Hukum Lingkungan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

A.

PENGERTIAN HUKUM LINGKUNGAN


Hukum Lingkungan merupakan terjemahan dari istilah Enviromental Law (dalam
bahasa Inggris), Millieu Recht (bahasa Belanda), yang sama mempunyai makna yaitu hukum
yang mengatur tatanan lingkungan yang ada di sekitar manusia. Hukum Lingkungan
menurut Soedjono adalah hukum yang mengatur tatanan lingkungan hidup, dimana
lingkungan mencakup semua benda dan kondisi, termasuk di dalamnya manusia berada dan
mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia dan jasadjasad hidup
lainnya. Hukum lingkungan mengatur pola lingkungan beserta semua perangkat dan serta
kondisi bersama manusia yang berada dan mempengaruhi lingkungan tersebut.
Hukum lingkungan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang No 32 Tahun 2009,
dimana Undang-undang ini mengatur bagaimana perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup dengan sistematis demi tercapainya keseimbangan lingkungan serta kesejahteraan
manusia sebagai satu kesatuan dalam lingkungan. Selain demi kesejahteraan dan
keseimbangan, Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 juga mengatur tentang upaya untuk
melestarikan lingkungan secara berkelanjutan serta  mencegah kerusakan lingkungan.
B. PENGERTIAN LINGKUNGAN HIDUP
Menurut pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa Lingkungan
hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan
perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

