PTK Matematika Kelas Vii-Penerapan Model Kooperatif Tipe Stad
PTK Matematika Kelas Vii-Penerapan Model Kooperatif Tipe Stad
PTK Matematika Kelas Vii-Penerapan Model Kooperatif Tipe Stad
Disusun oleh :
berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman betaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri dan menjadi
Tujuan pendidikan nasional tersebut sangat relevan dengan kondisi dalam era
globalisasi saat ini.Dimana suasana kehidupan menjadi semakin rumit, cepat berubah
dan sulit diprediksi.Kondisi ini membwa dampak pesaingan yang sangat ketat untuk
mendapatkan kehidupan yang layak, siapa yang memiliki keunggulan kompetitif dia
terletak pada inti kegiatan pendidikan itu sendiri yaitu proses belajar mengajar yang
melibatkan anak didik dan pendidik, salah satu contoh yaitu penggunaan satu metode
mengajar.
menghasilkan kegitan hasil belajar mengajar yang membosankan bagi siswa, jalan
pengajaran pun tampak kaku siswa kurang bergaiah belajar, kejenuhan dan
Salah satu metode yang biasa digunakan adalah metode ceramah, metode
ceramah adalah metode yang boleh dikatakan konvensional, karena sejak dulu
metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan
siswa.Dalam penerapannya, proses belajar mengajar lebih berpusat pada guru, siswa
pembelajaran kooperatif dan model diskusi kelas. Menurut Ibrahim, dkk (2000) suatu
model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan, dan
Menurut Nur (1996), terkait dengan tuntutan dan tantangan kehidupan masa
kebersamaan, keunggulan, yakni suatu wawasan yang akan menumbuhkan etos kerja
yang maksimal, kemauan untuk mencapai prestasi tertinggi, sikap kritis, keimanan
dan ketakwaan, keahlian dan profesional, karya dan cipta, kemandirian dan
dan membutuhkan siswa aktif terutama pengajaran pada Sekolah Menengah Pertama
(SMP).
Banyak penelitian menunjukkan bahwa dalam latar kooperatif, siswa lebih
banyak belajar dari temannya sendiri sesama siswa daripada belajar dari guru.Metode
memiliki dampak yang sangat positif bagi siswa yang rendah hasil belajar, suasana
belajar kooperatif juga mampu menghasilkan prestasi yang tinggi, hubungan yang
lebih positif dan penyesuaian psikologi yang lebih baik daripada suasana belajar yang
penuh dengan persaingan dan memisah memisahkan siswa (Anita Lie, 2002).
Hal inilah yang terjadi di SMP Negeri 5 Kota serang, informasi yang dipeoleh
dari hasil wawancara peneliti denga guru matematika Kelas VII, dengan penggunaan
metode ceramah sebagian besar siswa sering mengalami kesulitan dalam memahami
materi yang diajakan, mereka merasa pelajaran matematika adalah pelajaran yang
sulit. Disamping itu aktifitas siswa selama proses belajar mengajar juga masih sangat
kurang sehingga pada akhirnya prestasi belajar siswa menjadi rendah. Sebagai
gambaran situasi tersebut, berikut ini diuraiakan tentang perolehan nilai ulangan
harian siswa kelas VII semester I tahun pelajaran 2013/2014 dapat dilihat dilihat pada
tabel 1.1.
Tabel 1.1 Tabel nilai rata-rata ulangan harian mata pelajaan matematika semester I
1 variabel
Dari data diatas diketahui bahwa nilai rata-rata ulangan harian matematika
pada pokok bahasan pecahan masih sangat rendah. Oleh karena itu diperlukan
pemilihan model pembelajaran yang tepat. Siswa SMP Negeri 5 kota serang pada
umumnya belum memiliki interaksi yang besifat kooperatif artinya belum belajar
secara besama dalam suatu kelompok, dimana siswa masih belajar secara
individualistis tanpa ada saling tukar fikiran, contoh nampak dari siswa yang pintar
pengajaran dari guru dan memahami konsep yang diberikan, mereka tidak mau
siswa yang kurang atau minim pengetahuannya tetap tidak ada perkembangan.
