Perpindahan Panas
Perpindahan Panas
Perpindahan Panas
BAB I
PENDAHULUAN
1
LABORATORIUM UNIT OPERASI TEKNIK KIMIA 2014
6. Mampu mencari koefisien α, p, q, dan hubungan persamaan perpindahan panas
yang digunakan dengan bilangan Nusselt, Reynold, dan Prandtl berdasarkan
rumus:
Dvρ
µ
¿
¿
cpµ
k
¿
¿
hD
=α ¿
k
7. Mampu memberikan rekomendasi terhadap heat exchanger yang digunakan
berdasar nilai Rd yang didapat.
Gambar 2.1.1. Alat penukar panas jenis shell and tube heat exchanger
2. Double pipe heat exchanger
Salah satu jenis penukar panas adalah susunan pipa ganda (double pipe).
Dalam jenis penukar panas dapat digunakan berlawanan arah aliran atau arah
aliran, baik dengan cairan panas atau dingin cairan yang terkandung dalam ruang
annular dan cairan lainnya dalam pipa.
Alat penukar panas pipa rangkap terdiri dari dua pipa logam standart yang
dikedua ujungnya dilas menjadi satu atau dihubungkan dengan kotak penyekat.
Fluida yang satu mengalir di dalam pipa, sedangkan fluida kedua mengalir di
dalam ruang anulus antara pipa luar dengan pipa dalam. Alat penukar panas jenis
ini dapat digunakan pada laju alir fluida yang kecil dan tekanan operasi yang
tinggi. Sedangkan untuk kapasitas yang lebih besar digunakan penukar panas jenis
selongsong dan buluh (shell and tube heat exchanger).
Gambar 2.1.2. Alat penukar panas jenis pipa rangkap (double pipe heat exchanger)
3. Plate and frame heat exchanger
Alat penukar panas pelat dan bingkai (plate and frame) terdiri dari paket
pelat-pelat tegak lurus, bergelombang, atau profil lain. Pemisah antara pelat tegak
lurus dipasang penyekat lunak (biasanya terbuat dari karet). Pelat-pelat dan sekat
disatukan oleh suatu perangkat penekan yang pada setiap sudut pelat 10
(kebanyakan segi empat) terdapat lubang pengalir fluida. Melalui dua dari lubang
ini, fluida dialirkan masuk dan keluar pada sisi yang lain, sedangkan fluida yang
lain mengalir melalui lubang dan ruang pada sisi sebelahnya karena ada sekat.
Gambar 2.1.3. Alat penukar panas jenis pelat dan bingkai (plate and frame heat
exchanger)
4. Air cooled heat exchanger
Air cooled heat exchanger umumnya digunakan untuk fluida gas, liquid dan
kondensasi. Air cooled heat exchanger cenderung menjadi tidak ekonomis jika
temperatur outlet kurang dari 20 sampai 30OC di atas temperatur ambien. Tube dan
header dapat difabrikasi dengan menggunakan material umum. Fin biasanya
menggunakan material aluminium, kadang-kadang material steel galvanised
digunakan dalam kondisi korosif, tapi mempunyai loss efficiency yang cukup besar.
Alat ini mempunyai fouling factor yang tinggi, yang perlu dipertimbangkan adalah
desain header box untuk memudahkan akses mechanical cleaning pada tube side.
Pada fin aluminium memungkinkan terjadinya korosi. Masalah utama adalah
cleaning di sekitar air side dan fan drives.
Gambar 2.1.5. Penggambaran Sisi Aliran Panas dan Aliran Dingin pada Heat
Exchanger
Bila dalam alat penukar panas kedua fluida dalam alat penukar panas dipisahkan
dalam bidang datar maka U dapat dinyatakan dalam bentuk :
1
1 x 1
U= ( )+( )+( )
hi k ho
1
1 ri
r0 ri 1
Ui = ( )+( ) ln( )+( )( )
h0 k ri r 0 hi
• Scaling
Scaling adalah endapan yang terbentuk pada permukaan pipa/tube yang kontak
dengan air. Scale atau kerak ini disebabkan oleh air yang memiliki kesadahan tinggi.
