AMALIA N M - LP ANEMIA APLASTIK (mg1)
AMALIA N M - LP ANEMIA APLASTIK (mg1)
AMALIA N M - LP ANEMIA APLASTIK (mg1)
ANEMIA APLASTIK
Oleh :
1.2 Etiologi
Menurut Bakta, 2016 etiologi anemia aplastik antara lain :
1.4 Patofisiologi
Tiga faktor penting untuk terjadinya anemia aplastik adalah:
a. Gangguan sel induk hemopoeitik
b. Gangguan lingkungan mikro sumsum tulang
c. proses imunologik
Kerusakan sel induk telah dapat dibuktikan secara tidak langsung
melalui keberhasilan transplantasi sumsum tulang pada penderita anemia
aplastik, yang berarti bahwa penggantian sel induk dapat memperbaiki
proses 10 patologik yang terjadi. Teori kerusakan lingkungan mikro
dibuktikan melalui tikus percobaan yang diberikan radiasi, sedangkan teori
imunologik dibuktikan secara tidak langsung melalui keberhasilan
pengobatan imunosupresif. Kelainan imunologik diperkirakan menjadi
penyebab dasar dari kerusakan sel induk atau lingkungan mikro sumsum
tulang.
1.5 Pathway
(terlampir)
1.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Besi serum normal atau meningkat, TIBC normal, HbF meningkat.
2. Darah Lengkap: Jumlah masing-masing sel darah (eritrosit,
leukosit, trombosit)
3. Pemeriksaan Sumsum Tulang: Aspirasi sumsum tulang biasanya
mengandung sejumlah spikula dengan daerah yang kosong,
dipenuhi lemak dan relatif sedikit sel hematopoiesis. Limfosit, sel
plasma, makrofag dan sel mast mungkin menyolok dan hal ini lebih
menunjukkan kekurangan sel-sel yang lain daripada menunjukkan
peningkatan elemen-elemen ini.
4. Pemeriksaan Flow cytometry dan FISH (Fluorescence In Situ
Hybridization) Sel darah akan diambil dari sumsum tulang,
tujuannya untuk mengetahui jumlah dan jenis sel-sel yang terdapat
di sumsum tulang. Serta untuk mengetahui apakah terdapat
kelainan genetik atau tidak.
5. Tes Fungsi Hati dan Virus
Anemia aplastik dapat terjadi pada 2-3 bulan setelah episode akut
hepatitis. Tes ini juga dinilai jika mempertimbangkan dilakukannya
bone marrow transplantasion
6. Level Vitamin B-12 dan Folat menyingkirkan anemia megaloblastik
7. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis umumnya tidak dibutuhkan untuk
menegakkan diagnosa anemia aplastik. Survei skletelal khusunya
berguna untuk sindrom kegagalan sumsum tulang yang diturunkan,
karena banyak diantaranya memperlihatkan abnormalitas skeletal.
Pada pemeriksaan MRI (Magnetic Resonance Imaging)
memberikan gambaran yang khas yaitu ketidakhadiran elemen
seluler dan digantikan oleh jaringan lemak.
1.8 Komplikasi
Menurut Montane, 2012 komplikasi anemia aplastik antara lain :
1. Pendarahan
2. Infeksi
1.9 Penatalaksanaan
Secara garis besar terapi untuk anemia aplastik terdiri atas:
a. Terapi kausal
Terapi kausal adalah usaha untuk menghilangkan agen
penyebab. Tetapi sering hal ini sulit dilakukan karena
etiologinya yang tidak jelas atau penyebabnya yang
tidak dapat dikoreksi.
b. Terapi suportif
Terapi ini adalah untuk mengatasi akibat pansitopenia.
a. Untuk mengatasi infeksi antara lain :
Higiene mulut
Identifikasi sumber infeksi serta pemberian
antibiotik yang tepat dan adekuat. Sebelum ada hasil
tes sensitivitas, antibiotik yang biasa diberikan
adalah ampisilin, gentamisin, atau sefalosporin
generasi ketiga.
b. Tranfusi granulosit konsentrat diberikan pada sepsis berat
kuman gram negatif, dengan neutropenia berat yang tidak
memberikan respon pada antibiotika adekuat.
c. Untuk mengatasi anemia
Tranfusi PRC (packet red cell) jika Hb < 7 g/dl atau ada
tanda payah jantung atau anemia yang sangat
simtomatik. Koreksi sampai Hb 9-10 g/dl, tidak perlu
sampai Hb normal, karena akan menekan eritropoiesis
internal.
d. Untuk mengatasi perdarahan
Tranfusi konsentrat trombosit jika terdapat perdarahan
mayor atau trombosit < 20.000/mm3. Pemberian trombosit
berulang dapat menurunkan efektivitas trombosit karena
timbulnya antibodi antitrombosit. Kortikosteroid dapat
mengurangi perdarahan kulit.
a. Keluhan utama
Badan lemas
b. Riwayat penyakit saat ini
Seseorang biasanya mengeluh lemas, lesu, cepat lelah, sesak nafas,
sakit kepala, pusing, telingga mendenging, mata berkunang – kunang,
mual dan muntah.
Pengkajian fisik