Kelompok V Keperawatan Paliatif

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Dosen pengampu mata kuliah:


Ns. Aulia Insani Latif, S.Kep., M.Kep.

KEPERAWATAN PALIATIF PENYAKIT NON MALIGNANCY

DISUSUN OLEH KELOMPOK V :

 KURNIA 219019
 LUCKY LORENSA 219020
 MARJETHA INDAH A.L 219021
 MUH RIFKY APRIANSYAH 219022
 MOH PUTRANDA ASRIL 219023
 MUTIARA 219024

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


AKADEMI KEPERAWATAN PELAMONIA MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

AssalamualakumWr. Wb...
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan kehadiran Tuhan Yang
Maha Pemurah karena berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat kami
selesaikan sesuai yang diharapkan.
Kami menyadari, bahwa proses penulisan makalah ini masih jauh
dari kata sempurna baik materi maupun cara penulisannya. Namun
demikian, kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh
karenanya, kami dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan, saran dan susulan guna penyempurnaan makalah ini
di kemudian hari.
Kami sadar pula, bahwa dalam pembuatan makalah ini tidak lepas
dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini kami
menghanturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah.

Makassar, juli 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. Latar belakang................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................2
PEMBAHASAN............................................................................................3
A. Pengertian Perawatan Paliatif........................................................3
B. Perawatan paliatif dalam kondisi Non-Maligancy...........................5
C. Penyakit Non-Maligancy.................................................................9
D. Perencanaan perawatan lanjutan.................................................13
PENUTUP..................................................................................................15
A. Kesimpulan...................................................................................15
B. Saran.............................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dahulu, perawatan paliatif dikenal sebagai perawatan yang
dititikberatkan pada akhir kehidupan saja. Namun, untuk saat ini
perawatan paliatif yang lebih tepat adalah dilakukan saat awal
penyakit terdiagnosis. Perawatan paliatif merupakan pendekatan
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarganya saat
menghadapi masalah terkait dengan penyakit yang mengancam
nyawa. Hal yang dilakukan untuk mencegah dan mengurangi
penderitaan seorang pasien paliatif adalah identifikasi awal, penilaian
tentang penyakitnya, penanganan nyeri, dan masalah lainnya.
Tujuan perawatan paliatif adalah untuk mencegah dan membantu
mengurangi penderitaan fisik, psikologis, sosial, atau spiritual yang
terjadi pada orang dewasa dan anak-anak.
Perawatan terutama dilakukan pada seorang pasien yang
mengalami keterbatasan akibat penyakitnya.1,2 Secara umum,
kebutuhan perawatan paliatif adalah 40-60% dari seluruh kejadian
meninggalnya seseorang akibat penyakit yang dideritanya.
Kebutuhan perawatan paliatif semakin besar dan meningkat pada
populasi usia muda dan usia lanjut di dunia, yaitu pada pasien
kanker, dan penyakit non-kanker. Mayoritas kebutuhan perawatan
paliatif untuk penyakit kronik, seperti kanker, penyakit kardiovaskular,
penyakit paru obstruktif kronik, HIV/AIDS, dan diabetes melitus.
Selain itu pasien dengan penyakit kronik yang perlu perawatan
paliatif adalah penyakit ginjal kronik, penyakit hati kronik, artritis
rematik, penyakit neurologis, demensia, anomali kongenital, dan
tuberkulosis resisten obat. Sejak awal tahun 1980-an, kebutuhan
perawatan paliatif untuk pasien kanker telah diakui di seluruh
dunia.1,2 Fokus perawatan paliatif adalah mengurangi penderitaan

1
karena penyakit yang diderita pasien dan meningkatkan kualitas
hidup penderitanya. Perawatan paliatif ini memiliki peran, terutama
pada pasien dengan kondisi terminal. Selain pasien, keluarga pasien
dan pendamping (caregiver) juga perlu perhatian khusus dalam
kaitannya dengan perawatan paliatif. Peningkatan efektivitas biaya
kesehatan pada masa akhir kehidupan pasien tidak dapat tercapai
tanpa dilakukannya perawatan paliatif. Selain itu, kualitas hidup dan
mati seseorang tanpa perawatan paliatif tidak akan tercapai dengan
baik. Atas dasar ini, advanced directives (ADs) menjadi hal yang
penting untuk pemenuhan kebutuhan perawatan paliatif yang
optimal. Advanced directive sifatnya adalah terapi lanjut yang
diberikan untuk pasien sesuai dengan keinginan pasien dan dapat
memuaskan berbagai pihak yang berperan serta, terutama pada
akhir kehidupan seseorang.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian perawatan paliatif?