C. LATAR BELAKANG HUKUM LINGKUNGAN DI INDONESIA


Manusia tumbuh dan berkembang bersama lingkungan di sekitarnya. Setiap interaksi
manusia baik sesama manusia dan dengan lingkungan akan memberikan dampak
bagi lingkungan baik positif maupun negatif. Oleh karena itu, dirancang sebuah
aturan hukum untuk mengatur keseimbangan manusia dan lingkungan tempat tinggalnya.
Hukum lingkungan mengatur pola lingkungan beserta semua perangkat dan serta kondisi
bersama manusia yang berada dan mempengaruhi lingkungan tersebut.
D. SEJARAH PENGATURAN HUKUM LINGKUNGAN DI INDONESIA
Dalam konteks lingkungan hidup, di Indonesia ada peraturan yang mengatur tentang
masalah lingkungan hidup. Regulasi ini bukanlah hal yang baru, karena cukup banyak
peraturan hukum yang dapat dikelompokkan ke dalam apa yang dinamakan Hukum
Lingkungan, yang tersebar dalam berbagai peraturan.
Sebagian dari peraturan-peraturan tersebut, bahkan sudah ada sejak zaman Belanda
dan sudah berusia lebih daripada setengah abad. Tetapi tampaknya setiap peraturan itu
berdiri sendiri-sendiri dan tidak ada ikatan antara satu dengan yang lainnya, selain itu
efektivitas dari peraturan-perundang-undangan itu sudah banyak yang berkurang.
Tonggak sejarah pengaturan Hukum Lingkungan di Indonesia secara komprehensif
atau disebut environmental oriented law adalah dengan lahirnya Undang-undang Nomor 4
Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan (LN 1982 No. 12,
TLN No. 3215), yang disingkat dengan Undang-Undang Lingkungan Hidup. yang kemudian
diganti dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup (LN 1997 No. 12, TLN No. 3215) yang disingkat UUPLH dan sekarang diganti lagi
dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (LNRI Tahun 2009 Nomor 140 TLN Nomor 5059) yang disingkat
dengan UUPPLH.
Perbedaan mendasar antara Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 dengan Undang-
Undang No. 32 Tahun 2009 adalah adanya penguatan yang terdapat dalam Undang-Undang
No. 32 Tahun 2009 tentang prinsip-prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
yang didasarkan pada tata kelola pemerintahan yang baik karena dalam setiap proses
perumusan dan penerapan instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup serta penanggulangan dan penegakan hukum mewajibkan pengintegrasian
aspek transparansi, partisipasi, akuntabilitas, dan keadilan.
Semua undang-undang di atas hanya memuat asas-asas dan prinsip-prinsip pokok
bagi pengelolaan lingkungan hidup, maka undang-undang tersebut berfungsi sebagai
“payung” bagi penyusunan peraturan perundang-undangan lainnya. Dengan demikian
Undang-Undang Lingkungan Hidup atau Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup
atau Undang-Undang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup disebut sebagai
“umbrella act” atau “umbrella provision”.
E. RUANG LINGKUP HUKUM LINGKUNGAN
Ruang lingkup hukum lingkungan ditinjau dari wilayah kerjanya dibedakan sebagai
berikut:
a. Hukum lingkungan nasional, yaitu hukum lingkungan yang ditetapkan oleh suatu
negara;
b. Hukum lingkungan internasional, yaitu hukum lingkungan yang ditetapkan oleh
Persekutuan Hukum Bangsa-Bangsa;
c. Hukum lingkungan transnasional, yaitu hukum lingkungan yang mengatur suatu masalah
lingkungan yang melintasi batas negara.
Berdasarkan isinya hukum lingkungan terbagi ke dalam dua jenis, yaitu:
a. Hukum lingkungan publik adalah ketentuan yang berhubungan dengan tata Negara, cara
badan Negara menyelenggarakan tugas, kewajiban, dan hubungan hukum yang
melandasi badan-badan Negara satu sama lainnya;
b. Hukum lingkungan perdata adalah ketentuan yang mengatur tatanan masyarakat dan
hubungan hukum antara orang perorangan dan badan hukum. Perdata berhadapan
dengan badan-badan Negara tersebut manakala badan-badan Negara tersebut bertindak
sebagai badan hukum perdata dalam menyelenggarakan hak dan kewajibannya.
Sebagian besar materi hukum lingkungan merupakan bagian dari hukum administrasi
(administratiefrecht), dan mengandung pula aspek hukum perdata, pidana, pajak,
internasional dan penataan ruang. Nantinya hal ini berkaitan dengan penegakan hukum
lingkungan itu sendiri, dimana dapat menggunakan instrumen hukum perdata, instrumen
hukum administrasi dan instrumen hukum perdata
F. PRINSIP HUKUM LINGKUNGAN
Prinsip atau asas hukum adalah konsepsi yang bersifat umum dan abstrak, yang
menjadi landasan berpikir dan dasar bagi penyusunan norma. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) online, prinsip adalah asas (kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir,
bertindak, dan sebagainya) atau dasar.
Prinsip-prinsip hukum lingkungan dapat dibedakan ke dalam prinsip-prinsip hukum
yang bersifat substantif (substantive principle) dan prinsip-prinsip hukum yang bersifat
prosedural (procedural principle). Prinsip-prinsip hukum substantif adalah prinsip hukum
yang menentukan, menjabarkan dan mengatur tentang hak (rights), kewajiban (obligations)
dan tanggung jawab (liabilities). Sedangkan prinsip hukum prosedural berkaitan dengan tata
cara untuk menegakan hak-hak atau memulihkan hak-hak yang dilanggar.
Asas-asas perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia disebutkan
dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH 2009). Ada 14 asas yang disebutkan dalam Pasal
2 tersebut. Ke 14 asas tersebut adalah :

a. tanggung jawab negara; h. ekoregion;


b. kelestarian dan keberlanjutan; i. keanekaragaman hayati;
c. keserasian dan keseimbangan; j. pencemar membayar;
d. keterpaduan; k. partisipatif;
e. manfaat; l. kearifan lokal;
f. kehatihatian; m. tata kelola pemerintahan yang baik;
g. keadilan; n. otonomi daerah.

G. UNSUR-UNSUR HUKUM LINGKUNGAN

1. Unsur Agama dan adat kebiasaan


Dalam konteks pelaksanaannya, “Pemerintah ... tetap memperhatikan nilai-nilai
agama, adat istiadat, dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat” (Pasal 2 dan Pasal 3
jo Pasal 70 UUPPLH). Ketentuan-ketentuan tersebut, antara lain mengamanatkan
bahwa dalam PPLHwajib diperhatikan secara rasional potensi, aspirasi, dan kebutuhan
serta nilai- nilai yang tumbuh dan berkembang di masyarakat. Misalnya perhatian
terhadap masyarakat adat yang hidup dan kehidupannya bertumpu pada SDA yang
terdapatdi sekitarnya. Dalam hal ini, nilai- nilai agama dan adat istiadat harus tetap
dihormati. Adapun hak-hak warga masyarakat terhadap LH tersebut telah ditegaskan
pula sebagai salah satu aspek HAM (Pasal 28H UUD 1945). Penegasan ini berkaitan
dengan makna Alinea ke-empat Pembukaan UUD 1945 serta Pasal 33 ayat (3) UUD
1945 khususnya dalam konteks PPLH dan pemanfaatan SDA yang ada padanya. Untuk
itu, salah satu upaya yang harus ditempuh ialah meneliti dan memaknai nilai- nilai, adat
istiadat dan hak-hak atau kepentingan masyarakat yang berdimensi lingkungan hidup.

