PROPOSAL Farhan Novanto PRINT

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 50

PROPOSAL

PENGARUH LATIHAN DRIBBLING LURUS DAN DRIBBLING ZIG-ZAG

TERHADAP KETERAMPILAN SHOOTING KE GAWANG PADA SFC FUTSAL SMA

NEGERI 2 MAKASSAR

OLEH :

FARHAN NOVANTO

1732042053

PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur Alhamdulillah hanya untuk Allah SWT atas lindungan, rahmat, dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun proposal ini yang berjudul “Pengaruh Latihan

Dribbling Lurus dan Dribbling Zig-Zag Terhadap Keterampilan Shooting pada SFC Futsal

SMA Negeri 2 Makassar”. Proposal ini penulis susun sebagai salah satu persyaratan untuk

melakukan penelitian guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Ilmu

Keolahragaan, Universitas Negeri Makassar. Proposal ini dapat terselesaikan tak lepas dari

bantuan, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis

mengucapkan terimakasih.

Semoga Proposal ini dapat bermanfaaat bagi pihak lain, khususnya para atlet Pendidikan

Kepelatihan Olahraga dan pembaca secara umum.

Makassar, 15 Maret 2021


Penulis

Farhan Novanto
NIM. 1732042053
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Futsal merupakan salah satu jenis olahraga yang sangat digemari oleh banyak orang

dipenjuru dunia pada saat ini. Di lingkungan sekolah terdapat pula banyak siswa yang teratur

memelihara kesehatannya. Ada berbagai macam jenis olahraga yang digemari siswa, salah

satunya adalah olahraga futsal. Permainan futsal dimainkan oleh lima orang dalam setiap

timnya. Lapangan yang digunakannya pun lebih kecil daripada sepak bola. Dengan ukuran yang

lebih kecil dan dengan pemain yang lebih sedikit, permainan futsal lebih cenderung dinamis

dan lebih membutuhkan kebugaran yang baik dari pemainnya (Lhaksana, 2012). Unsur-unsur

kebugaran meliputi kecepatan, daya ledak, kekuatan otot, daya tahan, kelenturan,

keseimbangan, ketepatan, koordinasi, tenaga, dan kelincahan.

Salah satu syarat untuk bisa bermain futsal dengan baik dan benar, para pemain harus

menguasai teknik-teknik dasar futsal. Teknik-teknik dasar dalam permainan futsal ada beberapa

macam, seperti shooting (menendang bola ke gawang), dribbling (menggiring bola), stop ball

(menghentikan bola), passing (mengumpan), dan heading (menyundul bola). Salah satu teknik

yang memegang peranan penting dalam sepakbola adalah menendang bola ke gawang

(shooting). Shooting adalah salah satu cara untuk memasukkan bola atau menciptakan gol ke

gawang lawan dengan menggunakan kaki yang terkuat. Mengingat pentingnya teknik

menendang bola (shooting) tersebut, maka teknik ini harus mendapat perhatian yang serius

dalam pembinaan prestasi futsal. Setiap pemain futsal perlu dilatih mengenai teknik menendang

bola (shooting). Dengan demikian dalam rangka untuk meningkatkan prestasi, teknik shooting

atau menendang bola ke gawang pada atlet harus lebih baik lagi. Pelatih harus memberikan

latihan shooting secara khusus dengan program latihan yang baik.


Ada beberapa cara yang harus dilatih untuk dapat memiliki teknik dan keterampilan

menendang bola ke gawang atau shooting yang baik, salah satunya melalui latihan shooting

secara berulang-ulang (drill), metode ini dilakukan untuk membentuk otomatisasi gerak

shooting yang permanen sehingga meningkatkan kemampuan teknik shooting pada atlet.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada atlet di SFC Futsal SMA Negeri 2 Makassar

terlihat bahwa ketepatan shooting para pemain belum menunjukkan hasil yang baik. Padahal di

dalam permainan futsal ketepatan shooting adalah salah satu kunci untuk dapat mencetak goal

atau menambah skor, dan guna mempermudah latihan jenjang selanjutnya. Dalam

meningkatkan ketepatan shooting yang baik dan terukur pada permainan futsal, diperlukan

latihan yang efektif dan efesien. Metode latihan drill atau latihan yang berulang-ulang

merupakan suatu bentuk latihan yang sesuai untuk meningkatkan keterampilan dasar shooting.

Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, maka dilakukan rencana penelitian terhadap

kemampuan keterampilan shooting pada pemain SFC Futsal SMA Negeri 2 Makassar melalui

proses latihan yang diberikan dengan bentuk latihan dribbling lurus lalu shooting dan dribbling

zig-zag lalu shooting yang dilakukan secara berulang-ulang (drill). Dengan adanya latihan

tersebut, diharapkan akan berpengaruh baik terhadap keterampilan shooting pemain SFC Futsal

SMA Negeri 2 Makassar pada saat akan melakukan shooting ketika bermain dan menghasilkan

tingkat ketepatan yang tinggi. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti melakukan penelitian

yang berjudul “Pengaruh Latihan Dribbling Lurus dan Dribbling Zig-Zag Terhadap

Keterampilan Shooting”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, permasalahan dalam penelitian ini dapat


dirumuskan sebagai berikut:

1. Adakah pengaruh latihan dribbling lurus lalu shooting dengan metode drill terhadap

keterampilan shooting pemain SFC Futsal SMA Negeri 2 Makassar?

2. Adakah pengaruh latihan dribbling zig-zag lalu shooting dengan metode drill terhadap

ketepatan shooting pemain SFC Futsal SMA Negeri 2 Makassar?

3. Adakah perbedaan pengaruh latihan dribbling lurus lalu shooting dan dribbling zig-zag

lalu shooting satu sentuhan shooting dengan metode drill dalam peningkatan

keterampilan shooting pemain SFC Futsal SMA Negeri 2 Makassar?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan di atas, tujuan penelitian yang ingin

dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh latihan dribbling lurus lalu shooting dengan metode drill

terhadap keterampilan shooting pemain SFC Futsal SMA Negeri 2 Makassar.

2. Untuk mengetahui pengaruh latihan dribbling zig-zag lalu shooting dengan metode drill

terhadap keterampilan shooting pemain SFC Futsal SMA Negeri 2 Makassar.

3. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh latihan dribbling lurus lalu shooting dan

dribbling zig-zag lalu shooting satu sentuhan shooting dengan metode drill dalam

peningkatan keterampilan shooting pemain SFC Futsal SMA Negeri 2 Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan yang bernilai positif

dan bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu sebagai berikut:


1. Secara teoritis

a. Bagi pelatih futsal, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan

memperkaya metode metode yang ada.

b. Bagi atlet futsal, metode latihan keterampilan shooting ini mengembangkan pola

pikir seorang atlet, sehingga wawasan seorang atlet terus berkembang dan meluas

dan mendapatkan bekal sejak dini.

c. Hasil penelitian ini dapat membuktikan secara ilmiah tentang pengaruh latihan

dribbling lurus dan latihan dribbling zig-zag terhadap keterampilan shooting ke

gawang pada pemain SFC Futsal SMA Negeri 2 Makassar

d. Bagi peneliti sebagai pembelajaran dan sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang

telah diperoleh di bangku perkuliahan.

2. Secara Praktis

a. Bagi pelatih futsal, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan

evaluasi pada proses latihan dalam meningkatkan kualitas latihan.

b. Bagi atlet futsal, dapat berlatih secara teratur, terencana, dan terprogram

menggunakan latihan dribbling lurus lalu shooting dan dribbling zig-zag lalu

shooting untuk meningkatkan ketepatan shooting yang dimiliki.

c. Bagi peneliti lain, secara praktis hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai acuan

atau bahan untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai

keterampilan shooting.

d. Bagi pembaca dan pihak terkait, penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan tentang pengaruh latihan dribbling lurus dan dribbling zig-zag terhadap

keterampilan shooting atlet/pemain futsal.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Hakikat Latihan

a. Pengertian Latihan

Menurut Sukadiyanto (2005: 5) latihan adalah suatu kata yang sering dijumpai

dengan istilah practice, exercise, dan training. Pengertian latihan dari kata practice

adalah aktivitas untuk meningkatkan keterampilan (kemahiran) berolahraga dengan

menggunakan berbagai peralatan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan cabang

olahraganya, artinya selama dalam kegiatan proses berlatih melatih agar dapat

menguasai keterampilan gerak cabang olahraganya selalu dibantu dengan

menggunakan berbagai peralatan pendukung.

Sedangkan exercise adalah perangkat utama dalam proses latihan harian untuk

meningkatkan kualitas fungsi sistem organ tubuh manusia, sehingga mempermudah

olahragawan dalam menyempurnakan geraknya. Latihan exercise merupakan materi

latihan yang dirancang dan disusun oleh pelatih untuk satu sesi latihan atau satu kali

tatap muka dalam latihan.Pengertian latihan yang berasal dari kata training adalah

suatu proses penyempurnaan kemampuan berolahraga yang berisikan materi teori

dan praktek, menggunakan metode dan aturan pelaksanaan dengan pendekatan

ilmiah, memakai prinsip pendidikan yang terencana dan teratur, sehingga tujuan

latihan dapat tercapai tepat pada waktunya (Sukadiyanto, 2005: 6).

