ASkEp SiRoSiS HePaTIS
ASkEp SiRoSiS HePaTIS
ASkEp SiRoSiS HePaTIS
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sirosis Hepatis merupakan penyakit kronis dan menahun yang di dahului oleh penyakit
hepatitis yang disebabkan oleh alkohol, defisisensi gizi, dan peradangan pada saluran
mengganggu aliran darah. Gangguan aliran darah pada hati bila tidak mendapat
Sirosis hepatis di tandai dengan adanya lokus peradangan , nekrosis, daerah- daerah yang
beregenerasi dan penumpukan jaringan ikat yang difus, sehingga terbentuklah nodul-
nodul yang akan mengganggu aspek fungsional lobulus hepar. Asupan kuratif yang
paling bermanfaat adalah dengan membuat koloni baru mitra hepatik untuk menjalankan
fungsi-fungsi hepar yang terganggu dengan adanya perkembanagan masif proses Sirosis.
Di negara maju, Sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar ketiga pada pasien
yang berusia 45-46 tahun ( setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker ). Diseluruh
dunia Sirosis menempati urutun ke tujuh penyebab kematian. Sekitar 25.000 orang
meninggal setiap tahun akibat penyakit ini. Penderita sirosis hepatis di Indonesia pada
tahun 1993 berkisar antara 30.8 – 89,2 %. Penderita sirosis hepatis lebih banyak dijumpai
1
pada kaum laki-laki dibandingkan dengan wanita sekitar 1,6 : 1 dengan umur rata - rata
Dari hasil buku register dari bulan april 2007 sampai dengan bulan Juni 2007 dilantai V
Perawatan Umum tercatat bahwa jumlah yang dirawat sebanyak 497 dengan kasus sistem
pencernaan sebanyak 85 orang atau 17,1 % orang, dengan 6 orang atau 7,05 % dengan
Sirosis hati merupakan penyakit hati yang sering ditemukan dalam ruang perawatan
penyakit dalam. Perawatan dirumah sakit sebagian besar kasus terutama di tujukan untuk
mengatasi berbagai penyakit yang ditimbulkan seperti perdarahan saluran cerna bagian
Masalah keperawatan yang dapat muncul pada klien dengan sirosis hepatis antara lain
yaitu Perubahan nutrisi, Kelebihan cairan, Resiko tinggi kerusakan integritas kulit,
Resiko tinggi tak efektifnya pola pernafasan, Resiko tinggi terhadap cedera, Resiko tinggi
terhadap perubahan proses pikir. Gangguan harga diri / citra tubuh, Intoleransi aktivitas
dan kurang pengetahuan. Jika sirosis hepatis terlambat didiagnosa atau terapi awal yang
tidak adekuat dapat menimbulkan asites, ensephalopali hepatik dan kematian maka
diperlukan asuhan keperawatan secara menyeluruh yang meliputi aspek promotif dengan
2
kuratif dengan megikuti regimen therapeutik dan rehabilitatif dengan melakukan kontrol
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis ingin mengetahui bagaimana asuhan
keperawatan.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus
d. Melaksanakan asuhan keperawatan yang telah disusun pada klien Sirosis Hepatis
3
C. Ruang lingkup
Makalah ini membahas asuhan keperawatan pada klien Ny S.R dengan diagnosa medis
Sirosis Hepatis yang dirawat di lantai V Perawatan Umum selama tiga hari mulai tanggal
D. Meode penulisan
1. Metode deskriptif : Tipe studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan , tehnik
pemeriksaan fisik, sumber data yang digunakan adalah data primer diperoleh langsung
dari klien sedangkan data sekunder diperoleh data dari keluarga, tenaga kesehatan ,
E. Sistematika penulisan
Bab satu : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, Tujuan penulisan, Metode
penulisan dan sistematika. Bab Dua : Konsep asuhan keperawataan pada klien Sirosis
evaluasi. Bab empat : Pembahasan yang dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan
pelaksanaan, dan evaluasi. Bab Lima : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Sirosis Hepatis adalah penyakit kronis hati akibat tersumbat saluran empedu serta pus
sehingga timbul jaringan baru yang berlebihan yang tidak berhubungan yang dikelilingi
Sirosis Hepatis adalah ditandai dengan adanya lokus peradangan ,daerah –daerah yang
Juli 2007.
Sirosis Hepatis adalah penyakit hati yang di karakteriskan oleh gangguan struktur dan
perubahan degenerasi gangguan fungsi selular dan selanjutnya aliran darah ke hati.
Sirosis Hepatis adalah penyakit menahun yang difus ditandai dengan adanya
Dari beberapa pengertian diatas penulis menarik kesimpulan bahwa Sirosis Hepatis
adalah Penyakit kronis menahun ditandai dengan adanya gangguan struktur hati yaitu
5
timbulnya jaringan baru yang berlebihan dan tidak saling berhubungan yang dikelilingi
B. Patofisiologi
Etiologi atau penyebab sirosis hepatis masih belum dimengerti dengan baik, namun
banyak faktor yang berhubungan dengan terjadinya kerusakan hati. secara garis besar
a. Alkoholisme
f. Gangguan imunologis
g. Kelainan metabolisme
heterogenous.
6
Ada 2 faktor yang mempengaruhi terbentuknya asites pada penderita sirosis hepatis,
yaitu :
serum.