Komponen utama pembentukkan scale adalah kalsium karbonat, kalsium sulfat, dan
juga senyawa magnesium hidroksida.
• Fouling factor (Rd)
Fouling adalah peristiwa terakumulasinya padatan yang tidak dikehendaki di
permukaan heat exchanger yang berkontak dengan fluida kerja, termasuk permukaan
heat transfer. Peristiwa tersebut adalah pengendapan, pengerakan, korosi, polimerisasi
dan proses biologi. Faktor pengotoran ini sangat mempengaruhi perpindahan panas
pada heat exchanger. Pengotoran ini dapat terjadi endapan dari fluida yang mengalir,
juga disebabkan oleh korosi pada komponen dari heat exchanger akibat pengaruh dari
jenis fluida yang dialirinya. Selama heat exchanger ini dioperasikan pengaruh
pengotoran pasti akan terjadi. Terjadinya pengotoran tersebut dapat menganggu atau
memperngaruhi temperatur fluida mengalir juga dapat menurunkan atau
mempengaruhi koefisien perpindahan panas menyeluruh dari fluida tersebut.
Penyebab terjadinya fouling :
- Adanya pengotor berat yaitu kerak yang berasal dari hasil korosi atau cake.
- Adanya pengotor berpori yaitu kerak lunak yang berasal dari dekomposisi kerak
keras.
Akibat fouling :
- Mengakibatkan kenaikan tahanan heat transfer, sehingga meningkatkan biaya, baik
investasi, operasi maupun perawatan.
- Ukuran heat exchanger menjadi lebih besar, kehilangan energi meningkat, waktu
shutdown lebih panjang dan biaya perawatan meningkat.
Faktor pengotoran (fouling factor) dapat dicari persamaan :
Uc −Ud
Rd = Uc . Ud
hio . ho Q
dengan Uc = hio+ ho dan Ud = A ΔT
− ( ΔT ) =−U( 1+1¿ . dA
ΔT ch cc
( ΔT 2) cc
1 1
+ ¿
ln ( ΔT 1) = − U.A ( ch cc
q q
Substitusi ch Thi−Tho dan cc = Tco
= −Tci
( ΔT 2)
Thi−Tho Tco−Tci ¿
+
ln ( ΔT 1) = − U.A ( q q
( ΔT 2) U.A
ln ( ΔT 1) = − q [(Thi-Tci) – (Tho-Tco)]
Cold Hot
Fluid Fluid
4. 1. Hasil Percobaan
Tabel 4.1.1. Data Skala, Flowrate, Suhu, ΔTLMTD Aliran Co-Current
Flowrate Thi Tho Tci Tco ΔTLMT
Skala L/menit m3/detik (OC) (OC) (OC) (OC) D (OC)
2 7 1,167 . 10-4 46,7 45,3 30,5 31,2 15,126
4 10 1,667 . 10-4 47,2 45,6 32,5 33,7 13,251
6 13 2,167 . 10-4 46,6 45,4 32,7 33,9 12,662
8 16 2,667 . 10-4 46,36 44,45 33,0 34,36 11,649
10 19 3,167 . 10-4 45,55 43,73 33,55 34,55 10,527
Tabel 4.1.2. Data Skala, Flowrate, Suhu, ΔTLMTD Aliran Counter Current
Flowrate Thi Tho Tci Tco ΔTLMT
Skala L/menit m3/detik (OC) (OC) (OC) (OC) D (OC)
2 7 1,167 . 10-4 46,36 43,45 31,27 33,64 12,448
4 10 1,667 . 10-4 46,27 43,36 30,91 33,09 12,812
6 13 2,167 . 10-4 46,18 43,82 30,55 32,27 13,587
8 16 2,667 . 10-4 46,18 43,36 30,73 31,91 13,433
10 19 3,167 . 10-4 46,27 45,09 30,36 31,09 14,954
Tabel 4.1.3. Data Skala, Qh, Qc, Ui, Uo, Ud, Uc Aliran Co-Current
Ui Uo Ud Uc
