Makalah Patograf Dan Latihan Pengisisan Patograf - Kel.3

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PATOGRAF

Matakuliah: Keperawatan Maternitas

: Kelompok

1. Dhita Imaniar 2014301053


2. Andrean 20143010 98
3. Dwi Intan S. 20143010100
4. Maila Wulandari 2014301070
5. Natasya Evi Andriyani 2014301077
6. Puspa Pancalista 2014301080
7. Tegar Abilah 2014301090
8. Zulnisa Wakhdainayah 2014301097

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN POLTEKKES

1
TANJUNG KARANG 2021 /2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hasrat Allah SWT., karena berkat limpahan rahmat serta hidayah-Nya, kami
diberikan kekuatan untuk dapat menyusun makalah ini selesai. Makalah yg kami buat ini
dapat menjadi salah satu referensi untuk para pembaca, dan menambahkan wawasan tentang
makalah yang kami buat, yang tentunya bisa membantu para pembaca untuk tahu lebih lanjut
mengenai makalah ini.

Meskipun telah berusaha untuk menghindarkan kesalahan, kami menyadari juga bahwa
makalah ini masih mempunyai kelemahan sebagai kekurangannya. Karena itu, kami berharap
agar pembaca berkenan menyampaikan kritikan. Dengan segala pengharapan dan
keterbukaan, kami menyampaikan rasa terima kasih dengan setulus-tulusnya. Akhir kata,
kami berharap agar makalah ini dapat membawa manfaat kepada pembaca.

                                                                                   Lampung, 04 Agustus 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
A.      Latar Belakang.........................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
1.      Definisi Partograf.....................................................................................................................5
2.      Tujuan Partograf.......................................................................................................................5
3.      Penggunaan Partograf...............................................................................................................6
4.      Bagian – bagian partograf dan cara pencatatan partograf.........................................................8
1)     Identitas.................................................................................................................................8
2)     Kondisi Janin.........................................................................................................................8
Pencatatan pada lembar belakang Partograf.....................................................................................16
BAB III................................................................................................................................................18
PENUTUP...........................................................................................................................................18
KESIMPULAN...............................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................19

3
BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Berdasarkan pengamatan WHO, Angka Kematian Ibu adalah sebesar 500.000 jiwa dan
Angka Kematian Bayi sebesar 10.000.000 jiwa setiap tahunnya. Jumlah tersebut sebenarnya
masih diragukan karena besar kemungkinan kematian ibu dan bayi yang tidak dilaporkan
(Prawirohardjo, 2002). Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2002/2003 Angka Kematian Ibu di Indonesia masih tinggi yaitu 307 per 100.000 kelahiran
hidup. Sedangkan Angka Kematian Bayi baru Lahir sebesar 25 per 1.000 kelahiran hidup
(Depkes RI, 2004).
Kematian maternal dapat terjadi pada saat pertama pertolongan persalinan. Penyebab utama
kematian ibu adalah trias klasik yaitu perdarahan, infeksi, dan gestosis. Angka kematian
maternal dan perinatal yang tinggi juga disebabkan oleh dua hal penting yang memerlukan
perhatian khusus yaitu terjadinya partus terlantar atau partus lama dan terlambatnya
melakukan rujukan (Manuaba, 1998).
Sebagian besar penyebab kematian dapat dicegah dengan penanganan yang adekuat. Salah
satu upaya yang dapat dilakukan adalah meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas
kesehatan dalam menolong persalinan, seperti penggunaan partograf dalam persalinan yaitu
alat bantu untuk membuat keputusan klinik, memantau, mengevaluasi dan menatalaksana
persalinan. Partograf dapat digunakan untuk mendeteksi dini masalah dan penyulit dalam
persalinan sehingga dapat sesegera mungkin menatalaksana masalah tersebut atau merujuk
ibu dalam kondisi optimal.

