AMALIA N M - LP ANEMIA APLASTIK (mg1)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ANEMIA APLASTIK

Oleh :

AMALIA NAFISSATUL MAULIDAH


20020005

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER
YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL (JIS)
2020/2021
1.1 Pengertian
Anemia aplastik merupakan anemia yang disertai oleh pansitopenia
pada darah tepi yang disebabkan oleh kelainan primer pada sumsum tulang
dalam bentuk aplasia atau hipoplasia tanpa adanya infiltrasi, supresi atau
pendesakan sumsum tulang. Pada anemia aplastik terjadi penurunan
produksi sel darah dari sumsum tulang sehingga menyebabkan
retikulositopenia, anemia, granulositopenia, monositopenia dan
trombositopenia (Widjanarko, 2012).

1.2 Etiologi
Menurut Bakta, 2016 etiologi anemia aplastik antara lain :

a. Penggunaan obat-obatan tertentu. 


Terdapat beberapa obat rheumatoid arthritis dan antibiotik yang dapat
menyebabkan anemia aplastik.
b.  Gangguan autoimun. 
Gangguan ini menyebabkan sistem imun menyerang sel-sel yang sehat,
termasuk sel punca yang berada di dalam sumsum tulang
c. Paparan bahan kimia beracun.
Paparan bahan kimia beracun, seperti beberapa yang digunakan dalam
pestisida dan insektisida, dapat menyebabkan anemia aplastik. Paparan
benzene, bahan kimia dalam bensin juga telah dikaitkan dengan terjadinya
anemia aplastik
d. Infeksi virus. 
Ada beberapa infeksi virus yang dapat mempengaruhi sumsum tulang
belakang. Infeksi tersebut antara lain hepatitis, HIV, dan cytomegalovirus
e. Kehamilan. 
Anemia aplastik yang terjadi pada kehamilan mungkin terkait dengan
masalah autoimun atau sistem kekebalan tubuh yang menyerang sumsum
tulang selama kehamilan
f. Radiasi dan kemoterapi. 
Dua jenis pengobatan kemoterapi dan radiasi umumnya bertujuan untuk
membunuh sel kanker. Namun terkadang pengobatan ini turut merusak
sel-sel yang sehat dan memicu terjadinya anemia aplastik
g. Faktor congenital (kelainan bawaan) 
Sindrom fanconi yang biasanya disertai kelainan bawaan lain seperti
mikrosefali, strabismus, anomali jari, kelainan ginjal dan lain sebagainya

1.3 Manifestasi Klinis


Pada anemia aplastik terdapat pansitopenia sehingga keluhan dan
gejala yang timbul adalah akibat dari pansitopenia tersebut. Hipoplasia 11
eritropoietik akan menimbulkan anemia dimana timbul gejala-gejala
anemia antara lain lemah, dyspnoe d’effort, palpitasi cordis, takikardi,
pucat dan lain-lain. Pengurangan elemen lekopoisis menyebabkan
granulositopenia yang akan menyebabkan penderita menjadi peka terhadap
infeksi sehingga mengakibatkan keluhan dan gejala infeksi baik bersifat
lokal maupun bersifat sistemik. Trombositopenia tentu dapat
mengakibatkan pendarahan di kulit, selaput lendir atau pendarahan di
organ-organ.
a. Sistem kardiovaskuler : rasa lesu, cepat lelah, palpitasi, sesak napas
intoleransi terhadap aktivitas fisik, angina pectoris hingga gejala payah
jantung.
b. Susunan saraf : sakit kepala, pusing, telingga mendenging, mata
berkunang – kunang terutama pada waktu perubahan posisi dari posisi
jongkok ke posisi berdiri, iritabel, lesu dan perasaan dingin pada
ekstremitas.
c. Sistem pencernaan : anoreksia, mual dan muntah, flaturensi, perut
kembung, enek di hulu hati, diare atau obstipasi.
d. Sistem urogeniatal : gangguan haid dan libido menurun.
e. Epitel dan kulit: kelihatan pucat, kulit tidak elastis atau kurang cerah,
rambut tipis dan kekuning kuningan.

