LP & SP Gangguan Citra Tubuh

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

Visi

Pada Tahun 2028 Menghasilkan Perawat yang Unggul dalam Penerapan Keterampilan
Keperawatan Lansia Berbasis IPTEK Keperawatan

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN


GANGGUAN CITRA TUBUH
TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN JIWA

Disusun oleh :
Dede Adelia
P3.73.20.1.19.087
2 Reguler C

Dosen Pembimbing :
Pembimbing : Endang Banon, S.Pd. MKep, NsSp.Kep.J.

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN JURUSAN


KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
2020
LAPORAN PENDAHLUAN (LP)

GANGGUAN CITRA TUBUH

A. Kasus (masalah utama)


Gangguan citra tubuh

B. Proses Terjadi Masalah


1. Pengertian
Citra tubuh (body image) meliputi perilaku yang berkaitan dengan tubuh, termasuk
penampilan, struktur, atau fungsi fisik. Rasa terhadap citra tubuh termasuk semua yang
berkaitan dengan seksualitas, feminitas dan maskulinitas, berpenampilan muda, kesehatan
dan kekuatan.

Gambaran diri atau citra tubuh merupakan komponen konsep diri yangpaling utama dari
komponen konsep diri lainnya, cita tubuh adalah persepsi individuterhadap dirinya seara
sadar ataupun tidak sadar terhadap penilaian dirinyameliputi: persepsi atau perasaan tentang
ukuran, fungsi, penampilan dan potensitubuh. Gambaran diri atau citra tubuh bersifat dinamis
karena merupakanperubahan yang terjadi secara konstan sebagai persepsi baru dan
pengalamandalam kehidupan (Stuart&Laraia, 2005)

Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang penampilan, struktur, dan fungsi
fisik individu. (SDKI, D.0083)

2. Etiologi
a. Faktor predisposisi
Faktor-faktor yang mempengaruhi gambaran diri, adalah munculnya stressor yang
dapat mengganggu integrasi gambaran diri. Stressor dapat berupa:
1) Operasi: Masektomi, amputasi, luka operasi yang semuanya mengubah gambaran
diri. Demikian pula tindakan seperti operasi plastic atau protesa.
2) Kegagalan fungsi tubuh: hemiplegi, buta, tuli, dapat menyebabkan depersonalisasi,
yaitu tidak mengakui atau asing terhadap bagian tubuh.
3) Waham yang berkaitan dengan fungsi tubuh. Sering terjadi pada pasien gangguan
jiwa. Pasien mempersiapkan penampilan dan pergerakan tubuh sangat berbeda
dengan kenyataan.
4) Tergantung pada mesin. Pasien intensivecare yang memandang immobilisasi
sebgai tantangan, akibat sukar mendapatkan informasi umpan balik. Penggunaan
alat-alat intensivecare dianggap sebagai gangguan.
b. Faktor presipitasi
1) Transisis peran sehat-sakit. Pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit.
Stressor pada tubuh dapat menyebabkan gangguan gambaran diri dan berakibat
perubahan konsep diri. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen
konsep diri. Transisi ini dicetus oleh:
 Kehilangan bagian tubuh
 Perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi tubuh
 Perubahan fisik berhubungan dengan tumbuh kembang normal
 Prosedur medis dan keperawatan

3. Tanda dan gejala


Menurut Dalami tahun 2009, tanda dan gejala gangguan citra tubuh antara lain:
a. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah.
b. Tidak menerima perubahan yang telah terjadi/ akan terjadi
c. Menolak penjelasan perubahan tubuh
d. Persepsi negative pada tubuh
e. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang
f. Mengungkapkan keputusasaan
g. Mengungkapkan ketakutan

4. Klasifikasi citra tubuh


Stressor pada tiap perubahan, yaitu :
a. Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit
b. Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif, seperti operasi, suntikan, daerah
pemasangan infuse.
c. Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk tubuh disrtai dengan pemasanagn
alat di dalam tubuh.
d. Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah system tubuh.
e. Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan.
f. Makna dan obyek yang sering kontak : penampilan dan dandan berubah, pemasangan
alat pada tubuh klien ( infus, fraksi, respitor, suntik, pemeriksaan tanda vital, dll)

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi citra tubuh (body image)


