Askep Komunitas Balita Kelompok 2

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA BALITA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas

Disusun Oleh: Kelompok 2


Devi Trismia 2012022
Vatma Astarina 2012023
Septin Wulandari 2012024
Sri Lestari 2012025
Irlina Dewi 2012026
Eka Yusnita 2012032
Tri Ratna K 2012067
Gigih Dyan F 2012068

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PATRIA HUSADA BLITAR
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat karunia-Nyalah penyusun dapat menyelesaikan makalah seminar
keperawatan komunitas yang berjudul “Asuhan Keperawatan Komunitas Pada
Balita”

Penulisan dan penyajian makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas


Mata Ajaran Keperawatan Komunitas serta memberikan kontribusi positif bagi
pengembangan ilmu keperawatan khususnya keperawatan komunitas.

Proses penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan
serta bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.
Untuk itu dalam kesempatan ini, penyusun menyampaikan ucapan terimakasih
kepada :

1. Kepala Program Studi Pendidikan Ners Stikes Patria Husada Blitar.


2. Para Dosen dan Pembimbing Praktek Klinik Keperawatan Komunitas Stikes
Patria Husada Blitar.
3. Rekan-rekan mahasiswa Alih jenjang Stikes Patria Husada Blitar
Penyusun menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kesalahan atau
kekurangan baik dari segi bahasa maupun isi. Untuk itu penyusun sangat
mengharapkan adanya masukan dan kritikan dari berbagai pihak demi
kesempurnaan makalah ini.

Blitar, 15 Juni 2021

Penyusun

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
………………………………………………………………………………… ii

DAFTAR ISI
………………………………………………………………………………………
….... iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................................2
1.4 Manfaat penulisan.........................................................................................2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................3

2.1 Konsep Komunitas..........................................................................................3


2.2 Konsep Tumbuh Kembang Bayi dan Anak....................................................3
2.3 Masalah Kesehatan pada Kelompok Bayi dan Anak di Indonesia............14
2.4 Indikator Kesehatan Kelompok Khusus Bayi dan Anak.............................18
2.5 Program dan Kebijakan Pemerintah untuk Kesehatan Bayi dan Anak......21
2.6 Ruang Lingkup Asuhan Keperawatan Kelompok Khusus Bayi dan Anak.25
BAB III. TINJAUAN KASUS............................................................................29

BAB VI. PENUTUP............................................................................................38

A. Kesimpulan ………………………………………………………………38
B. Saran ………………………………………………………………...........38
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................39

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat,


saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat yang
sama. Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi
yang sama dengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama
dimana mereka tinggal, kelompok sosial yang mempunyai minat yang sama
(Riyadi, 2007). Salah satu kelompok khusus dalam keperawatan komunitas adalah
kelompok bayi dan anak.

Masalah kesehatan bayi dan anak di Indonesia masih menjadi perhatian


serius, karena masih tingginya angka kematian bayi di Indonesia bila
dibandingkan dengan target RPJM 2005-2009 dan RPJM 2010-2014, dimana
targetnya adalah menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 23 per 1.000
kelahiran hidup, menurunkan Angka Kematian Balita (AKBal) menjadi 32 per
1.000 kelahiran hidup. Masalah utama yang menyebabkan tingginya angka
kematian bayi, dan anak di Indonesia adalah gizi buruk. Hampir lebih dari 2 juta
anak dan bayi mengalami gizi buruk (Atmaria, 2005). Prevalensi gizi kurang dan
gizi buruk berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dari tahun 2007 ke
2010 untuk gizi kurang tetap 13,0 dan untuk gizi buruk dari 5,4 menjadi 4,9. Pada
saat ini, masalah terbesar yang disebabkan oleh gizi buruk yang banyak dijumpai
di kalangan anak-anak Indonesia adalah penghambatan pertumbuhan intra-uterin,
malnutrisi protein energi, defisiensi yodium, defisiensi vitamin A, anemia
defisiensi zat besi dan obesitas (Atmaria, 2005).
Diare dan pneumonia merupakan penyebab kematian berikutnya pada bayi
dan anak, disamping penyakit lainnya serta dikontribusi oleh masalah gizi. Untuk
mengatasi masalah yang sering menimbulkan kematian pada bayi dan anak,
pemerintah telah membuat program dan kebijakan yang bertujuan untuk
menurunkan angka kematian pada bayi dan anak, diantaranya adalah kegiatan
Posyandu, BKB (Bina Keluarga Balita), dan program PAUD. Sementara sebagai
perawat, yang dapat dilakukan di komunitas adalah memberi penyuluhan atau

iv
pendidikan kesehatan baik untuk topik sehat atau pun sakit seperti nutrisi, latihan,
penyakit dan pengelolaan penyakit pada balita, serta member informasi kepada
ibu tentang pentingnya pemberian ASI dan tahap perkembangan yang terjadi pada
masa bayi.
Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan


masalah dalam penulisan ini adalah bagaimana Asuhan
keperawatan komunitas pada balita?
Tujuan Penulisan

a.Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan komunitas pada
Balita
b. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
perilaku kesehatan ibu-ibu balita.
Manfaat Penulisan

2.4.1 Manfaat Teoritis


Diharapkan hasil penulisan ini dapat menjadi referensi
mengenai asuhan keperawatan komunitas pada Balita.
2.4.2 Manfaat Praktis
1. Manfaat Bagi Instansi kesehatan
Dapat memberikan acuan untuk pelaksanaan asuhan
keperawatan yang profesional pada Balita
2. Manfaat Bagi institusi Pendidikan
Untuk menambah bahan pustaka dan sebagai dasar penulisan
selanjutnya.

3. Manfaat Bagi Penulis


Untuk menambah pengetahuan tentang asuhan
keperawatan pada Balita

v
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Komunitas

Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat,


saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat yang
sama. Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi
yang sama dengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama
dimana mereka tinggal, kelompok sosial yang mempunyai minat yang sama
(Riyadi, 2007). Menurut Kontjaraningrat Komunitas adalah sekumpulan manusia
yang saling bergaul, atau dengan istilah lain saling berinteraksi (Mubarak, 2007).

Perawatan komunitas adalah bidang khusus dari keperawatan yang


merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu
sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang sehat atau yang
sakit secara komprehensif melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif serta resosialitatif dengan melibatkan peran serta aktif dari
masyarakat. (Elisabeth, 2007)

Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat adalah individu,


keluarga/kelompok dan masyarakat dengan fokus upaya kesehatan primer,
sekunder dan tersier. Oleh karenanya, pendidikan masyarakat tentang kesehatan
dan perkembangan sosial akan membantu masyarakat dalam mendorong semangat
untuk merawat diri sendiri, hidup mandiri dan menentukan nasibnya sendiri dalam
menciptakan derajat kesehatan yang optimal. (Elisabeth, 2007)

2.2 Konsep Tumbuh Kembang Bayi dan Anak

2.2.1 Tahapan Tumbuh Kembang

Tahap tumbuh kembang anak secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Tahap tumbuh kembang usia 0-6 tahun, terbagi atas:
a. Masa Pranatal mulai masa embrio (mulai konsepsi-8 minggu), masa
fetus (9 minggu sampai lahir),

vi
b. Masa Pascanatal mulai dari masa neonatus (0-28 hari), masa bayi (29
hari-1 tahun), masa anak (1-2 tahun), dan masa prasekolah (3-6 tahun).
2. Tahap tumbuh kembang usia 6 tahun keatas, terdiri atas
a. Masa Sekolah (6-12 tahun)
b. Masa Remaja (12-18 tahun)
3. Tahap Tumbuh Kembang Usia 0-6 Tahun
a. Masa Pranatal
Masa pranatal (saat dalam kandungan) adalah waktu yang terletak
antara masa pembuahan dan masa kelahiran. Pada saat ini terjadi
pertumbuhan yang luar biasa dari satu sel menjadi satu organisme yang
lengkap dengan otak dan kemampuan berperilaku, dihasilkan dalam
waktu Iebih kurang sembilan bulan.
b. Masa Pascanatal
Tumbuh kembang pada masa pascanatal dibagi ke dalam beberapa
fase sebagai berikut:

i. Masa Neonatus (0-28 hari)


