Penetapan Kadar Air Tanah Dan Bulk Density

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

PENETAPAN KADAR AIR TANAH DAN BULK DENSITY

Oleh : Gita Josefhine Sitohang

Lahan gambut mempunyai kemampuan menyerap dan menyimpan air jauh lebih
tinggi dibanding tanah mineral. Komposisi bahan organik yang dominan menyebabkan
gambut mampu menyerap air dalam jumlah yang relatif tinggi. Elon et al. (2011)
menyatakan air yang terkandung dalam tanah gambut bisa mencapai 300-3.000% bobot
keringnya, jauh lebih tinggi dibanding dengan tanah mineral yang kemampuan menyerap
airnya hanya berkisar 20-35% bobot keringnya. Kualitas air gambut dipengaruhi oleh bahan
penyusun gambut, ketebalan, tingkat dekomposisi dan tata air serta lingkungan gambut
tersebut. Air tanah adalah semua air yang terdapat di bawah permukaan tanah dan berada di
dalam ruang antar butir atau rekahan-rekahan serta celah-celah batuan pada zona jenuh air.
Terdapatnya air tanah di bawah permukaan tanah dapat dibagi dalam daerah jenuh dan
daerah tidak jenuh. Kadar air merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi sifat
fisik tanah gambut. Tanah gambut mempunyai kapasitas mengikat atau memegang air yang
relatif sangat tinggi atas dasar berat kering. Penetapan kadar air, sampel tanah ditimbang
masing-masing sebanyak 10g dan diletakkan pada wadah. Berat tanah beserta wadah
ditimbang (berat basah), dioven pada suhu 105 oC selama 24 jam, dan ditimbang kembali
(berat kering). Kadar air dihitung dengan rumus (Larkin dalam Hastuti dan Ginting, 2007).

Berat kering sampel tanah tanpa kandungan kadar air dengan rumus:
Berat kering tanah uji (g) = berat basah x (1- kadar air)
PENETAPAN KADAR AIR TANAH DENGAN METODE GRAVIMETRIK
Kadar air tanah dinyatakan sebagai perbandingan antara massa/berat air yang ada
dalam contoh sebelum pengeringan dan massa/berat contoh setelah dikeringkan sampai
mencapai massa/berat yang tetap pada 105oC. Metode gravimetrik adalah metode yang
paling sederhana secara konseptual dalam menentukan kadar air tanah. Pada prinsipnya
mencakup pengukuran kehilangan air dengan menimbang contoh tanah sebelum dan
sesudah dikeringkan pada suhu 105 – 110 oC dalam oven. Hasilnya dinyatakan dalam
presentase air dalam tanah, yang dapat diekspresikan dalam presentase terhadap berat
kering, berat basah atau terhadap volume. Masing-masing dari presentase berat ini dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
1. % H2O berat kering = (berat H2O/ berat tanah kering oven) x 100%
2. % H2O berat basah = (berat H2O/ berat basah tanah) x 100%
1. % H2O volume = % H2O berat kering x BD (bulk density)

1. Penetapan Kadar Air Di Laboratorium Menggunakan Oven


Prosedur kerja
1. Menimbang berat cawan ditimbang.
2. Kemudian memasukkan sampel tanah gambut ± 20 g ke dalam cawan yang bersih dan
kering dan mencatat berat cawan + tanah basah beserta kode pada sampel tanah.
3. Mengeringkan sampel tanah tersebut dalam oven dengan suhu 105oC selama 24 jam.
4. Mengeluarkan sampel tanah tersebut dari oven dan kemudian menimbang cawan +
tanah kering oven.
5. Menghitung kadar airnya atas dasar berat tanah kering oven 105oC.
Perhitungan
Berat cawan = 3,5 g
Berat tanah basah = 24,5 g
Berat tanah kering = 8,886 g – 3,5 g = 5,386 g
Berat bobot yang hilang = berat tanah basah – berat tanah kering