2. Unsur administrasi
Sarana administratif dapat ditegakkan dengan kemudahankemudahan pengelolaan
lingkungan, terutama di bidang keuangan,seperti keringanan bea masuk alat-alat
pencegahan pencemaran dankredit bank untuk biaya pengelolaan lingkungan dsb.
Penindakan represif oleh penguasa terhadap pelanggaran peraturan perundang-
undangan lingkungan administratif pada dasarnya bertujuan untuk mengakhiri secara
langsung keadaan terlarang itu.
Sanksi administrasi terutama mempunyai fungsi instrumental, yaitu pengendalian
perbuatan terlarang. Di samping itu, sanksi administrasi terutama ditujukan kepada
perlindungan kepentingan yang dijaga oleh ketentuan yang dilanggar tersebut. Beberapa
jenis sanksi administrasi penegakan Hukum Lingkungan administratif adalah:

a. Paksaan pemerintahan atau upaya paksa (Bestuursdwang = executive coercion


coercive action);

b. Uang paksa (Publiekrechtelijke dwangsom = coercive sum =astreinte);

c. Penutupan tempat usaha (Sluiting van een inrichting);

d. Penghentian kegiatan mesin perusahaan (Buitengebruikstelling van een toestel); e.


Pencabutan izin melalui proses: teguran, paksaan pemerintahan,penutupan dan uang
paksa.

Apabila UUPLH dikaji, nyatalah bahwa sanksi penegakan Hukum Lingkungan


administratif masih terbatas penuangannya, yakni sebatas pada paksaan pemerintahan
(Pasal 25 ayat 1), "pembayaran sejumlah uang tertentu" (Pasal 25 ayat 5) dan
pencabutan izin (Pasal 27). Pasal 25 ayat (5) UUPLH yang menyatakan: "Paksaan
pemerintahan dapat diganti dengan pembayaran sejumlah uang tertentu" merupakan
perumusan yang secara yuridis aneh, karena membuka pintu untuk kolusi yang tidak
sesuai dengan semangat reformasi.

3. Unsur perdata
Mengenai hal ini perlu dibedakan antara penerapan hukum perdata oleh instansi
yang berwenang melaksanakan kebijaksanaan lingkungan dan penerapan hukum perdata
untuk memaksakan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan lingkungan.
Misalnya: penguasa dapat menetapkan persyaratan perlindungan lingkungan terhadap
njualan atau pemberian hak membuka tanah ("erfpacht") atas sebidang tanah. Selain itu,
terdapat kemungkinan "beracara singkat" ("kortgeding") bagi pihak ketiga yang
berkepentingan untuk menggugat kepatuhan terhadap undang-undang dan permohonan
agar terhadap larangan atau keharusan dikaitkan uang paksa ("injunction"). Gugatan
ganti kerugian dan biaya pemulihan lingkungan atas dasar Pasal 20 ayat (1) dan ayat (3)
UULH, baik melalui cara berperkara di pengadilan maupun cara Tim Tripihak masih
menemukan hambatan, sebagaimana telah diuraikan. Gugatan ganti kerugian, dalam
UUPLH diatur pada Pasal 34.
4. Unsur Internasional
Hukum Lingkungan Internasional (modern) baru berkembang setelah perang
dunia II, khususnya setelah Konferensi Stockholm tahun 1972. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi telah merubah pandangan masyarakat internasional dalam
melihat lingkungan. Timbul kesadaran untuk melestarikan lingkungan Deklarasi
Stockholm yang mengandung banyak asas kebijaksanaan tentang lingkungan, dapat
dipakai sebagai acuan dan sangat bermanfaat terhadap pengembangan hukum
lingkungan nasional dan internasional.

