Kelompok 6 Manajemen Keuangan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH MANAJEMEN KEUANGAN

“MANAJEMEN LABA”

DOSEN PEMBIMBING :

Muhamad Ganda Saputra, M.Kes

NAMA ANGGOTA KELOMPOK 6 :

1. Nikita Akbarul Husna (1902070003)


2. Rahayu Ainun Khofifah (1902070006)
3. Rina Anggun Widyastuti (1902070029)
4. Riqqot Wasiilah Ishmat (1902070016)
5. Risma Putri (1902070007)

PRODI S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulilah kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang maha esa, karena
telah melimpahkan rahmat-nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman- teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya yang lebih baik lagi.

Lamongan, 03 juli 2021

Kelompok 06
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR..............................................................................................................
....................................................................................................................................................
ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................
....................................................................................................................................................
iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................
1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................


..................................................................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................
..................................................................................................................................
1
1.3 Tujuan.......................................................................................................................
..................................................................................................................................
1

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................
2

2.1 Pengertian Manajemen Laba....................................................................................


2
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba..............................................
3
2.3 Pendekatan dalam Manajemen Laba........................................................................
5

BAB III PENUTUP...................................................................................................................


9

3.1 Kesimpulan
..................................................................................................................................
9
3.2 Saran
..................................................................................................................................
9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................
....................................................................................................................................................
10
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang sangat penting
bagi pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Tujuan umum laporan keuangan
menurut PSAK no.1 (revisi tahun 2009) paragraph 7 adalah memberikan informasi
mengenai posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi
sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan ekonomi
serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang
dipercayakan kepada mereka. Hal tersebut memunculkan informasi yang memungkinkan
sebuah manajemen untuk melakukan akuntansi dengan menggunakan orientasi laba.
Manajemen laba merupakan tindakan campur tangan pihak manajemen dalam proses
pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri (Rice
2016). Manajemen laba merupakan fenomena yang dihindari dalam proses penyusunan
laporan keuangan karena pada hal ini seseorang cenderung akan melakukan manipulasi
data keuangan perusahaan untuk kepentingan pribadi hal tersebut akan berdampak pada
penilaian kinerja perusahaan serta hasilnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian manajemen laba?
2. Factor apa saja yang mempengaruhi manajemen laba?
3. Pendekatan apa yang dilakukan dalam manajemen laba?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari manajemen laba.
2. Mengetahui factor yang mempengaruhi manajemen laba.
3. Mengetahui pendekatan dalam manajemen laba.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen Laba

Manajemen laba merupakan aktivitas manajerial untuk mempengaruhi dan


mengintervensi laporan keuangan (Sulistyanto, 2014;51). Salah satu permasalahan
yang dialami oleh manajer ialah bagaimana menentukan seberapa banyak usaha yang
dilakukan untuk menjalankan perusahaan sebagai perwakilan dari pemegang saham.
Orientasi pencapaian laba menimbulkan kemungkinan-kemungkinan bahwa manajer
akan melalaikan kewajibannya. Laba bersih mencerminkan kinerja manajer, dan
mengukur seberapa besar usaha yang telah dilakukan manajer dalam menjalankan
perusahaan (Scott, 2011:26). Hal tersebut membuat manajemen berusaha untuk
melakukan manajemen laba agar kinerja perusahaan tampak baik oleh pihak
eksternal. Praktik manajemen laba masih dipenuhi oleh berbagai kontroversi apa lagi
ini juga dikaitkan dengan perilaku etis dalam bisnis. Jauhnya sentuhan etika atas
bisnis disebabkan oleh terlalu terfokusnya perhatian, tanggung jawab dan kewajiban
para pelaku bisnis dan manajer untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya,
salah satunya dengan manajemen laba. Penggunaan manajemen laba yang terlalu jauh
dapat mengurangi kebermanfaatan laporan keuangan bagi investor. Hal ini dapat
terjadi jika terdapat informasi yang tidak diungkapkan secara utuh untuk menutupi
motif oportunistik manajer (Scott, 2011:423). Manajemen laba juga dapat menjadi
sebuah strategi manajer untuk memperlancar kompensasi mereka. Beberapa pola
manajemen laba adalah income minimization, income maximization, income
smoothing dan taking bath (Scott, 2011: 425). Adapun motivasi yang mendorong
manajer untuk melakukan manajemen laba dijelaskan dengan tiga hipotesis utama
dalam teori akuntansi positif (Positive Accounting Theory), yaitu bonus plan
hypothesis, debt covenant hypothesis dan political cost hypothesis.

