Hydrotreating Process
Hydrotreating Process
Hydrotreating Process
Process
Kelompok 6 :
Novia Syafril (2007113922)
Salman Marzuki (2007110356)
Tiara Dwisca Nadimisia (2007113917)
Zalsha Osri (1907111515)
01 Definisi
Hydrotreating
Hydrotreating Process
03 ●
●
Reaksi Hydrodesulfurization (Penghilang Sulfur)
Amorphous Zeolite
Pori-pori besar Pori-pori kecil
Moderate acidity High acidity
Lower surface area Higher surface area
Initial temperature lebih tinggi Initial temperature lebih rendah
Maksimasi distilat Deactivation rate rendah
Tidak tahan terhadap impurities (sulfur, Maksimasi naphta
nitrogen, oksigen) Lebih tahan terhadap impurities
Umur katalis lebih cepat Umur katalis lebih lama
Design pressure tinggi Design pressure lebih rendah
H2 consumption lebih rendah H2 Consumption lebih tinggi
Tipe amorphous digunakan jika diinginkan maksimasi produk distilat (kerosene dan diesel),
sedangkan tipe zeolite digunakan jika diinginkan maksimasi produk naphtha.
Faktor Pemilihan katalis Peningkatan aktivitas katalis
➢ Catalyst properties
➢ Initial activity (Temperatur) Meningkatkan acid site strength,
➢ Selectivity (produk yang meningkatkan acid side concentration,
diinginkan) dan meningkatkan metal site strength
➢ Stability (deactivation rate)
➢ Product quality (desired ➢ Kondisi operasi
specification) Hydrogen partial pressure yang lebih
➢ Regenerability tinggi, Combined Feed Ratio yang lebih
(kemudahan untuk tinggi, End point produk yang lebih
diregenerasi) tinggi, Liquid Hourly Space Velocity
yang lebih rendah, dan Feed
components (Aromatic vs Parafinic)
1. Catalyst Sulfiding
01 Suasana hidrogen
03 Temperatur terkendali
1. Umur katalis
Umur katalis hydrocracker diukur berdasarkan kemampuan setiap satuan berat katalis
hydrocracker untuk mengolah feed. Umur katalis hydrocracker dapat mencapai 18 m3
feed/kg katalis
Pembentukan coke dapat dihambat dengan cara menaikkan hydrogen partial pressure (tekanan
reaktor atau hydrogen purity pada recycle gas), atau penggunaan carbon bed absorber untuk
menyerap HPNA.
Naphtha Hydrotreater
Tujuan dari unit hydrotreating nafta adalah untuk
menghilangkan senyawa sulfur dan nitrogen. Unit perlakuan
hidro nafta menggunakan katalis kobalt-molibdenum untuk
menghilangkan belerang dengan mengubahnya menjadi
hidrogen sulfida yang dihilangkan bersama dengan
hidrogen yang tidak bereaksi. Beberapa campuran hidrogen
sulfida-hidrogen didaur ulang kembali ke reaktor untuk
memanfaatkan hidrogen yang tidak bereaksi, menggunakan
kompresor.
Feed Hydrotreating
Diesel Hydrotreater
Diesel hydrotreating (DHT) atau perawatan hidrogen katalitik
terutama untuk mengurangi spesies yang tidak diinginkan dari
fraksi diesel lurus dengan mereaksikan spesies ini secara selektif
dengan hidrogen dalam reaktor pada suhu tinggi dan pada
tekanan sedang. Beberapa reaksi terjadi secara paralel pada
permukaan katalis HDT termasuk hidrodesulfurisasi (HDS),
hidrodenitrogenasi (HDN), dan saturasi/hidrogenasi aromatik
(HDA). Umpan untuk unit DHT biasanya memiliki kisaran distilasi
nominal 300-700 °F. Desain proses dan skema aliran yang berbeda
dapat digunakan untuk DHT tergantung pada tujuan proses dan
karakteristik umpan yang diproses.