Pada keadaan normal, albumin dibentuk oleh hati. Bilamana hati terganggu fungsinya,
maka pembentukan albumin juga terganggu dan kadarnya menurun sehingga tekanan
koloid osmotik juga berkurang. Terdapatnya kadar albumin kurang dari 3 gram % sudah
Bila terjadi perdarahan akibat pecahnya varises esofagus maka kadar plasma protein
dapat menurun, sehingga tekana koloid osmotik dapat menurun pula barulah terjadi
asites. Sebaliknya bila kadar plasma protein kembali normal, maka asitesnya akan
penurunan volume intravaskuler sehingga perfusi ginjal pun menurun. Hal ini
aldosteron maka terjadi retensi Na + yang pada akhirnya mengakibatkan retensi cairan.
1. Manifestasi dini
7
b. Demam
d. Nyeri tumpul atau perasaan berat pada epigastrik atau kuadran kanan atas ( 50 %
penderita)
e. Hati keras dan mudah teraba tanpa memandang apakah hati membesar atau atropi
2). Edema perifer oleh karena hypoalbuminemia dan retensi garam dan air
eritema palmaris, angioma laba2 khususnya sekitar leher, dada dan bahu
(spinder naevi)
b) Amenore
8
(b). enstruasi berat, mudah memar karena berkurangnya pembentukan
terhadap toksin
akibat hypoalbuminemia, retensi Na dan air, peningkatan sintesis dan aliran limpa
9
4). Varises esophagus (70 % sirosis hepatis lanjut)
a. Mikronodular
b. Makronodular
Sering disebut dengan Laten Sirosis hati. Pada atadiu kompensata ini belum
terlihat gejala-gejala yang nyata. Biasanya stadium ini ditemukan pada saat
pemeriksaan screening.
Dikenal dengan Active Sirosis hati, dan stadium ini biasanya gejala-gejala sudah
3. Berdasarkan penyebabnya :
a. Sirosis Laennec
b. Sirosis Postnekrotik
10
Penyebabnya hepatitis viral ( B ), intoksikasi bahan kimia, infeksi gangguan
metabolik
c. Sirosis Billiaris
d. Sirosis Cardiac
1. Perdarahan gastrointestinal
2. Hipertensi portal menimbulkan varises esopagus, dimana suatu saat akan pecah
3. Koma Hepatikum.
4. Ulkus Peptikum
5. Karsinoma hepatosellural
Kemungkinan timbul karena adanya hiperflasia noduler yang akan berubah menjadi
6. Infeksi
7. Penyebab kematian
C. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada klien Sirosis Hepatis didasarkan pada gejala yang ada .
11
D. Penatalaksanaan medik
1. Medis
1) Diit : Diit asupan protein, kalori dan lemak ( DH II-IV ) bila ensephalopati
protein dikurangi (DH I ) natrium. Diit rendah garam 0,5 /hari dan total cairan
1.5 1/hari
1) Laktalose bilas lambung dengan NaCl suhu ruang untuk menurunkan kadar
ammonia
menurunkan ammonia
menahun, mulai dari gangguan ritme tidur, perubahan kepribadian, gelisah sampai
ke pre koma dan koma. Pada umumnya enselopati Hepatik pada sirosis hati
12
1) Mengenali dan mengobati factor pencetua
Perdarahan karena pecahnya Varises Esofagus. Kasus ini merupakan kasus emergensi
sehingga penentuan etiologi sering dinorduakan, namun yang paling penting adalah
penanganannya lebih dulu. Prinsip penanganan yang utama adalah tindakan Resusitasi
3) Pemasangan Naso Gastric Tube, hal ini mempunyai banyak sekali kegunaannya
evaluasi darah
13
b) Propandol : penurunan tekanan porta dengan bloking -adarienergik
7) Untuk bedah :
2. Keperawatan
NGT
c. Mencegah infeksi
d. Mencegah perdarahan
f.
E. Pengkajian
1. Aktifitas / latihan
14
2. Sirkulasi
Riwayat gagal ginjal kronik, perikarditis, penyakit jantung reumatik kanker (Malfungsi
3. Eliminasi
4. Makanan / cairan
Anorexia, tidak toleran terhadap makanan / tak dapat mencerna, mual / muntah
penurunan berat badan atau peningkatan cairan, edema, kulit kering, turgor buruk, ikterik,
5. Neurosensori
6. Nyeri / kenyamanan
Nyeri tekan abdomen / nyeri kuadran kanan atas, pruritus, neuritis perifer, perilaku hati-
15
7. Pernafasan
terbatas,hipoksia.
8. Keamanan
Pruritus, demam (lebih umum pada Sirosis alkoholik) ikterik, ikimosis petikie,angioma
spider nevi .
9. Seksualitas
Riwayat penggunaan alkohol jangka panjang / empedu, hepatitis terpajan pada toksin ,
trauma hati, perdarahan GI atas, episode perdarahan varises esopagus, penggunaan obat
Pemeriksaan diagnostik
1. Skan / biopsi hati : Mendeteksi infiltrat lemak, fibrosis, kerusakan, jaringan hati.
16
4. Portografi transhepatitis perkutaneus : Memperlihatkan struktur sistem vena portal.
6. AST ( SGOT ) / ALT ( SGPT ) LDH : Menigkat karena seluler dan mengeluarkan
enzim.
SDM dan anemia terlihat dengan hipersplenisme dan defisiensi besi leukopenia
11. Anemia serum : Meningkat karena ketidakmampuan untuk berubah dari amonia.
17. Pemberian nutrien : Defisiensi vit A, B12, C, K , asam folat dan besi.
18. Urobilinogene urine : Ada / tidak ada. Bertindak sebagai penunjuk untuk
17
20. Foto sinar X pada abdomen : Untuk mengetahui ukuran hati, udara dan kista pada
21. Radioisotop hati : Menunjukan guratan pada hati yang abnormal dan
E. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan berdasarkan analisa data menurut Doengoes 1999, Brunner and
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
terhadap kelemahan.
