LP Gangguan-Aktivitas-Dan-Latihan Umay
LP Gangguan-Aktivitas-Dan-Latihan Umay
LP Gangguan-Aktivitas-Dan-Latihan Umay
A. DEFINISI
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana
manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu
tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas
seperti berdiri, berjalan, dan bekerja. Dengan beraktivitas tubuh akan
menjadi sehat, sistem pernafasan dan sirkulasi tubuh akan berfungsi
dengan baik, dan metabolisme tubuh dapat optimal. Kemampuan aktivitas
seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem persarafan dan
muskuloskeletal. Aktivitas fisik yang kurang memadai dapat menyebabkan
berbagai gangguan pada sistem muskuloskeletal seperti atrofi otot, sendi
menjadi kaku dan juga menyebabkan ketidakefektifan fungsi organ
internal lainnya (Alimul, 2006).
Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang
dibutuhkan untuk menjaga kinerja otot dan mempertahankan postur tubuh.
Latihan dapat memelihara pergerakan dan fungsi sendi sehingga
komdisinya dapat setara dengan kekuatan dan fleksibilitas otot. Selain itu,
latihan fisik dapat membuat fungsi fungsi gastrointestinal dapat bekerja
lebih optimal dengan meningkatkan selera makan orang tersebut dan
melancarkan eliminasinya karena apabila seseorang tidak dapat melakukan
aktivitas fisik secara adekuat maka hal tersebut dapat membuat otot
abdomen menjadi lemah sehingga fungsi eliminasinya kurang efektif
(Mubarak, 2008).
D. DAMPAK MOBILISASI
Mobilisasi sangat penting untuk kesehatan. Imobilisasi yang
berkepanjangan dan bedrest akan meyebabkan serangkaian komplikasi
pada berbagai sistem tubuh, antara lain (Alimul, 2006):
1. Kontraktur
Jaringan ikat kolagen pada otot dan persendian akan digantikan oleh
jaringan fibrosa yang tidak elastis sehingga akan menyebabkan
kekakuan pada pergerakan persendian. Hal ini karena untuk sintesis
kolagen diperlukan rangsangan pergerakan.
2. Difusi atrofi
Atrofi otot adalah berkurangnya massa otot karena berkurangnya
lapisan aktin dan myosin dan myofibril.
3. Konstipasi
Imobilisasi menyebabkan peristaltik menururn sehingga menyebabkan
absorpsi cairan berlebihan pada intestinum.
4. Pressure ulcer
Pasien imobilisasi beresiko untuk mengalami luka tekan sebagai akibat
adanya penekanan pada tulang menonjol (bony prominen), keringat,
lembab, deficit self care, dan friksi dengan tempat tidur.
5. Gastritis
Selama bedrest, sekresi bikarbonat lambung menurun sehingga
meningkatkan keasaman pada lambung.
E. NILAI-NILAI NORMAL
1. Kategori tingkat kemampuan aktivitas
Tingkat Kategori
Aktivitas/Mobilita
s
0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh
1 Memerlukan penggunaan alat
2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang
lain
3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain,
dan peralatan
4 Sangat bergantung dan tidak dapat melakukan
atau berpartisipasi dalam perawatan
4. Katz index
AKTIVITAS KEMANDIRIAN KETERGANTUNGAN
(1 poin) (0 poin)
TIDAK ADA Dengan pemantauan,
pemantauan, perintah pendampingan
perintah ataupun personal atau perawatan
didampingi total
MANDI (1 poin) (0 poin)
Sanggup mandi Mandi dengan bantuan
sendiri tanpa lebih dari satu bagian
bantuan, atau hanya tubuh, masuk dan keluar
memerlukan kamar mandi.
bantuan pada bagian Dimandikan dengan
tubuh tertentu bantuan total.
(punggung, genital,
atau ekstremitas
lumpuh).
BERPAKAIAN (1 poin) (0 poin)
Berpakaian lengkap Membutuhkn bantuan
mandiri. Bisa jadi dalam berpakaian, atau
membutuhkan dipakaikan secara
bantuan untuk keseluruhan.
memakai sepatu.
TOLETING (1 poin) (0 poin)
Mampu ke kamar Butuh bantuan menuju
kecil (toilet), dan keluar toilet,
mengganti pakaian, membersihkan sendiri
membersihkan atau menggunakan
genital tanpa telepon.
bantuan.