= 24,5 g – 5,386 g
= 19,114 g
2. Penetapan Kadar Air Menggunakan Brabender
Prosedur kerja
a. Menyiapkan Brabender, yaitu alat untuk penetapan kandungan air tanah secara
cepat. Dengan alat ini hanya diperlukan waktu 1 - 2 jam untuk 10 contoh tanah,
karena dilengkapi dengan pengatur udara panas, yang mengalir di atas contoh tanah.
Alat ini dilengkapi dengan skala yang menunjukkan angka persen kandungan air
atas dasar berat basah contoh tanah tersebut.
b. Menimbang contoh tanah tepat 10 g, sebelum dimasukkan ke dalam alat tersebut.
c. Setelah 1 - 2 jam, baca angka persen pada skala yang ada pada alat tersebut.
d. Untuk merubah persen kandungan air dari dasar berat basah ke dasar berat kering
contoh, perhitungannya adalah sebagai berikut:
Berat contoh tanah = 10 g
Kandungan air (pembacaan “Brabender”) = x %

Berat air = x 10g = 0,1xg

Berat kering tanah = (10 – 0,1x)g


Jadi kandungan air atas dasar berat kering:
Gambar Alat Untuk Penetapan Kadar Air (Brabender)

3. Penetapan Kadar Air Tanah Di Lapangan


Prosedur kerja
Di lapangan, kadar air tanah dapat ditetapkan dengan cara membakar tanah
menggunakan metil atau etil alkohol sampai beratnya tetap dengan prosedur sebagai
berikut:
a. Mengambil 100-200 g contoh tanah terganggu (disturb sample) dari lapisan tanah
yang dikehendaki, dan tempatkan segera dalam kantung plastik untuk menghindari
penguapan.
b. Menimbang + 10 g tanah sebanyak 5 - 10 ulangan, dan tempatkan segera dalam
cawan tanah yang sudah diketahui beratnya.
c. Menyiram masing-masing sampel tanah tersebut dengan metil atau etil alkohol 70%
secukupnya (sekitar 10 – 20 cm3).
d. Bakar masing-masing sampel tanah tersebut sampai beratnya tetap selama + 10
menit
e. Biarkan tanah sampai dingin, kemudian contoh tanah berikut cawan ditimbang
kembali.
f. Kandungan air tanah dihitung dengan cara sebagai berikut:
Kandungan air tanah (% volume) = kadar air (% berat) x BD
Berat basah = (berat tanah + berat cawan) sebelum dioven – berat cawan Berat
kering = (berat tanah + berat cawan) sesudah dioven – berat cawan

4. Penetapan Kadar Air Tanah Dengan Time Domain Reflectometry (Tdr)


Penggunaan TDR untuk menentukan kadar air tanah diperkenalkan oleh Chudobiak
pada tahun 1975, dan seterusnya diterapkan oleh Topp et al. (1980); Topp dan Davis (1981);
Topp et al. (1984). Time domain reflectonutry (TDR) dapat menentukan kadar air tanah
secara cepat dan akurat pada berbagai kedalaman, termasuk kedalaman 0-15 cm. Kadar air
tanah pada kedalaman ini tidak dapat ditentukan dengan neutron attenuation karena terjadi
kehilangan slow neutron ke atmosfer. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa TDR masih
akurat untuk pengukuran kadar air tanah pada kedalaman 0 - 150 cm. TDR juga dapat
diaplikasikan, baik di laboratorium maupun di lapangan.

Gambar TDR dengan signal pada layar


Prosedur kerja
Penggunaan TDR bervariasi menurut tipe (model) TDR yang digunakan,
lokasi pengukuran, di lapangan atau di laboratorium, pada permukaan tanah atau
pada kedalaman tanah tertentu, pada poin (titik) tertentu atau berhubungan dengan
referensi, dan lain sebagainya. Namun demikian, prosedur dasarnya adalah sebagai
berikut:
1. Menancapkan probe (batang elektrode; waveguide) atau batang transmisi ke dalam
tanah. Penancapan dapat dilakukan secara vertikal dari permukaan tanah atau secara
horizontal dari suatu profil tanah. Cara penancapan tergantung kepada tujuan
pengukuran. Penancapan secara horizontal dilakukan apabila ingin diketahui secara
teliti kadar air pada suatu lapisan tanah. Penting untuk diperhatikan, bahwa harus
terjadi kontak langsung antara tanah dan elektrode. Batang elektrode harus dipasang
secara paralel. Pemasangan yang kurang baik (tidak paralel) dapat menyebabkan
terbentuknya celah udara (air gap) sepanjang batang elektrode. Usahakan untuk
meminimalkan terjadinya gangguan terhadap tanah.

