Henrie, Bennie, EllriZone, Heatbean,Wiswa, Mualim,

Jamil, Emil, Ardie, Ronald Boya, Jimmi dan teman – teman ’03 yang

nama – namanya tak dapat disebutkan satu persatu yang solid selama ini.

10. Teman – teman ’04, ’05, ’06, yang namanya tak dapat disebutkan satu

persatu yang telah banyak memberi dorongan semangat pada penulis

selama pengerjaan tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan karya ilmiah ini masih belum sempurna.

Oleh karena penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang

bisa membangun tugas akhir ini menjadi lebih baik lagi. Akhirnya penulis

berharap bahwa karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, 14 Juni 2008

Rudianto Sinaga
ABSTRAK

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................1

1.2 Tujuan Penulisan.............................................................................2

1.3 Manfaat Penulisan..........................................................................2

1.4 Batasan Masalah.............................................................................2

1.5 Metode Penulisan............................................................................4

1.6 Sistematika Penulisan.....................................................................5

II. MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

2.1 Umum.............................................................................................7

2.2 Konstruksi Motor Induksi Tiga Phasa..................................................7

2.3 Medan Putar.....................................................................................9

2.4 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Phasa..............................13

2.5 Aliran Daya Pada Motor Induksi Tiga Phasa.................................18

2.6 Torsi Motor Induksi Tiga Phasa.....................................................20

2.7 Torsi Maksimum Motor Induksi Tiga Phasa.................................26


2.8 Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa................................................29

2.9 Disain motor induksi.......................................................................30

2.10 Penentuan parameter motor induksi................................................32

III. MOTOR INDUKSI SEBAGAI GENERATOR

3.1 Umum.............................................................................................38

3.2 Syarat-syarat Motor Induksi Tiga Phasa sebagi Generator...........43

3.3 Prinsip kerja Motor Induksi Tiga Phasa Sebagai Generator...........44

3.4 Keuntungan Motor Induksi Sebagai Generator..............................47

IV. PERCOBAAN PENGENDALIAN TEGANGAN PADA

MOTOR INDUKSI TIGA PHASA SEBAGAI

GENERATOR

4.1 Umum.............................................................................................49

4.2 Peralatan Yang Digunakan.............................................................49

4.3 Penentuan besar kapasitor...............................................................51

4.4 Percobaan Motor Induksi Tiga Phasa Sebagai Generator Pada

Setiap Perubahan Beban Dengan Pengendali dan tanpa Pengendali

Tegangan...........................................................................................54

4.5 Analisa pengendalian tegangan Motor Induksi

Tiga Phasa Sebagai Generator..........................................................57

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan........................................................................................63
5. 2 Saran................................................................................................64

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................65

LAMPIRAN......................................................................................................66
DAFTAR GAMBAR

2.1 Konstruksi stator motor


induksi...................................................................................8
2.2 Konstruksi rotor motor
sangkar.....................................................................................8
2.3 Konstruksi rotor motor
belitan.......................................................................................9
2.4 Diagram phasor fluksi tiga phasa
setimbang…...................................................10
2.5 Grafik arus tiga phasa
setimbang…............................................................................10
2.6 Medan putar pada motor induksi
tiga phasa..............................................10
2.7 Rangkaian ekivalen motor induksi sebagai
model transformator 14
2.8 Model rangkaian rotor motor
induksi.....................................................................16
2.9 Rangkaian ekivalen perphasa motor
induksi......................................................16
2.10 Rangkaian ekivalen motor induksi dengan adanya
pemisahan rugi-rugi
rotor……………………………………………………………………
..…………17
2.12 Diagram aliran daya pada motor
induksi...............................................................20
2.13 Tegangan ekivalen Thevenin pada sisi
rangkaian input.............. 21
2.14 Impedansi ekivalen Thevenin pada sisi
rangkaian input...........22
2.15 Rangkaian ekivalen Thevenin motor
induksi.....................................................23
2.16 Karakteristik torsi-slip pada motor
induksi.........................................................24
2.17 Karakteristik torsi-putaran motor induksi pada berbagai daerah
Operasi…………………………………………………………
…………………….………..25
2.18 Karakteristik torsi-kecepatan motor induksi pada
berbagai desain…30
2.19 Rangkaian ekivalen motor induksi pada percobaan
beban nol.....34
2.20 Rangkaian pengukuran untuk test
dc 35
2.21 Rangkaian ekivalen motor induksi pada percobaan block
rotor test...35
3.1 Prinsip kerja motor induksi sebagai
generator.................................................44
3.2 Karakteristik torsi-kecepatan motor-
generator induksi.............45
3.3 Untaian dasar pengendali
tegangan….......................................................................47
4.1 Rangkaian percobaan motor induksi
sebagai generator................53
4.2 Rangkaian percobaan dengan
menggunakan pengendali....55
4.3 Grafik karakteristik Pbeban tehadap tegangan
dengan menggunakan
Pengendali………………………………………………………
…………………………….59
4.4 Grafik karakteristik Pbeban dengan tegangan
tanpa pengendali 63

DAFTAR TABEL
1. Distribusi reaktansi x1 dan x2 pada berbagai desain motor
induksi…………………………………………………………
…………………….…37
2. Data percobaan motor induksi sebagai
generator………………………………………………………
……………………..55
3. Data percobaan motor induksi sebagai generator dengan
menggunakan
pengendal.................................................................................5
7

4. Data percobaan motor induksi sebagai generator tanpa


menggunakan
pengendali
5
8

5. Data effisiensi terhadap perubahan daya pada motor


induksi sebagai generator tanpa
pengendali...........................................................62
BAB I

PENDAHULUA

1.1 LATAR BELAKANG

Semakin terbatasnya bahan bakar pembangkit listrik konvensional

membuat krisis listrik makin larut berkepanjangan pada masa kini, maka salah

satu cara untuk mengantisipasi hal ini adalah mencari sumber listrik alternatif

untuk menggantikannya yaitu dengan cara menggunakan pembangkit yang dapat

diperbaharui. Salah satunya adalah dengan menggunakan pembangkit listrik

tenaga mikrohidro. Generator yang dipakai adalah Motor Induksi Sebagai

Generator (MISG). Motor induksi tiga phasa dapat dioperasikan sebagai

generator satu phasa maupun tiga phasa.

Motor induksi merupakan motor yang banyak digunakan baik di industri

rumah tangga maupun industri skala besar. Hal ini dikarenakan konstruksi motor

induksi yang kuat, sederhana serta tidak membutuhkan perawatan yang sangat

banyak.

Motor induksi tiga phasa dapat dioperasikan sebagai generator dengan

cara memutar rotor pada kecepatan di atas kecepatan putaran sinkronnya dan atau

mesin bekerja pada slip negatip (s<0). Agar dapat berfungsi sebagai generator

maka motor ini memerlukan kapasitor untuk membangkitkan arus eksitasi.

ns = 120 f
p
Dimana ns: Kecepatan medan putar,rpm

f : Frekuensi sumber daya,Hz

p : Jumlah kutub motor

induksi

Kecepatan putar rotor tidak sama dengan kecepatan medan putar, putaran rotor

harus lebih cepat daripada kecepatan medan putarnya sehingga menghasilkan

slip negative.

s= ns  nr
ns ,dengan nr>ns

Dimana s: slip

ns: Kecepatan medan putar, rpm

nr: Kecepatan putar rotor, rpm

Salah satu kelemahan utama generator induksi adalah tegangan keluaran

yang sangat terpengaruh beban, oleh karena itu maka diperlukan suatu

pengaturan tegangan sehingga perubahan tegangan tidak sampai mengganggu

kontinuitas penyaluran daya oleh Motor Induksi Sebagai Generator (MISG)

tersebut.

1.2 TUJUAN PENULIS


Adapun tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh penambahan beban terhadap tegangan pada Motor

Induksi Sebagai Generator dengan pengendali dan tanpa pengendali.

2. Membuat kendali tegangan menggunakan kontaktor dan beban

penyeimbang, sehingga tegangan yang dihasilkan berkisar 198-231 Volt

pada setiap penambahan beban.

1.3 MANFAAT PENULISAN

1. Memberikan informasi kepada penulis dan pembaca mengenai pengaruh

penambahan beban terhadap tegangan tanpa pengendali dan dengan

pengendali.

2. Mengetahui besar nilai kapasitor yang akan disuplai pada Motor Induksi

Sebagai Generator untuk membangkitkan arus eksitasi yang diperlukan.

3. Menambah aplikasi-aplikasi pada laboratorium konversi energi listrik.

1.4 BATASAN MASALAH

Untuk menghindari pembahasan yang meluas maka penulis akan

membatasi pembahasan tugas akhir ini dengan hal-hal sebagai berikut:

1. Tidak membahas masalah yang timbul saat terjadi hubung singkat.

2. Tidak membahas tentang system proteksi.

3. Membahas pembuatan kendali tegangan dengan teknologi sederhana yaitu

dengan menggunakan kontaktor dan beban penyeimbang dan tidak


membahas tentang sensor tegangan dengan teknologi tidak sederhana

seperti Induction Generator Controller (IGC).

4. Tidak membahas hubungan interkoneksi dengan jaringan/ system

5. Tidak membahas perubahan tegangan akibat gangguan pada system

6. Analisa data berdasarkan peralatan yang tersedia data di laboratorium

konversi energi listrik.

7. Membahas sekitar karakteristik pembebanan bersifat resistif dan tidak

sampai pembebanan induktif dan kapasitif.

1.5 METODE PENULISAN

Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah:

1. Studi literatur, berupa studi kepustakaan dan kajian dari buku-buku teks

pendukung.

2. Studi diskusi, berupa tanya jawab dengan dosen pembimbing mengenai

masalah-masalah yang timbul selama penulisan tugas akhir.

3. Studi laboratorium, melakukan percobaan untuk mendapatkan data-data

yang diperlukan.

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN


Untuk memudahkan pemahaman terhadap tugas akhir ini maka penulis

menyusun sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, tujuan penulisan,

manfaat penulisan, batasan masalah, metode penulisan, dan

sistematika penulisan.