2. Bagaimana perawatan paliatif dalam kondisi Non-malignancy?
3. Bagaiaman perencanaan perawatan lanjutan?
4. Apa saja penyakit Non-malgancy?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Pengertian perawatan Paliatif


5. Untuk mengetahui Paliatif dalam Kondisi Non-Malignancy
6. Untuk mengetahui Perencanaan Perawatan Lanjutan
7. Untuk mengetahui Penyakit Non- Malignancy

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perawatan Paliatif


Perawatan paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang
bersifat aktif dan menyeluruh, dengan pendekatan multidisiplin yang
terintegrasi. Pelayanan paliatif pasien adalah pelayanan terintegrasi
oleh tim paliatif untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan
memberikan dukungan bagi keluarga yang menghadapi masalah
yang berhubungan dengan kondisi pasien dengan mencegah dan
mengurangi penderitaan melalui identifikasi dini, penilaian yang
seksama serta pengobatan nyeri dan masalah-masalah lain, baik
masalah fisik, psikososial dan spiritual (WHO, 2002) dan pelayanan
masa dukacita bagi keluarga (WHO, 2005) dalam Pedoman teknis
pelayanan paliatif kanker, 2013).
Perawatan paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang
bersifat aktif dan menyeluruh, dengan pendekatan multidisiplin yang
terintegrasi. Tujuan perawatan paliatif adalah untuk mengurangi
penderitaan, memperpanjang umur, meningkatkan kualitas hidup,
dan memberikan support kepada keluarga penderita. Meski pada
akhirnya penderita meninggal, yang terpenting sebelum meninggal
penderita siap secara psikologis dan spiritual, serta tidak stres
menghadapi penyakit yang dideritanya.
Perawatan paliatif diberikan sejak diagnosa ditegakkan sampai
akhir hayat. Artinya tidak memperdulikan pada stadium dini atau
lanjut, masih bisa disembuhkan atau tidak, mutlak perawatan paliatif
harus diberikan kepada penderita. Perawatan paliatif tidak berhenti
setelah penderita meninggal, tetapi masih diteruskan dengan
memberikan dukungan kepada anggota keluarga yang berduka.
Perawatan paliatif mencakup pelayanan terintegrasi antara dokter,
perawat, pekerja social, psikolog, konselor spiritual, relawan,

3
apoteker dan profesi lain yang diperlukan. Kemenkes (2013),
menjelaskan prinsip pelayanan paliatif salah satunya pasien
penderita kanker:

1. Menghilangkan nyeri dan gejala fisik lain


8. Menghargai kehidupan dan menganggap kematian sebagai
proses normal
9. Tidak bertujuan mempercepat atau menunda kematian,
10. Mengintegrasikan aspek psikologis, social dan spiritual,
11. Memberikan dukungan agar pasien dapat hidup seaktif
mungkin,
12. Memberikan dukungan kepada keluarga sampai masa
dukacita,
13. Menggunakaan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan
pasien dan keluarganya,
14. Menghindari tindakan sia-sia.
Perawatan paliatif berupaya meringankan penderitaan
penderita yang sudah sakit parah dan tidak dapat disembuhkan
seperti misalnya kanker stadium akhir, penderita penyakit motor
neuron, penyakit degeneratif saraf dan penderita HIV/AIDS. Pada
akhirnya penderita diharapkan dapat menjalani hari-hari sakitnya
dengan semangat dan tidak putus asa serta memberi dukungan agar
mampu melakukan hal-hal yang masih bisa dilakukan dan
bermanfaat bagi spiritual penderita. Perawatan paliatif lebih berfokus
pada dukungan dan motivasi ke penderita. Kemudian setiap keluhan
yang timbul ditangani dengan pemberian obat untuk mengurangi
rasa sakit. Perawatan paliatif ini bisa mengeksplorasi individu
penderita dan keluarganya bagaimana memberikan perhatian
khusus terhadap penderita, penanggulangannya serta kesiapan
untuk menghadapi kematian. Perawatan paliatif dititikberatkan pada
pengendalian gejala dan keluhan, serta bukan terhadap penyakit
utamanya karena penyakit utamanya tidak dapat disembuhkan.

