LP Gangguan-Aktivitas-Dan-Latihan Umay

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN

NAMA : UMAR FIRDAUS HASANUDDIN


NIM : 2004046

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG


MAKASSAR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
AKTIVITAS DAN LATIHAN

A. DEFINISI
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana
manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu
tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas
seperti berdiri, berjalan, dan bekerja. Dengan beraktivitas tubuh akan
menjadi sehat, sistem pernafasan dan sirkulasi tubuh akan berfungsi
dengan baik, dan metabolisme tubuh dapat optimal. Kemampuan aktivitas
seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem persarafan dan
muskuloskeletal. Aktivitas fisik yang kurang memadai dapat menyebabkan
berbagai gangguan pada sistem muskuloskeletal seperti atrofi otot, sendi
menjadi kaku dan juga menyebabkan ketidakefektifan fungsi organ
internal lainnya (Alimul, 2006).
Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang
dibutuhkan untuk menjaga kinerja otot dan mempertahankan postur tubuh.
Latihan dapat memelihara pergerakan dan fungsi sendi sehingga
komdisinya dapat setara dengan kekuatan dan fleksibilitas otot. Selain itu,
latihan fisik dapat membuat fungsi fungsi gastrointestinal dapat bekerja
lebih optimal dengan meningkatkan selera makan orang tersebut dan
melancarkan eliminasinya karena apabila seseorang tidak dapat melakukan
aktivitas fisik secara adekuat maka hal tersebut dapat membuat otot
abdomen menjadi lemah sehingga fungsi eliminasinya kurang efektif
(Mubarak, 2008).

