Tugas Mata Kuliah Sosilogi Hukum
Tugas Mata Kuliah Sosilogi Hukum
Tugas Mata Kuliah Sosilogi Hukum
MASYARAKAT
Dosen Pengampu :
Dr. Leli Sari, SH., MH
Oleh :
Adnan Muksin
Johri
Muktar
Sumardin
Lalu Muh. Rukanda
1
DAFTAR ISI
SAMPUL
...........................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................
10
10
12
15
2
BAB III PENUTUP.......................................................................................................
18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
19
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dewasa ini tidak ada satu manusia atau komunitas masyarakat
yang tidak berubah, baik masyarakat modern, maupun terbelakang akan
selalu mengalami perubahan, hanya skalanya saja yang berbeda, ada yang
lamban mecolok, dan tersendat-sendat, Soejono Seokanto menyatakan
hampir sebagian besar analisa sosiologis menyimpulkan, bahwa perubahan
memang diperlukan, oleh karena sifat hakekat dari perilaku-perilaku
sosial. Perubahan itu terjadi karena ada interaksi, interaksi terjadi karena
adanya gerak serta tujuan dari ikatan sosial. Di samping itu perubahan
diperlukan, oleh karena masyarakat harus berkembang dari tingkat
sederhana ke tingkat yang lebih kompleks atau modern. Dengan demikian
maka perubahan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan manusia, yaitu
primernya (materiil dan spirituilnya) (V. Ferkiss : 1974).1
1
Ridwan, “Hukum Dan Perubahan Sosial: (Perdebatan Dua Kutub Antara Hukum Sebagai Social
Control Dan Hukum Sebagai Social Enginnering)”, Jurisprudence, Vol.6 No. 1 Maret 2016, hal.
28.
4
perubahan dalam masyarakat, pihak tersebut dapat disebut sebagai agen
perubahan.2
5
mediator atau fasilitator untuk mempertemukan dua buah kepentingan
yang bergesekan tersebut. Tujuannya adalah agar manusia yang saling
bersengketa (berselisih) tersebut sama-sama memperoleh keadilan.
Langkah awal ini dipahami sebagai sebuah proses untuk menuju sebuah
sistem (tatanan) hukum.3
3
Muhamad Zainal, 2019, “Pengantar Sosilogi Hukum” , Yogyakarta, Deepublish. Hal.5
4
Marwan, Pengantar Ilmu Hukum, Ghalia Indonesia, 2004, Jakarta, hal. 72
5
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty, 1999, hal. 71
6
proses penyebaran manusia (difusi) dari individu yang satu ke individu
yang lain. Hal ini dikarenakan, proses perubahan sosial tidak saja berasal
melalui proses evaluasi, namun juga dapat terjadi melalui proses
penyebaran unsur-unsur kebudayaan antar masyarakat.
7
B. Rumusan Masalah
8
BAB II
PEMBAHASAN
6
Nanang Martono, Sosiologi Perubahan Sosial (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hlm 2.
7
Abdulsyani, 1992, Sosiologi Skematika Teori dan Terapan, Jakarta, Bumi Aksara. Hlm. 10-36
9
komposisi penduduk, ideologi, maupun adanya difusi atau penemuan-
penemuan baru dalam masyarakat.8
Perubahan sosial adalah setiap perubahan pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem
sosialnya, termasuk dalam aspek nilai, sikap, serta pola perilaku di antara
kelompok-kelompok dalam masyarakat.9
Dimensi ruang menunjuk pada wilayah terjadinya Perubahan Sosial
serta kondisi yang melingkupinya, yang mana di dalamnya mencakup
konteks sejarah (history) yang terjadi pada wilayah tersebut. sedangkan
dimensi waktu meliputi konteks masa lalu, sekarang dan masa depan.
Proses perubahan dalam masyarakat itu terjadi karena manusia adalah
mahluk yang berfikir dan bekerja di samping itu, selalu berusaha untuk
memperbaiki nasibnya serta kurang-kurangnya berusaha untuk
mempertahankan hidupnya. Namun ada juga yang berpendapat bahwa
perubahan sosial dalam masyarakat itu, karena keinginan manusia untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan disekelilingnya atau disebabkan oleh
ekologi. Dalam proses perubahan pasti ada yang namanya jangka waktu
atau kurun waktu tertentu, ada dua istilah yang berkaitan dengan jangka
waktu perubahan sosial yang ada di masyarakat, yaitu ada evolusi dan
revolusi, adanya evolusi atau perubahan dalam jangka waktu yang relatif
lama, itu akan tetap mendorong masyarakat ataupun sistem-sitem sosial
yang ada atau unit-unit apapun untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.10
Dari beberapa pendapat diatas bahwa perubahan sosial secara wajar
terjadi baik di Lembaga kemasyarakatan yang dipengaruhi oleh cara hidup,
kondisi alam dan dapat mempengaruhi sistem sosial kemasyarakatan.