4
Dengan begitu penderita terbebas dari penderitaan akibat keluhan
dan bisa menjalani akhir hidupnya dengan nyaman. Perawatan
paliatif diperlukan karena: Setiap orang berhak dirawat dan mati
secara bermartabat, menghilangkan nyeri: fisik, emosional, spiritual
dan sosial adalah hak asasi manusia, perawatan paliatif adalah
kebutuhan mendesak seluruh dunia untuk orang yang hidup dengan
kanker stadium lanjut. Berbagai hal terkait pendekatan keperawatan
paliatif yang perlu mendapatkan perhatian diantaranya adalah:

1. Komunikasi antar tim


15. Manajemen nyeri
16. Bimbingan dan pertimbangan budaya dalam pengambilan
keputusan, dan
17. Dukungan emosional dan spiritual bagi paisen dan keluarga.

D. Perawatan paliatif dalam kondisi Non-Maligancy


Komunikasi antara dokter dan petugas kesehatan lain dengan
pasien dan keluarga serta antara pasien dan keluarga merupakan
hal yang penting dalam perawatan paliatif. Pasien adalah pribadi
yang harus dihargai haknya untuk mengetahui atau tidak mengatahui
kondisi penyakitnya. Pasien juga merupakan individu yang berhak
menentukan tindakan yang akan dilakukan terhadapnya jika pasien
masih memilki kompetensi untuk membuat keputusan. Pada fase
akhir kehidupan banyak pasien yang tidak lagi mampu membuat
keputusan, sehingga pembicaraan tentang apa yang akan atau tidak
dilakukan sebaiknya diputuskan pada saat pasien masih memiliki
kesadaran penuh. Walaupun demikian keluarga tetap dapat
dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Dalam menyampaikan
BERITA BURUK, hal hal berikut ini harus diperhatikan: Apa, sejauh
mana, kapan, dengan siapa dan bagaimana cara menyampaikan

5
berita tersebut. Dalam hal ini, dokter dan petugas kesehatan lain
harus memperhatikan kultur yang dianut pasien dan keluarga.
Dalam mencapai tujuan pelayanan paliatif pasien kanker, yaitu
mengurangi penderitaan pasien, beban keluarga, serta mencapai
kualitas hidup yang lebih baik, diperlukan sebuah tim yang bekerja
secara terpadu ( lihat tabel tim paliatif ). Pelayanan paliatif pasien
kanker juga membutuhkan keterlibatan keluarga dan tenaga relawan.
Dengan prinsip interdisipliner (koordinasi antar bidang ilmu dalam
menentukan tujuan yang akan dicapai dan tindakan yang akan
dilakukan guna mencapai tujuan ), tim paliatif secara berkala
melakukan diskusi untuk melakukan penilaian dan diagnosis, untuk
bersama pasien dan keluarga membuat tujuan dan rencana
pelayanan paliatif pasien kanker, serta melakukan monitoring dan
follow up.
Kepemimpinan yang kuat dan manajemen program secara
keseluruhan harus memastikan bahwa manajer lokal dan penyedia
layanan kesehatan bekerja sebagai tim multidisiplin dalam sistem
kesehatan, dan mengkoordinasikan erat dengan tokoh masyarakat
dan organisasi yang terlibat dalam program ini, untuk mencapai
tujuan bersama. Komposisi tim perawatan paliatif terdiri :

1. Dokter
Dokter memainkan peran penting dalam pelayanan paliatif
interdisipliner, harus kompeten di kedokteran umum, kompeten
dalam pengendalian rasa sakit dan gejala lain, dan juga harus
akrab dengan prinsip-prinsip pengelolaan penyakit pasien.
Dokter yang bekerja di pelayanan paliatif mungkin bertanggung
jawab untuk penilaian, pengawasan dan pengelolaan dari
banyak dilema pengobatan sulit.

18. Perawat

6
Merupakan anggota tim yang biasanya akan memiliki
kontak terlama dengan pasien sehingga memberikan
kesempatan unik untuk mengetahui pasien dan pengasuh,
menilai secara mendalam apa yang terjadi dan apa yang
penting bagi pasien, dan untuk membantu pasien mengatasi
dampak kemajuan penyakit. Perawat dapat bekerja sama
dengan pasien dan keluarganya dalam membuat rujukan
sesuai dengan disiplin ilmu lain dan pelayanan kesehatan.

