Sop k3 Konstruksi (NKL) Fix
Sop k3 Konstruksi (NKL) Fix
Sop k3 Konstruksi (NKL) Fix
PROSEDUR
PROYEK : COLD STORAGE LOKASI : CIRACAS, JAKARTA
TIMUR
SOP-K3L
SOP-K3LPT NASTITI
PT. KARYA
NASTITI KARYALESTARI
LESTARI 1
SOP-K3L
SOP-K3LPT NASTITI
PT. KARYA
NASTITI KARYALESTARI
LESTARI 2
KATA PENGANTAR
Standar Operasional Prosedur (SOP) ini merupakan pedoman untuk pelaksanaan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Lingkungan (K3L) di PT Nastiti Karya Lestari baik
sebagai pekerja, pengawas dan penanggung jawab kegiatan proyek kontruksi wajib
mengikuti standar operasional yang telah ditetapkan oleh manajemen dan departemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Lingkungan (K3L) di PT. Nastiti Karya Lestari.
Standar Operasional Prosedur (SOP) berisi petunjuk-petunjuk yang harus dilakukan ketika
memulai pekerjaan struktur, MEP dan Arsitek sesuai dengan SOP (K3L).
“ Golden Rule ’’
Budi Antoro, SE
HSE Manager Presiden Direktur
Daftar Distribusi :
1 Board of Director
2 Human Resources (HR)
3 Project Development
4 Operation
5 Planning and Technical
6 Corporate Legal and Communication
7 Strategic Planning and Development
DAFTAR PERUBAHAN/REVISI
No Tgl Halaman Uraian yang dirubah Uraian Perubahan
PENDAHULUAN
Lingkup Standar Operasional Prosedur ini mencakup seluruh
kegiatan saat konstruksi berlangsung bagi pekerja,
pengawas dan penanggungjawab kegiatan proyek
konstruksi.
Tujuan 1. Pedoman keselamatan dan kesehatan kerja pada
kegiatan proyek konstruksi
2. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga
kerja dan orang lain ditempat kerja.
3. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan
secara aman dan efisien.
4. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja
Refrensi 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER.04/MEN/1980
tentang Syarat-Syarat Pemsangan Dan Pemeliharaan
Alat Pemadam Api Ringan.
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
PER.15/MEN/VIII/2008 tentang Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaan di Tempat Kerja.
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
PER.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri.
5. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.
PER.150/MEN/1999 tentang Penyelenggaraan Program
Jaminan Sosial Tenaga Kerja Bagi Tenaga Kerja Harian
Lepas, Borongan dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
6. Pedoman Pelaksanaan Tentang Keputusan Bersama
Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum No.
174/MEN/1986 dan No. 104/KPTS/1986 Tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Tempat
Kegiatan Konstruksi
7. Program Kesehatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS), Kementrian Kesehatan, Tahun 2010.
8. Pedoman Umum 3-R, Direktorat Pengembangan
Penyehatan Lingkungan Pemukiman, Dirjen Cipta Karya,
Departemen Pekerjaan Umum, Tahun 2007
9. 10 Standard for Fire Portable Extinguisher, National Fire
Protection Association (NFPA), Tahun 2002
10. Pedoman Praktis Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
bidang Konstruksi, ILO, Tahun 2006.
11. Buku Saku Pedoman Untuk Pelaksanaan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi, PT. Jasa Marga
(Persero). Tbk, Tahun 2010
12. Pedoman Pelatihan untuk Manajer dan Pekerja,
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Tempat Kerja
Sarana untuk Produktivitas, ILO, Tahun 2013
13. PP tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (SMK3)
PENGERTIAN GOLDEN RULES
A. Definisi
1. Golden Rules adalah aturan baku menerapkan terkait perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, pada setiap
jenis pekerjaan yang bisa berakibat cedera serius sampai keamatian.
2. Sangsi adalah suatu pemberian penindakan disiplin oleh perusahaan kepada seorang karyawan dan kontraktor
dikarenakan terjadinya pelanggaran terhadap peraturan baik peraturan perusahaan maupun peraturan
pemerintah yang diberlakukan di perusahaan. Tujuan sangsi adalah sebagai pembelajaran dan pembinaan bagi
karyawan yang bersangkutan atau karyawan lain.
3. Work License dan Work permit adalah kartu izin yang dikeluarkan perushaan dan lembaga sertifikasi kepada
karyawan perusahaan dan kontraktor / sub-kontraktor yang akan bekerja di area proyek perusahaan.
4. PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) adalah tindakan disiplin yang diberikan kepada karyawan telah melakukan
pelanggaran berat aturan keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan peraturan perusahaan atau pemerintah
lainnya
B. Ruang Lingkup
Prosedur ini berlaku di seluruh site Proyek PT Nastiti Karya Lestari (NKL) dan kontraktor serta sub-kontraktor yang
bekerja dan berada dalam pengawasan NKL.
C. Tujuan
Tujuan prosedur ini sebagai petunjuk bagi seluruh karyawan perusahaan dan kontraktor serta sub-kontraktor tentang
aturan-aturan baku yang diberlakukan pada Golden Rules dan segala konsekuensinya. Prosedur ini melindungi
karyawan dari kejadiaan yang berakibat serius dan kematian.
D. Tanggung Jawab
1. Board of Director bertanggung jawab untuk mengesahkan aturan baku dan memberlakukan tindakan
tindakan disiplin atau sangsi atas konsekensi pelanggaran yang terjadi.
2. Project Manager berkewajiban untuk memastikan penindakan disiplin karyawan sebagai akibat dari
pelanggaran peraturan keselamatan dan kesehatan kerja yang termasuk dalam Golden Rules dilakukan
secara tegas.
3. Kepala departemen keselamatan dan kesehatan kerja bertanggung jawab untuk :
4. Mensosialisasikan kepada seluruh karyawan tentang Golden Rules dan sangsi-sangsinya apabila terjadi
pelanggaran.
5. Melakukan pembinaan kepada karyawan agar tidak melakukan pelanggaran-pelanggaran sesuai ketetapan
Golden Rules.
6. Mencatat karyawan yang melakukan pelanggaran Golden Rules dan tindakan disiplin atau sangsi yang
diberikan kepadanya atau arsip dan disampaikan pada departemen HR.