7. Gangguan harga diri / citra tubuh berhubungan dengan perubahan peran fungsi
18
8. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
F. Perencanaan
Kriteria evaluasi :
Perencanaan :
19
2. Perubahan volume cairan : berlebihan berhubungan dengan gangguan
Kriteria evaluasi :
Perencanaan:
g. Berikan diuretik,
20
Kriteria evaluasi :
Perencanaan :
a. Ubah posisi dengan sering dan latihan rentang gerak pasif / aktif,
b. Tinggikan ekstremitas, 3
Kriteria evaluasi :
a. Tidak edema,
Perencanaan :
21
d. Berikan oksigen tambahan,
portal.
Kriteria evaluasi :
Perencanaan :
22
6. Resiko tinggi terhadap perubahan proses pikir berhubungan dengan
Kriteria evaluasi :
Perencanaan :
fungsi.
Kriteria evaluasi :
a. Menyatakan akan perubahan dan penerimaan diri pada situasi yang ada,
23
Perencanaan :
Tujuan : Klien dan keluarga klien memahami melalui diskusi yang interaktif.
Kriteria evaluasi :
Perencanaan :
G. Penatalaksanaan
24
1. Pengertian
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
masih sesuai.
untuk situasi klinis saat itu. Jika status klien telah berubah dan diagnosa
langkah
terbaru klien.
25
2) Diagnosa keperawatan direvisi diagnosa keperawatan yang tidak relevan
tanggal.
klien tidak konsisten dengan hasil yang diharapkan diperlukan revisi lebih
26
klien. Setelah intervensi diterapkan respon klien terhadap pengobatan dicatatkan pada
lembar catatan yang sesuai. Informasi ini biasanya mencakup diskripsi singkat
H. Evaluasi
Evaluasi adalah membandingkan data subjek dan objek yang dikumpulkan dari klien,
perawat lain, dan keluarga untuk menentukan tingkat keberhasilan dalam memenuhi hasil
tindakan keperawatn dan kemajuan klien kearah tujuan . Tujuan asuhan keperawatan
diberikan dalam lingkungan perawatan kesehatan. Ada tiga tipe indikatorkwalitas yaitu
Struktur, proses dan hasil. Evaluasi kapan saja perawat berhubungan dengan klien
Jenis-jenis evaluasi
1. Evaluasi perawatan
27
Pemantauan indikator kwalitas mengevaluasi apakah proses yang secara spesifik
2. Pemecahan masalah
mengembangkan rencana tindakan untuk memperbaiki proses dan hasil yang diharapkan.
3. Evaluasi perbaikan
4. Komunikasi hasil
Hasil dari aktivitas Q1 harus di komunikasikan pada staf di semua bagian organisasi
yang sesuai.
Dokumentasi didefenisikan sebagai salah satu yang tertulis / teratur untuk diandalkan
sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang.Catatan medis harus
mendiskripsikan tentang status dan kebutuhan klien yang komprehensif juga diberikan
klien. Catatan mendasar mengandung informasi berikut identifikasikan klien dan data
demografi klien , surat izin untuk pengobatan dan prosedur, riwayat keperawatan saat
28
pemeriksaan fisik, laporan tentang diagnostik, ringkasan tentang prosedur operatif,
29
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini penulis akan akan menuliskan pengalaman nyata yang penulis lakukan
selama tiga hari mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 09 juli 2007 pukul 09.00 WIB, klien masuk perawatan
pada tanggal 04 Juli 2007 di lantai V perawatan umum kamar 502 dengan nomor register
1 Identitas klien
menikah, agama islam, suku bangsa padang, pendidikan SMA, bahasa yang digunakan
bahasa indonesia, pekerjaan ibu rumh tangga, alamat kampung jati desa jati mulya
Tambun, sumber biaya ASKES angkatan darat, sumber informasi klien, keluarga,
2. Riwayat Keperawatan
Keluhan utama klien saat pengkajian yaitu nyeri pada daerah abdomen sebelah kanan,
skala nyeri 6, keluhan timbul secara mendadak lamanya ½ jam upaya mengatasi,
30
Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi obat-obatan, makanan, binatang
dan lingkungan. Pada tahun 1995 klien pernah mengalami masuk rumah sakit dengan
kasus yang sama, tidak ada riwayat kecelakaan , klien tidak pernah menggunakan
Keterangan :
v: Klien
: Perempuan
: Meninggal
: Laki laki
: Meninggal
: Tinggal serumah
: Garis keturunan
: Garis perkawinan
31
Melhat klien anak pertama dari lima bersaudara tidak ada penyakit yang diderita
Klien mengatakan paling dekat dengan anak pertamanya, interaksi dalam berkeluarga
yaitu pola komunikasi dua arah, pembuat keputusan dalam keluarga adalah klien
keadaan klien dan berusaha untuk memberikan dukungan agar klien cepat sembuh..
sudah mengetahui sakit yang dideritanya, jenis makanan apa saja yang boleh
dimakan dan tidak boleh dimakan dan menurut keluarganya klien menerima keadaan
penyakitnya. Hal yang sangat dipikirkan saat ini yaitu ingin berkumpul bersama
keluarga dan perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit aktifitas jadi terganggu,
tetapi klien masih dapat melakukan aktifitas walau dengan bantuan dari orang lain.