Skala Qh (J/s) Qc (J/s)
(J/m3.s.OC) (J/m3.s.OC) (W/m.OC) (W/m.OC)
2 682,76 1.193,52 237,57 218,06 227,81 621,55
4 1.114,62 2.046,04 442,71 406,36 424,54 807,99
6 1.086,71 2.046,04 451,71 414,61 433,16 950,31
8 2.128,77 2.318,84 961,81 882,81 922,31 1497,88
10 2.408,75 1.705,03 1.204,30 1.105,40 1.154,85 1971,91
Tabel 4.1.4. Data Skala, Qh, Qc, Ui, Uo, Ud, Uc Aliran Counter Current
Ui Uo Ud Uc
Skala Qh (J/s) Qc (J/s)
(J/m3.s.OC) (J/m3.s.OC) (W/m.OC) (W/m.OC)
2 1.419,18 4.040,93 600,05 550,77 575,41 823,844
4 2.027,22 3.716,97 832,78 764,39 798,58 932,586
6 2.137,19 2.932,66 827,88 759,89 793,88 986,737
8 3.143,00 2.011,94 1.231,45 1.130,32 1.180,89 1994,019
10 1.561,72 1.244,67 549,66 504,52 527,09 847,971
4. 2. Pembahasan
4.2.1. Pengaruh Flowrate terhadap Nilai Ui dan Uo
Gambar 4.2.1. Grafik Hubungan Flowrate terhadap Ui dan Uo
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
U (UJ/imCo3-.csu.Or eCn)t Uo Co-Cur ent Ui Counter-Cur ent
Uo Counter-Cur ent
Pada percobaan ditunjukkan pula bahwa semakin besar flowrate hot fluid
maka harga Ui dan Uo baik pada aliran co-current maupun counter current
memiliki kecenderungan untuk semakin meningkat. Hal ini terjadi karena Ui dan
Uo berbanding lurus dengan flowrate, seperti yang dijelaskan pada persamaan
berikut:
ρ. v h. cph. ΔT h ρ. v h. cph. ΔT h
Ui = Ai . ΔTLMTD dan Uo = Ao . ΔTLMTD
Pada laju alir hot fluid 1,167 x 10-4 m3/s, 1,667 x 10-4 m3/s, dan 2,167 x 10-4
m3/s, nilai Ui pada aliran counter current lebih besar dibandingkan aliran co-
current. Hal ini terjadi karena perbedaan suhu rata-rata setiap bagian heat
exchanger (ΔTLMTD) untuk aliran counter current lebih besar dibandingkan aliran
co-current. Selain itu, nilai Uo pada aliran counter current juga lebih besar
dibandingkan aliran co-current. Hal ini terjadi karena perbedaan suhu rata-rata
setiap bagian heat exchanger (ΔTLMTD) untuk aliran counter current lebih besar
dibandingkan aliran co-current. Sehingga dengan nilai (ΔTLMTD) yang lebih kecil
nilai, Ui dan Uo pada co-current menjadi lebih besar, dan perpindahan panas dari
fluida panas ke fluida dingin menjadi lebih mudah.
Namun pada flowrate hot fluid 3,167 x 10-4 m3/s co-current lebih besar
daripada counter current. Hal ini disebabkan oleh akumulasi kerak dalam heat
exchanger yang mempengaruhi oefisien perpindahan panas sehingga
mempengaruhi nilai faktor pengotoran. Dari data Rd yang didapat, baik itu aliran
co-current maupun counter-current, dapat disimpulkan bahwa heat exchanger ini
masih layak digunakan karena nilai Rd yang diperoleh belum melampaui batas
nilai Rd toleransi yang diperbolehkan, yaitu Rd = 0,003.
(Kern, Process Heat Transfer Page 108).