5. Unsur pidana
Delik lingkungan yang diatur dalam Pasal 22 UULH-Pasal 41 dan 42 UUPLH
adalah delik materiel yang menyangkut penyiapan alat-alat bukti serta penentuan
hubungan kausal antara perbuatan pencemar dan tercemar. Hal ini tentu berbeda dengan
pembuktian dalam perumusan delik lingkungan sebagai delik formil seperti yang di
formulasikan pada Pasal 43 dan 44 UUPLH. Tata cara penindakannya tunduk pada
Undang undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP), Peranan
penyidik sangat penting, karena berfungsi mengumpulkan bahan/alat bukti yang
seringkali bersifat ilmiah. Dalam kasus perusakandan atau pencemaran lingkungan
terdapat kesulitan bagi aparat penyidik untuk menyediakan alat bukti yang sah sesuai
dengan ketentuan Pasal 183 dan Pasal 184 KUHAP.

H. PERMASALAHAN LINGKUNGAN HIDUP


Permasalahan lingkungan hidup merupakan persoalan yang banyak terjadi dan belum
teratasi. Permasalahan lingkungan hidup ini akan semakin parah ketika cuaca ekstrem
melanda karena membawa dampak yang signifikan seperti meluapnya sungai maupun
longsornya tanah. Permasalahan lingkungan hidup sengaja maupun tidak disengaja
disebabkan oleh kegiatan manusia yang tidak memperhatikan keberlanjutan lingkungan.
Permasalahan tersebut akan semakin kentara ketika disebabkan oleh kegiatan berskala besar
seperti penambangan maupun pencemaran kegiatan industri.
Permasalahan lingkungan hidup dan penyebabnya yang kita hadapi saat ini adalah
sebagai berikut:
1. Polusi
Masalah lingkungan hidup yang pertama adalah polusi atau pencemaran lingkungan
hidup. Polusi sendiri terdiri atas 3 yaitu polusi udara, air dan tanah memerlukan waktu
jutaan tahun agar dapat normal kembali. Penyebabnya mulai dari asap kendaraan
bermotor, logam berat, nitrat dan plastik beracun, tumpahan minyak, hujan asam,
limpasan perkotaan, berbagai gas dan racun yang dikeluarkan oleh industri dan pabrik-
pabrik serta sisa pembakaran bahan bakar fosil
2. Perubahan iklim
Perubahan iklim atau pemanasan global adalah hasil dari praktik manusia seperti emisi
gas rumah kaca. Pemanasan global menyebabkan meningkatnya suhu lautan dan
permukaan bumi sehingga menyebabkan mencairnya es di kutub dan kenaikan
permukaan air laut. Ia juga mengubah pola alami musim dan curah hujan.
3. Populasi
Kelebihan populasi. Populasi planet ini mencapai tingkat yang tidak berkelanjutan
karena menghadapi kekurangan sumber daya seperti air, bahan bakar dan makanan.
Ledakan populasi di negara-negara maju dan berkembang yang terus menyebabkan
semakin langkanya sumber daya. Pertanian intensif yang bertujuan untuk meningkatkan
produksi makanan dengan menggunakan pestisida justru pada akhirnya menimbulkan
masalah baru. Kerusakan itu berupa menurunnya kualitas tanah dan kesehatan manusia.
4. Penipisan sumber daya alam
Penggunaan bahan bakar fosil seperti minyak bumi bertanggung jawab menciptakan
pemanasan global dan perubahan iklim. Secara global, mulai banyak fihak yang mulai
beralih menggunakan sumber daya terbarukan, seperti listrik tenaga surya, biogas,
mobil tenaga matahari, yang diterapkan oleh negara maju. Walaupun dalam jangka
pendek, instalasi peralatan fasilitas teknologi ramah lingkungan ini akan terlihat cukup
mahal, tetapi dalam jangka panjang akan sangat murah dibandingkan penggunaan
energi fosil dan tidak terbarukan.
5. Pembuangan limbah
Permasalahan lingkungan hidup selanjutnya adalah pembuangan limbah. Hal ini
terutama limbah plastik dan sampah perkotaan seperti di Kali Ciliwung di Jakarta atau
kota-kota di Indonesia. Selain limbah rumah tangga, limbah dari sektor industri yang
sering dibuang ke sungai juga menyebabkan ikan-ikan mati dan hancurnya ekosistem
sungai. Padahal sungai-sungai ini penting bagi ekonomi masyarakat dan penting untuk
memasok sumber makanan bagi masyarakat. Pembuangan limbah ini akhirnya akan