Perbedaan ini perlu ditekan sekecil mungkin supaya tidak menimbulkan efek
psikologi bagi siswa untuk diperlukan suatu sarana berupa model pembelajaran yang
mampu membuat terjalinnya kerjasama diantara siswa yaitu salah satu pembelajaran
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
meningkatkan hasil belajar materi pokok Aritmatika sosial pada siswa kelas VII
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa
materi pokok Aritmatika sosial melalui pembelajaran kooperatf tipe STAD (Student
siswa kelas VII SMP Negeri 5 Kota Serang Tahun Pelajaran 2013/2014.
- Siswa
Dapat membantu siswa untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran
- Guru
Sebagai salah satu pedoman bagi guru dalam memilih metode pembelajaran
- Sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk memperkaya
Serang.
melalui kegiatan belajar. Hasil belajar adalah terjadinya perubahan dari hasil
masukan pribadi berupa motivasi dan harapan untuk berhasil dan masukan dari
terdadap besarnya usaha yang dicurahkan oleh siswa untuk mencapai tujuan belajar
Seseorang dapat dikatakan telah belajar sesuatu apabila dalam dirinya telah terjadi
suatu perubahan, akan tetapi tidak semua perubahan yang terjadi. Jadi hasil belajar
merupakan pencapaian tujuan belajar dan hasil belajar sebagai produk dari proses
kita dapat mengetahui hakekat matematika yang sekaligus dapat kita ketahui juga
cara berpikir matematika itu. Kalau kita telaah, matematika itu tidak hanya
ruang sebagai sasarannya. Kalau pengertian bilangan dan ruang ini dicakup menjadi
satu istilah yang disebut kuantitas, maka nampaknya matematika dapat didefinisikan
sebagai ilmu yang mengenai kuantitas. Tetapi bagaimana halnya dengan geometri
proyeksi yang lebih mementingkan tentang kedudukan dari pada kuantitas? Terlebih
lagi sejak permulaan abad 19, matematika berkembang yang sasarannya ditujukan ke
Misalnya saja satu potong garis, ini tidak memberikan pengertian apa-apa.
Potongan garis itu barulah berarti bila ada garis lain yang diletakkan didekatnya
untuk diliat sebagai kemungkinan yang ada, misalnya perbandingan yang panjang.
Hubungan yang ada dalam matematika memang bertalian erat dengan kehidupan
sehari-hari misalnya saja tentang kesamaan, lebih besar dan kecil. Hubungan-
hubungan itu kemudian diolah secara logic-deduktif. Karena itu dapat dikatakan
bahwa matematika itu sama saja dengan hubungan-hubungan yang bebas dari isi
materialnya hal-hal yang ditelaah. Yang dimaksud pola adalah suatu sistem mengenai
pola itu dapat dikenal bila muncul. Dari tinjauan ini, matematika merupakan
penggolongan dan penalaahan tentang semua pola. Ini berarti penggolonga dan
penelaahan itu mencakup hampir setiap macam keteraturan yang dapat dikenal
itu bentuk suatu rumus matematika lebih penting dari simbul-simbul yang
tentang struktur-struktur itu. Penelaahan terhadap struktur inilah yang merupakan ciri
matematika yang berkembang sampai saat ini. Sasaran matematika lebih dititik
beratkan ke struktur sebab sasaran terhadap bilangan dan ruang tidak banyak artinya
lagi dalam matematika. Kenyataan yang lebih utama ialah hubungan-hubungan antara
barulah berarti bila suatu simbul itu dilandasi suatu ide. Jadi kita harus memahami ide
yang terkandung dalam symbul tersebut. Dengan perkataan lain, ide harus dipahami
terlebih dahulu sebelum ide tersebut disimbulkan. Secara singkat dikatakan bahwa
Pada dasarnya apabila dikatakan mengajar, tentu ada subjek yang diberi
palajaran,yaitu peserta didik dan ada subyek yang mengajar yaitu pengajar. Pengajar
disini dapat saja tidak langsung berhadapan muka dengan yang diberi pelajaran,
misalnya melalui media seperti buku teks, modul dan lain-lain. Dari uraian ini tersirat
pengetahuan atau pengalaman yang dimiliki kepada peserta didik. Tujuan mengajar
adalah agar pengetahuan yang disampaikan itu dapat dipahami peserta didik. Karena
itu, mengajar yang baik itu jika hasil belajar peserta didik baik. Pernyataan ini dapat
dipenuhi, bila pengajar mampu memberikan fasilitas belajar yang baik sehingga dapat
Apabila terjadinya proses belajar matematika itu baik, dapat diharapkan hasil
belajar peserta didik akan baik pula. Dengan proses belajar matematika yang baik,
subyek yang belajar akan dapat memahami matematika dengan baik pula dan ia
matematika itu sendiri maupun ilmu lainnya atau dalam kehidupan sehari-hari. Dari
uraian tersebut di atas, terlihat pula bahwa mengajar itu suatu kegiatan yang
melibatkan pengajar dan peserta didik. Peserta didik diharapkan belajar karena
adanya intervensi pengajar. Dengan intervensi ini, diharapkan peserta didik menjadi
dan penalaran. Ide-ide yang dihasilkan oleh pikiran-pikiran manusia itu merupakan
menyelesaikan maslah.
melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan, yang dibedakan
perubahan karena mabuk atau minum ganja bukan termasuk belajar. Sedangkan
Skiner (Dimyati dan Mujiono, 1994:9) berpandangan bahwa belajar adalah suatu
perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya,
bila ia tidak belajar maka responnya menurun.jadi disini siswa dikatakan telah
mengalami kegiatan belajar jika prilakunya, baik aspek kognitif, afektif, maupun
Menurut pengertian ini belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan
suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas dari
pada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan,
mengatakan “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
luas maupun sempit atau khusus. Dalam pengertian luas belajar dapat diartikan
dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu
seutuhnya.
Selain ahli di atas ada juga beberapa ahli yang mengemukakan pendapatnya
baik. Sebaliknya jika tidak maka responnya akan menurun. Sehingga oleh Skinner
Dalam menerapkan teori Skinner guru perlu memperhatikan dua hal yang
penting: pertama pilihan stimulus, kedua penggunaan penguatan. Hal ini dilakukan
- Memilih dan menentukan ukuran tingkah laku yang dipelajari dan jenis
penguatnya.
Belajar adalah kegiatan yang kompleks dan terdiri dari tiga komponen penting
yaitu: kondisi eksternal, kondisi internal dan hasil belajar. Sehingga belajar
merupakan interaksi antara keadaan internal dan proses kognitif siswa dengan
stimulus dan lingkungannya. Proses koginitif tersebut menghasilkan suatu hasil
sikap dan siasat kognitif. Dan kelima hasil tersebut merupakan kapabilitas.
- Mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk mengemukakan pertanyaan yang
revisi.
pengajaran, bukan pada siswa yang belajar. Praktek tersebut ditandai oleh peran guru
yang dominan dan siswa hanya menghafalkan pelajaran. Dengan melihat hal tersebut
- Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar.
- Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses-
- Belajar yang optimal akan terjadi, bila siswa berpartisipasi secara bertanggung
- Belajar mengalami (eskperimental learning) dapat terjadi, bila siswa mengevaluasi
diri.
- Belajar mengalami tuntutan keterlibatan siswa secara penuh dan sungguh-sungguh.
Dari uraian di atas berarti belajar adalah suatu proses atau serangkaian
kegiatan jiwa-raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
setelah mengalami aktivitas belajar. Hasil belajar juga merupakan kemampuan yang
diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar adalah terjadinya
perubahan dari hasil masukan pribadi berupa motivasi dan harapan untuk berhasil dan
tujuan belajar Seseorang dapat dikatakan telah belajar sesuatu apabila dalam dirinya
telah terjadi suatu perubahan, akan tetapi tidak semua perubahan yang terjadi. Jadi
hasil belajar merupakan pencapaian tujuan belajar dan hasil belajar sebagai produk
membuat norma budaya lebih dapat menerima prestasi sehingga dapat memberi
keuntungan, baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja
tertentu. Hasil belajar tersebut diwujudkan dari perubahan tingkah laku, sikap belajar
dan pemahaman siswa. Indikator pencapaian hasil belajar tersebut tertuang dalam
laporan dalam hasil belajar siswa. Sesuai dengan konsep KTSP bahwa hasil belajar
Divisions)
dan teman-temannya di Universitas Jhon Hopkin. Metode ini dipandang sebagai yang
Kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran dan
yang heterogen terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku,
memiliki kamapuan tinggi, sedang, dan rendah. Salah satu tujuan mengapa anggota
kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan heterogen yaitu agar siswa
Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima komponen utama yaitu:
dan penghargaan kelompok. Siklus pembelajaran yang teratur dari STAD yaitu:
pembimbing.
1. Masing-masing siswa itu sendiri mempunyai tanggung jawab untuk memastikan
2. Tidak seorangpun siswa selesai belajar sebelum anggota kelompoknya menguasai
materi pelajaran.