1.4 Patofisiologi
Tiga faktor penting untuk terjadinya anemia aplastik adalah:
a. Gangguan sel induk hemopoeitik
b. Gangguan lingkungan mikro sumsum tulang
c. proses imunologik
Kerusakan sel induk telah dapat dibuktikan secara tidak langsung
melalui keberhasilan transplantasi sumsum tulang pada penderita anemia
aplastik, yang berarti bahwa penggantian sel induk dapat memperbaiki
proses 10 patologik yang terjadi. Teori kerusakan lingkungan mikro
dibuktikan melalui tikus percobaan yang diberikan radiasi, sedangkan teori
imunologik dibuktikan secara tidak langsung melalui keberhasilan
pengobatan imunosupresif. Kelainan imunologik diperkirakan menjadi
penyebab dasar dari kerusakan sel induk atau lingkungan mikro sumsum
tulang.

Proses tersebut dapat diterangkan sebagai berikut: sel target


hematopoeitik dipengaruhi oleh interaksi ligan-reseptor, sinyal intrasesuler
dan aktivasi gen. Aktivasi sitotoksik T-limfosit berperan penting dalam
kerusakan jaringan melalui sekresi IFN-γ dan TNF. Keduanya dapat saling
meregulasi selular reseptor masing-masing dan Fas reseptor. Aktivasi
tersebut menyebabkan terjadinya apoptosis pada sel target. Beberapa efek
dari IFN-γ dimediasi melalui IRF-1 yang menghambat transkripsi selular
gen dan proses siklus sel sehingga regulasi sel-sel darah tidak dapat
terjadi. IFN-γ juga memicu produksi gas NO yang bersifat toksik terhadap
sel-sel lain. Selain itu, peningkatan IL-2 menyebabkan meningkatnya
jumlah T sel sehingga semakin mempercepat terjadinya kerusakan
jaringan pada sel (Widjanarko, 2012).

1.5 Pathway
(terlampir)
1.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Besi serum normal atau meningkat, TIBC normal, HbF meningkat.
2. Darah Lengkap: Jumlah masing-masing sel darah (eritrosit,
leukosit, trombosit)
3. Pemeriksaan Sumsum Tulang: Aspirasi sumsum tulang biasanya
mengandung sejumlah spikula dengan daerah yang kosong,
dipenuhi lemak dan relatif sedikit sel hematopoiesis. Limfosit, sel
plasma, makrofag dan sel mast mungkin menyolok dan hal ini lebih
menunjukkan kekurangan sel-sel yang lain daripada menunjukkan
peningkatan elemen-elemen ini.
4. Pemeriksaan Flow cytometry dan FISH (Fluorescence In Situ
Hybridization) Sel darah akan diambil dari sumsum tulang,
tujuannya untuk mengetahui jumlah dan jenis sel-sel yang terdapat
di sumsum tulang. Serta untuk mengetahui apakah terdapat
kelainan genetik atau tidak.
5. Tes Fungsi Hati dan Virus
Anemia aplastik dapat terjadi pada 2-3 bulan setelah episode akut
hepatitis. Tes ini juga dinilai jika mempertimbangkan dilakukannya
bone marrow transplantasion
6. Level Vitamin B-12 dan Folat  menyingkirkan anemia megaloblastik
7. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis umumnya tidak dibutuhkan untuk
menegakkan diagnosa anemia aplastik. Survei skletelal khusunya
berguna untuk sindrom kegagalan sumsum tulang yang diturunkan,
karena banyak diantaranya memperlihatkan abnormalitas skeletal.
Pada pemeriksaan MRI (Magnetic Resonance Imaging)
memberikan gambaran yang khas yaitu ketidakhadiran elemen
seluler dan digantikan oleh jaringan lemak.

1.7 Diagnosa Banding


1. Leukemia aleukemik
2. Sindroma mielodisplastik (tipe hipoplastik)
3. Paroxysmal nocturnal hemoglobinuria
4. Anemia mieloptisik
5. Pansitopenia karena penyebab lain

