Tugas Character Building

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH CHARACTER BUILDING

“Konsep Dasar Tentang Hakikat Manusia”

Oleh:
Vetri Lusiana
1814201221

Dosen Pembimbing:
Ns. Falerisiska Yunere, M.Kep

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
TA 2021/2022
1. PENGERTIAN HAKIKAT MANUSIA
Manusia adalah makhluk bertanya, ia mempunyai hasrat untuk mengetahui segala
sesuatu. Atas dorongan hasrat ingin tahunya, manusia tidak hanya bertanya tentang
berbagai hal yang ada di luar dirinya, tetapi juga bertanya tentang dirinya sendiri.
Dalam rentang ruang dan waktu, manusia telah dan selalu berupaya mengetahui
dirinya sendiri. Hakikat manusia dipelajari melalui berbagai pendekatan (common
sense, ilmiah, filosofis, religi) dan melalui berbagai sudut pandang (biologi, sosiologi,
antropobiologi, psikologi, politik). Dalam kehidupannya yang riil manusia
menunjukkan keragaman dalam berbagai hal, baik tampilan fisiknya, strata sosialnya,
kebiasaannya, bahkan sebagaimana dikemukakan di atas, pengetahuan tentang
manusia pun bersifat ragam sesuai pendekatan dan sudut pandang dalam melakukan
studinya.
Alasannya bukankah karena mereka semua adalah manusia maka harus diakui
kesamaannya sebagai manusia? (M.I. Soelaiman, 1988). Berbagai kesamaan yang
menjadi karakteristik esensial setiap manusia ini disebut pula sebagai hakikat
manusia, sebab dengan karakteristik esensialnya itulah manusia mempunyai martabat
khusus sebagai manusia yang berbeda dari yang lainnya. Contoh: manusia adalah
animal rasional, animal symbolicum, homo feber, homo sapiens, homo sicius, dan
sebagainya.

2. ASPEK-ASPEK HAKIKAT MANUSIA


Manusia sebagai Makhluk Tuhan
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Tuhan YME.
Kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan
tugas mereka sebagai khalifah di muka bumi ini. Kitab suci menerangkan bahwa
manusia berasal dari tanah dengan mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti
Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah. Manusia adalah subjek yang memiliki
kesadaran (consciousness) dan penyadaran diri (self-awarness). Oleh karena itu,
manusia adalah subjek yang menyadari keberadaannya, ia mampu membedakan
dirinya dengan segala sesuatu yang ada di luar dirinya (objek). Selain itu, manusia
bukan saja mampu berpikir tentang diri dan alam sekitarnya, tetapi sekaligus sadar
tentang pemikirannya.