19. Pekerja sosial dan psikolog


Perannya membantu pasien dan keluarganya dalam
mengatasi masalah pribadi dan sosial, penyakit dan kecacatan,
serta memberikan dukungan emosional/konseling selama
perkembangan penyakit dan proses berkabung. Masalah
pribadi biasanya akibat disfungsi keuangan, terutama karena
keluarga mulai merencanakan masa depan.

20. Konselor spiritual


Konselor spiritual harus menjadi pendengar yang terampil
dan tidak menghakimi, mampu menangani pertanyaan yang
berkaitan dengan makna kehidupan. Sering juga berfungsi
sebagai orang yang dipercaya sekaligus sebagai sumber
dukungan terkait tradisi keagamaan, pengorganisasian ritual
keagamaan dan sakramen yang berarti bagi pasien kanker.
Sehingga konselor spiritual perlu dilatih dalam perawatan akhir
kehidupan.

21. Relawan
Peran relawan dalam tim perawatan paliatif akan
bervariasi sesuai dengan pengaturan. Di negara sumber daya
rendah atau menengah, relawan dapat menyediakan sebagian
besar pelayanan untuk pasien. Relawan yang termasuk dalam
rumah sakit dan tim pelayanan paliatif membantu profesional

7
kesehatan untuk memberikan kualitas hidup yang optimal bagi
pasien dan keluarga. Relawan datang dari semua sektor
masyarakat, dan sering menyediakan link antara institusi
layanan kesehatan dan pasien. Memasukkan relawan dalam
tim pelayanan paliatif membawa dimensi dukungan masyarakat
dan keahlian masyarakat. Dengan pelatihan dan dukungan
tepat, relawan dapat memberikan pelayanan langsung kepada
pasien dan keluarga, membantu tugas-tugas administratif, atau
bahkan bekerja sebagai konselor. Selain itu, dapat berperan
membantu meningkatkan kesadaran, memberikan pendidikan
kesehatan, menghasilkan dana, membantu rehabilitasi, atau
bahkan memberikan beberapa jenis perawatan medis.

22. Apoteker
Terapi obat merupakan komponen utama dari manajemen
gejala dalam pelayan paliatif, sehingga apoteker memainkan
peranan penting. Apoteker memastikan bahwa pasien dan
keluarga memiliki akses penting ke obat-obatan untuk
pelayanan paliatif. Keahlian apoteker juga dibutuhkan untuk
mendukung tim kesehatan dengan memberikan informasi
mengenai dosis obat, interaksi obat, formulasi yang tepat, rute
administrasi, dan alternatif pendekatan. Morfin dan obat-obatan
lain yang sesuai diperlukan untuk pelayanan paliatif. Banyak
negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, akses
terhadap obat-obatan tidak hanya dibatasi oleh kurangnya
apoteker untuk mengeluarkan obat-obatan tetapi juga oleh
biaya obat-obatan yang relatif tinggi sehingga sulit dijangkau
bagi banyak pasien kanker. Untuk itu, apoteker, bahkan mereka
dengan keterampilan dasar yang cukup dan pelatihan yang
terbatas sangat penting untuk pelayanan paliatif.

8
23. Dukun
Peran obat tradisional dan dukun juga diakui. Di seluruh
dunia, sekitar dua pertiga dari pasien kanker meminta
pertolongan berobat pada terapi komplementer atau alternatif
(Ott, 2002). Dalam banyak hal, dukun biasanya tidak menjadi
anggota tim perawatan paliatif. Namun demikian, harus ada
ruang untuk sebuah wacana terbuka antara penyedia layanan
kesehatan dan dukun dengan maksud untuk
mengkoordinasikan upaya-upaya mereka dalam mengatasi
kebutuhan pasien dan keluarga mereka, yang sensitif dan
menghormati, dengan mempertimbangkan beragam budaya
masyarakat dan individu.

