UTS Manajemen Perpajakan Ganjil 2021-2022 IPMAWAN A014211007
UTS Manajemen Perpajakan Ganjil 2021-2022 IPMAWAN A014211007
UTS Manajemen Perpajakan Ganjil 2021-2022 IPMAWAN A014211007
Soal A
1. Prosedur perpajakan apa yang saudara lakukan Jika perusahaan saudara mengalami
Hal pertama adalah memastikan apakah Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tersebut
memang benar dan sesuai dengan catatan perusahaan. Apabila benar, perusahaan dapat
menerbitkan Ebilling dan melakukan pembayaran atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
tersebut.
Apabila menurut catatan perusahaan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tersebut tidak betul,
maka dapat melakukan pengajuan keberatan. Dalam penyelesaian keberatan tersebut akan
dilakukan alur sebagai berikut:
c. Meminta keterangan atau bukti terkait dengan materi yang disengketakan kepada pihak ketiga
yang mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak melalui penyampaian surat permintaan data
dan keterangan kepada pihak ketiga
d. Meninjau tempat Wajib Pajak, termasuk tempat lain yang diperlukan
e. Melakukan pembahasan dan klarifikasi atas hal-hal yang diperlukan dengan memanggil Wajib
Pajak melalui penyampaian surat panggilan
f. Surat panggilan dikirimkan paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sebelum tanggal pembahasan
dan klarifikasi atas sengketa perpajakan
g. Pembahasan dan klarifikasi dituangkan dalam berita acara pembahasan dan klarifikasi
sengketa perpajakan
h. Melakukan pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka keberatan untuk mendapatkan data
dan/atau informasi yang objektif yang dapat dijadikan dasar dalam mempertimbangkan
keputusan keberatan
2. Wajib Pajak harus memenuhi peminjaman dan/atau permintaan paling lama 15 (lima belas) hari
kerja setelah tanggal surat permintaan peminjaman dan/atau surat permintaan keterangan dikirim
3. Apabila sampai dengan jangka waktu 15 (lima belas) hari kerja setelah tanggal surat permintaan
peminjaman dan/atau surat permintaan keterangan dikirim berakhir, Wajib Pajak tidak meminjamkan
sebagian atau seluruh buku, catatan, data dan informasi dan/atau tidak memberikan keterangan
yang diminta, Direktur Jenderal Pajak menyampaikan Surat permintaan peminjaman yang kedua;
dan/atau Surat permintaan keterangan yang kedua
4. Wajib Pajak harus memenuhi peminjaman dan/atau permintaan yang kedua paling lama 10
(sepuluh) hari kerja setelah tanggal surat peminjaman dan/atau permintaan yang kedua dikirim
Jangka waktu pemberian keputusan atas keberatan yang diajukan adalah 12 bulan. Jika ternyata
keberatan tersebut tidak ditanggapi atau terlampai jangka waktunya, keberatan yang diajukan oleh
Wajib Pajak dianggap dikabulkan dan Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Keputusan Keberatan
sesuai dengan pengajuan keberatan Wajib Pajak dalam jangka waktu paling lama 1 bulan sejak jangka
waktu 12 bulan tersebut berakhir.
3. Jelaskan dalam hal apa saudara meminta dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, jika
peredaran saudara masih tergolong Pengusaha Kecil.
Walaupun peredaran masih kecil, akan tetapi apabila kita akan melakukan transaksi bisnis
dengan Bendaharawan/ proyek yang menggunakan dana APBN/ APBD kita diwajibkan
mengajukan menjadi PKP.
Selain itu, keuntungan dengan dikukuhkan menjadi PKP adalah pajak masukan (pajak yang
dibayar saat membeli barang) dapat dikreditkan/dikurangkan dari pajak keluaran (pajak yang
dipungut saat menjual barang) sehingga tidak perlu dijadikan sebagai biaya produksi.