B. FISIOLOGI AKTIVITAS DAN LATIHAN (MUSKULOSKELETAL


DAN METABOLISME ENERGI)
Untuk mampu memenuhi kebutuhan akan aktivitas dan latihan,
maka diperlukan serangkaian proses fisiologis yang komplek yang
melibatkan metabolisme dari sel-sel tubuh dan terutama sistem
lokomotorik yaitu sistem otot dan sistem rangka (Gunawan, 2006).
Aktivitas dan pergerakan memerlukan energy. Energi untuk sel-sel
tubuh manusia adalah dalam bentuk Adenosin Trifosfat (ATP) yang
diperoleh dari katabolisme glukosa dalam sel-sel tubuh. Glukosa akan
dipecah menjadi energi dan hal ini terutama ditenntukan oleh suplai
oksigen. Ketiga oksigen terpenuhi maka glukosa akan melalui katabolisme
aerobic di sitoplasma dan mitokondria sel melaului 4 proses: glikosis,
dekarboksilasi oksidatif asam piruvat, siklus asam sitrat, dan transport
elektron dengan hasil akhir ATP, karbondioksida, dan uap air. Jika
oksigen tidak terpenuhi, maka katabolisme energi akan dilakukan secara
anaerobic dengan produk akhir ATP, asam laktat dan NADH. Namun
produksi ATP dari metabolisme anaerobic jauh lebih sedikit dibanding
metabolisme aerobic, yaitu sekitar 1/18 kalinya (36 ATP berbanding 12
ATP). Karena oksigen amat penting bagi konservasi energi tubuh, maka
aktivitas dan latihan pada manusia terkait erat dengan kerja sistem
kardiovaskuler, respirasi, hematologi untuk penyediaan oksigen, dan
pembuangan karbondioksida dan uap air. Beberapa kondisi seperti anemia,
syok hipovolemik, hipertensi, pemyakit jantung, dan penyakit pernafasan
dapat mempengaruhi kemampuan aktivitas dari manusia (Ganong, 2006).
Aktivitas dan latihan adalah proses gerakan tubuh manusia yang
melibatkan sistem lokomotorik yaitu tulang dan otot. Tulang berperan
sebagai alat gerak pasif, memberikan kestabilan dalam postur tubuh dan
memberi bentuk tubuh. Sedangkan otot berperan sebagai alat gerak aktif
dimana tendon-tendon otot melekat pada tulang dan berkontraksi untuk
menggerakkan tulang. Tulang merupakan jaringan ikat yang tersusun oleh
matriks organik dan anorganik. Tulang secara histologist dapat dibagi
menjadi 2 jenis, yaitu jaringan tulang keras (osteon) dan jaringan tulang
rawan (kartilago). Yang membedakan osteon dan kartilago adalah bahwa
kartilago lebih elastis dan lebih tahan terhadap adanya tekanan sehingga
cenderung lebih tidak mudah patah, dan osteon cenderung lebih keras tapi
mudah patah. Jaringan tulang rawan dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
kartilago hialin, kartilagi fibrosa, dan kartilagi elastic. Tiap-tiap tipe tulang
rawan membentuk bagian tubuh yang berbeda. Tulang rawan hialin
terutama menyusun bagian bagian persendian sebagai sistem bantalan
untuk melindungi friksi jika terjadi pergerakan. Kartilago fibrosa terutama
menyusun bagian diskus intervertebralis, sedangkan kartilago elastic
menyusun daun telinga. Matriks organik terdiri atas sel-sel tulang
osteoblast, osteosit, kondroblast, kondrosit, dan osteoklas yang tersimpan
pada sistem harvest. Sistem harvest adalah suatu saluran yang di dalamnya
terdapat pembuluh darah, limfa, dan urat saraf untuk fisiologi tulang.
Matriks anorganik tulang tersusunoleh mineral-mineral terutama kalsium
dan phospat. Matriks anorganik inilah yang memberikan massa dan
kekuatan pada tulang, sehingga kondisi yang mengganggu kandungan
kalsium dan fosfor dalam jaringan tulang akan menyebabkan tulang
kehilangan kepadatannya dan mudah patah. Faktor lain yang
mempengaruhi kepadatan tulang adalah sistem endokrin terutama hormon
kalsitonin dan paratirohormon, serta metabolisme vitamin D (Guyton,
2006).
Jaringan otot merupakan sistem yang berperan sebagai alat gerak
aktif. Hal ini karena kemampuan otot untuk berkontraksi dan relaksi. Di
balik mekanisme otot yang secara eksplisit hanya merupakan gerka
mekanik, terjadilah beberapa proses kimiawi dasar yang berseri demi
kelangsungan kontraksi otot. Otot pengisi atau otot yang menempel pada
sebagian besar skeletal tampak bergaris-garis atau berlurik-lurik jika
dilihat melalui mikroskop. Otot tersebut terdiri dari banyak kumpulan
(bundel) serabut paralel panjang yang disebut serat otot. Dalam tiap-tiap
myofibril, tersusun oleh protein-protein kontraktil otot yang terdiri dari 4
jenis, yaitu : aktin, myosin, troponin, dan tropomiosin. Mekanisme
kontraksi otot memerlukan peran aktivitas dari keempat tipe protein.
Mekanisme kontraksi otot dijelaskan melalui proses pergeseran
aktomiosin dimana aktin berperan sebagai rel kereta dan myosin berperan
sebagai kereta. Ketika terjadi kontraksi otot, maka myosin akan bergeser
di sepanjang aktin sehingga terjadilah pemendekat myofibril. Agar terjadi
pergeseran ini maka ikatan troponin pada aktin myosin harus hilang dan
hal ini memerlukan peran aktomiosin. Aktivitas aktomiosin ini
dipengaruhi oleh adanya ion kalsium dan neurotransmitter asetilkolin.
Adanya kekurangan kalsium dalam tubuh akan berdampak pada gangguan
kontraksi otot (Gunawan, 2006).

C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS DAN LATIHAN


Beberapa faktor yang dapat mempegaruhi aktivitas dan latihan antara lain
(Mubarak, 2008):
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Status nutrisi
4. Budaya
5. Penyakit terutama yang menyerang sistem nervosa, sistem
mulkuloskeletal
6. Penyakit kardiovaskuler dan pulmonary
7. Kondisi psikologis

D. DAMPAK MOBILISASI
Mobilisasi sangat penting untuk kesehatan. Imobilisasi yang
berkepanjangan dan bedrest akan meyebabkan serangkaian komplikasi
pada berbagai sistem tubuh, antara lain (Alimul, 2006):
1. Kontraktur
Jaringan ikat kolagen pada otot dan persendian akan digantikan oleh
jaringan fibrosa yang tidak elastis sehingga akan menyebabkan
kekakuan pada pergerakan persendian. Hal ini karena untuk sintesis
kolagen diperlukan rangsangan pergerakan.
2. Difusi atrofi
Atrofi otot adalah berkurangnya massa otot karena berkurangnya
lapisan aktin dan myosin dan myofibril.
3. Konstipasi
Imobilisasi menyebabkan peristaltik menururn sehingga menyebabkan
absorpsi cairan berlebihan pada intestinum.
4. Pressure ulcer
Pasien imobilisasi beresiko untuk mengalami luka tekan sebagai akibat
adanya penekanan pada tulang menonjol (bony prominen), keringat,
lembab, deficit self care, dan friksi dengan tempat tidur.
5. Gastritis
Selama bedrest, sekresi bikarbonat lambung menurun sehingga
meningkatkan keasaman pada lambung.