Tidak ada sistem nilai kepercayaan yang bertentangan dengan kesehatan. Aktifitas
Klien tinggal di perkampungan dekat dengan jalan raya, jauh dari pabrik dan tempat
32
e. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Pola nutrisi
Sebelum sakit klien makan 3x/hari, porsi makan 1 piring setiap kali makan, jenis
makanan terdiri dari nasi, sayur, lauk, buah, klien tidak alergi atau berpantang
pada makanan, kebiasaan sebelum makan mencuci tangan dan berdoa. Saat ini
klien makan tiga kali sehari, klien mengatakan kurang nafsu makan karena perut
terasa sakit apabila makanan masuk, klien makan sedikit tapi sering, klien makan
habis ¾ porsi jenis makanan diet rendah lemak Klien menggunakan obat sebelum
makan yaitu Lactulax 3x8 cc dan inpepsa 3x15cc 8 jam sesuai program per oral,
2) Pola eliminasi
Sebelum sakit klien bak 3 x / hari warna kuning jernih , tidak ada keluhan saat
bak, klien juga tidak menggunakan alat bantu seperti kateter. Saat ini bak 4-5x /
hari warna kuning jernih, tidak ada keluhan. Sebelum sakit klien bab 2x/hari
warna kuning, konsistensi padat, tidak ada keluhan , waktu tidak tentu Saat ini
klien bab 4-5x / hari warna kuning coklat, konsistensi cair, tidak ada keluhan saat
stop.
Sebelum sakit klien mandi 2x/hari waktu pagi dan sore, oral hygiene 2x / hari
setelah mandi cuci rambut 2x seminggu. Saat ini klien mandi dengan dilap
33
memakai handuk 2x / hari waktu pagi dan sore, oral hygiene 2x setelah mandi,
Sebelum sakit klien jarang tidur siang, tidur malam 5 jam sehari. Kebiasaan
sebelum tidur klien berdoa. Saat ini klien tidur siang ½ jam , tidur malam5-6 jam,
Sebelum sakit klien bekerja sebagai ibu rumah tangga, tidak pernah olah raga ,
tidak ada keluhan saat beraktivitas. Saat ini klien banyak istirahat, tidak pernah
berolah raga, klien mengeluh nyeri di daerah perut dan sesak bila terlentang, lutut
Sebelum sakit dan saat ini klien tidak merokok dan minum-minuman keras dan
obat-obat terlarang.
3. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan umum
Berat badan klien sebelum sakit 50 kg, saat ini 50 kg, tinggi badan 150 cm, tekanan
34
2) Sistem penglihatan
Posisi mata klien simetris kiri dan kanan, kelopak mata tidak ada edema, pergerakan
bola mata tidak ada gangguan, konjugtiva anemis, pupil isokor, tidak ada radang,
3) Sistem pendengaran
Daun telinga klien simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi, tidak bengkak, tidak ada
cairan yang keluar dari telinga, klien tidak marasa penuh ditelinga, fungsi
pendengaran baik, klien dapat mendengarkan suara perawat dengan jelas, tidak
4) Sistem wicara
Klien dapat berbicara dengan jelas, koheren dan baik, tidak ada aphasia, aphonia
ataupun dysartria
5) Sistem pernafasan
Jalan nafas bersih tidak ada sumbatan, klien sesak apabila saat terlentang, klien tidak
pernafasan spontan, batuk (-) sputum (-) palpasi dada tidak nyeri, tekan suara nafas
vaskuler wheezing (-) dan ronchi (-) Kedalaman dalam, tidak nyeri saat bernafas ,
35
6) Sistem hematologi
Klien tidak pusing, klien lemah, tingkat kesadaran composmentis, GCS : E:4, M:5,
8) Sistem pencernaan
Gigi klien tidak caries, tidak mengguakan gigi palsu, lidah tidak kotor, saliva normal,
mukosa bibir tidak kering, klien tidak muntah, klien mengeluh nyeri abdomen sebelah
kanan dengan skala nyeri 6, waktu tidak tentu, bising usus 15 x / menit, klien
mengalami diare bab 5-6 x / hari, hepar teraba, perut kembung (asites ) lingkar perut
9) Sistem endokrin
Tidak pembesaran kelenjar getah bening, tidak berbau nafas keton, klien terjadi
poliuri dan polidipsi, tidak terdapat luka gangren pada tubuh klien.
Intake 1600 ml , output 1450 ml. tidak ada perubahan pola berkemih, bak warna
warna kuning jernih, tidak ada distensi kandung kemih, tidak ada keluhan sakit
pinggang.
36
11) Sistem integumen
Turgor kulit baik, temperatur kulit dingin, warna kulit pucat, keadaan kulit baik, tidak
ada kelainan, keadaan rambut bersih dan rontok. Ikimosis tidak ada, petikie tidak ada
,angioma tidak ada, spider nevi tidak ada, pruritus tidak ada
Klien tidak mengalami kesulitan dalam bergerak, lutut terasa nyeri bila bangun tidur
bila langsung tidur, duduk 5 menit langsung berdiri tidak sakit, tidak ada fraktur,
tidak ada kelainan bentuk tulang, keadaan tonus otot baik, kekuaatan otot
5555 5555
5555 5555
Data tambahan
Klien paham tentang penyakitnya, klien mengerti makanan apa saja yang bisa
dimakan dan yang tidak boleh dimakan. Klien mengetahui dari dokter dan perawat
alkohol.