Latihan adalah aktifitas yang meningkatkan ketrampilan (kemampuan) yang

dilakukan secara sistematis, berlatih, dan berulang- ulang. Efek-efek latihan sangat
berpengaruh pada pengembangan individual seseorang baik fisik, teknik maupun

taktik. Maka dapat disimpulkan bahwa latihan adalah suatu proses berlatih untuk

mendapatkan suatu tujuan yang ingin dicapai.

b. Ciri Latihan

Menurut Dedy Sumiyarsono (2006: 9) ciri-ciri latihan adalah:

1. Suatu proses untuk mencapai tingkat kemampuan yang lebih baik dalam

berolahraga, yang memerlukan waktu tertentu (pentahapan), serta memerlukan

perencanaan yang tepat dan cermat.

2. Proses latihan harus dilakukan secara konsisten, maju, dan berkelanjutan

(kontinyu). Sedang bersifat progresif maksudnya materi latihan diberikan mulai

dari yang mudah ke yang sukar, dari yang sederhana ke yang lebih sulit

(kompleks), dan dari yang ringan ke yang berat.

3. Pada tugas satu kali tatap muka (satu sesi/ satu unit) latihan harus memiliki

tujuan dan sasaran.

4. Materi latihan harus berisikan materi teori dan praktek, agar pemahaman dan

penguasaan keterampilan menjadi relatif permanen.

5. Menggunakan metode atau model-model latihan tertentu, yaitu merupakan cara

paling efektif yang direncanakan secara bertahap dengan perhitungan faktor

kesulitan. Kompleksitas gerak, dan penekanan pada sasaran latihan.

c. Tujuan dan Sasaran Latihan

Latihan merupakan suatu proses kegiatan yang sistematis dalam waktu yang

relatif lama makin meningkat dan meningkatkan potensi individu yang bertujuan

membentuk fungsi psikologi yang fisiologi manusia untuk memenuhi persyaratan

tugas. Sedangkan sasaran latihan secara umum adalah untuk meningkatkan

kemampuan dan kesiapan olahragawan dalam mencapai puncak prestasi. Rumusan


tujuan dan sasaran latihan dapat bersifat untuk yang jangka panjang maupun yang

jangka pendek. Untuk yang jangka panjang merupakan sasaran dan tujuan yang akan

datang dalam satu tahun di depan atau lebih. Sasaran ini umumnya merupakan

proses pembinaan jangka panjang untuk olahragawan yang masih junior. Tujuan

utamanya adalah untuk pengayaan keterampilan berbagai gerak dasar dan dasar

gerak serta dasar-dasar teknik yang benar.

Sedangkan tujuan dan sasaran jangka pendek, waktu persiapan yang dilakukan

kurang dari satu tahun. Sasaran dan tujuan utamanya langsung diarahkan pada

peningkatan unsur-unsur yang mendukung kinerja fisik, di antaranya seperti

kekuatan, kecepatan, ketahanan, power, kelincahan, kelentukan, dan keterampilan

teknik cabang olahraga (Sukadiyanto, 2010: 8). Menurut Sukadiyanto (2010: 8),

pada setiap sesi latihan harus memiliki sasaran yang jelas agar tujuan latihan dapat

tercapai seperti yang direncanakan.

Dengan penentuan tujuan latihan diharapkan akan membantu olahragawan agar

memiliki kemampuan konseptual dan keterampilan gerak untuk diterapkan dalam

upaya meraih puncak prestasi. Tujuan latihan secara umum adalah untuk membantu

para pembina, pelatih, guru olahraga agar dapat mengembangkan keterampilan dan

membantu olahragawan untuk mencapai puncak prestasi. Sedangkan sasaran latihan

secara umum adalah untuk meningkatkan kemampuan dan kesiapan olahragawan

dalam mencapai puncak prestasi.

Adapun sasaran dan tujuan latihan secara garis besar, menurut Sukadiyanto

(2010: 9), antara lain untuk:


1) meningkatkan kualitas fisik dasar secara umum dan menyeluruh,

2) mengembangkan dan meningkatkan potensi fisik yang khusus,

3) menambah dan menyempurnakan keterampilan teknik,

4) mengembangkan dan menyempurnakan strategi, taktik, dan pola bermain,

5) meningkatkan kualitas dan kemampuan psikis olahragawan dalam

bertanding.

Menurut Bompa (2003: 29-38), bahwa untuk mencapai tujuan utama dalam

latihan, yaitu memperbaiki prestasi tingkat trampil maupun unjuk kerja dari si atlit,

diarahkan oleh pelatihnya untuk mencapai tujuan umum latihan. Adapun tujuan-

tujuan latihan menurut Bompa (2003: 20,127,225), antara lain:

1) untuk mencapai dan memperluas perkembangan fisik secara

menyeluruh,

2) untuk menjamin dan memperbaiki perkembangan fisik khusus,

3) untuk memoles dan menyempurnakan teknik olahraga yang dipilih,

4) memperbaiki dan menyempurnakan strategi yang penting yang dapat

diperoleh dari belajar taktik lawan,

5) menanamkan kualitas kemauan,

6) menjamin dan mengamankan persiapan tim secara optimal,

7) untuk mempertahankan keadaan kesehatan setiap atlet,

8) untuk mencegah cedera,

9) untuk menambah pengetahuan setiap atlet dengan sejumlah pengetahuan

teoritis yang berkaitan dengan dasar-dasar fisiologis dan psikologis latihan,

perencanaan gizi dan regenerasi.

d. Prinsip-Prinsip Latihan
Prinsip-prinsip latihan perlu diperhatikan sebagai acuan dalam melakukan

latihan. Sukadiyanto (2005: 12) berpendapat bahwa prinsip latihan merupakan hal-

hal yang harus ditaati, dilakukan atau dihindari agar tujuan latihan dapat tercapai

sesuai yang diharapkan. Pinsip- prinsip latihan yang menjadi pedoman agar tujuan

latihan dapat tercapai, antara lain:

a) Prinsip Kesiapan ( Readiness )

Pada prinsip kesiapan, materi dan dosis latihan harus disesuaikan dengan usia

olahragawan. Oleh karena usia berkaitan erat dengan kesiapan kondisi

fisiologis dan psikologis dari setiap olahragawan.

Usia 6-10 tahun :

- Membangun kemampuan (interest)

- Menyengkan

- Belajar berbagai keterampilan teknik dasar

Usia 11-13 tahun :

- Pengayaan keterampilan gerak

- Penyempurnaan teknik

- Persiapan untuk meningkatkan latihan

Usia 14-18 tahun :

- Peningkatan latihan

- Latihan khusus

- Frekwensi kompetisi diperbanyak

Usia Dewasa
- Puncak penampilan atau masa prestasi

b) Prinsip Individual

Dalam merespon beben latihan untuk setiap olahragawan tentu akan berbeda-

beda, sehingga beban latihan beban latihan setiap orang tidak dapat disamakan

antara orang yang satu dengan yang lainnya. Beberapa faktor yang

menyebabkan perbedaan kemampuan anak dalam merespon beban latihan

diantaranya adalah faktor keturunan, kematangan, gizi, waktu istirahat dan

tidur, kebugaran, lingkungan, sakit cidera dan motivasi. Maka agar seorang

pelatih berhasil dalam melatih perlu menyadari bahwa setiap anak memiliki

perbedaan-perbedaan, terutama dalam merespon beban latihan.

c) Prinsip Adaptasi

Organ tubuh manusia cenderung selalu dapat beradaptasi terhadap perubahan

lingkungannya. Keadaan ini menguntungkan untuk proses berlatih-melatih,

sehingga kemampuan manusia dapat dipengarui dan dapat ditingkatkan melalui

latihan. Latihan menyebabkan proses adaptasi pada organ tubuh, namun tubuh

memerlukan jangka waktu tertentu agar dapat beradaptasi seluruh beban selama

proses latihan. Bila beban latihan ditingkatkan secara progresif, maka organ

tubuh akan menyesuaikan terhadap perubahan tersebut dengan baik. Tingkat

kecepatan adaptasi terhadap beban latihan dipengarui usia, kualitas kebugaran

otot, kebugaran energi, dan kualitas latihannya.

Ciri-ciri terjadinya proses adaptasi pada tubuh akibat latihan :

1) Kemampuan fisiologis ditandai dengan membaiknya sitem pernafasan,

fungsi jantung, paru, sirkulasi, dan volume darah.


2) Meningkatnya kemampuan fisik, yaitu ketahanan otot, kekuatan dan

power.

3) Tulang. Ligamenta, tendo, dan hubungan jaringan otot menjadi lebih

kuat

d) Prinsip Beban Lebih (Overload)

Beban latihan harus melampaui atau mencapai sedikit diatas ambang batas

ambang rangsang. Sebab beban yang terlalu berat akan mengakibatkan tidak

mampu diadaptasi oleh tubuh, sedangkan terlalu ringan tidak berpengaruh

terhadap peningkatan kemampuan fisik, sehingga beban latihan harus memenui

prinsip moderat. Untuk itu pembebanan dilakukan secara progresif dan diubah

sesuai dengan tingkat perubahan atlet.

e) Prinsip Progresif (Peningkatan)

Agar terjadi proses adaptasi tubuh, maka diperlukan prinsip beban lebuh yang

diikuti dengan prinsip progresif. Latihan progresif, artinya dalam pelaksanaan

proses latihan dilakukan dari yang mudah ke yang sukar, sederhana ke

kompleks, umum ke khusus, bagian ke keseluruhan, ringan ke berat, dari

kuantitas ke kualitas, serta dilakukan secara ajeg, maju dan berkelanjutan.