Permuk
aan
tanah

Gambar Diagram berbagai alternatif pemasangan elektrode (waveguide) yang


dipasang secara (a) vertikal, (b) horizontal, dan (c) elektrode vertikal bersegmen
(dengan menggunakan jembatan dioda atau diode shorting) yang memungkinkan
pengukuran untuk berbagai segmen kedalaman dan pengukuran dari permukaan
sampai kedalaman 50 cm.
2. Menghubungkan elektrode (batang transmisi) dengan instrumen pada TDR dengan
menggunakan kabel koaksial. Panjang terbaik dari kabel penghubung tersebut
(untuk mendapatkan penerimaan signal/noise ratio) dibatasi sampai 25 m. Beberapa
model TDR telah mempunyai multiplexer, suatu tambahan alat untuk
menanggulangi hilangnya signal yang diakibatkan oleh penggunaan kabel
penghubung yang terlalu panjang. Multiplexers dapat menguatkan signal.
3. Analisis bentuk gelombang untuk menentukan waktu perjalanan signal. Data ini
akan digunakan untuk menentukan relative permittivity, Ks. Untuk penentuan kadar
air, ada dua waktu perjalanan signal TDR (dalam tanah dan sekitar elektrode) yang
diukur, yaitu waktu kedatangan signal yang dipantulkan dari permukaan elektrode
ke permukaan tanah (t1 pada Gambar 4), dan waktu kedatangan dari signal yang
dipantulkan dari ujung probe (t2). Perbedaan waktu (t2-t1) merupakan lamanya
(waktu) perjalanan signal (two-way travel time) sepanjang batang transmisi (probe).
4. Waktu perjalanan ini dikonversi ke relative permittivity dengan menggunakan
persamaan (3), sehingga didapatkan Ks.
Koefisien refleksi

Waktu perjalanan gelombang dua


arah
Gambar Skema penentuan t1 dan t2
5. Konversi relative permittivity, Ks, ke kandungan air (θ) dengan menggunakan
persamaan kalibrasi terpilih. Selain persamaan (9) (Topp et al., 1980), Topp dan
Reynolds (1998); Ferre dan Topp (2000) memberikan hubungan regresi linier antara
Ks dan θ:
PENETAPAN KADAR AIR TANAH DENGAN NEUTRON PROBE

Gambar Neutron Probe dengan Kabel Akses


Penetapan kadar air tanah dengan neutron probe adalah salah satu cara pengukuran
kadar air tanah tidak langsung. Volume tanah yang diukur kadar airnya sangat tergantung
kepada kadar air tanah itu sendiri. Apabila tanah berada dalam keadaan jenuh air, awan
neutron akan beredar pada bulatan dengan jari-jari sekitar 15 cm, sedangkan apabila tanah
sangat kering, neutron menyebar pada bulatan dengan jari-jari 70 cm. Secara umum, jari-
jari bulatan penyebaran 95% dari neutron adalah:
R = 100 cm/(1,4 + 10 m)
dimana m adalah kadar air dalam satuan g cm-3. Oleh karena besarnya perbedaan ruang
penyebaran neutron, maka pengukuran kadar air tanah untuk kedalaman <15 cm tidak
akurat disebabkan hilangnya sebagian neutron ke udara, sehingga tidak dapat dideteksi.
Prosedur kerja
1. Membuat lubang dalam tanah untuk pemasangan tabung akses dengan
menggunakan bor tanah. Pasang tabung akses. Sekitar 10 cm dari panjang tabung
akses harus muncul di atas permukaan tanah.
2. Jika hendak melakukan pengukuran, letakkan neutron probe di atas tabung akses.
Tentukan lama waktu pengukuran, biasanya 30 atau 60 detik untuk setiap titik
pengamatan. Lakukan satu atau dua kali pengukuran standar, Io, sewaktu sumber
neutron belum diturunkan dari unit neutron probe. Pengukuran Io sebaiknya
dilakukan pada awal dan akhir dari serangkaian pengukuran. Hitung nilai rata-rata
dari Io. Pengukuran Io berguna untuk mengoreksi jika ada perubahan elektronis di
dalam pengukuran, karena hal ini dapat membaurkan pengukuran.
3. Melakukan pengukuran, I, pada kedalaman yang diinginkan. Kedalaman terdangkal
hendaklah > 0,15 m, sedangkan jarak suatu kedalaman dengan kedalaman
berikutnya hendaklah < 0,15 m. Hal ini disebabkan karena neutron beredar pada
bundaran dengan jari-jari 0,15 m pada tanah basah, dan jari-jari 0,7 m pada tanah
kering.
4. Menghitung rasio I/Io, dan gunakan persamaan (2) untuk menghitung kadar air
tanah.