4. Data penunjang
Darah rutin
Hasil Normal
37
- Hematokrit 34 % 37-47 %
Kimia
- SGPT 48 u / l < 40 u / l
- SGOT 92 u / l < 35 u / l
- PH 7.388 7.37-7.45
38
Urien lengkap
- Protein - / Negatif
- Glukosa - / Negatif
- Billirubin - / Negatif
- Eritrosit 1-1-1
- Leukosit 3-2-3
- Torak - /Negatif
- Kristal - / Negatif
- Ephitel + / positif
5. Penatalaksanaan
- lactulax 1 x ci
- inpepsa sirup 3 x ci
- Methicol 3 x 1 tab
- Curcuma 3 x 1 tab
- Letonal 2 x 100 mg
- Ranitidin 2 x 150 mg
- propanodol 2x 10 mg
- Furosemide 2 x 40 mg
- KSR 3 x 1 tab
- Octalbin 20 % 100 ml
39
USG abdomen, Pemeriksaan tanggal 05 juli 2007
- Cholelithiasis
6. Resume
Klien bernama Ny. S.R, berusia 60 tahun datang ke RSPAD melalui gawat darurat
RSPAD Gatot soebroto. Klien diantar oleh keluarga klien dengan naik mobil, klien
datang dengan keluhan berak darah dan muntah darah kurang lebih 500 ml.Perut terasa
sakit, sesak nafas, ulu hati sakit, lalu klien dirawat di perawatan umum lantai V. Masalah
yang timbul di perawatan umum klien masih sesak, nyeri abdomen. Pada tanggal 5 Juli
2007 dilakukan tindakan pemeriksaan USG abdomen dengan kesan :Cirrhosis hepatis,
Dari beberapa data tersebut diatas ditemukan beberapa masalah antara lain perubahan
nutrisi, kelebihan cairan, risiko tinggi kerusakan integritas kulit, risiko tinggi tak
efektifnya pola pernafasan, risiko tinggi terhadap cedera, risiko tinggi terhadap perubahan
proses pikir, gangguan harga diri / citra tubuh, Intoleransi aktivitas dan kurang
pengetahuan..
Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan di Gadar dan Lantai V Perawatan Umum
RR 24 x/ menit, melakukan GC dengan hasil tampak cairan warna merah dan stosel
40
warna hitam, diberikan injeksi ulsikur 1 amp dan injeksi primperan 1 amp, kemudian
dilakukan GC kembali dengan air putih (Agua )500 cc, air jernih stosel warna hitam
sedikit, memberikan O2 2liter/menit ,infus Nacl 20 tts / menit dan EKG, mengajarkan
Masalah keperawatan yang masih ada yaitu gangguan rasa nyaman nyeri abdomen
ketidak efektifan, dan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan risiko tinggi
terhadap perdarahan
7. Data Fokus
Data Subyektif
Klien mengatakan :
Data Obyektif
3) kulit klien tampak pucat dan kering, 4) perut klien kembung (asites), 5) kulit klien
41
teraba dingin, 6) hepar teraba, 7) bising usus 15 x/ menit, 8) BB sebelum sakit 50 kg,saat
ini 50 kg,TB 150 cm, 9) intake 1600 ml, out put 1450 ml, 10) klien makan habis ¾ porsi ,
11) lingkar perut 85 cm, 12) TTV, TD : 100 / 50 mmHg, 13) N : 75 x / menit, 14) Rr 28
5555 5555
SGPT 28 u / l, SGOT, 45 u / l,albumin : 2.4 g / dl, billirubin total 2.3 mg / dl, billirubin
direct 1.2 mg / dl.natium 147 mEg / l,kalium 32 mEg / l klorida 111 mEg / l,NB : 11.3 g /
Intake output
8. Analisa data
SGPT : 48 u / l,SGOT 92 u /
42
l,billirubin total 6,7 mg /
dl,billirubin2,7 mg / dl,TTV : TD :
tampak asites
octalbin 20 % 100 ml
43
DO : Konjungtiva anemis, klien terhadap
dan kholelisitiasis
B Diagnosa keperawatan
44
1. Nyeri abdomen berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot
abdomen.
3. Gangguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
1. Nyeri abdomen berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spame otot
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri di
Kriteria hasil : 1)Klein mengatakan perutnya tidak kembung, 2)skala nyeri berkurang
( 0-3), 3) billirubin direct ( < 0,3 ), dan indirec (< 1.1 mg ), 4) SGPT dalam batas
Perencanaan :
45
5. Ukur lingkar perut setiap 24 jam sekali
Pelaksanaan
08.30 WIB, menganjurkan klien mempertahankan kepala tempat tidur tinggi dan posisi
miring,pukul 11. 00 WIB mengkaji perut klien, perut klien tampak kembung lingkar
perut 85 cm, pukul 21.00 WIB mengukur TTV, TD : 110/50 mmHg, pukul 22.15 WIB
Pukul 06.00 WIB Mengukur lingkar perut 85 cm, pukul 20.00 mengkontrol klien hasil
klien tidur dengan nyenyak. pukul 05.00 WIB mengukur lingkar perut hasil 85 cm.
Pukul 08.00 WIB mengukur TTV hasil TD : 130/70 mmHg, N : 70x / menit,S : 37 0c, Rr :
27 x / menit, pukul 10.00 WIB menganjurkan klien mempertahankan kepala tempat tidur
tinggi dan posisi miring ka / ki, pukul 15.00 WIB mengkaji perut klien, perut klien
tampak kembung , pukul 21.30 menganjurkan klien miring ka / ki apabila nyeri timbul,
klien mengerti dan mau melaksanakannya, pukul 05.00 WIB mengukur lingkar perut, 84
cm, pukul 07.00 WIB mengobsevasi klien, kesadaran composmentis, keadaan umum
370c,Rr : 27 x / menit.