7. Melakukan investigasi bersama departemen terkait dan HR atas tindakan pelanggaran Golden Rules.
8. Pengawas bertanggung jawab untuk :
9. Melakukan tindakan disiplin atau sangsi langsung kepada karyawan yang didalam pengawasannya sesuai
dengan ketentuan yang telah di tetapkan Golden Rules.
10. Memberikan pembinaan kepada karyawan yang telah melakukan pelanggaran Golden Rules supaya tidak
mengulangi perbuatannya lagi.
11. Melakukan pengawasan insentif dan mengingatkan kesemua karyawan agar selalu mematuhi peraturan
kesehatan keselamatan kerja. pelanggaran.
12. Selalu waspada mematuhi prosedur kerja yang berlaku dalam pelaksanaan pekerjaan untuk menghidari
terjadinya pelanggaran
13. Melindungi diri dan orang lain dari sangsi atau tindakan disiplin yang terkait dengan penerepan Golden Rule,
denagan mentaati peraturan kesehatan dan keselamatan kerja.
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
Slogan 1. Utamakan keselamatan dan kesehatan kerja
2. Mulailah keselamatan dan kesehatan dari lingkungan
terdekat.
3. Pikirkanlah keselamatan dan kesehatan sebelum
bekerja.
4. Kecerobohan dan kelalaian sebab utama kecelakaan
kerja.
5. Hindarilah kecelakaan kerja, keluarga anda menunggu
dirumah.
6. Pastikan kerjaan anda benar.
7. Periksalah alat-alat sebelum dipergunakan.
Keselamatan dan Multidisiplin ilmu yang berfokus pada penerapan prinsip
Kesehatan Kerja ilmiah dalam memahami resiko yang mempengaruhi
keselamatan dan kesehatan manusia dalam lingkungan kerja
Kecelakaan Kerja Kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan yang terjadi
dalam lingkungan kerja
Penyebab Kecelakaan 1. Tindakan tidak aman seseorang
Kerja Kurangnya pengetahuan seseorang tentang
keselamatan kerja
Bekerja pada kondisi kurang/tidak sehat.
Tidak memakai APD atau menggunakan dengan cara
yang salah
Menggunakan alat kerja dan/atau APD yang rusak
Kerja tanpa izin/ wewenang
Bekerja dengan kecepatan yang tidak aman
Berolok-olok, berselisih, tidak konsentrasi dan/atau
mabuk/penyalahgunaan obat-obat terlarang
Dan lain-lain.
2. Keadaan tidak aman
APD tidak memenuhi syarat atau tidak
berfungsi/rusak
Peralatan kerja yang telah rusak
Bising, keadaan sesak/sempit, penerangan kurang
atau berlebihan.
Kesalahan perencanaan dan Instruksi yang salah
Dan lain-lain.
3. Faktor alam
Hujan/ Banjir
Gempa bumi
Tornado/Puting Beliung
Dan lain-lain.
Pelatihan Keselamatan 1. Setiap tenaga kerja yang bekerja wajib mengetahui,
dan Kesehatan Kerja memahami dan menerapkan Keselamatan dan
(internal) Kesehatan Kerja.
2. Seluruh tenaga kerja yang bekerja wajib diberikan
pengetahuan mengenai keselamatan dan kesehatan
kerja secara jelas melalui pelatihan yang dilakukan oleh
pengawas K3.
Jaminan Sosial Tenaga 1. Membuat laporan identitas dan jumlah seluruh tenaga
Kerja kerja yang bekerja yang disampaikan kepada
Dinas/Instasi terkait.
2. Semua tenaga kerja harian lepas, borongan dan
perjanjian kerja waktu tertentu wajib dipertanggungkan
kedalam Jaminan Sosial Tenaga Kerja
3. Jaminan sosial tenaga kerja berupa Jaminan Kecelakaan
Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM) yang
diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan
Pelaporan dan 1. Setiap tenaga kerja yang mengetahui adanya
Penanganan Kecelakaan kecelakaan kerja (kecelakaan fatal, kecelakaan ringan
Kerja dan/atau hamper celaka) memberikan informasi kepada
mandor dan pengawas K3.
2. Penanganan korban dilakukan sesuai prosedur P3K.
3. Melakukan penyelidikan sebab-sebab terjadinya
kecelakaan kerja, kemudian melakukan tindakan
perbaikan dan pencegahan
4. Setiap kecelakaan kerja yang terjadi dibuat laporan dan
disampaikan kepada Dinas/Instasi terkait.
Organisasi Keselamatan 1. Kontraktor/ pemborong harus menunjuk petugas
dan Kesehatan Kerja keselamatan kerja (safety officer) yang ditugaskan untuk
mengurus keselamatan dan kesehatan kerja pada
proyek yang jumlah pekerjanya 25 orang atau lebih.
2. Pada semua proyek - proyek yang mempekerjakan
secara teratur 250 orang atau lebih, safety officer harus
bekerja secara full-time untuk mengurus keselamatan
dan kesehatan kerja.
Pemakaian/Pengamanan.
1. Struktur bangunan peralatan hanya digunakan untuk
maksud tertentu sesuai dengan tujuan pemakaiannya.
2. Peralatan hanya boleh digunakan oleh orang
yang berwenang
Alat Pelindung Diri (APD) 3. Alat pelindung diri yang digunakan harus sesuai Standar
Nasional Indonesia (SNI) atau standar yang berlaku.
4. APD yang dimaksud meliputi pelindung kepala,
pelindung mata dan muka, pelindung telinga, pelindung
pernapasan beserta perlengkapannya, pelindung tangan,
pelindung kaki, pakaian pelindung, alat pelindung jatuh
perorangan dan atau pelampung.
5. Tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat
kerja wajib memakai atau menggunakan APD sesuai
dengan potensi bahaya dan risiko
6. Memasang rambu-rambu mengenai kewajiban
penggunaan APD di tempat kerja.APD harus segera
diganti apabila rusak, tidak dapat berfungsi dengan baik
atau telah habis masa pakainya (lifespan).