Dalam menerapkan prinsip harus dilakukan secara bertahap, cermat, kontinyu,

dan tepat. Artinya setiap tujuan latihan memiliki jangka waktu tertentu untuk

dapat diadaptasi oleh tubuh atlet. Setelah jangka waktu adaptasi tercapai, maka

beban latihan harus ditingkatkan. Bila beban latihan ditingkatkan secara

mendadak, tubuh tidak mampu mengadaptasinya bahkan akan merusak dan

berakibat cidera serta rasa sakit.

f) Prinsip Spesifikasi
Setiap bentuk latihan harus sesuai dengan kebutuhan cabang olahraga, prinsip

spesifikasi antara lain :

1) Spesifikasi kebutuhan energi

2) Spesifikasi bentuk dan Model Latihan

3) Spesifikasi ciri gerak dan kelompok otot yang digunakan

4) Waktu periodesasi latihan

g) Prinsip Variasi

Program latihan yang baik harus disusun secara variatif untuk menghindari

kebosanan, keengganan dan keresahan yang merupakan kelelahan secara

psikologis. Komponen utama yang diperlukan untuk memvariasi latihan

menurut Martens (1990) adalah “

1) Kerja dan istirahat

2) Latihan berat dan ringan, dari mudah yang sulit, dan dari kuantitas ke

kualitas

h) Prinsip Pemanasan

Pemanasan bertujuan untuk mempersiapkan fisik dan psikis atlet memasuki

latihan inti, dan diharapkan atlet dalam memasuki latihan inti dapat terhindar

dari kemungkinan terjadinya cidera atau rasa sakit. Ada 4 macam kegiatan

pemanasan, antara lain :

1) Aktifitas yang bertujuan untuk menaikkan suhu badan.

2) Aktifitas peregangan (stretching) baik yang pasif maupun yang aktif

(kalestenik/balistik).

3) Aktifitas senam khusus cabang olahraga.

4) Aktifitas gerak teknik cabang olahraga


i) Prinsip Latihan Jangka Panjang (Long Term Training)

Prestasi olahraga tidak dapat dicapai secara instant. Untuk mencapai prestasi

terbaik diperlukan waktu yang lama. Pengaruh beban latihan tidak dapat

diadaptasi oleh tubuh secara mendadak, tetapi memerlukan waktu dan harus

bertahap serta kontinyu. Pencapaian prestasi maksimal harus didukung dengan

kemampuan dan keterampilan gerak. Persiapan proses latihan harus teratur,

intensif dan progresif membutuhkan waktu antara 4-10 tahun. Oleh karena itu,

latihan jangka waktu panjang selalu dipengarui oleh pertumbuhan dan

perkembangan anak, peletakkan gerak, serta strategi pembelajaran.

j) Prinsip Berkebalikan (Reversibility)

Artinya, bila atelt berhenti dari latihan dalam waktu tertentu bahkan dalam

waktu yang lama, maka kualitas organ tubuhnya akan mengalami penurunan

funsi secara otomatis. Sebab proses adaptasi yang terjadi sebagai hasil dari

latihan akan menurun bahkan hilang.

k) Prinsip Tidak Berlebihan (Moderat)

Keberhasilan latihan jangka panjang sngat ditentukan pembebanan yang tidak

berlebihan. Artinya, pembebanan harus disesuaikan dengan tingkat

kemampuan, pertumbuhan, dan perkembangan atlet, sehingga beban latihan

yang diberikan benar-benar tepat.

l) Prinsip Sistematik

Prestasi atlet sifatnya labil dan sementara, sehingga prinsip ini berkaitan dengan

ukuran (dosis) pembebanan dan skala prioritas sasaran latihan. Skala prioritas

latihan berhubungan dengan urutan sasaran dan materi latihan utama yang
disesuaikan dengan periodesasi latihan. Yang memilki tujuan latihan yang

berbeda baik dalam aspek fisik, teknik, taktik, maupun psikologis.

Dengan demikian yang dimaksud latihan dalam penelitian ini adalah proses kerja

yang harus dilakukan secara sistematis, berulang-ulang, berkesinambungan untuk

menyempurnakan kemampuan berolahraga menggunakan metode dan aturan

sehingga tujuan dapat tercapai pada waktunya.

e. Efek Latihan

Beberapa perubahan yang terjadi setelah melakukan latihan yaitu perubahan otot,

perubahan sistem cardiopulmonary, tulang, tendon dan ligamen, tulang rawan dan

persendian, penurunan tekanan darah sistole dan diastole. Efek jangka panjang dari

latihan juga berefek pada meningkatnya kemampuan sistem pernafasan, fungsi

jantung, paru-paru, sirkulasi darah, dan volume darah. Latihan juga mempengaruhi

kemampuan fisik, antara lain meningkatkan ketahanan otot, kekuatan, power,

kerapatan tulang, dan juga menguatkan tendon dan ligamen (Sukadiyanto, 2010: 18).

2. Menggiring Bola (Dribbling)

Menurut Sucipto dkk., (2000: 28) “pada dasarnya menggiring bola adalah

menendang terputus-putus atau pelan-pelan, oleh karena itu bagian kaki yang

dipergunakan dalam menggiring bola sama dengan bagian kaki yang dipergunakan

untuk menendang bola”.“Pada dasarnya menggiring bola adalah keterampilan dasar

dalam sepakbola karena semua pemain harus mampu menguasai bola saat sedang

bergerak, berjalan, berlari, berdiri, atau bersiap melakukan operan atau tembakan”

(Danny Mielke 2007: 1).Bukan suatu kejadian yang kebetulan, bahwa pemain yang

mempesona adalah pemain-pemain yang baik dalam menggiring bola. Lebih lanjut

menurut
Danny Mielke (2007: 2-5) “macam-macam cara menggiring bola (dribbling)

dalam praktek bermain ada tiga yaitu: (1) dribbling menggunakan sisi kaki bagian

dalam; (2) dribbling dengan sisi kaki bagian luar; dan (3) dribbling menggunakan kura-

kura kaki”.

Menurut Sucipto, dkk. (2000: 28) teknik dasar menggiring bola dilakukan

dengan tiga cara:

1) Menggiring bola dengan kaki bagian dalam :

a) Posisi kaki menggiring bola sama dengan posisi menendang bola.

b) Kaki yang digunakan untuk menggiring bola tidak ditarik kebelakang hanya

diayunkan ke depan.

c) Diupayakan setiap melangkah, secara teratur bola disentuh/didorong

bergulir ke depan.

d) Bola bergulir harus selalu dekat dengan kaki, dengan demikian bola tetap

dikuasai.

e) Pada waktu menggiring bola kedua lutut sedikit ditekuk untuk mempermudah

penguasaan bola.

f) Pada saat kaki menyentuh bola, pandangan kearah bola dan selanjutnya melihat

situasi lapangan.

g) Kedua lengan menjaga keseimbangan di samping badan.

2) Menggiring bola dengan kaki bagian luar :

a) Posisi kaki menggiring bola sama dengan posisi menendang dengan punggung

kaki bagian luar.

b) Kaki yang digunakan menggiring bola hanya menyentuh atau

mendorong bola bergulir kedepan.

c) Setiap melangkah secara teratur kaki menyentuh bola.


d) Bola selalu dekat dengan kaki agar bola tetap dikuasai.

e) Kedua lutut sedikit ditekuk agar mudah untuk menguasai bola.

f) Pada saat kaki menyentuh bola pandangan ke arah bola.

3) Menggiring bola dengan punggung kaki.

a) Posisi kaki menggiring bola sama dengan posisi menendang dengan punggung

kaki.

b) Kaki yang digunakan menggiring bola hanya menyentuh/mendorong bola tanpa

terlebih dahulu di tarik ke belakang dan diayun ke depan.

c) Setiap melangkah secara teratur kaki menyentuh bola.

d) Bola bergulir harus selalu dekat dengan kaki.

e) Kedua lutut sedikit ditekuk agar mudah menguasai bola.

f) Pandangan melihat bola pada saat kaki menyentuh, kemudian lihat situasi dan

kemudian lengan menjaga disamping badan.

Menurut Komarudin (2005: 43) cara melakukan dribbling adalah sebagai berikut:

a) Fokus terhadap bola dan keadaan sekitar dalam menentukan kemana arah yang

akan kita tuju.

b) Saat dalam tekanan lawan perkenaan bola dengan kaki harus dekat dan

dilindungi oleh bagian tubuh yang lain. Dan sentuhan bola harus sesering

mungkin atau banyak sentuhan agar lawan kesulitan merebutnya. Faktor

kelincahan dalam melewati lawan sangat dibutuhkan disini.

c) Saat bebas dari tekanan lawan, pemain mempunyai banyak waktu untuk melihat

kondisi sekitar dan memutuskan apa yang harus dilakukan. Biasanya sentuhan

dengan bola lebih sedikit.


d) Saat dribbling cepat tanpa kawalan, pemain hanya menyodor bola kedepan yang

terukur, kemudian lari secepat mungkin dengan bola, kemudian menyodor bola

kembali sampai ke tempat tujuan.