PENETAPAN KADAR AIR OPTIMUM UNTUK PENGOLAHAN TANAH


Kadar air tanah merupakan salah satu parameter penting dalam sistem pengolahan
tanah. Apabila pengolahan tanah dilakukan pada kadar air tanah rendah, maka hasilnya
dapat merusak struktur tanah, selain biaya dan enerji yang digunakan tinggi. Sedangkan
apabila tanah diolah dalam keadaan kadar air tinggi, hasil pengolahan tanah dapat berupa
bongkah-bongkahan tanah yang besar. Untuk itu, diperlukan kisaran kadar air tanah yang
tepat atau kadar air optimum untuk pengolahan tanah.Menurut Dexter dan Bird (2001),
penetapan kadar air optimum untuk pengolahan tanah ditentukan menggunakan kurva
retensi air. Parameter-parameter yang digunakan adalah seperti pada persamaan van
Genuchten, terdiri atas dua cara. Cara pertama adalah menggunakan fungsi
pedo-transfer, dengan parameter-parameter yang mempengaruhi fungsi tersebut, yaitu
kadar liat, bahan organik, dan bobot isi. Bobot isi merupakan faktor yang berpengaruh
langsung terhadap pendugaan kadar air dalam pengolahan tanah, dan kadar liat dan bahan
organik, secara tidak langsung mempengaruhi perubahan bobot isi. Cara kedua adalah
dengan menggunakan kisaran kadar air tertinggi dalam keadaan tanah basah dan kadar air
terendah dalam keadaan tanah kering, dengan asumsi bahwa θLTL < θ < θUTL. θLTL adalah
batas bawah kadar air tanah dalam keadaan kering, dan θUTL adalah batas atas kadar air
tanah dalam keadaan basah, sedangkan θ adalah kadar air tanah.
Berdasarkan persaman van Genuchten (1980), metode Dexter dan Bird (2001) dapat
diringkas sebagai berikut:
θ = (θSAT – θRES) [1 + (αh)n]-m + θRES
dimana: θSAT – θRES masing-masing adalah kejenuhan air tanah dan sisa kadar air tanah, α
adalah faktor skala untuk air potensial, m dan n adalah parameter yang menentukan bentuk
kurva. Kadar air tanah ditetapkan secara gravimetrik.
Seperti telah dikemukan oleh Dexter dan Bird (2001), bahwa batas pengolahan
tanah terendah dalam keadaan kering dicirikan oleh kadar air dengan tingkat kekerasan
tanah dua kali kadar air optimum untuk pengolahan tanah, maka kadar air untuk
pengolahan tanah dapat diprediksi melalui persamaan:
OPT =  OPThOPT
Dan LTL =  LTLhLTL = 2OPT
dimana, χ adalah derajat kejenuhan = θ/θSAT, k adalah koefisien yang nilainya konstan,
tergantung dari tipe kekerasan tanah. Sedangkan hLTL merupakan nilai hubungan kadar air
pada batas pengolahan tanah terendah (θLTL).
Penetapan kadar air optimum untuk pengolahan tanah membahas dua cara, yaitu (1)
metode prediksi batas pengolahan tanah terendah dalam keadaan kering menggunakan data
sifat-sifat tanah (kadar liat, bahan organik, dan bobot isi tanah) dari Dexter dan Bird (2001)
dan (2) metode 1.000 ketokan (1,000 knocks method) dari de Boodt dan Vandevelde
(1970).
Metode prediksi batas pengolahan tanah terendah
a. Penetapan tekstur tanah menggunakan metode standar (pengayakan dan
sedimentasi).
b. Mengambil + 20 kg tanah kering udara, kemudian diayak untuk memperoleh ukuran
bongkahan tanah > 50 mm.
c. Penetapan berat isi tanah menggunakan contoh tanah utuh, menggunakan metode
standar.
d. Pengukuran distribusi besaran partikel dengan metode pengayakan.
