Ratu Persada P P M - 12030119420065 - LJU UTS Hukum Pidana

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 7

Soal UTS Mata Kuliah Hukum Pidana

Open Books
Waktu : 90 Menit
LJU diketik, dikirim ke komting Komting mengirim LJU ke Dosen

Nama : Ratu Persada Pahlevi Pasca Mahardika


Nim : 12030119420065
UTS Hukum Pidana
Kelas 42 Pagi
Magister Akuntansi

1. Sebut dan jelaskan mengapa ketentuan di luar KUHP (hukum pidana


khusus) dapat mengatur menyimpang dari ketentuan Umum Buku I KUHP?
Berikan contohnya
JAWABAN
- KUHP merupakan bentuk aturan hukum pidana yang dihimpun dalam satu
dokumen atau buku sebagai suatu kesatuan atau yang dinamakan sebagai
kodifikasi. Didalamnya terdapat berbagai jenis tindak pidana, seperti
pencurian, pembunuhan, pemerkosaan, penipuan, penganiayaan, pemalsuan
dan lain sebagainya. Dengan kata lain, KUHP merupakan himpunan dari
berbagai tindak pidana yang disusun secara sistematis dalam satu dokumen.
Selain himpunan peraturan, KUHP juga berisikan asas-asas hukum pidana
yang mengatur batasan-batasan dari penerapan pasal-pasal dari tindak pidana
tersebut. Asas yang dimaksud bukan merupakan hukum acara pidana yang
mengatur tata cara penegak hukum menjalankan peradilan pidana yang diatur
dalam peraturan sendiri. Asas-asas hukum pidana ini terdapat dalam buku I
KUHP yang mengikat penerapan pasal-pasal tindak pidana yang tercantum
dalam Buku II dan Buku III KUHP dan yang diatur diluar KUHP sepanjang
tidak ditentukan lain (Pasal 103 KUHP).
- Bambang Poernomo dalam bukunya yang berjudul Pertumbuhan Hukum
Penyimpangan diluar Kodifikasi Hukum Pidana menjelaskan, fenomena
kemunculan beberapa peraturan hukum pidana diluar hukum pidana kodifikasi
(KUHP) di Indonesia tersebut. Walaupun tidak menjelaskan mengenai
konstruksi teoritik atau bahkan filosofis dari konsep hukum penyimpangan,
namun setidaknya titik pijaknya berawal dari adanya perobahan sosial dalam
masyarakat. Hukum penyimpangan menurutnya diartikan sebagai paradigma
yang mengorientasikan hukum pidana sesuai dengan kebutuhan hukum
masyarakat, yang dalam kepustakaan ilmu pengetahuan dikenal sebagai
“hukum eksepsional”. Penyimpangan yang dimaksud disini adalah terkait
dengan norma dalam buku I KUHP tentang asas-asas penerapan pasal-pasal
tindak pidana. Dalam padanan lain, disebut menyimpangi hukum pidana
materil yang merupakan salah satu ciri dari hukum pidana khusus. Hukum
pidana khusus mempunyai ciri mengatur hukum pidana material dan formal
yang berada diluar hukum kodifikasi, dengan memuat norma, sanksi, dan asas
hukum yang disusun khusus menyimpang karena kebutuhan masyarakat
terhadap hukum pidana yang mengandung, peraturan dari anasir-anasir
kejahatan yang konvensional”. Beberapa bentuk penyimpangan dalam hukum
pidana khusus misalnya terdapat dalam sistem “pertanggungjawaban pidana
fiksi” dalam tindak pidana pers yang dapat dijatuhkan kepada redaktur,
padahal bukan ia yang senyatanya menulis berita yang melanggar hukum.
Delik percobaan dalam tindak pidana korupsi yang dianggap delik selesai, dan
adanya kumulasi sanksi pidana pokok antara penjara dan denda.
Ketidakberlakuan asas berlaku surut (retroactive) dalam tindak pidana HAM
berat dan paradigma in rem (aset) dalam tindak pidana pencucian uang yang
sama sekali berbeda dengan KUHP yang mengedapkan tuntutan kepada
subjek hukum (im personal).

2. Apakah yang dimaksud dengan hukum pidana yang dikodifikasi dengan non
kodifikasi, sebutkan perbedaannya dan berikan contohnya?
JAWABAN
- Hukum pidana yang dikodifikasi adalah hukum pidana yang telah
dikumpulkan dan dibukukan atau dikitabkan. Sedangkan hukum pidana non
kodifikasi adalah hukum pidana yang tidak dikumpulkan, melainkan tersebar
dalam undang-undang atau peraturan-peraturan yang bersifat khusus.
Perbedaan hukum pidana yang dikodifikasi dan nonkodifikasi :
- Kodifikasi
a) Memudahkan masyarakat untuk mempelajari dan memilikinya ataupun
memperolehnya
b) Dapat mengurangi atau mencegah kesimpangsiuran terhadap hukum
c) Untuk menjamin kepastian dimana hukum tersebut sungguh-sungguh
telah tertulis dalam suatu kitab undang-undang
- Nonkodifikasi
a) Mencegah berbagai kemungkinan penyelewengan hukum baik yang
disengaja maupun tidak disengaja
b) Mencegah kesimpangsiuran tentang pengetahuan dan pengertian
masyarakat mengenai hukum yang berlaku
c) Memudahkan masyarakat dalam menaati dan mengetahuinya
Contoh hukum pidana yang dikodifikasi dan nonkodifikasi
Hukum pidana yang dikodifikasi
- Kitab undang-undang hukum pidana (KUHP)
- Kitab undnag-undnag hukum pidana militer (KUHPMiliter)
Hukum pidana nonkodifikasi
- Undang-undang perkawinan sebagai penyatuan dan penyeragaman hukum
untuk diberlakukan di negara Indonesia