Tumbuh kembang masa pascanatal diawali dengan masa
neonatus, yaitu dimana terjadinya kehidupan yang baru. Pada masa
ini terjadi proses adaptasi semua sistem organ tubuh, dimulai dari
aktifitas pernafasan, pertukaran gas dengan frekuensi pernapasan
antara 35-50 kali permenit, penyesuaian denyut jantung antara 120-
160 kali permenit, perubahan ukuran jantung menjadi lebih besar di
bandingkan dengan rongga dada, kemudian gerakan bayi mulai
meningkat untuk memenuhi kebutuhan gizi.
ii. Masa Bayi (29 hari – 1 tahun)
Bayi adalah pribadi yang unik, yang akan mengundang rasa
ingin tahu anda (Sheila Kitzinger). Bayi adalah anak berusia 0-12
bulan (Husaini, 2002). Bayi merupakan makluk yang sangat peka
dan halus (Choirunisa, 2009, p.59). Menurut Ana Maria
Choirunisa, seorang bayi merupakan manusia yang baru lahir
sampai umur 1 tahun, namun tidak ada batasan yang pasti, pada

vii
masa ini bayi sangat lucu dan menggemaskan tetapi juga rentan
terhadap kematian.
Pada masa bayi, tahap tumbuh kembang dapat
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) tahap, yaitu :
 Usia 1-4 bulan, tumbuh kembang pada tahap ini diawali
dengan perubahan berat badan. Bila gizi anak baik, maka
perkiraan berat badan akan mencapai 700-1000 g/bulan.
Pertumbuhan tinggi badan agak stabil, tidak mengalami
kecepatan dalam pertumbuhan tinggi badan.
 Usia 4-8 bulan, pertumbuhan pada usia ini ditandai dengan
perubahan berat benda pada waktu lahir. Rata-rata kenaikan
berat benda adalah 500-600 g/bulan, apabila mendapatkan gizi
yang baik. Sedangkan pertumbuhan tinggi badan tidak
mengalami kecepatan dan stabil berdasarkan pertambahan
umur.
 Usia 8-12 bulan, pada usia ini pertumbuhan berat badan dapat
mencapai tiga kali berat badan lahir, pertambahan berat badan
perbulan sekitar 350-450 gram pada usia 7-9 bulan, 250-350
gram pada usia 10-12 bulan, bila memperoleh gizi baik.
Pertumbuhan tinggi badan sekitar 1,5 kali tinggi badan pada
saat lahir. Pada usia 1 tahun, pertambahan tinggi badan masih
stabil dan diperkirakan mencapai 75 cm.
Karakteristik masa bayi dapat dijelaskan sebagai berikut:

 Masa Bayi adalah Permulaan Sosialisasi


Egosentrisme, yaitu diri bayi yang muda belia, cepat
berubah menjadi keinginan untuk menjadi bagian dari
kelompok sosial dengan memprotes kalau dibiarkan sendiri
selama beberapa waktu dan dengan mencoba memperoleh
perhatian dari orang lain .
 Masa Bayi adalah Permulaan Berkembangnya Penggolongan
Peran Seks

viii
Masa ini merupakan masa dimana bayi dididik untuk
dikenalkan dengan kebiasaan menurut jenis kelaminnya
masing-masing.sehingga bagi bayi perempuan terlihatlah
secara otomatis kelemahanya yaitu suka menangis dan tanda
lainnya. Sedangkan anak laki-laki, diberi pakaian warna biru,
diselimuti dengan selimut biru dan kamarnya tidak diberi
hiasan jumbai-jumbai dan karet-karet seperti kamar anak
perempuan. Mainan mereka juga dipilihkan sesuai dengan
jenis kelamin mereka masing-masing.
 Masa Bayi adalah Permulaan Kreativitas
Bayi memang lemah, namun ia selalu belajar
mengembangkan minat dan memulai kreativitas kemudian
menyesuaikan diri dalam lingkungan.
 Masa Bayi adalah Masa Berbahaya
Bahaya bisa terjadi kapan saja terutama pada masa bayi,
karena bahaya ini dapat berupa fisik dan psikologis yang
berakibat sangat fatal bagi perkembangn si bayi. Diantara
bahaya-bahaya fisik, yang paling parah adalah penyakit dan
kecelakaan karena sering menyebabkan ketidakmampuan atau
bahkan kematian. Karena pola perilaku, minat, dan sikap
terbentuk selama masa bayi, maka bahaya psikologis dapat
terwujud kalau diletakkan dasar-dasar yang buruk pada masa
ini.
 Perkembangan Bicara
Berbicara merupakan sarana berkomunikasi (Hurlock,
1980: 82). Bicara merupakan keterampilan mental-motorik.
Bicara tidak hanya melibatkan koordinasi kumpulan otot
mekanisme suara yang berbeda, tetapi juga mempunyai aspek
mental yakni kemampuan mengaitkan arti dengan bunyi yang
dihasilkan (Hurlock, 1978: 176).
 Beberapa tugas yang terlibat dalam belajar berbicara, antara
lain:

ix
 Pengucapan
Bayi belajar mengucapkan kata-kata sebagian melalui coba-
coba tetapi terutama dengan meniru ucapan orang dewasa.
 Membangun Kosa Kata
Mula-mula bayi belajar nama-nama orang dan benda,
kemudian kata-kata kerja.
 Kalimat
“Kalimat” bayi yang pertama muncul antara usia dua belas
dan delapan belas bulan, biasanya terdiri dari satu kata yang
disertai dengan isyarat.
 Beberapa bentuk komunikasi prabicara, yaitu sebagai berikut.
 Menangis
Menangis adalah salah satu dari cara-cara pertama bayi
berkomunikasi dengan dunia pada umumnya. Pada minggu
ketiga atau keempat dapat diketahui apa maksud tangis bayi
melalui nada, intensitas dan gerakan-gerakan badan yang
mengiringinya. Sebelum usia tiga tahun kebanyakan bayi
sudah belajar bahwa menangis adalah cara yang manjur
untuk memperoleh perhatian.
 Berceloteh
Berceloteh dimulai pada bulan kedua atau ketiga, mencapai
puncaknya pada delapan bulan dan kemudian berangsur-
angsur berubah menjadi bicara yang benar-benar. Ocehan
menghilang sama sekali pada saat masa bayi berakhir.
 Isyarat
Bayi menggunakan gerakan isyarat sebagai pengganti
bicara, bukan sebagai pelengkap pembicaraan seperti yang
dilakukan oleh kebanyakan anak yang lebih tua, remaja dan
orang dewasa. Banyak bayi menggunakan isyarat yang
dikombinasikan dengan kata-kata untuk membuat kalimat.
 Ungkapan-ungkapan emosi

x
Ungkapan emosi merupakan bentuk prabicara yang paling
efektif, karena tidak ada yang lebih ekspresif daripada
isyarat-isyarat wajah yang oleh bayi digunakan untuk
mengatakan keadaan emosinya kepada orang lain. Alasan
mengapa ungkapan emosi merupakan bentuk prabicara
yang bermanfaat adalah:
o Karena bayi belum mempelajari pengendalian emosi,
maka mudahlah bagi orang lain untuk mengetahui emosi
apa yang mereka alami melalui ungkapan-ungkapan
wajah dan badan.
o Bayi lebih mudah mengerti orang lain melalui ungkapan
wajah daripada melalui kata-kata.
 Perkembangan Sosialisasi
Perkembangan sosial yang dini memainkan peranan yang
sangat penting dalam menentuan hubungan sosial di masa
depan dan pola perilaku terhadap orang lain. Karena
kehidupan bayi berpusat di sekitar rumah, maka di
rumahlah diletakkan dasar perilaku dan sikap sosialnya
kelak. Terdapat sedikit bukti yang menyatakan bahwa sikap
social atau antisocial merupaan sikap bawaan. “Pengalaman
intersaksi sosial di dalam keluarga turut menentukan
menentukan pula cara-cara tingkah lakunya terhadap orang
lain. Apabila interaksi sosialnya di dalam keluarga tidak
lancar, maka besar kemungkinannya bahwa interaksi
sosialnya di dalam dengan masyarakat juga berlangsung
dengan tidak lancar (Ahmadi, 2002). Apakah seseorang
menjadi terikat ke luar atau ke dalam (ekstrovert atau
introvert) bergantung terutama pada pengalaman-
pengalaman sosial awal. Mengapa dasar-dasar sosial yang
di sini sangat penting adalah bahwa sekali terbentuk dasar-
dasar itu cenderung menetap kalau anak-anak menjadi lebih
besar. Anak yang pada saat bayi sering menangis,

xi
cenderung agresif dan menunjukan perilaku-perilaku yang
mencari perhatian. Sebaliknya, bayi yang ramah dan lebih
bahagia biasanya penyesuaian sosialnya lebih baik apabila
telah menjadi besar nanti.