Menggiring bola dapat diikuti oleh gerakan selanjutnya yaitu berupa passing

(mengoper) atau shooting (menembak).Salah satu filosofi dalam dribbling adalah

“pemain yang mengendalikan bola, bukan bola yang mengendalikan pemain”.

3. Keterampilan Menggiring Bola Zig-Zag

Menggiring bola zig zag adalah menggiring melewati rintangan dengan

menggunakan teknik menggiring bola berkelok-kelok atau berliku-liku.Teknik dasar

menggiring bola zig-zag adalah dengan menggunakan punggung kaki, kaki bagian luar

maupun kaki bagian dalam. Keterampilan dalam menggiring bola zig zag ada dua yaitu

keterampilan menggiring bola zig zag satu kaki dan keterampilan mengiring bola zig-

zag dua kaki

1) Ketereampilan menggiring bola zig-zag satu kaki

Teknik dasar menggiring bola zig zag adalah dengan menggunakan punggung kaki,

kaki bagian luar maupun bagian dalam. Menggiring bola zig-zag dilaksanakan

dengan melewati rintangan dengan menggunakan kaki kanan saja, waktu melampaui

rintangan yaitu melewati tongkat yang disusun dengan jarak kurang lebih satu meter,

waktu melewati sebelah kanan dengan menggunakan kura-kura bagian dalam waktu

melewati sebelah kiri dengan kura-kura bagian luar.

2) Keterampilan menggiring bola zig-zag dua kaki

Menggiring bola zig-zag dua kaki kanan dan kiri secara bergantian bola didorong

dengan kura-kura bagian dalam, waktu melampaui disebelah kanan tongkat


rintangan digunakan kura-kura bagian dalam kaki kanan, waktu melampaui sebelah

kiri tongkat rintangan digunakan kura-kura kaki bagian dalam kaki kiri.

4. Keterampilan Shooting

a. Pengertian Shooting

Shooting adalah salah satu kemampuan individu dalam permainan sepakbola dengan

tujuan memasukan bola ke dalam gawang. Teknik dasar menendang bola dengan kaki

kura-kura penuh biasa digunakan para pemain sepakbola dengan tujuan untuk

memasukan bola ke dalam tiang gawang. Sukatamsi (1995:84).

Tendangan dengan punggung kaki seringkali dilakukan guna menghasilkan bola

jauh dan keras serta terarah, biasanya tendangan punggung kaki dilakukan dalam bola-

bola shooting ke gawang (Joseph A Luxbacher, 2012:15)

b. Pengertian Keterampilan

Keterampilan merupakan kemampuan dasar yang melekat dalam diri manusia, yang

kemudian dilatih, diasah, serta dikembangkan secara terus menerus dan berkelanjutan

guna menjadikan kemampuan seseorang menjadi potensial, sehingga kemudian

seseorang tersebut menjadi ahli serta profesional di bidang tertentu.

Keterampilan bisa mengalami perkembangan, atau peningkatan dengan proses

belajar atau didasari dengan beragam ilmu. Jika awalnya merasa tidak ada keterampilan,

tetapi terus dilatih, diasah, serta dikembangkan kemudian seiring berjalannya waktu

akan memunculkan keterampilan yang berkembang melalui proses belajar.

Begitu juga sebaliknya, apabila di dalam diri manusia memiliki keterampilan yang

potensial, tetapi tidak dikembangkan atau dibiarkan begitu saja, sehingga akan terjadi

kemungkinan bahwa keterampilan dalam diri seseorang tersebut akan berkurang.


c. Pengertian Keterampilan dan Ketepatan Shooting

Menurut Nadler (1986), keterampilan dimaknai sebagai sekumpulan proses

penggalian dan pengembangan potensi dalam diri dengan sejumlah aktivitas, serta

diwujudkan dalam praktek secara langsung, yang dilakukan secara berkelanjutan.

Sedangkan Dunette (1976) mengemukakan pandangan dan pemikiran bahwa

keterampilan merupakan pengetahuan yang didapatkan serta dikembangkan melalui

proses latihan atau training, serta dibekali sejumlah pengalaman dengan melakukan

bermacam- macam tugas yang diberikan

Menurut Suharno dalam Nurrachman (2018: 32), ketepatan adalah kemampuan

seseorang untuk mengarahkan suatu gerak ke suatu sasaran sesuai dengan tujuannya.

Dengan kata lain bahwa ketepatan adalah kesesuaian antara kehendak (yang diinginkan)

dan kenyataan (hasil) yang diperoleh terhadap sasaran (tujuan) tertentu. Ketepatan

berhubungan dengan keinginan seseorang untuk memberi arah kepada sasaran dengan

maksud tujuan tertentu. Suharno dalam Nurrachman (2018: 33) menyatakan bahwa

manfaat ketepatan dalam permianan sepakbola meliputi; (1) meningkatkan prestasi atlet,

(2) gerakan anak latih dapat efektif dan efisien, (3) mencegah terjadinya cedera (4)

Mempermudah menguasai teknik dan taktik. Dari pendapat diatas dapat ditarik

kesimpulan bahwa ketepatan adalah kemampuan dalam melakukan gerak ke arah

sasaran tertentu dengan maksud dan tujuan tertentu.

Menembak bola (shooting) adalah tendangan ke arah gawang dengan tujuan untuk

memasukkan bola ke gawang lawan. Shooting merupakan salah satu teknik dasar yang

harus dikuasai oleh setiap pemain dalam permainan sepakbola, karena menjadi salah

satu kunci untuk dapat mencetak gol atau menambah skor. Menurut Pamungkas (2008:

154), shooting adalah tendangan yang dilakukan oleh seorang pemain terhadap target
sasaran (gawang). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keterampilan/ketepatan

shooting merupakan kemampuan dalam melakukan tendangan ke arah gawang lawan

dengan tujuan untuk memasukkan bola ke gawang lawan.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Shooting

Keterampilan shooting dipengaruhi oleh beberapa faktor baik internal maupun

eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri subyek

sehingga dapat dikontrol oleh subyek. Faktor eksternal dipengaruhi dari luar subyek,

dan tidak dapat dikontrol oleh diri subyek.

Suharno dalam Nurrachman (2018: 33) mengemukakan bahwa faktor-faktor penentu

baik tidaknya ketepatan (accuracy) adalah sebagai berikut:

1) Koordinasi tinggi berarti ketepatan tinggi, korelasinya sangat positif.

2) Besar dan kecilnya (luas dan sempitnya) sasaran.

3) Ketajaman indera dan pengaturan syarat.

4) Jauh dan dekatnya bidang sasaran.

5) Penguasaan teknik yang besar akan mempunyai sumbangan baik terhadap

ketepatan mengarahkan gerakan.

6) Cepat lambatnya gerakan yang dilakukan.

7) Feeling dari anak latih serta ketelitian.

8) Kuat dan lemahnya suatu gerakan.

Selain pendapat di atas, Soedjono (1985: 63) menyatakan bahwa sikap pribadi

pemain merupakan faktor utama yang dapat mendukung atau menunjang

keberhasilan dalam menembak bola atau shooting. Faktor-faktor yang berpengaruh

dalam ketepatan shooting, antara lain :


1) Kekuatan otot adalah komponen yang sangat penting guna meningkatkan

kondisi fisik secara keseluruhan.

2) Sikap badan saat melakukan Shooting, yaitu badan di belakang bola sedikit

condong ke depan, kaki tumpu diletakkan disamping bola dengan ujung kaki

menghadap kesasaran, dan kaki sedikit ditekuk.

3) Konsentrasi dan pandangan mata.

4) Perkenaan atau sentuhan kaki pada bola tepat pada punggung kaki penuh dan

tepat pada tengah-tengah bola.

Sukadiyanto (2010: 102) juga mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi

ketepatan, antara lain: tingkat kesulitan, pengalaman, keterampilan sebelumnya,

jenis keterampilan, perasaan, dan kemampuan mengantisipasi gerak.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor- faktor yang

menentukan ketepatan adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang (internal)

dan faktor yang berasal dari luar diri seseorang (eksternal). Faktor internal antara

lain keterampilan (koordinasi, kuat lemah gerakan, cepat lambatnya gerakan,

penguasaan teknik, kemampuan mengantisipasi gerak), dan perasaan (feeling,

ketelitian, ketajaman indera). Sedangkan faktor eksternal antara lain tingkat

kesulitan (besar kecilnya sasaran, jarak), dan keadaan lingkungan.

5. Hakikat Futsal

a. Pengertian Futsal

Futsal adalah permainan berupa regu terdiri atas 5 lawan 5, dan produktivitas setiap

gol pertandingannya sangat cepat sehingga olahraga ini nyaman untuk ditekuni. Menang
atau kalah dalam pertandingan dilihat dari tingkat baik buruknya pemain serta proses

strategi dalam pertandingan. Menurut Mulyono (2017: 5) futsal adalah salah satu cabang

olahraga yang termaksud bentuk permainan bola besar. Sepak bola futsal yang

dimainkan di dalam ruangan adalah olahraga berupa team dengan sifat dinamis.