E. NILAI-NILAI NORMAL
1. Kategori tingkat kemampuan aktivitas
Tingkat Kategori
Aktivitas/Mobilita
s
0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh
1 Memerlukan penggunaan alat
2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang
lain
3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain,
dan peralatan
4 Sangat bergantung dan tidak dapat melakukan
atau berpartisipasi dalam perawatan

2. Rentang gerak (Range of motion-ROM)


Derajat
Gerak sendi rentang
normal
Bahu Adduksi : gerakan lengan ke lateral 180
dari posisi samping ke atas kepala,
telapak tangan menghadap ke posisi
yang paling jauh.
Siku Fleksi : angkat lengan bawah ke arah 150
depan dan ke arah atas menuju bahu
Pergelanga Fleksi : tekuk jari-jari tangan ke arah 80-90
n tangan bagian dalam lengan bawah
Ekstensi : luruskan pergelangan 80-90
tangan dari posisi fleksi
Hiperekstensi : tekuk jari-jari tangan 70-90
ke arah belakang sejauh mungkin.
Abduksi : tekuk pergelangan tangan 0-20
ke sisi ibu jari ketika telapak tangan
menghadap keatas.
Adduksi : tekuk pergelangan tangan 30-50
ke arah kelingking telapak tangan
menghadap keatas.
Tangan dan Fleksi : buat kepalan tangan 90
jari
Ekstensi : luruskan jari 90
Hiperekstensi : tekuk jari-jari tangan 30
ke belakang sejauh mungkin
Abduksi : kembangkan jari tanagn 20
Adduksi : rapatkan jari-jari tangan 20
dari posisi abduksi

3. Derajat kekuatan otot


Skala Persentase Karakteristik
kekuatan normal
(%)
0 0 Paralisis sempurna
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot
dapat dipalpasi atau dilihat
2 25 Gerakan otot penuh melawan
gravitasi dengan topangan
3 50 Gerakan yang normal melawan
gravitasi
4 75 Gerakan penuh yang normal
melawan gravitasi dan melawan
tahanan minimal
5 100 Kekuatan normal, gerakan
penuhyang normal melawan
gravitasi dan tahanan penuh