1.8 Komplikasi
Menurut Montane, 2012 komplikasi anemia aplastik antara lain :
1. Pendarahan
2. Infeksi

1.9 Penatalaksanaan
Secara garis besar terapi untuk anemia aplastik terdiri atas:
a. Terapi kausal
Terapi kausal adalah usaha untuk menghilangkan agen
penyebab. Tetapi sering hal ini sulit dilakukan karena
etiologinya yang tidak jelas atau penyebabnya yang
tidak dapat dikoreksi.
b. Terapi suportif
Terapi ini adalah untuk mengatasi akibat pansitopenia.
a. Untuk mengatasi infeksi antara lain :
 Higiene mulut
 Identifikasi sumber infeksi serta pemberian
antibiotik yang tepat dan adekuat. Sebelum ada hasil
tes sensitivitas, antibiotik yang biasa diberikan
adalah ampisilin, gentamisin, atau sefalosporin
generasi ketiga.
b. Tranfusi granulosit konsentrat diberikan pada sepsis berat
kuman gram negatif, dengan neutropenia berat yang tidak
memberikan respon pada antibiotika adekuat.
c. Untuk mengatasi anemia
Tranfusi PRC (packet red cell) jika Hb < 7 g/dl atau ada
tanda payah jantung atau anemia yang sangat
simtomatik. Koreksi sampai Hb 9-10 g/dl, tidak perlu
sampai Hb normal, karena akan menekan eritropoiesis
internal.
d. Untuk mengatasi perdarahan
Tranfusi konsentrat trombosit jika terdapat perdarahan
mayor atau trombosit < 20.000/mm3. Pemberian trombosit
berulang dapat menurunkan efektivitas trombosit karena
timbulnya antibodi antitrombosit. Kortikosteroid dapat
mengurangi perdarahan kulit.

1.10 Konsep Keperawatan


1.1.1 Pengkajian

a. Keluhan utama
Badan lemas
b. Riwayat penyakit saat ini
Seseorang biasanya mengeluh lemas, lesu, cepat lelah, sesak nafas,
sakit kepala, pusing, telingga mendenging, mata berkunang – kunang,
mual dan muntah.

c. Riwayat penyakit dahulu


Riwayat pasien sering masuk Rumah Sakit dengan penyakit Anemia.
Di Rumah Sakit pasien mendapatkan tranfusi darah untuk
meningkatkan kadar hemoglobin.
d. Riwayat keperawatan berdasarkan pola kesehatan fungsional
- Pola persepsi sehat sampai penatalaksanaan sehat
Keluarga sering menganggap seperti batuk pusing dan mual muntah
biasa, dan menganggap benar-benar sakit apabila sudah mengalami
sesak napas.
- Pola metabolik nutrisi
Sering muncul anoreksia (akibat respon sistematik melalui control
saraf pusat), mual muntah karena terjadi peningkatan rangsangan
gaster dari dampak peningkatan toksik mikroorganisme.
- Pola eliminasi
Tidak ada gangguan pada pola eliminasi.
- Pola tidur sampai istirahat
Data yang muncul adalah pasien kesulitan tidur karena pusing.
Penampilan lemah, sering menguap, dan susah tidur di malam hari
karena tidak nyaman.
- Pola aktivitas sampai latihan
Aktivitas menurun dan terjadi kelemahan fisik.
- Pola kognitif sampai persepsi
Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang pernah disampaikan
biasanya sesaat akibat penurunan asupan nutrisi dan oksigenasi pada
otak.
- Pola persepsi diri sampai konsep diri
Tampak gambaran keluarga terhadap pasien, karena pasien diam.
- Pola peran hubungan
Pasien terlihat malas jika diajak bicara dengan keluarga, pasien
lebih banyak diam.
- Pola toleransi stress sampai koping
Aktivitas yang sering tampak saat menghadapi stress adalah pasien
selalu diam dan mudah marah.
- Pola nilai sampai kepercayaan
Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan kebutuhan
untuk mendapat sumber kesembuhan dari Allah SWT.

Pengkajian fisik

1) Keadaan umum : tampak lemas, lesu, sesak nafas.


2) Kesadaran : compos mentis sampai coma.
3) TTV : Tekanan darah biasanya normal, Nadi lambat, frekuensi
nafas meningkat.
4) Kepala : tidak ada kelainan
5) Mata : Konjungtiva anemis
6) Hidung : jika sesak ada pernapasan cuping hidung.
7) Paru :
- Inspeksi : Pengembangan paru berat dan tidak simetris, ada
retraksi dinding dada, ada penggunaan otot bantu napas.
- Palpasi : Adanya nyeri tekan, peningkatan vokal fremitus
pada daerah yang terkena.
- Perkusi : Pekak bila ada cairan, normalnya timpani
- Auskultasi : Bisa terdengar ronchi
8) Jantung : Jika tidak ada kelainan maka tidak ada gangguan
9) Ektremitas : sianosis, turgor berkurang jika dehidrasi, kelemahan.