Beberapa reaksi bayi terhadap orang dewasa antara lain


sebagai, berikut :

a. Dua sampai tiga bulan


Bayi dapat membedakan manusia dari benda mati dan
bayi tahu bahwa manusialah yang memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya. Bayi puas bila berada bersama manusia
dan tidak senang bila ditinggal sendiri.
b. Empat sampai lima bulan
Bayi ingin digendong oleh siapa saja yang
mendekatinya. Ia memberikan reaksi yang berbeda
kepada wajah-wajah yang tersenyum, suara-suara yang
menunjukan amarah.
c. Enam sampai tujuh bulan
Bayi membedakan “teman” dan “orang-orang asing”
dengan tersenyum pada yang pertama dan
memperlihatkan ketakutan akan kehadiran pada orang
yang terakhir. Ini merupakan awal dari “masa lalu”, juga
merupakan permulaan dari “masa terikat” yaitu masa
dimana bayi menunjukan keterikatan yang kuat kepada
ibu pengganti dan berkurangnya keramahtamahan.
d. Delapan sampai sembilan bulan
Bayi mencoba meniru kata-kata, isyarat, dan gerakan-
gerakan sederhana dari orang lain.
e. Dua belas bulan
Bayi mulai bereaksi terhadap larangan “jangan-jangan”.
f. Enam belas sampai delapan belas bulan

xii
Negativisme, dalam bentuk keras kepala tidak mau
mengikuti permintaan atau perintah dari orang dewasa
ditunjukan dengan perilaku menarik diri atau ledakan
amarah.
g. Dua puluh dua sampai dua puluh empat bulan
Bayi bekerja sama dalam sejumlah kegiatan rutin seperti
berpakaian, makan, dan mandi.
iii. Masa Anak (1-2 tahun)
Pada masa toddler (dibawah usia 3 tahun), pertumbuhan
fisik anak lebih lambat dibandingkan dengan masa bayi, tetapi
perkembangan motoriknya berjalan lebih cepat. Anak sering
mengalami penurunan nafsu makan sehingga tampak langsing dan
berotot, dan anak mulai berjalan jalan. Anak perlu diawasi dalam
beraktivitas karena anak tidak memperhatikan bahaya (Nursalam,
2005).
Pada masa ini, anak akan mengalami beberapa
perlambatan dalam pertumbuhan fisik. Pada tahun kedua, anak
hanya mengalami kenaikan berat badan sekitar 1,5–2,5 kg dan
penambahan tinggi badan 6-10 cm. Pertumbuhan otak juga akan
mengalami perlambatan, kenaikan lingkar kepala hanya 2 cm.
untuk pertumbuhan gigi, terdapat tambahan 8 buah gigi susu,
termasuk gigi geraham pertama dan gigi taring, sehingga
seluruhnya berjumlah 14-16 buah. Pada usia 2 tahun,
pertumbuhan fisik berat badan sudah mencapai 4x berat badan
lahir dan tinggi badan sudah mencapai 50 persen tinggi badan
orang dewasa. Menginjak usia 3 tahun, rata-rata berat badan naik
menjadi 2-3 kg/tahun, tinggi badan naik 6-8 cm/tahun, dan lingkar
kepala menjadi sekitar 50 cm.
Saat usia ini, anak masih tergantung penuh kepada orang
tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air
dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah
bertambah baik. Namun kemampuan lain masih terbatas. Masa

xiii
balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang
manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu
menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan
anak di periodeselanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini
merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah
terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa
keemasan.
Secara umum tumbuh kembang setiap anak berbeda-beda,
namun prosesnya senantiasa melalui tiga pola yang sama, yakni:

1. Pertumbuhan dimulai dari tubuh bagian atas menuju bagian


bawah (sefalokaudal). Pertumbuhannya dimulai dari kepala
hingga ke ujung kaki, anak akan berusaha menegakkan
tubuhnya, lalu dilanjutkan belajar menggunakan kakinya.
2. Perkembangan dimulai dari batang tubuh ke arah luar.
Contohnya adalah anak akan lebih dulu menguasai penggunaan
telapak tangan untuk menggenggam, sebelum ia mampu meraih
benda dengan jari.
3. Setelah dua pola di atas dikuasai, barulah anak belajar
mengeksplorasi keterampilan-keterampilan lain. Seperti
melempar, menendang, berlari dan lain-lain.
Menurut Sigmun Freud tahap perkembangan manusia terdiri
dari lima fase, yaitu fase oral, fase anal, fase phallic, fase laten, dan
fase genital. Dari kelima fase ini, tiga fase awal yaitu fase oral, anal
dan laten dilalui saat masa balita. (Wong, 2009)

a. Fase Oral
Fase oral dimulai dari saat dilahirkan sampai dengan 1-2 tahun.
Pada fase ini bayi merasa dipuaskan dengan makan dan
menyusui dan terjadi kelekatan dan hubungan yang emosional
antara anak dan ibu. Beberapa mengatakan bahwa pada saat anak
yang mengalami gangguan pada fase ini akan sering mengalami

xiv
stres dengan gejala gangguan pada lambung seperti maag atau
gastritis.
b. Fase Anal
Fase anal berkembang pada saat balita menginjak umur 15 bulan
sampai dengan umur 3 tahun. Pada fase ini balita merasa puas
dapat melakukan aktivitas buang air besar dan buang air kecil.
Fase ini dikenal pula sebagai periode "toilet training". Kegagalan
pada fase ini akan menciptakan orang dengan kepribadian agresif
dan kompulsif, beberapa mengatakan kelainan sado-masokis
disebabkan oleh kegagalan pada fase ini.
c. Fase Phallic
Fase phallic disebut juga sebagai fase erotik, fase ini berkembang
pada anak umur 3 sampai 6 tahun. Masa dimana anak mulai
mengenal organ genitalnya, mulai mempelajari peran tiap gander,
keingin tahuan akan gender atau kelamin lain muncul.
d. Fase Latensi
Terjadi pada usia 6-11 tahun. Masa dimana stabil atau tidaknya
dorongan yang ada.Ex : kecemburuan pada saudara
e. Fase Genital
Fase ini tejadi pada usia remaja, Semakin matangnya organ
seksual dan kuatnya dorongan seksual membuat remaja
membangun pemahaman baru mengenai dirinya.

iv. Masa Prasekolah (3-6 tahun)


Pada masa prasekolah, berat badan mengalami kenaikan
rata-rata 2kg/tahun. Tubuh anak terlihat kurus, akan tetapi aktivitas
motorik tinggi dan sistem tubuh mencapai kematangan dalam hal
berjalan, melompat, dan lain-lain. Tinggi badan bertambah rata-
rata 6,75-7,5 cm setiap tahun.
Pada masa ini anak mengalami proses perubahan pola
makan, umumnya mengalami kesulitan untuk makan. Anak juga
mulai menunjukkan kemandirian pada proses eliminasi.

xv
v. Masa Sekolah (6-12 tahun)
Fase perkembangan yang berlangsung sejak kira-kira umur 6
sampai 12 tahun, sama dengan masa usia Sekolah Dasar. Anak-
anak menguasai keterampilan-keterampilan dasar membaca,
menulis dan berhitung. Secara formal mereka mulai memastiki
dunia yang lebih luas dengan budayanya. Pencapaian prestasi
menjadi arah perhatian pada dunia anak, dan pengendalian diri
sendiri bertambah pula.
a. Tahap perkembangan anak usia sekolah
1) Aspek fisik
Kecerdasan perkembangan secara pesat,berpikir makin
logis dan kritis fantasis semakin kuat sehingga sering kali
terjadi konflik sendiri, penuh dengan cita-cita .
2) Aspek sosial
Mengejar tugas-tugas sekolah bermotivasi untuk belajar,
namun masih memiliki kecenderungan untuk kurang hati-
hati dan berhati-hati.
3) Aspek kognitif
Anak bermain dalam kelompok dengan aturan kelompok
(kerja sama). Anak termotivasi dan mengerti hal-hal
sistematik
b. Peran Dan Fungsi Keluarga Bagi Anak Usia Sekolah
Tugas perkembangan dalam anak usia sekolah menurut
Duval dam Miller Carter dan Mc Goldrik dalam Friedman
(1980) :
1) Mensosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan
prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan
teman sebaya yang sehat .
2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
3) Memenuhi kebutuhan fisik anggota keluarga