E. Penyakit Non-Maligancy

1. HIV/AIDS pada anak


Tenaga kesehatan professional mempunyai peran penting
dalam perawatan paliatif pada anak dengan HIV/AIDS. Menurut
Intenational Children’s Palliative Care Network (2012) panduan
pelayanan paliatif bagi tenaga professional, yaitu perawatan
paliatif pada anak bukan akhir perawatan, perawatan paliatif
dimulai pada saat didiagnosis dan terus dilakukan sepanjang
durasi penyakit yang ditujukan untuk penyembuhan, perawatan
paliatif bukan substitusi dalam pengobatan HIV (terapi ARV)
tetapi pengobatan yang dilakukan bersamaan dengan
perawatan, perawatan melakukan kontrol yang tepat terhadap
nyeri dan penggunaan analgetik. Selain itu, perawatan paliatif
dibutuhkan kerjasama tim multidisiplin dan perencanaan
perawatan di akhir kehidupan harus dilakukan dengan baik
untuk memastikan kematian yang bermartabat (dignity) serta

9
perawatan paliatif bagimana memadukan upaya curative dan
palliative.

24. Kanker
Perawatan paliatif bisa mengeksplorasi individu penderita
dan keluarganya bagaimana memberikan perhatian khusus
terhadap penderita, penanggulangannya serta kesiapan untuk
menghadapi kematian. Langkah-langkah dalam pelayanan
paliatif (Kemenkes, 2013),adalah:
a. Menentukan tujuan perawatan dan harapan pasien.
b. Memahami pasien dalam membuat wasiat atau keinginan
terakhir
c. Pengobatan penyakit penyerta dan aspek social
d. Tatalaksana gejala
e. Informasi dan edukasi
f. Dukungan psikologis, cultural dan social
g. Respon fase terminal
h. Pelayanan pasien fase terminal
Aktifitas perawatan paliatif pada penderita:
a. Membantu penderita mendapat kekuatan dan rasa damai
dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
i. Membantu kemampuan penderita untuk mentolerir
penatalaksanaan medis.
j. Membantu penderita untuk lebih memahami perawatan
yang dipilih.

Aktifitas perawatan paliatif pada keluarga:


a. Membantu keluarga memahami pilihan perawatan yang
tersedia.
k. Meningkatkan kehidupan sehari-hari penderita,
mengurangi kekhawatiran dari orang yang dicintai (asuhan
keperawatan keluarga).

10
l. Memberi kesempatan sistem pendukung yang berharga.
Pelayanan asuhan keperawatan penderita meliputi
pemenuhan kebersihan diri (mandi, berhias, kebersihan mulut,
perawatan kuku), kebutuhan nutrisi, kebutuhan tidur dan
kenyamanan tempat tidur dan memfasilitasi lingkungan ruang
rawat yang kondusif. Kebutuhan saat-saat terminal adalah
memberi dukungan pada keluarga (memberikan kesempatan
bertanya, memberikan informasi, memberikan saran cara
memberikan dukungan pada penderita, menyediakan barang-
barang yang memberi rasa nyaman, menyediakan dukungan
interdisiplin).
Selain mengurangi gejala-gejala yang muncul, perawatan
paliatif juga memberikan dukungan dalam hal spiritual dan
psikososial. Perawatan paliatif setelah penderita meninggal
dilakukan dengan memberikan dukungan moral kepada
keluarga yang berduka. Bagi tenaga kesehatan dibutuhkan
empati yang besar dan kemampuan khusus dalam melakukan
perawatan paliatif.
Salah satu aspek penting dalam perawatan paliatif adalah
kasih, kepedulian, ketulusan, dan rasa syukur. Begitu
pentingnya aspek ini, sampai melebihi pentingnya penanganan
nyeri yang mutlak harus dilakukan dalam perawatan paliatif.
Tim perawatan paliatif harus berupaya untuk membuat
penderita menerima keadaannya sehingga masih bisa
menjalani hidupnya meskipun umurnya tak lama lagi.
Kebanyakan kualitas hidup penderita dengan penyakit tak bisa
disembuhkan akan terus memburuk atau menurun, jika
harapan penderita tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.
Tim paliatif harus dapat memodifikasi ekspektasi penderita,
sehingga jarak antara harapan dan kenyataannya menjadi lebih
dekat. Bisa dengan cara membangkitkan spirit untuk hidup,