1.1.2 Diagnosa Keperawatan


Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI, 2017) didapatkan :
1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan
konsentrasi hemoglobin (D.0009)
2. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan hemoglobin
(D.0142)
3. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrient (D.0032)
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring (D.0056)
1.1.3 Perencanaan
STANDAR DIAGNOSIS STANDAR LUARAN KEPERAWATAN STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN
KEPERAWATAN INDONESIA (SLKI) INDONESIA (SIKI)
INDONESIA (SDKI)
Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Tranfusi Darah (1.02089)
efektif berhubungan 3×24 jam, masalah teratasi. Tindakan :
dengan penurunan Kriteria hasil : O:
konsentrasi hemoglobin Tingkat perdarahan (L.02017) - Identifikasi rencana tranfusi
D.0009 No Indikator ST - Monitor TTV sebelum, selam dan setelah
1 Hematemesis 5 tranfusi
2 Hematuria 5
3 Hemoglobin 5 - Monitor tanda kelebihan cairan (mis. Dispnea,
Keterangan : nomor 1 dan 2 takikardi, sianosis, tekanan darah meningkat,
1 = meningkat sakit kepala)
2 = cukup meningkat - Monitor reaksi transfusi
3 = sedang T:
4 = cukup menurun - Lakukan pengecekan ganda pada label darah
5 = menurun (gol. Darah, rhesus, tanggal kadaluarsa, nomor
Keterangan : nomor 3 seri, jumlah, dan identitas pasien)
1 = memburuk - Pasang akses intravena, jika belum terpasang
2 = cukup memburuk - Periksa kepatenan intravena, flebitis dan tanda
3 = sedang infeksi lokal
4 = cukup membaik - Berikan NaCl 0,9% 50-100 ml sebelum transfusi
5 = membaik dilakukan
- Atur kecepatan, aliran transfusi sesuai produk
darah 10-15 ml/KgBB dalam 2-4 jam
- Hentikan transfusi jika terdapat reaksi saat
transfusi
E:
- Jelaskan tujuan dan prosedur transfusi
- Jelaskan tanda dan gejala reaksi transfusi yang
perlu dilaporkan (mis. Gatal, pusing,sesak nafas,
dan nyeri dada)
Resiko defisit Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Manajemen nutrisi (1.03119)
nutrisi 3 jam masalah teratasi. Tindakan :
berhubungan Kriteria Hasil : O:
dengan Status nutrisi (L.03030) - Identifikasi status nutrisi
ketidakmampuan No Indikator ST - Monitor hasil pemeriksaan laborat
mengabsorbsi 1. Frekuensi makan 4 - Identifikasi penggunaan selang nasogastric (NGT)
2. Nafsu makan 5
nutrien (D.0032) 3. Bising usus 5 T:
Keterangan : - Berikan makanan tinggi serat
1. Memburuk - Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
2. Cukup memburuk E:
3. Sedang - Anjurkan posisi duduk jika mampu
4. Cukup Membaik - Ajarkan diet yang di programkan
5. Membaik K:
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
Resiko infeksi Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Pencegahan infeksi (1.14539)
berhubungan 3 jam masalah teratasi. Tindakan :
dengan Kriteria Hasil : O:
penurunan Tingkat infeksi (L.14137) - Monitor tanda dan gejala infeksi
hemoglobin No Indikator ST T:
(D.0142) 1. Demam 5 - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
2. Kemeraha 5
3. Nyeri 5 pasien
Keterangan : - Batasi jumlah pengunjung
1. Meningkat E:
2. Cukup meningkat - Ajarkan cara mencuci tangan yang benar
3. Sedang - Jelaskan tanda dan gejala infeksi
4. Cukup menurun K:
5. Menurun - Pemberian imunisasi jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Bakta, IM. Hematologi Klinik ringkas. Penerbit Buku Kedokteran. EGC:


Jakarta. 2016. P: 98-109.
Montane E, Luisa I, Vidal X, Ballarin E, Puig R, Garcia N, Laporte JR,
CGSAAA: Epidemiology of aplastic anemia: a prospective multicenter
study. Haematologica. 2012, page 98:518-23
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Widjanarko, A. Anemia Aplastik. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jilid II
Edisi IV. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2012. p. 637-643.
Young NS, Maciejewski J. The Pathophysiology of Acquired Aplastic Anemia.
In: Eipsten FH, editor. New English Medical Journal, vol.336.
Massachusetts Medical Society, 2010.

Anda mungkin juga menyukai