Antara lain: usia, jenis kelamin, media massa, hubungan interpersonal, dan kepribadian seseorang.
a. Usia
Usian mempengaruhi citra tubuh-ketidakpuasan tubuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
wanita usia 17 sampai 25 tahun memiliki katidakpuasan terhadap citra tubuh lebih tinggi
dibandingkan wanita usia 40 tahun sampai 60 tahun (Sivert & Sinanovic, 2008).
b. Jenis kelamin
Jenis kelamin adalah faktor paling penting dalam perkembangan citra tubuh seseorang
(Chase, 2001). Wanita dewasa memandang citra tubuh lebih negatif jika dibandingkan lak-
laki dewasa karena mereka cenderung memelihara dan merawat penampilan (Hubley &
Quinlan, 2003). Franzoi dan Koehler (dalam Cash & Pruzinsky, 2002: 87) menemukan bahwa
wanita memiliki citra tubuh negatif daripada pria.
c. Media Massa
Tiggemann (dalam Cash & Pruzinsky, 2002: 91-92) menyatakan bahwa media yang muncul
dimana-mana memberikan gambaran ideal mengenai fitur perempuan yang dapat
mempengaruhi gambaran tubuh seseorang
d. Hubungan internasional
e. Kepribadian seseorang

6. Rentan Respon

(Skema: rentang Respon Konsep Diri, Stuart and Sundeen,1998)

Keterangan:

a. Aktualisasi diri: pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman
nyata yang sukses dan diterima.

b. Konsep diri: apabila individu mempunyai pegalaman yang positif dalam beraktualisasi diri.
c. Harga diri rendah: transisi antara respon konsep diri adaptif dengan konsep diri maladaptif

d. Kerancuan identitas: merupakan suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai


identifikasi masa kanak-kanak ke dalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis.

e. Depersonalisasi: suatu perasaan tak realistis dan keasingan dari diri sendiri.

7. Mekanisme koping
1. Pertahanan jangka pendek
a. Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis, seperti kerja
keras, nonton, dan lain-lain.
b. Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara, seperti ikut
kegiatan sosial, politik, agama, dan lain-lain.
c. Aktivitas yang sementara dapat menguatkan perasaan diri, seperti kompetisi
pencapaian akademik.
d. Aktivitas yang mewakili upaya jarak pendek untuk membuat masalah identitas
menjadi kurang berarti dalam kehidupan, seperti penyalahgunaan obat.
2. Pertahanan jangka panjang
a. Penutupan identitas
Adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang penting bagi individu
tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, dan potensi diri individu.
b. Identitas negative
Asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai-nilai harapan
masyarakat.
c. Mekanisme pertahanan ego
1) Fantasi
Kemampuan menggunakan tanggapan-tanggapan yang sudah ada (dimiliki)
untuk menciptakan tanggapan baru
2) Disosiasi
Respons yang tidak sesuai dengan stimulus
3) Isolasi
Menghindarkan diri dari interaksi dengan lingkungan luar
4) Proyeksi
Kelemahan dan kekurangan pada diri sendiri di lontarkan pada orang lain.
5) Displacement
Mengeluarkan perasaan-perasaan yang tertekan pada orang lain yang
kurang mengancam dan kurang menimbulkan reaksi emosi
6) Marah/amuk pada diri sendiri

C. Pohon Masalah

Isolasi Sosial : menarik diri


Effek

Harga Diri Rendah Effek

Core Problem
Gangguan Citra Tubuh

Perubahan Fisik Causa

D. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji


Tanda Mayor
Data Subjektif :
 Mengungkapkan kecatatan/kehilangan bagian tubuh

Data Objektif :

 Kehilangan bagian tubuh


 Fungsi/ struktur tubuh berubah/hilang

Tanda Minor

Data Subjektif :
 Tidak mau mengungkapkan kecatatan/ kehilangan bagian tubuh
 Mengungkapkan perasaan negatife tentang perubahan tubuh
 Mengungkapkan kekhawatiran pada penolakan/reaksi orang lain
 Mengungkapkan perubahan gaya hidup

Data Subjektif :

 Menyembunyikan/menunjukan bagian tubuh secara berlebihan


 Menghindari melihat/menyentuh bagian tubuh
 Focus berlebihan pada perubahan tubuh
 Respon nonverbal pada perubahandan presepsi tubuh
 Focus pada penampilan dan kekuatan masa lalu
 Hubungan sosial berubah

E. Diagnosa Keperawatan
Gangguan citra tubuh

F. Rencana Tindakan keperawatan


Tujuan tindakan keperawatan untuk pasien gangguan konsep diri : harga diri rendah kronik yaitu :
1. Pasien dapat mengidentifikasi citra tubuhnya
2. Pasien dapat mengidentifikasi potensi (aspek positif) dirinya
3. Pasien dapat mengetahui cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh
4. Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa terganggu

Tindakan keperawatan untuk pasien dengan gangguan citra tubuh:


1. Membina hubungan saling percaya
a. Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien.
b. Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang
perawat sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan yang disukai pasien.
c. Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini.
d. Buat kontrak asuhan apa yang perawat akan lakukan bersama pasien, berapa
lama akan dikerjakan, dan tempat pelaksanaan asuhan keperawatan.
e. Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk
kepentingan terapi.
f. Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien.
g. Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan

2. Meningkatkan citra tubuh


a. Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya : dulu dan saat ini, perasaan
tentang citra tubuhnya dan harapan terhadap citra tubuhnya saat ini
b. Diskusikan potensi bagian tubuh yang lain
c. Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu

3. Melakukan aktivitas yang mengarah pada pembentukan tubuh yang ideal


a. Motivasi pasien untuk melakukan aktivitas yang mengarah pada pembentukan
tubuh yang ideal
b. Lakukan interaksi secara bertahap dengan cara :
1) Susun jadwal kegiatan sehari-hari
2) Dorong melakukan aktivitas sehari-hari dan terlibat dalam aktivitas keluarga
serta sosial
3) Dorong untuk mengunjungi teman atau orang lain yang berarti/mempunyai
peran penting baginya
4) Beri pujian terhadap keberhasilan pasien dalam melakukan interaksi
DAFTAR PUSTAKA

Etiologi Gangguan Citra Tubuh. (n.d.). From Digilib: http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-


gdl-ekobudisan-5188-3-bab2.pdf

Klasifikasi Gangguan Citra Tubuh. (n.d.). From Perpustakaan Poltekkes: http://perpustakaan.poltekkes-


malang.ac.id/assets/file/kti/1401100057/7._BAB_2_.pdf

Rentan Respon. (n.d.). From Digilib.unimus: http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/124/jtptunimus-gdl-


trihendriy-6199-2-babii.pdf

Sulistyo, Y. (2013, Mei 21). STUDI DESKRIPTIF CITRA TUBUH (BODY IMAGE). From Lib.unnes:
http://lib.unnes.ac.id/18507/1/1550408046.pdf

Wahyu, A. (n.d.). CITRA TUBUH. From Academia: https://www.academia.edu/30510836/CITRA_TUBUH


STRATEGI PELAKSANAAN (SP)

TINDAKAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN

CITRA TUBUH

KASUS

Ny. Y umur 24 tahun dirawat di RSJ. 2 minggu sebelumnya ia ditinggalkan


suaminya menikah lagi, lalu meninggalkan 1 anak berumur 1 tahun. 1 bulan
sebelumnya Ny. Y di PHK karena pandemi Covid-19 banyak perusahaan harus
mengurangi tenaga kerja. Ketika Ny Y sedang memasak untuk anaknya, Ny. Y
tersiram minyak panas di bagian tangan kanan yang mengakibatkan adanya luka
bakar yang cukup luas. Ny. Y merasa malu tidak ingin melihat bagian tubuh nya
yang mengalami luka bakar, pasien mengatakan khawatir tidak mendapatkan
pekerjaan karena luka bakarnya, merasa dirinya tidak berguna, dan tidak mampu
melakukan apapun. Saat pengkajian pasien tampak menghindari dan
menyembunyikan tangan kanan yang terdapat luka bakar secara berlebihan
menggunakan selimut. Tanda tanda vital, N:80X/menit, S:36° C, TD:120/80mmHg,
RR:23X/menit.

SP 1 : Bina hubungan Saling percaya dan identifikasi masalah

Pertemuan ke 1 Hari, tanggal : Senin, 9 November 2020

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data Subjektif :
1) Pasien mengatakan malu dan tidak menerima keadaan tangan kanannya setelah
terdapat luka bakar yang cukup luas
2) Pasien mengatakan takut jika ia tidak mendapat pekerjaan lagi akibat luka bakar
yang ada di tangan kanannya
3) Pasien mengatakan dirinya tidak berguna dan tidak mampu melakukan kegiatan
apapun.
b. Data Objektif:
1) Pasien Menarik diri
2) Pasien tidak mau berbicara dengan orang lain karena malu dengan kondisinya saat
ini

2. Diagnosis Keperawatan
Gangguan citra tubuh

3. Tujuan Tindakan Keperawatan


a. Tujuan Umum :
Kepercayaan diri klien kembali normal
b. Tujuan Khusus :
1) Klien dapat mengidentifikasi citra tubuhnya
2) Klien dapat mengidentifikasi potensi (aspek positif) dirinya
3) Klien dapat mengetahui cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh
4) Klien dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa terganggu