11
orientasi masa depan, keimanan bahkan tentang
seksualitasnya. Harapan selalu ada, tapi sebaiknya tidak
memberikan harapan yang palsu karena harapan juga harus
disesuaikan dengan hasil pemeriksaan. Untuk itu keluarga
merupakan kunci makna hidup dalam perawatan paliatif.
Perawatan paliatif dapat memenuhi kebutuhan perbaikan
kualitas hidup penderita dan keluarganya melalui perawatan
yang tidak hanya menekankan pada gejala fisik seperti nyeri,
tetapi juga terhadap aspek-aspek emosional, psikososial dan
spiritual. Banyak kasus yang ditemukan ketika para penderita
kanker, malu untuk bersosialisasi dan tidak percaya diri dalam
menjalani kehidupannya. Kondisi seperti ini membutuhkan
perawatan paliatif dalam meningkatkan kualitas hidup agar
lebih baik. Selain kepada penderitanya, perawatan paliatif juga
memberi dukungan kepada seluruh anggota keluarga dan
pelaku rawat lainnya. Bagi penderita kanker stadium dini,
perawatan paliatif merupakan pendamping pengobatan medis.
Meningkatnya kualitas kehidupan penderita karena perawatan
paliatif diharapkan akan membantu proses penyembuhan
kanker secara keseluruhan.

25. Stroke (perawatan paliatif melalui homecare)


Peran perawat dalam perawatan Palliative homecare di
fokuskan dalam pencegahan komplikasi dan mengurangi
terjadinya stroke berulang, memberikan pendidikan kesehatan
terkait perubahan gaya hidup dan pemberdayaan keluarga.
Keluarga sebagai caregiver merupakan pendamping pasien
dalam pemberian pelayanan perawatan kesehatan yang
kompleks selama perawatan pasien pasca stroke. Dukungan
untuk keluarga pasien harus diberikan melalui sebuah usaha
interdisiplin, yang melibatkan perawat, dokter, pasien dan
keluarga serta pemerintah untuk dapat memberikan asuhan

12
keperawatan yang holistik. Melihat berbagai fenomena terkait
dengan kualitas hidup pasien yang diberikan layanan Palliative
homecare, peneliti tertarik untuk mengeksplorasi lebih dalam
bagaimana kualitas hidup pasien stroke dalam perawatan
Palliative homecare.
Masalah utama yang dihadapi pasien stroke yaitu
bagaimana keluarga, lingkungan dan tenaga medis mampu
memberikan dan memenuhi kebutuhan perawatan pasien stroke
dalam perawatan Palliative homecare, karena membutuhkan
pendampingan untuk meningkatkan kemampuan dirinya
walaupun dalam keterbatasan, sehingga kualitas hidupnya
menjadi bermakna. Perawatan yang diberikan dapat dilakukan
secara berkesinambungan, dengan perawatan Palliative
homecare yang berkualitas. Maka kondisi pasien dengan stroke
dapat memberikan efek membaik pada fisik maupun
psikologisnya. Perawat sangat berperan dalam meningkatkan
kualitas hidup pasien stroke. Tujuan penelitian ini adalah
mengekplorasi kualitas hidup pasien stroke dalam perawatan
Palliative homecare meliputi domain fisik, psikologis dan sosial.

F. Perencanaan perawatan lanjutan


Rencana perawatan lanjutan adalah proses yang mana pasien
dapat membuat keputusan penting tentang tindak lanjut pengobatan
dan perawatan penyakitnya yang progresif. Keputusan pembuatan
rencana perawatan lanjutan ditetapkan setelah berkonsultasi dengan
dokter, keluarga, dan orang penting lain dalam hidupnya. Tujuan
akhir pembuatan rencana perawatan lanjutan adalah pasien memiliki
kesempatan untuk berperan dalam mengambil keputusan terhadap
kondisi dirinya saat tidak mampu lagi membuat keputusan.