7. APD yang telah rusak dan mengandung bahan
berbahaya harus dimusnahkan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Rambu- Rambu K3 1. Rambu - rambu keselamatan berguna untuk
Menarik perhatian terhadap adanya bahaya
kesehatan dan keselamatan kerja
Menunjukkan adanya potensi bahaya yang mungkin
tidak terlihat
Menyediakan informasi umum dan memberikan
pengarahan
Mengingatkan para tenaga kerja dimana harus
menggunakan peralatan perlindungan diri
Memberikan peringatan waspada terhadap beberapa
tindakan yang atau perilaku yang tidak diperbolehkan
2. Memasang/meletakan rambu pada lokasi strategis
(potensi bahaya yang mungkin akan terjadi) dan mudah
dilihat.
3. Menjaga rambu-rambu keselamatan selalu dalam
keadaan baik. Lakukanlah inspeksi terhadap rambu-
rambu yang ada
Mengganti rambu-rambu yang rusak, cacat dan tidak
sesuai atau yang sudah usang
Mengganti rambu-rambu yang sering
membingungkan atau menjadi salah pengertian
Mencat ulang area-area dimana warna keselamatan
sudah mulai pudar.
SOP-K3 KONSTRUKSI 22
PEDOMAN KHUSUS
Perlindungan Terhadap 1. Memasang jaring- jaring jala (alat penampung) yang
Bahan-Bahan Jatuh dan cukup kuat harus disediakan atau pencegahan-
Bangunan Yang Mudah pencegahan yang efektif harus dilakukan untuk menjaga
Rubuh agar tenaga kerja terhindar dari kejatuhan benda
2. Benda dan alat alat seperti, bahan untuk perancah, sisa
bahan bangunan dan alat-alat tidak boleh dibuang atau
dijatuhkan dari tempat yang tinggi, yang dapat
menyebabkan bahaya pada orang lain.
3. Jika benda-benda dan alat-alat tidak dapat dipindahkan
dari atas dengan aman, harus dilakukan usaha
pencegahan seperti pemasangan pagar papan-papan
yang ada tulisan, “HATI-HATI”, “BERBAHAYA”, atau
jalur pemisah untuk mencegah orang lain agar
tidak mendapat kecelakaan.
4. Untuk mencegah rubuhnya bangunan atau bagian-
bagian dari bangunan yang sedang didirikan, diperbaiki
atau dirubuhkan, harus digunakan penunjang/penguat
atau cara lain yang efektif.
Perlindungan Agar Orang 1. Lobang pada lantai harus ditutup atau dilindungi dengan
Tidak Jatuh terali pengaman atau dan pagar pengaman.
2. Lobang pada dinding yang ukuran lebar minimal 45 cm
dan tinggi minimal 75 cm yang berada kurang dari 1 m
dari lantai dan memungkinkan orang jatuh
dari ketinggian minimum 2 m harus dilindungi dengan
pinggir pengaman dan terali pengaman
3. Lobang kecil pada dinding harus dilindungi dengan
pinggir pengaman (toe board) tonggak pengaman jika
tingginya kurang dari 1,5 m dari lantai.
4. Pintu-pintu untuk lift barang harus tertutup secara
otomatis setelah muatan penuh.
5. Semua terali pengaman dan pagar pengaman untuk
memagar lantai yang terbuka, dinding yang terbuka gang
tempat kerja yang ditinggikan dan tempat-tempat
lainnya; untuk mencegah orang jatuh, harus:
a. Terbuat dari bahan dan konstruksi yang baik dan
kuat.
b. Antara 1 m dan 1,5 m di atar lantai pelataran
(platform).
c. Terdiri dari:
Dua rel, 2 tali atau 2 rantai.
Tiang penyangga.
Pinggir pengaman (toe board) untuk mencegah
orang terpeleset atau benda-benda yang jatuh.
6. Rel, tali atau rantai penghubung harus berada di tengah-
tengah antara puncak pinggir pengaman (toe board)
dan bagian bawah dari terali pengaman yang teratas.
7. Sejumlah tiang-tiang penyangga yang mencukupi atau
tiang-tiang standard vertikal harus dipasang untuk
menjamin kestabilan dan ketahanan.
8. Pinggir pengaman (toe board) tingginya harus minimal
14 cm dan dipasang dengan kuat dan aman.
9. Terali pengaman pinggir pengaman (toe board) harus
bebas dari sisi- sisi yang tajam, dan harus dipelihara
dengan baik.
10. Tutup untuk lobang pada lantai harus aman untuk orang
lewat dan jika perlu, harus aman untuk kendaraan yang
lewat di atasnya.
11. Tutup lobang pada lantai harus diberi engsel, alur
pegangan dudukan atau dengan cara lain yang efektif
untuk menghindari jatuh atau terangkatnya tutup
tersebut atau hal lain yang tidak diinginkan.
12. Tutup tutup lobang pada lantai tidak boleh menghalangi
lalu lintas dan harus rata dengan lantai.
13. Jika tutup-tutup lobang dibuat seperti kisi-kisi, harus
berjarak tidak lebih dari 55 cm.
Kebisingan dan Getaran 1. Kebisingan dan getaran yang membahayakan bagi
tenaga kerja harus dikurangi sampai di bawah
nilai ambang batas.
2. Jika kebisingan tidak dapat di atasi maka tenaga kerja
wajib memakai alat pelindung telinga.
Pekerjaan Pengelupasan, 1. Potensi bahaya yang perlu diperhatikan :
Penghamparan dan Tertimbun pada saat dump truck menurunkan
Pemadatan Agregat/Aspal agregat, pekerja terlalu dekat.
Iritasi pada kulit dan paru-paru akibat debu agregat
yang kering.
Terluka oleh mesin penghampar (Grader).
Tertabrak lalu lintas kendaraan.
Terperosok akibat tanah di pinggir galian tidak stabil.
2. Antisipasi pencegahan terhadap bahaya yang
ditimbulkan :
Penyiraman terhadap agregat yang telah dihampar
sebelum ditutup.
Pemasangan rambu-rambu dan petugas pengatur
lalu lintas.