Sedangkan menurut Naser & Ali (2016: 1) pengertian futsal adalah sebuah versi

sepakbola yang dimainkan di dalam ruangan lima melawan lima (satu penjaga gawang

dan lima sebagai pemain) yang telah disetujui oleh badan pengatur sepak bola

internasional atau yang biasa kita sebut (Federation International de asosiasi sepakbola,

FIFA 2014).

Menurut Rezaimanesh (2012: 3138) disetiap kompetisi pertandingan olahraga atlet

dapat memecahkan rekor yang dilakukan sebelum atau sesudah dengan hasil yang jauh

lebih baik karena persiapan fisik, mental dan teknis. Serrano (2013: 157) menambahkan

mengenai keputusan juga faktor-faktor penting kenyamanan dalam permainan. Menurut

Dogramaci (2011: 650) secara alami, hasil pertandingan adalah penentu utama intensitas

selama pertandingan pertandingan futsal. Menjadi tinggi insensitas pemain futsal juga

akan lebih cepat ketika merasakan kelelahan antara waktu ketika permainan

berlangsung. Permainan bentuk team futsal mampu bertransisi dalam hitungan perdetik,

dengan mengiringi perubahan dari posisi bertahan ke serangan begitu pula sebaliknya

(Aji 2016: 84).

Menurut Mulyono (2017: 5) futsal adalah salah satu di antara cabang olahraga yang

termaksud bentuk permainan bola besar. Sepak bola berkembang menjadi alternatif

olahraga futsal, karena lebih efesien untuk digunakan lahan sera ukuran lapangan yang

agak lebih kecil. Futsal dimainkan oleh dua tim yang masing-masing terdiri atas lima

pemain, salah satunya adalah kiper, futal mempunyai karakteristik di antaranya adalah

semua pemain aktif berpartisipasi secara merata dan kapan saja bisa main walaupun
dalam keadaan fase bertahan atau menyerang, eksekusi sangat cepat dengan tingkat

presisi yang sangat tinggi sehingga dapat mengejutkan lawan kemudian melakukan

langkah cepat sepanjang permainan.

Olahraga permainan futsal seolah-olah mengalir begitu saja, karena atlet kewajiban

melakukan improvisasi arahan dari pelaih ketika dalam menghadapi yang berbeda-beda,

sehingga diperlukan konsentrasi dan intlegensi yang tinggi. Tiap atlet diharuskan

berjuang agar selalu menguasai mengontrol bola, dan juga ditekankan agar selalu berlari

dengan tempo yang tinggi, hal ini sesuai dengan pernyataan Lhaksana (2012: 4) bahwa

olahraga futsal merupakan permainan dinamis dan cepat, dan transisi bola bertahan ke

menyerang harus seimbang. Setiap altet melakukan gerakan kombinasi tubuh yang baik

dari rotasi sepatu pemain dan permukaan lapangan futsal. Menurut Sarmento (2016:

628) analisis permainan futsal semestinya tidak hanya mencakup aksi permainan di

lapangan saja, namum sebaiknya pemain futsal yang dapat dihasilkan dari lapangan

khususnya pola atau strategi untuk menciptakan gol.

Olahraga futsal mempunyaai kesamaan dengan sepak bola, salah satu bentuk

kesamaannya adalah memiliki tujuan untuk merebut bola dari penguasaan lawan dan

memasukkan bola sebanyak mungkin, serta menjaga pertahanan sehinggah tidak

kemasukan bola, dan pemenang diketahui dari total gol tercipta. Walaupun futsal dan

sepak bola itu sepintas hanya memiliki kesamaan namun ada beberapa yang

membedakan.

Berdasarkan penjelasan penjelasan para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa

permainan futsal adalah sebuah permainan dilakukan dengan dua regu yang masing-

masing terdiri atas lima orang pemain disetiap team. Permainan futsal merupakan hasil

dari adopsi olahraga sepak bola yang telah dimodivikasi menjadi sebuah permainan dan
memiliki tujuan yang sama yaitu merebut bola dari penguasaan lawan juga mencetak

gol sebanyak banyaknya ke gawang dengan melibatkan seluruh tubuh tidak termaksud

tangan. Olahraga futsal sendiri mempunyai peraturan yang sangat terperinci, sehingga

bisa membedakan mana sepak bola dan mana futsal. Adapun khusus aturan di lapangan

baik ukuran tertentu seperti, ukuran bola, ukuran pada gawang, ukuran

lapangan,permainan, dan tidak terbatas melakukan pergantian pemain.

b. Peraturan Olahraga Futsal

1) Bola

Pada permainan futsal, bola yang digunakan berbeda dengan bola yang biasa

digunakan dalam permainan sepakbola. Ukuran bola standar international yang

digunakan dalam permainan futsal ukurannya lebih kecil ketimbang bola yang

digunakan dalam permainan sepak bola. terdapat beberapa aturan bola yang harus

diperhatikan. Menurut standar aturan resmi FIFA dalam law of the game (2014: 5)

bola yang digunakan harus:

a) Mempunyai bentuk bulat

b) Bahan kulit atau sejenisnya

c) Minimal 62 cm dan maksimalnya 64 cm.

d) Ketika pertandingan berat bola minimal 400 gram dan

maksilamnya 440 gram.

e) Mempunyai tekanan yang sama dengan 0,6-0,9 atmosfir (600-900 gram).

f) Ketika dipantulkan ketinggian bola antara 50cm –65 cm dari dau meter.

2) Lapangan Futsal
Menurut Aji (2016: 96) lapangan futsal memiliki ukuran ukuran tersendiri

seperti bentuk persegi panjang dengan ukuran 25-42 m, dan lebar lapangan 25 m.

Dimaksudkan lapangan berbentuk bujar sangakar dengan garis ke samping

kemudian pembatas lapangan harus lebih panjang dari pada garis gawang, minimal

panjang 25 m kemudian untuk panjang 42 m lebar minimal 16 m dan maksimalnya

25 m. Ukurukan yang digunakan untuk pertandingan internasional adalah

panjangnya minimal 38 m, dan maksimalnya 42 m, kemudian lebar untuk

ukurannya minimal 20 m, kemudian maksimalnya 25 m. Lapangan mempunyai

segala sesuatu yang sudah diatur dalam menggunakan batas batas lapangan yang

ditujukan kepada pemain agar mengetahui bola masih keadaan aktif atau tidak

(Mulynoo, 2014: 10). Lapangan futsal juga mempunyai tanda garis yang menempel

di lapangan, diperoleh dua garis pembatas utama yaitu garis pada gawang dan garis

pada lapangan. Lapangan menjadi dua bagian dengan digunakannya garis tengah

lapangan, dimana diameternya diberi tanda titik bulat yang persis di tengah-tengah

lapangan. Tanda titik bulat letaknya di tengah memiiki fungsi untuk menaruh bola

di tengah menandakan dimulainya pertandingan, kemudian titik bulat bertanda

sebuah lingkaran yang memiliki radius 3 m.

Didalam area pinalti memiliki tanda garis yang berbentuk setegah lingkaran dari

kedua garis berukuran seperempat lingkaran. Adapun ketentuannya sebagai berikut:

a) Tendangan titik penalti pertama:

Terletak posisi yang berjarak 6 m dari titik tengah yang berada diantara kedua

tiang gawang.

b) Tendangan titik penalti kedua


Terletak posisi 10 m dari titik tengah yang berada diantara kedua tiang dan

gawang.

Tendangan sudut disetiap pojok lapangan telah dibuat garis berbentuk

seperempat lingkaran yang mempunyai 25 jari-jari cm. Tendangan sudut adalah

jalan untuk memulai kembali permainan, kemudian melalui tengan sudut dapat

menciptakan gol akan tetapi diberikan untuk tim lawan. Mengenai pemberian

tendangan pojok dalam.

3) Gawang

Menurut Aji (2016: 98) garis gawang harus ditempatkan pada bagian tengah.

Gawang adalah salah satu alat perlengkapan futsal yang letaknya pada posisi kedua

sisi lapangan (Mulyono, 2017: 55). Aturan law of the games futsal (2012: 4) posisi

gawang wajib pada bagian tengah diantara masing-masing garis gawang. Pada

dasarnya futsal dan sepak bola memiliki kesamaan mengenai gawang, yakni

memiliki dua tiang diantara tiang yang satu dan tiang lainnya, kemudian bentuknya

horizontal yang terletak bagian tas diantara masing-masing kedua tiang. Akan

tetapi, ukuran gawang dalam permainan futsal memiliki ukuran yang lebih kecil

ketimbang ukuran gawang dalam permainan sepak bola. Bentuk penopang pada

tiang gawang hanya bolehkan berbentuk kotak dan lingkaran, dari kedua pilihan

tersebut penopang yang berbentuk lingkaran lebih untuk dianjurkan, alasannya

karena relatif lebih aman bila bola terbentur pada penopang akan menghasilkan

pantulan bola yang akurat.