Produk Hydrotreating
Simplified Process
03
Distillate/Kerosene Hydrotreating
Hydzrotreater pada Operasi Kilang
Deskripsi Proses
Crude oil sebagai umpan masuk kedalam desalter dengan tujuan untuk menghilangkan kadar
garam yang masih terdapat pada crude oil, kemudian setalah proses desalter crude oil masuk ka
tangki CDU (crude distillation unit). CDU adalah proses pemisahan semua fluida berdasarkan titik
didih, dari titik didih paling tinggi sampai titik paling rendah. Dari proses CDU menghasilkan
produk gas, light naphtha, heavy naphtha, kerosene, ATM gas oil dan residu. Produk residu
kemudian masuk ke dalam tangki VDU (Vacuum Distillation Unit). Kemudian proses selanjutnya
yaitu produk hasil dari tangki CDU dan VDU dilanjutkan dengan proses hydrotreater. Hydrotreater
adalah suatu proses untuk menstabilkan secara katalitis produk minyak bumi dan menghilangkan
unsur-unsur yang tidak diinginkan seperti sulfur, nitrogen, oksigen, logam dll, pada proses ini
bertujuan untuk menghasilkan suatu produk yang lebih murni dan memperbaiki kualitas produk.
Sehingga hasil produk yang diperoleh lebih baik.
Simplified Process Naphtha Hydrotreating
Deskripsi Proses
Simplified Process Distillate/Kerosene Hydrotreating
Deskripsi Proses
08 Variabel Proses
Hydrotreating
1. Reactor Pressure/Hydrogen Partial Pressure
Secara umum desulfurization dan denitrification meningkat dengan meningkatnya reactor
pressure (atau tepatnya hydrogen partial pressure). Namun biasanya reactor pressure bukan suatu
varoabel operasi yang dapat “dimainkan”. Pada operasi normal, tekanan reactor di set semaksimal
mungkin seperti desain. Namun sering terjadi kendala seperti ketidakmampuan compressor untuk
mempertahankan tekanan reactor/system seperti disain, hal ini dapat dikompensasi dengan
menaikkan purity recycle gas.
Untuk straight run naphtha desulfurization, biasanya digunakan tekanan 20 s/d 35 kg/cm2 g.
Namun jika kandungan nitrogen dan/atau sulfur dalam feed tinggi, maka tekanan yang
dibutuhkan lebih tinggi. Cracked naphtha biasanya mengandung nitrogen dan sulfur yang jauh
lebih besar daripada straight run naphtha, sehingga membutuhkan tekanan yang lebih tinggi,
yaitu hingga 55 kg/cm2 g. Tekanan setinggi ini juga dibutuhkan untuk menghilangkan semua
organic halides. Pemilihan tekanan operasi dipengaruhi oleh tingkat hydrogen to feed ratio disain,
karena kedua parameter ini menentukan tekanan partial hydrogen dalam reactor. Hydrogen
partial pressure dapat ditingkatkan dengan meningkatkan ratio gas to feed pada inlet reactor.
2. Reactor Temperature
Reaktor temperatur tergantung kebutuhan kandungan sulfur dan nitrogen yang diinginkan
pada produk keluar reactor (untuk naphtha hydrotreater biasanya maksimum sulfur dan nitrogen
adalah 0,5 ppmwt). Reaksi desulfurisasi mulai terjadi pada temperature 230 ºC dengan kecepatan
reaksi yang meningkat dengan makin tingginya temperature. Namun di atas temperature 340 ºC,
pengaruh temperature terhadap reaksi penghilangan sulfur sangat kecil. Penjenuhan olefin juga
seperti penghilangan senyawa chloride dan sulfur, semakin tinggi temperature maka reaksi
penjenuhan olefin semakin cepat. Namun biasanya penjenuhan olefin membutuhkan temperature
yang jauh lebih tinggi. Karena reaksi penjenuhan olefin sangat eksotermis maka kandungan olefin
pada feed harus dimonitor dan jika mungkin dibatasi agar reactor peak temperature tetap dalam
acceptable temperature range dan tidak terjadi temperature excursion/runaway.