4
BAB II
PEMBAHASAN
1.      Definisi Partograf
Partograf atau partogram adalah metode grafik untuk merekam kejadian-kejadian pada
perjalanan persalinan (Farrer, 2001). Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan
kala satu persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik.
Partograf adalah catatan grafik kemajuan persalinan untuk memantau keadaan ibu dan janin,
menemukan adanya persalinan abnormal, yang menjadi petunjuk untuk melakukan tindakan
bedah kebidanan dan menemukan disproporsi kepala panggul jauh sebelum persalinan
menjadi macet (Sumapraja, 1993).
Partograf merupakan alat untuk mencatat informasi berdasarkan observasi, anamnesa dan
pemeriksaan fisik ibu dalam persalinan dan sangat penting khususnya untuk membuat
keputusan klinis selama kala I persalinan (PUSDIKNAKES-WHO, 2003).
Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan
dalam mengambil keputusan dalam penatalaksanaan. Partograf dimulai pada pembukaan 4
cm (fase aktif) yang digunakan pada setiap ibu bersalin tanpa memandang apakah persalinan
itu normal atau komplikasi (Saifuddin, 2002).
Partograf merupakan lembaran form dengan berbagai grafik dan kode yang menggambarkan
berbagai parameter untuk menilai kemajuan persalinan. Gambaran partograf dinyatakan
dengan garis tiap parameter (vertikal) terhadap garis perjalanan waktu (horisontal).

2.      Tujuan Partograf.
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:
      Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks
melalui pemeriksaan dalam.
      Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian, juga
dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama (Depkes RI,
2007).
      Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik
kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan
laboratorium, membuat keputusan k1inik dan asuhan atau tindakan yangdiberikan dimana
semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru
1ahir.

5
Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf akan membantu penolong
persalinan untuk:
ü  Mencatat kemajuan persalinan.
ü  Mencatat kondisi ibu dan janinnya.
ü  Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.
ü  Menggunakan informasi yang tercatat untuk secara dini mengidentifikasi adanya penyulit.
ü  Menggunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat
waktu
ü  Dengan menggunakan partograf, semua hasil pemeriksaan berkala dicatat pada bentuk
grafik. Partogaf membantu bidan atau perawat memonitor proses persalinan dan kelahiran
serta mendeteksi dengan cepat komplikasi-komplikasi agar petugas kesehatan dengan cepat
dapat membuat intervensi yang perlu serta memastikan kesejahteraan ibu dan bayi
(PUSDIKNAKES-WHO, 2003).

Bahaya / komplikasi persalinan sulit / abnormal :


·         Kematian ibu atau kematian bayi atau keduanya
·         Rupture uteri
·          Infeksi / sepsis puerperal
·         Perdarahan postpartum
·          Fistel

3.      Penggunaan Partograf
a.       Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan sebagai elemen penting asuhan
persalinan. Partograf harus digunakan, baik tanpa ataupun adanya penyulit. Partograf akan
membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan
klinik baik persalinan normal maupun yang disertai dengan penyulit.
b.       Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan
swasta, rumah sakit, dll).
c.       Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu
selama persalinan dan kelahiran (Spesialis Obgin, bidan, dokter umum, residen dan
mahasiswa kedokteran).
d.       Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya mendapatkan
asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu, juga mencegah terjadinya penyulit yang dapat
mengancam keselamatan jiwa mereka (Prawirohardjo, 2002).
Partograf mulai diisi bila :

6
1)     Ibu yang masuk dalam persalinan :
-           fase laten (pembukaan < 3 cm), his teratur, frekuensi min.2x/10’, lamanya<20″.
-          fase aktif (pembukaan >3cm), his teratur, frekuensi min.1x/10’, lamanya<20″.
2)     Masuk dengan ketuban pecah spontan tanpa adanya his :
-          bila infus oksitosin dimulai
-          bila persalinan dimulai
3)     Masuk untuk induksi persalinan :
-          pemecahan ketuban (amniotomi) dengan atau tanpa infus oksitosin
-          induksi medis (infus oksitosin, balon kateter atau pemberian prostaglandin)
-            bila persalinan dimulai atau induksi dimulai atau ketuban pecah.
Patograf tidak dibuat pada kasus – kasus :
-          Partus prematurus
-          Pada saat MRS pembukaan > 9 cm
-          Akan dilakukan seksio sesar elektif
-          Pada saat MRS akan dilakukan seksio sesar darurat
-          Bekas seksio sesar 2 kali
-          Bekas seksio sesar klasik
-          Kasus preeklampsia dan eklampsia
Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu:
-          Denyut jantung janin setiap 1/2 jam
-          Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap 1/2 jam
-          Nadi: setiap 1/2 jam
-          Pembukaan serviks setiap 4 jam
-          Penurunan bagian terbawah janin setiap 4 jam
-          Tekanan darah dan temperatur tubuh setiap 4 jam
-          Produksi urin, aseton dan protein setiap 2 sampai 4 jam
Jika ditemui gejala dan tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi harus lebih
sering dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila pada diagnosis disebutkan adanya
penyulit dalam persalinan. Jika frekuensi kontraksi berkurang dalam satu atau dua jam
pertama, nilai ulang kesehatan dan kondisi aktual ibu dan bayinya.