PINDAH POSISI (1 poin) (0 poin)
Masuk dan bangun Butuh bantuan dalam
dari tempat berpindah dari tempat
tidur/kursi tanpa tidur ke kursi, atau
bantuan. Alat bantu dibantu total.
berpindah posisi
bisa diterima
KONTINENSIA (1 poin) (0 poin)
Mampu mengontrol Sebagian atau total
secara baik inkontinensia bowel dan
perkemihan dan bladder.
buang air besar
MAKAN (1 poin) (0 poin)
Mampu Membutuhkan bantuan
memasukkan sebagian atau total dalam
makanan ke mulut makan, atau memerlukan
tanpa bantuan. makanan parenteral.
Persiapan makan
bisa jadi dilakukan
oleh orang lain.
Skor :
A = Mandiri dalam semua fungsi
B = Mandiri untuk 5 fungsi
C = Mandiri, kecuali mandi dan 1 fungsi lain
D = Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, dan 1 fungsi lain
E = Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan 1 fungsi lain
F = Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan 1
fungsi lain
G = Ketergantungan untuk semua fungsi
5. Indeks ADL Barthel (BAI)
NO. FUNGSI SKOR KETERANGAN
1. Mengendalikan 0 Tak terkendali/ tak teratur
rangsang (perlu pencahar)
pembuangan tinja 1 Kadang-kadang tak
terkendali (1x seminggu)
2 Terkendali teratur
2. Mengendalikan 0 Tak terkendali atau pakai
rangsang berkemih kateter
1 Kadakng-kadang tak
terkendali (hanya 1x/24 jam)
2 Mandiri
3. Membersihkan diri 0 Butuh pertolongan orang lain
(seka muka, sisir 1 Mandiri
rambut, sikat gigi)
4. Penggunaan jamban, 0 Tergantung pertolongan
masuk dan keluar orang lain
(melepaskan, 1 Perlu pertolongan pada
memakai celana, beberapa kegiatan tetapi
membersihkan, dapat mengerjakan sendiri
menyiram) beberapa kegiatan yang lain.
2 Mandiri
5. Makan 0 Tidak mampu
1 Perlu ditolong memotong
makanan
2 Mandiri
6. Berubah sikap dari 0 Tidak mampu
berbaring ke duduk 1 Perlu banyak bantuan untuk
bisa duduk
2 Mandiri
7. Berpindah/berjalan 0 Tidak mampu
1 Bisa (berpindah) dengan
kursi roda
2 Berjalan dengan bantuan 1
orang
3 Mandiri
8. Memakai baju 0 Tergantung orang lain
1 Sebagian dibantu (mis:
memakai baju)
2 Mandiri
9. Naik turun tangga 0 Tidak mampu
1 Butuh pertolongan
2 Mandiri
10. Mandi 0 Tergantung orang lain
1 Mandiri
Total Skor BAI :
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan ringan
9-11 : Ketergantungan sedang
5-8 : Ketergantungan berat
1.4 : Ketergantungan total
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.
G. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Gangguan mobilitas fisik
NOC :
a. Joint Movement : Active
b. Mobility Level
c. Self care : ADLs
d. Transfer performance
Kriteria Hasil :
a. Aktivitas fisik klien meningkat
b. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
c. Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan
kemampuan berpindah
d. Memperagakan penggunaan alat bantu untuk mobilisasi
NIC :
Exercise Therapy : Ambulation
a. Monitor vital sign sebelum/sesudah latihan dan respon pasien saat
latihan
b. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah
terhadap cedera.
c. Ajarkan pasien terhadap teknik ambulasi
d. Kolaborasi dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai
dengan kebutuhan.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
NOC :
a. Pain Level
b. Pain Control
c. Comfort Level
Kriteria Hasil :
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri)
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan manajemen nyeri
c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri)
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
NIC :
Pain Management
a. Kaji nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualias dan faktor presipitasi)
b. Observasi reaksi nonverbal klien
c. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
d. Kolaborasi pemberian analgetik
H. EVALUASI
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal
a. Vital sign dalam rentang normal setelah aktivitas.
b. Klien mampu melakukan ambulasi
c. Klien mampu menggunakan alat bantu mobilisasi
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
a. Nyeri dapat berkurang
b. Wajah tampak rileks
c. Klien dapat beristirahat
DAFTAR PUSTAKA