Penimbunan material harus di tempat yang aman
atau material agar segera di hampar
Dilakukan pemeriksaan stabilitas tanah terutama
pada pinggir bahu jalan
Crane
1. Kelaikan pakai telah dinyatakan oleh mekanik serta
dicoba dan dijalankan hanya oleh operator mempunyai
kompetensi (SIM-P) yang masih berlaku
2. Setiap persiapan pengoperasian Crane harus dilakukan
uji coba seluruh gerakan, indicator pada panel, jika baik
maka boleh beroperasi
3. Saat pengoperasian, kondisi tanah cukup kuat dan rata
menanggung beban crane, melepas kait dengan sling
harus dipastikan
4. Jika menggunakan mobil-crane : pastikan kaki penahan
(outrigger) digunakan saat mengangkat beban
5. Tersedia pagar pembatas/area aman untuk radius swing
bagi siapapun yang berada disekitar crane
6. Ada petugas pemandu operasi crane yang kompeten
menggunakan isyarat tangan (faktor kebisingan)
7. Saat selesai operasi, tidak boleh menggantung beban,
memasang tanda peringatan untuk tidak beristirahat di
dalam dan disekitar crane
Tower Crane
1. Kelaikan pakai peralatan dan perlengkapan lift
mempunyai ijin Depnaker serta dijalankan hanya oleh
operator mempunyai kompetensi (SIO) yang masih
berlaku
2. Maksimal beban dan tanda tercantum atau tertulis pada
lengan Tower Crane dan dapat dibaca dengan jelas dari
bawah
3. Setiap persiapan pengoperasian Tower Crane harus
dilakukan uji coba tanpa beban, jika baik maka boleh
beroperasi
4. Saat pengoperasian, tidak diperkenankan menarik beban
kearah samping dan jika bekerja malam hari harus ada
penerangan yang cukup
5. Saat selesai operasi, posisi jip harus searah dengan
arah angin, posisi trolly diatas dan dekat kabin, ruang
kabin dan panel dalam keadaan tertutup, sambungan
listrik dalam keadaan mati, matikan breaker dan pasang
travel lock pada roda
6. Ada petugas pemandu operasi TC dibawah yang
kompeten menggunakan isyarat tangan dan alat
komunikasi (HT) (kebisingan dan jarak pandang dapat
mengganggu)
Lift Penumpang
1. Kelaikan pakai peralatan dan perlengkapan lift
mempunyai ijin Dinas Instasi berwenang serta dijalankan
hanya oleh operator mempunyai kompetensi
2. Maksimal beban/orang dan Tanda/kartu/log
tercantum/tertulis pada lift dan dapat dibaca dengan jelas
3. Jembatan penghubung (landing gate) antara
platform dan lantai bangunan harus rata dan lebar
minimum sama dengan pintu sangkar lift dan dilengkapi
hand rail
4. Tersedia tanda peringatan/larangan baik bagi operator
dan pengguna lift dan dapat dibaca dengan jelas
5. Alat Pelindung Diri untuk operator : Helm, Sepatu dan
sarung tangan tersedia dan digunakan
6. Pintu lift/hoist selalu tertutup selama saat operasi
naik/turun.
Bekerja di Ketinggian 1. Wajib memeriksa peralatan kerja dan mental phisik dan
ketrampilan pekerja, serta alat pelindung diri yang
sesuai. peralatan kerja yang sering digunakan : railing,
platform, tali pengaman, kantong perkakas.
2. Kondisi pekerja harus sehat dan tidak ada rasa takut
atau trauma ketinggian, dan menggunakan APD yang
sesuai seperti helmet, sepatu, safety belt/harness
dikaitkan
3. Platform harus kuat dan bersih serta diberi railing/
pembatas yang sanggup menahan benturan/ dorongan
minimal 100kg
4. Jika ada lubang yang melebihi besar telapak sepatu
pekerja makan harus ditutup
5. Jaring pengaman harus dipasang jika dipersyaratkan
dan dipandang perlu
6. Penumpukan material sementara harus dibatasi
bebannya dan disusun sedemikian rupa agar tidak
mudah jatuh dan masih menyisakan ruang bekerja yang
cukup
Tangga kerja
1. Tangga kerja (sementara) diperlukan untuk jalur IaIu
lintas pekerja ke tempat yang lebih tinggi (beda elevasi
60cm sudah harus ada anak tangga)
2. Bahan tangga harus kuat dan jika menggunakan kayu
tidak boleh dicat karena menutup tanda dan gejala
keretakan
3. Tangga dengan kemiringan 30-50 derajat, atau
perbandingan vertical 4 dan horizontal 1
4. Harus dipasang railing/pegangan setinggi 120cm jika
anak tanggal minimal 4 atau lebih panjang dari 80 cm
5. Jarak antara anak tangga 25-35cm dan tinggi
tanjakan 17-22cm serta tapak tangga berukuran lebar
23-30cm
6. Kemampuan beban tangga minimal 2 (dua) kali beban
yang ditumpunya dan pastikan tumpuan tangga stabil
dan ada penahan geseran pada kaki-kakinya
7. Tidak boleh naik tangga dengan cara mundur atau muka
menatap kearah bawah tangga
Perancah
1. Perancah harus dibuatkan untuk semua pekerjaan yang
tidak bisa dikerjakan secara aman pada suatu
ketinggian.
2. Perancah hanya dapat dibuat dan dirobah oleh:
• Pengawas yang ahli dan bertanggung jawab.
• Orang- orang yang ahli
3. Perancah harus diperiksa oleh seorang tenaga ahli yang
berwenang:
• Sedikitnya seminggu sekali.
• Sesudah cuaca buruk atau gangguan dalam masa
pembangunan yang agak lama.
SOP-K3 KONSTRUKS i
4. Pemasangan perancah harus melalui tahapan
Perijinan dan sesuai dengan gambar kerja, dengan
melalui uji coba/pelatihan terlebih dulu, lengkap
dengan menggunakan APD
Jika ketinggiannya mencapai 4 (empat) kali maka
harus ada pengikatan/support pada bangunan atau
tiang untuk menjaga kestabilan
Papan platform dipasang rapat, yang terakhir harus
melebihi support minimal 15cm
5. Untuk mencegah kerusakan bahan-bahan perancah
harus dipasang dengan hati-hati
6. Diperiksa ulang jika terjadi angin kencang, gempa bumi
atau getaran yang menyebabkan kestabilan berubah
7. Setiap bagian dari perancah harus diperiksa sebelum
dipasang.
8. Setiap bagian harus dipelihara dengan baik dan teratur
sehingga tidak ada yang rusak atau membahayakan
waktu dipakai.