BAB II : MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

Bab ini membahas konstruksi motor induksi tiga phasa, medan

putar, prinsip kerja motor induksi tiga phasa, rangkaian ekivalen

motor induksi tiga phasa, aliran daya pada motor induksi tiga

phasa, torsi motor induk si tiga phasa, dan effisiensi motor

induksi tiga phasa

BAB III : MOTOR INDUKSI SEBAGAI GENERATOR (MISG)

Bab ini membahas mengenai motor induksi sebagai generator,

syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai Motor Induksi

Sebagai Generator (MISG).

BAB IV : PERCOBAAN PENGENDALIAN TEGANGAN MOTOR

INDUKSI TIGA PHASA SEBAGAI GENERATOR PADA

SETIAP PERUBAHAN BEBAN


Bab ini berisi percobaan-percobaan yang akan dilakukan untuk

melihat pengaruh perubahan beban serta analisa terhadap

perubahan tegangan pada motor induksi sebagai generator

induksi baik itu dengan pengendali maupun tanpa pengendali

BAB V : PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian

ataupun analisis data - data yang telah diperoleh.

BAB II

MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

2.1 UMUM
Motor induksi merupakan motor arus bolak-balik (AC) yang paling luas

digunakan dan dapat dijumpai dalam setiap aplikasi industri maupun rumah

tangga. Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa arus rotor motor ini bukan

diperoleh dari sumber tertentu, tetapi merupakan arus yang terinduksi sebagai

akibat adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar

(rotating magnetic field) yang dihasilkan arus stator.

Motor ini memiliki konstruksi yang kuat, sederhana, handal, serta

berbiaya murah. Di samping itu motor ini juga memiliki effisiensi yang tinggi

saat berbeban penuh dan tidak membutuhkan perawatan yang banyak. Akan

tetapi jika dibandingkan dengan motor DC, motor induksi masih memiliki

kelemahan dalam hal pengaturan kecepatan. Dimana pada motor induksi

pengaturan kecepatan sangat sukar untuk dilakukan, sementara pada motor DC

hal yang sama tidak dijumpai.

2.2 KONSTRUKSI MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

Motor induksi pada dasarnya memiliki konstruksi stator yang sama

dengan motor sinkron, dan hanya terdapat perbedaan pada konstuksi rotor. Stator

dibentuk dari laminasi – laminasi tipis yang terbuat dari aluminium ataupun besi

tuang, dan kemudian dipasak bersama – sama untuk membentuk inti stator

dengan slot seperti yang ditunjukkan gambar dua satu. Kumparan ( coil ) dari

konduktor – konduktor yang terisolasi ini kemudian disisipkan ke dalam slot –

slot tersebut. Sehingga grup dari kumparan ini beserta dengan inti yang

mengelilinginya membentuk rangkaian elektromagnetik. Banyaknya jumlah


kutub dari motor induksi tergantung pada hubungan internal dari belitan stator,

yang mana bila belitan ini disuplai dengan sumber tegangan tiga phasa maka

akan membangkitkan medan putar.

a) penampang inti stator b) Stator motor induksi


Gambar 2.1

Rotor motor induksi tiga phasa dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu

rotor sangkar (squirrel cage rotor) dan rotor belitan (wound rotor). Rotor sangkar

terdiri dari susunan batang konduktor yang dibentangkan ke dalam slot – slot

yang terdapat pada permukaan rotor dan tiap – tiap ujungnya dihubung singkat

dengan menggunakan shorting rings.

Gambar 2.2

a) Rotor Sangkar b) Motor induksi rotor sangkar


Sementara itu pada rotor belitan, rotornya dibentuk dari satu set belitan

tiga phasa yang merupakan bayangan dari belitan statornya. Biasanya belitan tiga

phasa dari rotor ini terhubung Y dan kemudian tiap - tiap ujung dari tiga kawat
rotor tersebut diikatkan pada slip ring yang berada pada poros rotor. Pada motor

induksi rotor belitan, rangkaian rotornya dirancang untuk dapat disisipkan dengan

tahanan eksternal, yang mana hal ini akan memberikan keuntungan dalam

memodifikasi karakteristik torsi – kecepatan dari motor.

Gambar 2.3

a) Rotor belitan b) motor induksi rotor belitan

2.3 MEDAN PUTAR

Ketika belitan tiga phasa dari motor induksi diberi suplai maka medan

magnet yang berputar akan dihasilkan. Medan magnet ini dibentuk oleh kutub –

kutubnya yang berada pada posisi yang tidak tetap pada stator tetapi berubah –

ubah mengelilingi stator. Adapun magnitud dari medan putar ini selalu tetap

yaitu sebesar 1.5 Φm dimana Φm adalah fluks yang diebabkan suatu phasa.

Untuk melihat bagaimana medan putar dibangkitkan, maka dapat

diambil contoh pada motor induksi tiga phasa dengan jumlah kutub dua. Dimana

ke-tiga phasanya R,S,T disuplai dengan sumber tegangan tiga phasa, dan arus

pada phasa ini ditunjukkan sebagai IR, IS, dan IT, maka fluks yang dihasilkan oleh

arus – arus ini adalah :


ΦR = Φm sin ωt....................................( 2.1a )

ΦS = Φm sin (ωt – 120o )......................( 2.1b )

ΦT = Φm sin (ωt – 240o )......................( 2.1c )


1 2 3

t

Gambar 2.5 Gambar 2.4


Fluksi tiga phasa setimbang diagram phasor fluksi tiga phasa setimbang

i ii

iii iv

Gambar 2.6
Medan putar pada motor induksi tiga phasa

( i ) Pada keadaan 1 ( gambar2.6 ), ωt = 0 ; arus dalam phasa R bernilai nol

sedangkan besarnya arus pada phasa S dan phasa T memiliki nilai yang sama dan

arahnya berlawanan. Dalam keadaan seperti ini arus sedang mengalir ke luar dari

konduktor sebelah atas dan memasuki konduktor sebelah bawah. Sementara


resultan fluks yang dihasilkan memiliki besar yang konstan yaitu sebesar 1,5 Φm

dan dibuktikan sebagai berikut :

3
ΦR = 0 ; ΦS = Φm sin ( -120o ) =  Φm ;
2

ΦT = Φm sin ( -240o ) =
3 m
2 Φ

Oleh karena itu resultan fluks, Φr adalah jumlah phasor dari ΦT dan – ΦS

Sehinngga resultan fluks, Φr = 2 x 3


Φm cos 30o = 1,5 Φm
2

( ii ) Pada keadaan 2, arus bernilai maksimum negatif pada phasa S,

sedangkan pada R dan phasa T bernilai 0,5 maksimum pada phasa R dan phasa T,

dan pada saat ini ωt = 30o, oleh karena itu fluks yang diberikan oleh masing –

masing phasa :

ΦR = Φm sin ( -120o ) = 0,5 Φm


ΦS = Φm sin ( -90o ) = - Φm

ΦT = Φm sin (-210o) = 0,5 Φm

Maka jumlah phasor ΦR dan - ΦT adalah = Φr’ = 2 x 0,5 Φm cos 60 = 0,5 Φm.
Sehingga resultan fluks Φr = 0,5 Φm + Φm = 1,5 Φm.
Dari gambar diagram phasor tersebut dapat dilihat bahwa resultan fluks

berpindah sejauh 30o dari posisi pertama.

( iii ) Pada keadaan ini ωt = 60o, arus pada phasa R dan phasa T memiliki

besar yang sama dan arahnya berlawanan ( 0,866 Φm ), oleh karena itu fluks yang

diberikan oleh masing – masing phasa :

ΦR = Φm sin ( 60o )
3 m
2 Φ
=

3
ΦS = Φm sin ( -60o ) =  Φm
2

ΦT = Φm sin ( -180o ) = 0

Maka magnitud dari fluks resultan : Φr = 2 x 3


Φm cos 30o = 1,5 Φm
2

Dari gambar diagram phasor tersebut dapat dilihat bahwa resultan fluks

berpindah sejauh 60o dari posisi pertama.

( iv ) Pada keadaan ini ωt = 90o, arus pada phasa R maksimum ( positif), dan

arus p ada p hasa S d an p hasa T = 0,5 Φm , oleh karena itu fluks yang diberikan

oleh masing – masing phasa

ΦR = Φm sin ( 90o ) = Φm

ΦS = Φm sin ( -30o ) = - 0,5 Φm

ΦT = Φm sin (-150o) = - 0,5 Φm


Maka jumlah phasor - ΦT dan – ΦS adalah = Φr’ = 2 x 0,5 Φm cos 60 = 0,5 Φm.
Sehingga resultan fluks Φr = 0,5 Φm + Φm = 1,5 Φm.

Dari gambar diagram phasor tersebut dapat dilihat bahwa resultan fluks
berpindah sejauh 90o dari posisi pertama.
2.4 RANGKAIAN EKIVALEN MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

Operasi dari motor induksi tergantung pada induksi arus dan tegangan

di dalam rangkaian rotor yang berasal dari rangkaian stator karena adanya aksi

transformator. Karena induksi arus dan tegangan pada motor induksi pada

dasarnya sama dengan operasi transformator, maka rangkaian ekivalen motor

induksi akan sangat menyerupai rangkaian ekivalen dari transformator. Motor

induksi disebut juga sebagai singly excited machine, sebab daya hanya disuplai

dari rangkaian stator. Karena motor induksi tidak memiliki rangkaian medan,

maka pada modelnya tidak akan terdapat sumber tegangan internal EA

sebagaimana dijumpai pada mesin sinkron.

Rangkaian ekivalen per phasa dari transformator dapat menggantikan

operasi dari motor induksi. Sebagaimana halnya pada transformator, maka akan

terdapat tahanan (R1) dan induktansi sendiri (X1) pada belitan stator yang

direpresentasikan dalam rangkaian ekivalen mesin.