Tinggi gawang permainan futsal masing-masing memiliki dua meter dan tiga

meter. Jaring gawang lataknya pada bagian belakang tiang pas diluar garis

pembatas. Ukuran bagian atas jaring gawang adalah 80 cm dan ukurang bagian
bawah 100 cm, kemudian bahan tali gawang dianjurkan dengan tali nilon karena

bahasnya agak kuat dan tahan lama.

4) Durasi Pertandingan

Durasi pertandingan futsal 2 x 20 menit bersih selama dua babak. Durasi akan

dilanjutkan apabila selama pertandingan belum diketahui pemenangnya. Oleh

karena itu durasi pertandingan ditambahkan kurang lebih 2 x 10 menit, jika masih

tetap seimbang maka wasit menentukan dengan cara pinalti. Tiap-tiap tim diberikan

kesempatan untuk melakukan time out. Time out memiliki durasi kurang lebih satu

menit, kemudian untuk waktu istirahat diantara babak kedua dan pertama maksimal

12 menit.

5) Jumlah Pemain

Saat pertandingan futsal berjalan, masing masing dari kedua tim tersebut terdiri

atas 5 player yang berada di lapangan, salah satunya yaitu kiper. Permainan futsal

dalam pertandingan pemain tidak dibatasi pergantian pemain, maksudnya setiap

player diizinkan berbuat bergantian pemain sewaktu waktu dalam pertandingan.

Pergantian dapat dibolehkan ketika bola berada didalam lapangan ataupun di luar.

Jumlah player pengganti di batasi hingga 9 player (law of the games, 2012: 8).

Kiper juga dapat bergantian posisi dengan pemain lainnya pada saat permainan.

6) Perlengkapan Pemain

Menurut law of the games (2012: 10) setiap pemain diwajibkan memakai

perlengkapan bertujuan menunjang pemain. Adapun beberapa dasar perlengkapan

yang wajib dimiliki seorang pemain adalah:

a) Memakai seragam kostum team kecuali kiper.


b) Celana pendek, jika pemain memakai celana yang bentuknya stretch pants

maka warnanya ikut menyusuaikan dengan warna utama.

c) Memakai kaos kaki, juga plaster disesuaikan dengan warna yang sudah

disepakati.

d) Wajib memakai shinguards

e) Sepatu yang dipakai harus sama dengan model yang diperkenankan petunjuk

lapangan.

7) Wasit

Dalam peraturan pertandingan futsal akan dipimpin oleh kedua wasit yang telah

mempunyai keputusan penuh dalam mengontrol permainan. Wasit bertanggung

jawab dalam mengamplikasikan aturan aturan yang sudah ditentukan oleh wasit,

kemudian menjamin pemain untuk mengikuti semua aturan yang wasit tetapkan

agar pemain dengan kondisi yang baik untuk mengamati pelanggaran. Kesuksesan

wasit dalam olahraga futsal sekurang kurangnya sebagian kemampuannya

menjalankan tuntutan fisik dan psikologis yang digunakan sewaktu berlangsungnya

pertandingan.

Dari penjelasan beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa untuk permainan futsal

dan sepak bola mempunyai lebih dari dua kesamaan, tetapi permainan olahraga

futsal mempunyai autran sendiri yang sudah ditetapkan oleh FIFA.

6. Ekstrakulikuler

a. Hakikat Ekstrakulikuler

Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang diikuti siswa yang tidak termasuk

dalam kurikulum normal sekolah. Siswa ditemukan di semua tingkatan sekolah. Ada
banyak bentuk kegiatan ekstrakurikuler seperti olahraga, futsal, basket, voli, takraw

(Singh & Mishra, 2013: 92).

Menurut Adamczyk (2012: 414) keterlibatan kegiatan ekstrakurikuler terdapat

kegiatan sekuler yang telah didukung, kemudian memungkinkan seseorang memupuk

sebuah pertemenan yang baru. Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilaksanakan di

luar jam pelajaran yang dilaksanakan dalam lingkup sekolah maupun di luar sekolah

dengan tujuan menyalurkan bakat dan minat dalam meningkatkan pembinaan. Kegiatan

ekstrakurikuler kebanyakan dari remaja, karena dasarnya untuk membantu

mengembangkan motorik kasar pada siswa. Menurut Corey & Bonnie (2011: 582)

aktivitas ekstrakurikuler dapat membuat remaja berkembang dan berpengalaman untuk

meningkatkan pribadi dan interpersonal yang positif. Menurut Armenta (2011: 158)

kegiatan ekstrakurikuler dalam olahraga telah menjadi bagian integral dari lingkungan

sekolah. Diperolehnya suatu keberhasilan, dinilai dari sistem administrasi yang

bergantung dari kualitas dan fasilitas yang digunakan di sekolah, mulai dari kualitas

kurikulum, kualitas pengajaran, kualitas kepemimpinan, serta kualitas yang profesional

tenaga pendidik di sekolah. Menurut Amy & Jennifer (2012: 28) ekstrakurikuler sangat

tersebut berhubungan erat dengan prestasi akademik. Kegiatan ektrakurikuler

merupakan salah satu alat universitas dalam melakukan tugas sebagai sebuah sarana

untuk mencapai tujuan dari pendidikan, kesehatan sosial, psikologis, ekonomi dan fisik

bagi siswa mereka, jika hal tersebut dilaksanakan dengan sebaik-baik maka

disempurnakan rencananya untuk mengevaluasi dan memantau. Menurut Filiz (2012:

828) dalam meningkatkan keterampilan interaksi siswa selama pendidikan formal sangat

efektif. Maksudnya dalam setiap kegiatan ekstrakulikuler pengajar di sekolah dapat

memantau ataupun mengawasi kemajuan siswa di luar jam sekolah melalui kegiatan

ekstrakurikuler yang akan dikembangkan sesuai dengan bakat dan minat siswa itu
sendiri. Menurut Bradley & Conway (2016: 1) aktivitas ekstrakurikuler dapat

dipengaruhi bagi siswa yang telah memiliki karakteristik non-kognitif.

Aktivitas di luar kelas memberikan kepada seluruh siswa dalam mengambangkan

kemampuan dan meningkatkan belajar dalam bekerja sama di dalam berolahraga, serta

mengembangkan mental dengan cara mengikuti kompetisi dalam berbagai olahraga

yang digemarinya.

b. Tujuan Ekstrakulikuler

Bakoban & Aljarallah (2015: 2737) tujuan kegiatan ektrakurikuler adalah untuk

menjadikan siswa lebih fokus pada setiap individu (siswa), institusional lebih

meningkat, serta membuat sebuah komunitas yang lebih luas. Tujuan aktivitas

ekstrakurikuler untuk menunjang suatu keberhasilan belajar siswa di luar jam sekolah

yang memiliki keterbatasan di setiap pelajarannya. Menurut Singh & Mishra (2013: 92)

keikutsertaan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler dapat dikaitkan dengan kegiatan

sosial dan keikutsertaan siswa. Ekstrakurikuler sebagai sarana penunjang untuk proses

pembelajaran yang akan dilaksanakan di sekolah sebagaimana untuk mengaplikasikan

praktik dan teori yang telah didapatkan sebagai bentuk hasil prosess pembelajaran.

Menurut Tristan (2014: 444) ekstrakurikuler olahraga dirancang untuk memberikan

pengalaman olahraga motivasi yang positif terhadap siswa.

Berdasarkan keterangan beberapa ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

kegiatan ektrakulikuler bertujuan agar siswa dapat memperluas pengetahuan baik di luar

jam sekolah maupun jam pembelajaran di kelas. Mengetahui hubungan antara berbagai

bentuk pengetahuan, dapat menyalurkan bakat dan minat dalam rangka memperluas

wawasan maupun untuk meningkatkan penerapan nilai pengetahuan tentang olahraga,

merupakan tujuan yang lain.


7. SFC Futsal SMA Negeri 2 Makassar

SMA Negeri 2 Makassar, merupakan salah satu Sekolah Menengah Atas Negeri yang

ada di Provinsi Sulawesi Selatan, yang berlokasi di . Jln. Baji Gau III No. 17, Makassar,

Sulawesi Selatan, Indonesia. Sama dengan SMA pada umumnya di Indonesia masa

pendidikan sekolah di SMA Negeri 2 Makassar ditempuh dalam waktu tiga tahun pelajaran,

mulai dari Kelas X sampai Kelas XII. Didirikan pada tahun 1957. Di bawah naungan OSIS,

SFC merupakan salah satu ekstrakulikuler yang ada di SMA Negeri 2 Makassar yang

didirikan pada tahun 2000 hingga sampai saat ini.

B. Kerangka Berpikir

Berdasarkan landasan teori di atas maka dapat dijadikan suatu kerangka berpikir,

permainan futsal merupakan permainan yang membutuhkan berbagai penguasaan

keterampilan dasar seperti kemampuan keterampilan/ketepatan shooting, dribiling, stoping,

passing, heading, sliding tackle, trow- in, dan goal keeping. Kemampuan keterampilan

shooting sangat dibutuhkan dalam permainan futsal karena tujuan futsal yaitu memasukkan

bola ke gawang lawan sebanyak-banyaknya. Semakin baik dan terampil kemampuan

pemain dalam shooting, semakin dapat mendukung tercapainya tujuan permainan futsal.