9. Perancah tidak boleh sebagian dibuka dan ditinggal
terbuka, kecuali kalau hal itu tetap menjamin
keselamatan
10. Untuk menghindari benda yang terjatuh, perancah harus
diberi jaring pengaman disekelilingnya.
11. Pengunaan perancah, yang harus diperhatikan
Ada label/kartu yang digantung menyatakan perancah
boleh digunakan oleh ahli perancah
Bebas dari instalasi listrik (untuk perancah dari bahan
logam)
Tidak boleh menaiki perancah lewat crossbrace/silang
Kejutan gaya yang besar tidak boleh dibebankan
kepada perancah.
Bila perlu untuk mencegah bahaya, muatan yang
diangkat naik dikendalikan dengan tali yang dikaitkan
ke muatan (tagline), untuk mencegah muatan berada
dengan perancah.
26
Distribusi gaya muatan untuk perancah harus merata,
untuk mencegah bahaya dan menjaga keseimbangan.
Dalam penggunaan perancah harus dijaga bahwa
beban/gaya muatan tidak boleh melebihi kapasitas
yang ditentukan (over loaded).
Perancah tidak boleh dipakai untuk menyimpan
bahan-bahan kecuali bahan yang segera dipakai
Tenaga kerja tidak boleh bekerja di dekat bangunan
perancah sewaktu angin kencang.
12. Pada waktu mengangkat perlengkapan yang digunakan
pada perancah:
Bagian - bagian dari perancah harus diperiksa
dengan cermat dan kalau perlu diperkuat.
Setiap pergeseran dari kayu penyangga (putlog),
harus dicegah.
Tiang penyangga harus dihubungkan erat pada
bagian bangunan yang kuat, di tempat
alat penggangkat dipasang.
13. Bila pelataran untuk alat pengangkat tidak menggunakan
terali pengaman sehingga muatan yang diangkat dapat
menganggu perancah, harus dipasang pengaman
vertikal untuk mencegah muatan alat pengangkat
menyangkut pada perancah.
Perancah Konvensional
1. Bahan-bahan jadi yang baik harus digunakan untuk
membuat perancah.
2. Kayu yang akan digunakan, harus berurat lurus
(straightstrained) padat tidak ada mata kayu yang besar,
kering (tidak membusuk), tidak ada lubang ulat dan lain-
lain kerusakan yang dapatmembahayakan.
3. Tali baja yang telah terkena asam atau bahan kimia
karet lainnya tidak boleh digunakan.
4. Tali terbuat dari serat tidak dapat digunakan yang mudah
mengundang bahaya.
5. Papan-papan untuk perancah harus tahan retak atau
pecah.
6. Paku-paku harus mempunyai panjang dan tebal yang
cukup.
7. Paku besi yang getas (cast iron) tidak boleh digunakan.
8. Bahan- bahan yang digunakan untuk pembuatan
perancah ini harus disimpan dengan baik dan jauh dari
material yang berbahaya.
9. Pengikat untuk perancah yang terbuat dari kayu harus
berupa besi dengan ukuran yang memadai, cincin
penutup, mur, tali serat yang dipadatkan, sekrup dan
lain-lain pengaman yang dibutuhkan.
10. Perancah harus dihitung dengan faktor pengaman
(factor safety) sebesar 4 kali beban maksimum.
11. Perancah harus cukup diberi penguat (Braced).
12. Perancah yang tidak bebas harus dikaitkan ke
bangunan dengan sistim jepit (rigit connections) yang
kuat dengan jarak tertentu.
13. Perancah tidak boleh terlalu tinggi di atas angker yang
tertinggi karena dapat membahayakan kestabilan dan
kekuatannya.
14. Untuk perancah yang berdiri sendiri harus terdiri dari
gelagar memanjang dan gelagar melintang yang
dihubungkan dengan kuat kepada tiang penyangga ke
atas atau ke samping tergantung pemakaiannya untuk
menjamin kestabilan sampai perancah dapat dilepas.
15. Batu-bata, pipa-pipa yang rusak, dan bahan-bahan lain
yang tidak semestinya dipakai untuk penahan perancah
tidak boleh dipakai.
16. Paku-paku harus ditanam penuh, tidak boleh separuh
dan kemudian dibengkokkan.
17. Paku-paku tidak boleh menerima gaya tegangan
langsung.
Kerangka Siap Pasang (Prefabricated Frames)
1. Kerangka siap pasang yang digunakan untuk perancah
harus dijepit sempurna di kedua muka dan harus di
pasang pengaman (guard rails).
2. Kerangka yang berbeda macamnya tidak boleh dipakai
berpasangan.
3. Kerangka harus cukup kuat dan kaku untuk mencegah
perubahan dalam pengangkutan pelaksanaan,
dan sebagainya.
4. Untuk perancah yang tidak tertanam pada bangunan
harus diberi pengaman untuk mencegah pergeseran
vertikal dari kerangka.
Bekerja di Ruang 1. Ruang terbatas (confined space) adalah :
Terbatas Ruang kerja yang tidak direncanakan atau tidak
diperkirakan atau tidak diharapkan sebelumnya
Terbatas area saat masuk ataupun saat keluar bagi
pekerja
Dipengaruhi oleh suhu udara, kurang ventilasi dan
oksigen
Ada kemungkinan terkontaminasi zat/gas bebahaya
2. Memasang blower/fan untuk udara segar masuk dan
adanya ventilasi atau aliran udara keluar
3. Tidak boleh bekerja sendirian, arti harus ada pekerja lain
yang mengawasi, menjaga, mendapatkan kode, tanda
tertentu bahwa pekerja tetap sadar dalam bekerja
4. Penerangan yang cukup, alat komunikasi, tali, tangga,
alat pelindung diri sesuai dengan potensi bahaya yang
diperkirakan
5. Diadakan pelatihan terlebih dulu sebelum dinyatakan
mampu dan diijinkan bekerja pada area terbatas
tersebut.
Bekerja di Air 1. Potensi bahaya telah di identifikasi seperti tenggelam,
terseret arus, kedinginan, binatang berbahaya, air
pasang dan lain-lain
2. Ada perahu/boat dan pengemudi yang kompeten untuk
tindakan penyelamatan dalam keadaan darurat
3. APD yang sesuai seperti pelampung dan peralatan lain
yang selalu diperiksa setiap 3 (tiga) bulanan.