Manajemen laba menarik untuk diteliti karena dapat memberikan gambaran tentang
perilaku para manajer dalam menyusun dan melaporkan laporan keuangan.
Manajemen laba dilakukan oleh manajer dalam proses pelaporan keuangan karena
mengharapkan keuntungan dari tindakan yang dilakukan (Wiyadi et al., 2015).
Manajemen laba adalah suatu tindakan manajer yang dilakukan melalui pilihan
kebijakan akuntansi untuk memperoleh kebijakan tertentu (Scott, 2009). Menurut
Sulistyanto (2008:48), sebagian pihak menilai manajemen laba merupakan perbuatan
curang yang melanggar prinsip akuntansi. Manajemen laba akan membuat laba tidak
sesuai dengan realitas ekonomi yang ada, sehingga kualitas laba yang dilaporkan
menjadi rendah. Laba yang disajikan mungkin tidak mencerminkan realitas ekonomi,
tetapi lebih karena keinginan manajemen untuk memperlihatkan sedemikian rupa
sehingga kinerjanya dapat terlihat baik (Alvahid, 2015).

2
2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Laba

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi manajemen laba antara lain:

1. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Manajemen Laba


Dalam hubungannya dengan kinerja, laporan keuangan sering dijadikan dasar
untuk penilaian kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan diukur berdasarkan berbagai
macam rasio seperti solvabilitas, profitabilitas, likuiditas dan aktivitas. Studi Zamri et
al. (2013) menemukan leverage atau tingkat utang memiliki hubungan yang negatif
terhadap manajemen laba, yang menunjukkan bahwa leverage adalah salah satu
pengendali dan sistem monitoring yang dapat membatasi manajemen laba. Studi
Kontorizos (2015) menemukan leverage memiliki hubungan yang positif terhadap
manajemen laba, yang mendukung teori akuntansi positif yang menunjukkan makin
dekat suatu perusahaan terhadap pelanggaran pada akuntansi yang didasarkan pada
kesepakatan utang, maka kecenderungannya adalah semakin besar kemungkinan
manajer perusahaan memilih prosedur akuntansi dengan perubahan laba yang
dilaporkan dari periode masa depan ke periode masa kini. Fanani (2014) dan
Perwitasari (2014) menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap
manajemen laba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen melakukan
tindakan manajemen laba agar kinerja perusahaan terlihat lebih baik sesuai dengan
ekspektasi manajemen. Sejalan dengan studi sebelumnya, Halabi dan Abbadi (2014)
menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap manajemen laba yang terjadi
di Bursa Efek Amman, yang mengindikasikan banyak item-item akuntansi yang
terdistorsi oleh akuntan untuk mengeksploitasi fleksibilitas International Financial
Reporting Standards (IFRS). Kinerja perusahaan sebagai tolok ukur bagi para investor
untuk melihat perkembangan perusahaan membuat manajer akan melakukan berbagai
cara untuk menampilkan kinerja terbaiknya.
2. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Manajemen Laba
Setiap perusahaan pasti memiliki motivasi untuk meningkatkan kepercayaaan
publik terhadap pencapaian usaha perusahaan. Penilaian terhadap setiap perusahaan
akan berbeda tergantung pada kondisi dan karakteristik perusahaan tersebut. Banyak
unsur yang menjadi sorotan bagi publik dalam melakukan penilaian atas perusahaan.
Karakteristik perusahaan sebagai tolok ukur untuk melihat perkembangan perusahaan,
membuat manajer akan melakukan berbagai cara untuk menampilkan kinerja
terbaiknya guna mendapat kepercayaan publik.
3. Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Manajemen Laba
Manajemen laba muncul sebagai dampak persoalan keagenan dimana terjadi
ketidakselarasan kepentingan antar pemilik dan manajemen. Hubungan antara
principal dan agent dapat mengarah pada kondisi ketidak seimbangan informasi
karena posisi yang memiliki informasi yang lebih banyak tentang perusahaan
dibandingkan principal. Informasi yang disampaikan terkadang tidak sesuai dengan
kondisi perusahaan yang sebenarnya (Beneish, 2001). Salah satu mekanisme yang