Rudianto Sinaga : Pengendalian Tegangan Motor Induksi Tiga Phasa Sebagai Generator (Misg) Pada Se tiap
Per ubahan Beban, 2008.
USU Repository © 2009
Gambar 2.7 Rangkaian ekivalen motor induksi sebagai model transformator

Tegangan stator E1 dikopel terhadap sisi sekunder ER sebagaimana

halnya transformator ideal dengan rasio belitan effektif aeff. Rasio belitan ini

dengan mudah dapat ditentukan pada motor induksi rotor belitan, yang mana

pada dasarnya rasio ini merupakan banyaknya konduktor per phasa pada stator

terhadap jumlah konduktor per phasa pada rotor. Akan tetapi tidak demikian

halnya pada motor induksi sangkar tupai, karena tidak terdapatnya belitan pada

rotor motor tersebut.

Tegangan ER pada rotor akan menghasilkan arus, karena rangkaian

rotornya terhubung singkat.

Impedansi rangkaian primer dan arus magnitisasi dari motor induksi

sama halnya dengan komponen - komponen yang dijumpai pada transformator.

Hal yang membedakan rangkaian ekivalen tersebut pada motor induksi

dikarenakan terdapatnya variasi frekuensi pada tegangan rotor (ER), impedansi

rotor RR dan jXR.

Ketika tegangan diberikan pada belitan stator, maka tegangan akan

diinduksikan pada belitan rotornya. Pada umumnya, gerak relatif yang lebih besar

di antara rotor dan medan putar stator, akan menghasilkan tegangan dan frekuensi

rotor yang lebih besar juga. Gerak relatif yang terbesar terjadi saat rotor dalam

keadaaan diam atau disebut juga dalam keadaan blocked rotor. Sebaliknya,
Rudianto Sinaga : Pengendalian Tegangan Motor Induksi Tiga Phasa Sebagai Generator (Misg) Pada Setiap
Perubahan Beban, 2008.
USU Repository © 2009
frekuensi dan tegangan terendah timbul saat rotor berputar pada kecepatan yang

sama dengan kecepatan sinkron, sehingga tidak terdapat pergerakan relatif.

Magnitud dan frekuensi tegangan induksi rotor pada saat berputar sebanding

dengan slip dari rotornya. Sehingga, besarnya tegangan induksi rotor dalam

kondisi rotor terkunci disebut ERO, sedangkan untuk slip pada suatu putaran

tertentu dirumuskan dengan:

ER = sERO............................................................ (2.8)

Dan frekuensi tegangan induksi pada slip tertentu :

fr = sfe..................................................................(2.9)

Tahanan dari rotor RR bernilai konstan/ tidak tergantung pada slip,

sementara itu pada reaktansi rotor besarnya akan dipengaruhi oleh slip.

Reaktansi dari rotor tergangtung pada induktansi rotor, frekuensi tegangan

rotor dan arus pada rotor. Bila induktansi rotor LR, maka reaktansi rotor adalah :

XR = ωr LR = 2 π fr LR : fr = sfe

Sehingga

XR = 2 π sfe LR

= s(2 π sfe LR)

= sXRO.........................................................................(2.10)

LR = induktansi rotor

XRO = reaktansi blok rotor.

Rangkaian ekivalen rotor dapat dilihat pada gambar 2.8 :

Rudianto Sinaga : Pengendalian Tegangan Motor Induksi Tiga Phasa Sebagai Generator (Misg) Pa da Setiap
Perubahan Beban, 2008.
USU Repository © 2009
Gambar 2.8 model rangkaian rotor motor induksi
Dari gambar 2.8 arus pada rotor dapat ditentukan sebagai :
I 
ER ..........................................(2.11)
R
RR  jX R

I  ..........................................(2.12)
ER
R

RR  jsX RO

ERO
I  ..........................................(2.13)
R
RR / s  jXRO
IR = arus rotor ( A )

ER = tegangan induksi pada rotor ( V )

RR = tahanan rotor ( Ώ )

XR = reaktansi rotor ( Ώ )

Untuk mempermudah penganalisaan, maka rangkaian ekivalen motor induksi

pada gambar 2.8 dapat dilihat dari sisi stator, seperti gambar 2.9 :

Gambar 2.9 Rangkaian ekivalen per phasa motor induksi

Seperti halnya pada transformator, tegangan, arus, dan impedansi sisi

Rudianto Sinaga : Pengendalian Tegangan Motor Induksi Tiga Phasa Sebagai Generator (Misg) Pada Setiap
Perubahan Beban, 2008.
USU Repository © 2009
sekunder dapat digantikan ke sisi primer sesuai dengan rasio belitannya, sehingga

hal yang sama juga berlaku untuk untuk motor induksi.

Rudianto Sinaga : Pengendalian Tegangan Motor Induksi Tiga Phasa Sebagai Generator (Misg) Pada Setiap
Perubahan Beban, 2008.
USU Repository © 2009
Vp = Vs = a Vs.........................................................(2.14)

Ip = I’s = Is/a............................................................(2.15)

Z’s = a2Zs.................................................................(2.16)

Secara eksak urutan transformasi yang sama dapat dilakukan untuk rangkaian

rotor motor induksi. Jika rasio belitan effektif dari motor induksi adalah a eff,

kemudian tegangan rotor ditransformasikan menjadi:

E1 = E’R = aeff ERO...............................................................(2.18)

Arus rotor menjadi: I2 = IR/ aeff.......................................... (2.19)

Dan impedansi rotor menjadi

Z2 = a2eff (RR/s + jXRO)........................................................(2.20)

Atau dapat juga didefenisikan dengan :

R2 = a2eff RR.........................................................................(2.21)

X2 = a2eff XRO......................................................................(2.22)

Apabila rugi – rugi tembaga dipisahkan dengan besarnya daya yang

dikonversikan menjadi daya mekanik, maka rangkaian ekivalennya adalah seperti

pada gambar 2.10

Gambar 2.10 Rangkaian ekivalen motor induksi dengan adanya pemisahan rugi – rugi rotor

Dalam teori transformator, analisa rangkaian ekivalen sering

disederhanakan dengan mengabaikan seluruh cabang magnetisasi atau dengan

memindahkan langsung ke terminal primer. Pendekatan demikian tidak


dibenarkan dalam motor induksi yang bekerja dalam keadaan normal, karena

adanya celah udara yang menjadikan perlunya suatu arus magnetisasi yang sangat

besar (30% sampai 40% dari arus beban penuh). Untuk itu dalam rangkaian

ekivalen RC dapat diabaikan.

2.5 ALIRAN DAYA PADA MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

Daya listrik disuplai ke stator motor induksi diubah menjadi daya

mekanik pada poros motor. Berbagai rugi – rugi yang timbul selama proses

konversi energi listrik antara lain :

1. rugi – rugi tetap ( fixed losses ), terdiri dari :

 rugi – rugi inti stator (PCORE)

PCORE = 3 E12GC.......................................................(2.23)

 rugi – rugi gesek dan angin

2. rugi – rugi variabel, terdiri dari :

 rugi – rugi tembaga stator (PSCL)

PSCL = 3 I12 R1...........................................................(2.24)

 rugi – rugi tembaga rotor ( PRCL)

PRCL = 3 I 22 R............................................................(2.25)
2

Daya pada celah udara (PAG)dapat dirumuskan dengan :

PAG = Pin – PSCL - PCORE.............................................(2.26)

Jika dilihat pada rangkaian rotor, satu – satunya elemen pada rangkaian ekivalen

yang mengkonsumsi daya pada celah udara adalah resistor R 2/s. Oleh karena itu

daya pada celah udara dapat juga ditulis dengan :


2 R 2................................................................................................
PAG  3I2 (2.27)
s

Apabila rugi – rugi tembaga dan rugi – rugi inti dikurangi dengan daya input

motor, maka akan diperoleh besarnya daya listrik yang diubah menjadi daya

mekanik.

Besarnya daya mekanik yang dibangkitkan motor adalah:


2
P
R 3I
1s
conv 2 
2 .........................................(2.28)
 s

Dari persamaan 2.25 dan 2.27 dapat dinyatakan hubungan rugi – rugi tembaga

dengan daya pada celah udara :

PRCL = s PAG..................................................................... (2.29)

Karena daya mekanik yang dibangkitkan pada motor merupakan selisih dari daya

pada celah udara dikurangi dengan rugi – rugi tembaga rotor, maka daya mekanik

dapat juga ditulis dengan :

Pconv = (1 – s ) PAG...........................................................(2.30)

Daya output akan diperoleh apabila daya yang dikonversikan dalam bentuk daya

mekanik dikurangi dengan rugi – rugi gesek dan angin. Gambar 2.12

menunjukkan aliran daya pada motor induksi tiga phasa :

Rudianto Sinaga : Pengendalian Tegangan Motor Induksi Tiga Phasa Sebagai Generator (Misg) Pada Setiap
Perubahan Beban, 2008.
USU Repository © 2009
Gambar 2.12
Diagaram aliran daya pada motor induksi

2.6 TORSI MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

Dari rangkaian ekivalen dan diagram aliran daya motor induksi tiga phasa

yang telah diperoleh sebelumnya dapat diturunkan suatu rumusan unum untuk

torsi induksi sebagai fungsi dari kecepatan. Torsi motor induksi diberikan oleh

persamaan:
Pconv...................................................................................................
τind = (2.31)
m

τind = P
AG
..........................................................(2.32)
sync

Persamaan yang terakhir di atas sangat berguna, karena kecepatan sinkron

selalu bernilai konstan untuk tiap – tiap frekuensi dan jumlah kutub yang

diberikan motor. Karena kecepatan sinkron selalu tetap, maka daya pada celah

udara akan menentukan besar torsi induksi pada motor.

Rudianto Sinaga : Pengendalian Tegangan Motor Induksi Tiga Phasa Sebagai Generator (Misg) Pada Setiap
Perubahan Beban, 2008.
USU Repository © 2009
Meskipun terdapat berbagai cara menyelesaikan rangkaian seperti gambar

2.11, untuk menentukan besarnya arus I2, kemungkinan penyelesaian yang paling

mudah dapat dilakukan dengan menentukan rangkaian ekivalen Thevenin dari

gambar tersebut.

Agar dapat menghitung ekivalen Thevenin dari sisi input rangkaian

ekivalen motor induksi, pertama – tama terminal X’s dihubung buka (open -

circuit ), kemudian tegangan open circuit di terminal tersebut ditentukan. Untuk

menentukan impedansi Thevenin, maka tegangan phasa dihubung singkat ( short

– circuit ) dan Zeq ditentukan dengan melihat ke dalam sisi terminal.