Melakukan shooting dengan tepat sasaran bukan hal yang mudah, karena menyangkut

kontrol emosi dan penguasaan keterampilan dasar. Kondisi mental pemain turut

menentukan keberhasilan dalam melakukan shooting. Pemain yang kurang dapat mengatur

kondisi mental, tentu dapat mengalami kesulitan ketika melakukan shooting. Oleh sebab

itu, dibutuhkan latihan yang dapat mendukung kemampuan keterampilan shooting, latihan

yang dapat dilakukan yaitu latihan dribbling lurus dan dribbling zig-zag terhadap

keterampilan.shooting ke gawang lawan.

C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka, penelitian yang relevan dan kerangka berpikir di atas, dapat

dirumuskan hipotesis:

1) Ada pengaruh latihan dribbling lurus lalu shooting ke gawang terhadap

keterampilan shooting pemain SFC Futsal SMA Negeri 2 Makassar

2) Ada pengaruh latihan dribbling zig-zag lalu shooting ke gawang terhadap

keterampilan shooting pemain SFC Futsal SMA Negeri 2 Makassar

3) Terdapat perbedaan yang signifikan antara pengaruh latihan dribbling lurus dan

dribbling zig-zag dalam peningkatan keterampilan shooting ke gawang pada

pemain SFC Futsal SMA Negeri 2 Makassar.


BAB III

METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian merupakan metode yang dipergunakan untuk mencari

pembuktian secara ilmiah yang dilakukan secara sistematis untuk mengungkapkan dan

memberikan jawaban atas permasalahan yang dikemukakan dalam suatu penelitian, sehingga

arah dan tujuan pengungkapan fakta atau kebenaran sesuai dengan apa yang ditemukan dalam

penelitian dan betul-betul sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

A. Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen. Sugiyono (2009: 107)

menyatakan bahwa penelitian eksperimen merupakan penelitian untuk mencari pengaruh

perlakuan tertentu terhadap kondisi yang terkendali. Pada penelitian ini, pengaruh yang

dilihat adalah pengaruh latihan dribbling lurus satu lalu shooting dan latihan dribbling zig-

zag lalu shooting terhadap keterampilan shooting ke gawang pada pemain SFC Futsal SMA

Negeri 2 Makassar.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Goro Arena yang beralamat di Jalan Yusuf Daeng

Ngawing, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

B. Variabel dan Desain Penelitian

1. Variabel Penelitian

Menurut Hatch dan Farhady dalam Sugiyono (2015:60) mengatakan bahwa: “secara

teoritis variabel didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek, yang mempunyai

“variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain”.
Sedangkan menurut Sudaryono, Margono, Rahayu, (2013:20) mengatakkan bahwa:

“Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,

kemudian ditarik kesimpulannya”.

Adapun variabel yang ingin diteliti adalah:

a. Variabel bebas (Independent Variable)

 Pengaruh Dribbling Lurus dan Dribbling Zig-Zag

b. Variabel Terikat (dependent Variable)

 Keterampilan Shooting ke Gawang dalam Permainan Futsal

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah “Two Groups Pretest-

Posttest Design”, dimana terdapat tes sebelum diberi perlakuan (pretest) dan tes setelah

diberi perlakuan (posttest). Dengan demikian dapat diketahui lebih akurat pengaruh yang

diberikan, karena dapat membandingkan sebelum diberi perlakuan (Sugiyono, 2006: 64).

Penelitian ini akan membandingkan hasil pretest dan posttest kemampuan keterampilan

shooting pemain SFC Futsal SMA Negeri 2 Makassar.

Gambaran desain penelitian adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Desain Penelitian


Keterangan:
P : Populasi penelitian
S : Sampel penelitian
OP : Ordinal Pairing
Pretest : Tes awal sebelum perlakuan
Posttest : Tes akhir setelah perlakuan
Kelompok A : Kelompok latihan lari lurus satu sentuhan shooting
Kelompok B : Kelompok latihan lari zig zag satu sentuhan shooting

Pembagian kelompok dilakukan secara seimbang menggunakan teknik “Ordinal

Pairing”. Ordinal pairing adalah pemisahan sampel yang didasari atas kriterium ordinal

(Sutrisno Hadi, 2000: 111). sampel yang memiliki kemampuan sama dipasangkan,

kemudian anggota setiap pasangan dipisahkan dalam dua kelompok. Pembagian kelompok

didasarkan pada hasil pretest ketepatan shooting, langkah awal adalah melakukan pretest

kemudian hasilnya dirangking, subjek yang memiliki kemampuan setara dipasang-

pasangkan lalu dibagi ke dalam kelompok A (kelompok latihan lari lurus satu sentuhan

shooting) dan kelompok B (kelompok latihan lari zig-zag satu sentuhan shooting). Dengan

demikian, kedua kelompok tersebut sebelum diberi perlakuan merupakan kelompok yang

seimbang. Apabila pada akhirnya terdapat perbedaan pada hasil posttest, maka hal ini

disebabkan oleh pengaruh perlakuan yang diberikan. Adapun teknik pembagian kelompok

secara ordinal pairing menurut Sutrisno Hadi (1995: 485) disajikan dalam gambar berikut :

Gambar 2. Pembagian Kelompok dengan Ordinal Pairing

C. Definisi Operasional Variabel


Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Latihan Lari Lurus Satu Sentuhan

Shooting dengan Metode Drill dan Latihan Lari Zig-zag Satu Sentuhan Shooting dengan

Metode Drill, sedangkan variabel terikatnya adalah Ketepatan Shooting atlet umur 11-12

tahun Sekolah Sepakbola PERSIMAN. Definisi operasional yang berkaitan dengan

penelitian ini meliputi:

1. Keterampilan Shooting

Keterampilan Shooting merupakan kemampuan atlet mengarahkan bola ke sasaran

gawang, dilakukan sebanyak 2 kali kesempatan bola berjalan dengan jarak/penempatan

bola diletakkan sebelum titik pinalti atau sebelum kotak pinalti dengan jarak 20 meter.

Nilai ketepatan shooting diukur dengan menggunakan skor sasaran yang sudah

disediakan di dalam gawang dengan cara melakukan pretest sebelum treatment

dilakukan dan posttest setelah treatment dilakukan.

2. Latihan Dribbling Lurus lalu Shooting ke Gawang

Latihan dribbling lurus lalu shooting adalah latihan yang menggabungkan antara

dribbling lurus dilanjutkan dengan shooting ke sasaran gawang. Latihan ini diberikan

selama 12 kali pertemuan. Tiap latihan dilakukan dengan waktu 30 menit, intensitas

sedang, dan volume latihan 3 set (10 menit).

3. Latihan Dribbling Zig-zag lalu Shooting ke Gawang

Latihan dribbling zig-zag lalu hooting adalah latihan yang menggabungkan antara

dribbling zig-zag dilanjutkan shooting ke sasaran gawang. Latihan ini diberikan selama

12 kali pertemuan. Tiap latihan dilakukan dengan waktu 30 menit, intensitas sedang,

dan volume latihan 3 set (10 menit).

D. Populasi dan Sampel


1. Populasi

Menurut Sugiyono (2015:117) mengatakan bahwa: “Populasi adalah generalisasi

yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Sedangkan

menurut Abdullah (2015:226) mengatakan bahwa: “Populasi adalah kumpulan unit yang

akan diteliti ciri-ciri (karakteristik), dan apabila populasinya terlalu luas, maka peneliti

harus mengambil sampel (bagian dari populasi) itu untuk diteliti.”.

Berdasarkan definisi diatas maka populasi merupakan sekumpulan obyek yang

memiliki sifat-sifat yang hampir sama menjadi obyek penelitian, yang akan membantu

dalam usaha memperoleh data untuk menguji kebenaran hipotesis dalam penelitian ini

berdasarkan hal tersebut yang menjadi populasi penelitian ini adalah pemain SFC Futsal

SMA Negeri 2 Makassar

2. Sampel

Menurut Darmadi (2013:50) mengatakan bahwa: “Sampel adalah sebagian dari

populasi yang dijadikan objek/subjek penelitian”. Sedangkan Sugiyono (2015:118) bahwa:

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa sampel adalah sebagain individu yang diperoleh dari

populasi, yang diharapkan dapat mewakili terhadap seluruh populasi. Dengan demikian

sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemain SFC Futsal SMA Negeri 2

Makassar sebanyak 30 siswa dengan tehnik pengambilan sampel adalah random sampling

atau sistem acak.

E. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data empiris sebagai bahan untuk

menguji kebenaran hipotesis. Metode yang digunakan adalah teknik tes dan pengukuran.

Tes yang digunakan adalah tes Shooting Bobby Charlton yang dikemukakan oleh Danny

Mielke (2007: 76). Melalui tes ini akan diperoleh data yang objektif, data yang obyektif ini

akan memudahkan dalam memperoleh penelitian. Adapun langkah-langkah pengumpulan

data adalah sebagai berikut :

1. Melakukan pretest untuk mengukur ketepatan shooting awal sebelum treatment

dilakukan. Adapun langkah yang dilakukan secara urut yaitu pemain berbaris, lalu

dipanggil untuk melakukan shooting sebanyak empat kali ke gawang, kemudian pelatih

mencatat skornya.