UNIVERSITAS HASANUDDIN-FEB-PPAK
Mata Kuliah : MANAJEMEN PERPAJAKAN
JENIS EVALUASI : UJIAN TENGAH SEMESTER
DOSEN PENGAMPU : HAERIAL
WAKTU : 8 OKTOBER 2021, 16:00-18:30
NAMA : IPMAWAN
NIM : A014211007
SOAL B
1. Jelaskan
Secara umum manajemen pajak didefinisikan sebagai suatu usaha menyeluruh yang
dilakukan terus-menerus oleh wajib pajak agar semua hal yang berkaitan dengan urusan
perpajakan dapat dikelola dengan baik, ekonomis, efektif dan efisien, sehingga dapat
memberikan kontribusi maksimum bagi kelangsungan usaha wajib pajak tanpa
mengorbankan kepentingan penerimaan negara. Adapun tujuan akhir yang ingin dicapai
dari manajemen pajak adalah optimalisasi dan/atau minimalisasi beban pajak yang dapat
dicapai tidak hanya dengan melakukan suatu perencanaan yang matang, melainkan juga
harus melewati tahap pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan
pengawasan (controlling) yang baik dan terkendali.
Menurut modul Manajemen Perpajakan dari Ikatan Akuntansi Indonesia, Manajemen pajak
yang baik harus memenuhi 3 persyaratan utama yaitu:
Menurut Fuad Bawazier dalam Modul Manajemen Perpajakan dari Ikatan Akuntansi Indonesia,
Manajemen Pajak (Tax management) yang bertujuan untuk meminimalisir (atau menganulir)
beban pajak secara umum, dapat ditempuh melalui dua cara: penghindaran pajak (tax
avoidance); dan penyelundupan pajak (tax evasion). Pembedaan keduanya, oleh Simon James
dan Christopher Nobes, didekati dari aspek legalitas, dimana tax avoidance umumnya
dianggap sebagai upaya tax management yang legal karena lebih banyak memanfaatkan
“loopholes” yang ada dalam peraturan perpajakan yang berlaku (lawfull), sedangkan tax
evasion cenderung mengarah pada sesuatu tindak pidana perpajakan yang illegal, berada di
luar bingkai ketentuan perpajakan (unlawfull).
SOAL C
Strategi penghematan pajak dan aspek keuangan dapat memilih sumber-sumber pembiayaan
seperti:
perusahaan yang melakukan penjualan piutangnya ke entitas lain. Hal ini dilakukan untuk
segera memperoleh kas, dan mempercepat cash-to-cash operating cycle. Kegiatan
melakukan penjualan piutang ke pihak lain disebut dengan factoring atau di masyarakat
lebih dikenal dengan anjak piutang.
Leasing adalah suatu kontrak antara pemilik aktiva yang disebut dengan lessor dan pihak
lain yang memanfaatkan aktiva tersebut yang disebut lessee untuk jangka waktu tertentu.
Salah satu manfaat leasing adalah lessee dapat memanfaatkan aktiva tersebut tanpa harus
memiliki aktiva tersebut. Sebagai kompensasi manfaat yang dinikmati, maka lessee
mempunyai kewajiban membayar secara periodik sebagai sewa aktiva yang digunakan.
Manfaat lain adalah bahwa lessee tidak perlu menanggung biaya perawatan, pajak dan
asuransi.
5. Pendanaan Melalui Hybrid Financial Instruments
Salah satu instrumen keuangan yang saat ini banyak digunakan oleh perusahaan dalam
melakukan investasi adalah "hybrid financial instruments". Dari sisi pertimbangan komersial,
inovasi instrumen keuangan dengan menggunakan hybrid financial instruments akan
memberikan keuntungan bagi perusahaan saat menghadapi risiko investasi yang besar.
Inovasi instrumen keuangan dalam hybrid financial instruments dapat dilihat pada
karakteristiknya yang mencampurkan karakteristik instrumen utang dan sekaligus
karakteristik instrumen modal.