3. Meminta bantuan kepada teman satu kelompok sebelum meminta bantuan pada
guru.
Kuis adalah tes dalam bentuk essay yang dikerjakan secara mandiri dengan
tujuan untuk mengetahui keberhasilan siswa belajar kelompok. Hasil tes digunakan
Skor kemajuan individu ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi
berdasarkan pada seberapa jauh skor kuis terkini melampui rata-rata skor siswa yang
lalu.
kelompok. Predikat ini diperoleh dengan melihat skor kemajuan kelompok. Skor
yaitu:
Guru memberikan informasi kepada siswa tentang materi yang akan mereka
pelajari, tujuan pembelajaran, dan pemberian motivasi agar siswa tertarik pada
materi.
c. Guru memberikan persepsi yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.
b. Guru membagikan lembar kerja siswa (LKS) sebagai bahan diskusi kepada masing-
masing kelompok.
c. Siswa memberikan kesempatan untuk mendiskusikan LKS bersama kelompoknya.
d. Guru memantau kerja dari tiap-tiap kelompok dan membimbing siswa yang
mengalami kesulitan.
a. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal yang ada
dalam LKS dengan waktu yang ditentukan, siswa diharapkan bekerja secara individu
tetapi tidak menutup kemungkinan mereka saling bertukar pikiran dengan anggota
lainnya.
b. Setelah siswa selesai mengerjakan soal, lembar jawaban dikumpulkan untuk dinilai.
Subyek penelitian adalah Siswa kelas VII.4 SMP Negeri 1 Kayangan, jumlah
siswa di kelas ini adalah 31 orang yang terdiri dari 18 orang siswi, dan 13 orang
putra.
- Perencanaan.
- Pelaksanaan.
- Observasi.
belajar siswa melalui proses model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Melalui
strategi ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam meraih hasil
belajar.
Kabupaten Lombok Utara Propinsi NTB. Penelitian dilaksanakan selama dua bulan
mulai Minggu ke tiga bulan November 2012 sampai dengan Minggu keempat bulan
Desember 2012. Subyek penelitian adalah siswa kelas VII.4 SMPN 1 Kayangan.
Sumber data penelitian adalah data primer yang diperolah melalui angket,
wawancara, dan observasi pada siwa kelas VII.4 SMP Negeri 1Kayangan.
a. Angket, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data secara cepat dari responden
b. Observasi, hal ini dimaksudkan untuk cross check data yang dikumpulkan melalui
angket, tentang sikap dan perilaku guru selama kegiatan, sehingga diharapkan
Agar data yang dikumpulkan valid, maka penulis mengumpulkan data melalui
perpaduan antara angket, observasi, dan wawancara sehingga data yang diperoleh
Analisis data yang digunakan pada penelitian adalah analisis kuantitatif dan kualitatif.
Analisis kualitatif adalah analisis data yang dinyatakan dengan kualitatif atau
keterangan yang dilakukan pada data hasil angket, observasi, dan wawancara.
1. Perencanaan.
2. Pelaksanaan.
3. Observasi.
Jadwal kegiatan penelitian dilaksanakan selama tiga bulan mulai dari minggu
ke tiga bulan November sampai dengan minggu keempat bulan Desember. Secara
November Desember
1 2 3 4 1 2 3 4
No Jenis Kegiatan
1. Penyusunan proposal x x
2. Mengajukan koordinasi x x
3. Melakukan pengkajian teori x x
4. Menyiapkan instrumen x x
5. Melaksanakan pengumpulan data dan x x x
penelitian
6. Menganalisis data x x x
7. Penyusunan laporan x x x
8. Diskusi hasil penelitian x
9. Revisi laporan penelitia x
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri
kegiatan awal (pra siklus), pelaksanaan tindakan siklus pertama dan siklus ke dua.
Tahapan Penelitian Tindakan kelas.
d. Mengamati aktifitas siswa baik sikap dan perilakunya selama mengikuti proses
Siklus Pertama
berdasarkan hasil kegiatan tahap pra siklus. Tahap siklus pertama diterapkan
a. Perencanaan
pelajaran matematika
berikut:
1). Mengkondisikan kelas agar dapat digunakan untuk penelitian tindakan kelas.
b. Tindakan
sebagai berikut :
kemampuan.