46
Evaluasi
lingkar perut 84 cm. billirubin inderect 2,3 mg / dl, billirubin direct 1,3 mg / dl,
abdomen (asites).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pola
nafas efektif .
Kriteria hasil : 1) : Klien mengatakan masih sesak apabila terlentang, 2) TTV dalam
Perencanaan :
3. Berikan O2,
Pelaksanaan :
47
Pukul 08.00 WIB mengukur TTV, TD : 100/50 mmHg, N : 75 x/ menit, S : 36 0 c.pukul
10.00 WIB menganjurkan klien untuk semi fowler apabila terasa sesak.pukul 14.30 WIB
Pukul 06.00 WIB mengukur TTV hasil TD : 100/60 mmHg, N : 60 x/ menit,S : 360 c, RR
: 27 x /menit, pukul 10.00 melakukan pengkajian auskultasi pernafasan klien, klien tidak
nyeri saat bernafas. Pukul 14.00 WIB mengukur TTV klien khususnya Rr, 27 x /
27 x / menit, pukul 11.30 WIB mengobservasi jalan nafas klien, tidak ada sumbatan jalan
nafas, pukul 21.00 WIB menganjurkan klien untuk istirahat, klien istiraha dengan tenang.
Evaluasi
48
3. Ganguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nutrisi
ade kuat.
Kriteria hasil : 1) Klien mengatakan kurang nafsu makan, 2). Makan habis 1 porsi, 3)
g / dl,Globulin 2.5-3,5 g / dl ).
Perencanaan :
6. Berikan obat sesuai indikasi Curcuma 3x1 tablet, dan Meticol 3x1 tablet, KSR 3x500
Pelaksanaan
Pukul 12.00 WIB menyajikan diit makan siang dan obat (Curcuma 1x1 tablet, dan
Meticol 1x1 tablet, KSR 1x500 mg) per oral, klien makan habis ¾ porsi dan obat
diminum tidak ada alergi, pukul 16.00 WIB mengganti infus albumin dengan octalbin 20
% 100 cc, infus menetes dengan lancar 12 tts / menit, pukul 17.00 WIB menyajikan diit
49
makan malam dan obat (Curcuma 1x1 tablet, dan Meticol 1x1 tablet, KSR 1x500 mg) per
oral, klien makan habis ¾ porsi obat diminum tidak ada alergi, pukul 06.00WIB
menimbang berat badan, hasil 50 kg,pukul 06.10 WIB menyajikan diit makan pagi dan
obat per oral (Curcuma 1x1 tablet, dan Meticol 1x1 tablet, KSR 1x500 mg) hasil klien
Pukul 07.00 WIB meng up infus, infus di up tanpa ada perdarahan, pukul 11.45
memberikan obat pukul 12.00 WIB menyajikan diit makan siang dan obat (Curcuma 1x1
tablet, dan Meticol 1x1 tablet, KSR 1x500 mg) diberikan, klien habis ¾ porsi dan obat
diminum tidak ada alergi, pukul 18.00 , KSR 1x500 mg) di berikan, klien makan habis ¾
porsi dan obat diminum tidak ada alergi, pukul 20.00 WIB menganjurkan klien makan
sedikit tapi sering, klien mengerti dan mau melakukannya, pukul 05.00 menimbang berat
Pukul 12.00 WIB menyajikan diit makan siang dan obat (Curcuma 1x1 tablet, dan
Meticol 1x1 tablet, KSR 1x500 mg) diberikan, klien makan habis ¾ porsi dan obat
diminum tidak alergi, pukul 16.00 WIB memberikan infus albumin, infus menetes
dengan lancar 12 ts / menit , pukul 17.00 WIB menyajikan diit makan malam dan obat
(Curcuma 1x1 tablet, dan Meticol 1x1 tablet, KSR 1x500 mg) diberikan, klien makan
habis ¾ porsi dan obat diminum tidak ada alergi, pukul 05.00 WIB menimbang berat
Evaluasi
50
Tanggal 12 Juli 2007
O : BB sebelum sakit 50 kg saat ini 49 kg, makan habis ¾ porsi, Albumin : 2.4 g / dl,
Kriteria hasil : Klien tidak pucat, konjungtiva ananemis, Hb dalam batas normal, (13-18
g / dl ) Ht dalam batas normal ( 40-52 % )TTV dalam batas normal TD : 120/80, N : 80-
Perencanaan :
6. Berikan obat Letonal 2x100 mg dan Propanolol 2x10 mg atau tiap 12 jam sesuai
progam
Pelaksanaan
51
Tanggal 09 juli 2007
c.pukul 10.15 WIB mengukur CKM intake dan out putRL :400cc + octaldon 20 % 100 cc
hasil 500 cc,urine 100cc,feses 150 cc, balance 250. pukul 13.00 WIB menganjurkan
kepada klien untuk tirah baring hasil klien tampak melaksanakannya pukul 17.00 WIB
Mengambil darah lengkap hasil darah terambil sebanyak 1 cc, Pukul 10.30 WIB
mengukur CKM,intake ma/mi : RL 400 cc, 0ctaldon 20 % 100 cc,hasil 500 cc, urine 100
cc, feses 100 cc, 14.00 WIB mengukur TTV hasil 130/70 mmHg, N : 70 x /menit,S :37 c,
RR 27 x / menit. pukul
Pukul 10.30 mengukur CKM ,ma / mi : 300 cc ,octaldon 20 % 100cc, urine 100 cc, feses
100 cc , , pukul 14.0 WIB mengukur TTV hasil TD 120 / 60 mmHg, S : 360 c, N : 80 x /
menit, RR : 27 x / menit,
Evaluasi
52
O : Klien tampak pucat, konjungtiva anemis Hb 9.3 g / dl, Ht 28 %, eritrosit 3
menit, RR : 27 x / menit.