8
Indraddin, Irwan (2016). Strategi dan Perubahan Sosial. Deepublish. hlm. 35. ISBN 978-602-
401-379-0.
9
Buku Sosiologi: untuk SMA/MA Kelas XII Program Studi Ilmu Sosial. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional. 2009. hlm. 2.
10
S. N. Eisenstadt, Revolusi Dan Transformasi Masyarakat (Jakarta: CV Rajawali, 1986), hlm 77
10
B. Bentuk-bentuk Perubahan Sosial
Berdasarkan cepat lambatnya, perubahan sosial dibedakan menjadi
dua bentuk umum yaitu perubahan yang berlangsung cepat dan perubahan
yang berlangsung lambat. Kedua bentuk perubahan tersebut dalam
sosiologi dikenal dengan revolusi dan evolusi.11
Perubahan evolusi adalah perubahan-perubahan sosial yang terjadi
dalam proses lambat, dalam waktu yang cukup lama dan tanpa ada
kehendak tertentu dari masyarakat yang bersangkutan.12
Perubahan revolusi merupakan perubahan yang berlangsung secara
cepat dan tidak ada kehendak atau perencanaan sebelumnya.13
11
Abdulsyani, Lo.cit
12
Andrian, Charles F, 1992, Kehidupan Politik dan Perubahan Sosial, Yogyakarta, Tiara Wacana.
Hlm. 34
13
Susanto, Astrid, 1985, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, Bandung, Bina Cipta. Hlm. 28
14
Atik Catur Budiati (2009). Sosiologi Kontekstual Untuk SMA & MA (PDF). Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 58-59.
11
Sedangkan teori Konflik berasal dari pertentangan kelas antara
kelompok yang tertindas dan kelompok penguasa sehingga akan mengarah
pada perubahan sosial. Teori ini berpedoman pada pemikiran Karl
Marx yang menyebutkan konflik kelas sosial merupakan sumber yang
paling penting dan berpengaruh dalam semua perubahan sosial. Ralph
Dahrendorf berpendapat bahwa semua perubahan sosial merupakan hasil
dari konflik kelas kepentingan di masyarakat. Konflik dan pertentangan
selalu ada dalam setiap bagian masyarakat. Prinsip dasar teori konflik
yaitu konflik sosial dan perubahan sosial selalu melekat dalam struktur
masyarakat.15
Namun teori funsionalis mempunyai pendapat Pemikiran ini
berasal dari konsep goncangan budaya (cultural lag) dari William Ogburn.
Meskipun unsur-unsur masyarakat saling berhubungan satu sama lain,
beberapa unsurnya bisa saja berubah-ubah dengan sangat cepat sementara
unsur lainnya tidak secepat itu sehingga tertinggal di belakang.
Ketertinggalan ini menjadikan kesenjangan sosial dan budaya antara
unsur-unsurnya yang berubah sangat lambat dan unsur yang berubah
sangat cepat. Kesenjangan ini akan menyebabkan adanya goncangan
budaya sosial budaya dalam masyarakat.16
Sedangkan teori siklus mempunyai perspektif bahwa perubahan
sosial tidak dapat dikendalikan sepenuhnya oleh siapapun bahkan orang-
orang yang ahli sekalipun. Dalam setiap masyarakat terdapat siklus yang
harus diikuti. Menurut teori ini kebangkitan dan kemunduran suatu
peradaban tidak dapat dielakkan dan tidak selamanya perubahan sosial
membawa kebaikan.17
Sedangkan teori Linier (Perkembangan), teori ini perubahan sosial
bersifat linier atau berkembang menuju ke suatu titik tujuan
tertentu. Penganut teori ini percaya bahwa perubahan sosial bisa
15
Ibid, hlm. 58-59.
16
Ibid. hlm. 58-59.
17
Ibid. hlm. 58-59.