Gambar 2.13 Tegangan ekivalen Thevenin pada sisi rangkaian input

Dari gambar 2.13 ditunjukkan bahwa terminal di open – circuit untuk

mendapatkan tegangan ekivalen Thevenin. Oleh karena itu dengan aturan

pembagi tegangan diperoleh :

VTH = VΦ ZM
ZM  Z1
jXM
= VΦ
R1  jX1  jXM

Magnitud dari tegangan Thevenin VTH adalah :

VTH = VΦ XM
................................(2.33)
1
2
R  X1  X 
M 2

Karena reaktansi magnetisasi XM >> X1 dan XM >> R1, harga pendekatan dari

magnitud tegangan ekivalen Thevenin :


XM
VTH ≈ VΦ ..........................................................(2.34)
.
X1  X
M

Gambar 2.14 menunjukkan tegangan input dihubung singkat. Impedansi

ekivalen Thevenin dibentuk oleh impedansi paralel yang terdapat pada rangkaian.

Gambar 2.14 impedansi ekivalen Thevenin pada sisi rangkaian input

Impedansi Thevenin ZTH diberikan oleh :

ZTH = Z1ZM
Z1  ZM

Z =R + jX jX M R 1  jX1  ...............................(2.35)
=
R 1 jX 1 X M
TH TH TH
Karena XM >> X1 dan XM + X1 >> R1, tahanan dan reaktansi Thevenin secara

pendekatan diberikan oleh :

RTH ≈ R1

XTH ≈ X1

Gambar di bawah menunjukkan rangkaian ekivalen Thevenin :

Gambar 2.15 rangkaian ekivalen Thevenin motor induksi

Dari gambar di atas arus I2 diberikan oleh :

I2 = VTH VTH
; I2 =
ZTH  Z2 RTH  R 2 / s  jXTH  jX2

Magnitud dari arus

I2 = VTH
.............................................(2.36)
R  R / s 2  X TH1X  2

Daya pada celah udara


TH2
diberikan oleh
:
3V2TH R / s
R

R
PAG = 3 I22 2
; PAG = 2
s R  2
 XTH X2
2 
TH   ..................(2.37)
2
Sedangkan torsi induksi pada rotor
PA 3V2TH R /
τind = ; τind = s
 X TH  X 2  
G 2
..............(2.38)
 TH  R
sync R 2
sync 2

2 

Gambar kurva torsi kecepatan (slip) pada motor induksi ditunjukkan

pada gambar 2.16

Gambar 2.16
Karakteristik torsi – slip pada motor induksi

Sedangkan kurva torsi - kecepatan motor induksi yang menunjukkan

kecepatan di luar daerah operasi normal ditunjukkan pada gambar 2.17

ga : Pengendalian Tegangan Motor Induksi Tiga Phasa Sebagai Generator (Misg) Pada
Perubahan Beban, 2008.
USU Repository © 2009
Rudianto Sina Setiap

Perubahan Be
USU Repositor
Gambar 2.17

Karakteristik torsi – putaran pada motor induksi


pada berbagai daerah operasi

Dari kedua kurva karakteristik torsi motor induksi di atas dapat diambil beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Torsi motor induksi akan bernilai nol pada saat kecepatan sinkron

2. kurva torsi – kecepatan mendekati linear di antara beban nol dan beban

penuh. Dalam daerah ini, tahanan rotor jauh lebih besar dari reaktansi

rotor, oleh karena itu arus rotor, medan magnet rotor, dan torsi induksi

meningkat secara linear dengan peningkatan slip.

3. Akan terdapat torsi maksimum yang tak mungkin akan dapat dilampaui.

Torsi ini disebut juga dengan pull – out torque atau break down torque,

yang besarnya 2 – 3 kali torsi beban penuh dari motor.

4. Torsi start pada motor sedikit lebih besar daripada torsi beban penuhnya,

oleh karena itu motor ini akan start dengan suatu beban tertentu yang

dapat disuplai pada daya penuh.

Rudianto Sinaga : Pengendalian Tegangan Motor Induksi Tiga Phasa Sebagai Generator (Misg) Pada Setiap
Perubahan Beban, 2008.
USU Repository © 2009
5. torsi pada motor akan memberikan harga slip yang bervariasi sebagai

harga kuadrat dari tegangan yang diberikan. Hal ini sangat penting dalam

membentuk pengaturan kecepatan dari motor.

6. jika rotor motor induksi digerakkan lebih cepat dari kecepatan sinkron,

kemudian arah dari torsi induksi di dalam mesin menjadi terbalik dan

mesin akan bekerja sebagai generator, yang mengkonversikan daya

mekanik menjadi daya elektrik.

7. jika motor induksi bergerak mundur relatif arah dari medan magnet, torsi

induksi mesin akan menghentikan mesin dengan sangat cepat dan akan

mencoba untuk berputar pada arah yang lain. Karena pembalikan arah

medan putar merupakan suatu aksi penyaklaran dua buah phasa stator,

maka cara seperti ini dapat digunakan sebagai suatu cara yang sangat

cepat untuk menghentikan motor induksi. Cara menghentikan motor

seperti ini disebut juga dengan plugging.

2.8 TORSI MAKSIMUM MOTOR INDUKSI

Karena torsi induksi bernilai τind = PAG/ωsync, maka torsi maksimum yang

mungkin terbentuk jika daya pada celah udara maksimum. Karena daya pada

celah udara sama dengan daya yang dikonsumsi oleh resistor R 2/s, torsi induksi

akan maksimum ketika daya yang dikonsumsi oleh resistor maksimum.


Transfer daya terhadap resistor R2/s akan maksimum jika magnitud dari

impedansi sama dengan magnitud dari impedansi sumber. Dari rangkaian

ekivalen Thevenin impedansi sumber dari rangkaian :

Zsource = RTH + jXTH + jX2........................................................(2.39)

Oleh karena itu transfer daya maksimum adalah :

R2
s  R2TH  X TH
X 2
2 .........................................(2.40)

atau slip pada saat torsi maksimum ;

R2 R2TH  X
smaks =.......................................................................................(2.41)
TH
X 2 2

Oleh karena itu slip dari rotor saat torsi maksimum secara langsung sebanding

dengan tahanan rotor. Sedangkan torsi maksimum dapat ditentukan sebagai

berikut :

3V 2TH ……….......(2.42)
 max 
2 R R2TH   X X 2
sync TH 
TH 2

Atau dengan secara rumus torsi maksimum dapat diturunkan sebagai berikut,

Pm
T= ω
r

Dengan : r = kecepatan sudut (mekanik) dari rotor.

Nr = Ns (1-s), sehingga diperoleh pula:

r = s (1-s)....................................................................................(2.43)
Bila dilihat torsi mekanik yang ditransfer pada rotornya (dengan memperrhatikan

gambar 2.9) akan diperoleh sebagai berikut.

Tg = 1 sE 2 2r2  s k..........................................(2.44)
s r
2
2
 (sX2 ) 2  s2 2

Dimana:

2
k = E2
 2 x2

r2
=
x2

Ttorsi start yang dibutuhkan pada motor induksi dapat dihitung dengan

memasukkan nilai s = 1 pada persamaan (2.44). Selanjutnya dengan

memperhatikan persamaan 2.30, torsi mekanik yang bermanfaat untuk memutar

rotor menjadi:

Tm 1 s (1  s)
P  Pg(1  s)  k.......................................................(2.45)
= s m
s22

dT
Torsi maksimum dicapai pada  0 , maka dari persamaan (2.44), maka
ds

diperoleh:

dT
ds   (s +  ) – s. (2s) = 0
2 2

s2 + 2 – 2 s2 = 0

s2 = 2

s =  (2.46)
Dari keadaan ini akan diperoleh torsi maksimum (Tmx) sebesar:

k 2
Tmx =  1/ 2k...................................................................(2.47)
2
2

Torsi maksimum (1/2k) tersebut dicapai pada slip positif (mesin bertindak

sebagai motor induksi) dan pada slip negatif (mesin bertindak sebagai generator

induksi).

2.8 EFFISIENSI MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

Effisiensi dari suatu motor induksi didefenisikan sebagai ukuran

keeffektifan motor induksi untuk mengubah energi listrik menjadi energi

mekanik yang dinyatakan sebagai perbandingan / rasio daya output ( keluaran )

dengan daya input ( masukan ), atau dapat juga dirumuskan dengan :

P Pout ...........................(2.48)
  Pout  x
in Pou  losses  100%
t PROT

Dari persamaan di atas dapat dilihat bahwa effisiensi motor tergantung

pada besarnya rugi – rugi. Pada dasarnya metode yang digunakan untuk

menentukan effisiensi motor induksi bergantung pada dua hal apakah motor itu

dapat dibebani secara penuh atau pembebanan simulasi yang harus digunakan.

Effisiensi dari motor induksi dapat diperoleh dengan melakukan

pengujian beban nol dan pengujian hubung singkat. Dari pengujian beban nol

akan diperoleh rugi – rugi rotasi yang terdiri dari rugi – rugi mekanik dan rugi –

rugi inti. Rugi – rugi tembaga stator tdk dapat diabaikan sekalipun motor
berbeban ringan ataupun tanpa beban. Persamaan yang dapat digunakan untuk

motor tiga phasa ini adalah :

Prot  3 V cos   3I 2R .........................................................(2.49)


l
I1 1 1

Dari ke dua rumus di atas dapat dinyatakan bahwa rugi – rugi daya =

total daya input – rugi tembaga stator. Situasi ini tepat karena rotor tidak dibebani

sewaktu sedang beroperasi sehingga slipnya sangat kecil oleh karena itu arus, dan

rugi – rugi tembaga rotor diabaikan.

Dari pengujian hubung singkat akan dihasilkan parameter rotor. Daya

total yang dialirkan ke motor sewaktu tegangan dikurangi selama pengujian ini,

didissipasikan dalam rugi – rugi tembaga stator dan rugi – rugi tembaga rotor.