Adapun perawatan yang perlu dilakukan dalam penggunaan heat exchanger
antara lain :
a. Dilakukan pembersihan heat exchanger minimal 1 tahun sekali
b. Jika nilai Rd melampaui batas Rd toleransi, dilakukan penggantian tube dengan
diameter yang lebih besar
c. Mengatasi Pengotoran
Memilih fluida yang akan dimasukkan kedalam alat penukar kalor.
Melakukan pembersihan secara berkala untuk membuang kotoran-
kotoran yang ada di dalam selubung atau tabung alat penukar kalor.
Mempergunakan bahan yang cocok agar kotoran yang terdapat pada alat
penukar kalor benar-benar bersih dan ketika membersihkan alat penukar
kalor tersebut tidak mengalami kerusakan pad dindingmya.
d. Mengatasi korosi
Korosi dapat dikendalikan atau diminimalisir dengan cara :
Lapis lindung, yaitu dengan melapisi logam dengan bahan lain yang
lebih tahan karat, sehingga proses korosi dapat diperlambat,
Reaksi katodik (perlindungan), yaitu dengan cara arus tanding dan
dengan anoda karbon
Inhibitor adalah substansi kimia, bila ditambahkan dalam konsentrasi
yang relative sedikit ke lingkungan korotif, secara efektif dapat
menurunkan laju korosi logam.
4.2.4. Koefisien α, p, dan q pada Peristiwa Perpindahan Panas
Peristiwa perpindahan panas terjadi dengan cara gabungan konduksi dan
konveksi, tidak ada perubahan fase dan tidak ada radiasi yag signifikan.
Persamaan:
p q
hD=α Dμv ρ cpk µ
k [ ][ ]
Merupakan rumus utama dari Bilangan Nusselt (Nu) yaitu rasio perpindahan
panas konveksi dan konduksi normal terhadap batas dalam kasus perpindahan
panas konveksi dan konduksi normal terhadap batas dalam kasus perpindahan
panas pada permukaan fluida. Nilai α, p dan q dapat dihitung dengan cara numerik.
Unuk mendapatkan nilai-nilai konstanta α, p dan q maka diperlukan 3 persamaan.
Oleh karena itu, diambil nilai-nilai Bilangan Nusselt, Prandtl dan
Reynold dari 3 skala rotameter pada jenis aliran counter current.
Skala 2:
hiDi p q
Dv ρ cp µ
k
=α [ ][ ]
μ k
30.095,94 ( W / m2 ° C ) . 0,0209133 m
[ 4,1068 ]q
p
=α [
(W ] / m 0 C )
21.363,39
0,6377
p q
992,597=α [ 21.363,39 ] [ 4,1068 ]
Skala 4:
W
31.546,61
C
° ). 0,0209133 =α [ 22.838,63 ] p [ 4,2134 ] q
( m
m
0,6375(W /m 0C )
2
p q
1.042,908=α [ 22.838,63 ] [ 4,2134 ]
1.042,908=log α + p ∙ log 22.838,63+q ∙ log 4,2134
Log
log α + 4,3587 p+0,6246 q.......................