1. Membuat rekonsiliasi data akuntansi, misalnya beban pegawai vs nilai penghasilan SPT
PPh Pasal 21, pendapatan penjualan vs SPT Masa PPN.
2. Mengontrol dokumentasi guna mendukung transaksi yang terjadi, seperti surat perintah
kerja (kontrak kerja), akta notaris, dan perjanjian jual dan beli.
3. Membuat sistem administrasi keuangan untuk memastikan penghitungan dan
pembayaran pajak dengan tepat.
4. Membuat sistem arsip laporan dan korespondensi pajak yang teratur dan terkontrol
dengan baik.
5. Melakukan manajemen atas tax audit.
3. Jelaskan Tax Planning yang terkait dengan angsuran PPh pasal 25 masa
Sistem angsuran pajak tahun berjalan memerlukan taksiran penghasilan apakah berdasarkan
penghasilan tahun lalu (dengan teori bahwa jumlab penghasilan tahun berjalan adalah minimal
sama dengan tahun lalu) atau penghasilan dari bagian tahun berjalan disetahunkan.
Penjelasan Pasal 1 UU PPh menyebutkan bahwa WP dikenakan pajak atas penghasilan yang
diterima/diperoleh selama satu tahun pajak, karena itu jumlah penghasilan dan PPh terutang
yang sebenarnya baru diketahui setelah tahun pajak berakhir.
Karena kondisi bisnis, ekonomi dan usaha setiap tahun dapat berubah naik turun, agar tidak
terjadi deviasi signifikan pembayaran pajak tahun lalu dengan kondisi sekarang yang dapat
mempengaruhi keuangan WP atau negara, maka penyesuaian (dinamisasi) besaran angsuran
harus dapat dilakukan. Namun di lain pihak, karena proses dinamisasi besaran angsuran tahun
berjalan selain masih bersifat sementara dan provisional juga memerlukan pengaturan yang
kompleks, maka dalam rangka kepastian hukum, terutama perencanaan bisnis, dan simplifikasi
pengaturan serta kemudahan pelaksanaan dan pengawasan administrasi, dengan
mengesampingkan keadilan dan tepat jumlah pajak yang memerlukan pengaturan seksama
kadangkala proses dinamisasi angsuran dikesampingkan sehingga kekurangan/kelebihan
angsuran secara sederhana terkoreksi dalam jumlah akhir (PPh Pasal 29/28) pada saat
penyampaian SPT.
Dalam melakukan perencanaan pajak, Wajib Pajak perlu melakukan rekonsiliasi peredaran
usaha dan penghasilan lainnya dengan omzet PPN . Ini merupakan salah satu cara untuk
mendeteksi adakah PPN yang kurang setor atau PPh yang justru kurang bayar. Pada
pemeriksaan pajak, rekonsiliasi antara penghasilan yang dilaporkan pada SPT Badan dan
Dasar Pengenaan Pajak untuk Pajak Keluaran pada SPM PPN adalah suatu hal yang
lazim. Oleh karena itu, Wajib Pajak sebaiknya melakukan rekonsiliasi peredaran usaha
secara rutin. Selain itu, rekonsiliasi ini juga berguna untuk mengurangi besarnya penalti jika
terdapat kesalahan.
Frekuensi melakukan rekonsiliasi ini sangat bergantung kepada kondisi dan kebutuhan
Wajib Pajak. Wajib Pajak yang rutin mengalami lebih bayar (misalnya Wajib Pajak yang
rutin melakukan ekspor atau melakukan transaksi terhadap pemungut PPN) akan lebih
rutin melakukan rekonsiliasi dibandingkan Wajib Pajak yang lebih banyak melakukan
transaksi di dalam negeri dan bukan kepada Pemungut PPN. Penyusunan rekonsiliasi
secara rutin akan memudahkan Wajib Pajak menemukan akar permasalahan dari
rekonsiliasi dan solusi untuk menuntaskan permasalahan tersebut.