7
Nilai suatu partograf meliputi :
-          Pencatatan yang jelas
-           Urutan waktu yang jelas
-          Diagnosis suatu kemajuan persalinan yang abnormal
-          Memudahkan saat penggantian staf atau gilliran dinas
-          Untuk pendidikan
-           Untuk penelitian

4.      Bagian – bagian partograf dan cara pencatatan partograf


1)     Identitas
Identitas meliputi :
      Nama, umur
      Gravida, Para, Abortus
      Nomor register, nomor catatan medikl/nomor puskesmas;
      Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan waktu penolong
persalinan mulai merawat ibu)
      Waktu pecah ketuban janin
2)     Kondisi Janin.
A.      Denyut jantung janin
Normal antara 120-160 kali per menit. Denyut jantung janin dihitung dan dicatat setiap 30
menit lalu menghubungkan setiap titik (jumlah denyut jantung janin dihubungkan).

Pencatatan pada patograf


-          Nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-
tanda  gawat janin).
-          Setiap kotak di bagian atas partograf menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di
sebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ.
-          Catat DJJ dengan member tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang
menunjukkan DJJ.
-           Kemudian hubungkan yang satu dengan titik lainnya dengan garis tegas dan
bersambung.

8
-          Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis tebal pada angka 180 dan
100. Sebaiknya, penolong harus waspada bila DJJ mengarah hingga dibawah 120 atau diatas
160.
-          Untuk tindakan-tindakan segera yang harus dilakukan jika DJJ melampaui kisaran
normal ini. Catat tindakan-tindakan yang dilakukan pada ruang yang tersedia di salah satu
dari kedua sisi partograf.

B.      Air Ketuban
Air ketuban bisa :
- Utuh (U)
- Jernih (J)
- Campur mekonium (M)
- Kering (K)
Pencatatan pada Partograf
a)      Nilai air kondisi ketuban setiap kali melakukan periksa dalam dan nilai warna air
ketuban jika selaput ketuban pecah.
b)      Catat temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah
lajur DJJ.
c)      Gunakan lambang-lambang berikut ini:
U       : selaput ketuban masih utuh (belum pecah)
 J         : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jemih
M       : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium
D       : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah
K       :selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak mengalir lagi ("kering")
d)      Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya gawat janin. Jika
terdapat mekonium, pantau DJJ dengan seksama untuk mengenali tanda-tanda gawat janin
selama proses persalinan.
e)      Jika ada tanda-tanda gawat janin (denyut jantung janin < 100 atau > 180
kali per menit) maka ibu harus segera dirujuk
f)       Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat yang memiliki
kemampuan penatalaksanaan gawat daruratan obstetri dan bayi baru lahir.
C.      Molase atau Penyusupan
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan
diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu. Semakin besar derajat penyusupan atau

9
tumpang-tindih antar tulang kepala semakin menunjukkan risiko disproporsi kepala-panggul
(CPD).
Ketidak-mampuan untuk berakomodasi atau disproporsi ditunjukkan melalui derajat
penyusupan atau tumpang-tindih (molase) yang berat sehingga tulang kepala yang saling
menyusup, sulit untuk dipisahkan. Apabila ada dugaan disproprosi kepala-panggul maka
penting untuk tetap memantau kondisi janin serta kemajuan persalinan. Lakukan tindakan
pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan dugaan proporsi kepala-panggul (CPD)
ke fasilitas kesehatan rujukan.

Penyisipan tulang tengkorak janin ditandai dengan :


 0 : Tulang tengkorak terpisah dan sutura dapat teraba dengan mudah
  + : Tulang tengkorak saling berdekatan
  ++ : Tulang tengkorak tumpang tindih
  +++ : Tulang tengkorak tumpang tindih dengan nyata.
Posisi kepala ditandai dengan memperhatikan letak dari ubun-ubun kecil.

Pencatatan pada partograf :


Catat temuan yang ada di kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambang:
 0: tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi
1: tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih dapat dipisahkan
3: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan
1.      Kemajuan Persalinan
1)      Servikograf
Friedman membagi persalinan dalam 2 fase, yaitu :
a)      Fase I (fase laten) Biasanya berlangsung selama 8-10 jam, dimulai
dari awal persalinan sampai pembukaan serviks 3 cm. Selama fase laten, semua asuhan,
pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat dicatat secara terpisah, baik di
catatan kemajuan persalinan maupun di Kartu Menuju Sehat (KMS) Ibu Hamil. Tanggal dan
waktu harus dituliskan setiap kali membuat catatan selama fase laten persalinan. Semua
asuhan dan intevensi juga harus dicatatkan.