2.9 DISAIN MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

Standard NEMA pada dasarnya mengkategorikan motor induksi ke

dalam empat kelas yakni disain A,B,C, dan D. Karakteristik torsi – kecepatannya

dapat dilihat pada gambar 2.18.


Gambar 2.18
Karakteristik torsi kecepatan motor induksi
Pada berbagai disain

 Kelas A : disain ini memiliki torsi start normal (150 – 170%) dari nilai

ratingnya) danarus start relatif tinggi. Torsi break down nya merupakan

yang paling tinggi dari semua disain NEMA. Motor ini mampu

menangani beban lebih dalam jumlah besar selama waktu yang singkat.

Slip < = 5%

 Kelas B : merupakan disain yang paling sering dijumpai di pasaran.

Motor ini memiliki torsi start yang normal seperti halnya disain kelas A,

akan tetapi motor ini memberikan arus start yang rendah. Torsi locked

rotor cukup baik untuk menstart berbagai beban yang dijumpai dalam

aplikasi industri. Slip motor ini < =5 %. Effisiensi dan faktor dayanya

pada saat berbeban penuh tinggi sehingga disain ini merupakan yang

paling populer. Aplikasinya dapat dijumpai pada pompa, kipas angin/ fan,

dan peralatan – peralatan mesin.

 Kelas C : memiliki torsi start lebih tinggi (200 % dari nilai ratingnya) dari

dua disain yang sebelumnya. Aplikasinya dijumpai pada beban – beban

seperti konveyor, mesin penghancur (crusher ), komperessor,dll. Operasi

dari motor ini mendekati kecepatan penuh tanpa overload dalam jumlah

besar. Arus startnya rendah, slipnya < = 5 %

 Kelas D : memiliki torsi start yang paling tinggi. Arus start dan kecepatan

beban penuhnya rendah. Memiliki nilai slip yang tinggi ( 5 -13 % ),


sehingga motor ini cocok untuk aplikasi dengan perubahan beban dan

perubahan kecepatan secara mendadak pada motor. Contoh aplikasinya :

elevator, crane, dan ekstraktor.

2.10 PENENTUAN PARAMETER MOTOR INDUKSI

Data yang diperlukan untuk menghitung performansi dari suatu motor

induksi dapat diperoleh dari hasil pengujian tanpa beban, pengujian rotor

tertahan, dan pengukuran tahanan dc lilitan stator.

2.11.1 Pengujian Tanpa Beban ( No Load Test )

Pengujian tanpa beban pada motor induksi akan memberikan keterangan

berupa besarnya arus magnetisasi dan rugi – rugi tanpa beban. Biasanya

pengujian tersebut dilakukan pada frekuensi yang diizinkan dan dengan tegangan

tiga phasa dalam keadaan setimbang yang diberikan pada terminal stator.

Pembacaan diambil pada tegangan yang diizinkan setelah motor bekerja cukup

lama, agar bagian – bagian yang bergerak mengalami pelumasan

sebagaimanamestinya. Rugi – rugi rotasional keseluruhan pada frekuensi dan

tegangan yang diizinkan pada waktu dibebani biasanya dianggap konstan dan

sama dengan rugi – rugi tanpa beban.

Pada keadaan tanpa beban, besarnya arus rotor sangat kecil dan hanya

diperlukan untuk menghasilkan torsi yang cukup untuk mengatasi rugi-rugi yang

ada di stator. Karenanya rugi – rugi I 2R tanpa beban cukup kecil dan dapat

diabaikan. Pada transformator rugi – rugi I2R primernya tanpa beban dapat

diabaikan, akan tetapi rugi – rugi stator tanpa beban motor induksi besarnya
cukup berarti karena arus magnetisasinya lebih besar. Besarnya rugi – rugi

rotasional PR pada keadaan kerja normal adalah :

PROT = Pnl – 3 I2nl R1...........................................................(2.50)

Dimana Pnl = daya input tiga phasa

Inl = arus tanpa beban tiap phasa ( A )

R1 = tahanan stator tiap phasa ( ohm )

Karena slip pada keadaaan tanpa beban sangat kecil, maka akan

mengakibatkan tahanan rotor R2/s sangat besar. Sehingga cabang paralel rotor

dan cabang magnetisasi menjadi jXM di shunt dengan suatu tahanan yang sangat

besar, dan besarnya reaktansi cabang paralel karenanya sangat mendekati X M.

Sehingga besar reaktansi yang tampak Xnl yang diukur pada terminal stator pada

keadaan tanpa beban sangat mendekati X1 + XM, yang merupakan reaktansi

sendiri dari stator, sehingga

Xnl = X1 + XM............................................................... (2.51)

Maka besarnya reaktansi diri stator, dapat ditentukan dari pambacaan alat ukur

pada keadaan tanpa beban. Untuk mesin tiga phasa yang terhubung Y besarnya

impedansi tanpa beban Znl/ phasa :

Vnl 3Inl
Znl =................................................................................(2.52)

Di mana Vnl merupakan tegangan line, pada pengujian tanpa beban.

Besarnya tahanan pada pengujian tanpa beban Rnl adalah :

Rnl = Pnl
......................................................................(2.53)
3
I2nl
Pnl merupakan suplai daya tiga phasa pada keadaan tanpa beban, maka besar

reaktansi tanpa beban

Xnl =................................................................................(2.54)
Z 2nl  R2 nl

sewaktu pengujian beban nol, maka rangkaian ekivalen motor induksi seperti
gambar 2.19

Gambar 2.19 rangkaian ekivalen motor induksi pada percobaan beban nol

2.11.2 Pengujian tahanan stator ( DC test )

Untuk menentukan besarnya tahanan stator R1 dilakukan dengan test

DC. Pada dasarnya tegangan DC diberikan pada belitan stator motor induksi.

Karena arus yang disuplai adalah arus DC, maka tidak terdapat tegangan yang

diinduksikan pada rangkaian rotor sehingga tidak ada arus yang mengalir pada

rotor. Dalam keadaan demikian, reaktansi dari motor juga bernilai nol, oleh

karena itu, yang membatasi arus pada motor hanya tahanan stator.

Untuk melakukan pengujian ini, arus pada belitan stator diatur pada nilai

rated, yang mana hal ini bertujuan untuk memanaskan belitan stator pada

temperatur yang

sama selama operasi normal. Apabila tahanan stator dihubung Y, maka

besar tahanan stator/ phasa adalah :

R1 
VDC
.........................................................................................( 2.55 )
2I DC
Bila stator dihubung delta, maka besar tahanan stator,
3 VDC.............................................................................................................................................................
R  ( 2.56 )
1
2 DC
I
Dengan diketahuinya nilai dari R1, rugi – rugi tembaga stator pada beban

nol dapat ditentukan, dan rugi – rugi rotasional dapat ditentukan sebagai selisih

dari daya input pada beban nol dan rugi – rugi tembaga stator. Gambar 3.4

menunjukkan salah satu bentuk pengujian DC pada stator motor induksi yang

terhubung Y.

Gambar 2.20 rangkaian pengukuran untuk test DC

2.11.3. Pengujian Rotor Tertahan ( Block Rotor Test )

Pengujian ini bertujuan untuk menentukan parameter – parameter motor

induksi, dan biasa juga disebut dengan locked rotor test. Pada pengujian ini rotor

dikunci/ ditahan sehingga tidak berputar.

Untuk melakukan pengujian ini, tegangan AC disuplai ke stator dan arus

yang mengalir diatur mendekati beban penuh. Ketika arus telah menunjukkan

nilai beban penuhnya, maka tegangan, arus, dan daya yang mengalir ke motor

diukur.

Rangkaian ekivalen untuk pengujian ini ada pada gambar 2.21

Rudianto Sinaga : Pengendalian Tegangan Motor Induksi Tiga Phasa Sebagai Generator (Misg) Pad a Setiap
Perubah an Beban, 2008.
USU Repository © 2009
Gambar 2.21 rangkaian ekivalen motor induksi pada percobaan block rotor test

Saat pengujian ini berlangsung s = 1 dan tahanan rotor R2/s = R2.

Karena nilai R2 dan X2 begitu kecil, maka arus input akan seluruhnya mengalir

melalui tahanan dan reaktansi tersebut. Oleh karena itu, kondisi sirkit pada saat

ini terlihat seperti kombinasi seri X1, R1, X2, dan R2. Sesudah tegangan dan

frekuensi diatur, arus yang mengalir pada motor diatur dengan cepat, sehingga

tidak timbul kenaikan temperatur pada rotor dengan cepat. Daya input yang

diberikan kepada motor

Pin  3 VT I L cos ( 2.57 )

VT = tegangan line pada saat pengujian berlansung

IL = arus line pada saat pengujian berlangsung

ZBR  V
................................................................................( 2.58 )
3 IL
T

ZBR = impedansi hubung singkat

ZBR = RBR + jX’BR

= ZBR cos θ + j ZBR sin θ.......................................................( 2.59 )

Tahanan block rotor :

RBR = R1 + R2...............................................................................( 2.60 )

Rudianto Sinaga : Pengendalian Tegangan Motor Induksi Tiga Phasa Sebagai Generator (Misg) Pada Setiap
Perubahan Beban, 2008.
USU Repository © 2009
Sedangkan reaktansi block rotor X’BR = X1’ + X2’

Rudianto Sinaga : Pengendalian Tegangan Motor Induksi Tiga Phasa Sebagai Generator (Misg) Pada Setiap
Perubahan Beban, 2008.
USU Repository © 2009
X1’ + X2’ adalah reaktansi stator dan rotor pada frekuensi pengujian

R2 = RBR – R1................................................................................ ( 2.61 )

Nilai dari R1 ditentukan dari test DC. Karena reaktansi berbanding langsung

dengan frekuensi, maka reaktansi ekivalen total ( X BR ) pada saat frekuensi

operasi normal

XBR f .rated  X1  X2 ....................................................( 2.62 )


 f .test x X'BR

Untuk memisahkan harga X1 dan X2, maka dapat digunakan tabel 1

Tabel 1. distibusi reaktansi X1 dan X2 pada berbagai disain motor induksi

Disain kelas motor X1 X2

A 0,5 XBR 0,5 XBR

B 0,4 XBR 0,6 XBR

C 0,3 XBR 0,7 XBR

D 0,5 XBR 0,5 XBR

Rotor belitan 0,5 XBR 0,5 XBR


BAB III

MOTOR INDUKSI TIGA PHASA SEBAGAI GENERATOR (MISG)

3.1 UMUM

Motor induksi tiga phasa merupakan motor yang banyak digunakan baik

di industri rumah tangga maupun industri skala besar. Hal ini dikarenakan

konstruksi motor induksi yang kuat, murah, sederhana serta tidak membutuhkan

perawatan yang sangat banyak.