Kriteria hasil : 1). Kulit klien tidak pucat. 2) kulit klien teraba hangat. 3) Bak 6-7 x/hari.
4) intake dan output klien balance. 5)Na dan K serta Cl dalam batas normal. 6) TTV klien
dalam batas normal (TD= 110/70 – 120/80 mmHg, Suhu = 36-37 0C). 7) Lingkar perut
klien dalam batas normal atau kembali seperti semula sebelum sakit.
Perencanaan : 1) Ukur masukan dan haluaran urine klien. 2) Ukur TTV klien. 3) Ukur
lingkar perut klien. 4) Anjurkan klien untuk tirah baring. 5) Pantau kadar Na, K dan Cl.
Pelaksanaan
c.pukul 10.15 WIB mengukur CKM intake dan out putRL :400cc + octaldon 20 % 100 cc
hasil 500 cc,urine 100cc,feses 150 cc, balance 250. Pukul 12.00 menganjurkan klien
untuk minum sedikit tapi sering, hasil klien mengerti dan mau melakukannya. Pukul
53
13.00 WIB menganjurkan kepada klien untuk tirah baring hasil klien tampak
melaksanakannya
Pukul 09.45 mengambil darah lengkap hasil darah terambil sebanyak 1 cc, Pukul 10.30
WIB mengukur CKM, intake ma/mi : RL 400 cc, 0ctaldon 20 % 100 cc,hasil 500 cc,
urine 100 cc, feses 100 cc. Pukul 12.00 menganjurkan klien untuk minum sedikit tapi
sering, hasil klien mengerti dan mau melakukannya. 14.00 WIB mengukur TTV hasil
Pukul 08.00 WIB Mengukur TTV hasil TD : 130/ 70 mmHg,N : 70 x / menit, S :37 0 c,
RR :27 x / menit. Pukul 10.30 mengukur CKM ,ma / mi : 300 cc ,octaldon 20 % 100cc,
urine 100 cc, feses 100 cc . Pukul 12.00 menganjurkan klien untuk minum sedikit tapi
sering, hasil klien mengerti dan mau melakukannya. Pukul 14.0 WIB mengukur TTV
Evaluasi
O : Kulit klien masih pucat. 2) kulit klien teraba dingin. 3) Bak 3-4 x/hari. 4)
Balance +200 cc, 5) Balance +200 cc : 6) TTV klien (TD= 110/70 – 120/80
mmHg, Suhu = 36-37 0C). 7) hasil laboratorium natium 147 mEg / l, kalium 32
54
P :Tindakan keperawatan dilanjutkan sesuai dengan rencana keperawatan no;
BAB IV
PEMBAHASAN
55
Pada bab ini penulis akan membahas ketidak sesuaian pada saat penulis melakukan
asuhan keperawatan secara teori dan kasus, serta menganalisa faktor-faktor penghambat
evaluasi.
A. Pengkajian
Pada pengkajian penulis menemukan kesenjangan teori dan kasus yaitu di teori riwayat
gagal ginjal kronis, perikarditis, penyakit jantung sistemis, reumatik. Data-data tersebut
tidak ditemukan pada kasus karena awalnya klien mempunyai riwayat hepatitis dan tidak
ada riwayat penyakit lain. Lalu pada teori terdapat perubahan mental atau kepribadian,
sedangkan pada kasus tidak ditemukan karena klien dapat menjawab setiap pertanyaan
dan koheren serta menurut keluarganya klien menerima keadaan penyakitnya. Pada
sistem neurosensori pada teori terdapat bingung akibat adanya penurunan kadar amonia
serum, sedangkan pada kasus tidak ditemukan karena saat penulis melakukan pengkajian
kesadaran klien masih composmentis dan pembicaraan klien koheren. Pada sistem
keamanan diteori terdapat demam karena adanya proses infeksi di hati, data tersebut tidak
ada dikasus karena suhu klien masih dalam batas normal 36 c dan nilai leukosit 5100 / ul.
tahun 2005 dengan diagnosa sirosis hepatis. Klien dan kelurga klien sudah mendapatkan
informasi dari dokter dan perawat ruangan selama dirawat di rumah sakit.
56
Pada pemeriksaan diagnostik yang ada pada teori namun belum dilakukan pada kasus
urobilinogene urine dan urobilinogen fekal, esofagoskopi, dikarenakan pada kasus sudah
dilakukan pemeriksaan billirubin serum, SGPT, SGOT, albumin serum, globulin, DL,
elektrolit, kalsium yang sudah dapat menunjang untuk diangkatnya diagnosa medis
Sirrosis Hepatis.
pendukung yang ditemukan oleh penulis adalah adanya kerja sama klien, keluarga klien
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang terdapat pada teori ada 8 (delapan) diagnosa keperawatan,
sedangkan pada diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus ada 5 (lima) diagnosa
keperawatan.