digunakan untuk mencoba menurunkan konflik yang disebabkan oleh pemisahan
3
kepemilikan dan kontrol diantara kedua belah pihak adalah dengan menawarkan
manajer untuk berpartisipasi dalam program opsi saham yang dikenal sebagai
kompensasi berbasis saham (stock-based compensation). Pemberian kompensasi ini
untuk manajer akan mengakibatkan peningkatan kepemilikan manajerial
(Prempanichnukul dan Krittaya, 2012).
Berdasarkan uraian di atas maka dapat diargumentasikan bahwa manajemen laba
terjadi karena adanya agentcy conflicts, yang muncul karena terjadinya pemisahan
antara kepemilikan dengan pengelolaan perusahaan. Agentcy conflicts ini dapat
dikontrol dengan adanya struktur kepemilikan yang menggambarkan komposisi
kepemilikan saham dari suatu perusahaan.
4. Pengaruh Manajemen Laba terhadap Relevansi Nilai Informasi Akuntansi
Manajer perusahaan memberikan sinyal kabar baik maupun sinyal kabar buruk
kepada pihak luar perusahaan. Jika kinerja perusahaan buruk, manajer melakukan
manajemen laba untuk memberikan sinyal kabar buruk dengan tujuan memberikan
informasi kepada pasar bahwa manajer mempunyai integritas, bertindak jujur, dan
mempunyai keyakinan dapat mengatasi masalah yang dihadapi. Selain untuk
menunjukkan kualitas manajerial, dengan memberikan sinyal buruk sebagaimana
adanya, manajer berharap memperoleh apresiasi pasar untuk menahan penurunan
harga saham perusahaan (Widyaningdyah dan Listiyana, 2009). Komponen penting
dalam laporan keuangan yang seringkali dijadikan sebagai alat untuk
menginformasikan kinerja perusahaan adalah laba dan nilai buku. Masalah akan
terjadi ketika relevansi laba dan nilai buku sebagai alat pengukur kinerja perusahaan
dihadapkan dengan praktek manipulasi (earnings management) yang dilakukan
manajer (Kusuma, 2006). Scott (2006:137) mengatakan bahwa konsep relevansi nilai
informasi akuntansi menjelaskan tentang bagaimana reaksi investor saat pengumuman
informasi akuntansi yang terdapat pada laporan keuangan. Reaksi dari investor akan
membuktikan bahwa kandungan informasi akuntansi merupakan isu yang sangat
penting dalam proses pertimbangan pengambilan keputusan investasi.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat diargumentasikan bahwa relevansi laba suatu
perusahaan yang terindikasi melakukan earnings management seharusnya akan lebih
rendah dari perusahaan yang tidak melakukan earnings management.
5. Pengaruh Good Corporate Governance dalam memoderasi Hubungan Manajemen
Laba terhadap Relevansi Nilai Informasi Akuntansi
Good Corporate Governance (GCG) jika dikaitkan dengan praktik
manajemen laba seharusnya dapat mengontrol praktik manajemen laba yang bersifat
realistis sehingga menciptakan nilai tambah bagi perusahaan atau menahan praktik
manajemen laba yang bersifat oportunis. Menurut Wini dan Astika (2014) nilai
tambah yang diterima oleh perusahaan seperti; mudah untuk meningkatkan modal,
biaya modal yang lebih rendah peningkatan kinerja bisnis dan kinerja ekonomi yang
membaik serta memberikan dampak yang baik untuk harga saham. Penelitian Shan
(2014) mendukung teori tersebut dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa
dampak negatif dari relevansi nilai untuk perusahaan yang bergerak di manajemen
laba lebih besar dari perusahaan tanpa keterlibatan manajemen laba, dan perusahaan

4
dengan praktik tata kelola perusahaan yang baik lebih mungkin untuk mengontrol
manajemen laba yang bersifat realistis dan membatasi manajemen laba yang bersifat
oportunis.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat diargumentasikan bahwa perusahaan
dengan tata kelola perusahaan yang baik diharapkan memiliki keunggulan kompetitif
yang lebih baik daripada perusahaan dengan tata kelola perusahaan yang buruk
sehingga mampu mengontrol praktik manajemen laba yang bersifat realistis dan
menahan praktik manajemen laba yang bersifat oportunis yang berdampak pada
relevansi nilai informasi akuntansi.