Namun, sekalipun manusia menyadari perbedaannya dengan alambahwa dalam


konteks keseluruhan alam semesta manusia merupakan bagian daripadanya. Oleh
sebab itu, selain mempertanyakan asal usul alam semesta tempat ia berada, manusia
pun mempertanyakan asal-usul keberadaan dirinya sendiri.Terdapat dua pandangan
filsafat yang berbeda tentang asal-usul alam semesta, yaitu (1) Evolusionisme dan (2)
Kreasionisme.
Manusia sebagai Kesatuan Badan–Roh
Para filsuf berpendapat yang berkenaan dengan struktur metafisik manusia. Terdapat
empat paham mengenai jawaban atas permasalahan tersebut, yaitu Materialisme,
Idealisme, Dualisme, dan paham yang mengatakan bahwa manusia adalah kesatuan
badan-roh. Materialisme. Gagasan para penganut Materialisme, seperti Julien de La
Mettrie dan Ludwig Feuerbach bertolak dari realita sebagaimana dapat diketahui
melalui pengalaman diri atau observasi. Oleh karena itu, alam semesta atau realitas ini
tiada lain adalah serba materi, serba zat, atau benda. Manusia merupakan bagian dari
alam semesta sehingga manusia tidak berbeda dari alam itu sendiri. Sebagai bagian
dari alam semesta, manusia tunduk pada hukum alam, hukum kualitas, hukum sebab-
akibat atau stimulus-respon. Manusia dipandang sebagai hasil puncak mata rantai
evolusi alam semesta sehingga mekanisme tingkah lakunya (stimulus-respon)
semakin efektif. Yang esensial dari manusia adalah badannya, bukan jiwa atau
rohnya. Manusia adalah apa yang nampak dalam wujudnya, terdiri atas zat (daging,
tulang, dan urat syaraf). Segala hal yang bersifat kejiwaan, spiritual atau rohaniah
pada manusia dipandang hanya sebagai resonansi saja dari berfungsinya badan atau
organ tubuh. Pandangan hubungan antara badan dan jiwa seperti itu dikenal
Manusia sebagai Makhluk Individu
Sebagaimana Anda alami bahwa manusia menyadari keberadaan dirinya sendiri.
Kesadaran manusia akan dirinya sendiri merupakan perwujudan individualitas
manusia. Manusia sebagai individu atau sebagai pribadi merupakan kenyataan yang
paling riil dalam kesadaran manusia. Sebagai individu, manusia adalah satu kesatuan
yang tak dapat dibagi, memiliki perbedaan dengan manusia yang lainnya sehingga
bersifat unik dan merupakan subjek yang otonom. Sebagai individu, manusia adalah
kesatuan yang tak dapat dibagi antara aspek badani dan rohaninya. Setiap manusia
mempunyai perbedaan sehingga bersifat unik. Perbedaan ini baik berkenaan dengan
postur tubuhnya, kemampuan berpikirnya, minat dan bakatnya, dunianya, serta cita-
citanya. Pernahkah Anda menemukan anak kembar siam? Manusia kembar siam
sekalipun, tak pernah memiliki kesamaan dalam keseluruhannya. Setiap manusia
mempunyai dunianya sendiri, tujuan hidupnya sendiri. Masing-masing secara sadar
berupaya menunjukkan eksistensinya, ingin menjadi dirinya sendiri atau bebas
bercita-cita untuk menjadi seseorang tertentu, dan masing-masing mampu
menyatakan "inilah aku" di tengah-tengah segala yang ada.