xvi
2.3 Masalah Kesehatan pada Kelompok Bayi dan Anak di Indonesia

Bayi dan anak-anak adalah kelompok yang rentan terhadap berbagai


penyakit karena sistem kekebalan tubuh mereka belum terbangun sempurna. Pada
usia ini, anak rawan dengan berbagai gangguan kesehatan, baik jasmani maupun
rohani.
1. Gizi kurang dan Gizi buruk
Hampir lebih dari 2 juta anak anak mengalami gizi buruk (Atmaria, 2005).
Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) dari tahun 2007 ke 2010 untuk gizi kurang tetap 13,0 dan untuk gizi
buruk dari 5,4 menjadi 4,9.
Pada saat ini masalah terbesar yang disebabkan oleh gizi buruk yang
banyak dijumpai di kalangan anak-anak Indonesia adalah penghambatan
pertumbuhan intra-uterin, malnutrisi protein energi, defisiensi yodium, defisiensi
vitamin A, anemia defisiensi zat besi dan obesitas (Atmaria, 2005). Anak-anak
yang mengalami defisiensi gizi, berat badan lahir rendah dan penghambatan
pertumbuhan akan tumbuh menjadi remaja dan juga orang dewasa yang
mengalami malnutrisi (Atmaria, 2005). Masalah malnutrisi dapat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan perkembangan pada anak anak dan remaja. Penyebab
gizi kurang dan gizi buruk dapat dipilah menjadi tiga hal, yaitu: pengetahuan dan
perilaku serta kebiasaan makan, penyakit infeksi, ketersediaan pangan.
Tingginya AKB dan masalah gizi pada bayi dapat ditangani sejak awal
dengan cara pemberian Air Susu Ibu (ASI). Menurut penelitian yang dilakukan
oleh UNICEF, risiko kematian bayi bisa berkurang sebanyak 22% dengan
pemberian ASI ekslusif dan menyusui sampai 2 tahun. Melalui pemberian ASI
eksklusif selama 6 bulan dapat menjamin kecukupan gizi bayi serta meningkatkan
daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi. Manfaat lain yang diperoleh dari
pemberian ASI adalah hemat dan mudah dalam pemberiannya serta manfaat
jangka panjang adalah meningkatkan kualitas generasi penerus karena ASI dapat
meningkatkan kecerdasan intelektual dan emosional anak.
2. Diare
Diare masih merupakan problema kesehatan utama pada anak terutama di
negara berkembang seperti Indonesia. Menurut data World Health Organization

xvii
(WHO) pada tahun 2009, diare adalah penyebab kematian kedua pada anak
dibawah 5 tahun. Penyakit diare sering menyerang bayi dan anak, bila tidak
diatasi lebih lanjut akan menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian.
Sekitar lima juta anak di seluruh dunia meninggal karena diare akut. Di Indonesia
pada tahun 70 sampai 80-an, prevalensi penyakit diare sekitar 200-400 per 1000
penduduk per tahun. Dari angka prevalensi tersebut, 70-80% menyerang anak
dibawah lima tahun.
Data nasional Depkes menyebutkan setiap tahunnya di Indonesia 100.000
balita meninggal dunia karena diare. Itu artinya setiap hari ada 273 bayi, dan anak
yang meninggal dunia dengan sia-sia, sama dengan 11 jiwa meninggal setiap
jamnya atau 1 jiwa meninggal setiap 5,5 menit akibat diare (Depkes RI, 2011).
Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi
buang air besar lebih dari tiga kali sehari disertai adanya perubahan bentuk dan
konsistensi tinja penderita (Sutanto, 1984; Winardi, 1981). Dikenal diare akut
yang timbul dengan tiba-tiba dan berlangsung beberapa hari dan diare kronis yang
berlangsung lebih dari tiga minggu bervariasi dari hari ke hari yang disebabkan
oleh makanan tercemar atau penyebab lainnya (Winardi, 1981).
Diare pada anak merupakan masalah yang sebenarnya dapat dicegah dan
ditangani. Terjadinya diare pada balita tidak terlepas dari peran faktor perilaku
yang menyebabkan penyebaran kuman, terutama yang berhubungan dengan
interaksi perilaku ibu dalam mengasuh anak dan faktor lingkungan dimana anak
tinggal. Faktor perilaku yang menyebabkan penyebaran kuman dan meningkatkan
resiko terjadinya diare yaitu tidak memberikan ASI ekslusif secara penuh pada
bulan pertama kehidupan, tidak menjaga hygiene alat makan dan minum anak.
(Assiddiqi, 2009).
3. ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas)
Infeksi Saluran Pernapasan Akut merupakan sekelompok penyakit
kompleks dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai penyakit dan dapat
mengenai setiap lokasi de sepanjang saluran nafas (WHO, 1986). ISPA
merupakan salah satu penyebab utama dari tingginya angka kematian dan angka
kesakitan pada balita dan bayi di Indonesia.

xviii
Berbagai laporan menyatakan ISPA anak merupakan penyakit yang paling
sering terjadi pada anak, mencapai kira-kira 50% dari semua penyakit balita dan
30% pada anak usia 5-12 tahun. Umumnya infeksi biasanya mengenai saluran
nafas bagian atas, hanya kurang dari 5% yang mengenai saluran pernapasan
bawah. Kejadian ISPA pada balita lebih sering terjadi di daerah perkotaan
dibandingkan pada balita di daerah pedesaan. Seorang anak yang tinggal di daerah
perkotaan akan mengalami ISPA sebanyak 5-8 periode setahun, sedangkan bila
tinggal di pedesaan sebesar 3-5 episode (WHO, 1992)
Secara klinis ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang
terjadi di setiap bagian saluran pernapasan dan berlangsung tidak lebih dari 14
hari. Adapun yang termasuk ISPA adalah influenza, campak, faringitis, trakeitis,
bronkitis akut, brokhiolitis dan pneumonia. Angka kematian yang tinggi karena
ISPA khususnya adalah pneumonia. Menurut beberapa faktor yang telah
mempengaruhi pneumonia dan kematian akibat ISPA adalah malnutrisi,
pemberian ASI kurang cukup, imunisasi tidak lengkap, defisiensi vitamin A,
BBLR, umur muda, kepadatan hunian, udara dingin, jumlah kuman yang banyak
di tenggorokan, terpapar polusi udara oleh asap rokok, gas beracun dan lain-lain
(WHO, 1992).
4. Campak
Penyakit campak adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan
oleh virus campak. Penularannya terjadi melalui udara ataupun kontak langsung
dengan penderita. Virus campak menyebar lewat percikan ludah penderita. Virus
cacar air bisa pindah ke tubuh orang sehat lewat bersentuhan langsung dengan
cacarnya. Untuk itu maka penderita campak dan cacar air dilarang masuk sekolah.

Gejala-gejalanya adalah demam, batuk, pilek dan timbul bercak merah di


kulit 3-5 hari setelah anak menderita demam. Bercak mula-mula timbul di pipi di
bawah telinga yang kemudian menjalar ke muka, tubuh dan anggota tubuh
lainnya. Komplikasi dari penyakit campak adalah pneumonia (radang paru-paru),
infeksi telinga, neuritis (radang pada syaraf), artritis (radang sendi) dan ensefalitis
(radang otak) yang dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen.

xix
5. Varisella
Cacar air atau varisela memang merupakan penyakit anak-anak yang
sudah ratusan tahun dikenal orang. Diawali dengan gejala melemahnya kondisi
tubuh, pusing, demam yang kadang-kadang diiringi batuk, dalam waktu 24 jam
timbul bintik-bintik yang berkembang menjadi lesi (mirip kulit yang terangkat
karena terbakar) dan terakhir menjadi benjolan-benjolan kecil berisi cairan.

Sekitar 250 – 500 benjolan akan timbul menyebar di seluruh bagian tubuh,
tidak terkecuali pada muka, kulit kepala, mulut bagian dalam, mata, termasuk
bagian tubuh yang paling intim. Namun dalam waktu kurang dari seminggu, lesi
ini akan mengering dan bersamaan dengan itu terasa gatal. Dalam waktu 1 – 3
minggu bekas pada kulit yang mengering akan terlepas.

Virus penyebab penyakit cacar air ini berpindah dari satu orang ke orang
lain melalui percikan ludah yang berasal dari batuk atau bersin penderita dan
diterbangkan melalui udara atau kontak langsung dengan kulit yang terinfeksi.
Komplikasi yang langka tapi bisa terjadi berupa radang paru, radang otak, radang
sumsum tulang, kegagalan hati, hepatitis serta sindrom Reye (kelainan pada otak
sekaligus hati).

6. Cacingan
Penyakit cacingan masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia. Infeksi cacing dapat ditemukan pada berbagai golongan
umur, namun prevalensi tertinggi ditemukan pada anak balita dan usia SD. Dari
penelitian didapatkan prevalensi penyakit cacingan sebesar 60-70%.
Penelitian di beberapa kota besar di Indonesia menunjukkan, kasus infeksi
cacing gelang (Ascaris lumbricoides) sekitar 25 – 35 persen dan cacing cambuk
(Trichuris trichiura) 65 – 75 persen. Resiko tertinggi terutama kelompok anak
yang mempunyai kebiasaan defekasi di saluran air terbuka dan sekitar rumah,
makan tanpa cuci tangan, dan bermain-main di tanah yang tercemar telur cacing
tanpa alas kaki.
7. Infeksi Kaki, Tangan dan Mulut
Infeksi Tangan Kuku dan Mulut disebabkan oleh virus entero, virus
coxsackie A16, ataupun virus entero 71. Masa inkubasi sekitar 3 - 6 hari.

xx
Penularannya sangat cepat diantara usia anak.melalui sentuhan dengan air hidung
atau mulut, kencing, ataupun pengeluaran. virus masuk melalui rongga mulut dan
saluran cerna.
Tanda dan gejala penyakit kaki tangan dan mulut adalah gelisah, demam
ringan, nyeri otot dan tulang dan hilang selera makan. Meskipun jarana infeksi
virus ini dapat menyebabkan myocarditis (infeksi otot jantung), pneumonia
(infeksi paru), meningoencephalitis (infeksi otak) dan kematian. Serangan
penyakit ini jarang berulang. Serangan penyakit kaki tangan dan mulut di Taiwan
oleh virus 71 mengakibatkan kematian pada 19.3% diakibatkan oleh pendarahan
paru.
8. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti.Tanda dan gejala, Demam tinggi mendadak selama 2-7 hari ( tanpa
sebab jelas ), pembesaran hati, mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, dan
konstipasi, Nyeri ulu hati karena adanya pendarahan di lambung, nyeri otot, nyeri
tulang sendi, Syok yang ditandai nadi lemah dan cepat disertai dengan tekanan
nadi yang menurun ( 20 mmHg atau kurang ), tekanan darah yang menurun
( tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang ), dan kulit yang teraba
dingin dan lembab, terutama pada ujung hidung, jari dan kaki. Penderita gelisah
serta timbul sianosis di sekitar mulut.