Dekomposisi senyawa oksigen dan nitrogen memerlukan temperature yang lebih tinggi
daripada desulfurization ataupun penjenuhan olefin. Unit hydrotreater dengan kandungan
nitrogen dan oksigen yang sangat tinggi harus didisain dengan tekanan reactor yang tinggi dan
LHSV yang rendah untuk menjamin konversi yang tinggi.
Reaksi penghilangan logam memerlukan temperature minimum 315 ºC. Oleh karena itu
temperature minimum ini yang direkomendasikan, karena :
1. Pada temperature dibawah 315 ºC, kecepatan reaksi penghilangan contaminant sangat
rendah.
2. Temperatur harus dijaga cukup tinggi untuk menjamin agar combined feed (recycle gas plus
naphtha) ke charge heater semuanya berbentuk uap.
Temperatur operasi reactor bervariasi tergantung jenis feed, yaitu antara 285 o C s/d 385 o C.
Cracked feed akan memerlukan temperature yang lebih tinggi karena biasanya mengandung
sulfur, nitrogen, dan olefin yang lebih tinggi. Reaktor delta T untuk reaksi hydrotreater biasanya
antara 10 s/d 55 o C.
Jika kandungan sulfur, nitrogen, dan olefin dalam produk keluar reactor meningkat, maka
temperature reactor dapat dinaikkan sebagai kompensasi untuk mempertahankan tingkat
kandungan sulfur, nitrogen, dan olefin dalam produk keluar reactor. Jika kenaikan temperature
tidak dapat meningkatkan kualitas produk atau kenaikan temperature sudah tidak mungkin karena
keterbatasan disain mechanical reactor (biasanya didisain hingga 400 o C), maka diperlukan
catalyst regeneration atau penggantian katalis.
3. Kualitas Umpan
Untuk normal operasi, perubahan temperature inlet reactor
hydrotreater untuk mengkompensasi adanya perubahan kualitas feed
biasanya tidak diperlukan. Namun, jika umpan diimpor dan memiliki kualitas
yang jauh berbeda dari biasanya, maka kualitas naphtha produk akan
sangat berubah, sehingga diperlukan pengaturan temperature inlet reactor.
Perubahan kandungan olefin umpan juga akan mempengaruhi panas reaksi.
4. Hydrogen to Hydrocarbon Ratio
Peningkatan laju alir recycle gas akan meningkatkan rasio H2/HC. Pengaruh perubahan
H2/HC sama dengan pengaruh tekanan parsial hidrogen terhadap severity reaksi. Variabel yang
dikendalikan untuk menjaga H2/HC adalah laju recycle gas, hydrogen purity dalam recycle gas,
dan laju umpan. Batasan minimum hydrogen to hydrocarbon ratio (Nm3 /m3 atau SCFB)
tergantung pada konsumsi hydrogen, karakteristik umpan, dan kualitas produk yang diinginkan.
Persamaannya adalah :
Untuk straight run naphtha dengan kandungan sulfur moderate, biasanya diperlukan
hydrogen to hydrocarbon ratio sebesar 40-75 Nm3 /m3 (250-400 SCFB). Cracked naphtha harus
diproses pada hydrogen to hydrocarbon ratio yang lebih tinggi, yaitu hingga 500 Nm3 /m3 (3000
SCFB). Ratio diatas 500 Nm3 /m3 tidak lagi memberikan efek apapun terhadap kecepatan reaksi.
Jika hydrogen to hydrocarbon ratio actual lebih rendah daripada desain maka selain kecepatan
reaksi menjadi lebih rendah, kecenderungan terbentuknya coke juga akan semakin besar. Untuk
reaksi desulfurization, recycle gas dengan kandungan H2S hingga 10% dan dengan kandungan CO
dan nitrogen yang besar tidak membahayakan katalis.