2.3 Pendekatan Dalam Manajemen Laba

Beberapa pendekatan dalam manajemen laba (earning management) yaitu manajemen


laba dengan pendekatan riil (real earning management) dan pendekatan akrual
(accrual earning management).

1. Manajemen laba akrual


Manajemen laba akrual merupakan manipulasi melalui aktivitas akrual
perusahaan di dalam menentukan besarnya laba. Manajemen laba berbasis akrual
dilakukan karena adanya keleluasaan kebijakan dari manajemen dalam
menentukan suatu praktik akuntansi. Komponen akrual merupakan komponen
yang digunakan dalam pencatatan dan penyusunan laporan keuangan. Praktik
manajemen laba yang bersifat akrual dapat dibuktikan melalui berbagai cara salah
satunya yang diukur dengan discretionary accruals dan revenue discretionary.
Menurut Sulistyanto (2008) akrual merupakan selisih antara kas masuk bersih dari
hasil operasi perusahaan dengan laba yang dilaporkan dalam laporan laba-rugi,
yang bersifat discretionary accruals dan non discretionary accruals. Revenue
discretionary merupakan pengungkapan praktik manajemen laba dengan dasar
perbandingan pendapatan dan akrual untuk mengetahui berapa besar tingkat
manajemen laba melalui pendapatan. Discretionary accruals merupakan tindakan
akrual yang dilakukan oleh manajer karena manajemen dapat memilih kebijakan
yang akan digunakan yang terdiri dari total akrual, piutang, pendapatan dan plan,
property dan equipment (PPE).
Beragam faktor diprediksi dapat mempengaruhi prakrik manajemen laba
akrual antara lain corporate governance, earning power, leverage, kompensasi
eksekutif, penghindaran pajak dan ukuran perusahaan. Corporate Governance
merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui
supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas
manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada kerangka peraturan
(Nasution dan Setiawan, 2007). Faktor lain yang berpengaruh terhadap tindakan
manajemen laba akrual adalah earning power. Earnings power merupakan
gambaran tentang kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bagi
perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Sosiawan (2012) membuktikan bahwa
earnings power berpengaruh positif terhadap terjadinya tindak manajemen laba.
5
Leverage dapat mempengaruhi praktik manajemen laba akrual yang dilakukan
perusahaan. Leverage mengukur besarnya aktiva perusahaan yang dibiayai oleh
hutang. Penelitian Utari dan Sari (2016) membuktikan bahwa leverage
berpengaruh positif pada manajemen laba Selain corporate governance faktor lain
yang dapat mempengaruhi manajemen laba akrual dalam penelitian ini adalah
earning power, leverage, kompensasi eksekutif, penghindaran pajak dan ukuran
perusahaan. Indikator lain yang dapat digunakan untuk mendeteksi manajemen
laba akrual adalah pemberian kompensasi eksekutif. Kompensasi eksekutif oleh
perusahaan diberikan kepada pihak direksi dan komisaris perusahaan. Penelitian
Suryatiningsih dan Siregar (2008) membuktikan bahwa kompensasi eksekutif
berhubungan positif dengan manajemen laba. Selain itu manajemen laba akrual
juga dipengaruhi oleh adanya penghindaran pajak. Perusahaan akan berupaya
untuk mengurangi beban atas pajak yang harus dibayarkan. Hal tersebut
menyebabkan pihak manajemen melakukan berbagai cara yang aman untuk
mengurangi pajak yang harus dibayarkan salah satunya dengan melakukan
penghindaran pajak/tax avoidance (Putri dan Fadhlia, 2017).
2. Manajemen laba riil
Roychowdhury (2006) mendefinisikan tentang real earnings management
(REM) atau manajemen laba riil sebagai satu bentuk manajemen laba yang
dilakukan melalui manipulasi aktivitas operasional perusahaan. Manipulasi ini
diukur dengan adanya satu penyimpangan dari praktik operasional perusahaan.
Manipulasi ini diukur dengan adanya satu penyimpangan dari praktik operasional
perusahaan yang normal. Motivasi manajemen melakukan ini adalah adanya
keinginan untuk “mengelabui” pelaporan keuangan perusahaan untuk beberapa
stakeholder dalam rangka memenuhi tujuan tertentu (Subekti dkk, 2010).
Penyimpangan ini sebenarnya tidak memberikan nilai tambah perusahaan tetapi
hanya sekedar untuk memenuhi sasaran pelaporan bagi manajer. Manajemen laba
riil merupakan teknik manipulasi laba yang dilakukan oleh manajemen melalui
aktivitas perusahaan sehari-hari selama periode akuntansi seperti kegiatan praktik
operasional normal. Menurut Roychowdhury (2006) menyatakan bahwa campur
tangan manajer dalam proses pelaporan keuangan tidak hanya melalui metode-
metode atau estimasi-estimasi akuntansi saja tetapi juga dilakukan melalui
keputusan-keputusan yang berhubungan dengan kegiatan operasional. Pergeseran
dari manajemen akrual ke manajemen laba riil ini menurut Roychowdhury (2006)
disebabkan karena :
a. manipulasi akrual kemungkinan besar akan menarik perhatian auditor atau
regulatory scrutiny dibandingkan dengan keputusan-keputusan riil, seperti
yang dihubungkan dengan penetapan harga dan produksi.
b. mengandalkan pada manipulasi akrual saja membawa risiko. Realisasi akhir
tahun yang defisit antara laba yang tidak dimanipulasi dengan target laba yang
diinginkan dapat melebihi jumlah yang dimungkinkan untuk memanipulasi
akrual setelah akhir periode fiskal. Jika laba dilaporkan turun dari target maka