2.4 Indikator Kesehatan Kelompok Khusus Bayi dan Anak.

Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam


bidang kesehatan yang saat ini terjadi di Negara Indonesia (Kompas,
2006).Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab
anak sebagai generasi penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat
dikembangkan dalam meneruskan pembangunan bangsa, sehingga masalah
kesehatan anak menjadi salah satu prioritas dalam perencanaan pembangunan
bangsa.

xxi
Dalam menentukan derajat kesehatan di Indonesia, terdapat beberapa
indikator yang dapat digunakan, antara lain angka kematian bayi, angka kesakitan
bayi, status gizi, dan angka harapan hidup waktu lahir.

1. Angka Kematian Bayi


Angka kematian bayi menjadi indikator pertama dalam menentukan
derajat kesehatan anak (WHO, 2002) karena merupakan cerminan dari status
kesehatan anak saat ini. Tingginya angka kematian bayi di Indonesia disebabkan
oleh berbagai faktor, diantaranya adalah faktor penyakit infeksi dan kekurangan
gizi. Penyakit yang hingga saat ini masih menjadi penyebab kematian terbesar
dari bayi, diantaranya penyakit diare, tetanus, gangguan perinatal, dan radang
saluran napas bagian bawah (Hapsari, 2004).
Kematian pada bayi juga dapat disebabkan oleh trauma persalinan dan
kelainan bawaan yang kemungkinan besar disebabkan oleh rendahnya status gizi
ibu pada saat kehamilan serta kurangnya jangkauan pelayanan kesehatan dan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (WHO, 2002).
Indonesia masih memiliki angka kematian bayi dan balita yang cukup
tinggi. Masalah tersebut terutama dalam periode neonatal dan dampak dari
penyakit menular terutama pneumonia, malaria, dan diare ditambah dengan
masalah gizi yang dapat mengakibatkan lebih dari 80% kematian anak (WHO,
2002).
2. Angka Kesakitan Bayi
Angka kesakitan bayi menjadi indikator kedua dalam menentukan derajat
kesehatan anak, karena nilai kesakitan merupakan cerminan dari lemahnya daya
tahan tubuh bayi dan anak balita. Angka kesakitan tersebut juga dapat dipengaruhi
oleh status gizi, jaminan pelayanan kesehatan anak, perlindungan kesehatan anak,
faktor sosial ekonomi, dan pendidikan ibu.
3. Status Gizi
Status gizi menjadi indikator ketiga dalam menentukan derajat kesehatan
anak. Status gizi yang baik dapat membantu proses pertumbuhan dan
perkembangan anak untuk mencapai kematangan yang optimal. Kecukupan gizi
dapat memperbaiki ketahanan tubuh sehingga diharapkan tubuh akan bebas dari
segala penyakit. Status gizi ini dapat membantu untuk mendeteksi lebih dini

xxii
resiko terjadinya masalah kesehatan. Pemantauan status gizi dapat digunakan
sebagai bentuk antisipasi dalam merencanakan perbaikan kesehatan anak.
4. Angka Harapan Hidup Waktu Lahir
Angka harapan hidup waktu lahir dapat dijadikan tolok ukur selanjutnya
dalam menentukan derajat kesehatan anak. Dengan mengetahui angka harapan
hidup, maka dapat d`iketahui sejauh mana perkembangan status kesehatan anak.
Hal ini sangat penting dalam menentukan program perbaikan kesehatan anak
selanjutnya. Usia harapan hidup juga dapat menunjukkan baik atau buruknya
status kesehatan anak yang sangat terkait dengan berbagai faktor, sperti factor
social, ekonomi, budaya, dan lain-lain.
2.4.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan
Faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan anak balita
adalah sebagai berikut:

1. Faktor Kesehatan

Faktor kesehatan merupakan faktor utama yang dapat


menentukan status kesehatan anak secara umum.Faktor ini ditentukan
oleh status kesehatan anak itu sendiri, status gizi, dan kondisi sanitasi.

2. Faktor Kebudayaan

Pengaruh budaya juga sangat menentukan status kesehatan anak,


dimana terdapat keterkaiatan secara langsung antara budaya dengan
pengetahuan.Budaya di mayarakat dapat juga menimbulkan penurunan
kesehatan anak, misalnya terdapat beberapa budaya di masyarakat yang
dianggap baik oleh masyarakat padahal budaya tersebut justru
menrunkan kesehatan anak.

Sebagai contoh, anak yang badannya panas akan dibawa ke


dukun dengan keyakinan terjadi kesurupan/kemasukan barang ghaib.
Contoh lain, anak yang pasca operasi dilarang makan telur dan daging
ayam atau sapi karena dianggap dapat menambah nyeri dan jumlah
nanah atau pus pada luka operasi dan menghambat proses
penyembuhan luka operasi. Berbagai contoh budaya yang ada di

xxiii
masyarakat tersebut sangat besar mempengaruhi derajat kesehatan anak,
mengingat anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangan yang
tentunya membutuhkan perbaikan gizi atau nutrisi yang cukup.

3. Faktor Keluarga

Faktor keluarga dapat menentukan keberhasilan perbaikan status


kesehatan anak.Pengaruh keluarga pada masa pertumbuhan dan
perkembangan anak sangat besar melalui pola hubungan anak dan
keluarga serta nilai-nilai yang ditanamkan.Apakah anak dijadikan
sebagai pekerja ataukah diperlakukan sebagaimana mestinya dan
dipenuhi kebutuhannya baik asah, asih, dan asuhnya.

Peningkatan status kesehatan anak juga terkait langsung dengan


peran dan fungsi keluarga terhadap anaknya, seperti membesarkan
anak, memberikan dan menyediakan makanan, melindungi kesehatan,
memberikan perlindungan secara psikologis, menanamkan nilai budaya
yang baik, memepersiapkan pendidikan anak, dan lain-lain (Behrman,
2000).

2.5 Program dan Kebijakan Pemerintah untuk Kesehatan Bayi dan Anak

Pemerintah telah membuat berbagai kebijakan untuk mengatasi persoalan


kesehatan anak, khususnya untuk menurunkan angka kematian anak, di antaranya
sebagai berikut:

1. Meningktakan mutu pelayanan kesehatan dan pemerataan pelayanan kesehatan.


Untuk meningkatkan mutu pelayanan serta pemerataan pelayanan
kesehatan yang ada di masyarakat telah dilakukan berbagai upaya, salah
satunya adalah dengan meletakkan dasar pelayanan kesehatan pada sektor
pelayanan dasar. Pelayanan dasar dapat dilakukan di puskesmas induk,
puskesmas pembantu, posyandu, serta unit-unit terkait di masyarakat. Cakupan
pelayanan diperluas dengan pemerataan pelayanan kesehatan untuk segala
aspek atau lapisan masyarakat. Bentuk pelayanan tersebut dilakukan dalam
rangka jangkauan pemerataan pelayanan kesehatan. Upaya pemerataan tersebut