5. Space Velocity
Jumlah katalis yang dibutuhkan untuk tiap satuan umpan akan tergantung pada feed
properties, kondisi operasi, dan kualitas produk yang diperlukan. Liquid Hourly Space Velocity
(LHSV) didefinisikan sebagai (feed, m3 /jam)/(volume katalis, m3 ), sehingga satuan LHSV adalah
1/jam. Kenaikan feed rate dengan volume katalis yang tetap akan menaikkan nilai LHSV. Untuk
memperoleh tingkat konversi reaksi yang sama, maka sebagai kompensasinya maka temperature
reaksi (temperature inlet reactor) harus dinaikkan. Namun kenaikan temperature catalyst akan
menyebabkan peningkatan kecepatan pembentukan coke pada permukaan katalis sehingga akan
mengurangi umur katalis. Jika LHSV berubah, maka inlet temperature reactor naphtha
hydrotreater dapat diatur dengan persamaan sebagai berikut :
Dimana :
T1 = temperature inlet reactor yang diperlukan pada
LHSV1
T2 = temperature inlet reactor yang diperlukan pada
LHSV2
Persamaan diatas dengan asumsi LHSV 4 s/d 12 dan temperature reaktor antara 285 s/d 385 ºC.
6. Injeksi Wash Water
Injeksi wash water pada unit hydrotreater diperlukan untuk :
1. Menghilangkan ammonia dalam recycle gas Adanya ammonia dalam recycle gas walaupun
dalam jumlah sangat kecil (biasanya sekitar 200-400 ppm tergantung dari jenis umpannya)
akan sangat mengganggu aktivitas katalis karena ammonia akan mengisi active site katalis.
2. Mencegah terjadinya fouling akibat pembentukan garam ammonia (terutama pada fin fan
cooler effluent reactor, upstream high pressure separator karena pada temperature rendah
senyawa garam mudah mengendap)
Pembentukan NH4HS adalah akibat dari reaksi senyawa ammonia anorganik (NH3) dengan
senyawa sulfur anorganik (H2S). Fungsi wash water adalah melarutkan NH4HS agar tidak
mengendap pada bagian dalam fin fan cooler yang akan menyebabkan plugging.
Best practice jumlah injeksi wash water yang direkomendasikan biasanya antara 3 s/d 8%
volume on feed hydrotreater. Atau untuk implementasi yang lebih akurat adalah dengan melihat
kandungan NH4HS yang terlarut dalam sour water di high pressure separator. Kandungan
NH4HS dalam sour water diusahakan sekitar 8%wt (di bawah 8%wt pelarutan oleh wash water
dianggap kurang efektif sehingga injeksi wash water harus ditambah dan di atas 8%wt akan
menyebabkan sour water yang dialirkan ke unit sour water stripper menjadi korosif sehingga
injeksi wash water harus dikurangi.
Injeksi wash water biasanya dilakukan pada inlet fin fan cooler upstream high pressure
separator. Temperature wash water tidak boleh terlalu tinggi. Best practice-nya, temperature
wash water harus cukup rendah sehingga minimal 20% dari injeksi wash water masih tetap
berbentuk cair pada outlet fin fan cooler (inlet high pressure separator)
7. Umur, Proteksi, dan Racun Katalis
Variabel proses yang ada di hydrotreater mempengaruhi umur katalis terutama terhadap efek
kecepatan pembentukan carbon pada permukaan katalis. Pada saat awal startup, kecepatan
pembentukan carbon pada permukaan katalis cukup tinggi. Namun kecepatan pembentukan
carbon pada permukaan katalis akan turun saat normal operasi. Pengendalian reaksi pembentukan
carbon pada permukaan katalis dilakukan dengan menjaga hydrogen to hydrocarbon ratio di atas
disain dan dengan menjaga temperatur reaktor pada tingkat yang sesuai.