2) Memberi penjelasan kepada kelompok tentang materi yang harus didiskusikan, dan
dalam kelompok
5) Rangkuman yang dibuat harus dihubungkan dengan kondisi riil di masyarakat
setempat.
7) Kelompok lain diberi kesempatan untuk memberi tanggapan hasil kelompok lain.
laporan hasil kerja kelompok siswa berupa rangkuman hasil diskusi kelompok,
meliputi :
d. Refleksi
suklus pertama, diperoleh data aktifitas dan hasil kerja siswa selama diskusi. Data
tersebut digunakan sebagai dasar untuk menyusun rencana tindakan pada siklus ke
dua.
pertama, apakah telah terjadi perubahan atau belum, dan bagaimana cara mengatasi
Siklus ke Dua
a. Perencanaan
1) Menyusun rencana atau skenario tindakan ulang berdasarkan evaluasi dan catatan
2) Menyiapkan perangkat tindakan berupa lembar pengumpulan data dan perangkat
analisis data.
b. Tindakan
Pada siklus ke dua, peneliti melakukan tindakan yang berupa perbaikan dari
tindakan siklus pertama, dengan menggunakan pendekatan yang sama seperti siklus
2) Mengumpulkan data hasil diskusi siswa baik diskusi kelompok maupun diskusi
kelas.
d. Refleksi
2) Mengidentifikasi kelemahan yang timbul pada tindakan siklus ke dua berlangsung
3) Melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap proses dan hasil kerja siswa
BAB IV
Hasil penelitian merupakan hasil yang diperoleh pada tahap pra siklus,
pelaksanaan tindakan siklus pertama, dan pelaksanaan tindakan siklus ke dua. Hasil
penelitian berupa hasil ulangan harian siswa dan sikap atau perilaku siswa selama
Data pra siklus yang diperoleh melalui angket, wawancara, dan observasi siswa
kelas VIII SMPN 1Kayangan sebanyak 31siswa, menunjukkan hasil sebagai berikut:
belajar siswa kelas VII.4 Semester I SMP Negeri I Kayangan pada materi pokok
observasi diperoleh data kualitatif yang akan memberikan gambaran tentang kegiatan
yang dilakukan siswa dan guru selama proses belajar mengajar dan hasil tes siswa
Adapun analisis data dari tiap-tiap siklus akan diperoleh sebagai berikut :
Data observasi guru diperoleh dari pengamatan yang dilakukan oleh observer
dengan mengisi lembar observasi yang telah dipersiapkan oleh peneliti yang
aktivitas guru dilakukan dengan mengamati prilaku guru pada saat proses belajar
mengajar. Semua aktivitas guru yang tampak diberi tanda rumput dalam lembar
observasi (lampiran 8) yang sesuai dengan item yang tersedia. Adapun hasil data
yang diperoleh dari observasi terhadap guru dapat dilihat dalam tabel berikut:
Dari hasil di atas terlihat bahwa total skor aktivitas guru pada siklus 1 sebesar
dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus I dapat dilihat
pada lampiran 8. Berdasarkan banyaknya siswa dan banyaknya deskriptor pada setiap
indikator maka jumlah skor ideal untuk tiap-tiap indikator adalah 4 sehingga kriteria
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa total skor aktivitas belajar siswa pada
siklus I sebesar 73 yang berarti bahwa aktivitas belajar siswa berkategori kurang
pecahan dan mengubah bentuk pecahan. Data lengkap prestasi belajar siswa siklus I
Banyak Siswa
Persentase
Banyak Siswa Total Nilai Nilai Rata-Rata Yang Tidak
Ketuntasan
Tuntas
31 2277 73,45 17 49
Dari data di atas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata siswa adalah 73,45 Dari
31 siswa yang mengikuti tes evaluasi terdapat 14 siswa yang tuntas belajar,
persentase ketuntasan belajar adalah 49%. Nilai masih kurang dari ketuntasan belajar
secara klasikal. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa belum mencapai
target dari prestasi belajar yang diinginkan yaitu ketuntasan belajar klasikal yang >65
%. Dan untuk mengetahui dapat meningkat atau tidaknya prestasi belajar siswa, maka
Memperhatikan data pada table 4.1 4.2 4.3 tersebut ,maka kekurangan yang
1. Komunikasi dua arah antara guru dan siswa masih kurang
2. Komunikasi dan kerja sama siswa dalam kelompok Nampak kurang. Demikian
berkemampuan tinggi.