10
b)      Fase II (fase aktif) Fase ini dimulai dari pembukaan serviks 3 cm
sampai pembukaan lengkap (10 cm).
Pemeriksaan dalam vagina dilakukan saat pasien masuk rumah sakit,
dilanjutkan setiap 4 jam untuk menilai pembukaan serviks. Pemeriksaan
ini dapat dilakukan lebih sering pada pasien yang persalinannya sudah
berjalan lebih jauh, terutama pasien multipara.
Pembukaan mulut rahim dicatat dengan tanda “X”. Bila pasien masuk rumah sakit dalam fase
aktif, tanda “X” diletakkan pada garis waspada sedangkan waktu masuknya pasien ditulis
dibawah tanda “X”. Apabila pembukaan mulut rahim ketika pasien masuk rumah sakit dalam
faselaten kemudian masuk kedalam fase
aktif dalam jangka waktu kurang 8 jam maka tanda “X” dipindahkan ke
garis waspada. Perpindahan ini digambarkan dengan garis putus-putus
sampai pada garis waspada dan diberi tanda “Tr”.
Untuk menentukan seberapa jauh bagian depan anak turun ke dalam rongga
panggul, digunakan bidang HODGE (H) sebagai berikut :
1)      H I : Sama dengan pintu atas panggul
2)      H II : Sejajar dengan H I melalui pinggir bawah simfisis pubis
3)      H III : Sejajar dengan H I melalui spina iskiadika
4)      H IV : Sejajar dengan H I melalui ujung tulang koksigeus.
Porsio dinilai dengan memperhatikan kekakuan, lunak, tebal, mendatar
atau melepasnya porsio.

Pencatatan pada Partograf


ü  Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan.
Angka 0-10 yang tertera di kolom paling kiri adalah besamya dilatasi serviks.
ü  Nilai setiap angka sesuai dengan besamya dilatasi serviks dalam satuan centimeter dan
menempati lajur dan kotak tersendiri.
ü  Perubahan nilai atau perpindahan lajur satu ke lajur yang lain menunjukkan penambahan
dilatasi serviks sebesar 1 cm.
ü  Setiap kotak segi empat atau kubus menunjukkan waktu 30 menit untuk pencatatat waktu
pemeriksaan, denyut jantung janin, kontraksi uterus dan frekuensi nadi ibu.
Pembukaan serviks
ü  nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda
penyulit).

11
ü  Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf setiap temuan dari setiap
pemeriksaan.
ü  Tanda 'X' harus dicantumkan di garis waktu yang sesuai dengan lajur
besamya pembukaan serviks.
ü  Pilih angka pada tepi kiri luar kolom pembukaan serviks yang sesuai dengan besamya
pembukaan serviks pada fase aktif persalinan yang diperoleh dari hasil periksa dalam.
ü  Untuk pemeriksaan pertama pada fase aktif persalinan, temuan (pembukaan serviks) dari
hasil periksa dalam harus dicantumkan pada garis waspada.
ü  Pilih angka yang sesuai dengan bukaan serviks (hasil periksa dalam) dan cantumkan tanda
'X' pada ordinat atau titik silang garis dilatasi serviks dan garis waspada.
ü  Hubungkan tanda 'X' dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus)

2)      Penurunan bagian terbawah janin


Pencatatan pada partograf
§  Setiap kali melakukan periksa dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering (jika ditemukan
tandatanda penyulit).
§  Cantumkan hasil pemeriksaan penurunan kepala (perlimaan) yang
menunjukkan seberapa jauh bagian terbawah janin telah memasuki rongga panggul.
§  Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks selalu diikuti dengan turunnya
bagian terbawah janin. Tapi ada kalanya, penurunan bagian terbawah janin baru terjadi
setelah pembukaan serviks mencapai 7 cm.
§  Tulisan "Turunnya kepala" dan garis tidak terputus dari 0-5, tertera di sisi yang sama
dengan angka pembukaan serviks.
§  Berikan tanda '0' yang ditulis pada garis waktu yang sesuai.
Sebagai contoh, jika hasil pemeriksaan palpasi kepala di atas simfisis pubis adalah 4/5 maka
tuliskan tanda "0" di garis angka 4.
§  Hubungkan tanda '0' dari setiap pemeriksaan dengan
garis tidak terputus.
3)      Garis waspada dan garis bertindak
Pencatatan pada partograf
§  Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik dimana
pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan adalah 1 cm per jam.
§  Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika pembukaan
serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam),