12
direncanakan atau diarahkan ke suatu titik tujuan tertentu. Masyarakat
berkembang dari tradisional menuju masyarakat kompleks modern. Max
Weber berpendapat bahwa masyarakat berubah secara linier dan
masyarakat yang diliputi oleh pemikiran mistik menuju masyarakat yang
rasional. Terjadi perubahan dari masyarakat tradisional yang berorientasi
pada tradisi turun-temurun menuju masyarakat modern yang rasional.18
18
Guruips.com. "Teori-Teori Perubahan Sosial (Teori Siklus, Perkembangan/Linear, Evolusi,
Konflik, dan Fungsional)". Guru IPS. Diakses tanggal 2021-11-1.
19
Zulfatun Ni’mah, Sosiologi Hukum Sebuah Pengantar, cet-1, (Yogyakarta: Teras, 2012), hal.95
13
b. Ketertinggalan hukum di belakang perubahan sosial.
c. Penyesuaian yang cepat dari hukum kepada keadaan baru.
d. Hukum sebagai fungsi pengabdian.
e. Hukum berkembang mengikuti kejadian berarti di tempatnya adalah
di belakang peristiwa bukan mendahuluinya.
Paradigma peitama ini kita sebut sebagai Paradigma Hukum
Penyesuai Kebutuhan. Makna yang terkandung dalam hal ini adalah
bahwa hukum akan bergerak cepat untuk menyesuaikan diri dengan
perkembangan yang terjadi dalam masyarakat. Kebutuhan akan peraturan
perundang-undangan yang baru misalnya adalah yang nampak jelas
dalam paradigma ini. Kita tidak bisa menghindari bahwa kebutuhan
masyarakat akan suatu pengaturan sedemikian besar tidak disertai oleh
pendampingan hukum yang maksimal.
Lajunya perubahan sosial yang membawa dampak pada perubahan
hukum tidak serta merta diikuti dengan kebutuhan secara langsung
berupa peraturan perundang-undangan. Persoalan ini sudah masuk dalam
ranah mekanisme dalam lembaga perwakilan rakyat.Tetapi kebutuhan
masyarakat agar hukum mampu mengikuti sedemikian besar agar
jaminan keadilan, kepastian hukum dapat terus terpelihara.
Sebagai contoh dalam paradigma ini adalah kejahatan teknologi
canggih seperti komputer, internet (cyber crime), pengaturan pernikahan
beda agama, cloning, perbankan syari'ah, santet dan sejenisnya,
pornografi, terorisme, status hukum waria, legalitas pernikahan lesbian
dan homo, bayi tabung, euthanasia.
Sedemikian banyak sesungguhnya yang terjadi dalam masyarakat
yang perlu dibungkus dengan baju hukum tetapi tidak semua diatur oleh
hukum. Ini ibarat fenomena gunung es, yang secara realitas hal-
hal tersebut adalah permukaan saja yang senyatanya lebih banyak dari
contoh di atas.
Hal-hal yang diatur oleh hukum di kemudian hari sudah merupakan
pilihan kebijakan publik dari pemerintah dengan beberapa pertimbangan.
14
Kalaupun misalnya persoalan-persoalan di atas masuk dalam perkara di
pengadilan maka yang dijadikan dasar adalah aturan yang bersifat umum,
masih mencari-mencari peraturan bahkan sudah kadaluwarsa, tidak
spesifik pada kasus tersebut.
Paradima pertama ini dalam interaksi perubahan sosial terhadap
perubahan hukum paling banyak terjadi. Hal ini membuktikan bahwa
hukum mempunyai peranan apabila masyarakat membutuhkan
pengaturannya. Jadi sifatnya menunggu. Setelah suatu peristiwa
menimbulkan sengketa, konflik, bahkan korban yang berjatuhan maka
kemudian dipikirkan, apakah diperlukan pengaturannya secara formal
dalam peraturan perundang-undangan. Kondisi ini menampilkan posisi
hukum sangat tergantung sebagai variabel yang dependent terhadap
perubahan sosial yang terjadi.
Hukum dapat menciptakan perubahan sosial dalam masyarakat atau
setidak-tidaknya dapat memacu perubah n-perubahan yang berlangsung
dalam masyarakat. 20
Ciri- ciri dari paradigma ini adalah:
a. Hukum merupakan alat merekayasa masyarakat.
b. Hukum merupakan alat merubah masyarakat secara lagsung.
c. Hukum berorientasi masa depan.