Secara umum konstruksi motor induksi sama dengan generator induksi,

hanya saja generator induksi memerlukan adanya prime over sebagai penggerak.

Oleh karena itu motor induksi tiga phasa dapat dioperasikan sebagai generator

dengan cara memutar rotor pada kecepatan di atas kecepatan medan putar,

sehingga menghasilkan slip (s) negative. Untuk menjadikan motor induksi

sebagai generator maka mesin ini membutuhkan daya reaktif untuk

membangkitkan arus eksitasi. Dengan cara ini maka motor listrik tiga phasa dapat

dioperasikan sebagai generator satu phasa maupun tiga phasa.

Motor induksi sebagai generator banyak diterapkan pada Pembangkit

Listrik Tenaga Mikrohidro yang bekerja secara sendiri (stand alone operating).

Mesin ini dipilih sebagai alternatif pembangkit tenaga listrik karena tidak banyak

membutuhkan perawatan seperti mesin sinkron dan tidak membutuhkan bahan


bakar pada saat diaplikasikan di lapangan, tapi cukup bergantung pada sumber

energi terbarukan seperti air, angin, dll untuk sebagai prime over.

3.1.1 SLIP

Slip adalah nilai suatu dari perbedaan antara frekuensi listrik (rotasi dari

medan magnet internal dengan frekuensi gerak (rotasi dari rotor) pada mesin

listrik. Selisih antara kecepatan rotor dengan kecepatan sinkron disebut slip (s).

Slip dapat dinyatakan dalam putaran setiap menit, tetapi lebih umum dinyatakan

sebagai persen dari kecepatan sinkron.

Slip (s) = ns  nr 100%......................................(3.1)


ns

dimana n  kecepatan rotor


r
:

ns  kecepatan sinkron

Apabila nr < ns, (0<s<1), kecepatan dibawah sinkron akan menghasilkan

kopel, rotor dijalankan dengan mempercepat rotasi medan magnet, tenaga listrik

diubah ke tenaga gerak (daerah motor).

bila nr = ns, (s = 0), tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak akan mengalir

pada kumparan rotor, sehingga tidak akan dihasilkan kopel.

bila nr > ns, (s < 0), kecepatan di atas sinkron, rotor dipaksa berputar lebih cepat

daripada medan magnet. Tenaga gerak diubah ke tenaga listrik (daerah

generator).

s = 1, rotor ditahan, tidak ada transfer tenaga.


s > 1, kecepatan terbalik, rotor dipaksa bekerja melawan medan magnet (daerah

pengereman)

3.1.2 Frekuensi Rotor

Ketika rotor masih dalam keadaan diam, dimana frekuensi arus pada rotor

sama seperti frekuensi masukan ( sumber ). Tetapi ketika rotor akan berputar,

maka frekuensi rotor akan bergantung kepada kecepatan relatif atau bergantung

terhadap besarnya slip. Untuk besar slip tertentu, maka frekuensi rotor sebesar

f ' yaitu,

120 f ' 120 f


ns  nr = , diketahui bahwa n =
P s
p
Dengan membagikan dengan salah satu, maka didapatkan :

f' nn

f  s
s r
ns

Maka f ' = sf ( Hz )....................................................................(3.2)

Telah diketahui bahwa arus rotor bergantung terhadap frekuensi rotor f ' =

sf dan ketika arus ini mengalir pada masing – masing phasa di belitan rotor,

akan memberikan reaksi medan magnet. Biasanya medan magnet pada rotor akan

menghasilkan medan magnet yang berputar yang besarnya bergantung atau relatif

terhadap putaran rotor sebesar sns .

Pada keadaan tertentu, arus rotor dan arus stator menghasilkan distribusi

medan magnet yang sinusoidal dimana medan magnet ini memiliki magnitud
yang konstan dan kecepatan medan putar ns yang konstan. Kedua Hal ini
merupakan medan magnetik yang berputar secara sinkron. Kenyataannya tidak

seperti ini karena pada stator akan ada arus magnetisasi pada kumparannya.

3.1.3 EFISIENSI

Sama halnya dengan mesin-mesin listrik yang lain, pada motor induksi

sebagai generator rugi-rugi terdiri dari rugi-rugi tetap dan rugi-rugi variabel. Pada

kondisi beban nol daya outputnya sama dengan nol, sehingga effisiensi bernilai

nol. Apabila motor induksi berbeban ringan, maka rugi-rugi tetap akan lebih

besar jika dibandingkan terhadap outputnya, sehingga effisiensinya rendah. Jika

beban meningkat, maka effisiensinya juga akan meningkat dan akan menjadi

maksimum sewaktu rugi-rugi variabel sama dengan rugi-rugi inti. Effisiensi

maksimum terjadi saat 80 hingga 95 persen dari rated output. Jika beban

ditingkatkan secara terus-menerus hingga melampaui effesiensi maksimumnya

rugi-rugi beban akan meningkat dengan sangat cepat daripada outputnya,

sehingga effisiensi menurun.

3.1.4 KAPASITOR

Kapasitor adalah suatu peralatan listrik untuk menyimpan muatan listrik.

Konstruksi kapasitor pada umumnya terdiri dari dua buah konduktor yang

berdekatan namun dipisahkan oleh bahan elektrik.

Kapasitansi kapasitor (C) adalah suatu kemampuan kapasitor untuk menyimpan

muatan.
∆Q = V.I.......................................................................................(3.3)
V
= V.
Xc

V2
= ……, Xc 1
= 2f
Xc C

∆Q = V2.2 Л f C............................................................................(3.4)

Q
C =
V 2 2f ………………………………………………….…(3.5)

3.1.4.1 Kapasitor Hubungan Delta (∆)

Apabila dihubungkan dengan hubungan delta (∆) maka besar kapasitansi

kapasitor adalah:

C∆ perphasa Q
…………………………………………(3.6)
3v 2
2f
=

3.1.4.2 Kapasitor Hubungan Wye (Y)

Apabila dihubungkan dengan hubungan bintang (Υ) maka besar kapasitansi

kapasitor adalah:

CY perphasa =
……………………………………………..(3.7)
Q

V 2 2f
3.2 SYARAT-SYARAT MOTOR INDUKSI SEBAGAI GENERATOR

Motor induksi tiga phasa dapat dioperasikan sebagai generator dengan

cara memutar rotor pada kecepatan di atas kecepatan medan putar (nr>ns) dan

atau mesin bekerja pada slip negatip (s<0).

120
ns = ……………………………(3.8)
f
p

Dengan ns: Kecepatan medan putar,rpm

f : Frekuensi sumber daya,Hz

p : Jumlah kutub motor induksi.

Sehingga ;

s = .100% , nr>ns...............(3.9)
nsnr
Dengan s: slip ns

ns: Kecepatan medan putar, rpm

nr: Kecepatan putar rotor, rpm

Karena Motor Induksi Sebagai Generator (MISG) ini bekerja stand alone

maka mesin ini memerlukan kapasitor untuk membangkitkan arus eksitasi.


Fungsi pemasangan kapasitor pada Motor Induksi Sebagai Generator (MISG)

beroperasi sendiri ini adalah untuk menyediakan daya reaktif.

3.3 PRINSIP KERJA MOTOR INDUKSI TIGA PHASA SEBAGAI

GENERATOR

PTDC 2
PTAC1

Saklar 1

Saklar 4
PTDC A2
Sumber v1 B
pengaman A3
Tegangan -MCB R R E
Dari -Sekering R B
PLN
1
M dc M ind A1
A
nr > ns N
Saklar 3
Saklar 2

C KLRST

Gambar 3.1. Prinsip kerja Motor induksi Sebagai Generator

Pada mesin induksi tidak terdapat hubungan listrik antara stator dengan

rotor, karena arus pada rotor merupakan arus induksi. Jika belitan stator diberi

tegangan tiga phasa, maka pada stator akan dihasilkan arus tiga phasa, arus ini

kemudian akan menghasilkan medan magnet yang berputar dengan kecepatan

sinkron (ns) dan kemudian akan melakukan pengisian muatan ke kapasitor (C)

yang dipasang parallel dengan stator yang tujuannya untuk mensuplai tegangan
ke stator nanti untuk mempertahankan kecepatan sinkron (ns) motor induksi pada

saat dilakukan pelepasan sumber tegangan tiga phasa pada stator .

Mesin dc sebagai prime over yang dikopel dengan mesin induksi diputar

secara perlahan memutar rotor mesin induksi hingga mencapai putaran

sinkronnya (nr = ns). Saklar sumber tegangan tiga phasa untuk stator dilepas, dan

kapasitor yang sudah dicharge akan bekerja dan akan mempertahankan besar ns.

Motor dc diputar hingga melewati kecepatan putaran sinkronnya mesin induksi

(nr>ns), sehingga slip yang timbul antara putaran rotor dan putaran medan

magnet menghasilkan slip negatip (s<0) dan akan menghasilkan tegangan

sehingga motor induksi akan berubah fungsi menjadi generator induksi.

Gambar 3.2. Karakteristik torsi-kecepatan mesin induksi.


Dari kurva karakteristik antara kecepatan dan kopel motor induksi dapat

dilihat, jika sebuah motor induksi dikendalikan agar kecepatannya lebih besar

daripada kecepatan sinkron oleh penggerak mula, maka arah kopel yang

terinduksi akan terbalik dan akan beroperasi sebagai generator. Semakin besar

kopel pada penggerak mula, maka akan membesar pula daya listrik yang

dihasilkan. Pada gambar karakteristik diatas generator mulai menghasilkan

tegangan pada saat putaran rotor (nr) sedikit lebih cepat dari putaran sinkron (ns)

mesin induksi tersebut.