12
maka harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya : fase aktif yang memanjang, serviks
kaku, atau inersia uteri hipotonik, dll)
§  Pertimbangkan perlunya melakukan intervensi bermanfaat yang diperlukan, rnisalnya :
persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit atau puskesmas) yang memiliki
kemampuan untuk menatalaksana penyulit atau gawat darurat obstetri.
§  Garis bertindak tertera sejajar dan di sebelah kanan (berjarak 4 jam) garis waspada. Jika
pembukaan serviks telah melampaui dan berada di sebelah kanan garis bertindak maka hal ini
menunjukkan perlu
diakukan tindakan untuk menyelesaikan persalinan. Sebaiknya, ibu harus sudah berada
ditempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.
1.      Jam dan Waktu
1)      Waktu mulainya fase aktif persalinan
Pencatatan pada Partograf :
§  Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak-kotak yang
diberi angka 1-12.
§  Setiap kotak menyatakan satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.
2)      Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian
Pencatatan pada partograf
§  Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak untuk mencatat
waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan.
§  Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu tiga puluh
menit yang berhubungan dengan lajur untuk pencatatan pembukaan serviks, DJJ di bagian
atas dan lajur kontraksi dan nadi ibu di bagian bawah.
§  Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, cantumkan pembukaan serviks di garis
waspada. Kemudian catatkan waktu aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai.
§  Sebagai contoh, jika hasil periksa dalam menunjukkan pembukaan serviks adalah 6 cm
pada pukul 15.00, cantumkan tanda 'X' di garis waspada yang sesuai dengan lajur angka 6
yang tertera di sisi luar kolom paling kiri dan catat waktu aktual di kotak pada lajur waktu di
bawah
lajur pembukaan (kotak ke tiga dari kiri).
2.      Kontraksi uterus
·         Frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit
·         Lama kontraksi (dalam detik) .
·         Obat-obatan dan cairan yang diberikan: Oksitosin, Obat-obatan lainnya dan cairan IV
yang diberikan.

13
Pencatatan pada partograf
§  Di bawah lajur waktu partograf, terdapat lima kotak dengan tulisan "kontraksi per 10
menit" di sebelah luar kolom paling kiri.
§  Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba
dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik.
§  Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit dengan cara mengisi kotak
kontraksi yang tersedia dan disesuaikan dengan angka yang mencerrninkan temuan dari hasil
pemeriksaan kontraksi .
§  Sebagai contoh jika ibu mengalami 3 kontraksi dalam waktu satu kali
10 menit, maka lakukan pengisian pada 3 kotak kontraksi
§  Kontraksi uterus dihitung per 10 menit, terbagi atas :
·         Kurang 20 detik : Beri titik-titik di kotak yang sesuai
·         20-40 detik : Dengan arsiran
·         Lebih 40 detik : Dihitamkan
3. Obat - obatan yang diberikan.
1)      Oksitosin
Hal yang diperhatikan :
·         Jumlah unit per 500 cc
·         Jumlah tetesan per menit
Pencatatan pada Partograf
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit
oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit.
2)      Obat-obatan dan cairan intravena
Pencatatan pada Partograf
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan IV dalam kotak yang sesuai
dengan kolom waktunya.
4.  Kondisi Ibu
1)      Nadi dan tekanan darah ibu
Bagian terbawah lajur dan kolom pada halaman depan partograf, terdapat kotak atau ruang
untuk mencatat kondisi kesehatan dan kenyamanan ibu selama persalinan.
Nadi diukur setiap 30 menit; tekanan darah diukur setiap jam atau lebih
sering bila ada indikasi (edema, hipertensi).
Pencatatan pada Partograf
14
a)      Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu.
b)      Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan (lebih sering
jikadiduga adanya penyulit).
c)      Beri tanda titik (.) pada kolom waktu yang sesuai.
d)     Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih sering
jika diduga adanya penyulit). Beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang sesuai.
2)      Temperatur
Pencatatan pada Partograf
Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika teIjadi peningkatan mendadak atau
diduga adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh pada kotak yang sesuai.
3)      Urin
Yang diukur :
·        Volume
·        Albumin
·         Glukosa
Pencatatan pada partograf
·         Ukur dan catat jumlahjproduksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu
berkernih).
·         Jika memungkinkan, setiap kali ibu berkernih, lakukan pemeriksaan aseton dan protein
dalam urin
·         Jika memungkinkan, untuk tujuan praktis, gunakan kertas celup berbagai indikator
(strip-test) : dapat juga mendeteksi pH, glukosa, bilirubin, leukosit-esterase dan sebagainya,
dalam satu kali pemeriksaan kertas yang dicelupkan.
5.      Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya.
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi luar kolom partograf,
atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu
saat membuat catatan persalinan Asuhan, pengamatan dan/atau keputusan klinis mencakup:
a)      Jumlah cairan per oral yang diberikan
b)      Keluhan sakit kepala atau penglihatan (pandangan) kabur
c)      Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (Obgin, bidan, dokter umum)
d)     Persiapan sebelum melakukan rujukan