3. Apakah dalam KUHP kita mengatur ketentuan tentang asas retroaktif


(berlaku surut)? Jawaban meliputi dasar hukum dan syarat
pemberlakuannya.
JAWABAN
- Apakah dalam KUHP kita mengatur ketentuan tentang asas retroaktif
(berlaku surut)? Di negalah Indonesia boleh memberlakukan asas retroaktif
namun harus ada pengecualiannya seperti pada Pasal 1 ayat (1) KUHP bahwa
suatu perbuatan tidak dapat dipidana, kecuali berdasarkan kekuatan
perundang-undangan pidana yang telah ada. Selain itu dalam Undang-Undang
12 tahun 2011 berlaku surut tidak boleh dimuat dalam peraturan yang
memberikan beban konkret kepada masyarakat seperti penarikan pajak dan
retribusi.
4. Apakah yang dimaksud dengan asas legalitas dalam KUHP kita? Dengan
adanya asas legalitas formil, mengapa eksistensi hokum pidana Adat (hokum
pidana tidak tertulis) tidak diakui?
JAWABAN
- Asas legalitas dalam KUHP Pasal 1 ayat (1) berbunyi : “suatu berbuatan
tidak dapat dipidana, kecuali berdasarkan ketentuan perundang-undangan
pidana yang telah ada.” Berdasarkan uraian diatas maka penentuan ada
tidaknya perbuatan pidana harus didasarkan pada undang-undang atau hukum
tertulis sesuai dengan frasa “kekuatan aturan pidana dalam perundang-
undangan” dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP itu sendiri. Tegasnya, pemidanaan
berdasarkan hukum adat tidak dimungkinkan karena adanya asas legalitas
tersebut. Pemidanaan berdasarkan hukum tidak tertulis tidak mungkin
dilakukan disebabkan asas legalitas lahir untuk menjawab ketidakpastian
hukum akibat kesewenang-wenangan penguasa.