menyebabkan pencemaran laut di indonesia dan merusak ekosistem laut, sumber
perikanan. Tidak kalah penting adalah pembuangan limbah nuklir. Pembuangan limbah
nuklir memiliki bahaya kesehatan yang luar biasa, terutama akibat radiasi. Plastik,
makanan cepat saji, kemasan dan limbah elektronik murah mengancam kesejahteraan
manusia. Pembuangan limbah merupakan salah satu masalah lingkungan hidup yang
mendesak untuk segera dicarikan jalan keluar
6. Kepunahan keanekaragaman hayati
Aktivitas manusia yang menyebabkan kepunahan spesies dan habitat serta
hilangnya keanekaragaman hayati. Aktifitas perburuan satwa yang tidak berkelanjutan
untuk memenuhi kebutuhan protein manusia, seperti perburuan telur penyu atau kura-
kura indonesia yang menyebabkan kura-kura sungai punah. Punahnya spesies berarti
punahnya sumber pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Ekosistem, yang menempuh
waktu jutaan tahun untuk stabil dan mendukung kehidupan manusia, kini berada dalam
bahaya bila ada populasi spesies yang punah atau hilang. Keseimbangan ekosistem
terganggu. Kerusakan terumbu karang di berbagai lautan, yang mendukung kehidupan
laut yang kaya, menyebabkan ketersediaan ikan di lautan berkurang. Padahal populasi
manusia semakin bertambah.
7. Deforestasi atau penggundulan hutan
Persoalan lingkungan yang tidak kalah penting adalah deforestasi. Pembukaan hutan
untuk pengembangan sektor perkebunan, terutama sawit, menyebabkan pelepasan
karbon ke bumi sehingga meningkatkan perubahan suhu bumi. Hutan yang
sesungguhnya berperan menyerap racun karbon dioksida hasil pencemaran, kemudian
mengubahnya menjadi oksigen, membantu menciptakan hujan, menjadi habitat bagi
berbagai jenis satwa yang penting untuk mendukung bagi kehidupan manudia, hancur
digantikan tanaman monokulutur. Padahal tanaman monokultur tidak akan mampu
berperan seperti hutan di dalam mendukung pemenuhan kebutuhan hidup manusia.
8. Fenomena pengasaman laut
Ini adalah dampak langsung dari produksi berlebihan gas Karbon Dioksida (CO2). Dua
puluh lima persen gas CO2 yang dihasilkan oleh manusia. Keasaman laut telah
meningkat dalam 250 tahun terakhir. Pada tahun 2100, mungkin meningkat sekitar
150%. Demikian menurut situs global change. Dampak utama adalah pada punahnya
kerang dan plankton, sumber makanan ikan. Jika ikan kehilangan makanan, apa yang
akan terjadi pada manusia?
9. Penipisan lapisan ozon
Lapisan ozon merupakan lapisan perlindungan yang tak terlihat yang menutupi planet
bumi, melindungi kita dari radiasi sinar matahari yang berbahaya. Penipisan lapisan
Ozon diperkirakan disebabkan oleh polusi yang disebabkan oleh gas Klorin dan
Bromida yang ditemukan di Chloro-floro karbon (CFC). Setelah gas beracun mencapai
atmosfer bagian atas, mereka menyebabkan lubang di lapisan ozon, yang terbesar
berada di atas Antartika. CFC kini dilarang di banyak industri dan produk konsumen.
Lapisan ozon penting bagi manusia karena mencegah radiasi Ultraviolet (UV) yang
berbahaya jika mencapai bumi. Ini wajib menjadi perhatian.
10. Hujan asam
Hujan asam terjadi karena adanya polutan tertentu di atmosfer. Hujan asam dapat
disebabkan karena pembakaran bahan bakar fosil atau akibat meletusnya gunung berapi
atau membusuknya vegetasi yang melepaskan sulfur dioksida dan nitrogen oksida ke
atmosfer. Hujan asam merupakan permasalahan lingkungan yang dapat memiliki efek
serius pada kesehatan manusia, satwa liar dan spesies air.
11. Rekayasa genetika
Produk makanan, peternakan, pertanian saat ini benyak dihasilkan oleh teknologi
rekayasa genetika atau modifikasi genetik. Modifikasi genetik makanan menggunakan
bioteknologi disebut rekayasa genetika. Modifikasi genetik dari hasil makanan, secara
umum, akan meningkatkan racun dan resiko penyakit bagi menusia. Genetika tanaman
atau satwa yang dimodifikasi dapat menyebabkan masalah serius bagi kesehatan
manusia serta keseimbangan ekosistem.