15
Pencatatan pada lembar belakang Partograf
Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama
proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak persalinan kala
I hingga kala IV (termasuk bayi baru lahir). Bagian ini disebut sebagai Catatan Persalinan. 
Nilai dan catatan asuhan yang diberikan pada ibu dalam masa nifas terutama selama
persalinan kala empat untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya
penyulit dan membuat keputusan klinik yang sesuai. 
Dokumentasi ini sangat penting untuk membuat keputusan klinik, terutama pada pemantauan
kala IV (mencegah terjadinya perdarahan pascapersalinan). Selain itu, catatan persalinan
(yang sudah diisi dengan lengkap dan tepat) dapat pula digunakan untuk menilai/memantau
sejauh mana telah dilakukan pelaksanaan asuhan persalinan yang dan bersih aman.
Catatan persalinan adalah terdiri dari unsur-unsur berikut:
1.      Data dasar
2.      Kala I
3.      Kala II
4.      Kala III
5.      Bayi baru lahir
6.      Kala IV

Cara pengisian:
Berbeda dengan halaman depan yang harus diisi pada akhir setiap pemeriksaan, lembar
belakang partograf ini diisi setelah seluruh proses persalinan selesai. Adapun cara pengisian
catatan persalinan pada lembar belakang partograf secara lebih terinci disampaikan menurut
unsur-unsurnya sebagai berikut.
1.      Data dasar
Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat tempat persalinan,
catatan, alasan merujuk, tempat rujukan dan pendamping pada saat merujuk. Isi data pada
masing-masing tempat yang telah disediakan, atau dengan cara memberi tanda pada kotak di
samping jawaban yang sesuai.
2.      Kala I

16
Kala I terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati garis waspada,
masalah-masalah yang dihadapi, penatalaksanaannya, dan hasil penatalaksanaan tersebut.

3.      Kala II
Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu, masalah
penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya.
4.      Kala III
Kala III terdiri dari lama kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali,
pemijatan fundus, plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir > 30 menit, laserasi, atonia
uteri, jumlah perdarahan, masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya, isi jawaban pada
tempat yang disediakan dan beri tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai.
5.      Bayi baru lahir
Informasi tentang bayi baru lahir terdiri dari berat dan panjang badan, jenis kelamin,
penilaian kondisi bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah penyerta, penatalaksanaan terpilih
dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan serta beri tanda ada kotak di samping
jawaban yang sesuai.
6.      Kala IV
Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus, kontraksi uterus,
kandung kemih dan perdarahan. Pemantauan pada kala IV ini sangat penting terutama untuk
menilai apakah terdapat risiko atau terjadi perdarahan pascapersalinan. Pengisian
peman¬tauan kala IV dilakukan setiap 15 menit pada satu jam pertama setelah melahirkan,
dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya. Isi setiap kolom sesuai dengan hasil
pemeriksaan dan Jawab pertanyaan mengenai masalah kala IV pada tempat yang telah
disediakan (Depkes RI, 2007).

17
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Persalinan adalah kejadian yang berakhir dengan kontes bayi cukup bulan atau hampir cukup
bulan, diskusikan dengan menggelar dan mengeluarkan janin dari tubuh
ibu.Partograf merupakan lembaran form dengan berbagai grafik dan kode yang
menggambarkan berbagai parameter untuk menilai kemajuan karya. Gambaran
partograf dinyatakan dengan garis tiap parameter (vertikal) terhadap garis perjalanan waktu
(horisontal)

18
DAFTAR PUSTAKA

Farrer, Helen. 2001. Perawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta : EGC.


Ida Bagus Gde Manuaba, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan, Jakarta : ECG 
Saifuddin, AB. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

19

Anda mungkin juga menyukai