6
kinerja perusahaan menjadi lemah sehingga praktek manipulasi melalui
aktivitas riil merupakan jalan aman dalam mencapai target laba.

Graham et al. (2005) memberikan bukti pendukung bahwa para manajer lebih
menyukai manajemen laba riil dibanding manajemen laba akrual, karena aktivitas
manajemen laba riil sulit dibedakan dari keputusan bisnis optimal dan lebih sulit
dideteksi, meskipun biaya-biaya yang digunakan dalam aktivitas tersebut secara
ekonomik signifikan bagi perusahaan. Aktivitas riil seperti pengurangan biaya
diskresioner lebih disukai oleh manajer dibandingkan dengan manipulasi akrual
sebagai cara dalam mengatur laba. Menurut Roychowdhury (2006) manajemen
laba riil dapat dideteksi melalui 3 hal yaitu arus kas operasi, biaya produksi, dan
biaya diskresioner.

a. Arus kas operasi


Arus kas operasi berisi tentang rincian-rincian jumlah penerimaan dan
pengeluaran kas dari kegiatan operasional perusahaan. Roychowdhury (2006)
menjelaskan bahwa metode yang dilakukan agar arus kas operasi berada pada
target abnormal adalah manajemen penjualan. Manajemen penjualan berkaitan
dengan usaha manajer untuk meningkatkan penjualan selama periode
akuntansi hal ini agar dapat meningkatkan laba yang sesuai dengan target yang
telah ditetapkan. Tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan penjualan
yaitu melalui menawarkan diskon-diskon berlebih dan menawarkan
persyaratan kredit yang lunak. Hal ini semua dilakukan agar volume penjualan
meningkat serta mencapai target laba jangka pendek yang akan memberikan
efek adanya kinerja yang baik yang ditampilkan oleh manajer. Arus kas
operasi berisi tentang rincian-rincian jumlah penerimaan dan pengeluaran kas
dari kegiatan operasional perusahaan selama sehari-hari. Semakin rendah nilai
arus kas operasi yang abnormal maka akan semakin tinggi laba yang
dilaporkan.
b. Biaya produksi
Teknik yang digunakan untuk menciptakan biaya produksi yang
abnormal adalah dengan cara membesarkan volume produksi pada tahun
berjalan. Peningkatan volume produksi yang tinggi ini adalah gambaran usaha
untuk memotong harga atau memperpanjang toleransi masa kredit untuk
meningkatkan volume penjualan atau menurunkan harga pokok produksi.
c. Biaya diskresioner
Praktik manipulasi laba melalui aktivitas riil yang selanjutnya adalah
dengan cara biaya diskresioner. Biaya diskresioner adalah biaya yang
outputnya tidak bisa diukur secara moneter dan tergantung pada kebijakan
manajemen yang diterapkan oleh perusahaan. Selain itu biaya diskresioner
yang merupakan biaya-biaya yang tidak mempunyai hubungan yang langsung
dengan outputnya. Biaya diskresioner ini terdiri dari biaya iklan, biaya riset
dan pengembangan, biaya penjualan, serta biaya administrasi dan umum atau
yang biasa dikenal oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia dengan sebutan
7
biaya usaha. Perusahaan dapat mengurangi biaya diskresioner yang dilaporkan
dalam beban usaha yang bertujuan untuk meningkatkan laba. Kecenderungan
dilakukan ketika pengeluaran-pengeluaran tersebut tidak langsung
menyebabkan pendapatan dan laba. Jika perusahaan mengurangi atau
memperkecil biaya diskresioner dalam mencapai laba maka menyebabkan
jumlah biaya diskresioner yang lebih rendah. Roychowdhury (2006)
menyatakan apabila pengurangan biaya diskresioner dalam bentuk kas, maka
pengurangan biaya-biaya tersebut akan berdampak pada arus kas keluar
sehingga berdampak positif pada arus kas operasi abnormal periode tersebut
dan kemungkinan menyebabkan arus kas yang rendah pada periode
berikutnya.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Studi Kontorizos (2015) menemukan leverage memiliki hubungan yang positif