2. Membagi pemain ke dalam dua kelompok berdasarkan hasil pretest ketepatan shooting.

Pengelompokkan dilakukan menggunakan teknik ordinal pairing, sehingga diperoleh

dua kelompok dengan kemampuan yang seimbang. Dengan rincian kelompok A diberi

latihan dribbling lurus lalu shooting ke gawang dan kelompok B diberi latihan dribbling

zig-zag lalu shooting ke gawang.

3. Melakukan post test untuk mengukur kemampuan shooting setelah treatment dilakukan.

Adapun langkah yang dilakukan secara urut yaitu pemain berbaris, pemain dipanggil

untuk melakukan shooting. Tiap pemain memiliki waktu 15 detik untuk menendang

empat bola ke gawang (Mielke, 2007: 76). Kemudian skornya dicatat oleh pelatih.

F. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2002: 136), “Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang

digunakan peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjanya lebih mudah dan lebih baik”.

Tes diberikan 2 kali, yaitu sebelum dan sesudah treatment. Instrumen kemampuan Shooting

yang dipakai dalam penelitian ini adalah Tes Shooting Bobby Charlton yang dikemukakan

oleh Danny Mielke (2007: 76). Tes yang diberikan, yaitu dengan membagi bidang gawang
menjadi enam wilayah skor. Sudut atas bernilai 40 poin, sudut bawah bernilai 50 poin.

Bagian atas tengah bernilai 20 poin, bagian bawah tengah bernilai 10 poin. Seorang pemain

memiliki empat bola di depan gawang. Jarak/penempatan bola diletakkan di titik second

pinalty atau penalti titik 12 meter. Pemain melakukan dribbling lurus dan dribbling zig-zag

kemudian shooting. Pelatih akan mencatat skornya. Pembagian wilayah skor ketepatan

shooting ditunjukkan pada gambar berikut :

Gambar 3. Pembagian Wilayah Skoring


(Danny Mielke, 2007: 76)

Pada dasarnya test ini bersifat langsung, prosedur tes adalah sebagai berikut:

1. Perlengkapan dan peralatan, yaitu gawang, bola, tali pembagi wilayah gawang,

lapangan, serta data pemain dan alat tulis.

2. Petugas tes, membutuhkan minimal 2 orang. Pembagian tugasnya yaitu menulis

hasil tes dan mengawasi serta mengatur jalannya tes.

3. Persiapan yang dilakukan testi

Testi diwajibkan untuk melakukan pemanasan terlebih dahulun sebelum mengikuti

tes dengan melaksanakan peregangan statis dan dinamis yang dipimpin oleh

tester/pemberi tes.

4. Pelaksanaan Tes
a. Seluruh testi mempunyai waktu 15 detik untuk menendang ke gawang atau

shooting sebanyak 4 kali kesempatan bola berjalan.

b. Testi melakukan shooting mengarahkan bolanya ke gawang dengan

jarak/penempatan bola diletakkan di titik second pinalty atau penalti titik 12

meter.

c. Masing-masing hasil tes yang didapat kemudian dicatat di dalam lembar

pencatat skor sesuai dengan panduan skor shooting Bobby Charlton.

Gambar 4. Shooting Sebelum Titik Pinalti

5. Treatment

G. Teknik Analisis Data

1. Uji Persyaratan Analisis

Sebelum data di analisis untuk menguji hipotesis, data harus memenuhi syarat

normalitas dan homogenitas. Masing-masing penjelasan uji persyaratan, seperti

berikut
a. Uji Normalitas

Teknik yang digunakan untuk menguji normalitas yaitu

menggunakan two sample kolmogorov smirnov dengan bantuan SPSS.

Data dikatakan normal apabila signifikansinya lebih besar dari 0,05.

Uji normalitas dikenakan pada hasil pretest atau post test.

b. Uji Homogenitas

Setelah data-data dinyatakan normal, maka langkah selanjutnya

adalah melakukan uji homogenitas varian. Ini dilakukan untuk menguji

kesamaan beberapa sampel. Apabila hasil pengujian homogenitas tidak

sama dengan keseluruhan responden penelitian (terdiri satu unsur saja,

atau terdiri atas beberapa unsur), maka pengolahan data tidak bisa

dilanjutkan ke pengukuran pengaruh atau hubungan atau pengujian

hipotesis. Alasannya, data yang didapatkan dari para responden

dianggap tidak merepresentasikan keseluruhan responden secara benar

menurut keadaan yang sebenarnya. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan uji T dari data pre-test dan post-test.

2. Uji Hipotesis

Dalam penelitian ini hipotesis statistik yang diajukan adalah sebagai

berikut : H = A1 = A2

H = A1 ≠ A2
Hipotesis 1 :

HO = µA1 = µA2
H1 = µA1 ≠ µA2

Keterangan :

Hipotesis 1 :

HO : tidak ada pengaruh latihan dribble lurus satu sentuhan shooting dan

latihan dribble zig-zag satu sentuhan shooting lterhadap

keterampilan shooting pemain SFC Futsal SMA Negeri 2 Makassar

H1 : ada pengaruh latihan dribble lurus satu sentuhan shooting dan

latihan dribble zig-zag satu sentuhan shooting terhadap

keterampilan shooting pemain SFC Futsal SMA Negeri 2 Makassar

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah. Uji

hipotesis digunakan untuk membuktikan hipotesis yang diajukan oleh

peneliti. Hipotesis perlu untuk diuji kebenarannya. Penelitian ini memiliki

dua hipotesis yaitu Ho dan Ha. Ho menyatakan tidak ada pengaruh latihan

dribble lurus satu sentuhan shooting dan latihan dribble zig-zag satu

sentuhan shooting terhadap keterampilan shooting atlet umur 11-12

tahun Sekolah Sepakbola PERSIMAN, sedangkan Ha menyatakan adanya

pengaruh variabel latihan dribble lurus satu sentuhan shooting dan latihan

dribble zig-zag satu sentuhan shooting terhadap keterampilan shooting

pemain SFC Futsal SMA Negeri 2 Makassar. Uji hipotesis menggunakan

uji T dengan bantuan SPSS.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2002). Metode Penelitian. Yogyakarta. Andi Offset.

Bompa, O.T. (1994). Theory and Metholodogy of Training. Toronto: Kendall Hunt
Publishing Company.

Irfanudin, Esdy. (2012). Hubungan antara Koordinasi, Keseimbangan, dan Power


Otot Tungkai dengan Kemampuan Shooting Futsal Menggunakan
Punggung Kaki pada Atlet yang Mengikuti Ekstrakurikuler Futsal di SMA
Negeri 1 Godean dan Seyegen. Skripsi. FIK UNY.

Irianto, S. (2010). Standarisasi Kecakapan Bermain Sepakbola untuk Atlet


Sekolah Sepakbola (SSB) KU 14-15 Tahun Se-DIY. Laporan Penelitian.
FIK UNY.

Koger, Robert. (2007). Latihan andal sepakbola remaja. Edisi ke-1 Cetakan ke 1.
Klaten: PT saka Mitra kompetensi.

Lestari, K.A.S. (2015). Perbedaan Efektivitas Latihan Hexagon Drill dan Zig-zag
Run Terhadap Peningkatan Kelincahan Pada Pemain Sepakbola Sekolah
Sepakbola Guntur Denpasar. Skripsi. Universitas Udayana.

Mielke, Danny. (2007). Dasar-dasar Sepakbola. Bandung: PT. Intan Sejati Pakar
Raya.

Mustakim, S. (2016). Hubungan Antara Power Otot Tungkai dan Kecepatan Lari
dengan Ketepatan Menembak Bola ke Gawang Pada Siswa SD Negeri II
Gawanan Karanganyar Tahun 2015. Skripsi. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

Nurrachman, M.S. (2018). Pengaruh Latihan Shooting dengan Bola Jalan dan
Shooting Bola Diam terhadap Ketepatan Tendangan ke Gawang Sekolah
Sepakbola Gelora Muda Kelompok Umur 11 Tahun. Skripsi. FIK UNY.

Sagala, S. (2014). Konsep dan Makna Pembelajaran. bandung: Alfabeta.

Soedjono. (1985). Sepakbola, Taktik, dan Kerjasama. Yogyakarta: PT. Badan

Penerbit KR.

Sudjana, Nana. (1989). Permainan dan Melatih Teknik Dasar Bola Basket.
Skripsi. FPOK UPI.
Sugiyanto. (1993). Perbedaan Tingkat Ketepatan Tembakan Bebas dengan Satu
Tangan dan Teknik Dua Tangan dalam Permainan Bola Basket. Skripsi.
FIK UNY.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung :


Alfabeta

Sukadiyanto. (2010). Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik. Bandung:


Lubuk Agung.

Sumana, Yuni S. (2015). Pengaruh Latihan Permainan Target terhadap


Peningkatan Ketepatan Tendangan Shooting Menggunakan Punggung
Kaki Atlet Peserta Ekstrakulikuler Futsal di SMP 2 Jetis Bantul. Skripsi.
FIK UNY.

Anda mungkin juga menyukai