Manusia sebagai Makhluk Sosial


Dalam hidup bersama dengan sesamanya (bermasyarakat) setiap individu menempati
kedudukan (status) tertentu. Di samping itu, setiap individu mempunyai dunia dan
tujuan hidupnya masing-masing, mereka juga mempunyai dunia bersama dan tujuan
hidup bersama dengan sesamanya. Selain adanya kesadaran diri, terdapat pula
kesadaran sosial pada manusia. Melalui hidup dengan sesamanyalah manusia akan
dapat mengukuhkan eksistensinya. Sehubungan dengan ini, Aristoteles menyebut
manusia sebagai makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat (Ernst Cassirer, 1987).
Manusia sebagai Makhluk Berbudaya
Manusia memiliki inisiatif dan kreatif dalam menciptakan kebudayaan, hidup
berbudaya, dan membudaya. Kebudayaan bertautan dengan kehidupan manusia
sepenuhnya, kebudayaan menyangkut sesuatu yang nampak dalam bidang eksistensi
setiap manusia. Manusia tidak terlepas dari kebudayaan, bahkan manusia itu baru
menjadi manusia karena bersama kebudayaannya (C. A. Van Peursen, 1957). Sejalan
dengan ini, Ernst Cassirer menegaskan bahwa "manusia tidak menjadi manusia karena
sebuah faktor di dalam dirinya, seperti misalnya naluri atau akal budi, melainkan
fungsi kehidupannya, yaitu pekerjaannya, kebudayaannya. Demikianlah kebudayaan
termasuk hakikat manusia" (C.A. Van Peursen, 1988).
Manusia sebagai Makhluk Susila
Menurut Immanuel Kant, manusia memiliki aspek kesusilaan karena pada manusia
terdapat rasio praktis yang memberikan perintah mutlak (categorical imperative).
Contoh: jika kita meminjam barang milik orang lain maka ada perintah yang
mewajibkan untuk mengembalikan barang pinjaman tersebut. (S.E. Frost Jr., 1957;
P.A. Van Der Weij, 1988). Sehubungan hal itu, dapatlah dipahami jika Henderson
(1959) menyatakan: "Man is creature who makes moral distinctions. Only human
beings question whether an act is morally right or wrong".
Manusia sebagai Makhluk Beragama
Aspek keberagamaan merupakan salah satu karakteristik esensial eksistensi manusia
yang terungkap dalam bentuk pengakuan atau keyakinan akan kebenaran suatu agama
yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku. Hal ini terdapat pada manusia manapun
baik dalam rentang waktu (dulu-sekarang-akan datang) maupun dalam rentang
geografis tempat manusia berada. Keberagamaan menyiratkan adanya pengakuan dan
pelaksanaan yang sungguh atas suatu agama. Adapun yang dimaksud dengan agama
ialah "satu sistem credo (tata keimanan atau keyakinan) atas adanya sesuatu yang
mutlak di luar manusia; satu sistem ritus (tata peribadatan) manusia kepada yang
dianggapnya mutlak itu; dan satu sistem norma (tata kaidah) yang mengatur hubungan
manusia dengan manusia dan alam lainnya yang sesuai dan sejalan dengan tata
keimanan dan tata peribadatan termaksud di atas (Endang Saifuddin Anshari, 1982).
Dalam keberagamaan ini manusia akan merasakan hidupnya menjadi bermakna. Tata
cara hidup dalam berbagai aspek kehidupannya, jelas pula apa yang menjadi tujuan
hidupnya sebagai berikut.
1. Manusia adalah makhluk utama, yaitu diantara semua makhluk natural dan
supranatural, manusia mempunyai jiwa bebas dan hakikat yang mulia.
2. Manusia adalah kemauan bebas. Inilah kekuatannya yang luar biasa dan tidak dapat
dijelaskan: kemauan dalam arti bahwa kemanusiaan telah masuk ke dalam rantai
kausalitas sebagai sumber utama yang bebas kepadanya dunia alam world of nature,
sejarah, dan masyarakat sepenuhnya bergantung serta terus menerus.
3. Manusia adalah makhluk yang sadar. Ini adalah kualitasnya yang paling menonjol.
Kesadaran dalam arti bahwa melalui daya refleksi yang menakjubkan, ia memahami
aktualitas dunia eksternal, menyingkap rahasia yang tersembunyi dari pengamatan,
dan mampu menganalisa masing-masing realita dan peristiwa.
4. Manusia adalah makhluk yang sadar diri. Ini berarti bahwa ia adalah satu-satunya
makhluk hidup yang mempunyai pengetahuan atas kehadirannya sendiri, ia mampu
mempelajari, menganalisis, mengetahui, dan menilai dirinya.
5. Manusia adalah makhluk kreatif. Aspek kreatif tingkah lakunya ini memisahkan
dirinya secara keseluruhan dari alam, dan menempatkannya di samping Tuhan. Hal
ini menyebabkan manusia memiliki kekuatan ajaib semu quasi-miracolous yang
memberinya kemampuan untuk melewati parameter alami dari eksistensi dirinya.
6. Manusia adalah makhluk idealis, pemuja yang ideal. Dengan ini berarti ia tidak
pernah puas dengan apa yang ada, tetapi berjuang untuk mengubahnya menjadi apa
yang seharusnya. Idealisme adalah faktor utama dalam pergerakan dan evolusi
manusia. Idealisme tidak memberikan kesempatan untuk puas di dalam pagar-pagar
kokoh realita yang ada. Kekuatan inilah yang selalu memaksa manusia untuk
merenung, menemukan, menyelidiki, mewujudkan, membuat, dan mencipta dalam
alam jasmaniah dan rohaniah.
7. Manusia adalah makhluk moral. Di sinilah timbul pertanyaan penting mengenai nilai.
Nilai terdiri dari ikatan yang ada antara manusia dan setiap gejala, perilaku, perbuatan
atau dimana suatu motif yang lebih tinggi daripada motif manfaat timbul. Ikatan ini
mungkin dapat disebut ikatan suci karena ia dihormati dan dipuja begitu rupa
sehingga orang merasa rela untuk membaktikan atau mengorbankan kehidupan
mereka demi ikatan ini.
8. Manusia adalah makhluk utama dalam dunia alami, mempunyai esensi uniknya
sendiri, dan sebagai suatu penciptaan atau sebagai suatu gejala yang bersifat istimewa
dan mulia. Ia memiliki kemauan, ikut campur dalam alam yang independen, memiliki
kekuatan untuk memilih dan mempunyai andil dalam menciptakan gaya hidup
melawan kehidupan alami. Kekuatan ini memberinya suatu keterlibatan dan tanggung
jawab yang tidak akan punya arti kalau tidak dinyatakan dengan mengacu pada sistem
nilai.

Anda mungkin juga menyukai