13
Keputusan yang telah ditetapkan oleh pasien dapat
didokumentasikan pada rekam medis. Dokumentasi ini bermanfaat
saat pasien sudah tidak kompeten atau saat kondisi pasien tidak
sadar.6-8 Advance directives merupakan dokumen tertulis yang
menjelaskan keinginan/surat wasiat yang berkekuatan hukum.
Dokumen ini penting untuk diketahui oleh tenaga kesehatan, untuk
memahami rencana perawatan lanjutan yang diinginkan pasien.5,9
Namun demikian, petugas di pusat pelayanan kesehatan masih
banyak yang belum memiliki pengetahuan untuk menjelaskan ADs
kepada pasiennya sehingga diperlukan pendidikan tentang ADs bagi
petugas kesehatan. Pada populasi pasien 5 bulan pasca stroke
menunjukkan bahwa mereka sudah pernah diperkenalkan tentang
ADs, tapi hanya setengahnya yang menyelesaikan ADs. Selain itu,
rerata yang berkeinginan menyelesaikan ADs adalah yang berusia
di atas 60 tahun dan 46% yang berpartisipasi adalah perempuan.
Sampai saat ini belum ada ADs yang baku pada negara tertentu,
termasuk di Indonesia. Masing-masing rumah sakit membuat ADs
versinya sendiri.
Peningkatan efektivitas biaya kesehatan pada masa akhir
kehidupan pasien tidak dapat tercapai tanpa dilakukannya perawatan
paliatif. Selain itu, kualitas hidup dan mati seseorang tanpa
perawatan paliatif tidak akan tercapai dengan baik. Atas dasar ini,
advanced directives (ADs) menjadi hal yang penting untuk
pemenuhan kebutuhan perawatan paliatif yang optimal. Advanced
directive sifatnya adalah terapi lanjut yang diberikan untuk pasien
sesuai dengan keinginan pasien dan dapat memuaskan berbagai
pihak yang berperan serta, terutama pada akhir kehidupan
seseorang.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang meningkatkan
kualitas hidup pasien dan keluarga mereka yang menghadapi
masalah yang terkait dengan penyakit yang mengancam jiwa,
melalui pencegahan dan pemulihan penderitaan dengan cara
identifikasi dini dan penilaian sempurna serta pengobatan nyeri dan
masalah lain, fisik , psikososial dan spiritual.
Layanan perawatan paliatif dapat prihatin bahwa memperluas
layanan ke penyakit non-ganas akan mengakibatkan mereka
kewalahan dengan klien. Pengembangan jalur rujukan antara
spesialisasi dan layanan perawatan paliatif dapat membantu
mengatasi beberapa hambatan ini. Berbagai model perawatan
diperlukan untuk memenuhi permintaan di masa depan.
G. Saran
Diharapakan kepada pembaca atau mahasiswa dapat
memahami lebih luas tentang keperawatan paliatif penyakit non
malignancy karena banyak sekali manfaat yang di dapatkan dalam
materi ini serta saran dan kritik yang baik demi membangun
keberhasilan dan kelengkapan makalah ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Anita. (2013). perawatan paliatif dan kualitas hidup penderita kanker.


jurnal kesehatan, 501.

Fanny Adistie, d. (2018). kebutuhan perawatan dalam memberikan


asuhan keperawatan paliatif pada anak: literatur riview. journal of
nursing care & biomolecular , 105.

Fitria, C. N. (2010). palative care. GASTER, 518.

Hirawan, E. (2012). pengaruh perawatan paliatif terhadap pasien kanker


stadium akhir. jurnal paliatif, 201.

NS. Boby Febri Krisdianto, M. (2019). perawatan kanker paliatif di rumah.


Padang: Andalas university press.

Patitis, n. (2014). efektivitas problem solving training untuk menurunkan


stress perawatan pada family caregiver pasien paliatif. jurnal
psikologi indonesia, 204.

Ramdhanie, g. g. (2091). perawatan paliatif pada anak dengan HIV/AIDS


sebagai korban transmisi infeksi vertikal . jurnal kesehatan bakti
tunas husada, 287.

Shatri, h. (2020). advanced directives pada perawatan paliatif advanced


directives in paliattive care. jurnal penyakit dalam indonesia, 127.

Susanti, N. l. (2017). jurnal Ners lentera. dukungan keluarga dalam


meningkatkan kualitas hidup pasien, 107.

Ulfah N Karim, e. l. (2017). kualitas hidup pasien stroke dalam perawatan


paliative home care. indonesian journal of nursing and midwifery,
43.

Widayati, d. (2015). peningkatan kualitas hidup pada penderita gagal


ginjal . jurnal ilmu kesehatan, 7.

Avisha, r. n. (2017). pelatihan manajemen gizi dan perawatan paliatif.


jurnal info, 86.

Sijabat, f. (2015). hubungan perawatan paliatif dengan kualitas hidup


pasien kanker. USM-Indonesia, 66.

16
Ulfiana, e. (2013). pengembangan paliative community health nursing
(PCHN). jurnal ners, 310.

Natalia. (2017). kualitas hidup pasien paliatif. jurnal KWM, 106.

17

Anda mungkin juga menyukai