4. Memastikan pelatihan menggunakan life jacket dan
berenang menuju perahu/boat penyelamat, untuk
memberikan keyakinan diri pekerja
Pengoperasian Alat Berat 1. Peralatan berat mekanis umumnya seperti : excavator,
Mekanis motor grader, bulldozer, wheel loader, vibro roller,
pneumatic tire roller, dump truck dll.
2. Kelaikan Peralatan Berat Mekanis, ada inspeksi dan
dinyatakan oleh Mekanik/petugas yang kompeten serta
alat dijalankan operator mempunyai kompetensi (SIO)
yang masih berlaku
3. Setiap persiapan pengoperasian alat harus dilakukan uji
coba tanpa beban lebih dulu, yang menyangkut
keselamatan : rem, gigi, kemudi, kaca spion, gerakan
lengan, alarm dan tanda mundur, lampu sein jika
semuanya baik maka boleh beroperasi
4. Barikade/rambu/tanda pembatas antara area kerja dan
area luar yang aman bagi pekerja disekitarnya
5. Tidak boleh mengisi bahan bakar saat mesin hidup
dan tidak boleh ada pekerja yang duduk/ berdiri diatas
platform/ kabin/disebelah operator
6. Jika bekerja malam hari harus ada penerangan yang
cukup, demikian pula jika siang hari namun gelap
7. Operator harus dapat melihat jelas area tempat kerja,
jika tidak maka harus ada pemandu operasi alat,
termasuk jika bekerja diarea yang sempit dan padat lalu-
lintasnya
8. Jika bekerja pada jalur lintas 1 jalur (baik pelebaran/
penambahan) dimana ada pengguna jalan, maka
Operator harus bekerja/bergerak searah (tidak
berlawanan) supaya pengguna jalan tidak terperanjat,
kaget, tidak dapat menduga gerakan tersebut
9. Saat selesai operasi, posisi alat harus aman: gigi netral,
bucket diturunkan, ruang kabin dan panel dalam
keadaan tertutup, mesin dalam keadaan mati, parkir
ditempat yang ditentukan (dalam jarak aman dari
pengguna jalan).
10. Terpasang tanda peringatan untuk tidak boleh istirahat
didalam dan disekitar alat baik bagi operator atau
pekerja lainnya
Penanganan Material 1. Pelajari dan memahami Lembar Keselamatan Bahan
Berbahaya atau MSDS (Material Safety Data Sheet) bahan/material
berbahaya
2. Pelihara tempat penyimpanan yang aman dengan suhu
yang sesuai
3. Tanda peringatan bagi pekerja dan terhadap bahan
berbahaya dan beracun, terpasang dan mudah dibaca
4. Pelatihan penanganan keadaan darurat jika terjadi
kecelakaan atau kejadian penting yang menyangkut
bahan berbahaya beracun
5. Alat pelindung diri yang sesuai dengan potensi bahaya
dan racun
Berhubungan dengan 1. Ada alat penangkal petir pada lokasi kerja yang terbuka
Listrik atau tinggi
2. Tangan dan kaki tidak dalam keadaan basah saat
bekerja yang berhubungan dengan instalasi listrik
3. Sistem grounding/pentanahan untuk panel dan
instalasi listrik terpasang dan bekerja dengan baik
4. Panel listrik dalam keadaan tertutup dan hanya
dioperasikan oleh petugas yang
5. Kabel listrik dalam keadaan terisolasi, jika
terkelupas segera perbaiki
6. Ukuran dan kualitas kabel sesuai dengan
kebutuhan atau tenaga listrik yang dihasilkan
7. Tanda peringatan pada setiap instalasi yang
mengandung risiko voltase tinggi
8. Saat memperbaiki instalasi listrik, pastikan aliran listrik
dalam keadaan mati/putus dan dipasang label “jangan
dikontak/dihidupkan” agar yang lain tahu
9. Saat selesai pekerjaan, pastikan aliran listrik putus/
dimatikan.
Pengelasan 1. Tukang las bersertifikat dan kompeten sesuai dengan
tingkat kesulitan pengelasan serta menggunakan APD
2. Tidak melakukan pengelasan di daerah yang mudah
terbakar dan mudah meledak
3. Kabel grounding/tanah berjarak ideal 3 meter dari lokasi
kerja dan mudah dilihat
4. Tabung gas yang berisi harus dalam posisi tegak (tidak
boleh digulingkan), jika kosong berikan label “kosong”.
Periksa selalu tekanan tabung sebelum digunakan
5. Kawat las yang digunakan sesuai dengan besarnya
ampere yang dihasilkan oleh mesin las
6. Jarak tabung oksigen dan acetylin minimum 3 meter
7. Alat-alat dan perlengkapan harus dalam posisi stabil
saat digunakan, apalagi jika digunakan ditempat
ketinggiian, pastikan tidak mudah bergerak apalagi jatuh
kebawah
8. Mesin las harus dimatikan jika tidak digunakan
9. Kabel las tidak boleh dililitkan pada badan tukang las
pada saat pengelasan
Penggerindaan 1. Instruksi kerja harus diikuti dan dijalankan oleh orang
yang telah diuji kemampuannya dalam menggunakan
gerinda, pelindung mata, masker muka dan sarung
tangan serta sepatu harus digunakan
2. Memeriksa gerinda sebelum disambung kealiran listrik,
dan dalam keadaan off, periksa kekencangan baut dan
alat pelindung mata gerinda terpasang dengan baik,
mata gerinda tidak retak dan tidak cacat
3. Bahan dan lingkungan yang mudah terbakar dan mudah
meledak harus dihindari, karena setiap percikan apa
dapat menyebabkan kebakaran dan peledakan
BAHAYA KEBAKARAN
Pencegahan 1. Di tempat-tempat kerja harus tersedia:
a. Alat-alat pemadam kebakaran.
b. Papan pengumuman pengumuman dan denah/peta
situasi.