xxiv
dapat dilakukan dengan penyebaran bidan desa, perawat komunitas, fasilitas
balai kesehatan, pos kesehatan desa, dan puskesmas keliling.
2. Meningkatkan status gizi masyarakat
Peningkatan status gizi masyarakat merupakan bagian dari upaya untuk
mendorong terciptanya perbaikan status kesehatan. Dengan pemberian gizi
yang baik untuk mendorong terciptanya perbaikan status kesehatan. Dengan
pemberian gizi yang baik diharapkan pertumbuhan dan perkembangan anak
akan baik pula, disamping dapat memperbaiki status kesehatan anak. Upaya
tersebut dapat dilakukan melalui upaya perbaikan gizi keluarga atau dikenal
dengan nama UPGK. Kegiatan UPGK tersebut didorong dan diarahkan pada
peningkatan status gizi, khususnya pada masyarakat yang rawna memiliki
resiko tinggi terhadap kematian atau kesakitan. Kelompok beresiko tinggi
terdiri atas anak balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan lansia yang golongan
ekonominya rendah.
3. Meningkatkan peran serta masyarakat
Peningkatan peran serta masyarakat dalam membantu perbaikan status
kesehatan ini penting, sebab upaya pemerintahan dalam rangka menurunkan
kematian bayi dan anak tidak dapat dilakukan hanya oleh pemerintah,
melainkan peran serta masyarakat dengan keterlibatan atau partisipasi secara
langsung. Melalui peran serta masyarakat diharapkan mampu pula bersifat
efektif dan efisien dalam pelayanan kesehatan. Upaya atau program pelayanan
kesehatan yang membutuhkan peran serta masyarakat antara lain pelaksanaan
imunisasi, penyediaan air bersih, sanitasi lingkungan, pebaikan gizi, dan lain-
lain.
4. Meningktakan manajemen kesehatan
Upaya pelaksanaan program pelayanan kesehatan anak dapat berjalan dan
berhasil dengan baik bila didukung dengan perbaikan dalam pengelolahan
pelayanan kesehatan. Dalam halini adalah peningkatan manajemen pelayanan
kesehatan melalui pendayagunaan tenaga kesehatan professional yang mampu
secara langsung mengatasi masalah kesehatan anak.
Adapun kegiatan-kegiatan yang menunjang kebijakan tersebut antara lain :

1. Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu)

xxv
Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dan petugas
Puskesmas. Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat yang merupakan salah
satu wujud peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan, tempat
mayarakat memperoleh pelayanan KB, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Gizi,
Imunisasi dan Penanggulangan diare pada waktu dan tempat yang sama. Kegiatan
di posyandu merupakan kegiatan nyata yang melibatkan partisipasi masyarakat
dan untuk masyarakat, yang dlaksanakan oleh kader-kader kesehatan, yang telah
mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari Puskesmas mengenai pelayanan
kesehatan dasar dengan tujuan tertentu. Tujuan penyelenggaraan posyandu, yaitu:
a. mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak dan angka
kelahiran,
b. mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
(NKKBS) agar masyarakat dapat mengembangkan kegiatan kesehatan
dan kegiatan lain yang menunjang sesuai kebutuhan dankemampuan,
c. meningkatkan kemandirian masyarakat,
d. meningkatkan cakupan Puskesmas,
e. mempercepat tercapainya NKKBS (Sudarono, 1989). Sasaran
penyelenggaraan Posyandu dalam hal ini adalah pada bayi usia kurang
dari 1 tahun, anak Baita (Usia 1-4 tahun, ibuhamil, melahirkan, dan
menyusui, serta wanita Pasangan Usia Subur (PUS).

Kegiatan POSYANDU bermacam-macam, diantaranya :

a. penyuluhan nutrisi di Posyandu sebagai bagian dari UPGK dalam


langkah-langkah kebijaksananaan perbaikan gizi merupakan kegiatan
upaya langsung yang meliputi, pemantauan tumbuh kembang anak
balita dengan Kartu Menuju Sehat KMS) melalui penimbangan oleh
kader, Pemberian Makananan Tambahan (PMT), pemeriksaan
kesehatan anak penyuluhan gizi ditekankan pada pentingya
penggunaan Air Susu Ibu (ASI) dan makanan pendamping ASI (MP-
ASI), pemeberian kapsul vitamin A dan pemberian oralit.

xxvi
b. Selain itu juga pemberian pelayanan anak usia balita yang meliputi
pelayanan keluarga untuk ibu dan anak dengan memberikan pelayanan
imunisasi, penanggulangan diare, dan penyuluhan kesehatan.

2. BKB (Bina Keluarga Balita)


Bina keluarga balita adalah kegiatan yang khusus mengelola tentang
pembinaan tumbuh kembang anak melalui pola asuh yang benar berdasarkan
kelompok umurm yang dilaksanakan oleh sejumlah kader dan berada di tingkat
RW. (Pedoman Pembinaan Kelompok Bina Keluarga Balita Tahun 2006).
Program ini merupakan suatu program yang melengkapi program-program
pengembangan sumber daya menusia yang telah dilaksanakan seerti program-
program perbaikan kesehatan dan gizi ibu dan anak (BKKBN, 1992). Tujuan
BKB adalah sebagai berikut:
a. Bagi orang tua:
1) Agar dapat mengurus dan merawat anak serta pandai membagi
waktu dan mengasuh anak
2) Untuk memperluas wawasan dan pengetahuan tentang pola asuh
anak yang benar
3) Untuk meningkatkan keterampilan dalam g=hal mengasuh dan
mendidik anak balita
4) Supaya lebih terarah dalam cara pembinaan anak
5) Agar mampu mencurahkan perhatian dan kasih saying terhadap
anak sehingga tercipta ikatan batin yang kuat
6) Agar mampu membentuk anak yang berkualitas
b. Bagi anak, diharapkan:
1) Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2) Berkepribadian luhur
3) Tumbuh dan berkembang secara optimal
4) Cerdas, terampil, dan sehat
5) Memiliki dasar kepribadian yang kuat guna perkembangan
selanjutnya.
3. Program PAUD

xxvii
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum
jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang
ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal,
nonformal, dan informal. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu
bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan
dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus
dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan
spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan
komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang
dilalui oleh anak usia dini.
Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini, yaitu:
a. untuk membentuk anak yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan
berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya
b. untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar
(akademik) di sekolah.

2.6 Ruang Lingkup Asuhan Keperawatan Kelompok Khusus Bayi dan Anak

Ruang lingkup kegiatan keperawatan kelompok khusus balita mencakup


upaya-upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan resosilitatif melalui
berbagai kegiatan yang terorganisisasi sebagai berikut:

1. Upaya Promotif
a. Penyuluhan untuk memberikan informasi kepada orangtua, terutama
ibu tentang pemenuhan dan peningkatan gizi bayi sesuai usia tumbuh
kembangnya. Bayi usia 1 sampai 6 bulan hanya boleh diberikan ASI,
lebih dari 6 bulan diperbolehkan untuk diberikan makanan
pendamping ASI.
b. Memberikan informasi tentang kebersihan diri bayi meliputi cara
memandikan bayi yang benar, cara perawatan tali pusat, cara
mengganti popok bayi, dsb.

xxviii
c. Penyuluhan tentang pentingnya imunisasi yang meliputi jenis-jenis
imunisasi, usia pada saat dilakukan imunisasi, manfaat, efek samping,
dan akibat yang akan timbul jika tidak dilakukan imunisasi.
d. Memberikan informasi tentang pentingnya memeriksakan bayi dan
anak yang sakit ke petugas kesehatan
e. Memberikan informasi tentang pemantauan tumbuh kembang bayi dan
anak.
f. Memberikan informasi tentang kebersihan diri adalah upaya yang di
lakukan untuk menjaga tubuh atau badan agar ada selalu dalam
keadaan bersih dan sehat diantaranya: kebersihan gigi dan mulut serta
tangan dan kuku .
2. Upaya Preventif
a. Imunisasi terhadap bayi dan balita.
b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas,
maupun kunjungan rumah.
c. Posyandu untuk penimbangan dan pemantauan kesehatan anak.
d. Pemberian vitamin A, yodium, dan obat cacing.
e. Skrining untuk deteksi penyakit atau kelainan pada bayi dan anak sejak
dini.
f. Melatih Cara Perawatan Gigi (menggosok gigi yang benar) dan
Perawatan tangan dan kuku (mencuci tangan dan memotong kuku)
pada anak usia sekolah..
3. Upaya Kuratif
a. Melakukan pelayanan kesehatan dan keperawatan.
b. Melakukan rujukan medis dan kesehatan. Bayi atau balita dengan
penyakit tertentu perlu diberikan perawatan lebih lanjut.
c. Perawatan lanjutan dari Rumah Sakit, dilakukan oleh orangtua tetapi
masih dalam pengawasan petugas kesehatan untuk memulihkan
kondisi kesehatan bayi atau anak.
d. Perawatan tali pusat terkendali pada bayi baru lahir.
3. Upaya Rehabilitatif

xxix
Bayi dan balita pasca sakit, perlu waktu untuk masa pemulihan. Upaya
pemulihan yang dapat dilakukan yaitu latihan fisik dan fisioterapi.
4. Resosialitatif
Upaya mengembalikan ke dalam pergaulan masyarakat. Misal: kelompok
balita yang diasingkan karena autis, ADHD.