3. Guru kurang membimbing siswa dalam diskusi.
4. Guru kurang mengatur alokasi waktu, sehingga waktu untuk pengerjaan yang
tidak cukup
5. Guru kurang memotivasi siswa dalam membangkitkan minat pada awal pelajaran
siswa untuk bertanya, sehingga komunikasi antara guru dan siswa tercipta.
2. Guru mentukan tutor sebaya untuk tiap-tiap kelompok agar mau membantu atau
mengajari temenya yang belum bisa. Guru menekankan kepada siswa bahwa
kelompok yang dikatakan berhasil apabila tiap anggota kelompoknya mengerti atau
3. Guru lebih aktif memberikan bimbingan kepada tiap kelompok dengan terus
4. Guru mengatur kembali alokasi waktu pengerjaan LKS serta menentukan jumlah
soal dan tingkat kesulitan soal sesuai dengan waktu yang tersedia.
5. Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk membangkitkan minat pada
pelajaran yaitu dengan memberikan gambaran tentang kegunaan materi yang sedang
pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Data lengkap tentang aktivitas guru
pada siklus II dapat dilihat pada lampiran 9. Berdasarkan hasil observasi pada siklus
Dari hasil data diatas terlihat bahwa total skor pada siklus II adalah 9 dan
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus II dapat dilihat pada lampiran 6
Berdasarkan hasil observasi dari skor rata-rata siswa dapat dilihat pada tabel berikut:
31 80 aktif
Dari tabel di atas terlihat bahwa total skor aktivitas belajar siswa pada siklus
II sebesar 80 yang berarti bahwa aktivitas belajar siswa sudah berkategori aktif.
3. Data Prestasi Belajar
Data lengkap tentang prestasi belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada
lampiran 6 Data pada lampiran tersebut dianalisis sehingga diperoleh hasil sebagai
berikut:
Banyak
Persentase
Banyak Siswa Total Nilai Nilai Rata-Rata Siswa Yang
Ketuntasan
TidakTuntas
31 2444 78,83 4 87
Dari data diatas menunjukkan bahwa persentase siswa yang mendapat nilai
jika banyaknya siswa yang tuntas ≥ 65.%, maka hasil penelitian pada siklus II sudah
tercapai ketuntasan belajar secara klasikal, ini berarti bahwa proses pembelajaran
dari hasil prestasi belajar siswa yang kurang pada siklus I sudah dapat ditingkatkan
pada siklus II, dengan demikian ini menunjukkan bahwa tujuan yang diharapkan
Dari tindakan siklus II ternyata target yang ditetapkan oleh kurikulum sudah
tercapai. Dengan demikian, maka pada siklus berikutnya dapat dihentikan karena
ada beberapa siswa yang masih dibawah target, maka perlu mendapat perhatian
B. Pembahasan
bahwa nilai rata-rata kelas sebesar 73,45. dan persentase ketuntasan klasikal adalah
45%. Hasil ini belum mencapai ketuntasan klasikal yaitu 65% atau lebih. Adapun
untuk hasil observasi aktivitas belajar siswa pada siklus I diperoleh bahwa skor rata-
rata aktivitas belajar siswa adalah 7 dengan total skor sebesar 73 yang tergolong
dalam kategori kurang aktif. Hasil penelitian pada siklus I menunjukan bahwa
prestasi belajar siswa masih kurang dan aktivitas belajar siswa juga masih rendah.
pada siklus II diperoleh nilai rata – rata kelas sebesar 78,83 dan persentsae ketuntasan
klasikal sebesar 87%. Pada hasil observasi aktivitas belajar siswa diperoleh skor rata
– rata aktifitas siswa adalah 9 dengan total nilai sebesar 100 yang tergolong aktif.
Data ini menunjukan bahwa terjadi peningkatan rata-rata skor pada aktivitas siswa
dan peningkatan nilai prestasi belajar siswa jika dibandingkan dengan siklus
nilai rata-rata, maka prestasi belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan
secara signifikan.
Dari hasil yang diperoleh dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
dilihat bahwa pembelajaran ini dapat meningkatkan aktifitas serta prestasi belajar
dengan mencapai tujuan belajar bersama. Hal ini sesuai dengan pendapat Anita
menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, serta hubungan yang lebih positif dan
penyesuaian psikologis yang lebih baik dari pada suasana belajar yang penuh dengan
dapat meningkatkan prestasi belajar matematika materi pokok bilangan pecahan pada