2. Papan pengumuman dan denah/peta situasi dipasang
pada tempat-tempat yang menarik perhatian, tempat
yang strategis yang menyatakan dimana kita dapat
menemukan:
a. Alat pemadam kebakaran.
b. Jalur evakuasi ke lokasi aman
c. Nomor telepon dan alamat-alamat dinas pemadam
kebakaran yang terdekat
3. Orang berwenang untuk mencegah bahaya kebakaran
harus selalu siap meskipun di luar jam kerja
4. Menyimpanan barang yang mempunyai potensi bahaya
kebakaran selalu disediakan alat pemadam kebakaran
(sesuai dengan jenis, ukuran, klasifikasi kebakaran)
5. Setiap penggunaan api harus memiliki izin.
6. Dilarang merokok, menyalahkan api dekat dengan
bahan-bahan yang mudah terbakar dan menyediakan
area merokok dilengkapi asbak yang berisi pasir.
7. Apabila menggunakan gas, pastikan tidak ada
kebocoran di selang atau sistem yang lain, dan dipasang
gas detector
8. Bahan-bahan yang mudah terbakar seperti debu/serbuk
gergaji lap-lap berminyak dan potongan kayu yang tidak
terpakai tidak boleh tertimbun atau terkumpul di tempat
kerja.
9. Baju kerja yang mengandung oli tidak boleh di tempatkan
ditempat yang tertutup.
10. Oli harus disimpan dalam kaleng (kontainer besi)
yang mempunyai alat penutup.
11. Cairan yang mudah terbakar harus disimpan, diangkut
dan digunakan sedemikian rupa sehingga kebakaran
dapat dihindarkan.
12. Bahan bakar/bensin tidak boleh disimpan di gedung atau
sesuatu tempat/alat, kecuali di dalam kaleng atau
container yang tahan api
13. Bahan bakar tidak boleh disimpan di dekat pintu-pintu
14. Memeriksa kondisi peralatan yang menggunakan listrik
sebelum digunakan.
15. Pastikan stop kontak dan steker (kontak tusuk) dalam
keadaan baik dan tidak membebani satu stop kontak
secara berlebihan.
16. Pergunakan pemutus arus listrik (sekering) yang sesuai
daya listrik.
17. Apabila ada kabel listrik yang terkelupas atau terbuka,
harus segera diperbaiki.
18. Jangan sekali-kali mencantol listrik, secara langsung
tanpa izin dari PLN.
19. Inspeksi yang teratur harus dilakukan ditempat-tempat
dimana risiko-risiko kebakaran mungkin terjadi
Penanggulangan 1. Memahami teori dasar api, akan terjadi kebakaran jika
pertemuan antara bahan, panas pada titik nyala api
dan oksigen, sehingga untuk memadamkannya dengan
meniadakan salah satu dari ketiga unsur tersebut.
2. Peralatan pemadam kebakaran harus diletakkan di
tempat yang mudah dilihat dan dicapai.
3. Sekurang-kurangnya sebuah alat pemadam kebakaran
harus tersedia:
a. Di setiap gedung dimana barang-barang yang mudah
terbakar disimpan.
b. Di tempat-tempat yang terdapat alat-alat untuk
mengelas.
c. Pada setiap tingkat/lantai dari suatu gedung yang
sedang dibangun dimana terdapat barang-barang,
alat-alat yang mudah terbakar.
4. Beberapa alat-alat pemadam kebakaran dari bahan-
bahan kimia kering harus disediakan:
a. Di tempat yang terdapat barang-barang/benda-benda
cair yang mudah terbakat.
b. Di tempat yang terdapat oli/bensin, gas dan alat-alat
pemanas yang menggunakan api.
c. Di tempat yang terdapat aspal dan ketel aspal
d. Di tempat yang terdapat bahaya listrik/bahaya
kebakaran yang disebabkan oleh aliran listrik.
5. Alat pemadam kebakaran harus dijaga agar tidak terjadi
kerusakan-kerusakan teknis.
6. Alat pemadam kebakaran yang berisi chloinated
hydrocarbon atau karbon tetroclorida tidak boleh
digunakan di dalam ruangan atau di tempat yang
terbatas (ruang tertutup, sempit).
7. Kondisi alat pemadam kebakaran selalu siap digunakan
dan secara berkala dilakukan pemeriksaan.
8. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) sebagai pemadam
awal kebakaran harus dipahami dan dapat digunakan
setiap orang (setiap tabung yang akan habis masa
berlakunya digunakan untuk latihan kebakaran)
Melakukan pelatihan dan simulasi keadaan darurat
secara berkala
Evakuasi 1. Tetaplah tenang, jangan berlari, berjalanlah dengan
cepat menuju lokasi aman.
2. Segera amankan semua dokumen-dokumen penting.
3. Matikan dan lepaskan semua peralatan listrik.
4. Dengarkan baik-baik pengumuman yang disampaikan
petugas melalui pengeras suara dan ikuti petunjuknya
5. Jangan kembali untuk mengambil barang-barang jika
sudah berada di jalur evakuasi atau dilokasi aman.
6. Evakuasi korban kebakaran ke klinik atau rumah sakit
terdekat.
KESEHATAN DAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K)
Kesehatan Kerja 1. Tenaga Kerja harus diperiksa kesehatannya.
a. Sebelum atau beberapa saat setelah memasuki masa
kerja pertama kali (Pemeriksaan Kesehatan sebelum
masuk kerja dengan penekanan pada Kesehatan
Fisik dan Kesehatan Individu).
b. Secara berkala, sesuai dengan risiko-risiko yang ada
pada pekerjaan tersebut.
2. Tidak diperbolehkan menerima tenaga kerja di bawah
umur 18 tahun.
3. Data yang diperoleh dari pemeriksaan kesehatan harus
dicatat dan isinya disimpan untuk referensi
Pertolongan Pertama 1. Rencana pengendalian keadaan darurat dan pertolongan
Pada Kecelakaan pertama harus dibuat sebelumnya untuk setiap daerah
tempat bekerja.
2. Setiap tenaga kerja harus diberitahu akan hal-hal yang
berhubungan dengan keadaan darurat dan pertolongan
pertama
3. Pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan atau
penyakit yang tiba-tiba, harus dilakukan oleh Dokter,
Jururawat atau seorang yang terdidik dalam pertolongan
pertama pada kecelakaan (P3K).
4. Alat-alat P3K atau kotak obat-obatan yang memadai,
harus disediakan di tempat kerja dan dijaga agar tidak
dikotori oleh debu, kelembaban udara dan lain-lain.
5. Alat-alat P3K dan kotak obat-obatan harus tidak berisi
benda-benda lain selain alat-alat P3K. yang diperlukan
dalam keadaan darurat.