Diagnosa yang terdapat pada teori tetapi tidak ditemukan pada kasus yaitu :
fisiologis sekunder terhadap peningkatan kadar amonia serum, diagnosa ini tidak di
2. Gangguan harga diri / citra tubuh berhubungan dengan perubahan peran fungsi,
57
3. Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar ) tentang kondisi, prognosis dan
menunjang.
Diagnosa yang terdapat pada kasus tetapi tidak ditemukan pada teori yaitu :
Nyeri abdomen berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder
akibat gangguan viseral hepatik. Karena pada saat dilakukan pengkajian klien mengeluh
dirumuskan berdasarkan data yang ada sebagai respon klien terhadap penyakitnya.
C. Perencanaan
Menurut teori prioritas masalah yaitu perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,
sedangkan pada kasus prioritas masalah yaitu nyeri abdomen dikarenakan yang dirasakan
klien saat itu yang harus di tangani karena sangat mengganggu klien.
Pada penetapan tujuan dalam perencanaan ditemukan adanya kesenjangan antara teori
dan kasus. Pada teori tidak ada batasan waktu yang ditentukan dalam pencapaian tujuan,
58
sedangkan pada kasus penulis menetapkan batasan waktu sebagai patokan dalam
pengukuran tujuan yaitu untuk mencapai tujuan terhadap masalah klien ditetapkan selama
tiga hari. Penetapan kriteria hasil disesuaikan dengan teori dan kondisi klien dalam
Dalam rencana tindakan disusun secara sistematis dan operasional agar rencana yang
dibuat dapat ditindaklanjuti oleh perawat di ruangan. Dalam perencanaan, penulis tidak
mengalami hambatan karena setiap rencana disusun sesuai dengan kondisi klien dan
mengacu pada banyaknya buku sumber yang mendukung serta mendapat dukungan dan
D. Pelaksanaan
Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien sudah disesuaikan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun, tetapi rencana yang telah disusun tidak dapat dilakukan
sendiri oleh penulis karena penulis hanya bekerja selama satu shift (8 jam) sehingga
klien ,hal ini dikarenakan kondisi klien selama 3x 24 jam tidak mengalami terlalu
sesak.
59
Faktor penghambat yang ditemukan penulis selama di ruangan adalah pendokumentasian
di ruangan, perawat ruangan tidak mencantumkan nomor diagnosa yang akan diatasi dan
klien dan keluarga kooperatif / ikut terlibat dalam pelaksanaan tindakan serta
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dimana pada tahap ini penulis
melakukan evaluasi secara formatif dan sumatif. Dalam membuat evaluasi ini sudah
berdasarkan pada tujuan dan hasil yang telah disusun pada perencanan.
Pada kasus terdapat 5 ( lima ) diagnosa yang seluruh diagnosa tersebut hanya satu
diagnosa yang sudah teratasi yaitu Resiko kekurangan volume cairan kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak ade kuat, sedangkan diagnosa yang
1. Nyeri abdomen berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot
sekunder akibat gangguan viseral hepatik, tujuan dan kriteria hasil yang ditetapkan ada 5,
yang belum tercapai semuanya. Hal ini ditandai dengan perut klien masih kembung,
hepar masih teraba, SGPT 28 u / l, SGOT 45 u / l, lingkar perut 84 cm. billirubin inderect
60
2. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan pengumpulan cairan intra
abdomen. tujuan dan kriteria hasil yang ditetapkan ada 2, yang belum tercapai semuanya.
Hal ini ditandai dengan Klien mengatakan masih sesak apabila terlentang, RR 27 x
intake yang tidak adekuat. tujuan dan kriteria hasil yang ditetapkan ada 2, yang belum
tercapai semuanya. Hal ini ditandai dengan nafsu makan klien masih kurang, BB sebelum
sakit 50 kg saat ini 49 kg, makan habis ¾ porsi, Albumin : 2.4 g / dl, terpasang infus
dan kriteria hasil yang ditetapkan ada 4, yang belum tercapai semuanya. Hal ini ditandai
dengan klien mengatakan masih lemas, klien tampak pucat, konjungtiva anemis Hb 9.3
5. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan asites. tujuan dan kriteria hasil yang
ditetapkan ada 7, yang belum tercapai semuanya. Hal ini ditandai dengan Balance +200
cc, turgor kulit elastis, BB saat ini 50 kg ( sebelum sakit 50 kg ), TB 150 cm, lingkar
perut 84,perut klien tampak membesar dan kembung, hasil laboratorium natium 147 mEg
Hal ini disebabkan karena klien membutuhkan perawatan yang berkelanjutan untuk
61
BAB V
PENUTUP
62
A. Kesimpulan
1. Pada pengkajian, data yang ditemukan sesuai dengan kondisi klien Hal ini
memberikan pengalaman bagi penulis bahwa data pengkajian dapat berbeda dari teori
tergantung dari kondisi klien. Dalam memperoleh data tidak ditemukan adanya hambatan
2. Pada diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus disesuaikan dengan data
pada teori terdapat 8 diagnosa keperawatan dimana Diagnosa keperawatan yang diangkat
pada kasus tetapi tidak terdapat pada teori yaitu nyeri abdomen berhubungan dengan
sirosis hepatis.
dan semua tindakan yang dilakukan didokumentasikan pada catatan keperawatan. Tetapi
tidak semua rencana yang telah disusun dapat dilakukan sendiri oleh penulis sehingga
dalam pelaksanaan tindakan serta pendokumentasian yang kurang lengkap seperti tidak
B. Saran
63
Setelah penulis menguraikan dan menyimpulkan, maka selanjutnya penulis akan
yang ditemukan.
64