4. Tindakan Keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien merasa aman
dan nyaman saat berinteraksi.
b. Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya : dulu dan saat ini, perasaan tentang
citra tubuhnya dan harapan terhadap citra tubuhnya saat ini
c. Diskusikan potensi bagian tubuh yang lain
d. Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu
e. Ajarkan pasien meningkatkan citra tubuh dengan cara :
1) Gunakan protese, wig, kosmetik atau yang lainnya sesegera mungkin, gunakan
pakaian yang baru
2) Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara bertahap
3) Bantu pasien menyentuh bagian tersebut
B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a) Salam Terapeutik
“ Assalamualaikum, selamat pagi Ibu! Perkenalkan nama saya Dede Adelia. Biasa di
panggil suster adel,  Saya adalah mahasiswa Keperawatan dari Poltekkes Jakarta
III. Hari ini saya dinas dari jam 07.00 pagi – 14.00 siang. Saya yang akan merawat
ibu di RS ini Nama Ibu siapa, Ibu senangnya dipanggil apa?”

b) Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Apakah semalam tidurnya nyenyak?” Bagaimana
pengembangan ibu?

c) Kontrak
 Topik
Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang perasaan terhadap bagian tubuh ibu
yang mengalami gangguan dan latihan cara meningkatkan citra tubuh?”
 Waktu
“Berapa lama Ibu punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya?
Bagaimana kalau 20 menit? ”
 Tempat
“Di mana ibu mau berbincang-bincang dengan saya? Bagaimana jika di
ruangan ini saja kita berbincang-bincang”
 Tujuan
“bu tujuan kita hari ini yaitu agar ibu dapat mengetahui cara meningkatkan
citra tubuh ibu”

2. Fase Kerja
“Bagaimana perasaa ibu terhadap tangan kanan ibu yang mengalami luka?” “baik bagus Ibu.
“Apa harapan ibu terhadap tubuh ibu? Bagus sekali harapannya ibu. Mulai sekarang ibu dapat
mencoba melihat tangan kanan ibu dan nanti secara bertahap mulai menyentuh tangan kanan
ibu yang sakit. “Tidak apa-apa Ibu secara perlahan saja menyentuhnya, Ibu tidak perlu
takut kan ada suster disini” “Bagus sekali Ibu sudah melihat dan menyentuh bagian tubuh
Ibu yang mengalami perubahan. Ibu memang hebat” “baik, sekarang bagaimana kalo kita
membicarakan fungsi bagian tubuh lainnya?” “kita mulai dari mata ya Ibu, wah mata Ibu
masih awas ya, bagus sekali” “ bagaimana kalau hidung Ibu, coba bu ini bau apa? Wah
penciuman Ibu masih tajam bagus Ibu.” “bagaimana kalau kedua tangan Ibu, coba
dikepalkan, wah kedua tangan Ibu masih kuat, bagus Ibu” “ternyata anggota tubuh Ibu
masih sangat berfungsi dengan baik yang mana hal itu perlu di syukuri ya Ibu.”

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
1) Subjektif
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berbincang-bincang tentang perubahan
tubuh Ibu dan latihan meningkatkan citra tubuh?”
2) Objektif
“Coba Ibu Sebutkan beberapa bagian tubuh yang masih berfungsi . “Bagus sekali, Ibu
sudah menjelaskan dengan benar”

b. Rencana tindakan lanjut

“Dalam satu hari berapa kali Ibu akan melatih cara meningkatkan citra tubuh? Jam
berapa Ibu akan melakukan latihan tersebut?”
“Mari, kita masukkan dalam jadwal harian Ibu. Jadi, lakukan latihan ini sesuai
jadwal ya bu.”

c. Kontrak yang akan datang


 Topik
“Waktu berbincang kita sudah 20 menit Ibu, bagaimana kalau kita atur jadwal
untuk pertemuan berikutnya?” ”Kita akan berbincang mengenai kegiatan untuk
menggunakan anggota tubuh yang masih berfungsi dengan baik.”
 Waktu
“Bagaimana kalau kita latihan cara yang kedua pada jam yang sama seperti
hari ini. Kita lakukan kira-kira 15 menit saja”
 Tempat
“Di mana Ibu akan latihan dengan saya besok? Ya sudah, bagaimana kalau
besok kita melakukannya disini saja”” Baiklah Ibu, saya akan melanjutkan
pekerjaan saya, Ibu dapat beristirahat kembali. Terima kasih ibu”
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)

TINDAKAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN

CITRA TUBUH

Sp 2 : Melatih pasien melakukan kegiatan lain agar meningkatkan citra tubuh

Pertemuan ke 2 Hari, tanggal : Selasa, 10 November


2020

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data Subjektif :
1) Pasien sudah menerima keadaan tangan kanannya yang terdapat luka bakar
2) Pasien mengatakan bersyukur masih banyak anggota tubuh yang masih
berfungsi dengan baik.
c. Data Objektif:
1) Pasien sudah mulai membuka diri
2) Pasien sudah mau berbicara dan berinteraksi dengan perawat
2. Diagnosis Keperawatan
Gangguan citra tubuh
3. Tujuan Tindakan Keperawatan
a. Tujuan Umum :
Klien mampu melakukan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah
dibuat
b. Tujuan Khusus :
1) Klien mampu meningkakan fungsi tangan kanan yang terdapat luka bakar
2) Klien dapat mengidentifikasi potensi (aspek positif) dirinya
3) Klien dapat mengetahui cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh
4) Klien dapat berinteraksi secara bertahap

4. Tindakan
Keperawatan
a. Motivasi pasien untuk melakukan aktivitas yang mengarah pada
pembentukan tubuh yang ideal
b. Lakukan interaksi secara bertahap dengan cara :
1. Susun jadwal kegiatan sehari-hari
2. Dorong melakukan aktivitas sehari-hari dan terlibat dalam aktivitas
keluarga serta social
3. Dorong untuk mengunjungi teman atau orang lain yang
berarti/mempunyai peran penting baginya
4. Beri pujian terhadap keberhasilan pasien dalam melakukan interaksi

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

1. Fase Orientasi :

a) Salam Terapeutik
“ Assalamualaikum, selamat pagi Ibu! “Apakah ibu masih mengingat saya”.
“Saya perawat yang kemarin berbincang dengan Ibu.”  (senyum)

b) Evaluasi/validasi

“Bagaimana ibu perasaannya saat ini?” Apakah ibu sudah mencoba kegiatan
sesuai jadwal? Bagaimana perasaan mbak setelah mencoba?

c) Kontrak
 Topik
”Oke Ibu, sesuai kesepakatan kita kemarin kita akan berbincang mengenai
kegiatan untuk menggunakan anggota tubuh yang masih berfungsi dengan baik.”
“Apa Ibu bersedia?”
 Waktu
“Sesuai dengan kesepakatan kita yang kemarin yaa bu, waktunya 15 menit.”
 Tempat
“Kemarin kita sudah sepakat untuk melakukannya diruangan ini lagi ya
bu.”

 Tujuan
Agar ibu dapat melakukan aktivitas sehari-hari.

2. Fase Kerja :
“Bagaiamana perasaan Ibu sekarang, apakah sudah membaik?” “ Kira-kira Apa
itu bu?” “Seperti itu ya bu.” “ Baiklah ibu, ada beberapa cara yang dapat
dilakukan, untuk mengurangi rasa malu karena dilihat oleh orang lain, ibu dapat
menutupi bagian tubuh yang berubah, misalnya pakai baju lengan panjang, Ibu juga
tidak perlu malu karena seluruh tubuh Ibu masih berfungsi sangat baik” “Iya Ibu
seperti itu.” “Selain itu, ibu dapat bersosialisasi dengan keluarga dan teman-teman
lain melalui berbagai aktivitas, mengunjungi teman atau saudara yang dekat yaa
bu.” “bagus sekali ibu” “Ibu juga dapat melatih tangan ibu agar otot-otot tangan
kanan ibu dapat difungsikan kembali, ibu juga dapat terus melatih tangan kiri ibu
agar bisa lebih aktif melakukan kegiatan sesuatu, misalnya menulis, menyapu dan
lain-lain. Nah cara mana yang mau ibu coba?. Wahh bagus sekali, ibu sangat
bersemangat untuk mencobanya,

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
 Subjektif
“Bagaimana perasaanya Ibu setelah mengobrol hari ini dan mencoba untuk
melakukan aktivitas ringan?”. “baik bagus sekali ibu”
 Objektif
“Coba Ibu jelaskan kembali aktifitas ringan yang sudah kita lakukan.”
“Bagus sekali, Ibu sudah menjelaskan dengan benar”. “Selanjutkan apakah
ibu ingat kegiatan yang di lakukan selama di RS”

b. Rencana tindak lanjut

Ibu nanti kegiatan yang sudah kita lakukan di rumah sakit bisa dilakukan
dirumah yaa seperti menulis, menyapu dan selalu mengingat bagian tubuh ibu
yang masih berfungsi dengan baik. Ini jadwal kegiatan hariannya, ibu bisa
bawa pulang. “Mungkin sampai sini pertemuan kita hari ini hari ini,
terimakasih untuk waktunya” “Jangan lupa tetap berlatih ya bu, semangat
terus, “ Kalau begitu saya pamit Bu. Assalamualaikum.”

Anda mungkin juga menyukai