terhadap manajemen laba, yang mendukung teori akuntansi positif yang menunjukkan
makin dekat suatu perusahaan terhadap pelanggaran pada akuntansi yang didasarkan pada
kesepakatan utang, maka kecenderungannya adalah semakin besar kemungkinan manajer
perusahaan memilih prosedur akuntansi dengan perubahan laba yang dilaporkan dari
periode masa depan ke periode masa kini.

Pengaruh Good Corporate Governance dalam memoderasi Hubungan Manajemen


Laba terhadap Relevansi Nilai Informasi Akuntansi Good Corporate Governance (GCG)
jika dikaitkan dengan praktik manajemen laba seharusnya dapat mengontrol praktik
manajemen laba yang bersifat realistis sehingga menciptakan nilai tambah bagi
perusahaan atau menahan praktik manajemen laba yang bersifat oportunis.

Penelitian Shan (2014) mendukung teori tersebut dimana hasil penelitian


menunjukkan bahwa dampak negatif dari relevansi nilai untuk perusahaan yang bergerak
di manajemen laba lebih besar dari perusahaan tanpa keterlibatan manajemen laba, dan
perusahaan dengan praktik tata kelola perusahaan yang baik lebih mungkin untuk
mengontrol manajemen laba yang bersifat realistis dan membatasi manajemen laba yang
bersifat oportunis.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat diargumentasikan bahwa perusahaan


dengan tata kelola perusahaan yang baik diharapkan memiliki keunggulan kompetitif
yang lebih baik daripada perusahaan dengan tata kelola perusahaan yang buruk sehingga
mampu mengontrol praktik manajemen laba yang bersifat realistis dan menahan praktik
manajemen laba yang bersifat oportunis yang berdampak pada relevansi nilai informasi
akuntansi.

3.2 Saran

Penyusun makalah ini memerlukan perbaikan dan kritik serta saran yang sifatnya
membangun. Sehingga penyusun makalah di masa mendatang akan lebih baik lagi. Untuk
itu penyusun mohon saran dalam melengkapi makalah ini.

9
DAFTAR PUSTAKA

Adryanti, Ayu Fury. (2019). Pengaruh Pilihan Metode Manajemen Laba Akrual Dan Riil
Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Sektor Manufaktur. Jurnal Studi Akuntansi
Dan Keuangan, 2 (1), 47-62.

Astuti, Dian. Indriani Eni. (2018). Determinan Manajemen Laba Akrual Pada Perusahaan
Sektor Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Studi Akuntansi
Dan Keuangan, 1 (2), 105-122.

Dewi, Resti Kartika. (2018). Determinan Manajemen Laba Dan Dampaknya Terhadap
Relevansi Nilai Informasi Akuntansi: Pengujian Peran Good Corporate Governance.
Jurnal Studi Akuntansi Dan Keuangan, 1 (1), 11-30.

10

Anda mungkin juga menyukai