6. Alat-alat P3K dan kotak obat-obatan harus berisi
keterangan-keterangan/instruksi yang mudah dan jelas
sehingga mudahdimengerti.
7. Isi dari kotak-kotak obat-obatan dan alat-alat P3K. harus
diperiksa secara teratur dan harus dijaga supaya tetap
berisi (tidak boleh kosong).
8. Kereta atau tandu untuk mengangkat orang sakit harus
selalu tersedia.
9. Jika tenaga kerja dipekerjakan di bawah tanah atau pada
keadaan lain dimana mereka jika perlu harus dapat
diselamatkan, alat penyelamat harus selalu tersedia di
dekat pada tempat mereka bekerja.
10. Jika tenaga kerja dipekerjakan di tempat-tempat yang
menyebabkan adanya resiko tenggelam atau keracunan
gas alat-alat penyelamat harus selalu tersedia di dekat
tempat mereka bekerja.
11. Petunjuk/informasi harus diumumkan/di tempel tempat
yang baik (strategis) yang memberitahukan:
a. Tempat yang terdekat dengan kotak obat-obatan,alat-
alat P3K., ruang P3K., ambulans, kereta untuk orang
sakit dan tempat dimana dapat dicari orang yang
bertugas untuk urusan kecelakaan.
b. Tempat telepon terdekat untuk menelepon/memanggil
ambulans, dokter, rumah sakit dan lain-lain.
4. Nama, alamat, nomor telepon dokter, rumah sakit dan
tempat penolong yang dapat segera dihubungi dalam
keadaan darurat/emergency.
Gangguan Pernafasan 1. Lihat gerakan (naik/turun) dada korban, dan dengarkan
suara nafas yang keluar dari mulut korban
2. Rasakan udara yang keluar dengan mendekatkan pipi ke
hidung korban
3. Waktu tidak lebih sepuluh detik untuk memastikan
korban bernafas secara normal atau tidak
4. Jika bernafas normal, langkah berikut adalah :
a. Posisikan miring (posisi stabil) untuk memastikan
jalan nafas tetap terbuka
b. Segera minta bantuan, sambil memeriksa ulang
kondisi pernafasan korban
5. Jika bernafas tidak normal (satu-satu atau gapsing) dan
lemah, lakukan langkah berikut :
a. Minta orang lain mencari bantuan, jika anda sendirian,
tinggalkan dan cari bantuan, segera kembali dan
bantu pernafasan buatan
b. Jika posisi korban tertelungkup, balikan secara
perlahan, pastikan kepala dan punggung tetap lurus.
Setelah telentang maka lakukan prosedur
pemeriksaan nafas seperti diatas
c. Berikan dua kali nafas efektif dengan cara :
Kepala korban ditengadahkan dan dagu ditopang
Tutup hidung korban dengan ibu jari dan telunjuk
didahi
Buka mulut korban, tetap posisi tengadah
Tarik nafas anda untuk mengisi oksigen pada paru-
paru dan tempelkan bibir anda untuk menutup
mulut korban
Tiup mulut korban secara perlahan dan teratur
sambil perhatikan pekembangan nafasnya seperti
orang normal
Perhatikan posisi turunnya dada korban saat udara
keluar dari paru-paruLakukan bantuan pernafasan
ulang, sebelumnya pastikan tidak ada yang
menyumbat mulut korban
Piramida kecelakaan kerja adalah segitiga yang menggambarkan statistik urutan (rangkaian)
kejadian yang terjadi menuju 1 (satu) kecelakaan fatal (kematian/cacat permanen). Dalam
setiap 1 kali kasus kecelakaan kerja yang berakibat kematian/cacat permanen terdapat 29
kasus luka ringan dan 300 kasus hampir celaka. Menghindari kasus kecelakaan fatal
(kematian/cacat permanen) dengan cara eliminasi kasus-kasus hampir celaka di tempat kerja
kita
6. Keterangan lain-lain :
b. Hampir celaka
1. Tenaga kerja yang 1 ………………………………..
melihat/mengetahui 2 ………………………………..
3 ………………………………..
2. Kejadian/peristiwa (bila
perlu digambarkan)
Khusus
Jatuh 1. Sabuk pengaman tubuh Membatasi gerak pekerja agar tidak masuk ke
(harness), karabiner dan tali tempat yang mempunyai potensi jatuh atau
koneksi (lanyard), menjaga pekerja berada pada posisi kerja yang
2. Tali pengaman (safety rope), diinginkan dalam keadaan miring maupun
alat penjepit tali (rope clamp) tergantung dan menahan serta membatasi
3. Alat penahan jatuh bergerak pekerja jatuh
(mobile fall arrester) sehingga tidak membentur lantai dasar
Tenggelam 1. Jaket keselamatan (life jacket)/ Melindungi pengguna yang bekerja di atas
Rompi keselamatan (life vest) air atau dipermukaan air agar terhindar dari
2. Rompi pengatur keterapungan bahaya tenggelam dan atau mengatur
(Bouyancy Control Device). keterapungan (buoyancy) pengguna agar dapat
berada pada posisi tenggelam (negative
buoyant) atau
melayang (neutral buoyant) di dalam air.
LAMPIRAN
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
BIDANG KONSTRUKSI 4
RAMBU-RAMBU K3.
LAMPIRAN
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
BIDANG KONSTRUKSI 5
1. Petugas P3K di tempat kerja adalah pekerja yang ditunjuk dan diserahi tugas tambahan
untuk melaksanakan P3K di tempat kerja.
2. Petugas P3K harus memiliki lisensi dan buku kegiatan P3K dari Dinas/Instansi yang
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat.
3. Rasio Petugas P3K dengan jumlah pekerja
Klasifikasi Tempat Kerja Jumlah Pekerja Jumlah petugas P3K
Tempat kerja dengan potensi 25 - 150 1 orang
bahaya rendah 1 orang untuk setiap 150
>150
orang atau kurang
Tempat kerja dengan potensi ≤100 1 orang
bahaya tinggi 1 orang untuk setiap 100
>100
orang atau kurang
GAMBAR-GAMBAR ILUSTRASI K3
I. Bekerja di Ketinggian
J. Pengoperasian Alat Berat Mekanis
N. Penggerindaan