Pada motor induksi yang dioperasikan sebagai generator tidak terdapat

pengatur tegangan seperti governor pada generator sinkron. Oleh karena itu

tegangan keluaran sangat dipengaruhi oleh beban dan nilai kapasitor.

Karena perubahan beban adalah kewenangan konsumen dan di luar kendali

produsen tenaga listrik, maka salah satu alternative untuk mengendalikan

tegangan adalah dengan mengatur beban (output) generator. Dalam hal ini adalah

dengan membuat beban penyeimbang.

Prinsip kerja beban penyeimbang adalah dengan cara menjaga agar generator

induksi selalu bekerja pada beban yang relative konstan.


MCB

KELOMPOK BEBAN 1
1/5 FULL LOAD

KELOMPOK BEBAN 2
1/5 FULL LOAD

MISG
AC
KELOMPOK BEBAN 3
1/5 FULL LOAD

K3
K K KONTAKTOR
1 2
K1 K2
K3

R2
R1

R3

BEBAN
PENYEIMBANG

Gambar 3.3. Penelitian Untaian Dasar Pengendali Tegangan

Beban generator induksi dibagi dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu:

1 Beban konsumen yang merupakan wewenang konsumen dan diluar

kendali pihak produsen tenaga listrik

2 beban peneimbang yang dapat distel sesuai dengan peubahan beban

konsumen sehingga beban total yang dirasakan oleh generator relative

konstan.
3.4 KEUNTUNGAN MOTOR INDUKSI SEBAGAI GENERATOR

Dalam kenyataan aplikasinya di lapangan, motor induksi tiga phasa

sebagai generator memiliki beberapa keuntungan dan juga beberapa

ketidakuntungan.

Dalam masa yang akan datang diperkirakan motor induksi sebagai generator ini

akan segera dihubungkan ke sistem jaringan listrik untuk menyuplai beban

konsumen. Disamping karena kebutuhan konsumen akan listrik yang semakin

lama semakin meningkat, ada beberapa alasan lain yang mengakibatkan hal ini

akan segera terwujud.

Beberapa Keuntungan Motor Induksi Sebagai Generator

1. Konstruksinya simpel dan kokoh

2. Harga murah dan mudah perawatannya, serta banyak tersedia di pasaran.

3. Dapat digunakan dalam semua kategori daya.

4. Tidak membutuhkan penguatan dc

5. Tidak membutuhkan sinkronisasi ketika diparallel dengan system.

6. Tidak mengkonsumsi bahan bakar untuk pembangkitan listrik tetapi

memerlukan sumber energi terbarukan seperti angin dan air.

7. Modal investasi masih jarang dan sistem perencanaannya

sangat sederhana.
Beberapa ketidakuntungan Motor Induksi Sebagai Generator

1. Membutuhkan peralatan luar yaitu kapasitor untuk membangkitkan

arus eksitasi.

2. Effisiensi berkurang.

3. Kehilangan magnetisasi sisa dalam hubung singkat atau beban lebih

akan mengakibatkan kehilangan kapasitas start sendiri.

4. Karakteristik perubahan daya sangat sensitif terhadap tegangan,

sehingga bisa mengganggu kontinutas pelayanan daya listrik dari

generator induksi tersebut.


BAB IV

ANALISA PENGENDALIAN TEGANGAN PADA

MOTOR INDUKSI TIGA PHASA SEBAGAI GENERATOR

4.1 UMUM

Untuk dapat melihat bagaimana perubahan tegangan pada motor induksi

tiga phasa sebagai generator akibat setiap penambahan beban, maka diperlukan

suatu percobaan pengendalian tegangan motor induksi tiga phasa sebagai

generator yang dilakukan di Laboratorium Konversi Energi listrik.

Pada percobaan ini, interval tegangan dengan menggunakan pengendali

dibatasi menurut Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000)

No.4.2.3.1, yang mengatakan bahwa susut tegangan antara terminal konsumen

dan sembarang titik dari instalasi tidak boleh melebihi atau tidak kurang dari 5%

dari tegangan pengenal pada terminal konsumen ( ±5% + 220 Volt). Jadi

tegangan yang diijinkan yang akan digunakan adalah berkisar 209 volt s/d 231

volt. Percobaan ini dilakukan pada saat setimbang, dimana beban lampu yang

dihubung wye (Y) pada masing-masing phasa setimbang sehingga pengukuran

dapat dilakukan dengan mudah.

4.2 PERALATAN YANG DIGUNAKAN

1. Motor induksi tiga phasa (berfungsi sebagai generator).


Tipe : rotor sangkar tupai

Spesifikasi : - AEG Typ B AL 90 LA - 4

- Δ / Y 220/ 380 V ; 6,3 / 3,6 A

- 1,5 Kw, cos φ 0,82

- 1415 rpm, 50 Hz

- Kelas isolasi : B

3. Mesin DC (berfungsi sebagai prime

over) Spesifikasi: - G-GEN Typ G1 110/ 140

- 220V

- Arus Jangkar 9,1 A

- Arus Medan 0,64 A

- 2Kw

- 1500 rpm, 50 Hz

- Kelas Isolasi B

4. Ampermeter

5. Voltmeter

6. wattmeter

7. Beban lampu pijar

8. Tahanan geser

9. Power Supply AC 3 phasa (PTAC)

10. Power Supply DC (PTDC)

11. Timbangan torsi


12. Tachometer

4.3 Penentuan Besar kapasitor

Besarnya nilai kapasitor yang diperlukan oleh generator adalah sebagai

berikut:

 Apabila kapasitor dirangkai pada motor induksi sebagai generator

dengan hubungan delta (∆),

P Nom = 1,5 Kw

ηm = 0,8

Cos Ø=0,8, Ø=36,8o


1,5Kw
P Input =
0,8

= 1,9 Kw

Daya reaktif yang dibutuhkan untuk mesin adalah :

Pada saat menjadi motor ;

Qm = P1 tan Ø

= 1.9 tan 36,8o

= 1,5 Kvar

Pada saat menjadi generator ;

Qg = P2 tan Ø

= 1,5 tan 36,8

= 1,12 Kvar

Maka Qt = Qm + Qg

= 1,5 Kvar + 1,12 Kvar


= 2,62 Kvar

Q
C∆ perphasa
3v 2 2f
=
2,62K var
3.380.2 314
C ∆1phasa

= 19,3 μF

Maka besar kapasitansi kapasitor (C) yang dibutuhkan tiap phasa pada hubungan

delta adalah 20 μF.

4.4 Percobaan Motor Induksi Tiga Phasa Sebagai Generator Pada Setiap

Perubahan Beban Dengan Pengendali dan tanpa Pengendali

Tegangan

4.4.1 Percobaan Motor Induksi Sebagai Generator

1. Rangkaian percobaan motor induksi sebagai generator

PTDC 2
PTAC1

Saklar 1

Saklar 4

R
P A2
Sumber T B
pengaman A3 v1
Tegangan
-MCB
D R E
Dari -Sekering C R B
PLN
1
M dc M ind A1
A
nr > ns N
Saklar 3
Saklar 2

C KLRST
Gambar 4.1 Rangkaian percobaan motor induksi tiga phasa sebagai generator.
2. Prosedur percobaan motor induksi sebagai generator

a. Motor induksi dikopel dengan motor DC, kemudian rangkaian

pengukuran disusun seperti gambar 4.1

b. Seluruh switch dalam keadaan terbuka dan pengatur tegangan dalam

posisi minimum, sedangkan posisi beban minimum.

c. Switch S1 ditutup, pengatur PTAC1 dinaikkan sampai dengan

tegangan nantinya 380 Volt.

d. PTDC2 diatur sehingga penunjukan amperemeter A3 mencapai

harga arus penguat nominal motor DC.

e. Switch S4 ditutup, pengatur PTDC1 dinaikkan hingga putaran motor

dc sama dengan putaran sinkron motor induksi (nr = ns).

Hal ini dilakukan bersamaan secara perlahan untuk mengimbangi

putaran rotor mesin induksi, sehingga tidak ada pembalikan energi

f. Switch S2 ditutup, hingga kapasitor mencharge dengan sendirinya.

Hal ini dibiarkan hingga beberapa menit.

g. Pengatur PTAC1 diturunkan dan Switch S1 dilepas, sehingga yang

bekerja menyuplai daya ke motor induksi adalah kapasitor.

h. Kecepatan putaran motor dc dinaikkan hingga melewati putaran

sinkron motor induksi ( nr>ns ).

i. Switch S3 ditutup.

j. Tegangan yang dihasilkan diatur hingga sesuai dengan yang

diinginkan hingga pada beban maksimum.


3. Data hasil pengukuran

120 f
ns =
p

120.50
=
4

=1500 rpm

Ns Nr s Vout (L-L) Pmax

1500 1530 -0,02 370 900Watt

Table.2.Data percobaan motor induksi sebagai generator

4.4.2 Percobaan Motor Induksi Tiga Phasa Sebagai Generator Dengan

Pengendali dan Tanpa Pengendali Tegangan

1. Rangkaian percobaan

MCB

KELOMPOK BEBAN 1
1/3 FULL LOAD

KELOMPOK BEBAN 2
1/3 FULL LOAD

MISG
AC
KELOMPOK BEBAN 3
1/3 FULL LOAD

K3

KONTAKTOR
K K
K1 K2
K3

R2
R1

R3

BEBAN
PENYEIMBANG
Gambar 4.2 Rangkaian percobaan perubahan tegangan motor induksi tiga phasa sebagai generator
dengan menggunakan pengendal

Setelah motor induksi bekerja sebagai generator maka setiap perubahan

beban akan mempengaruhi besar tegangan sehingga akan mengganggu ke sumber

daya listrik. Maka untuk mengantisipasi hal ini digunakan pengendalian tegangan

melalui tahanan penyeimbang dalam hal ini adalah dengan menggunakan tahanan

geser.

Tahanan geser diatur untuk menggantikan daya yang hilang pada kelompok

beban dan percobaan ini dilakukan pada saat setimbang.