3,018 = (2)
Skala 6:
33.300,29 W °
) .0,0209133 =α [ 24.812,78 ] p [ 4,3036 ] q
(mC m
0,6382(W /m 0C )
2
p q
1.103,333=α [ 24.812,78 ] [ 4,3036 ]
log α
Eliminasi nilai dari persamaan (1) dan (2)
×1,97
log α + 4,3587 p+0,6246 q
3,018 = ¿ )
_
log α + 8,6594 p +1,227
5,9936 =
q
log α + 8,5866 p+1,227 q
5,9455 =
_
0,0481 = 0,0,0946 p
Di dapatkan nilai p = 0,508
log α
Eliminasi nilai dari persamaan (2) dan (3)
W
30.095,94
( m °mC ) . 0,0209133 =1,12 [
2
[ 4,106
0,1413
0,6377
(
W
21.363,39 ] 0,661 8]
)m C 0
α =0,36
Dari literature yang ada untuk aliran counter current, harga ;p=
0,55; q = 0,33 yang dijelaskan melalui persamaan:
ho D c
[
=0,36 Dc Gs 0,55 cp
µ
]
0,33
k μ ][ k
Dari hasil percobaan yang didapatkan, dengan menghitung selisih antara nilai
Re dan Pr pada tiap nilai Gs, maka didapat % error :
Nu Model : Nu Percobaan :
ho Dc
D
c
Dc Gs 0,55 cp
µ ]
0,33
ho
[
=1,12 Dc Gs 0,661 cp
µ
0,1413
k
=0,36 [ μ ][ k k μ ][ k ]
Tabel 4.2.1 Nilai % error antara Nu Percobaan dengan Nu Model
flowrate Nu Nu Error
Re Pr
liter/menit m3/s Model Percobaan (%)
7 1,167 .10-4 2487,649 5,81 138,930789 1.012,4571 86,28%
-4
10 1,667 .10 2448,503 5,88 145,285478 1.060,5831 86,3%
13 2,167 .10-4 2621,574 5,89 152,283439 1.108,2670 86,26%
16 2,667 .10-4 2580,535 5,93 159,463921 1.159,6441 86,25%
19 3,167 .10-4 1894,436 5,04 164,188657 1.194,8043 86,26%
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Nilai Ui pada aliran counter current lebih besar dibandingkan aliran co-
current. Hal ini terjadi karena perbedaan suhu rata-rata setiap bagian heat
exchanger (ΔTLMTD) untuk aliran counter current lebih besar dibandingkan
aliran co-current.
2. Koefisien perpindahan panas bersih (Uc) lebih besar daripada koefisien
perpindahan panas kotor (Ud) baik pada aliran co-current maupun
counter current.
3. Semakin tinggi flowrate, maka nilai Uc dan Ud juga meningkat. Hal ini
dikarenakan nilai U berbanding lurus dengan nilai laju alir.
4. Nilai α, p, dan q yang diperoleh yaitu α = 1,12; p = 0,508; dan q = 0,728
5. Rd percobaan lebih kecil daripada Rd yang diijinkan yang berarti bahwa alat
belum saatnya dibersihkan dan masih layak digunakan.
5.2. Saran
1. Pemasangan selang harus benar-benar rapat dan kuat agar tidak terjadi
kebocoran
2. Pembacaan suhu harus cermat dan teliti.
3. Pembacaan skala flowrate harus cermat dan teliti.
4. Usahakan alat dalam keadaan kering agar tidak terjadi kontak dengan arus
listrik
DAFTAR PUSTAKA
Brown, G. G. 1976. Unit Operations, Moderns Asia Edition. John Willey and Sons Inc.
New York.
Holman,J.D.1997. “Perpindahan Kalor”,edisi ke-6, Jakarta: Erlangga.
http://www.southwestthermal.com/shell-tube-exchanger.html diakses pada tanggal 7
Desember 2014 pukul 21.09 WIB
http://iswahyudi8962.blogspot.com/2011/12/heat-exchanger.html diakses pada tanggal 7
Desember 2014 pukul 21.19 WIB
http://wbsakti.wordpress.com/2014/03/06/heat-exchanger-definisi-dan-type/ diakses pada
tanggal 7 Desember 2014 pukul 21.34 WIB
http://andysembiring.blogspot.com/2011/06/perawatan-mesin-pada-heat-exchanger.html
diakses pada tanggal 7 Desember 2014 pukul 20.52 WIB
Kern, D. G. 1980. Process Heat Transfer. McGraw Hill Book Co. Ltd. Kogakusha, Tokyo.
Marsoem, “Modul Alat Penukar Panas”, Jurusan Teknik Kimia UNDIP, hal 9 dan 17.
McAdam, William H. 1959. Heat Transmittion. McGraw Hill Book Co. Ltd. Kogakusha,
Tokyo.
Perry, R.H and Chilson, “Chemical Engineering Handbook”, 5th ed, Mc Graw Hill Book