4. Katz index
AKTIVITAS KEMANDIRIAN KETERGANTUNGAN
(1 poin) (0 poin)
TIDAK ADA Dengan pemantauan,
pemantauan, perintah pendampingan
perintah ataupun personal atau perawatan
didampingi total
MANDI (1 poin) (0 poin)
Sanggup mandi Mandi dengan bantuan
sendiri tanpa lebih dari satu bagian
bantuan, atau hanya tubuh, masuk dan keluar
memerlukan kamar mandi.
bantuan pada bagian Dimandikan dengan
tubuh tertentu bantuan total.
(punggung, genital,
atau ekstremitas
lumpuh).
BERPAKAIAN (1 poin) (0 poin)
Berpakaian lengkap Membutuhkn bantuan
mandiri. Bisa jadi dalam berpakaian, atau
membutuhkan dipakaikan secara
bantuan untuk keseluruhan.
memakai sepatu.
TOLETING (1 poin) (0 poin)
Mampu ke kamar Butuh bantuan menuju
kecil (toilet), dan keluar toilet,
mengganti pakaian, membersihkan sendiri
membersihkan atau menggunakan
genital tanpa telepon.
bantuan.
PINDAH POSISI (1 poin) (0 poin)
Masuk dan bangun Butuh bantuan dalam
dari tempat berpindah dari tempat
tidur/kursi tanpa tidur ke kursi, atau
bantuan. Alat bantu dibantu total.
berpindah posisi
bisa diterima
KONTINENSIA (1 poin) (0 poin)
Mampu mengontrol Sebagian atau total
secara baik inkontinensia bowel dan
perkemihan dan bladder.
buang air besar
MAKAN (1 poin) (0 poin)
Mampu Membutuhkan bantuan
memasukkan sebagian atau total dalam
makanan ke mulut makan, atau memerlukan
tanpa bantuan. makanan parenteral.
Persiapan makan
bisa jadi dilakukan
oleh orang lain.
Skor :
A = Mandiri dalam semua fungsi
B = Mandiri untuk 5 fungsi
C = Mandiri, kecuali mandi dan 1 fungsi lain
D = Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, dan 1 fungsi lain
E = Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan 1 fungsi lain
F = Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan 1
fungsi lain
G = Ketergantungan untuk semua fungsi
5. Indeks ADL Barthel (BAI)
NO. FUNGSI SKOR KETERANGAN
1. Mengendalikan 0 Tak terkendali/ tak teratur
rangsang (perlu pencahar)
pembuangan tinja 1 Kadang-kadang tak
terkendali (1x seminggu)
2 Terkendali teratur
2. Mengendalikan 0 Tak terkendali atau pakai
rangsang berkemih kateter
1 Kadakng-kadang tak
terkendali (hanya 1x/24 jam)
2 Mandiri
3. Membersihkan diri 0 Butuh pertolongan orang lain
(seka muka, sisir 1 Mandiri
rambut, sikat gigi)
4. Penggunaan jamban, 0 Tergantung pertolongan
masuk dan keluar orang lain
(melepaskan, 1 Perlu pertolongan pada
memakai celana, beberapa kegiatan tetapi
membersihkan, dapat mengerjakan sendiri
menyiram) beberapa kegiatan yang lain.
2 Mandiri
5. Makan 0 Tidak mampu
1 Perlu ditolong memotong
makanan
2 Mandiri
6. Berubah sikap dari 0 Tidak mampu
berbaring ke duduk 1 Perlu banyak bantuan untuk
bisa duduk
2 Mandiri
7. Berpindah/berjalan 0 Tidak mampu
1 Bisa (berpindah) dengan
kursi roda
2 Berjalan dengan bantuan 1
orang
3 Mandiri
8. Memakai baju 0 Tergantung orang lain
1 Sebagian dibantu (mis:
memakai baju)
2 Mandiri
9. Naik turun tangga 0 Tidak mampu
1 Butuh pertolongan
2 Mandiri
10. Mandi 0 Tergantung orang lain
1 Mandiri
Total Skor BAI :
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan ringan
9-11 : Ketergantungan sedang
5-8 : Ketergantungan berat
1.4 : Ketergantungan total
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.
G. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Gangguan mobilitas fisik
NOC :
a. Joint Movement : Active
b. Mobility Level
c. Self care : ADLs
d. Transfer performance

Kriteria Hasil :
a. Aktivitas fisik klien meningkat
b. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
c. Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan
kemampuan berpindah
d. Memperagakan penggunaan alat bantu untuk mobilisasi
NIC :
Exercise Therapy : Ambulation
a. Monitor vital sign sebelum/sesudah latihan dan respon pasien saat
latihan
b. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah
terhadap cedera.
c. Ajarkan pasien terhadap teknik ambulasi
d. Kolaborasi dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai
dengan kebutuhan.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
NOC :
a. Pain Level
b. Pain Control
c. Comfort Level
Kriteria Hasil :
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri)
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan manajemen nyeri
c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri)
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
NIC :
Pain Management
a. Kaji nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualias dan faktor presipitasi)
b. Observasi reaksi nonverbal klien
c. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
d. Kolaborasi pemberian analgetik
H. EVALUASI
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal
a. Vital sign dalam rentang normal setelah aktivitas.
b. Klien mampu melakukan ambulasi
c. Klien mampu menggunakan alat bantu mobilisasi
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
a. Nyeri dapat berkurang
b. Wajah tampak rileks
c. Klien dapat beristirahat
DAFTAR PUSTAKA

Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses


Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika.
Bulechek, G.M. et.al. 2008. Nursing Intervention Classification Fifth Edition.
Missouri: Elsevier Mosby.
Ganong, William F. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 20. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Guyton, AC & Hall, JE. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Volume 11.
Jakarta : EGC.
Gunawan, Adi. 2006. Mekanisme dan Mekanika Pergerakan Otot vol. 6 no. 2.
Jakarta : EGC.
Herdman, T.H & Kamitsuru, S. 2014. NANDA International Nursing Diagnosis :
Definition and Classification, 2015-2017.Oxford : Wiley Blackwell.
Moorhead, S. et al. 2008. Nursing Outcomes Classification Fifth Edition.
Missouri: Elsevier Mosby.

Anda mungkin juga menyukai