2. Prosedur percobaan

A. Dengan Menggunakan Penyeimbang

a. Sebelumnya tahanan beban diusahakan sama dengan dengan

tahanan geser.

b. Motor induksi tiga phasa dijalankan sebagai generator seperti

percobaan 4.4.1 di atas.

c. Seluruh switch pada beban dalam keadaan tertutup dan seluruh

switch yang berada pada tahanan geser dalam keadaan terbuka.

Generator menyuplai daya hanya pada beban lampu yang berada

dalam posisi maksimum.

d. Konsumsi daya pada sisi konsumen dikurangi 150 w, digantikan

oleh pengaturan tahanan geser hingga daya yang diserap tahanan


geser sama dengan daya yang dilepas dari sisi konsumen sesuai

dengan penunjukan wattmeter. Hal ini dilakukan untuk mengalihkan

daya dari kelompok beban ke tahanan geser.

e. Konsumsi daya pada sisi konsumen dikurangi 150 w lagi, digantikan

oleh pengaturan tahanan geser hingga daya yang diserap tahanan

geser sama juga dengan daya yang dilepas dari sisi konsumen.

f. Setiap penunjukan alat ukur dicatat.

g. Hal ini dilakukan hingga beberapa kali hingga saklar beban

minimum dan saklar tahanan geser maksimum.

3. Data hasil pengukuran

ns rpm nr rpm s P beban(W) P kendali(W) Vout (L-N)

1500 1530 -0,02 900 - 210

1500 1535 -0,023 750 150 213

1500 1540 -0,026 600 300 220

1500 1545 -0,03 450 450 225

1500 1560 -0,04 300 600 229

Tabel 3. Data percobaan motor induksi sebagai generator dengan menggunakan pengendali

B. Tanpa Menggunakan Beban Penyeimbang

a. Untuk melihat perubahan tegangan motor induksi tiga phasa tanpa

pengendali maka seluruh switch pada beban dalam keadaan tertutup

dan seluruh switch yang berada pada tahanan geser dalam keadaan
terbuka. Generator menyuplai daya hanya untuk beban lampu yang

berada dalam posisi maksimum.

b. Konsumsi daya pada sisi konsumen dikurangi 150 w dari dari daya

maksimum.

c. Hal ini dilakukan terus-menerus hingga daya pada beban konsumen

minimum.

d. setiap perubahan beban dan tegangan dicatat.

e. Percobaan selesai.

4. Data hasil pengukuran

ns rpm nr rpm s P Out(Watt) Vout (L-N)

1500 1530 -0,02 900 210

1500 1545 -0,03 750 225

1500 1563 -0,042 600 240

1500 1565 -0,05 450 265

1500 1600 -0.06 300 300

Tabel 4. Data percobaan motor induksi sebagai generator dengan tanpa menggunakan pengendali

4.5 Analisa Pengendalian Tegangan Motor Induksi Tiga Phasa Sebagai

Generator

4.5.1 Dengan Menggunakan Pengendali


 Effisiensi pada saat menggunakan pengendali

: Pin=1500 watt
Pout
η= . 100 %
Pin
900
= . 100 %
1500

= 60%

Gambar4.3 Grafik karakteristik Pbeban Vs tegangan dengan menggunakan pengendali

Kurva karakteristik beban terhadap tegangan diatas


menggambarkan apabila beban (daya) berubah setiap saat memiliki tegangan
yang hampir konstan yaitu sekitar 210 volt-229 volt, hal ini diakibatkan karena
adanya beban penyeimbang yang menjaga kestabilan tegangan tersebut.

Besarnya persentase susut tegangan yang terjadi pada saat menggunakan


pengendali adalah:
Persentase susut tegangan 229v  220V
220v . 100 %
=
= 4,1 %
Dari besar perhitungan persentase susut tegangan diatas disimpulkan bahwa
tegangan yang ditimbulkan motor induksi sebagai generator dengan
menggunakan pengendali masih aman dikonsumsi oleh peralatan listrik rumah
tangga sesuai dengan syarat PUIL 2000 no.4231 yaitu toleransi tegangan untuk
peralatan listrik diberi ± 5% .

 Perhitungan Besar Resistansi Tahanan Pengganti Pada Saat

Menggunakan Pengendalian Tegangan

 Pada saat daya beban konsumen (P)=900watt

Daya penyeimbang=0

 Pada saat daya beban konsumen (P)=750watt

Daya penyeimbang perphasa=150w/3=50

watt
P
I=
Vo

50watt
I= 213

= 0,235Amp

Maka tahanan pengganti yang dibutuhkan perphasa adalah:

P = I2R

50watt
R = 0,2352
= 882 Ω
 Pada saat daya beban konsumen (P)=600watt

Daya penyeimbang perphasa=300w/3=100

watt
P
I=
Vo

100watt
I= 215v

= 0,465Amp

Maka tahanan pengganti yang dibutuhkan perphasa adalah:

P = I2R

100watt
R = 0,4652

= 462 Ω

 Pada saat daya beban konsumen (P)=450watt

Daya penyeimbang perphasa=450w/3=150

watt
P
I=
Vo

150watt
I= 220v

= 0,68Amp
Maka tahanan pengganti yang dibutuhkan perphasa adalah:

P = I2R
150watt
R = 0,682

= 322 Ω

 Pada saat daya beban konsumen (P)=300watt

Daya penyeimbang perphasa=600w/3=200

watt
P
I=
Vo

200watt
I= 225v

= 0,888Amp

Maka tahanan pengganti yang dibutuhkan perphasa adalah:

P = I2R

200watt
R = 0,8882

=252 Ω

4.5.2 Tanpa Menggunakan Pengendali

 Effisiensi tanpa menggunakan

pengendali Pin=1500 watt

Pout (Watt) η

900 0,6

750 0,5

600 0,4
450 0,3
300 0,2

Tabel.5. Data effisiensi terhadap perubahan daya.

Apabila daya keluaran (P Output) pada generator induksi berkurang


maka effisiensinya juga berkurang.

Besarnya persentase susut tegangan yang terjadi pada saat tanpa pengendali
adalah:

Persentase susut tegangan = 300v  220v


220v . 100 %

= 36 %

Gbr 4.4 Grafik karakteristik P beban Vs Vout tanpa menggunakan pengendali tegangan

Kurva karakteristik beban terhadap tegangan diatas menggambarkan apabila daya


berubah setiap saat mengakibatkan kenaikan tegangan yang sangat jauh yaitu
sekitar 210 volt-300 volt dengan susut tegangan 36%. Jika hal ini terjadi pada
pihak konsumen maka akan dapat merusak peralatan listrik yang dipergunakan.
BAB V

PENUTU

5.1 KESIMPULAN

1. Dilihat dari grafik analisa karakteristik, bahwa apabila tanpa pengendali

tegangan setiap perubahan beban pada motor induksi tiga phasa sebagai

generator akan sangat berpengaruh pada tegangan, tetapi dengan

menggunakan pengendali tegangan yaitu dengan menggunakan beban

penyeimbang, perubahan tegangan sangat kecil apabila ada perubahan beban

pada sisi konsumen sehingga kontinuitas penyaluran daya oleh generator

tidak terganggu.

2. Digunakan sebagai alternatif pembangkit energi listrik terutama di daerah

terpencil (pedesaan) karena untuk penggerak mula digantikan oleh tenaga

angin atau air sungai yang berpotensial untuk membangkitkan tenaga listrik

seperti pada PLT Angin dan PLTMh.

3. Dengan menggunakan teknologi IGC (Induction Generator Controller) yang

dapat menyensor tegangan pada sisi konsumen, pengaturan beban

penyeimbang dapat dilakukan di sisi produsen listrik.


5.2 SARAN

1. Pengendali tegangan pada motor induksi dapat dilakukan pada motor induksi

satu phasa sebagai generator untuk analisa selanjutnya.

2. Untuk penyempurnaan tugas akhir ini, sebaiknya dilakukan penelitian

pengendalian tegangan motor induksi tiga phasa melalui pengaturan

kapasitor.
DAFTAR PUSTAKA

1. Bimbra,P.S,”Electrical Machinery”, Khanna Publisher, India, 1979

2. Chapman Stephen J, “Electric Machinery Fundamentals”,Third Edition

Mc Graw Hill Companies, New York, 1999.

3. Lister, Eugene C. & Golding, Michael R., “Electric Circuits and

Machines”, First Canadian Edition, Canada, McGraw-Hill Ryerson

Limited, 1987.

4. Monition L, Le Nir M & Roux J, “Micro Hydroelectric Power Stations”,

Paris, John Wiley & Sons Ltd ,1984

5. Theraja, B.L. & Theraja, A.K., “A Text Book of Electrical Technology”,

New Delhi, S.Chand and Company Ltd., 2001.

6. Wijaya Mochtar,”Dasar-dasar Mesin Listrik”, Penerbit Djambatan,

Jakarta, 2001.

7. www.cdw3wd.com/ village electrification


LAMPIRAN

DATA HASIL PERCOBAAN LABORATORIUM KONVERSI FT-USU

A.Percobaan Motor Induksi Tiga Phasa Sebagai Generator

120 f
ns =
p

120.50
=
4

=1500 rpm

ns nr s Vout (L-L) Pmax

1500 1530 -0,02 370 900Watt

B. Percobaan Motor Induksi Tiga Phasa Sebagai Generator Dengan Pengendali

dan Tanpa Pengendali Tegangan

1.Dengan Menggunakan Pengendali

ns rpm nr rpm s P beban (W) P kendali (W) Vout(L-N)

1500 1530 -0,02 900 - 210

1500 1535 -0,023 750 150 213


1500 1540 -0,026 600 300 220

1500 1545 -0,03 450 450 225

1500 1560 -0,04 300 600 229

2.Tanpa Menggunakan Pengendali

ns rpm nr rpm s P Out (W) Vout (L-N)

1500 1530 -0,02 900 210

1500 1545 -0,03 750 225

1500 1563 -0,042 600 240

1500 1575 -0,05 450 265

1500 1600 -0.06 300 300

Diketahui Asisten, Praktikan,


( Eko Prasetyo ) ( Rudianto Sinaga )

03 0402 075

Anda mungkin juga menyukai