Kelemahan lain adalah bahwa peningkatan penggunaan racun untuk membuat tanaman
tahan terhadap gangguan serangga atau hama dapat menyebabkan organisme yang
dihasilkan menjadi resisten (kebal) terhadap antibiotik. Dengan semakin banyaknya
penggunaan teknologi rekayasa genetik maka ini menjadi masalah penting. Cara terbaik
dan murah adalah kembali ke teknologi atau produk organik yaitu tidak menggunakan
racun kimia dalam produksi pertanian atau peternakan sehingga manusia memiliki asupan
makanan dan zat gizi yang sehat.

I. INSTRUMEN HUKUM LINGKUNGAN


Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan mengenal tiga instrumen hukum dalam penegakan hukum lingkungan yaitu melalui
instrumen hukum administrasi, hukum perdata dan hukum pidana. Penegakan hukum melalui tiga
instrumen hukum ini merupakan upaya represif yang perlu dilakukan secara efektif, konsekuen dan
konsisten terhadap pelaku pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.
Instrumen hukum administratif oleh pejabat administratif dalam hal ini adalah pemerintah
yang berwenang untuk itu, instrumen hukum perdata oleh pihak yang dirugikan sendiri, baik secara
perorangan maupun badan hukum, instrumen hukum pidana oleh polisi yang kemudian diteruskan
oleh jaksa. Pada dasarnya setiap instrumen hukum mempunyai jangkauannya masing-masing dengan
tujuan yang berskala proporsional yang tergantung dari kepentingan yang ingin diselesaikan.
J. HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN SERTA MASYARAKAT TERHADAP LINGKUNGAN
HIDUP
Hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan salah satu hak asasi manusia
sebagaimana diatur dalam Pasal 28H Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa :
“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir bathin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.”
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 mengatur hak-hak masyarakat terhadap lingkungan
hidup ataupun terhadap pengelolaan lingkungan hidup. Pasal 65 mengatur adanya lima hak atas
lingkungan hidup, yaitu
1. Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi
manusia.
2. Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses informasi, akses
partisipasi, dan akses keadilan dalam memenuhi hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
3. Setiap orang berhak mengajukan usul dan/atau keberatan terhadap rencana usaha dan/atau
kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup.
4. Setiap orang berhak untuk berperan dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
5. Setiap orang berhak melakukan pengaduan akibat dugaan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup.
Pengaturan hak atas lingkungan hidup sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 32
Tahun 2009 diikuti pengaturan kewajiban terhadap lingkungan hidup. Pasal 67 Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2009 mengatur bahwa setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi
lingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup. Ketentuan
Pasal 67 memuat dua kewajiban bagi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup, yaitu (1)
kewajiban untuk memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup, dan (2) kewajiban mengendalikan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
Dalam rangka tuntutan hak dan kewajiban terhadap lingkungan hidup ini, maka masyarakat
tidak boleh diam atau pasif terhadap pengelolaan lingkungan hidup. Oleh karenanya, sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009, masyarakat harus berperan
aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Peran dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup oleh masyarakat tersebut dapat
berupa pengawasan sosial, pemberian saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan, dan/atau
penyampaian informasi atau laporan. Peran masyarakat dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup dilakukan dalam rangka:
1. Meningkatkan kepedulian dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
2. Meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat, dan kemitraan.
3. Menumbuhkembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat.
4. Menumbuhkembangkan ketanggapsegeraan masyarakat untuk melakukan pengawasan sosial.
5. Mengembangkan dan menjaga budaya dan kearifan lokal dalam rangka pelestarian fungsi
lingkungan hidup.

Anda mungkin juga menyukai