5. Sebut dan jelaskan unsur-unsur tindak pidana menurut aliran monistis dan
aliran dualistis. Apa kansekwensi antara dua aliran tersebut?
JAWABAN
- Pandangan monitis merumuskan unsur-unsur delik sebagai berikut :
o Mencocokan rumusan delik
o Adanya sifat melawan hukum
o Adanya kesalahan yang terdiri dari dolus dan culpa dan tidak ada
alasan pemaaf
o Dapat dipertanggungjawabkan
Sedangkan pandangan dualistis atau disebut juga sebagai aliran modern dan
berpendapat suarat-syarat pemidanaan terdiri atas perbuatan atau pembuat yang
masing-masing memiliki unsur sebagai berikut :
a. Unsur-unsur yang termasuk perbuatan
o Mencocoki rumusan delik
o Adanya sifat melawan hukum
b. Unsur-unsur yang termasuk pembuat
o Kesalahan (dolus dan culpa)
o Dapat dipertanggungjawabkan (tidak ada alasan pemaaf)
6. Sebut, jelaskan dan berikan contoh jenis-jenis tindak pidana menurut
pembagian secara yuridis dan pembagian secara ilmiah atau teoritik
JAWABAN
- Menurut sistem KUHP: kejahatan dan pelanggaran. Dalam KUHP kejahatan
diatur di dalam Buku II KUHP. Sedangkan pelanggaran diatur pada Buku III.
KUHP tidak menjelaskan kriteria pembagian tindak pidana atas kejahatan dan
pelanggaran, namun menurut ilmu pengetahuan, pembedaan tindak pidana
atas kejahatan dan pelanggaran bersifat kualitatif dimana kejahatan
bersifat rechtsdelict, yakni perbuatan yang bertentangan dengan rasa
keadilan, terlepas dari apakah perbuatan itu diancam pidana atau tidak (mala
perse).
- Tindak pidana formil dan materiil. Pada tindak pidana formil, titik berat
perumusanya pada perbuatan yang dilarang. Jadi, tindak pidana formil selesai
dengan dilakukannya perbuatan seperti yang tercantum dalam rumusan delik.
Misalnya perbuatan mengambil pada tindak pidana pencurian. Pada tindak
pidana materil, titik berat perumusannya pada akibat yang dilarang. Tindak
pidana tersebut terjadi setelah akibat yang dilarang terjadi. Misalnya,
hilangnya nyawa pada tindak pidana pembunuhan.
- Tindak pidana tunggal dan berganda. Tindak pidana tunggal adalah tindak
pidana yang cukup dilakukan satu kali perbuatan. Sedangkan tindak pidana
berganda merupakan tindak pidana yang baru merupakan tindak pidana jika
dilakukan beberapa kali. Contoh : tindak pidana penadahan sebagai kebiasaan
(Pasal 481 KHUP).
- Tindak pidana yang berlangsung terus menerus dan yang tidak berlangsung
terus menerus. Untuk tindak pidana yang berlangsung terus menerus, keadaan
yang dilarang berlangsung terus menerus. Contoh : merampas kemerdekaan
seseorang (Pasal 333 KUHP).
- Tindak pidana sederhana/standar. Tindak pidana sederhana sebagai Contoh
adalah tindak pidana pencurian (Pasal 362 KUHP), Pembunuhan 338 KUHP.
Sedangkan tindak pidana diperbuat adalah tindak pidana yang ancaman
pidananya diperberat. Contoh : pencurian yang ancaman pidananya diperberat
/ pasal 363 KUHP. Sedangkan tindak pidana ringan (Pasal 373 KUHP) serta
penggelapan ringan (Pasal 379 KUHP).
7. Sebut dan jelaskan bahwa KUHP hanya mengenal subjek dan
pertanggungjawaban pidana terhadap manusia, tidak terhadap korporasi.
JAWABAN
- Subyek hukum adalah pemegang hak dan kewajiban menurut hukum. Dalam
kehidupan sehari-hari, yang menjadi subyek hukum dalam sistem hukum
Indonesia, yang sudah barang tentu berdasar dari sistem hukum Belanda,
ialah individu (orang) dan badan hukum (perusahaan, organisasi, institusi).
Dalam dunia hukum, subyek hukum diartikan sebagai pembawa hak yaitu
manusia dan badan hukum.
o Manusia. Menurut hukum, tiap-tiap seorang manusia sudah menjadi
subyek hukum secara kodrati atau secara alami. Anak-anak serta balita
pun sudah dianggap sebagai subyek hukum. Manusia dianggap
sebagai hak mulai ia dilahirkan sampai dengan ia meninggal dunia.
Bahkan bayi yang masih berada dalam kandungan pun bisa dianggap
sebagai subyek hukum bila terdapat urusan atau kepentingan yang
menghendakinya. Namun, ada beberapa golongan yang oleh hukum
dipandang sebagai subyek hukum yang "tidak cakap" hukum.

8. Sebut dan jelaskan tingkat dan corak kesengajaan. Berikan contohnya


JAWABAN
- Kesenjangan sebagai maksud tujuan
o Apabila pembuat menghendaki akibat perbuatannya
o Untuk mencapai suatu tujuan yang dekat
o Terdapat hubungan langsung antara kehendak jiwa dan fakta kejadian
Contohnya adalah : si A menghendaki matinya B dengan tangannya sendiri
maka A akan mencekik B hingga mati
- Kesenjangan sebagai kepastian
o Kondisi jiwa tidak menghendaki akibat itu terjadi namun dengan
begitu pasti sesuatu yang tidak dikehendaki akan terjadi
Contohnya adalah kasus peledakan kapal Thomas Van Bremerhaven untuk
mendapatkan uang asuransi, namun akibat peledakan itu awak kapal mati.
- Kesenjangan sebagai kemungkinan
o Kondisi jiwa tidak menghendaki akibat itu terjadi tetapi semestinya ia
menyadari bahwa yang dilakukan besar akibatnya
Contohnya adalah terdakwa tidak bermaksud untuk membunuh tetapi
semestinya ia tau bahwa pedang yang ditebaskan pada bagian tubuh manusia
akan menyebabkan pendarahan dan membuat korbannya kehabisan darah.
9. Sebut dan jelaskan secara rinci, disertai dengan contoh mengenai alasan-
alasan hapusnya pidana.
- alasan pembenar yaitu alasan yang menghapuskan sifat melawan hukumnya
perbuatan sehingga apa yang dilakukan oleh terdakwa lalu menjadi perbuatan
yang patut dan benar (Pasal 49 ayat (1); Pasal 50, Pasal 51(1)).
- alasan pemaaf adalah alasan yang menghapuskan kesalahan terdakwa, tetap
melawan hukum jadi tetap merupakan Tindakan pidana namun tidak dipidana
karena tidak ada kesalahan (Pasal 49(2), Pasal 51(2))
- alasan penghapus penuntutan yaitu peran otoritas dari pemerintah, pemerintah
menganggap bahwa atas dasar utilitas atau kemanfaatannya kepada
masyarakat (Pasal 53 KUHP)

Dosen Pengampu
Prof. Dr. Pujiyono,SH,MHum

Anda mungkin juga menyukai