e. Penetapan kadar bahan organik tanah dengan metode oksidasi basah
f. Buat korelasi antara bahan organik tanah dan kadar liat.
Metode 1.000 ketokan (1,000 knocks method, de Boodt dan Vandevelde)
1. Mengambil dan timbang 100 g contoh tanah kering udara, tempatkan pada cawan
gelas
2. Menambahkan 2 ml air menggunakan buret, aduk-aduk tanah sampai homogen
3. Selanjutnya tempatkan pada kotak plastik, dan masukkan ke dalam inkubator
dengan suhu konstan dan kelembapan udara relatif tinggi (sekitar 100%) selama 24
jam
4. Memindahkan tanah basah tersebut (butir 3) ke dalam silinder atau gelas ukur pada
perangkat alat 1.000 ketokan (Gambar 2)
5. Mencatat volume tanah setelah 100, 200, 300, 400 1.000 ketokan. Bila
volume tanah belum tetap, teruskan sampai 1.500 ketokan
6. Mengambil contoh tanah di bagian atas, tengah, dan bawah silinder atau gelas ukur,
untuk ditetapkan kadar airnya, dan selanjutnya tetapkan nilai rata-ratanya
7. Prosedur yang sama diulang pada kandungan air tanah yang berbeda, mulai dari
tanah kering udara sampai kandungan air pada 200 cm hisapan air (pF 2,3).
8. Membuat kurva hubungan antara volume tanah dan jumlah ketokan
9. Membuat kurva hubungan antara berat isi tanah (g cm -3) dan kandungan air tanah
(% berat).
Gambar 1.000 knocks apparatus
Perhitungan
Misal volume tanah setelah 1.000 atau 1.500 ketokan atau berapapun ketokan
sampai volume tanah tetap, adalah 90 ml, dan kandungan air tanah rata-rata 10%
(berdasarkan berat kering mutlak), maka volume tanah pada kadar air tanah 10% = 90ml
-10 ml = 80 ml.
BULK DENSITY
Bulk Density merupakan berat suatu massa tanah per satuan volume tertentu. Bulk
density menunjukkan perbandingan  dengan volume antara berat tanah kering dengan
volume tanah termasuk pori-pori tanah. Contoh tanah yang digunakan untuk menentukan
bobot isi harus diambil dengan hati – hati dari dalam tanah dan tidak boleh merusak
struktur aslinya. Satuannya adalah g/cm3. BD tanah gambut yang sangat rendah yaitu 0,2
g/cm3 karena adanya pengaruh bahan mineral, namun masih jauh dibanding BD tanah
mineral yang berkisar 0,7-1,4 g/cm3. Bulk density merupakan petunjuk kepadatan tanah.
Makin padat suatu tanah maka makin tinggi nilai dari bulk density, yang berarti makin sulit
meneruskan air atau ditembus akar tanaman. Biasanya bobot isi tanah dihitung
menggunakan metode Gravimetric ditentukan berdasarkan persamaan :

Dimana :
BD = Bulk density
Btko = Berat tanah kering oven
Brg = Berat ring
Vtotal = Volume total (V).
Prosedur Kerja
1. Mengambil sampel tanah utuh dari pengamatan profil yang diambil dengan ring
sampel, dimasukkan ke dalam oven 2 hari sebelum penelitian.
2. Setelah diovenkan, memasukkan sampel tanah ke dalam desikator untuk
didinginkan kemudian ditimbang tanah beserta ring sampelnya.
3. Selanjutnya mengeluarkan tanahnya kemudian timbang ring sampelnya.
4. Menghitung Bulk Density dengan menggunakan metode Gravimetric atau dapat
juga menggunakan persamaan :

Keterangan :
Volume tanah = p r2 t
T  = tinggi ring sampel (cm)
r   = jari-jari (cm)
p  = 3,14
Perhitungan
Volume tanah = Volume tabung ring = 182,80
Berat tanah kering oven = 5,386 g

= 0,029 g/cm3

Anda mungkin juga menyukai