2.6.1 Peran Perawat Komunitas pada Kelompok Khusus Bayi dan Anak

Perawat komunitas minimal dapat berperan sebagai pemberi pelayanan


kesehatan melalui asuhan keperawatan, pendidik atau penyuluh kesehatan,
penemu kasus, penghubung dan koordinator, pelaksana konseling
keperawatan, dan model peran.

Dua peran perawat kesehatan komunitas, yaitu sebagai pendidik dan


penyuluh kesehatan serta pelaksana konseling keperawatan kepada kelompok
khusus balita merupakan bagian dari ruang lingkup promosi
kesehatan.Berdasarkan peran tersebut, perawat kesehatan masyarakat
diharapkan dapat mendukung kelompok khusus balita mencapai derajat
kesehatan yang optimal. Peran perawat komunitas pada kelompok khusus
balita:

1. Pelaksana Pelayanan Keperawatan (care provider)


Peranan utama perawat komunitas yaitu sebagai pelaksana asuhan
keperawatan kepada balita, baik itu balita dalam kondisi sehat maupun
yang sedang sakit.
2. Pendidik (health educator)
Perawat sebagai pendidik atau penyuluh, memberikan pendidikan atau
informasi kepada keluarga yang berhubungan dengan kesehatan balita.
Diperlukan pengkajian tentang kebutuhanklienuntukmenentukankegiatan
yang akan dilakukan dalam penyuluhan atau pendidikan kesehatan balita.
Dari hasil pengkajian diharapkan dapat diketahui tingkat pengetahuan
klien dan informasi apa yang dibutuhkan.
3. Konselor

xxx
Perawat dapat menjadi tempat bertanya atau konsultasi oleh orangtua
yang mempunyai balita untuk membantu memberikan jalan keluar
berbagai permasalahan kesehatan balita dalam kehidupan sehari-hari.
4. Pemantau Kesehatan (health monitor)
Perawat ikut berperan memantau kesehatan balita melalui posyandu,
puskesmas, atau kunjungan rumah.Pemantauan ini berguna mengetahui
dinamika kesehatan balita terutama pertumbuhan dan perkembangannya,
sehingga jika terjadi masalah kesehatan dapat dideteksi sejak dini dan
diatasi secara tepat dengan segera.
5. Koordinator Pelayanan Kesehatan (coordinator of service)
Pelayanan kesehatan merupakan kegiatan yang bersifat menyeluruh
dan tidak terpisah-pisah. Perawat juga dapat berperan sebagai pionir untuk
mengkoordinir berbagai kegiatan pelayanan di masyarakat terutama
kesehatan balita dalam mencapai tujuan kesehatan melalui kerjasama
dengan tim kesehatan lainnya.
6. Pembaharu (inovator)
Tidak seluruhnya masyarakat mempunyai bekal pengetahuan
mengenai kesehatan balita.Perawat disamping memberikan penyuluhan
juga dapat menjadi pembaharu untuk merubah perilaku atau pola asuh
orangtua terhadap balita di suatu wilayah, misalnya budaya yang tidak
sesuai dengan perilaku sehat.

7. Panutan (role model)


Perawat sebagai salah satu tenaga medis dipandang memiliki ilmu
kesehatan yang lebih dari profesi lainnya di luar bidang kesehatan. Oleh
sebab itu akan lebih mulia bagi perawat untuk mengamalkan ilmunya
dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat memberikan contoh baik,
misalnya memberi contoh tata cara merawat balita.

8. Fasilitator
Perawat menjadi penghubung antara masyarakat dengan unit
pelayanan kesehatan dan instansi terkait, melaksanakan rujukan.

xxxi
BAB III

TINJAUAN KASUS

Di  Kelurahan Sukorejo posyandu pos VIII Sukorejo terdapat 51 bayi dan
balita yang terdiri diri dari : 0-12 bulan = 21, 13-36 bulan = 15, 37-60 bulan = 30.
Berdasarkan informasi dari kader posyandu, Bayi dan Balita dengan berat badan
sangat kurus 1 orang , Balita yang diare karena keterbatasan daya tahan tubuh
balita 6 orang, Bayi dan Balita yang berat badannya tidak sesuai dengan umur
(Berat badan balita yang berada digaris kuning ) 4 orang. Sebagian besar ibunya
bekerja sebagai ibu rumah tangga dan kepala keluarganya sebagian bekerja di
pabrik sebagai buruh pabrik dan sebagian lagi di pemerintahan. Antar rumah
saling berdekatan sehingga jika terjadi kebakaran sangat sulit buat petugas
pemadam kebakaran untuk memadamkan api, pembangunan gorong- gorong di
sungai, sehingga air di bendung dan tidak mengalir lancar, selokan di depan
rumah warga banyak yang tersumbat, jalan di depan rumah kotor, banyak kardus
basah sisa sampah banjir yang di buang sembarangan, mayoritas warga beragama
islam. Di wilayah ini memiliki 1 masjid, untuk beraktivitas warga menggunakan
sepeda  motor untuk alat transportasi. Biasanya  ibu-ibu sering mengajak balitanya
naik mobil aneka warna yang diputarkan lagu-lagu anak untuk berkeliling di
sekitar kampung dengan biaya Rp.5000,00 untuk 1x putaran, serta setiap minggu
pagi, ibu yang memilki balita, sering membawa balitanya jalan-jalan di Pasar
Legi.
3.1 PENGKAJIAN DATA
Pukesmas : UPTD Puskesmas Kec. Sukorejo
Tanggal : 5 Juni 2021
Nama Kelompok : Kelompok khusus balita posyandu pos VIII Sukorejo
Alamat : Kelurahan Sukorejo
Sumber Data : Balita, Orang tua balita, Kader dan KMS
Fasilitas Ruangan : Teras terbuka
Meja 3 buah
Kursi panjang 1
Kursi kecil 10 buah

xxxii
Timbangan gantung 1 buah
Timbangan kaki 1 buah
Timbangan bayi 1 buah
Medline 1 buah
Meteran tinggi badan 1 buah
Mainan
Di kelurahan Sukorejo posyandu pos VIII Sukorejo terdapat 51 balita
Jarak untuk mencapai pelayanan kesehatan terdekat
a. Puskesmas pembantu : 300 m
b. Posyandu : 100 m
1. DATA INTI
Umur  : 0-12 bulan = 21
: 1-3 tahun = 15
: 3-5 tahun = 30

Chart Title
25

20

15

10

0
0-12 bln 1-3 thn 3-5 thn

laki-laki perempuan

Jumlah kader posyandu : 5 orang

Pekerjaan : sebagian besar ibu yang memiliki bayi dan anak


bekerja sebagai ibu rumah tangga sedangkan
kepala keluarganya sebagian bekerja di pabrik
sebagai buruh pabrik dan sebagian lagi di
pemerintahan
Agama         : mayoritas islam
Data statistik :   Berdasarkan informasi dari kader setempat
- Bayi dan Balita dengan berat badan sangat kurus 1 orang

xxxiii
- Balita yang diare karena keterbatasan daya tahan tubuh 6 orang
- Bayi dan Balita yang berat badannya tidak sesuai dengan umur (Berat
badan balita yang berada digaris kuning ) 4 orang
2. DATA SUB SISTEM
a. Lingkungan Fisik
1. Perumahan dan lingkungan: antar rumah berdekatan, tipe rumah
permanen, pembangunan gorong- gorong di sungai sehingga air di
bendung dan tidak mengalir lancar, selokan di depan rumah warga
banyak yang tersumbat, jalan di depan rumah kotor, banyak kardus
basah sisa sampah banjir yang di buang sembarangan.
2. Lingkungan terbuka : mayoritas tidak mempunyai halaman rumah
yang luas
3. Kebiasaan: balita yang berumur 2-4 th sering mengkonsumsi
makanan siap saji seperti sosis yang berwarna mencolok.
4. Transportasi: ibu mengantarkan bayi dan balita ke posyandu dengan
jalan kaki sedangkan untuk beraktivitas biasanya menggunakan
sepeda motor.
5. Pusat pelayanan:  terdapat 1 posyandu dan 1 puskesmas pembantu
6. Tempat belanja: dipasar tradisional dan mini market
7. Tempat ibadah: 1 masjid
b. Pelayanan Kesehatan Dan Sosial
Pelayanan kesehatan terdapat 1 posyandu dan 1 puskesmas pembantu
c. Ekonomi
Berdasarkan hasil wawancara, perekonomian masyarakat menengah
kebawah
d. Keamanan Dan Transportasi
Bila terjadi kebakaran, mobil pemadam kebakaran kesulitan
untuk masuk di pemukiman warga karena jarak antar rumah berdekatan
dan gangnya sangat sempit. Mayoritas warga menggunakan alat
transportasi sepeda motor untuk pergi beraktivitas.
e. Pemerintahan