Esensi dari paradigma ini adalah penciptaan hukum digunakan untuk
menghadapi persoalan hukum yang akan datang atau diperkirakan akan
muncul. Paradigma kedua ini disebut sebagai Paradigma Hukum
Antisipasi Masa Depan.21 Persoalan hukum yang akan datang dihadapi
dengan merencanakan atau mempersiapkan secara matang, misalnya dari
segi perangkat perundang-undangan. Hal ini banyak kita jumpai
perundang-undangan yang telah diratifikasi di bidang hukum
internasional misalnya peraturan perundang-undangan di bidang
lingkungan hidup.
20
Ibid, hal.97
21
Ibid, hal 98
15
Berkaitan dengan paradigma ini, terdapat juga peraturan perundang-
undangan yang digunakan untuk mengantisipasi perubahan sosial tetapi
menghadapi polemik yang kontroversial dalam masyarakat.
Kedua paradigma di atas pada akhirnya akan berujung pada
keinginan untuk membuat produk hukum berupa peraturan perundang-
undangan.
22
Ibid, hal. 100
16
peradaban spesies manusia nanti. System ini diasumsikan memiliki
keberlakuan yang kekal, universal, dan tak tergantikan oleh apa pun dan
siapapun, tak ada dicabut oleh siapapun atau otoritas apa pun, dari sejak
pertama Sang Pencipta menetapkannya. Hukum yang sebenar-benarnya
hukum adalah hukum yang selaras dengan alam, yang memantulkan
kebenaran dan keadilan yang bersemayam di lubuk hati nurani tiap-tiap
insan.
Hukum harus terus berkembang sesuai dengan perkembangan
zaman, seperti dalam teori relativitas Albert Einstein, bahwa “tidak ada
sesuatu yang bergerak melebihi kecepatan cahaya, kecepatan cahaya adalah
batas kecepatan dalam alam semesta, diluar kecepatan cahaya semuanya
bergerak relatif, kerelatifitasan gerak itu berpengaruh terhadap
kerelatifitasan ruang, waktu, dan massa”. Dari argumentasi inilah kemudian
dalam memandang hukum juga harus berubah, hukum tidak lagi dipandang
sebagai tatanan yang mutlak dan konstan.23
Dalam memandang hukum sebagai alat kontrol sosial manusia, maka
hukum merupakan salah satu alat pengendali sosial. Alat lain masih ada
sebab masih saja diakui keberadaan pranata sosial lainnya (misalnya
keyakinan, kesusilaan). Kontrol sosial merupakan aspek normatif kehidupan
sosial. Hal itu bahkan dapat dinyatakan sebagai pemberi defenisi tingkahg
laku yang menyimpang dan akibat-akibat yang ditimbulkannya, seperti
berbagai larangan, tuntutan, dan pemberian ganti rugi.24
Dalam hal ini, fungsi hukum ini lebih diperluas sehingga tidak hanya
dalam bentuk paksaan. Fungsi ini dapat dijalankan oleh dua bentuk: 1)
pihak penguasa negara. Fungsi ini dijalankan oleh suatu kekuasaan terpusat
yang berwujud kekuasaan negara yang dilaksanakan oleh the ruling class
tertentu. Hukumnya biasanya dalam bentuk hukum tertulis dan perundang-
23
Hatu, Rauf. “Perubahan Sosial Kultural Masyarakat Pedesaan (Suatu Tinjauan
TeoritikEmpirik).” Jurnal Inovasi 8, no. 04 (2011). Hal. 356
24
Satjipto Rahardjo, Hukum Dan Perubahan Sosial (Bandung :Alumni, 1983), h. 35.
17
undangan. 2) masyarakat; fungsi ini dijalankan sendiri oleh masyarakat dari
bawah. Hukumnya biasa berbentuk tidak tertulis atau hukum kebiasaan.
18
BAB III
PENUTUP
19
DAFTAR PUSTAKA
Persada.
Ridwan, “Hukum Dan Perubahan Sosial: (Perdebatan Dua Kutub Antara Hukum
Sebagai Social Control Dan Hukum Sebagai Social Enginnering)”,
Jurisprudence, Vol.6 No. 1 Maret 2016.
20
S. N. Eisenstadt, (1986) Revolusi Dan Transformasi Masyarakat, Jakarta: CV
Rajawali.
Teras, 2012.
21