xxxiv
Posyandu pos VIII Sukorejo merupakan RT 03,02,03 dan RW 03
di kelurahan Sukorejo. Kader yang dimiliki sebanyak 5 orang.
f. Politik
Pemerintah sudah memberikan pelatihan kepada kader, untuk
mengajarkan kepada ibu balita, agar segera memberikan oralit pada
balitanya yang terkena diare dan lansung di bawa ke puskesmas untuk
tindakan lebih lanjut.
g. Komunikasi
Komunikasi ibu yang dilakukan pada bayi dan balitanya dengan
komunikasi verbal maupun non verbal. Informasi dari RT/RW setempat
dilakukan dengan menggunakan pengeras suara melalui siaran di
masjid.
h. Pendidikan
Tingkat pendidikan orang tua bayi 10 orang, dan balita 10 orang,
diantaranya 2 orang lulusan  SD,8 orang SMP dan selebihnya SMA/
SMK.
i. Keyakinan tentang kesehatan
100 % balita sudah mendapatkan imuninasi dasar sesuai umur.
91,8% Ibu mengatakan keinginannya untuk mengetahui informasi
tentang imunisasi terbaru yang sedang digalakkan puskesmas. Tetapi
ketika ditanya tentang tumbuh kembang anak sesuai umur Ibu
mengatakan kurang begitu tahu. Kemudian ketika ditanya tentang
stimulasi tumbuh kembang yang perlu dilakukan pada anak, ibu
mengatakan anak akan tumbuh dan berkembang sendiri seiring
pertambahan umurnnya. 87,7% ibu mengatakan sebelum anak usia 6
bulan hanya boleh diberi ASI saja, setelah 6 bulan baru boleh diberi
makan pendamping seperti bubur sun, biscuit, sayur, buah-buahan dan
nasi jika sudah bisa menunyah. 91,8% ibu mengatakan sudah pernah
disuluh tentang gizi balita. Sebanyak 10 orang ibu dengan anak yang
menderita Diare mengatakan badan anak lemas dan sulit makan.

xxxv
j. Rekreasi
Dari hasil wawancara, ibu sering mengajak balitanya naik mobil
aneka warna yang diputarkan lagu- lagu anak untuk berkeliling di
sekitar kampung dengan biaya Rp.5000,00 untuk 1x putaran, serta
setiap Minggu pagi, Ibu yang memilki balita, sering membawa
balitanya jalan-jalan di Pasar Legi.
3.2 ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS : Tingkat Koping
- 5 ibu balita yang penyakit komunitas tidak
mengalami diare masyarakat efektif
mengatakan anaknya meningkat
mengalami diare sejak
kemarin
- BAB cair > 4x
- Sudah coba diberikan oralit
DO :
- Sebanyak 5 balita
menderita diare
- Pembangunan  gorong-
gorong di sungai, sehingga
air di bendung dan tidak
mengalir lancar, selokan di
depan rumah warga banyak
yang tersumbat, jalan di
depan rumah kotor, banyak
kardus basah sisa sampah
banjir yang di buang
sembarangan.

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Koping komunitas tidak efektif (D.0095) b.d tingkat penyakit
masyarakat meningkat

3.4 INTERVENSI
DIAGNOSA
N
KEPERAWA SLKI SIKI
O
TAN

xxxvi
1 Koping Setelah dilakukan asuhan Edukasi Kesehatan
komunitas keperawatan selama x 24 (I.12383)
tidak efektif jam diharapkan koping Observasi
b.d tingkat komunitas membaik 1. Identifikasi kesiapan
penyakit Luaran status koping dan kemampuan
masyarakat komunitas ( L.05089 ) menerima informasi
meningkat Ekspektasi membaik 2. Identifikasi factor-
(D.0095) 1. Sumber daya komunitas faktor yang dapat
meningkat (5) meningkatkan
2. Partisipasi masyarakat motivasi perilaku
meningkat (5) hidup bersih dan sehat
3. Komunikasi positif
meningkat (5) Terapeutik
4. Tingkat kejadian 1. Sediakan materi dan
penyakit menurun (5) media pendidikan
kesehatan
2. Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
3. Berikan kesempatan
untuk bertanya
Edukasi
1. Jelaskan factor risiko
yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
2. Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
3. Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat

xxxvii
Diagnosa Tujuan Rencana tindakan Sasaran Metode Waktu Tempat PJ Sumber
keperawatan dana

Koping 1.Tujuan umum : Edukasi Kesehatan Warga Komunikas Juni 2021 Balai Mahasis
komunitas tidak Status komunitas (I.12383) Kelurahan i dan Posyandu wa
efektif b.d Observasi
tingkat penyakit membaik Sukorejo RT 1, informasi. Pos VIII
1. Identifikasi
masyarakat kesiapan dan 2, 3 RW 3 Sukorejo
meningkat Ceramah,
2. Tujuan khusus : kemampuan
(D.0095) di menerima tanya
Kelurahan 1.Sumber daya
informasi jawab,
Sukorejo komunitas
2. Identifikasi
meningkat(5 ) diskusi
yang factor-faktor
2.Partisipasi
yang dapat
dimanifestasikan masyarakat
meningkatkan
dengan Data meningkat( 5 )
motivasi
3.Komunikasi
dari kader perilaku hidup
positif
terdapat 5 balita bersih dan
meningkat( 5 )
sehat
yang diare 4.Tingkat
kejadian
akibat Terapeutik
penyakit
pemberian susu 1. Sediakan
menurun( 5 )
materi dan
formula dan
media
pembangunan pendidikan
gorong-gorong kesehatan
2. Jadwalkan
di sungai
pendidikan

38
sehingga air kesehatan
dibendung dan sesuai
kesepakatan
tidak lancar.
3. Berikan
kesempatan
untuk bertanya
Edukasi
1. Jelaskan
factor risiko
yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
2. Ajarkan
perilaku hidup
bersih dan
sehat
3. Ajarkan
strategi yang
dapat
digunakan
untuk
meningkatkan
perilaku hidup
bersih dan
sehat

39
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Bayi dan anak-anak adalah kelompok yang rentan terhadap berbagai
penyakit karena sistem kekebalan tubuh mereka belum terbangun sempurna. Pada
usia ini, anak rawan dengan berbagai gangguan kesehatan, baik jasmani maupun
rohani.Salah satunya adalah penyakit diare.Diare pada anak merupakan masalah yang
sebenarnya dapat dicegah dan ditangani. Terjadinya diare pada balita tidak terlepas dari
peran faktor perilaku yang menyebabkan penyebaran kuman, terutama yang berhubungan
dengan interaksi perilaku ibu dalam mengasuh anak dan faktor lingkungan dimana anak
tinggal. Oleh karena itu, konsep keperawatan yang diberikan pada kelompok ini
diaplikasikan dalam bentuk pelayanan kesehatan yaitu pemebrian pendidikan kesehatan
dimana kegiatan itu dapat melekat pada kegiatan Pelayanan kesehatan kelompok
diantaranya Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu),BKB (Bina Keluarga Balita), PAUD
(Pendidikan Anak Usia Dini).
Saran
a. Bagi Perawat
Perawat sebagai care giver diharapkan mampu memberikan
pendidikan kesehatan kepada bayi, dan anak serta keluarga dalam bentuk
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative.
b. Bagi Keluarga
Keluarga terutama ibu merupakan pemegang peran penting dalam
menentukan kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan bayi, dan anak.
Oleh karena itu keluarga diharapkan mampu memahami konsep pendidikan
kesehatan dan memperhatikan kebersihan lingkungan sehingga anak dapat
tumbuh sehat sehingga tidak mempengaruhi tumbuh kembang anak.

40
DAFTAR PUSTAKA

Elisabeth T. Anderson dan RN. Judith Mc. Farlane. 2012. Community as a Partner,
6th Ed +Introduction to Community Based Nursing, 5 th Ed: Theory and
Practic in Nursing. Lippincot Williams and Wilkins, 2012
Efendi, Ferry & Makhfudi. 2013. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan
Praktik Keperawatan. Jakarta : Salemba medika
Nursalam.2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika
Hidayat, A. Aziz Alimul.2008.Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan.Jakarta:Salemba Medika
Supartini,Yupi. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak.Jakarta : EGC
http://eprints.undip.ac.id/153/1/Moeljono_Trastotenojo.pdf diakses pada tanggal 14
September 2014 pukul 08.05 WIB
http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-content/uploads/downloads/2011/01/Materi-
Advokasi-BBL.pdf diakses pada tanggal 14 September 2014 pukul 08.09
WIB
http://badankbp.blogspot.com/ diaskses pada tanggal 10 Juni 2021 pukul 19.00 WIB
http://arifsulistyo.wordpress.com/jurusan-pls/pengertian-paud/ diaskses pada tanggal
10 Juni 2021 pukul 20.00 WIB
PPNI.2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1, Jakarta:DPP PPNI
PPNI.2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1, Jakarta: DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

41

Anda mungkin juga menyukai